Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN BIOMARKER MINYAK BUMI KULIM KM 7, DURI-BENGKALIS,

RIAU DENGAN MINYAK BUMI BANGKO-ROHIL DALAM MENENTUKAN


KORELASI, KEMATANGAN DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Orititovya 1, Emrizal Mahidin Tamboesai 2, Halida Sophia2


1
Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kimia FMIPA-Universitas Riau
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia
orititovya.o@student.unri.ac.id

ABSTRACT

This research was studied about the correlation bettwen Duri oil well (GL-47) with
Bangko well (PN-026). The Bangko well (PN-026) and Duri well (GL-47) had a
negative correlation, with was evidenced by parameter biomarkers using Aromat
fraction by means of GC-MS at m/z 191 based on terpenoid compounds contained. This
study used 10 parameters, so it was obtained sample well Bangko (PN-026) that has a
mix of depositional environments and more is known as lacustrine oleanane with ratio
value of 3,083 and a slight mix-terrigeneous delta and terrestrial environments that were
affected by salinity. Sample Duri well Km 7 (GI-47) has a mix of depositional
environment dominated by terrestrial that can be seen from the value of the ratio C25 /
C26 Tricyclic at 1,125. Bangko sample has a level of maturity "mature" with a ratio
value of 0,75, while Duri sample has the level of maturity "early mature" with a ratio
value of 0,75.
Keywords : Biomarkers, maturity, depositional environment, the origin of organic
material.

ABSTRAK

Pada penelitian ini dilakukan studi korelasi minyak sumur Duri (GL-47) dengan sumur
Bangko (PN-026). Sumur Bangko (PN-026) dan sumur Duri (GL-47) memiliki korelasi
negatif, dibuktikan dengan paramater biomarker menggunakan fraksi aromat dengan
alat GC-MS pada m/z 191 berdasarakan senyawa terpenoid yang terkandung. Penelitian
ini menggunakan 10 parameter sehingga didapat sampel sumur Bangko (PN-026)
memiliki lingkungan pengendapan campuran dan yang lebih banyak adalah lakustrin
yang diketahui dari nilai rasio oleanana sebesar 3,083 dan adanya sedikit campuran
delta-terrigeneous dan terrestrial yang dipengaruhi oleh lingkungan salinitas. Sampel
sumur Duri Km 7 (Gl-47) memiliki lingkungan pengendapan campuran yang
didominasi oleh terrestrial yang dapat dilihat dari nilai rasio C25/C26 Trisiklik sebesar
1,125. Sampel Bangko memiliki tingkat kematangan “matang” dengan nilai rasio 0,755,
sedangkan sampel Duri dengan tingkat kematangan “matang awal" dengan nilai ratio
0,506.
Kata kunci : Biomarker, kematangan, lingkungan pengendapan, asal material organik.

1
PENDAHULUAN ditemukan hampir di semua minyak
(Brooks, 1986).
Minyak bumi (bahasa Inggris:
petroleum) dijuluki sebagai emas hitam. Parameter yang digunakan :
Minyak bumi adalah cairan kental,
berwarna hitam atau kehijauan, mudah a. C25/C26 Trisiklik
terbakar, dan berada di lapisan atas dari Semua senyawa hidrokarbon
beberapa tempat di kerak bumi. Minyak pentasiklik alam C30 jenuh dapat
bumi berasal dari bahan-bahan organik dihubungkan dengan triterpenoid alam.
(tumbuhan tinggi dan makhluk hidup Rasio C25/C26 digunakan untuk
dalam permukaan laut) yang telah membedakan kondisi lingkungan
mengalami proses sedimentasi selama pengendapan lautan dan non lautan.
berjuta-juta tahun. sehingga lama- C25/C26< < 1 menunjukan minyak
kelamaan fosil tersebut akan menjadi berasal dari derah lakustrin, sedangkan
minyak mentah berupa biomarker untuk rasio C25/C26 > 1 menggambarkan
(Hardjono, 2000). minyak berasal dari lingkungan
Biomarker merupakan senyawa pengendapan delta terrigeneous (Ten
kompleks fosil molekular biologis, yang Heven & Sciefelbein, 1995).
berasal dari suatu organisme makhluk
hidup yang telah mengalami proses b. C24 Tetrasikilk
perubahan gugus fungsi, pemutusan
ikatan dan perubahan stereokimia, Menurut Petters & Moldowan,
namun masih menyimpan secara utuh 1993 nilai rasio > C24 tetrasiklik ini
kerangka atom karbon sehingga dapat mengindikasikan bahwa material organik
ditelus`uri asal usulnya. Oleh karena itu, berasal dari lingkungan pengendapan
biomarker merupakan indikator yang terrestrial dengan tingkat konsentrasi
penting mengenal material organik yang berbeda yang dapat dilihat dari
minyak bumi, kondisi perubahan waktu retensi yangmenghasilkan luas
geologi, kimia dan fisika terhadap area tertentu.
organisme akibat perubahan yang
signifikan oleh panas selama proses c. Trisiklik/Hopana
diagnesis, katagenesis, serta derajat
biodegradasinya (Tissot dan Rasio trisiklik/ hopana
Welte,1984). merupakan parameter yang
Pada penelitian ini difokuskan membandingkan kumpulan bakteri atau
pada biomarker yang bersumber dari lipid alga (trisiklik) dengan (hopana).
senyawa triterpana yang diidentifikasi Hopana dengan C31 atau lebih
dengan (m/z 191) yang secara umum mengindikasikan Bacterihopanepolyols
digunakan untuk menghubungkan yang terdapat dalam
minyak dengan batuan induk. Sidik jari Bacteriohopanetetrol. untuk hopana
terpena merefleksikan lingkungan dengan C31 kurang mengindikasikan
pengendapan batuan induk dan material diplopterol dan diploptana (Rohmer,
organik. Karena bakteri terdapat dimana- 1987).
mana di dalam sedimen, terpena

2
d. C29/C30 Hopana h. Gammacerana

Rasio C29/C30 hopana digunakan Gammacerana menandakan


untuk membedakan litilogi klastik dan adanya salinitas abnormal (hypersaline)
karbonat dengan nilai rasio <1 dai atau lingkungan pengendapan lakustrin
batuan serpih dan >1 dari batuan pada daerah-daerah tertentu dengan nilai
karbonat (Waples & Machihara, 1991). rasio >1 C31/C32. (Bordenave, 1993).
Gammacerana berasal dari lipid yang
e. Hopana menggantikan steroid pada membran
dibeberapa protozoa (Petters dan
Hopana dapat digunakan sebagai Moldowan, 1993) atau kemungkinana
penentu kematangan suatu material organisme lain.
organik. Spesifik untuk minyak dalam
rentang pra-matang sampai dengan lewat i. Bisnorhopana
matang, dengan pengukuran m/z 191.
C31 atau C32 homohopana paling sering Minyak dengan kandungan
digunakan untuk menghitung rasio bisnorhopana > 1 diyakini berasal dari
22S/(22S+22R), namun memungkinkan bakteri chemoautotrophic (Waples dan
untuk menggunakan rasio lainnya Curiale, 1999).
(Petters & Moldowan, 1993). Rasio nilai
0-0,50 immature (akan memasuki j. n-C28/n-C29
pembentukan minyak),0,50-0,65
(matang awal, 0,65-0,75 (matang), 0,75- n-C28/n-C29 adalah parameter
0,85(puncak kematangan),>0,85 lewat untuk mengetahui umur dari minyak
matang. Setelah kesetimbangan tercapai, bumi pada zaman miocen >0,7 (Ten
tidak ada lagi informasi mengenai Heven & Sciefelbein, 1995).
kematangan karena nilai rasio
22S/(22S+22R) akan konstan ( Seifert & METODE PENELITIAN
Moldowan, 1978).
a. Alat dan Bahan
f. Homohopana
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kolom yang
Pembeda litologi kastik (Petters
berdiameter 1 cm dan panjang 20 cm,
dan Moldowan, 1993).
kromatografi gas hewlett packard (HP)
5890, spektroskopi massa, sentrifuse,
g. Oleanana
peralatan gelas, botol kecil (vial), statip,
timbangan digital, oven.
Kehadiran oleanana merupakan
Bahan-bahan yang digunakan
mencirikan lingkungan pengendapan
adalah sampel minyak mentah dari 2
yang lakustrin. (Petters &
sumur yang berbeda dengan kode GL-47
Moldowan,1993).
(sampel Duri Km 7) dan PN-026
(sampel Bangko), n-heksan,
diklorometan (DCM), silika 60-200
mesh, Kapas steril.

3
20 mL kedalam kolom tiap masing-
b. Pengambilan Sampel masing sampel. Eluen dikering anginkan
sehingga didapat fraksi aromat dan
Pengambilan sampel pada dilakukan 3 kali pemisahan dalam satu
penelitian ini diambil dari h satu sumur sampel minyak pada tiap-tiap sampel.
di Kulim- Duri Km 7 (GL-45) dengan Kemudian dianalisis dengan GC-MS.
menggunakan steam injeksi (uap panas).
Pengambilan sampel hanya berupa d. Karakterisasi Minyak bumi
sampel yang diberikan langsung oleh
daerah penghasil minyak bumi tersebut 1. Karakterisasi Biomarker Fraksi
dengan kedalaman ± 360 m yang Aromat Menggunakan GC-MS
merupakan sumur dangkal dan
diperkirakan bahwa sampel tersebut Analisi sampel minyak bumi
memiliki kualitas yang baik dari segi fraksi aromat dengan menggunkan
aspek fisiknya dari sumur-sumur lain kromatografi gas (GC) HP Series 6890
menurut pekerja pengidentifikasi minyak yang diaplikasikan dengan detektor
bumi. Sedangkan sampel dari sumur spektroskopi masssa (MSD) HP 7683-
Bangko (PN-026) adalah sampel yang SIM Mode. Kolom kapiler fused silica
diambil dari peneliti terdahulu oleh Ilya, dengan tipe DB-5 dengan panjang
2015 yang masih disimpan dalam kkolom = 30 m, diameter kolom = 0,32
keadaan baik. mm, tebal fasa diam = 0,25 µm. Gas
helium digunakan sebagai gas pembawa
c. Persiapan sampel dengan kecepatan 1 mL/menit. Sampel
diinjeksikan sebanyak 0,2 µL
1. Fraksinasi Crude Oil ( Tamboesai, menggunkan column injector, dengan
2002) temperatur intel 2700C, sedangkan
Kolom dibilas dengan pendeteksian menggunakan detektor
menggunakan aquades, methanol p.a, n- MSD yang suhunya dipertahankan pada
heksan : methanol (1:1 v/v) p,a dan n- 3000C. Temperatur awal dari oven
heksan p.a untuk menghilangkan minyak adalah 700C dipertahankan selama 3
yang menempel, kemudian kolom diisi menit, lalu suhu dinakikan dengan
dengan kapas steril sebagai penyumbat. bertahap, yakni dengan kenaikan
Silika aktif (silika yang sudah 30C/menit hingga suhu 3100C.
dipanaskan dalam oven pada T= 120 0C Spektrometer massa dioperasikan
selama 1 jam) dicampur dengan n- dengan energi elektron 70 eV,
heksan p.a didalam beaker dan diaduk temperatur ion sumber sebesar 2500C
rata, selanjutnya silika dituang ke dalam dan temperatur pemisah sebesar 2500C.
kolom dengan ketinggian silika ± 9 cm Identifikasi biomarker polisiklik
sambil digetarkan sehingga didapat hidrokarbon (triterpen) dilakukan pada
kolom yang padat. Kemudian sebanyak fargmentogram ion m/z 191. Analisis
± 200 mg crude oil dimasukkan GC-MS ini dilakukan di Laboratorium
kedalam kolom, kran dibuka agar Kimia Organik Universitas Islam
ekstrak masuk kedalam permukaan Indonesia.
silika. Sampel dielusi dengan palarut
DCM : n-heksan (3:1 v/v) p.a sebanyak

4
2. Penggunaan parameter biomarker HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam karakterisasi minyak bumi
a. Analisis kromatografi gas –
Parameter yang digunakan untuk spektroskopi massa (GC-MS)
analisis tersebut antara lain: fraksi aromat
a) C25/ C26 Trisiklik.
b) C29/C30 Hopana
c) Trisiklik/Hopana
d) Homohopana
e) C24 Trisiklik
f) Oleanana
g) Gammacerana
h) Bisnorhopana
i) Hopana
j) nC28/nC29

3. Pembuatan Diagram Bintang dan


Plot Trisiklik Terpena dalam
Menentukan Korelasi
Gambar 1. Kromatogram dari
Pemilihan puncak dan rasio kromatografi gas –
adalah dasar utama inspeksi secara spektroskopi massa
visual dari kromatogram yang bertujuan sampel minyak bumi
untuk mendapatkan rasio puncak yang Duri (GL-47)
dapat membedakan dengan baik, berdasarkan m/z 191
minyak-minyak yang sedang
dibandingkan. Program ini berdasarkan
pada prinsip analisis parameter yang
digunakan. Pemplotan Trisiklik Terpena
juga dilakukan berdasarkan puncak-
puncak yang dihasilkan mulai dari C19-
C26 sehingga dapat dibandingkan dengan
plot ketentuan pembuatan plot trisiklik
yang telah ada.
Gambar 2. Kromatogram dari
kromatografi gas -
spektroskopi sampel
minyak bumi sumur
Bangko (PN-026)
berdasarkan m/z 191.

5
b. Diagram Bintang dan Plot Trisiklik sampel sumur Duri
Terpena (GL-47) dan
sampel sumur
Tabel 1. Nilai rasio dari lingkungan Bangko (PN-026).
pengendapan dan kematangan
termal Tabel 2. Nilai luas area terhadap
Parameter Duri Bangko parametar trisiklik terpena
n-C28/n-C29 1,266 1,035 Duri (GL- Bangko
Puncak 47) (PN-026)
C25/C26 Trisiklik 1,127 0,206
C19 62197 457162
Trisiklik/Hopana 0,869 3,059
C20 67389 487233
C29/C30Hopana 1,025 3,076
C24 Tetrasiklik 1,477 1,507 C21 81840 536295
Homohopana 0.934 0,440 C22 110990 557265
Hopana 0,506 0,755 C23 137179 624321
(22S/22S+22R) C24 123810 671406
Gammacerana 0,30 1,284
C25 191614 159629
Bisnorhopana 1,266 1,035
C26 169978 774629
Oleanana 1,02 3,083

Puncak Trisisklik Terpena


Duri
1000000
lakustrin
n- 800000 Bangko
Blok
C28/n… (PN-026)
Luas Area

Oleana 4 Bangk 600000


na o
Bisnorh 2 Trisiklik 400000 Duri (GL-
opana /Hopa… campur 47)
0 200000
Gamma C29/C3
cerana 0Hop… 0
Hopana C24
C19 C21 C23 C25
(22S/… Tetras…
Homoh Puncak
opana
Gambar 4. Bentuk plot trisiklik terpena
dari sampel Duri (Gl-47)
dan Bangko (PN- 026)
Gambar 3. Diagram bintang
Pemetaan menggunakan diagram
berdasarkan nilai
bintang biasanya digunakan untuk fraksi
rasio parameter
saturat , namun pada penelitian ini
yang didapat dalam
menggunakan fraksi aromat yang dapat
fraksi aromat pada
dilihat pada gambar 3 yang
m/z 191 dari
memperlihatkan hubungan antar sumur

6
dengn lebih spesifik. Hal ini sudah yang berasal dari zooplankton dan
pernah dilakukan oleh Yusriani (2009) fitoplankton dari lingkuangan akuatik.
dengan menggunakan 5 parameter dari Kemudian terletak pada
m/z 191 yang mungkin dapat terbaca parameter C24 tetrasikilik yang
dari kromatogram yang dihasilkan yang mengindikasikan adanya material
dapat dilihat pada gambar 1-2. Pada organik berasal dari terrestrial. Kedua
penelitian ini dipilih 10 parameter yang sampel sumur sama-sama
dapat dibaca oleh peneliti dari mengindikasikan berasal dari material
kromatogram yang dihasilkan, sehingga organik terrestrial karena memiliki
didapat nilai rasio pada tabel 1. waktu retensi yang relatif sama dan
Perbedaan jumlah parameter yang tidak terlalu rendah yaitu 21.777 untuk
digunakan ini dimungkinkan karena sumur Duri (GL-47) dan 21.740 untuk
perbedaan sampel yang digunakan sumur Bangko (PN-026). Pada
sehingga menghasilkan kromatogram parameter ini menjelaskan kemungkinan
yang berbeda. Tiap sampel minyak asal material organik yang berasal dari
bumi mengandung komposisi- terrestrial itu berasal dari kulit-kulit
komposisi tertentu yang dapat spora dan polen, kutikula daun dan
memperlihatkan karakter dari minyak tumbuhan hijau lainnya. Hal ini dapat
tersebut berdasarkan informasi yang dibuktikan dari tipe karogen kedua
didapat dari biomarker yang dapat minyak yang sama-sama berada pada
dilihat dari kromatogram GC-MS pada tipe kerogen II (Waples, 1985).
m/z 191 yang dihasilkan. Sehingga, Pada 8 parameter lainnya
tidak semua parameter dapat digunakan memperlihatkan perbedaan nilai rasio
karena tidak semua minyak antara puncak yang digunakan sebagai
mengandung senyawa yang sama. parameter terlalu jauh. Contohnya yaitu
Berdasarkan bentuk pola diagram C25/C26 trisiklik yang mengindikasikan
bintang yang dihasilkan sampel sumur lingkungan pengendapan. Pada sumur
Duri (GL-47) dengan sampel sumur Duri (GL-47) memiliki nilai rasio 1,127
Bangko (PN-026) berkorelasi negtaif, yang mengindikasikan minyak berasal
namun memiliki sedikit kesamaan dari daratan terrestrial dengan sedikit
hubungan antar minyak bumi. Pertama delta terrigeneous, dan sumur Bangko
hubungan ini terletak pada titik (PN-026) dengan nilai rasio 0,206 yang
parameter bisnorhopana yang diindikasikan berasal dari lingkungan
mengindikasikan asal material organik pengendapan lakustrin. Hal ini dapat
dari bakteri pengurai pada minyak bumi didukung lagi dengan penggunaan
dengan range nilai >1. Pada hasil parameter oleanana yang
kromatogram didapat nilai rasio sampel mengindikasikan lingkungan lakustrin,
sumur Duri (Gl-47) sebesar 1,266 dan pada sampel sumur Duri (GL-47)
sampel sumur Bangko (PN-026) memiliki nilai rasio 1,02 dan sumur
berkisar 1,035 sehingga Bangko (PN-026) memiliki nilai rasio
mengindikasikan sama-sama berasal 3,083.
dari bakteri pengurai chemoautotropic, Pada parameter gammacerana
namun dalam tingkat populasi yang memperlihatkan adanya lingkungan
berbeda dan dapat diindikasikan bakteri hipersalin. Pada sampel sumur Bangko
(PN-026) memiliki lingkungan

7
hipersalin yang lebih banyak yaitu sedikit kandungan batuan induk karbonat
sebesar 1,284 dari nilai rasionya, dan sumur Bangko (PN-026)
sedangkan sampel sumur Duri (GL-47) diindikasikan bersal dari batuan induk
dengan nilai rasio 0,30 atau hampir karbonat dan sedikit batuan induk serpih.
tidak memperlihatkan adanya Hal ini dimungkinkan karena adanya
lingkungan hipersalin. sejumlah minyak yang terperangkap
Penggunaan parameter pada reservoar yang sama pada masing-
lingkungan pengendapa tersebut masing minyak bumi yang diakibatkan
diperkuat lagi dengan penggunaan pola pergesern pergerakan bumi.
trisiklik terpena yang menyatakan Perbedaan yang terlalu jauh
bahwa minyak sumur Duri (GL-74) tersebut membuktikan tidak adanya
berasal dari daerah campuran, namun hubungan dari kedua sumur tersebut
didominasi oleh daerah terrestrial dan namun memiliki sediki kesamaan karena
sumur Bangko diindikasikan lingkungan hanya 2 parameter yang diketahui
campuran namun sangat mendominasi memiliki identifikasi yang sama dari 10
lingkungan lakustrin yang diperlihatkan parameter sehingga diperkirakan
pada puncak C24-C25 yang dapat dilihat memilki hubungan, namun tidak dapat
pada tabel 2 secara ekstrim turun dan menyatakan bahwa minyak sumur Duri
kemudian naik lagi ke puncak C26 (GL-47) dan sumur Bangko (PN-026)
seperti pada gambar 4. berkorelasi positif. Hal inilah yang tidak
Perbedaan diperlihatkan lagi dari dapat diperlihatkkan pada fraksi saturat
segi tingkat kematangan antar kedua sehingga tidak dapat mengetahui bagian
minyak. Minyak Bumi dari sumur mana dari pengkarakterisasi yang
Bangko (PN-026) memiliki nilai rasio berhubungan dan tidak berhubungan dan
0,755 yang mengindikasikan “matang” sebagian parameter inilah yang tidak
dan minyak sumur Duri (GL-47) dengan digunakan oleh El Nady dkk, (2015)
nilai rasio 0,506 mengindikasikan “awal pada sampel mereka walau pun dengan
matang”. Berdasarkan umur minyak metode yang sama dengan penggunaan
bumi, kedua sampel berasal dari zaman fraksi aromat pada m/z 191tidak dapat
miocen muda hal namun dengan tingkat menggunakan parameter yang sama
umur miocen yang berbeda.pada sampel karena mengandung senyawa terpenoid
sumur Duri (GL-47) memperlihatkan yang berbeda yang dapat diperlihatkan
umur dari zaman miocen tengah dan oleh kromatogram.
sampel sumur Bangko (PN-026) berasal
dari miocen muda yang dapat dilihat dari KESIMPULAN
stratigrafi tersier cekungan Sumatera
Tengah. Dalam studi korelasi ini dapat
Berdasarkan asal material disimpulkan bahwa sampel minyak
organik dapat diketahui berdasaarkan bumi sumur Duri Km 7 (Gl-47)
morfologi batuan induk penghasil berkorelasi negatif dengan sampel
minyak bumi. Hal ini dapat dilihat dari minyak bumi sumur Bangko (PN-026),
penggunaan parameter C29/C30 hopana namun memiliki sedikit kesamaan dari
dan homohopana yang mengindikasikan asal material organiknya. Kesamaan ini
bahwa pada sampel sumur Duri (GL-47) dapat dilihat dari 2 parameter yang
bersal dari batuan serpih namun dengan digunakan yaitu parameter bisnorhopan

8
dan C24 tetrasiklik. Pada hasil minyak berada pada lingkungan
kromatogram didapat nilai rasio sampel pengendapan campuran.
sumur Duri (Gl-47) sebesar 1,266 dan Tingkat kematangan dapat dilihat
sampel sumur Bangko (PN-026) dari parameter trisiklik/hopana yang
berkisar 1,035 sehingga memiliki nilai rasio 0,869 untuk sampel
mengindikasikan sama-sama berasal sumur Duri (GL-47) dan sampel sumur
dari bakteri pengurai chemoautotropic, Bangko (PN-026) dengan nilai rasio
tetapi dalam tingkat populasi yang 3,059, sehingga sampel sumur Bangko
berbeda yang dapat diperkirakan dari lebih matang dari sampel sumur Duri.
bakteri yang berasal dari zooplankton Pada parameter Hopana juga dapat
dan fitoplankton berdasarkan parameter memperlihatkan tingkat kematangan
bisnorhopana. Kemudian dari parameter dengan sampel sumur Bangko (PN-026)
C24 tetrasiklik. Kedua sampel sama- yang “matang” dengan nilai rasio 0,755
sama berasal dari material organik dari dan sumur Duri (GL-47) “awal matang”
terrestrial dengan waktu retensi yang dengan nilai rasio 0, 506.
hampir sama yaitu 21.777 untuk sumur Umur minyak bumi dapat
Duri (GL-47) dan 21.740 untuk sumur diketahui dengan penggunaan parameter
Bangko (PN-026) yang diperkirakan n-C28/n-C29 yaitu zaman miocen namun
dari kulit-kulit spora dan polen, kutikula dengan waktu yang berbeda ,yaitu
daun dan tumbuhan hijau lainnya. Hal miocen tengah untuk sampel sumur Duri
ini dapat dibuktikan dari tipe karogen (GL-47) dengan nilai rasio 1,266 dan
kedua minyak yang sama-sama berada miocen muda untuk sumur Bangko (PN-
pada tipe kerogen II (Waples, 1985). 026) yaitu 1,035.

Pada 8 parameter lainnya UCAPAN TERIMA KASIH


memperlihatkan perbedaan nilai rasio
antara puncak yang digunakan sebagai Penulis mengucapkan terima
parameter terlalu jauh. Pada lingkungan kasih kepada Bapak Dr. Emrizal
pengendapan menggunakan parameter Mahidin Tamboesai, M.Si. M.H dan Ibu
C25/C26 Trisiklik dengan nilai rasio Halida Sophia, M.Si yang telah
sebesar 1,126 untuk sampel Duri Km 7 memberikan bimbingan, arahan serta
(GL-47) (didominasi oleh terrestrial saran dalam proses penyusunan karya
dengan sedikit delta terigeneous) dan ilmiah ini. Selain itu, penulis juga
Bangko (PN-026) 0,205 (didominasi mengucapkan terima kasih kepada
oleh lakustrin dan sedikit delta rekan-rekan yang telah meberikan
terrigeneous). Oleanana yang bantuan, dukungan dan masukan kepada
mengindikasikan lingkungan lakustrin penulis.
dengan nilai rasio 3,083 dari sampel
Bangko dan 1, 126 untuk sampel Duri
(GL-47) , dan rasio gammaceran yang DAFTAR PUSTAKA
mengindikasikan adanya lingkungan
Brooks, R. A. 1986. A petroleum of
hipersalin pada minyak dengan nilai
basin Scottsdale. Neural
rasio 1,284 untuk minyak Bangko dan
Computation, 1:2, Summer 1989,
Duri sebanyak 0,30 atau hampir tidak
pp. 253–262. Also in IEEE
ditemukan. Sehingga dapat disimpulkan

9
International Scottsdale, AZ, Rohmer, P.M, 1978. Capital
May 1989, pp. 292–296 Accumulation In theory Of
Petroleum. University Of .
Hardjono, A. 2000. Teknologi Minyak Working papers 123, University
Bumi. Gadjah Mada University Of RCER
Press, Yogyakarta.
Seifert, W.K. and Moldowan, J.M. 1978.
Ilya, F. 2015. Korelasi Minyak Bumi Journal of the Chemical Society.
Blok Bangko-Rokan Hilir dengan Chemical communications Vol.
Minya Bumi Duri-Bengkalis, 43. London.
Riau Menggunkan Parameter
Geokimia Molekuler. Skripsi. Tamboesai, E.M. 2002. Korelasi Antar
FMIPA-UR, Pekanbaru. Minyak Bumi dari Sumur
Produksi Sumatera Tengah. Tesis
Nady dkk, 2016. Geochemical and Program Pasca Sarjana, Bidang
Biomarker Characteristics of Studi Ilmu Kimia, Universitas
Crude Oils and Source Rock Indonesia, Depok.
Hydrocarbon Extracts: An
Implication to Their Correlation, Ten Heaven, H.L and Schiefelbein, C.,
Depositional enviroment and 1995, The petroleum systems of
Maturation in the Northern Indonesia Proccedingsof the
Western Desert, Egypt. Journal. petroleum Association
Egyptian Petroleum Research Twentyfourth Annual
Institute, Egypt. Convention, Oktober, pp 443-
459.
Peters, K.E., and Moldowan, J.M. 1993.
The Biomarker Guide, Iterpreting Waples, D. W dan Machihara, T. 1991.
molecular fossils in Petroleum Biomarkers for Geologist, A
and ancient Sediments. New Pratical Guide to the Application
Jersey : Prentice. of Steranes and Triterpanes in
Petroleum Geology. AAPG,
Powell and Kirdy. 1973. The effect of Oklahoma, USA.
source material, rock type and
diagenesis on the n-alkane Yusriani, A. 2009. Studi Karakterisasi
content sediments. Geochim, Minyak Bumi Berdasarkan
Cosmochim, Acta: 37, 623-633. Sidikjari Biomarker di Indonesia
Bagian Barat. Skripsi, Bidang
Studi Ilmu Kimia, Universitas
Indonesia, Depok.

10

Anda mungkin juga menyukai