Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

200 Data LUX Meter

Minto,s.Pd.,M.T.

Disusun oleh :
1. M.Sobir Farid 1894104009
2. M. Bagas effendi 1894104011

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
presentasi tentang LUX Meter untuk memenuhi tugas mata kuliah Instrumentasi ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada Bapak minto selaku Dosen Mata Kuliah metrology indutri yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Alat LUX Meter beserta fungsi, bagian
dan Hasil
,prinsip kerja dan kelebihan dan kekurangannya.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah presentasi yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan
ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan.Nilai Pencahayaan yang
dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100
lux. Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi
benda-bendaditempatkerja.
Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi
persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu
besar atau pun lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang
diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing silau atau berkontraksi secara
berlebihan, Karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata harus
berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan mengecil
jika menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat
lelah (Departemen Kesehatan, 2008).

B. Tujuan
1. Mengukur besarnya intensitas cahaya yang ada di ruang kamar
2. Mengukur besarnya intensitas cahaya Flash HP,Laptop,Lilin,dan lampu
ruangan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencahayaan
1. Definisi Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah
bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai
tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang
dimaksud adalah sebuah bidang horisontal imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter
di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²),
dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan. Pencahayaan
dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan yang baik
menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya dengan jelas.
Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang
terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi
tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energy cahaya lainnya dalam spectrum
elektromagnetisnya (Suhadri, 2008).
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan  Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah penyinaran
pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Pencahayaan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi
benda-benda ditempat kerja. Pencahayaan dapat berasal dari cahaya alami dan cahaya
buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi disekitar yang perlu
dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin
terjadi, selain itu pencahayaan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang
lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).
2. Sistem Pencahayaan

4
Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di ruangan,
yaitu :
a. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistim ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi
ada kelemahannya, karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung, maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding, serta benda yang ada
didalam ruangan perlu diberi warna cerah, agar tampak menyegarkan.
b. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem
ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-
langit dan dinding yang diplester putih memiliki efisiensi pemantulan 90%,
sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%.
c. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dinding. Pencahayaan
sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke
bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih
ditemui.
d. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian, serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada, serta kesilauan dapat dikurangi.
e. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Seluruh langit-langit
dapat menjadi sumber cahaya, sehingga perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan

5
yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan,
sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan
kerja.
3. Sumber Pencahayaan
Sumber pencahayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sumber pencahayaan alami adalah sumber dari pencahayaan yamg didapat
dari sinar alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari,
untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak jendela dan lebar
jendela. Luas jendela untuk pencahayaan alami sekitar 20% luas lantai ruangan.
Pencahayaan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : musim, waktu, jam,
jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas jalan masuk pencahayaan alami
b. Sumber pencahayaan buatan adalah sumber pencahayaan yang berasal dari
lampu buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari suatu tempat
kerja bertujuan menunjang dan melengkapi pencahayaan alami, juga dimaksudkan
agar suatu ruangan kerja tercipta suasana yang menyenangkan dan terasa nyaman
untuk mata kita. Untuk itu dalam pemilihan atau pengadaan lampu perlu di perhatikan
tentang efek dari pencahayaan buatan terhadap obyek yang di amati, tugas visual
tertentu memerlukan pencahayaan buatan yang lebih baik (Suma’mur, 2009).

4. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pencahayaan


Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pencahayaan di ruang kerja menurut
Soeripto (2008) yaitu:
a. Kontras
Sifat terlihat dengan memberi cahaya dari lampu.Sebagai contoh, tinta tulis
yang berwarna hitam memantulkan sedikitcahaya atau sama sekali tidak
memantulkan cahaya, sementara kertassurat yang dapat ditulisi memantulkan hampir
seluruh cahaya yang jatuh padanya. Oleh karena adanya kontras (perbedaan) yang
tinggi,maka sifat dapat dilihat pada tempat kerja menjadi baik, dan membacadapat
dilakukan dengan mudah.

6
b. Arah dan distribusi cahaya
Ditinjau dari cara distribusinya, kita memiliki 6 macamsistem sumber cahaya
buatan (lampu) sebagai berikut :
1) Langsung : 90% cahaya menuju ke bawah.
2) Semi langsung : 60%-90% cahaya menuju ke bawah,sedang komponen
cahaya yang lain menuju ke atas.
3) General diffuse : 40%-60% cahaya menuju ke bawah,sedang komponen yang
lain menuju ke arah horizontal.
4) Langsung-tidak langsung : 40%-60% cahaya menuju ke atas dankomponen
yang lain menuju ke bawah.
5) Semi tidak langsung :10%-40% cahaya menuju ke bawah,dan komponen yang
lain menuju ke atas.
6) Tidak langsung : kurang dari 10% cahaya menuju kebawah.
c. Kesilauan
Kesilauan didefinisikan sebagai reaksi Psycho-Physiologi daritenaga kerja
terhadap besarnya pencahayaan lampu (sumber cahaya)yang terlalu terang. Kita
mengenal 3 macam kesilauan yaitu:
1) Kesilauan langsung (direct-glare) ialah kesilauan yang diakibatkanoleh
besarnya pencahayaan atau terlalu terangnya lampu (sumbercahaya) yang utama pada
lapangan pandang, lampu sumber cahayayang utama ini adalah lampu biasa yang
digunakan untuk pencahayaan seluruh ruangan.
2) Kesilauan tidak langsung (indirect-glare) ialah kesilauan yangdiakibatkan
oleh besarnya pencahayaan atau terlalu terangnya lampu(sumber cahaya) yang
berasal dari lampu sumber yang kedua,yakni permukaan yang dapat memantulkan
cahaya, misalnya kaca,meja, atap dan dinding yang mengkilat dan lain-lain.
3) Kesilauan oleh kontras (contrast-glare) ialah kesilauan yangdiakibatkan oleh
terlalu besarnya perbandingan atau perbedaan daripencahayaan di tempat kerja
(visual task) dengan lingkungan kerja(pencahayaan seluruh ruangan).
5. Dampak pencahayaan tidak baik

7
Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau
kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang
memenuhi syarat akan mengakibatkan (Suhadri, 2008) :
a. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
b.  Kelelahan mental.
c. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
B. Pengukuran Pencahayaan
Alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas pencahayaan adalah Lux meter.
Alat  bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik oleh
photo electric cell. Intensitas inyatakan dalam pencahayaan dalam Lux. Intensitas
pencahayaan diukur dengan 2 cara yaitu :
1. Pencahayaan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar).Pengukuran titik
pengukuran lokal : objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan
meja kerja pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.
2. Pencahayaan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi
luas lantai, dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai (setinggi
pinggang). Penentuan titik pengukuran umum : titik potong garis horizontal panjang
dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai
(Suma’mur, 2009).

C. Standar Pencahayaan
Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) bahwa kebutuhan
intensitas  pencahayaan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di tempat kerja
tidak memadai.

Tabel.1.1. Tingkat Pencahayaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

8
Tingkat
Jenis
Contoh Pekerjaan Pencahayaan yang
Pekerjaan
dibutuhkan (Lux)
Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 170
Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350
Teliti Membaca, menggambar 350-700
Sangat teliti Pemasangan 700-1000
Sumber : Suma’mur, 2009.
Standar pencahayaan lain yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri ialah sebagai berikut,

Tabel.1.2. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

9
Jenis Pekerjaan Tingkat Keterangan
Pencahayaan
Minimal ( Lux )
Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan dan ruang
tidak terus-menerus peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar dan 200 Pekerjaan dengan mesin dan
terus-menerus perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang
kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/
penyusun
Pekerjaan agak 500 Pembuatan gambar atau
Halus bekerja dengan mesin kantor,
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus
& perakitan halus.
Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,
Tidak pemeriksaan pekerjaan mesin
menimbulkan dan perakitan yang sangat
Bayangan halus.
Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,
Tidak perakitan
menimbulkan sangat halus.
Bayangan
Sumber : Kepmenkes No. 1405,2002.
BAB III
METODE DAN BAHAN
A. Metode

10
Pengukutan pencahayaan general

Siapkan Luxmater dan Pastikan operator Ukur luas ruangan


kalibrasikan menggunakan baju dan ukur titik
gelap pengukuran

Lakukan pengukuran
berdasarkan titik ukur
Bandingkan dengan Catat hasil dan rata- dan ketentuan jarak
standar yang berlaku rata kan electric cell dengan
lantai 85 cm (meja
kerja +25cm

B. Alat
1. Lux meter
2. Alat tulis
C. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengukuran cahaya adalah Flash HP,LAPTOP, Lilin
dan lampu ruangan lalu mengukur Cahaya yang ada di ruang kamar

BAB IV
HASIL
A. Hasil

11
1. Lokasi : Di Ruang Kamar
2. Waktu : 13.00-16.30 WIB
Berdasarkan metode pengukuran pencahayaan general, didapatkan hasil sebagai
berikut:
a. Perhitungan luas ruangan perpustakaan
L = panjang (p) x lebar (l)
L = 3.8 m x 2,8 m
L = 10,64 meter
b. Penentuan titik potong
Luas ruang kamar berada pada rentang 5 m2 – 10 m2, maka titik potong dilakukan
setiap jarak 3 meter baik panjang maupun lebarnya.

1 2

3 4

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

12
A. Simpulan
1. Pengukuran pencahayaan dilaksanakan di ruang kamar.
2. Pengukuran pencahayaan dilakukan dengan menggunakan Lux meter.
3. Pengukuran pencahayaan general diperoleh rata-rata hasil sebesar 81,75 lux.
4. Interpretasi hasil pengukuran pencahayaan berdasarkan Keputusan Menteri
KesehatanRepublik Indonesia Nomor 1405/MENKES/ SK/XI/2002 untuk
pencahayaan general belum memenuhi tingkat pencahayaan minal untuk tempat kerja
sebesar 100 lux.
B. Saran
1. Lampu ruangan sebaiknya dinyalakan ketika jam kerja perpustakaan
berlangsung, karena banyak digunakan oleh para mahasiswa untuk membaca buku.
2. Penempatan titik-titik untuk pengukuran general lebih diperhatikan sesuai luas
ruangan.
3. Penggunaan lux meter lebih diperhatikan dalam hal jarak penempatan electric
cell.

DAFTAR PUSTAKA

13
Arismaya, Jemmy. 2014. Pengukuran Intensitas Cahaya di Lingkungan Sekitar
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB. Skripsi.Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat
Kerja. SNI 16-7062-2004. ICS 17.180.20.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2008. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.
Frick, Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan Pengantar Pemahaman Cahaya, Kalor,
Kelembapan, Iklim, Gempa Bumi, Bunyi dan Kebakaran. Kanisius. Yogyakarta.
Hendra, Sekar Tina dan Amah Majidah. 2013. Tingkat Pencahayaan Perpustakaan di
Lingkungan Universitas Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7,
No. 6, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Lasa, H. S. 2005. Manajemen Perpustakaan. Gama Media. Yogyakarta.
Prabu, 2009. Penerangan Tempat Kerja, Pusat Pelayanan Ergonomidan
Kesker.Jakarta.
Pusat Kesehatan Kerja, ‘Promosi Kesehatan di Tempat Kerja’. Dari :
http://www.depkes.go.id (8 Juni 2016)
Soeripto. 2008. Higiene Industri. Balai Penerbit FKUI. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Suhardi. 2008. Diktat: Pengembangan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta: Jurdik
FMIPA
Suma’mur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung,
Wignjosoebroto, Sritomo. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis
untuk Peningkatan Produktifitas Kerja. Guna Widya. Surabaya.

Lampiran

14
Gambar 1.1. Proses pengukuran pencahayaan di ruangan

15

Anda mungkin juga menyukai