Anda di halaman 1dari 3

PEMBAYANGAN MATAHARI DAN ENERGI BANGUNAN

Ramli Rahim dan Rosady Mulyadi

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar – Indonesia yb8bri@yahoo.com


yb8bri.blogspot.com

1. Pendahuluan

Tingkat pencahayaan di dalam ruangan, misalnya pada suatu titik pada bidang kerja, mengalami
perubahan yang sama seperti yang terjadi pada tingkat pencahayaan di bidang horizontal di luar
ruangan yang berasal dari langit yang tidak terhalang. Sebagai suatu pendekatan bahwa tingkat
pencahayaan di dalam ruangan merupakan suatu fraksi dari pencahayaan di luar, pada saat yang sama.
Meskipun demikian korelasi tersebut hanya dapat terjadi jika terdapat suatu pola distribusi luminansi
langit tertentu. Hal ini disebabkan karena ratio tingkat pencahayaan di dalam terhadap di luar bangunan
tergantung dari bagian langit yang terlihat melalui jendela. Karena distribusi luminansi langit sering
berubah, maka suatu perancangan pencahayaan alami harus ditentukan. Tingkat pencahayaan pada
bidang horizontal yang ditimbulkan oleh cahaya langit yang selalu terjadi atau dilampaui besarnya,
misalnya untuk 90 % atau lebih dari selang waktu antara jam 08.00 sampai 16.00, pada umumnya dapat
digunakan. Perlu diketahui bahwa tingkat pencahayaan tersebut adalah hanya yang dihasilkan oleh
cahaya langit. Jika dimasukkan juga cahaya matahari, maka tingkat pencahayaan yang terjadi akan jauh
lebih besar. Dalam perancangan pencahayaan alami, cahaya matahari dihindarkan masuk langsung ke
dalam ruangan, karena adanya kerugian yang dapat ditimbulkan. Kerugian tersebut adalah pemanasan
ruangan, penyilauan dan pemudaran warna yang terkena cahaya matahari langsung. Kerugian ini dapat
dikurangi jika cahaya matahari direfleksikan oleh benda yang berada di luar bangunan, baru nasuk ke
dalam ruangan.

2. Pencahayaan Alami Pada Bangunan

Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya yang cukup sehingga tugas
visual mudah dilakukan, juga untuk mendapatkan lingkungan visual yang menyenangkan atau
mempunyai kualitas cahaya yang baik. Dalam pencahayaan alami, yang sangat mempengaruhi kualitas
pencahayaan adalah terjadinya penyilauan. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :

pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak
cahaya yang masuk ke dalam ruangan.

distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang
mengganggu. Penyilauan adalah kondisi penglihatan dimana terdapat ketidaknyamanan atau
pengurangan dalam kemampuan melihat suatu obyek, karena luminansi obyek yang terlalu besar,
distribusi luminansi yang tidak merata atau terjadinya kontras yang berlebihan. Ada dua jenis penyilauan
: 1) penyilauan yang menyebabkan ketidakmampuan melihat suatu obyek (disability glare), dan 2)
penyilauan yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat suatu obyek tanpa perlu menimbulkan
ketidakmampuan melihat (discomfort glare). Wilayah negara kita berada pada daerah di mana angin dan
matahari merupakan sumber daya yang melimpah dan tiada kunjung habis. Dengan demikian,
seandainya tidak ada persyaratan khusus, seandainya tidak ada tuntutan khusus, seandainya tidak ada
kekhususan-kekhususan lainnya, sebaiknya dan seyogianyalah rancangan bangunan kita didasarkan atas
pemanfaatan matahari dan angin seoptimal mungkin.

Matahari memberikan banyak hal kepada kita. Dia memberi sinar terang, dia memberi kehangatan, dia
memberi kesehatan, dia memberi energi. Angin pun memberi banyak keuntungan bagi kita. Dia
memberi kesejukan, dia memberi kebersihan aroma, dia memberi kelegaan bernafas paru-paru kita.
Kenapa kita harus menyia-nyiakan manfaat sebesar itu? Kenapa kita harus menutup rapat pintu dan
jendela? Kenapa kita harus menyempitkan lubang ventilasi kita? Kenapa kita harus menghidupkan
lampu terus-menerus? Kenapa kita harus bergantung-diri kepada AC dan mekanis lainnya? Kenapa kita
tidak menarik terangnya sinar surya ke dalam ruangan kita sebanyak-banyaknya, padahal kita tidak usah
bersusah payah untuk itu? Kenapa kita tidak memanaskan air kita dengan energi matahari? Kenapa kita
tidak menyejukkan ruangan kita dengan angin yang sepoi-sepoi basah menyapu lewat lubang angin dan
jendela? Oleh karenanya, sebisa-bisanya, sedapat mungkin, kita harus merancang bangunan kita dengan
memanfaatkan matahari dan angin yang melimpah di sekitar kita. Tentu saja hal-hal demikian tidak
berati kita menutup diri terhadap pemakaian elemen-elemen mekanis seperti lampu dan AC, karena
untuk kondisi-kondisi tertentu yang dipersyaratkan oleh fungsi ruangan, kita mungkin harus
memecahkan masalahnya dengan elemen mekanis tersebut. Yang jelas, rancangan-rancangan yang kita
ciptakan harus dapat memecahkan masalah-masalah pencahayaan dan pengahawaannya secara tepat
dan logis; artinya, kita harus tahu benar kapan saatnya memakai bantuan elemen-elemen mekanis, dan
kapan pula kita harus terapkan pemecahan-pemecahan alami bagi masalah pencahayaan dan
pengudaraan tersebut. Pemecahan masalah pencahayaan bagi bangunan-bangunan pada dewasa ini,
umumnya dilakukan dengan dua cara :

•Cara alami dengan pemanfaatan sinar matahari, dan

•Cara mekanis, dengan penggunaan energi listrik. Kedua cara tersebut tentu saja harus diterapkan
secara tepat-guna, artinya cara manapun yang dipilih, sebaiknya berdasarkan kebutuhan yang dituntut
oleh fungsi ruangan yang bersangkutan.

Penerapan cara mekanis, sebaiknya hanya dalam hal-hal darurat saja :

•Dalam hal sinar matahari tidak cukup memberi kadar cahaya yang dibutuhkan oleh fungsi ruangan,

•Dalam hal sinar matahari tidak boleh masuk, dikarenakan persyaratan yang dituntut oleh fungsi ruang.

•Dalam hal sinar matahari tidak ada, misalnya pada malam hari ataupun adanya gangguan-gangguan
cuaca sehingga sinar matahari terhalang sampai ke permukaan bumi.

•Dalam hal diperlukannya „permainan cahaya“ bagi kesan-kesan ruang tertentu sesuai dengan fungsi
khusus ruangan yang bersangkutan. Misalnya : ruang pameran, ruang peragaan koleksi museum/
perpustakaan, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai