Anda di halaman 1dari 20

PENCAHAYAAN DAN GETARAN

LAPORAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum


Dasar Kesehatan Masyarakat K3 Pada Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari

OLEH
KELOMPOK 3
KELAS REGULER B 018
Suci Rahmadani (J1A1 18 105)
Febriana (J1A1 18 117)
Muh. Bazal Muharram (J1A1 18 118)
Fitra Rahayu (J1A1 18 121)
Fitriyani (J1A1 18 124)
Aulia Ghibrani Haidir (J1A1 18 128)
Siti Marwa Umar (J1A1 18 135)
Sulistiawti Ulfi (J1A1 18 137)
Sitti Rahma (J1A1 18 153)
Zulfani indah lestari (J1A1 18 141)
Albrina Roza Rezkillah (J1A1 18 188)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan ini yang
berjudul “PENCAHAYAAN DAN GETARAN” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari Laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas Praktikum Dasar Kesehatan Masyarakat K3. Selain itu, Laporan ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai Cara Pengukuran Pencahayaan
dan getaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga Laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari, Laporan yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, Maret 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PRAKTIKUM I. PENCAHAYAAN

I. PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Dasar Teori..................................................................................................1

B. Tujuan Praktikum........................................................................................9

II. ALAT DAN BAHAN.....................................................................................9

A. Alat..............................................................................................................9

B. Bahan.........................................................................................................10

C Prosedur Kerja............................................................................................10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................11

A. Hasil..........................................................................................................11

B. Pembahasan...............................................................................................13

IV. KESIMPULAN............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PRAKTIKUM I. PENCAHAYAAN

I. PENDAHULUAN
A. Dasar Teori

1. Defenisi Pencahayaan

G
a
m
b
a
r

Menurut Suhadri (2008) dalam Triatmojo, (2016), pencahayaan


didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah bidang permukaan.
Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai tingkat
pencahayaan rata-rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang dimaksud
adalah sebuah bidang horizontal imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas
lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki satuan Lux
(lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan.
Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan yang
baik menyebabkan manusia dapat melihat objek- objek yang dikerjakannya
dengan jelas. Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki
panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energy cahaya
lainnya dalam spectrum elektro magnetisnya.
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif. Pencahayaan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

1
menerangi benda-benda ditempat kerja. Pencahayaan dapat berasal dari cahaya
alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi
disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk menghindari
kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu pencahayaan yang memadai
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan (Suma’mur, 2009).

2. Sistem Pencahayaan
Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di
ruangan, yaitu :
a. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur
pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya
serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung,
maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan
langi-langit, dinding, serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi
warna cerah, agar tampak menyegarkan.
b. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat
dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih
memiliki efisiensi pemantulan 90%, sedangkan apabila di cat putih effisien
pemantulan antara 5-90%.
c. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
Pencahayaan sistem ini termasuk system direct-indirect yakni
memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem
ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
d. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil
yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian, serta
dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada,
serta kesilauan dapat dikurangi.
e. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan.
Seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, sehingga perlu
diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini
adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan, sedangkan
kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan
kerja.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pencahayaan


Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pencahayaan di ruang kerja
menurut Soeripto (2008) yaitu:
a. Kontras
Sifat terlihat dengan memberi cahaya dari lampu. Sebagai contoh, tinta tulis
yang berwarna hitam memantulkan sedikit cahaya atau sama sekali tidak
memantulkan cahaya, sementara kertas surat yang dapat ditulisi
memantulkan hampir seluruh cahaya yang jatuh padanya. Oleh karena
adanya kontras (perbedaan) yang tinggi, maka sifat dapat dilihat pada
tempat kerja menjadi baik, dan membaca dapat dilakukan dengan mudah.
a. Arah dan distribusi cahaya
Ditinjau dari cara distribusinya, kita memiliki 6 macam sistem sumber
cahaya buatan (lampu) sebagai berikut :
1. Langsung : 90% cahaya menuju ke bawah.
2. Semi langsung : 60%-90% cahaya menuju ke bawah, sedang
komponen cahaya yang lain menuju ke atas.
3. General diffus : 40%-60% cahaya menuju ke bawah, sedang
komponen yang lain menuju ke arah horizontal.
4. Langsung-tidak langsung : 40%-60% cahaya menuju ke atas dan
komponen yang lain menuju ke bawah.
5. Semi tidak langsung :10%-40% cahaya menuju ke bawah, dan
komponen yang lain menuju ke atas.
6. Tidak langsung : kurang dari 10% cahaya menuju kebawah.
b. Kesilauan
Kesilauan didefinisikan sebagai reaksi Psycho-Physiologi dari tenaga kerja
terhadap besarnya pencahayaan lampu (sumber cahaya) yang terlalu terang.
Kita mengenal 3 macam kesilauan yaitu:
1. Kesilauan langsung (direct-glare) ialah kesilauan yang diakibatkan
oleh besarnya pencahayaan atau terlalu terangnya lampu (sumber
cahaya) yang utama pada lapangan pandangan, lampu sumber cahaya
yang utama ini adalah lampu biasa yang digunakan untuk
pencahayaan keseluruhan ruangan.
2. Kesilauan tidak langsung (silau tidak langsung) adalah kesilauan yang
diakibatkan oleh besarnya pencahayaan atau terlalu terangnya lampu
(sumber cahaya) yang kehadiran dari lampu sumber yang kedua, yaitu
permukaan yang bisa memantulkan cahaya, misalnya kaca, meja, atap
dan dinding yang mengkilat dan lain-lain.
3. Kesilauan oleh kontras (kontras-silau) adalah kesilauan yang
diakibatkan oleh terlalu besarnya antar atau perbedaan dari
pencahayaaan di tempat kerja (visual tugas) dengan lingkungan kerja
(pencahayaan keseluruhan ruangan).

4. Dampak Pencahayaan
Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan
atau lanjut penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang
memenuhi syarat akan terus (Suhadri,2008) :
1. Kelelahan mata jadi berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indera mata dan lain-lain.

5. Sumber Pencahayaan
Sumber pencahayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sumber pencahayaan alami adalah sumber dari pencahayaan yang
didapat dari sinar alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama
12 jam dalam sehari, untuk mendapatkan cahaya matahari harus
memperhatikan letak jendela dan lebar jendela. Luas jendela untuk
pencahayaan alami sekitar 20% luas lantai ruangan. Pencahayaan
alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : musim, waktu,
jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas jalan masuk
pencahayaan alami.
b. Sumber pencahayaan buatan adalah sumber pencahayaan yang berasal
dari lampu buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan
buatan dari suatu tempat kerja bertujuan menunjang dan melengkapi
pencahayaan alami, juga dimaksudkan agar suatu ruangan kerja
tercipta suasana yang menyenangkan dan terasa nyaman untuk mata
kita. Untuk itu dalam pemilihan atau pengadaan lampu perlu di
perhatikan tentang efek dari pencahayaan buatan terhadap obyek yang
di amati, tugas visual tertentu memerlukan pencahayaan buatan yang
lebih baik (Suma’mur, 2009).
6. Lampu TL (Fluorescent Lamp)

G
a
m
b
a
r
2

Lampu Fluorescent atau TL adalah jenis lampu yang di dalam tabungnya


terdapat sedikit mercury dan gas argon dengan tekanan rendah, serbuk phosphor
yang melapisi seluruh permukaan bagian dalam kaca tabung lampu tersebut.
Tabung ini mempunyai dua elektroda pada masing-masing ujungnya, elektroda
yang dimaksud adalah kawat pijar sederhana. Saat menyalakan lampu, arus
mengalir pada elektroda kemudian elektron- elektron di dalamnya akan berpindah
tempat dari ujung yang satu ke ujung tabung yang lain. Energi listrik ini juga
merubah mercury dari cairan menjadi gas sehingga pada saat bersamaan atom
mercury yang berupa gas ini akan tertabrak oleh elektron. Tabrakan ini
menyebabkan energi elektron meningkat. Ketika energi elektron kembali normal
saat itulah elektron-elektron itu melepaskan energi menjadi cahaya ringan
(Chumaidy, 2017).
G
a
m
b
a
r
3

Sumber: Standar Dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja


Industri [ Permenkes No. 70 Tahun 2016 ]

7. Pengukuran Pencahayaan
Alat yang digunakan untuk tahu intensitas pencahayaan adalah Luxmeter.
Alat bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik oleh
foto listrik sel. Intensitas diumumkan dalam pencahayaan dalam Lux. Intensitas
pencahayaan ingat dengan 2 cara yaitu :
1. Pencahayaan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar). Pengukuran
titik pengukuran lokal : objek kerja, terdiri meja kerja juga peralatan.
Laporan pengukuran cahaya. Bila merupakan meja kerja pengukuran bisa
dilakukan di atas meja yang ada.
2. Pencahayaan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap meter
persegiluas lantai, dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai
(setinggi nilai). Penentuan titik pengukuran umum : titik potong garis
horisontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu
meter dari lantai (Suma'mur, 2009).
8. Lux Meter
Gambar 4 Keterangan

1. Tombol off/on : Sebagai tombol


untuk menyalakan atau
3
mematikan alat
2. Tombol range : Tombol
1
kisaran ukuran
4
3. Layar panel : Menampilkan hasil
2 pengukuran
4. Zero adjust VR : Sebagai
pengkalibrasi alat (bila terjadi
5 error)
5. Sensor cahaya : Alat untuk
mengkoreksi atau mengukur
cahaya

Lux Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya
di suatu tempat yang akan diteliti. Lux Meter digunakan untuk mengukur tingkat
luminansi. Hasil dari pengukuran Lux Meter akan dibandingkan dengan standar
pencahayaan ruang perpustakaan sebesar 300 Lux berdasarkan SNI. Cara
pengukurannya yaitu sensor ditempatkan pada tempat kerja atau pada tempat
dimana intensitas cahaya harus diukur, dan alat akan secara langsung memberikan
hasil pembacaan pada layar panel. Agar tidak terjadi kesalahan pengukuran maka
sensor harus ditempatkan secara tepat pada tempat kerja untuk menghasilkan
pembacaan yang akurat. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
operator saat melakukan pengukuran yaitu operator harus berhati-hati supaya
tidak menimbulkan bayangan. Jangan menimbulkan pantulan cahaya yang
disebabkan oleh pakaian operator (Hiromi, Mulyadi and Tamping, 2018).
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu untuk melakukan pengukuran intensitas penerangan
umum
2. Mahasiswa mampu untuk melakukan pengukuran intensitas penerangan
lokal
3. Mahasiswa mampu untuk melakukan penilaian dari hasil data
pencahayaan yang diperoleh

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
Alat yang digunakan yaitu:

1. Lux Meter Lutron


G
a
m
b
a
r
5

2. Alat Tulis

G
a
m
b
a
r
7

3. Stopwatch
G
a
m
b
a
r
8

B. Bahan
Bahan yang digunakan sebagai sumber pencahayaan adalah Lampu TL

G
G
a
a
m
m
b
b
a
a
r
r
9
1
0
Sumber Pencahayaan pada Perpustakaan FKM UHO yaitu Lampu TL

C Prosedur Kerja
a. Cara pakai alat Lux meter lutron LX-101A
1. Tombol off/on dipindahkan keposisi on.
2. Range pada Range A dipilih (jika pengukuran ≤ 2000 Lux
menggunakan “Range A”, jika nilai pengukuran antara 2000 sampai
19900 Lux harus memilih “Range B”, jika lebih dari 20,000 Lux
harus memilih “Range C”.
3. Sensor cahaya ditahan dengan tangan dan hadapkan kearah cahaya.
4. Kemudian dilihat pada layar Lux meter, jika pada layar Lux meter
sudah menunjukkan angka digital yang stabil, catatlah angka tersebut.
b. Pengukuran intensitas penerangan umum
1. Dibagi luas ruang kerja menjadi beberapa bagian, dengan ukuran 100
x 100 cm
2. Dilakukan pengukuran pada salah satu sudut, photo cell menghadap
sumber cahaya dan alat dipegang kurang dari 85 cm dari lantai
3. Dibaca dan dicatat hasilnya
4. Besarnya intensitas penerangan umum

c. Pengukuran intensitas penerangan lokal


1. Diukur ditempat tenaga kerja melakukan kegiatannya
2. Jika tenaga kerja berpindah-pindah, diukur ditengah-tengah tempat
tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hari : Senin
Tanggal : 2 Maret 2020
Waktu : 07.00-10.00 WITA
Lokasi Praktikum : Perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat
UHO
Alat : Luxmeter Lutron LX-101A
Berdasarkan metode pengukuran pencahayaan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Pengukuran Intensitas Penerangan Umum
Luas perpustakaan dibagi menjadi beberapa bagian,dengan ukuran
100×100 cm
(T33 = 27 Lux0 (T22 = 30 Lux) (T21 = 51 Lux) (T2= 66 Lux)
(T1= 53 Lux)
(T4= 70 Lux)
(T3= 75 Lux)
(T32 = 28 Lux) (T23 = 39 Lux) (T20 = 64 Lux)

(T31 = 35 Lux) (T24 = 46 Lux) (T6 = 84 Lux)


(T19 = 66 Lux)
(T5 = 81 Lux)

(T30 = 62 Lux) (T25 = 56 Lux) (T8 = 81 Lux)


(T18 = 76 Lux) (T7 = 60 Lux)

(T29 = 82 Lux) (T26 = 80 Lux)


(T17 = 96 Lux) (T10 = 88 Lux)

(T9 = 78 Lux)

(T27 = 95 Lux) (T16 = 95 Lux) (T12 = 104 Lux)


(T28 = 90 Lux)
(T11 = 99 Lux)

T15 = 94 (Lux) (T13 = 100 Lux)


Gambar 11
(T14 = 97 Lux)

G
a
m
b
a
r
12

Besarnya intensitas penerangan umum


2. Pengukuran Intensitas Penerangan Lokal

Gambar 13 Keterangan

Jumlah intensitas cahaya =


88 Lux

Di meja staff perpustakaan


melakukan aktifitasnya

B. Pembahasan
Pengukuran pencahayaan pada praktikum K3 dilaksanakan di Ruang
Perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, dimana
pengukuran dilakukan secara general menggunakan Lux meter.
1. Pengukuran Pencahayaan Umum
Pengukuran pencahayaan secara umum dilakukan di 33 titik dalam ruang
perpustakaan, diperoleh rata rata pengukuran:

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata pengukuran Umum ruang perpustakaan


diperoleh hasil sebesar 71,5 Lux
2. Pengukuran Pencahayaan Lokal
Pengukuran pencahayaan lokal dilakukan di 1 titik dalam ruang
perpustakaan, yang diukur di tengah-tengah bagian tempat kerja staff
perpustakaan karena tempat kerjanya berpindah-pindah. Untuk pengukuran
pecahayaan lokal intensitas cahaya yang di peroleh yaitu 88 Lux.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, standar pencahayaan di tempat kerja (perkantoran)
minimal adalah 100 Lux. Perpustakaan merupakan salah satu tempat kerja yang
sebagian besar kegiatan di sana tergolong kegiatan yang sangat mengandalkan
mata (Triatmojo, 2016).
Jika di lihat dari hasil pengukuran pencahayaan yang di lakukan di
perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat UHO, terdapat beberapa titik yang
jauh dari standar minimal pencahayaan. Hal ini terjadi karena pengukuran
dilakukan pada saat penerangan yang ada tidak maksimum, yaitu ketika tidak
semua lampu dalam keadaan menyala. Penyebab lainnya adalah rak-rak buku
yang terdapat dalam perpustakaan mempunyai ukuran besar sehingga
menghalangi cahaya.
Setelah dibandingkan Hasil dari penerangan umum yakni 71,5 Lux dengan
Standar Pencahayaan di Tempat kerja yakni 100 Lux maka disimpulkan bahwa
pencahayaan yang ada di Perpustakaan tidak memenuhi Kriteria dalam
Pencahayaan di Ruang Kerja. Begitu pula dengan Hasil ukur Pencahayaan Lokal
yakni hasilnya 88 Lux sedangkan Standar Pencahayaan ialah 100 Lux maka
disimpulkan bahwa Pencahayaan di Ruang Perpustakaan Fakultas Kesehatan
Masyarakat tidak memenuhi Kriteria dari Standar Pencahayaan di Tempat Kerja.
Hal tersebutlah yang dapat menghasilkan dampak-dampak kesehatan terutama
pada Indera Penglihatan yakni Mata. Dampak yang akan di terima seperti yang
disebutkan Suhadri (2008) yakni :
1. Kelelahan mata jadi berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
IV. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata yang telah dilakukan Pengukuran
“Pencahayaan Umum” di Ruang Perpustakaan diperoleh hasil sebesar
71,5 Lux.
2. Hasil Pengukuran “pencahayaan lokal” yang dilakukan di 1 titik dalam
ruang perpustakaan, yang diukur di tengah-tengah bagian tempat kerja
staff perpustakaan karena tempat kerjanya berpindah-pindah yaitu 88
Lux.
3. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri, standar pencahayaan di tempat kerja
(perkantoran) minimal adalah 100 Lux. Maka disimpulkan bahwa
Pencahayaan di Ruang Perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat
tidak memenuhi Kriteria dari Standar Pencahayaan di Tempat Kerja.
4. Karena Hasil Ukur Pencahayaan baik Umum maupun Lokal pada Ruang
Perpustakaan FKM UHO tidak memenuhi syarat. Maka, dapat
menghasilkan dampak-dampak kesehatan terutama pada Indera
Penglihatan yakni Mata. Dampak yang akan di terima seperti yang
disebutkan Suhadri (2008) yakni :
 Kelelahan mata jadi berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
 Kelelahan mental.
 Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
DAFTAR PUSTAKA

Arismaya, J. and Hergiana, M., 2004. Measurement Of Light Intensity In The


Environment Around The Department Of Civil,PP.1-7.
Pamungkas, M. and Rohmah, Y. S., 2015. Perancangan dan Realisasi Alat
Pengukur Intensitas Cahaya, 3(2), PP. 120–132.
Pratiwi, A.D., 2020. Panduan Praktikum Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(K3).
Manullang, A., 2015. Evaluasi pencahayaan, kebisingan, temperatur, dan
getaran pada line 3 pt south pasific viscose. 1–12
Triatmojo, yudi., 2016. Laporan pengukuran cahaya. Available at:
https://www.academia.edu/36306791/Laporan_pengukuran_cahaya(diaks
es 3 maret 2020).
Widowati, E., 2009. Pengaruh Intensitas Pencahayaan Lokal, KEMAS: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 5(1), pp. 64–69.
doi: 10.15294/kemas.v5i1.1862.
LAMPIRAN

1. Pengukuran pencahayaan lokal

2. Pengukuran tiap titik pencahayaan umum

Anda mungkin juga menyukai