Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH BIOSENSOR

NANOROBOTS PENDETEKSI DAN PENGHANCUR SEL KANKER


Dosen Pengampu : Ibu Endrika Widiastuti S.TP., M.Sc

Disusun oleh :
Nikita Fendy

(125100500111011)

Iis Hariyanti

(125100501111028)

Laila Yum Wahibah

(125100507111014)

Dita Kurniasari

(125100501111007)

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...1
BAB II METODE..2
2.1 Metode Lama Pengobatan kanker .2
2.2 Metode Baru dengan Nanorobots 2
2.3 Parameter Utama Aritektur Nanorobots ...2
BAB III PEMBAHASAN .4
3.1 Mekanime Nanorobot Mendeteksi dan Menghancurkan Sel Kanker4
BAB IV KESIMPULAN5
DAFTAR PUSTAKA6

BAB I
PENDAHULUAN
Mark Davis mendasarkan penemuannya pada temuan Andrew Fire dan Craig Melo,
peraih hadiah Nobel kedokteran tahun 2006. Ketika itu, mereka berdua menemukan interferensi
RNA (iRNA) bisa bekerja menyembuhkan kanker. Uji coba pada cacing membuktikan
efektivitas iRNA. Menurut dua peneliti itu, iRNA berperan penting dalam memburu target RNA
yang berperan memberikan informasi dalam pembuatan protein pada tahap awal. Protein yang
membuat sel sel kanker memperbanyak diri itu terbuat dari gen tertentu. Maka, Davis pun
mendesain nanopartikel yang menyerang gen melalui rekayasa RNA. Harapannya sel kanker tak
sanggup lagi mengurus protein untuk memperbanyak diri. Meski baru terbatas pada pasien
melanoma.

Gambar 1. Nanorobots
Nanorobots atau dikenal dengan istilah DNA Berjalan

ini

sudah

dikembangkan

sejak dulu, namun mereka tidak pernah mencapai prestasi seperti saat ini. Menurut Lloyd Smith
dari Univesity of Wisconsin, Madison untuk pertama kalinya sistem mesin nano diaplikasikan
untuk melakukan operasi. Peneliti dan Dokter dari Clifornia Institute of Technology Amerika
Serikat, telah menciptakan robot yang berisi nanopartikel yang bias memberantas sel tumor. Hal
ini merupakan sebuah kemajuan penting dalam evolusi teknologi DNA. Nanorobots adalah
sebuah robot mikroskopis yang diciptakan dari molekul DNA yang dapat berjalan, berbalik, dan
bahkan dapat menciptakan produk produk kecil mereka sendiri di jalur perakitan skala nano.

Robot laba laba ini diharapkan dapat berjalan di sepanjang lintasan DNA. Dengan
menggunakan alur yang sesuai dengan urutan (untaian DNA).
Nanorobots diharapkan dapat memberikan kemajuan dalam pengobatan melalui
miniaturisasi dari mikroelektronika ke nanoelectronics. Karya ini menyajikan arsitektur
nanorobots berdasarkan nanobioelectronic untuk pengembangan bertahap dan penggunaan masa
depan nanorobots untuk menghancurkan sel kanker dalam tubuh. Kanker yang menyerang tubuh
dapat diobati melalui tahap teknologi dengan alat alat terapi kesehatan. Namun, kemampuan
pasien untuk menahan serangan sel kanker dapat dipengaruhi dari bagaimana sebelumnya pasien
tersebut didiagnosis termasuk didalamnya pendeteksiaan sel kanker pada tubuh, selain itu pasien
dianjurkan untuk mengkonsumsi obat untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi.
Mengingat sifat nanorobots untuk menavigasi suatu perangkat menggunakan perantara melewati
aliran darah.
Nanorobots yang dilengkapi dengan biosensor kimia dapat digunakan untuk mendeteksi
sel tumor pada tahap awal pertumbuhannya di dalam tubuh pasien. Selain itu, nanosensor dapat
dimanfaatkan untuk menemukan intensitas sinyal E-cadherin. Oleh karena itu arsitektur
perangkat keras dibuat real time simulasi 3 D, karena didasarkan dari nanobioelectronics untuk
nanorobots pendeteksi dan terapi sel kanker.
Perkembangan terkini nanorobot dari Korea Selatan tepatnya di Chonnam National
University telah menciptakan bakteriobot ini dimana menggunakan Salmonella typhimurium
yang telah direkayasa genetiknya. Bakteriobot ini tidak beracun sehingga memberikan
pengobatan kanker dengan target tumor. Bakteriobot ini membawa robot dengan ukuran sekitar 3
mikrometer yang secara otomatis melepaskan kapsul ketika mencapai tumor yang berisi obatobatan. Caranya kerja bakteriobot akan mendiagnosadan menyerang kanker itu sendiri dengan
otak bakterinya. Untuk pergerakannya menggunakan flagelnya. Sehingga ketika bakteriobot itu
sampai pada target turmor, bakteriobot ini akan member obat langsung ke tumor, dan
meninggalka sel-sel yang sehat saja. Alasan menggunakan Salmonella typhimurium dalam
penelitian ini karena bakteri tersebut cenderung menumpuk pada tumor hipoksia dalam organism
hidup, beredar cepat dalam tubuh sehingga membantu memberikan pengobat ke target tumor.

BAB II
METODE
2.1 Metode Lama Pengobatan Kanker
Selama ini, ada tiga jenis tipe pengobatan yang kerap diberikan kepada pasien : operasi,
penyinaran sinar-X (radioterapi), dan kemoterapi. Namun masing masing mempunyai
kelemahan. Kemoterapi misalnya, tidak bias membedakan sel kanker dan sel nomal, dan sel sel
normal ikut mati terkena kemoterapi.
2.2 Metode Baru dengan Nanorobots
Metode metode yang digunakan untuk mendeteksi sel kanker dalam tubuh manusia, antara lain:
1. Metode Acak
Sebuah metode yang menggunakan prinsip nanorobots yang bergerak pasif (Gerak Brown)
melalui perantara cairan, yang akan berhenti jika menemukan target.
2. Metode Gradien
Sebuah metode yang menggunakan prinsip nanorobots memantau konsentrasi intennsitas sinyal
E-cadherin, ketika terdeteksi maka akan mengikuti gradient hingga mencapai target yang dituju.
Jika gradient tidak dapat menemukan atau mendeteksi sinyal tambahan pada 50 ms, maka
nanorobots akan menganggap bahwa sinyal tersebut positif palsu dan akan terus mengalir
melalui cairan.
3. Metode Gradien dengan Atraktan
Sebuah metode yang menggunakan prinsip seperti di atas, nanorobots akan melepaskan sasaran
selain sinyal kimia, perbedaan sinyal kimia inilah yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan untuk menemukan target. Teknik ini melibatkan komunikasi antara nanorobots yang
sangat cocok untuk meningkatkan kinerja. Dengan membandingkan teknik ini, kita dapat
mengevaluasi manfaat komunikasi kimia antara nanorobots untuk bekerja pada aplikasi
biomedis.
2.3 Parameter Utama Arsitektur Nanorobot
Parameter utama yang digunakan untuk arsitektur medis nanorobot dan aktivitas control,
berikut latar belakang teknologi yang tersusun dari perangkat keras sebagai mesin dalam bentuk
molekuler :

a. Teknologi Produksi

Nanorobot dikembangkan dalam fabrikasi, perhitungan, tranduser dan manipulasi,


tergantung pada masalah, gradient yang berbeda pada suhu, konsentrasi bahan kimia dalam
aliran darah, dan tanda tangan elektromagneik adalah parameter relevan untuk tujuan diagnostic
(T. Hogg, and P. J. Kuekes, 2006). CMOS VLSI (Very Large Scale Integration) adalah sebuah
sistem desain menggunakan litografi ultraviolet dalam memberikan presisi tinggi dan cara
komersial untuk pembuatan nanodevices awal dan system nanoelectronics. Industri CMOS
(Complementary Metal Oxide Semiconductor) berhasil mendorong jalur untuk proses perakitan
yang dibutuhkan untuk memproduksi nanorobots, dimana penggunaan bersama nanophotonic
dan nanotube bahkan mungkin lebih mempercepat tingkat aktual Resolusi mulai dari 248nm
sampai 157nm perangkat (Bogaerts et al, 2005). Sedangkan untuk memvalidasi desain dan untuk
mencapai keberhasilan pelaksanaan, penggunaan VHDL (Verifikasi Hardware Description
Language) telah menjadi metodologi yang paling umum digunakan dalam industri manufaktur
sirkuit terpadu (Kubista, 2004)
b. Chemical Sensor
Yaitu peralatan silicon berbasis kimia dan gerak sensor array yang menggunakan sisem
hirarki sebagai arsitektur, system ini dua kali lebih berhasil yang telah dilakukan selama 15 tahun
terakhir. Aplikasi ini berasal dari industry automotive dan kimia dengan deteksi pesawat ke
elemen air dengan melalui permrograman perangkat lunak, dan menggunkan biomedis. Melalui
kawat nano, ada energy transfer data dan operasi rangkaian dapat menurun hingga 60% (Xu et al,
2004). Biosensor berbasis CMOS menggunakan kawat nano sebagai bahan untuk rangkaian
perakitan dapat mencapau efisiensi maksimal (Curtis et al, 2006).
Nanosensors kimia yang tertanam dalam nanorobots dimanfaatkan untuk memantau
gradient E-cadherin. Dengan demikian, nanorobots diprogram untuk membuat skrining rinci
seluruh tubuh pasien. Dalam Arsitektur medis, nanorobots diterapkan untuk mengambil
informasi tentang kondisi pasien dengan menggunakan elektromagnetik. Perkembangan terakhir
di sirkuit 3D dan FinFETs double-gerbang telah mencapai hasil yang menakjubkan dan sesuai
dengan semikonduktor roadmap.
c. Power Supply
Penggunaan CMOS untuk telemetri aktif dan power supply adalah cara yang paling
efektif dan aman untuk menentukan energi yang diperlukan untuk operasi nanorobot, selain itu
diperlukan untuk transfer data digital dari dalam tubuh manusia (Mohseni et al, 2005). Dengan

demikian, nonocircuits dengan sifat listrik resonan dapat beroperasi sebagai sebuah chip yang
menyediakan energi elektromagnetik dapat memasok 1,7 mA pada 3.3V untuk kekuasaan, yang
memungkinkan pengoperasian dengan sedikit atau hampir tidak ada kerugian yang signifikan
selama transmisi daya dengan menggunakan kopling induktif (Eggers et al, 2000). Energi yang
diterima dapat juga disimpan dalam rentang 1W sementara nanorobot tetap dalam mode aktif,
hanya menjadi aktif ketika pola sinyal memerlukannya untuk melakukannya (Ahuja and Myers,
2006).
d. Transmisi Data
Aplikasi perangkat dan sensor ditanamkan di dalam tubuh manusia untuk mengirimkan
data tentang kesehatan pasien yang dapat memberikan keuntunan besar dalam pemantauan medis
secara terus menerus (Cavalcanti et al, 2007). Baru-baru ini, penggunaan RFID untuk in vivo
pengumpulan data dan transmisi berhasil diuji untuk electroencephalograms. Untuk komunikasi
dalam cairan ruang kerja, tergantung pada aplikasi, akustik, ringan, RF, dan sinyal kimia yang
dianggap sebagai kemungkinan pilihan untuk komunikasi dan transmisi data (Cavalcanti and
Freitas, 2005).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Nanorobots Mendeteksi dan Menghancurkan Sel Kanker

Tubuh robot ini terdiri dari protein yang biasa disebut streptavidin. Yang melekat padanya
kaki tiga, seperti : 'enzimatik DNA' untai tunggal yang mengikat, dan kaki keempatnya adalah
untaian yang membawa laba-laba ke titik awal. Setelah robot dilepaskan dari pemicu, maka ia
akan mengikat kemudian memotong untaian DNA," ujar Milan Stojanovic selaku ketua tim
proyek. Setelah untaian dipotong, kaki robot mulai meraih jalur dan mencocokan DNA. dengan
ini, robot dipandu ke jalur yang ditetapkan oleh peneliti. Untuk melihat robot ini bergerak, para
peneliti menggunakan mikroskop kekuatan atom. Hebatnya lagi, Robot ini bisa mencatat tandatanda penyakit pada permukaan sel, menentukan sel itu adalah kanker, menghancurkan sel
kanker bahkan robot itu bisa memberikan senyawa untuk membunuhnya.
Nanorobots membawa sejumlah double strainded small interfering ribonucleic acid
(siRNAs). Melalui mekanisme interferensi, siRNAs mematikan gen gen kanker yang penting.
Gen kanker umumnya merupakan gen yang bisa bekerja jika telah berubah dari DNA (dioxyribo
nucleic acid) menjadi RNA. Kemudian robot itu dimasukkan ke pembuluh darah penderita
melanonia sejenis kanker kulit, dalam uji klinis fase pertama. Dalam fase ini, peneliti melihat
keamanan terapi yang dibuat. Davis itu, melalui arahan dari computer, robot tersebut menuju sel
kanker. Setelah robot tersebut menemukannya, maka nanopartikel itu dikeluarkan untuk
membasmi gen gen tersebut.
Dan hasilnya mengejutkan, sel-sel kanker tersebut mengerucut. Selain itu, ia bisa
mendeteksi dan mengambil gambar nanopartikel di dalam sel sel kanker yang mati.
Kesimpulannya semakin banyak dosis nanopartikel, maka akan semakin banyak pula
nanopartikel yang berada di salam sel kanker. Ini menunjukkan bahwa sel sel kanker merespon
dosis nanopartikel. Kesimpulannya bahwa nanopartikel yang berisi siRNAs mampu melakukan
tugas mendegradasi RNA yang berperan dalam pembuatan protein sel kanker. Terapi ini
membuka pintu bagi masa depan terapi seperti game dalam menyerang kanker dan beberapa
penyakit lain di tingkat level gen.
Para riset menggunakan istilah nanobell. Nano ini terbuat dari jutaan atom yang
membentuk partikel silica berukuran sangat kecil dan sulit dilihat dengan mata telanjang. Tapi
ukurannya lebih besar dari protein. Nanobell terdiri dari inframerah dan serat optic untuk
membawa energi laser. Ketika sampai di tumor, partikel silica memancarkan sinar laser ke tumor.
Sinar laser inilah yang mengonversi cahaya menjadi panas dan membunuh sel sel kanker.

BAB IV
KESIMPULAN
Nanorobots adalah sebuah robot mikroskopis yang diciptakan dari molekul DNA yang
dapat berjalan, berbalik, dan bahkan dapat menciptakan produk produk kecil mereka sendiri di
jalur perakitan skala nano. Dulunya dunia medis menangani kanker dengan cara : operasi,
penyinaran sinar-X (radioterapi), dan kemoterapi, yang mempunyai banyak resiko dan efek
samping. Namun kini dengan nanorobots menggunakan metode acak, metode gradient dan
metode gradient dengan atraktan dapat menjadi solusi yang lebih canggih untuk mendeteksi dan
menghancurkan sel kanker.

DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, S. P. and J. R. Myers, 2006. A Survey on Wireless Grid Computing. Journal of
Supercomputing, v 37, n 1, p 3-21, Jul.
Bogaerts, W., R. Baets, P. Dumon, V. Wiaux, S. Beckx, D. Taillaert, B. Luyssaert, J. V.
Campenhout, P. Bienstman, D. V. Thourhout. 2005. Nanophotonic Waveguides in Siliconon-Insulator Fabricated with CMOS Technology. J. of Lightwave Technology. Vol. 23,
no. 1, pp. 401-412, Jan.
Castillo, M. 2014. Cancer-Fighting Nanorobot May Be Able to Target Tumors, Spare Healthy
Tissue. Diakses 18 November 2014. <http://www.cbsnews.com/news/cancer-fightingnanorobot-may-be-able-to-target-tumors-leave-healthy-tissue-alone/>.
Cavalcanti A., R. A. Freitas Jr. 2005. Nanorobotics Control Design: A Collective Behavior
Approach for Medicine. IEEE Transactions on NanoBioScience, Vol. 4, no. 2, pp. 133140, Jun.

Cavalcanti, A., B. Shirinzadeh, R. A. Freitas Jr., L. C. Kretly. 2007. Medical Nanorobot


Architecture Based on Nanobioelectronics, Recent Patents on Nanotechnology,
Bentham Science, Vol. 1, no. 1, pp. 1-10, Feb.
Cavalcanti, A., B. Shirinzadeh, T. Hogg, J.A. Smith. Hardware Architecture for Nanorobots
Application in Cancer Therapy. IEEE-RAS ICAR Intl Conf. on Advanced Robotics
Curtis, A. S. G., M. Dalby, N. Gadegaard. 2006. Cell signaling arising from nanotopography:
implications for nanomedical devices. Nanomedicine J., Future Medicine. Vol. 1, no. 1,
pp. 67-72, Jun.
Eggers, T., C. Marscher, U. Marschner, B. Clasbrummel, R. Laur, J. Binder. 2000. Advanced
hybrid integrated low-power telemetric pressure monitoring system for biomedical
application, Proc. of Int'l Conf. On Micro Electro Mechanical Systems, pp. 23-37,
Miyazaki, Japan, Jan.
Hogg, T., and P. J. Kuekes. 2006. Mobile microscopic sensors for high resolution in vivo
diagnostics, Nanomedicine: Nanotechnology. Biology and Medicine. Vol. 2, no. 4, pp.
239-247, Dec.
Kubista, P. B., 2004. Creating standard VHDL test environments. 6813751US, Nov.
Mohseni, P., K. Najafi, S. Eliades, X. Wang. 2005. Wireless multichannel biopotential recording
using and integrated FM telemetry circuit. IEEE Transactions on Neural Systems and
Rehabilitation Engineering, Vol. 13, no. 3, pp. 263271, Sep.
Neal, R. W. 2014. Cancer-Fighting Robot: Korean Scientists Develop Nanorobots That Are
More

Efficient

Than

Chemotherapy.

Diakses

20

November

2014.

<http://www.ibtimes.com/cancer-fighting-robot-korean-scientists-develop-nanorobotsare-more-efficient-chemotherapy-video>.
Nuviun digital health. 2014. South Korean Scientists Develop the Worlds First Cancer-Treating
Nanorobots. Diakses 20 November 2014. <http://nuviun.com/content/blog/nanorobots>.
Rodriguez, J. M. 2013. Worlds First Cancer Treating Nanorobot Unveiled in South Korea.
Diakses

20

November

2014.

<http://inhabitat.com/worlds-first-cancer-treating-

nanorobot-unveiled-in-south-korea/>.
Xu, W., N. Vijaykrishnan, Y. Xie, M. J. Irwin. 2004. Design of a Nanosensor Array
Architecture. ACM Proceedings of the 14th ACM Great Lakes symposium on VLSI.
Boston, Massachusetts, USA, Apr.

Anda mungkin juga menyukai