Anda di halaman 1dari 13

PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA

I.

Landasan Teoritis
1. Pengertian Cahaya
Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang
terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu
yang nilainya dapat dibedakan dari energy cahaya lainnya dalam spectrum
elektromagnetisnya (Suhadri, 2008).Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif.
Ditempat kerja memerlukan intensitas penerangan yang cukup untuk dapat
melihat dengan baik dan teliti. Intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh sifat
dan jenis pekerjaan dimana pekerjaan yang teliti memerlukan intensitas penerangan
yang lebih besar (Sumamur , 1993:48). Penerangan pada tempat kerja sangat
berpengaruh terhadap keadaan kesehatan, keselamatan, dan produktivitas tenaga kerja.
Pencahayaan pada tempat kerja yang memadai baik yang alami maupun buatan
memegang peranan yang cukup penting dalam upaya peningkatan kesehatan,
keselamatan dan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan baik tidaknya pencahayaan
disuatu tempat kerja selain ditentukan oleh kuantitas atau tingkat iluminasi yang
menyebabkan obyek dan sekitarnya terlihat jelas, tetapi juga oleh kualitas dari
pencahayaan tersebut diantaranya menyangkut arah dan penyebaran atau distribusi
cahaya tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula dekorasi tempat kerja khususnya
mengenai warna dari dinding, langit-langit, peralatan kerja, ikut menentukan tingkat
penerangan di tempat kerja (Soewarno, 1992:86).
2. Sifat Sifat dari Cahaya
1

Sifat dari cahaya (charaxter of light) ditentukan oleh:


1) Kuantitas cahaya
Banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan
terangnya permukaan tersebut dan sekitarnya.Kuantitas penerangan yang
dibutuhkan adalah tergantung dari tingkat ketelitian yang diperlukan, bagian
yang akan diamati dan kemampuan dari objek tersebut untuk memantulkan
cahaya yang jatuh padanya, serta brightness dari sekitar objek. Untuk melihat
suatu benda atau objek yang berwarna gelap dan kontras antara objek dan
sekitarnya jelek, diperlukan intensitas penerangan yang tinggi (beberapa ribu
lux), sedangkan untik objek/benda yang berwarna cerah kontras antara objek
dan sekitarnya cukup baik, maka diperlukan beberapa ratus lux saja.
2) Kualitas Cahaya
Kualitas Cahaya adalah keadaan yang menyangkut warna, arah, dan difusi,
cahaya, serta jenis dan tingkat kesilauan. Kualitas penerangan terutama
ditentukan oleh ada atau tidaknya kesilauan langsung (direct glare) atau
kesilauan karena pantulan cahaya dari permukaan yang mengkilap (reflected
glare) dan bayangan (shadows) (Sumamur, 1996).
3) Sistem Pencahayaan
Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di
ruangan, yaitu :
1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistim ini dinilai paling efektif dalam mengatur
pencahayaan, tetapi ada kelemahannya, karena dapat menimbulkan bahaya
serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung,
2

maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan


langi-langit, dinding, serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi
warna cerah, agar tampak menyegarkan.
2. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat
dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih
memiliki efisiensi pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien
pemantulan antara 5-90%.
3. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dinding.
Pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah
bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil
yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian, serta
dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada,
serta kesilauan dapat dikurangi.
5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan.

Seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, sehingga perlu


diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini
adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan, sedangkan kerugiannya
mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
3. Sumber Penerangan
Sumber penerangan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sumber penerangan alami adalah sumber dari penerangan yamg didapat dari
sinar alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari,
untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak jendela dan
lebar jendela. Luas jendela untuk penerangan alami sekitar 20% luas lantai
ruangan. Penerangan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas jalan
masuk penerangan alami
b. Sumber penerangan buatan adalah sumber penerangan yang berasal dari lampu
buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari suatu tempat
kerja bertujuan menunjang dan melengkapi pencahayaan alami, juga
dimaksudkan agar suatu ruangan kerja tercipta suasana yang menyenangkan
dan terasa nyaman untuk mata kita. Untuk itu dalam pemilihan atau pengadaan
lampu perlu di perhatikan tentang efek dari penerangan buatan terhadap obyek
yang di amati, tugas visual tertentu memerlukan penerangan buatan yang lebih
baik.

4. Pengukuran Penerangan
Alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas penerangan adalah lux
meter. Alat bekerja berdasarkan pengubahan energicahaya menjadi tenaga
4

listrik oleh photo electric cell. Intensitas inyatakan dalam penerangan dalam
Lux. Intensitas penerangan diukur dengan 2 cara yaitu :
1) Penerangan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi
luas lantai, dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai (setinggi
pinggang)
Penentuan titik pengukuran umum : titik potong garis horizontal panjang dan
lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai
2) Penerangan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar).
Pengukuran titik pengukuran lokal : objek kerja, berupa meja kerja maupun
peralatan. Bila merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan di atas meja
yang ada.

Menurut SNI 16-7062-2004 jarak tertentu dapat dibedakan berdasarkan luas


ruangan sebagai berikut :
a) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter. Contoh
daerah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan
kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2.1 berikut ini.
b) Luas ruangan antara 10m2 sampai 100m2 : titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Contoh
daerah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara
10m2 sampai 100m2 seperti pada Gambar 2.2 berikut ini.
c) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi : titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh daerah

pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan lebih dari


100 meter persegi seperti Gambar 2.3 berikut ini.
Standart Penerangan pada Ruangan
Menurut Sumamur (2009), Menyebutkan bahwa kebutuhan intensitas
penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di tempat kerja
tidak memadai. Untuk lebih jelas, lihat Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel.1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Jenis pekerjaam

Contoh pekerjaan

Tingkat Penerangan yang

dibutuhkan (Lux)
Tidak teliti

Penimbunan barang

80 170

Agak teliti

Pemasangan (tak teliti)

170-350

Teliti

Membaca, menggambar

350-700

Sangat teliti

Pemasangan

700-1000

Sumber : Sumamur, 2009.

Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja


Perkantoran dan Industri, tercantum dalam Tabel 2.3 berikut ini :

Tabel.2. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

Jenis Pekerjaan

Tingkat

Keterangan

Pencahayaan

Minimal ( Lux )
Pekerjaan kasar dan 100

Ruang

penyimpanan

dan

tidak terus-menerus

ruang peralatan/instalasi yang


memerlukan pekerjaan yang
kontinyu

Pekerjaan kasar dan

200

Pekerjaan dengan mesin dan


perakitan kasar

terus-menerus
Pekerjaan rutin

300

Ruang

administrasi,

ruang

kontrol,

pekerjaan mesin & perakitan/

penyusun
Pekerjaan agak

500

Pembuatan

gambar

atau

bekerja dengan mesin kantor,


Halus

pemeriksaan atau pekerjaan


dengan mesin

Pekerjaan halus

1000

Pemilihan warna, pemrosesan


tekstil, pekerjaan mesin halus
& perakitan halus.

Pekerjaan amat halus

1500

Mengukir

dengan

tangan,

pemeriksaan pekerjaan mesin


Tidak

dan perakitan yang sangat


7

menimbulkan

halus.

Bayangan
Pekerjaan terinci

3000

Pemeriksaan

pekerjaan,

perakitan
Tidak
menimbulkan

sangat halus.

Bayangan
Sumber : Kepmenkes No. 1405,2002.

Rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan penerangan suatu ruangan


adalah sebagai berikut :
........................................(2.1)

Dengan :
N = jumlah armature
E = spesifikasi standart lumer ruangan, dapat dilihat dalam tabel yang ada
untuk

mengetahui standart lumer ruangan

A = luas bidang yang diterangi (m)


Q = lumen total per armature, dapat dihitung dengan 1 watt = 65 lumen
Ef dihitung dengan permulaan menghitung nilai K untuk memperoleh

nilai ef (efisiensi). Selain it

........................................(2.2)

Dengan :
8

P = panjang ruangan
L = lebar ruangan
H = tinggi pemasangan lampu, tinggi bidang kerja

Setelah K diketahui nilai ef dapat dicari pada tabel berikut :

Tabel.2.7.Efisiensi penerangan lampu TL 40 watt dengan faktor depresiasi = 0,7 dan reflektansi
dinding = 0,5

Efisiensi

0,5

0,28

0,6

0,83

0,8

0,42

0,48

1,2

0,52

1,5

0,56

0,61

2,5

0,64

0,66

0,69

0,71

Sumber: effeciencyasia,2011.
Jika yang dicari tidak ditemukan maka dilakukan interpolasi untuk menentukan, d = faktor
depresias
9

II.

Alat ukur yang digunkan


a. lux meter
Alat

ukur

cahaya

(lux

meter)

adalah

alat

yang

digunakan

amok

mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya


ini perlu Untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan
peneranganyang cukup.Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka
diperlukansebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga
cahayayang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah
tampilan digital.
Harga dari besarnya cahayadapat ditampilkan pada layar LCD(Liquid Crystal Dis
play) denganmenggunakan sebuah ADC

(Analog

to

Digital

Converter)

Max ICL7106 dengan tegangan masukan antara200 mV 2 V dan tegangan


referensi antara 100 mV 1 V. Sensor cahayayang digunakan adalah solar cell
dengan

tegangan

keluaran

sebesar

0.5 V dan

arus20 mA sampai

30

mA. Alat ukur ini dibuat portable dengan menggunakantegangan somber 9 V DC


dari baterai.

10

III.

Pengukuran Intensitas Cahaya di Dalam Ruang Kerja


Menurut SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat
Kerja, pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja menggunakan alat luxmeter.
Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam
bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energy
listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
Prosedur kerja pengukuran intensitas cahaya dalam ruang kerja menurut SNI 167062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja adalah sebagai
berikut:
1.

Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi

2.

Menentukan titik pengukuran, penerangan setempat atau penerangan umum


Penerangan setempat adalah penerangan yang mengenai obyek kerja, berupa meja
kerja maupun peralatan. Bila meja kerja yang digunakan oleh pekerja, maka
pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. Denah pengukuran intensitas
penerangan setempat seperti berikut:

Penerangan umum adalah titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut
dibedakan luas ruangan sebagai berikut:

11

a.

Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.

b.

Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap
3 (tiga) meter.

c.

Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang
dan

lebar

ruangan

adalah

pada

jarak

meter.

(selengkapnya bisa dilihat di SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran


Intensitas Penerangan di Tempat Kerja)
3.

Syarat-syarat dalam pengukuran:


a.

Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan

dilakukan
b.
4.

Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.

Penggunaan luxmeter:
a.

Hidupkan luxmeteryang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor

b.

Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran

untuk intensitas penerangan setempat atau umum.


c.

Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat

sehingga didapat nilai angka yang stabil.


d.

Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas

penerangan setempat

DAFTAR PUSTAKA
http://aninkarina.blogspot.co.id/2012/06/cahaya-dan-pengukuran-cahaya-di-tempat.html

12

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
SNI

16-7062-2004

tentang

Pengukuran

Intensitas

Penerangan

di

Tempat

Kerja

http://maizzatul.blogspot.co.id/2012/03/laporan-praktikum-pengukuran-lingkungan_26.html

13

Anda mungkin juga menyukai