TUGAS MIKROPALEONTOLOGI
PALINOLOGI
OLEH :
KENDARI
2019
A. PENGERTIAN PALINOLOGI
Palinologi secara umum adalah cabang ilmu yang belum terlalu tua dibandingkan
dengan mikrofosil lainnya seperti foraminifera dan nanoplankton. Di Indonesia,
palinologi baru mulai dikenal sekitar tahun 1930an yang diawali dengan
penelitian tentang gambut di daerah Jawa dan Sumatra. Kemudian disusul oleh
peneliti-peneliti lain yang juga datang ke Indonesia. Sejak saat itu palinologi
mulai berkembang sampai saat ini. Selain untuk mengetahui lingkungan
pengendapan di industri minyak dan gas, palinologi juga dapat digunakan untuk
penentuan umur batuan dan riset perubahan iklim. Riset ini dapat digunakan
untuk mengumpulkan data-data tentang iklim yang terjadi sebelumnya dan dapat
dipakai sebagai bahan untuk memprediksi iklim di masa yang akan datang.
Morfologi serbuk sari memiliki beberapa karakter yakni: simetri, ukuran dan
bentuk, struktur dinding serbuk sari, stratifikasi eksin, ornamentasi eksin,
kerutan/ alur, dan lubang. Karakter serbuk sari bergantung pada jenis spesies dan
lingkungan tempatmnya berada. Namun untuk karekter serbuk sari sendiri telah
dibagi menjadi kelompok-kelompok tertentu seperti: simetri serbuk sari yaitu
simetris dan asimetris, bentuk serbuk sari yang terdiri atas kelompok non angular
dan angular, ukuran serbuk sari dari yang sangat kecil (<10 µm) hingga yang
terbesar (>200 µm), ornamen eksin yang terdiri atas supratectal sculpturing dan
sculpturing on subtectate sexine serta karakter lainnya. Para peneliti biasanya
mengambil sampel-sampel dari bebatuan di bawah laut atau cekungan-cekungan
yang ada di Indonesia yang kebanyakan adalah batu sedimen.
B. SEJARAH
Jika kita menilik sedikit teman-teman spora dan pollen (mikrofosil yang lain)
maka akan kita dapatkan bahwa lingkungan pengendapan spora dan pollen
memiliki lingkungan pengendapan yang berbeda dengan mikrofosil yang lain.
Misalnya saja, Foraminifera Bentonik atau Planktonik biasa terendapkan di
lingkungan shelf, batial, abisal dan transisi (jumlahnya relatif sedikit). Yang
paling dominan menjadi penciri lingkungan pengendapan terutama adalah
foraminifera bentonik karena hidupnya yang menambat di bawah permukaan air,
sedangkan foraminifera planktonik hidupnya mengambang atau melayang di
perairan sehingga sulit untuk menjadi penciri lingkungan pengendapan, lebih
cocok menjadi penentu umur kapan sedimen diendapkan. Sedangkan hubungan
antara perbandingan jumlah foraminifera planktonik dan bentonik adalah,
semakin besar nilai perbandingan foraminifera planktonik berbanding bentonik
maka lingkungan pengendapannya akan semakin dalam (marine yang lebih
dalam). Jumlah kehidupan foraminifera di laut atau marine sangat dipengaruhi
oleh intensitas sinar matahari yang masuk, okesigen maupun kandungan nutrisi di
laut.
Polen atau serbuk sari merupakan bagian bunga yang berupa kantung
berisi gametofit jantan pada tumbuhan berbunga Anthophyta baik Gymnospermae
(Pinophyla) maupun Angiospermae (Magnoliophyta) (Puspaningrum, 2008),
sedangkan spora biasanya dihasilkan tumbuhan non vaskuler seperti alga, jamur,
lumut serta tumbuhan vaskuler tingkat rendah lain yaitu tumbuhan lumut
(Bryophyta) dan paku tPteridophytai (Suedy,2012). Adapun contob bentuk polen
dan spora dapat dilihat pada gambar l. Polen dan spora berasal dari tumbuhan
yang hidup pada suatu lingkungan tertentu, sehingga dapat digunakan untuk
merekonstruksi flora dan vegetasi yang berada disekelilingnya (Suedy, 2012).
Bukti palinologi (palinomorf) merepresentasikan sebaran penyusun vegetasi
beserta kondisi lingkungan nya. Flenley (1979) dan Morley (1990) menyatakan
bahwa dengan diketahui tipe polen dan spora selanjutnya dapat dirunut dan
diketahui takson tum buhan penghasil. Penggunaan bukti palinologi berupa fosil
polen dan spora merupakan cara yang tepat, karena dapatmengungkap latar
belakang perubahan vegetasi dan lingkungan suatu daerah pada satu periode
waktu tertentu (Suedy, 2012).
Gambar 5. Bentuk polen dan spora (Morley, 1990; Septriono Hari Nugroho,
2014)
Gambar 6. Skema susunan dinding polen (Morley, 1990; Septriono Hari
Nugroho, 2014)
Tabel 1. Nilai indeks perbandingan diameter polar dan ekuatorial (P/E) polen
dan spora (Kapp 1969; Moore & Webb 1978; Septriono Hari Nugroho, 2014)
Tabel 2. Tipe-tipe apertura polen dan ciri-cirinya (Kapp, 1969; Moore &
Webb, 1978; Septriono Hari Nugroho, 2014)
Tipe Apertura Ciri-ciri
Inapertura Tidak mempunyai apertura
Monocolpate Mempunyai 1 apertura berbentuk colpus
Monoporate Mempunyai 1 apertura berbentuk porus
Tricolpate Mempunyai 3 apertura berbentuk colpus
Stephanocolpate Mempunyai >3 colpus yang terletak meridional/sejajar
Pericolpate Mempunyai >3 colpus yang terletak menyebar
Tricolporate Mempunyai 3 apertura berbentuk gabungan colpus-porus
Triporate Mempunyai 3 apertura berbentuk porus
Stephanoporate Mempunyai >3 porus terletak sejajar pada zona ekuatorial
Periporate Mempunyai >3 porus yang terletak menyebar
Syncolpate Apertura berbentuk colpus bertemu pada ujung-ujungnya
Hetercolpate Apertura berbentuk antara porus dan colpus/Pseudocolpi
Tabel 3. Tipe ornamentasi eksin polen dan ciri-cirinya (Faegri & Iversen, 1989;
Septriono Hari Nugroho, 2014)
Ornamentasi Ciri-ciri
Psilate Seluruh permukaan halus, rata dan licin tidak berelief
Perforate Permukaan berlubang dengan ukuran lubang <1µm
Foveolate Permukaan berlubang dengan ukuran lubang >1µm
Scabrate Unsur ornamentasi isodiametrik/bintik ukuran <1µm
Verrucate Unsur ornamentasi isodiametrik/bintik ukuran >1µm
Gemmate Unsur ornamentasi isodiametrik/tonjolan berkerut/seperti
lingkaran ukuran >1µm
Clavate Unsur ornamentasi seperti tangkai dengan dasar menyempit
dan ukuran tinggi lebih besar daripada lebarnya
Pilate Unsur ornamentasi seperti clavate tetapi bagian apikalnya
menggembung
Echinate Unsur ornamentasi berbentuk seperti duri
Rugulate Unsur ornamentasi memanjang horizontal dengan pola tidak
beratura
Striate Unsur ornamentasi memanjang horizontal dengan susunan
sejajar antara satu dengan lainnya
Reticulate Unsur ornamentasi membentuk pola seperti jala
Baculate Unsur ornamentasi berbentuk silinder tinggi dan ramping
H. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA