Anda di halaman 1dari 41

Biosensor

untuk Deteksi Ancaman

Dr.rer.nat. Mo Awwanah, S.Si, M.Sc


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia

Program Advanced Plant


Technologies (APT)
• Memanfaatkan kemampuan
alami tumbuhan untuk
merespon lingkungan
• Memperluas kemampuan
tersebut melalui modifikasi
genetik untuk dapat
mendeteksi senyawa kimia,
ancaman radiologi, nuklir
maupun biologis yang terdapat
di udara, termasuk sinyal
elektromagnetik
• Sensor berbasis tumbuhan lebih murah, tahan lama, dan tidak mencolok dibandingkan
sensor mekanik dan elektronik.

GCN, 2017
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Sensing Ability of Plants
• Tumbuhan secara alami bereaksi terhadap rangsangan tertentu
Terhadap sentuhan

Terhadap suara

Terhadap
Terhadap cahaya senyawa
Kimia/
logam
berat
GCN, 2017
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Sensing Ability of Plants
• Rekayasa genetika memungkinkan rangsangan apa yang dapat memicu reaksi
tumbuhan
• Sebelumnya, ilmuwan biologis juga pernah mengusulkan ‘smart gardens’ di bandara
untuk mendeteksi obat-obatan dan bahan peledak, serta penggunaan tumbuhan untuk
mendeteksi polutan di udara.

https://www.youtube.com/watch?v=adKiyM7CQSo#t=48
International Laboratory of Plant Neurobiology: PLEASED “Plant Employed as Sensing Devices”
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Berbagai Jenis Ancaman di Bidang Militer
• Agen CBRNe, mencakup bahan berbahaya
dan beracun (B3) berupa bahan kimia,
biologi, radiologi, nuklir, dan/atau yang
bersifat eksplosif

• Termasuk di antaranya Biotoksin. Tiga kelompok utama biotoksin berdasarkan


penghasilnya:
- Microbial toxin = toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri,
jamur (mikotoksin), alga, termasuk virus
- Phytotoxin = toksin yang dihasilkan oleh tumbuhan
- Zootoxin/ venom = toksin yang dihasilkan oleh hewan
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia Ancaman Agen Kimia
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia Ancaman Agen Kimia

Racun saraf

• Novichock adalah salah


satu agen saraf yang
mengganggu transmisi
asetilkolin neurotransmitter
sehingga menyebabkan
kejang otot, lumpuh, gagal
jantung.
• Dapat berupa bubuk yang
sangat halus.
• Gejala muncul setelah 30
detik – 2 menit.
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia Ancaman Agen Biologis

Anthrax Ricin
Agen biologis dapat berupa mikroorganisme seperti
bakteri, virus dan fungi, baik yang terjadi secara alami
maupun hasil modifikasi genetik atau rekayasa.
Agen ini dapat menyebabkan infeksi, toksisitas atau alergi
pada manusia, hewan bahkan tumbuhan.

Toksin yang dihasilkan oleh organisme biologis baik


tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme juga
diklasifikasi menjadi agen biologis.
International Committee of the Red Cross, 2014
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia Contoh: Surat Rahasia vs. Surat Anthrax
• Pesan rahasia ditulis dengan cairan dari Bawang putih/Bombay,
lemon, atau jeruk.
• Zat organik dalam bahan tersebut akan teroksidasi dan berubah
warna menjadi cokelat ketika dipanaskan.
• Surat Anthrax adalah surat yang berisi spora bakteri Bacillus anthracis yang bisa
menyebabkan infeksi penyakit Anthrax.
• Menginfeksi kulit, paru-paru dan usus.
• Jika menembus kulit dan menyerang
aliran darah maka menyebabkan
keracunan darah yang fatal, perdarahan
internal, dan terkadang meningitis.
• Pada paru-paru menyebabkan
pneumonia.

Bankl, 2001; Metcalfe, 2002; Barras dan Greub, 2014; https://emergency.cdc.gov.


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia Mekanisme Kerja Anthrax
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia Contoh Fitotoksin: Surat Rahasia vs. Surat Ricin
• Pesan rahasia ditulis dengan cairan dari Bawang putih/Bombay, lemon,
atau jeruk.
• Zat organik dalam bahan tersebut akan teroksidasi dan berubah warna
menjadi cokelat ketika dipanaskan.
• Ricin adalah lectin (protein yang berikatan dengan
karbohidrat) dan merupakan racun yang sangat kuat, yang
dihasilkan oleh biji Jarak (Ricinus communis).
• Menyebabkan kematian sel → kerusakan organ.
• Dosis: 0.034 mg dapat membunuh manusia (pada tikus
hanya butuh 22 µg).

Bankl, 2001; Metcalfe, 2002; Barras dan Greub, 2014; https://emergency.cdc.gov.


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia

Mekanisme Kerja Ricin


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Biosensor
• Biosensor adalah alat pendeteksi yang menggunakan komponen biologis seperti
mikroba, jaringan, sel, protein, enzim, antibody, asam nukleat (DNA/RNA) untuk
mengenali dan mengukur konsentrasi dari suatu analit kemudian menghasilkan sinyal
yang terukur sebagai informasi yang dapat dideteksi, dicatat, dan dikirimkan secara
cepat.
• Interaksi antara komponen biologis pada biosensor dengan analit menghasilkan
perubahan kimia maupun fisik yang dapat dideteksi oleh transduser dan dikonversi
menjadi suatu sinyal listrik.
• Sinyal listrik ini kemudian diinterpreatasi sebagai konsentrasi dari suatu analit yang
terdapat pada sampel yang sedang diamati (udara, tanah, air, dll)
• Biosensor bersifat spesifik, karena bioreseptornya spesifik hanya klop/ cocok untuk
suatu substansi/zat/mol yang spesifik
• Biosensor ada berbagai macam ukuran dan bentuk, biasanya didesain portabel untuk
penggunaan lapang secara efisien.
• Kelebihan Biosensor: Accuracy/ precision, Sensitivity, Specificity, Simplicity, Continuity
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Biosensor
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Fungsi Biosensor
• Mengukur tingkat keasaman (pH)
• Mengetahui tingkat polusi dan cara mengontrolnya
• Mendeteksi adanya patogen dan toksin yang dihasilkan patogen tertentu
• Penentuan BOD (biological oxygen demand)
• Mengontrol kualitas tanah, termasuk adanya kandungan senyawa kimia dan logam berat
• Mendeteksi kebocoran, menentukan lokasi deposit minyak
• Mengecek kualitas udara di ruangan, termasuk adanya airborne bacteria atau zat kimia yang
digunakan sebagai bioweapon
• Penentuan degradasi seperti biodegradable pada kayu dan makanan
• Mengontrol kualitas makanan: mendeteksi kontaminasi mikroba, menentukan kesegaran,
analisis lemak, protein dan karbohidrat dalam makanan
• Penentuan parameter kualitas pada susu
• Mendeteksi dan mengukur: kadar glukosa, kolesterol, tekanan darah dll
• Diagnosis untuk: obat, metabolit, enzim, vitamin
• Mendeteksi penyakit infeksi dan alergi
• Studi efisiensi obat
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Komponen Dasar Biosensor
• Bioreseptor/ Biokatalis, yaitu komponen biologis yang
sensitif dan dapat mengenali analit, misalnya jaringan,
mikroba, organel, sel, protein, enzymes, antibodies, asam
nukleat (RNA/DNA) dll.

• Transducer, merupakan komponen/ elemen pendeteksi


(detektor), yang bekerja secara fisikokimia, piezoelektrik (dapat
merespon pengaruh tegangan mekanis/listrik), optik,
elektrokimia, dll., yang mengubah sinyal yang dihasilkan dari
interaksi antara analit dengan bioreseptor menjadi sinyal lain
(yaitu, transduser) yang dapat lebih mudah diukur dan dihitung

• Elemen elektronik prosesor sinyal (prosesor/ sinyal


elektronik/ amplifier) yang terutama bertanggung jawab untuk
menampilkan hasil yg mudah dibaca/ dipahami.
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Prinsip Kerja Biosensor
• Biokatalis/ bioreseptor/
komponen aktif biologi akan
berinteraksi dengan substansi/
zat kimia yang akan dideteksi
(sampel analit/ molekul target).
• Hasil interaksi yang berupa
besaran fisik maupun kimia
seperti panas, arus listrik,
potensial listrik atau lainnya akan
dimonitor oleh transduser.
• Besaran tersebut kemudian
diproses sebagai sinyal sehingga
diperoleh hasil yang dapat
dipahami pada suatu layar
monitor/ recorder/ komputer.

Karstenfaehnrich.de
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Prinsip Kerja Biosensor
• Biokatalis/ bioreseptor/
komponen aktif biologi akan
berinteraksi dengan substansi/
zat kimia yang akan dideteksi
(sampel analit/ molekul target).
• Hasil interaksi yang berupa
besaran fisik maupun kimia
seperti panas, arus listrik,
potensial listrik atau lainnya akan
dimonitor oleh transduser.
• Besaran tersebut kemudian
diproses sebagai sinyal sehingga
diperoleh hasil yang dapat
dipahami pada suatu layar
monitor/ recorder/ komputer.

Jaist.ac.jp
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Komponen: Bioreseptor
Tipe biosensor ditentukan berdasarkan jenis bioreseptor yang digunakan:
• Enzyme-based biosensor
• Imunosensor (antibody-based biosensor)
• Aptasensor
• Cell-based biosensor
Atau berdasarkan jenis transduser yang digunakan:
• Biosensor elektrokimia
• Biosensor optic
• Biosensor thermal
• Biosensor piezoelektrik

Sawant, 2017; Sezgintürk, 2020


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Komponen: Bioreseptor
• Bioreseptor adalah komponen biosensor yang berinteraksi dengan analit spesifik.
• Komponen biologis sebagai bioreseptor bisa berupa: jaringan, mikroba, organel, sel,
protein, enzim, antibodi, aptamer (oligonukleotida pita tunggal berupa ssDNA/RNA artifisial
yang dapat dimanfaatkan sebagai penangkap molekul) dll.
• Biasanya dalam bentuk terimmobilisasi pada suatu transduser.
• Immobilisasi bisa dilakukan dengan:
A. adsorpsi fisik
B. membuat ikatan kovalen antara
biomolekul dengan transduser.
C. menggunakan membran atau perangkap
matriks
D. Crosslinking antar bioreseptor

Sawant, 2017; Sezgintürk, 2020


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Komponen: Bioreseptor
• Pemilihan bioreseptor bergantung pada: analit yang menjadi target, high binding affinity
dan stabilitas.
• Beberapa bioreseptor yang digunakan dalam beberapa tahun terakhir

Justino et al., 2015; Sezgintürk, 2020


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Enzim sebagai Bioreseptor
• Enzim adalah biomolekul yang sering digunakan sebagai Bioreseptor pada Biosensor.
• Prinsip penggunaan enzim adalah dengan memanfaatkan reaksi katalitik yang spesifik terhadap
substratnya, dan dapat dideteksi.

• Jika reaksinya adalah reaksi reduksi-oksidasi, maka ada elektron yang dihasilkan yang bisa
dideteksi dengan metode elektrokimia seperti Amperometry, Voltametry dan lain-lain.
• Jika reaksinya menghasilkan H, O atau ion K+, dan lain-lain, maka bisa dideteksi dengan Ion-Selective
Electrode.
• Sistem biosensor enzimatik dapat mengukur konsentrasi analit dan/atau inhibisi dari enzim oleh target:
o Enzim dapat memetabolisme analit, sehingga konsentrasi analit diukur dengan transformasi katalitik
analit
o Enzim dapat dihambat oleh analit, sehingga konsentrasi analit dikaitkan dengan penurunan
pembentukan produk enzimatik.
Dalam hal ini bioreseptor berupa enzim dapat mendeteksi bahan yang diproduksi maupun dikonsumsi.

Sezgintürk, 2020
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Antibody sebagai Bioreseptor
• Antibody juga merupakan bioreseptor yang popular.
• Antibodi dapat berupa poliklonal (diproduksi oleh serangkaian sel imun) atau
monoklonal (dari satu sumber; diproduksi oleh klon sel yang serupa).
• Antibodi poliklonal mengikat antigen di berbagai situs atau dengan afinitas yang
berbeda, dan antibodi monoklonal mengikat dengan afinitas yang sama ke situs
target yang sama yang disebut epitop dan lebih selektif dibandingkan dengan antibodi
poliklonal.

Penggunaan fluorophore donor dan Acceptor pada


FRET Biosensor
Sezgintürk, 2020
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Imunosensor
• Imunosensor, menggunakan antibodi sebagai biosensor untuk mendeteksi pathogen atau
toksin yang dihasilkan oleh patogen tersebut.
• Antibodi termasuk dalam kelompok protein immunoglobulin (Ig) yang diproduksi oleh limfosit
B.
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
DNA/RNA dan Aptamer sebagai Bioreseptor
• Asam nukleat bersifat lebih stabil daripada antibody sebagai bioreseptor
• Target DNA/RNA dikenali melalui proses hibridisasi (penggabungan/ pemasangan)
dengan afinitas yang tinggi
• Hibridisasi terjadi melalui base-pairing
• Aptamer merupakan produk artifisial oligonukleotida (RNA atau ssDNA) yang
disintesis secara in vitro.
• Aptamer biasanya 30-40 basa.
• Aptamer memiliki afinitas yang tinggi terhadap target, biasanya membentuk struktur
3D yang memungkinkan pengikatan spesifik terhadap analit.
• Kelebihan aptamer sebagai bioreseptor: stabil terhadap suhu, mudah dimodifikasi dan
diimobilisasi dengan mudah.

DNA-based biosensor: https://www.youtube.com/watch?v=PjlhoZpQIEY


Aptasensor: https://www.youtube.com/watch?v=AY3lDFNQcyU

Sezgintürk, 2020
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Sel sebagai Bioreseptor
• Bioreseptor berupa sel dapat berasal dari organisme hidup seperti: bakteri, fungi,
yeast, alga, hingga sel kultur jaringan
• Sinyal analitik ditentukan dengan mengukur status metabolisme keseluruhan
organisme hidup, misalnya: penghambatan pertumbuhan, viabilitas sel (kemampuan
hidup sel), dan penyerapan substrat yang menjadi target.
• Dibanding enzim, sel memiliki kelebihan sebagai biosensor: lebih stabil, tahap
purifikasi dalam penyiapannya lebih singkat, dan biayanya lebih murah.

• Selain sel dari organisme di atas, bakteriofag (virus pada bakteri) juga dapat
digunakan sebagai bioreseptor, terutama untuk mendeteksi bakteri patogen.
• Bakteriofag memiliki peptide dan protein pada permukaannya sehingga dapat dikenali
oleh reseptor pada permukaan bakteri.
• Bioreseptor bakteriofag bersifat target-specific, robust dan cost-effective.

Sezgintürk, 2020
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Komponen: Transduser
• Transduser umumnya adalah perangkat elektronik yang dapat mengubah peristiwa
pengenalan biokimia yang terjadi antara bioreseptor dan ligannya menjadi sinyal
yang terukur.

• Reaksi antara analit dengan bioreseptor menyebabkan perubahan fisik dan kimia
seperti: pembentukan produk kimia baru, pelepasan panas, aliran elektron, pH,
massa dll.

• Transduser mengubah sinyal biokimia menjadi sinyal listrik.

• Terdapat 3 tipe utama transduser: elektrokimia, optik, dan piezoelektrik.

• Sinyal yang keluar dari transduser ini kemudian diproses dalam suatu sistem
elektronik misalnya recorder atau komputer.
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Komponen: Transduser

Sezgintürk, 2020
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Komponen: Transduser

Sezgintürk, 2020
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia

Transduser Elektrokimia
• Transducer elektrokimia mengukur arus listrik
yang dihasilkan dari reaksi katalisis enzimatik
yang mengonsumsi atau menghasilkan
elektron (reaksi redox).
• Biosensor elektrokimia diklasifikasikan
menjadi 4 jenis:
o Biosensor Amperometrik, menghasilkan
arus listrik yang dapat diukur.
o Biosensor Impedimetrik, jika mengubah
impedansi dari medium.
o Biosensor Konduktometrik, jika mengubah
konduktivitas property dari media.
o Biosensor Potensiometrik, menghasilkan
akumulasi potensial atau muatan listrik.
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia

Transduser Elektrokimia Dioksidasi

Gopalakrishnakone, 2015
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia

Transduser Optik
• Biosensor yang menggunakan
transduser optic disebut biosensor
optic.
• Biosensor Optik adalah perangkat yang
menggunakan prinsip pengukuran
optik. Biosensor ini menggunakan serat
optik serta transduser optoelektronik.
Istilah optrode mewakili kompresi dua
istilah optikal dan elektroda.
• Sensor-sensor ini terutama melibatkan
antibodi dan enzim seperti elemen
transduksi.
• Salah satu contoh adalah SPR
Gopalakrishnakone, 2015
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia

Transduser Optik
• Biosensor yang menggunakan
transduser optic disebut biosensor
optic.
• Biosensor Optik adalah perangkat yang
menggunakan prinsip pengukuran
optik. Biosensor ini menggunakan serat
optik serta transduser optoelektronik.
Istilah optrode mewakili kompresi dua
istilah optikal dan elektroda.
• Sensor-sensor ini terutama melibatkan Surface Plasmon Resonance (SPR) for SARS-CoV2
antibodi dan enzim seperti elemen detection
transduksi. https://www.youtube.com/watch?v=h6z_1rAaduE
• Salah satu contoh adalah SPR
Gopalakrishnakone, 2015
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia

Transduser Peizoelektrik
• Platform piezoelektrik adalah elemen sensor yang bekerja berdasarkan hukum
osilasi karena lompatan massa pada permukaan kristal piezoelektrik
• Bekerja berdasarkan perubahan kecil pada
massa dengan menggunakan kristal
piezoelektrik yang bervibrasi diinduksi oleh
sinyal elektrik pada frekuensi tertentu.
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia Biosensor Pertama: Biosensor Kadar Gula Darah
• Biosensor pertama dideskripsikan oleh Clark and Lyons pada 1962.
• Elektroda oksigen digabungkan dengan enzim glukosa oksidase untuk memantau
kadar glukosa.
• Biosensor glukosa yang pertama kali dijual kepada masyarakat bernama Glucose Analyzer
Model 23 pada tahun 1974 oleh perusahaan elektronik bernama Yellow Spring Instrument
(YSI). Perusahaan ini juga yang mengembangkan rangkaian elektronik untuk menjadikan
biosensor glukosa buatan Clark ini menjadi alat yang kompak test pack.
• Molekul glukosa yang dioksidasi oleh enzim glucose
oxidase GOD menghasilkan elektron yang ditangkap
oleh elektroda sehingga kadar glukosa berbanding
lurus dengan sinyal elektronik yang diterima.
• Data yang dihasilkan adalah ukuran kadar glukosa.
• Dalam hal ini, yang termasuk transducer adalah
electroda; sedang enzyme sebagai bioreseptor atau
komponen biologis aktif.
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
SARS-CoV2 Biosensor

Lim et al., 2021


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia

Strategi Komersialisasi
Biosensor
• Penyederhanaan alat
agar lebih portable dan
user friendly

Liu et al., 2019


Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Future Application

Soldier Wearables
Malyasov, 2019
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Wearable Biosensor
Glucose monitoring device

Smart Contact Lens by Google


to monitor glucose

krazytech.com
Universitas Pertahanan
Republik Indonesia
Wearable Biosensor
Kelebihan:
• Membantu memonitor kondisi fisik
• Mengurangi dan mencegah perawatan medis yang mahal (karena deteksi bisa
dilakukan lebih awal)
• Harga sesuai manfaat (cost effective)
• Pemanfaatan sangat mudah (user friendly)

Aplikasi:
• Bidang Militer
• Bidang Kesehatan
• Memonitor kondisi lingkungan

krazytech.com
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai