Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KARAKTERISTIK LAPISAN ATMOSFER BUMI

Disusun oleh :

nama : Beta Yuliandari

nim : H1041151050

prodi : Biologi

SMA NEGERI 2

TANAH PUTIH

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, atas rahmat dan Anugerah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ KARAKTERISTIK Lapisan
Atmosfer Bumi” dapat diselesaikan sebagai tugas
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Tidak menutup kemungkinan adanya saran dan
kritik dari pembaca agar menjadi lebih baik. Semoga makalah ini
bermanfaat.

UJUNG TANJUNG, MEI 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................. 1
1.3 Pembatasan Masalah........................................................ 2
BAB II ISI
2.1 Atmosfer.......................................................................... 3
2.2 Sifat Atmosfer.................................................................. 4
2.3 Struktur Penyusun Atmosfer............................................ 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Proses Pembentukan Lapisan Atmosfer Bumi................. 8
3.2 Troposfer..........................................................................
10
3.3 Stratosfer..........................................................................
11
3.4 Mesosfer..........................................................................
12
3.5 Termosfer.........................................................................
13
3.6 Pengaruh Aerosol Terhadap Lapisan Atmosfer................
14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................
16
4.2 Saran................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Sebelum membahas permasalahan-permasalahan yang diangkat


dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang latar belakang
masalah yang menjadi alasan dasar penulis mengangkat permasalahan
ini. Terdapat pula tujuan penulisan, dan pembatasan masalah.

1.1 Latar Belakang


Bumi adalah satu-satunya planet di tata surya yang
memungkinkan bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melakukan
segala aktivitasnya. Bumi memiliki berbagai komponen dan unsur
yang menunjang kehidupan makhluk hidup, seperti air, tanah, udara,
api, oksigen karbondioksida, nitrogen, dan lain sebagainya. Bumi juga
diselimuti oleh berbagai lapisan yang berperan dalam perlindungan
terhadap bahaya sinar matahari dan berbagai benda-benda luar
angkasa. Lapisan tersebut sering disebut sebagai atmosfer.
Atmosfer merupakan bagian yang tak terpisahkan dari planet
bumi. Setiap lapisan di atmosfer mengandung peranan yang sangat
vital untuk keberlangsungan kehidupan makhluk hidup yang ada di
bumi. Lapisan atmosfer juga disusun oleh berbagai lapisan yang mana
masing-masing lapisan penyusun atmosfer memiliki peranan yang
berbeda-beda bagi bumi.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis menuliskan makalah ini tidak hanya sebagai
tugas mata kuliah Klimatologi, akan tetapi juga ingin memberikan
berbagai informasi kepada pembaca, antara lain bagai berikut:

1
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang apa itu
atmosfer dan lapisan penyusunnya
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pengaruh
aerosol terhadap lapisan atmosfer
1.3 Pembatasan Masalah
Apabila ditelaah dan diteliti lebih dalam lagi sebenarnya banyak
sekali hal-hal dapat masuk dalam pembahasan lapisan atmosfer bumi.
Namun dengan segala keterbatasan penulis maka makalah hanya dapat
membahas sedikit materi lapisan atmosfer bumi ini yang luas sekali
cakupan masalahnya. Oleh karena itu penulis membuat batasan materi
yang dibahas yaitu:
1. Pengertian atmosfer dan lapisan penyusunya
2. Proses pembentukan lapisan atmosfer
3. Pengaruh aerosol terhadap lapisan ozon

2
BAB II
ISI

Dalam bab ini, penulis akan memberikan isi tentang apa saja
yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini.

2.1 Atmosfer
Atmosfer berasal dari kata amos berarti uap dan sphira berarti
bolabumi. Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi.
Lapisan atmosfer merupakan campuran dari berbagai unsur
(Hartono,2007). Secara umum komposisi saat ini atmosfer kering
(tanpa kandungan air) adalah 78,6 % (volume) nitrogen (N 2), 21 %
oksigen (O2), 0,9 % argon (Ar), 0,03 % karbon dioksida (CO 2), dan
berbagai jenis gas-gas pada level yang sangat kecil (kurang dari 0,002
%) seperti neon (Ne), helium (He), metana (CH4), kripton (Kr),
hidrogen (H2), xenon (Xe), sulfur oksida (SO2), ozon (O3) ammonia
(NH3), karbon monoksida (CO), dan sebagainya. Normalnya, air
terkandung dalam atmosfer sebagai bentuk uap air sebesar 1-3 %
volume (Manahan 2000).
Atmosfer bumi adalah campuran gas yang secara kimia-fisika
relatif homogen pada setiap stratanya, yang membungkus permukaan
bumi, dan tetap bertahan karena gravitasi bumi. Dibandingkan dengan
diameter bumi (sekitar 12.000 km), atmosfer merupakan lapisan tipis
(ketebalan 200-500 km) larutan udara sangat mudah dikompresi
maupun diekspansi, dan mengelilingi bumi. Karena pengaruh gravitasi
bumi, maka sebagian besar gas-gas penyusun atmosfer terkompresi di
bagian bawah dekat permukaan bumi. Makin jauh jarak dari
permukaan bumi, maka makin renggang struktur gas-gas penyusun
atmosfer, sehingga densitas dan tekanan udara akan semakin rendah.

3
Sesungguhnya, atmosfer tidak jauh berbeda dengan lautan yang
membungkus permukaan bumi. Keduanya merupakan fluida yang
membungkus permukaan bumi dan terikat secara gravitasi. Perbedaan
yang mendasar antara atmosfer dan lautan adalah bahwa atmosfer
merupakan campuran gas yang dapat dikompresi atau ekspansi
sedangkan lautan berisi cairan yang relatif tidak terkompresi.
Kemampuan kompresi dan ekspansi atmosfer, secara substansial
dipengaruhi oleh tekanan, menyebabkan berbagai fenomena atmosfer
seperti angin, mendung, hujan, iklim, cuaca, dan sebagainya (Petty
2008).
2.2 Sifat Atmosfer
Atmosfer berfungsi untuk melindungi bumi dari gangguan
benda-benda angkasa dan radiasi sinar matahari. Akibat yang
ditimbulkan jika tidak adanya lapisan atmosfer yang melindungi bumi,
maka bumi akan bolong akbiat tertabrak benda ruang angkas,
misalnya meteor. Suhu yang terjadi di bumi akan sangat extreme
antara pagi dan malam hari.
Menurut penelitian para ahli, ketebalan lapisan atmosfer ini
mencapai 1000km yang diukur dari atas permukaan laut. Selai
ketebalannya yang besar, lapisan ini juga memiliki berat 6 miliar ton.
Menurut Hartono (2007), lapisan atmosfer sebagai lapisan
pelindung bumi memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak memiliki warna, tidak berbau, dan tidak memiliki wujud,
serta hanya bisa dirasakan oleh indra perasa manusia dalam
bentuk angin.
2. Memiliki berat sehingga dapat menimbulkan tekanan
3. Memiliki seifat dinamis dan elastic yang dapat mengembang
dan mngerut.

4
Salah satu unsure yang penting dalam atmosfer adalah uap air.
Uap air (H2O) sangat penting dalam proses dinamika cuaca atau iklim
karena dapat mengubah fase (wujud) uap air menjadi cair atau padat
melalui kondensasi dan depoisisi. Uap air yang terdapatdi atmosfer
merupakan hasilpenguapan dari air laut, danau, kolam, sungai, dan
transpirasi tanaman.

2.3 Struktur Penyusun Atmosfer


Secara umum atmosfer, dipelajari dengan membaginya menjadi
dua yaitu regional rendah (lower) dan regional atas (upper). Regional
bawah adalah atmosfer dari permukaan bumi sampai ketinggian kira-
kira 50 km. Studi untuk regional ini merupakan studi meteorologi.
Sedangkan studi regional atmosfer atas (> 50 km), dikenal dengan
studi aeronomi.
Dari total ketebalan atmosfer, kira-kira 500 km lebih dari
permukaan bumi, terdapat zona (sampai sekitar 90 km) dengan
komposisi gas yang relatif tetap dalam perbandingannya. Zona ini
berisi gas-gas inert (N2, O2, He, Ar) yang berinteraksi dengan energi
radiasi yang cukup lemah. Sedangkan bagian zona atas (>100 km),
merupakan zona yang menerima radiasi dengan intensitas dan energi
yang sangat tinggi. Energi spektrum ini memungkinkan terjadinya
reaksi molekuler untuk ionisasi, fotolisis, radikalisasi, dan sebagainya.
Pada zona ini komposisi menjadi tidak seragam baik karena perubahan
altitude maupun latitudnya. Berdasarkan kehomogenan komposisi dan
kerapatan pada setiap ketinggian (altitude) dibagi dalam dua lapisan,
yaitu:
1. Lapisan homosfer, merupakan lapisan bawah atmosfer (kurang
dari 80 km) yang terdiri atas campuran gas permanen 99,9 %
massa atmosfer total dengan perbandingan komposisi tertentu

5
yang tetap untuk setiap segmen altitud. Secara kimia
homogen/larutan homogen, pada ketinggian yang sama
komposisi kimia dan sifat fisika gas-gas penyusunnya relatif
homogen. Jadi lapisan homosfer ini tersusun atas lapisan-
lapisan homogen yang tersusun sampai ketinggian 80 km.
Terdiri atas troposfer, stratosfer, dan mesosfer.
2. Lapisan heterosfer, lapisan di atas homosfer yang terdiri atas
gas-gas lebih ringan (seperti hidrogen dan helium). Dominasi
gas-gas ini berubah karena perbedaan altitude, sehingga
perbandingan komposisi berubah-ubah, karena diisi dengan gas-
gas yang relatif lebih ringan, mono atau diatomic (seperti
hidrogen dan helium). Komposisi yang kurang dari 0,1 % dari
massa atmosfer, volume ruang yang sangat besar, dan tekanan
yang sangat rendah, menyebabkan distribusi gas-gas di lapisan
ini sangat besar. Jarak antar gas relatif jauh, tidak banyak
interaksi. Partikel gas-gas di lapisan ini sangat besar
dipengaruhi radiasi dan keadaan luar atmosfer. Pada lapisan
heterosfer ini, komposisi berubah/heterogen walaupun di
altitude yang sama, salah satunya karena intensitas radiasi yang
berfluktuasi sangat besar di siang dan malam, serta kapasitas
panas yang rendah dari gas-gas yang mayoritas monoatomik,
radikal, atau dalam keadaan tereksitasi.
Pembagian lapisan atmosfer juga dapat dilakukan dengan
mempelajari sifat keteraturan perubahan sifat fisik (tekanan dan
temperatur). Dalam hal ini, atmosfer bumi dibagi menjadi 4 lapisan
utama. Keempat lapisan utama tersebut adalah:
1. Troposfer, berada dalam ketinggian dari permukaan bumi
sampai ketinggian rata-rata 11 km, temperature rata-rata 15
o
C dipermukaan laut menurun dengan bertambahnya

6
ketinggian sampai kira-kira -56 C di bagian atas
o

(tropopause),
2. Stratosfer, dari ketinggian rata-rata 11 km sampai kira-kira
50 km, temperature rata-rata naik dari -56 oC sampai -2 oC di
bagian atas (stratopause), kenaikan temperature ini
utamanya karena penyerapan radiasi ultraviolet oleh ozon di
atmosfer,
3. Mesosfer, lapisan diatas stratosfer (50 km) sampai dalam
ketinggian rata-rata 85 km , profil temperatur sama dengan
troposfer, menurun dengan bertambahnya ketinggian, dari -2
o
C sampai sekitar -92 oC di bagian lapisan paling atas
(mesopause).
4. Termosfer, merupakan lapisan yang paling tinggi dari
atmosfer mulai 85 km sampai dengan rata-rata 500 km,
berisi lapisan gas dengan kerapatan rendah, profil temperatur
naik sampai 1200 oC, kenaikan ini utamanya karena
penyerapan radiasi dengan panjang gelombang < 200 nm
oleh spesies gas-gas penyusun termosfer.

Diantara tiap-tiap dua lapisan atmosfer, terdapat lapisan antara


(transisi) yang merupakan batas antar muka kedua lapisan. Lapisan
batas (antara) berfungsi utama adalah menjaga eksistensi masing-
masing lapisan tidak bercampur. Ada 3 lapisan transisi di atmosfer,
yaitu:

1. Tropopause, lapisan transisi antara troposfer dan stratosfer


2. Stratopause, lapisan transisi antara stratosfer dan mesosofer,
dan
3. Mesopause, lapisan transisi antara mesosfer dan termosfer

7
Setiap lapisan utama dan lapisan transisi atmosfer, mempunyai
karakteristik dan peran spesifik, merupakan bagian sistem atmosfer.
Sistem atmosfer ini didesain dalam rangka menopang kehidupan
manusia dan kelangsungan sistem lingkungan di bumi. Sinergi setiap
lapisan ini diciptakan dengan tugas masing-masing, untuk bersama-
sama membuat kondisi bumi sangat layak untuk berlangsungnya
kehidupan.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Pembentukan Lapisan Atmosfer Bumi


Studi tentang atmosfer awalnya dilakukan untuk memahami
fenomena-fenomena yang berhubungan dengan permukaan bumi
seperti cuaca/iklim, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit
dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang, komet, meteor, dan lain-
lain.
Bumi diperkirakan dibentuk beberapa saat setelah penciptaan
jagad raya, kira-kira 5 milyar tahun yang lalu. Dan diperkirakan 500
juta pertama setelah penciptaannya, atmosfer dengan kerapatan tinggi,
berisi asap seperti pada nebula matahari, utamanya adalah hidrogen.
Bersamaan dengan proses pendinginan gas-gas lain dibentuk dari uap
dan gas (asap) yang dikeluarkan dari dalam bumi hasil reaksi-reaksi
fusi atau asap dari luar bumi (proses pendinginan planet lain atau
bintang atau komet). Asap tersebut diperkirakan terdiri atas utamanya
hidrogen (H2), uap air (H2O), methana (CH4), dan karbon dioksida
(CO2). Sampai kira-kira 3,5 juta tahun yang lalu, atmosfer
diperkirakan terdiri atas CO2, CO, H2O, N2, dan H2. Karbon dioksida
ini menjadi dominan, karena proses oksidasi termal yang berlangsung
milyaran tahun dan tidak banyak dimanfaatkan untuk proses lain.
Keberadaan air, menyebabkan pengurangan gas CO2, melalui proses
pelarutan manjadi garam karbonat atau batuan karbonat. Bumi makin
mengeras.
Pada awal penciptaan, atmosfer bumi tidak memiliki molekul-
molekul atau atom-atom oksigen bebas di dekat permukaan. Data-data
yang menjelaskan ini tersimpan pada formasi batuan purba yang

9
dominan mengandung besi dan uranium, dengan keadaan tereduksi.
Unsur-unsur tersebut tidak ditemui lagi pada batuan Precambrian dan
yang lebih muda (< 3 juta tahun). Atmosfer bawah pada saat itu lebih
bersifat reduktor karena belum mengandung oksigen. Namun
beberapa penyelidikan menyebutkan pada bagian atas terdapat
molekul oksigen yang cukup melimpah, didesain untuk membentuk
lapisan ozon.
Satu juta tahun yang lalu, ketika bumi sudah cukup dingin,
diciptakan organisma-aquatik awal yang oleh para kosmolog
dinamakan blue-green algae (tidak ada satupun toeri ilmiah yang
dengan meyakinkan dapat membuktikan alga ini terbentuk dengan
sendirinya atau karena evolusi alam). Kehidupan ini masih terbatas
pada perairan. Organisma ini, mulai ditugaskan untuk menggunakan
energi dari matahari yang tidak terserap ozone, memecah molekul air
dan karbon dioksida, dan menggabungkan kembali menjadi senyawa
organik esensial dan membuat molekul oksigen. Inilah pertama kali
proses fotosintesis terjadi. Walaupun terjadi respirasi yang
melepaskan kembali CO2, tetapi pertumbuhan alga ini cukup besar
dengan mendeposit carbon ke jaringan/senyawa organiknya. Proses
awal ini berlangsung selama ratusan ribu tahun, sehingga cukup
membuat akumulasi oksigen di atmosfer. Bersamaan dengan
meningkatnya oksigen (O2) tersebut, kadar karbon dioksida (CO2)
menurun. Proses ini berlangsung terus, sampai kadar oksigen di
permukaan menjadi cukup besar.
Dalam kesimpulan berbagai penelitian atmosfer awal, terdapat
dua proses utama yang mengarah pada perubahan komposisi atmosfer.
Pertama, adanya tumbuhan yang mengkonversi karbon dioksida
menjadi massa jaringan organik, dengan mengeisikan oksigen ke
atmosfer. Kedua peluruhan batuan pyrite yang melepaskan sulfur

10
sehingga kadar sulfur di lautan menjadi tinggi. Proses oksidasi sulfur
menurunkan oksigen di atmosfer. Walaupun secara meyakinkan
perubahan konsentrasi oksigen di atmosfer ini tidak diketahui
penyebab jelasnya, namun periode naiknya oksigen ini menjadikan
bumi layak bagi kehidupan hewan dan manusia di jaman-jaman
berikutnya.
Pada atmosfer bagian atas, sebagian molekul-molekul oksigen
(O2) bekerja menyerap energi UV dari matahari dan terpecah menjadi
atom oksigen tunggal. Sebagian molekul oksigen tunggal ini
berkoalisi dengan molekul oksigen yang masih ada mulai membentu
ozon (O3). Ozon ini akan menyerap UV dengan panjang gelombang
yang berbeda, kembali pecah menjadi O2 dan O. Akumulasi ozon
dalam jutaan tahun ini menghasilkan lapisan ozon di bagian atas
(sekarang dikenal dengan troposfer). Lapisan ini bereaksi terus
menerus dan sangat efektif menyerap UV (200-300 nm), dan
melindungi permukaan bumi dari irradiasi UV kuat dari matahari.
Reaksi ini merupakan desain siklus yang berkesetimbangan di lapisan
ozon atmosfer. Keberadaan lapisan ozon ini, membuat daratan di
Bumi menjadi mungkin untuk diberi kehidupan. Radiasi yang diterima
permukaan bumi menjadi lebih kecil dan cukup untuk menjaga ikatan
senyawa organik tetap utuh. Daratan di Bumi menjadi cukup dingin,
untuk memulai kehidupan. Tumbuhan produsen sederhana dan
perintis, mulai dipindahkan ke daratan.

3.2 Troposfer
Troposfer merupakan lapisan atmosfer yang paling dekat dan
berinterakasi langsung dengan permukaan bumi. Posisi ini
menyebabkan dinamika pada keduanya, baik di permukaan bumi
maupun di troposfer, akan saling mempengaruhi satu sama lain.

11
Perubahan tekanan atau suhu di troposfer akan berpengaruh pada dan
juga dipengaruhi oleh permukaan bumi. Bentuk permukaan bumi
(terrain atau kekasaran), akan sangat berpengaruh pada turbulensi
troposfer. Perubahan komposisi troposfer juga sangat besar karena
pengaruh emisi gas-gas dari bumi. Pencemaran karena kegiatan
manusia sangat berpengaruh besar pada lapisan troposfer ini.
Perubahan tekanan, aliran, suhu, dan stabilitas troposfer, akan
berpengaruh langsung pada permukaan bumi. Sebaliknya, fenomena
hujan, uap air, angin, badai, kekeringan dan seterusnya, merupakan
contoh keadaan di bumi yang langsung dipengaruhi oleh kondisi
troposfer.
Lapisan troposfer, berisikan kira-kira lebih dari 80 % total
massa atmosfer. Gas-gas yang berada dalam troposfer merupakan gas-
gas poliatomik dan berdensitas relatif lebih besar. Gas-gas rumah
kaca, oksigen dan nitrogen dominan di lapisan troposfer. Uap air,
awan, hujan (presipitasi), merupakan variabel gas yang sangat
berpengaruh besar pada fenomena troposfer.
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas-gas poliatomik yang
menjadi konstituen atmosfer, baik alamiah maupun karena kegiatan
manusia, yang menyerap dan mengemisikan kembali radiasi
inframerah (energi panas). Secara alamiah GRK ini berkontribusi
besar dalam menjaga suhu atmosfer tetap hangat untuk menopang
reaksi kimia dan biokimia di permukaan bumi. Dalam termodinamika
kimia, zat-zat poliatomik ini menyerap energi tinggi (UV panjang atau
IR) dan setelah mengalami proses internal molekul (dilatasi, translasi,
dan sebagainya) akan mengemisikan kembali dalam bentuk spektrum
dengan energi labih rendah (gelombang lebih panjang dan panas).
Mekanisme tersebut terkait dengan kesetimbangan energi yang terjadi
di lapisan troposfer.

12
3.3 Stratosfer
Lapisan stratosfer merupakan lapisan yang berada di atas
troposfer. Kedua lapisan ini dibatasi oleh lapisan batas, tropopause,
merupakan kondisi perubahan lapse rate (dari lapse rate negatif
(troposfer) menuju lapse rate positif (stratosfer)). Ketebalan stratosfer
kira-kira 40 km (altitude 10-16 km sampai dengan sekitar 50 km).
Lapisan ini ditandai dengan naiknya temperatur lingkungan sebagai
fungsi pertambahan altitude. Fenomena ini disebabkan penyerapan
spektrum ultra violet (UV) energi yang lebih tinggi di bagian lebih
atas, karena makin banyaknya molekul-molekul poliatomik.
Sedangkan di bagian lebih bawah, penyerapan spektrum UV lebih
rendah, sebanding dengan penurunan jumlah molekul poliatomik dan
meningkatnya molekul diatomic atau monoatomik. Secara
termodinamika, molekul poliatomik akan menyerap spektrum energi
tinggi yang sesuai dan berpotensi meradiasikan spektrum infra red
(IR) lebih besar.
Lapisan stratosfer bagian atas didominasi oleh proses
pembentukan ozon dengan menyerap energi UV tinggi, dan
meradiasikan IR tinggi. Sedangkan bagian bawah, didominasi oleh
proses pemecahan ozon dengan menyerap UV lebih rendah, dan
meradiasikan IR lebih rendah dibanding bagian atas. Secara
termodinamika, IR mempunyai panjang gelombang lebih pendek
dibanding UV. Spektrum panjang gelombang lebih panjang (energi
rendah) akan menimbulkan efek panas, sedangkan spektrum panjang
gelombang lebih pendek (energi lebih tinggi) lebih menimbulkan efek
perubahan ikatan molekuler.

13
Pada lapisan stratosfer, fungsi ini (penyerapan spectrum)
diwakili oleh desain siklus pembentukan dan pemecahan ozon
dilapisan ozonosfer (stratosfer). Siklus pembentukan dan pemecahan
ozon memanfaatkan spektrum radiasi ultra violet dengan panjang
gelombang 185 – 240 nm dan 280 – 320 nm. Hal ini dijelaskan oleh
Crutzen Molina & Rowland (peraih nobel fo chemistry, 1995). Dalam
penjelasannya disebutkan, secara alamiah pembentukan ozon dan
pemecahan ozon terjadi secara alaiah dan merupakan siklus yang
berkesetimbangan, diperkirakan reaksinya sebagai berikut:
pembentukan ozon (O3) alamiah (menyerap UV λ » 185-240 nm)
O2 + hv 2O
O + O2 O3
dan pemecahan ozon alamiah (menyerap UV λ » 280-320 nm)
O3 + hv O + O2
O + O3 2 O2
Dan lebih detail telah dijelaskan memalui “Chapman
Reactions”, bahwa ozon terbentuk melalui rekasi yang sama dengan di
atas. Selanjutnya, ketika ozon yang terbentuk menyerap UV, akan
terjadi kesetimbangan reaksi pemecahan dan pembentukan (Chapman
1930):
O3 + hv -> O2 + O (3)
O + O2 -> O3 (2)
atau ozon juga bisa mengalami pemecahan ketika bereaksi dengan O
radikal, yang berada di atmosfer, hasil reaksi pemecahan oksigen,
seperti reaksi 1 di atas:
O + O3 -> O2 + O2 (4)
Pada reaksi-reaksi di atas, proses pembentukan ozon, makin
lambat dengan bertambahnya altitude, sementara proses pemecahan

14
ozon makin cepat. Pada area kesetimbangan pembentukan-pemecahan
ozon, jumlah energi dan gas terlibat dalam reaksi juga setimbang.
Sehingga secara relatif jumlah ozon (O3), oksigen (O2) dan oksigen
radikal (O) dalam kondisi steady, diatur dengan kuantitas penyerapan
spektrum UV. Secara alamiah, jumlah elemen yang terlibat dalam
reaksi ini sebanding dengan jumlah UV energi menengah (185 nm –
320 nm) yang masuk ke atmosfer. Dengan demikian tidak ada sisa
spektrum UV energi menengah yang signifikan untuk bisa terus
sampai ke permukaan bumi.

3.4 Mesosfer
Lapisan mesosfer ditandai dengan penurunan suhu (temperatur)
udara dengan bertambahnya altitude (ketinggian dari permukaan
bumi). Laju penurunan temperatur tersebut dilaporkan rata-rata 0,4°C
per seratus meter. Penurunan suhu (temperatur) udara ini menandakan
mesosfer memiliki kesetimbangan termal negatif.
Temperatur tertinggi di mesosfer hampir mendekati -2 °C, di
dekat stratopause. Sedangkan di bagian paling atas mesosfer dekat
dengan mesopause, yaitu lapisan batas antara mesosfer dengan lapisan
termosfer, temperaturnya diperkirakan mencapai sekitar -92 °C. Di
daerah mesosfer ini, kadang teramati sebagai daerah dengan fenomena
aurora. Ini terjadi karena proses ionisasi gas-gas yang menyusunnya.
Pada struktur atmosfer yang dijelaskan sebelumnya (lihat gambar 3),
mesosfer dan termosfer masuk dalam wilayah ionosfer. Pada wilayah
ionosfer ini, proses reaksi yang dominan adalah ionisasi karena gas-
gas menerima radiasi spektrum energi lengkap dari matahari.
Spektrum energi tinggi ini yang sangat berpengaruh pada orbital
elektron setiap atom, sehingga terjadi proses-proses yang berkaitan
dengan ionisasi.

15
Pada lapisan mesosfer ini konsentrasi gas ozon makin
berkurang tajam ketika altitude makin tinggi, sehingga UV terserap
juga makin sedikit. Sebagai akibatnya suhu makin ke atas akan makin
turun.

3.5 Termosfer
Lapisan ini merupakan tempat terjadinya ionisasi partikel-
partikel yang dapat memberikan efek pada perambatan/refleksi
gelombang radio, baik gelombang panjang maupun pendek. Disebut
dengan termosfer karena terjadi kenaikan temperatur (inversi) yang
sangat tinggi pada lapisan ini. Temperatur pada lapisan termosfer ini
sangat tergantung pada aktifitas matahari (sunspots atau flares).
Kuatnya radiasi matahari (active sun) menyebabkan suhu di termosfer
pada lapisan paling atas sangat tinggi, mencapai sekitar 1700 oC .
Namun pada aktivitas matahari yang cukup rendah, seperti malam hari
atau kondisi quiet sun, suhu termosfer menjadi cukup rendah, sekitar
300 C. Pengurangan altitude, menyebabkan perubahan suhu
o

termosfer menurun sangat besar. Perubahan ini terjadi karena


menurunnya serapan radiasi sinar ultra ungu terutama UV gelombang
sangat pendek (< 0.1 μm) oleh gas-gas penyusun termosfer.
Pada bagian atas termosfer, radiasi UV pendek begitu kuat
menyebabkan reaksi kimia (ionisasi). Hasil rekasi ionisasi ini
membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama
ionosfer. Lapisan ionosfer ini yang kemudian diketahui dapat
memantulkan gelombang radio dan menyebabkan atmosfer memiliki
sifat-sifat yang sangat penting.

16
3.6 Pengaruh Aerosol Terhadap Lapisan Atmosfer
Aerosol adalah kumpulan dari partikel-partikel padat yang
tersuspensi di dalam medium gas dalam waktu yang cukup lama dan
memungkinkan untuk diamati dan diukur. Pada umumnya, partikel
aerosol berukuran 0.001-100 µm sehingga kasat mata namun
keberadaannya tidak dapat dipungkiri. Aerosol terdapat di atmosfer,
dari permukaan hingga ketinggian stratosfer. Bahkan tanpa disadari,
aerosol pun banyak terdapat di dalam ruangan, terutama ruangan
tertutup dengan ukuran yang sangat halus (nano aerosol) (Hamdi,
2013).
Munculnya aerosol di lapisan stratosfer didominasi kuat oleh
letusan gunung berapi yang menyemburkan ribuan ton sulful oksida
(SO2) ke atmosfer di samping material debu lainnya, bahkan mencapai
lapisan stratosfer. Gas SO2 dapat berubah menjadi H2SO4/H2O
langsung melalui konvensi gas ini ke partikel serta reaksi heterogen
dengan uap air melalui bantuan radiasi matahari pada ketinggian
tertentu (McCormick et al., 1995). Letusan gunung berapi yang
dahsyat akan meningkatkan secara cepat jumlah aerosol sulfat di
lapisan stratosfer. Aerosol sulfat di lapisan stratosfer ini memiliki
waktu hidup yang lebih lama dibandingkan dengan waktu hidupnya di
lapisan troposfer, khususnya troposfer bawah.
Jumlah sulfurdioksida yang dilepaskan selama terjadinya
letusan adalah sebanyak 30 juta ton (McCormick et al., 1995). Gas
sulfurdioksida akan bercampur dengan air dan oksigen di atmosfer
dan berubah menjadi asam sulfat yang akan mempercepat proses
penipisan lapisan ozon. Selain berasal dari letusan gunung berapi yang
dahsyat, aerosol di lapisan stratosfer juga berasal dari debu-debu

17
meteorit di lapisan mesosfer, dan masuk ke dalam lapisan stratosfer
melalui proses pengendapan.
Adanya aerosol di dalam atmosfer bumi akan meningkatkan
Aerosol Optical Depth (AOD) dan memperluas penutupan awan yang
berakibat pada menurunnya radiasi net matahari pada puncak awan
sehingga terjadilah pendinginan (Lohmann U, dan J. Feichter, 2005).
Selain itu, aerosol karbon dan debu akan menambah positive forcing
pada puncak atmosfer, setidaknya di daerah dengan albedo permukaan
yang tinggi, dan juga secara langsung menghangatkan atmosfer. Efek
ini dapat diperkuat jika penyerapan radiasi matahari dari partikel-
partikel aerosol ini terjadi di dalam tetes awan. Peningkatan
temperature ini akan mengurangi kelembaban relative dan bisa juga
menurunkan evaporasi tetes awan. Pengurangan penutupan awan dan
AOD awan selanjutnya akan memperkuat pemanasan sistem atmosfer
bumi (Hamdi, 2013).

18
BAB IV
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang penulis dapat berikan dari makalah ini, yaitu
atmosfer berasal dari kata amos berarti uap dan sphira berarti bola
bumi. Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi.
Lapisan atmosfer merupakan campuran dari berbagai unsure.
Pembagian lapisan atmosfer juga dapat dilakukan dengan
mempelajari sifat keteraturan perubahan sifat fisik (tekanan dan
temperatur). Dalam hal ini, atmosfer bumi dibagi menjadi 4 lapisan
utama. Keempat lapisan utama tersebut adalah troposfer, stratosfer,
mesosfer, dan termosfer.
Aerosol adalah kumpulan dari partikel-partikel padat yang
tersuspensi di dalam medium gas dalam waktu yang cukup lama dan
memungkinkan untuk diamati dan diukur. Adanya aerosol di dalam
atmosfer bumi akan meningkatkan Aerosol Optical Depth (AOD) dan
memperluas penutupan awan yang berakibat pada menurunnya radiasi
net matahari pada puncak awan sehingga terjadilah pendinginan

6.2 Saran
Penulis sadari penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis ingin memberikan saran agar
kedepannya makalah yang mengangkat tema tentang lapisan atmosfer
bumi dapat membuat makalah menarik dengan memberikan gambar
maupun tabel.

19
DAFTAR ISI

Chapman, S. 1930. "A theory of upper-atmosphere ozone." Mem. Roy.


Meteorological Society

Fenger, Jes, and Jens Christian Tjell, . 2009. Air Pollutan, from a
Local to a Global Perspective. 1st. RSC Publishing,
Polyteknisk Forlag

Hamdi, Saipul. 2013. “Dampak Aerosol Terhadap Lingkungan


Atmosfer.” Berita Dirgantara. Vol.14. No.1

Hartono. 2007. Geografi:Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung:


Citra Praya.

Holton, J.R, P.H. Haynes, M.E. McIntyre, A.R. Douglass, R.B. Rood,
and L.Pfister. 1995. "Strattosphere-troposphere exchange." Rev.
Geophysics. vol 33 : 403-439.

Lohmann, U dan J. Feichter. 2005. Global IndirectAerosol Effets: a


Review: Atmospheric Chemistry and Physics, 5, 715-737.

Manahan, Stanley E. 2000. The Atmosphere and Atmospheric


Chemistry- Environmental Chemistry. Boca Raton: CRC Press
LLC.

McCormick, et. al. 1995. Atmospheric Effects of the Mt Pinatubo


Eruption.Nature, 373, 399-404

Petty, Grant W. 2008. A First Course in Atmospheric


Thermodynamics. 1st . Madison, Wisconsin: Sundog Publisher.

Seinfeld, John H, and Spyros N Pandis. 2006. Atmospheric Chemistry


and Physics, from Air Pollution to Climate Change. 2nd edition
vols. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons. Inc.

20

Anda mungkin juga menyukai