Anda di halaman 1dari 22

PENUGASAN KULIAH GEOGRAFI REGIONAL

BAB IV

FAISAL YAZID ABDULLAH


E100190224
KELAS B

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
BAB IV
Tanah dan Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali

Assalamualaikum wr,wb.

A. Tanah Kabupaten Boyolali


1. Jenis Tanah Kabupaten Boyolali
Sebagian besar wilayah Kabupaten Boyolali merupakan dataran
rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal.
Bagian barat dimanfaatkan sebagai daerah pegunungan, dengan puncaknya
Gunung Merapi (2.911 m) dan Gunung Merbabu (3.141 m), keduanya adalah
gunung berapi aktif. Sedangkan di bagian utara yang merupakan daerah
perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Di bagian utara juga
terdapat Waduk Kedungombo. Jenis tanah yang ada di Kabupaten Boyolali
terdiri dari jenis tanah regosol, grumosol, litosol, andosol dan mediteran yang
secara terperinci dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tanah asosiasi litosol dan glumosol kelabu tua merupakan 6,18% dari
wilayah Kabupaten Boyolali yang menyebar di wilayah-wilayah
Kemusu, Klego, Andong, Karanggede, Wonosegoro dan Juwangi.
b. Tanah regosol kelabu meliputi lahan seluas 10,00 persen dari wilayah
Kabupaten Boyolali yang menyebar di wilayah-wilayah Cepogo,
Ampel, Boyolali, Mojosongo, Teras, Banyudono, dan Sawit.
c. Tanah regosol kelabu dan litosol meliputi lahan seluas 7,63% dari
wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Selo,
Cepogo, dan Musuk.
d. Tanah regosol cokelat kekelabuan, meliputi lahan seluas 6,81% dari
wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Cepogo,
Boyolali, Musuk, Mojosongo, Teras, Banyudono, dan Sawit.
e. Tanah kompleks regosol kelabu dan grumosol tua meliputi lahan
seluas 20,65% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-
wilayah Juwangi, Wonosegoro, dan Kemusu.
f. Tanah andosol cokelat meliputi lahan seluas 3,73% wilayah
Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Selo, Ampel, dan
Cepogo.
g. Tanah kompleks andosol kelabu tua dan litosol meliputi lahan seluas
5,92% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Selo,
Ampel, dan Cepogo.
h. Tanah grumosol kelabu tua dan litosol meliputi lahan seluas 1,47%
wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Andong dan
Klego.
i. Tanah grumosol kelabu tua meliputi lahan seluas 1,47% wilayah
Kabupaten Boyolali terdapat pada wilayah Juwangi.
j. Tanah asosiasi grumosol kelabu tua, mediteran cokelat meliputi lahan
seluas ,62% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah
Simo, Sambi, Nogosari, dan Ngemplak.
k. Tanah mediteran cokelat tua meliputi lahan seluas 24,42% wilayah
Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Wonosegoro,
Karanggede, Kemusu, Klego, Andong, Simo, Nogosari, Sambi,
Ngemplak, Banyudono, Teras, dan Mojosongo.
l. Tanah litosol cokelat meliputi lahan seluas 4,31% wilayah Kabupaten
Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Ampel, Selo, dan Cepogo.
Struktur tanah yang ada di Kabupaten Boyolali bagian timur laut
tepatnya di sekitar wilayah Kecamatan Karanggede dan Simo pada umumnya
berupa tanah lempung. Pada bagian tenggara yaitu di sekitar wilayah
Kecamatan Banyudono dan Sawit struktur tanahnya berupa tanah geluh. Pada
bagian barat laut yaitu di sekitar wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo
struktur tanahnya berupa tanah berpasir. Dan pada bagian utara yaitu di
sepanjang perbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan struktur tanahnya
berupa tanah berkapur.
2. Tingkat Kesuburan Tanah Kabupaten Boyolali
Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi meliputi
atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer serta benda-benda yang ada di atasnya
sepanjang yang mampu mempengaruhi penggunaan lahan. Salah satu fungsi
lahan adalah sebagai sarana produksi biomassa (pertanian), dimana untuk
meningkatkan produksi biomassa (pertanian), maka optimalisasi produktivitas
lahan menjadi prioritas dalam budidaya pertanian. Budidaya diartikan sebagai
usaha manusia untuk memberikan hasil dari tanaman atau hewan dengan
memanfaatkan sumberdaya lahan yang ada. Salah satu bentuk dari
optimalisasi produktivitas lahan adalah dengan mengelola kesuburan tanah
yang ada pada lahan tersebut.
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk budidaya tanam yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang
menjadi habitat tanaman. Kesuburan tanah merupakan mutu suatu tanah
sehingga kesuburan tanah tidak dapat diukur secara kuantitatif melainkan
hanya dapat ditaksir atau dinilai harkatnya (tinggi, sedang, rendah). Evaluasi
lahan untuk menilai kesuburan tanah dapat dilakukan atas dasar nilai
kuantitatif dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu penilaian
kesuburan tanah dapat dilakukan secara langsung dengan cara melihat
keadaan tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Dari kedua cara
tersebut, maka cara pertama lebih efektif digunakan dalam mengevaluasi
kesuburan tanah, karena dapat diketahui faktor penentu kesuburan tanah.
Pengelolaan kesuburan tanah bertujuan untuk mengoptimalkan kesuburan
tanah tersebut. Setiap jenis tanah memiliki sifat berbeda begitu pula dengan
tanaman yang ditanam pada tanah tersebut juga memiliki sifat dan persyaratan
tumbuh yang berbeda pula. Maka ukuran optimum kesuburan tanah menjadi
berbeda untuk setiap jenis tanah dan setiap tanaman yang dibudidayakan.
Oleh karena itu pengelolaan kesuburan tanah untuk setiap lokasi lahan akan
selalu berbeda. Kriteria optimum kesuburan ditentukan pengaruh yang timbul
dari hubungan interaktif antar variabel, sebagai contoh pada beberapa sifat
tanah seperti pH, tekstur, struktur dan bahan organik mentukan dinamika
lengas tanah. Evaluasi kesuburan tanah ditujukan untuk menilai karakteristik
lahan dan menentukan faktor pembatas utama terhadap kesuburan tanah serta
alternatif pengelolaannya dalam upaya meningkatkan produktivitas tanah.
Penilaian sifat dan penentuan faktor pembatas utama kesuburan tanah dapat
dilakukan dengan Klasifikasi Kapabilitas Kesuburan Tanah atau Fertility
Capability Classification (FCC) (Sanchez et al., 1982 dalam Sanchez, 1992;
Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001; Rayes, 2007). Sistem klasifikasi
kapabilitas kesuburan tanah (FCC) terdiri atas tiga kategori, yaitu Tipe
(tekstur tanah atas lapisan 0-20 cm atau lapisan olah); Sub tipe atau tipe
substrata (tekstur tanah bawah, digunakan jika dijumpai perubahan tekstur
tanah pada kedalaman teratas hingga 50 cm) dan Unit atau kondisi modifier
atau pengubah keadaan yang berhubungan dengan karakteristik fisik tanah,
reaksi tanah dan mineralogi tanah (Sanchez et al., 2003) yang merupakan
pengelompokan berdasarkan pada kendala kesuburan yang ada. Kombinasi
ketiga kategori tersebut menghasilkan unit-unit Klasifikasi Kemampuan
Kesuburan Tanah yang dapat diinterpretasikan dengan penaksiran sifat tanah
dan penentuan alternatif teknologi pengelolaan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala utama kesuburan tanah. Kecamatan Selo, Kabupaten
Boyolali yang merupakan wilayah yang berada diantara G. Merapi dan G.
Merbabu, terletak pada daerah dengan ketinggian sekitar 780 hingga 3050
mdpl. Kelerengan wilayah beragam dari < 8% (datar) hingga >40% (Sangat
Curam) dan merupakan wilayah pertanian dengan komoditas utama adalah
hortikultura sayuran dataran tinggi dan sebagian wilayah digunakan untuk
budidaya tanaman pangan (jagung dan padi) serta beberapa wilayah untuk
lahan tanaman tahunan dan kehutanan. Jumlah desa di Kecamatan Selo
sebanyak 10 yaitu Desa Jeruk, Senden, Tarubatang, Selo, Samiran,
Suroteleng, Lencoh, Jrakah, Klakah, Tlogolele. Berdasarkan pemetaan potensi
kerusakan tanah di Kabupaten Boyolali, maka wilayah Kecamatan Selo
memiliki tanah dengan potensi kerusakan tanah rendah (PR II) hingga potensi
kerusakan tanah sangat tinggi (PR V) (Simanjuntak dan Sri Yulianto, 2014).
Hasil penelitian Simanjuntak dan Sri Yulianto (2014) menunjukan untuk
wilayah Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali memiliki potensi erosi tanah
klas Sangat Ringan seluas 1.347,12 ha (22,23% dari total luas wilayah
kecamatan), Ringan seluas 866,92 ha (14,30% dari total luas wilayah
kecamatan), Sedang seluas 988,38 ha (16,31% dari total luas wilayah
kecamatan), Berat seluas 795,69 ha (13,13% dari total luas wilayah
kecamatan), Sangat Berat seluas 2.062,28 ha (34,03% dari total luas wilayah
kecamatan). Urutan faktor utama penyebab potensi erosi tanah di wilayah
Kecamatan Selo adalah: a) kelerengan, b) manajemen penggunaan lahan
dengan dominasi penggunaan Tegalan dengan tanaman semusim, c)
karakteristik tanah Entisol dan Inceptisol, d) curah hujan yang mempunyai
curah hujan tahunan >2000 mm/tahun.

Kesuburan tanah dipengaruhi adanya mikrobakteri seperti cacing, kaki seribu


tikus yang berada di dalam tanah.
B. Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali
1. Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Boyolali
Dalam upaya pemetaan, pengaturan dan pengendalian penggunaan tata
guna lahan, maka telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031
dimana ketentuan tersebut telah diselaraskan dengan rencana tata ruang baik
di tingkat provinsi maupun nasional. Penggunaan lahan di Kabupaten
Boyolali dari luas 101.510.10 ha, sebagian besar merupakan lahan kering baik
berupa tegalan, perkarangan, maupun hutan yang sisanya berupa sawah,
waduk/kolam, dan lahan lainnya. Wilayah yang memiliki lahan kritis dan
lahan kering meliputi Kecamatan Sambi, Simo, Nogosari, Andong, Klego,
Karanggede, Wonosegoro, Kemusu dan Juwangi. Sementara itu, wilayah
Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, dan Musuk beriklim cukup sejuk
mendukung untuk pengembangan budidaya peternakan sapi dan hortikultura.
LUAS WILAYAH KABUPATEN BOYOLALI DIRINCI PER
KECAMATAN TAHUN 2013

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%) Desa/Kelurahan Dusun RW RT


1 Selo 5.607,80 5,52 10 33 52 214
2 Ampel 9.039,12 8,90 20 78 154 547
3 Cepogo 5.299,80 5,22 15 45 92 406
4 Musuk 6.504,14 6,41 20 51 93 513
5 Boyolali 2.625,10 2,59 9 21 114 487
6 Mojosongo 4.341,17 4,28 13 34 89 390
7 Teras 2.993,63 2,95 13 36 47 306
8 Sawit 1.723,18 1,70 12 33 43 180
9 Banyudono 2.537,94 2,50 15 57 57 260
10 Sambi 4.649,49 4,58 16 56 60 337
11 Ngemplak 3.852,70 3,80 12 45 109 445
12 Nogosari 5.508,43 5,43 12 47 67 405
13 Simo 4.804,03 4,73 13 69 77 300
14 Karanggede 4.175,61 4,11 16 57 64 275
15 Klego 5.187,73 5,11 13 43 67 294
16 Andong 5.452,78 5,37 16 57 79 343
17 Kemusu 9.908,42 9,76 17 48 62 282
18 Wonosegoro 9.299,79 9,16 18 67 92 364
19 Juwangi 7.999,35 7,88 10 34 43 219
Jumlah 101.510,20 100,00 267 911 1.461 6.567

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

Luas yang ada terbagi dalam dua bagian yaitu lahan sawah dan lahan
kering. Lahan sawah yang ada di Kabupaten Boyolali seluas 22.710,16 Ha
(22,37%), sedangkan untuk lahan kering seluas 78.800,04 Ha (77,63%).
Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai
lahan sawah berpengairan teknis seluas 5.074,253 Ha (22,54%), lainnya
berpengairan setengah teknis seluas 4.652,75 Ha (20,66%), pengairan
sederhana seluas 2.665,34 Ha (1,84%), dan tadah hujan seluas 10.118,81 Ha
(44,95%). Berikutnya, untuk lahan kering menurut penggunaannya terdiri
dari pekarangan/bangunan seluas 25.271,62 Ha (32,07%), Tegal/Kebun
seluas 30.479,77 Ha (20,67%), Padang/ Gembala seluas 983,33 Ha, Tambak/
Kolam seluas 820,45 Ha, Hutan Negara seluas 14.835,50 Ha, dan
penggunaan lainnya seluas 6.409,94 Ha. Selengkapnya gambaran kondisi
penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tebel dan
gambar berikut :

LUAS TANAH SAWAH DAN TANAH KERING DI


KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 (Ha)

Penggunaan Lahan
No Kecamatan Luas Wilayah
Tanah Sawah Tanah Kering
1 Selo 5.607,80 35,40 5.572,40
2 Ampel 9.039,12 571,06 8.468,06
3 Cepogo 5.299,80 55,80 5.244,00
4 Musuk 6.504,14 0,00 6.504,14
5 Boyolali 2.625,10 294,60 2.330,50
6 Mojosongo 4.341,17 942,75 3.398,41
7 Teras 2.993,63 1.423,03 1.570,60
8 Sawit 1.723,18 1.275,25 447,93
9 Banyudono 2.537,94 1.510,08 1.027,86
10 Sambi 4.649,49 2.204,95 2.444,51
11 Ngemplak 3.852,70 1.403,46 2.449,22
12 Nogosari 5.508,43 2.479,83 3.028,60
13 Simo 4.804,03 2.117,80 2.686,23
14 Karanggede 4.175,61 1.682,34 2.493,27
15 Klego 5.187,73 1.568,10 3.619,63
16 Andong 5.452,78 2.228,72 3.224,06
17 Kemusu 9.908,42 652,43 9.255,99
18 Wonosegoro 9.299,79 1.883,84 7.415,95
19 Juwangi 7.999,35 380,70 7.618,65
Jumlah 101.510,20 22.710,16 78.800,04

Sumber : Kabupaten Boyolali Dalam Angka, 2014

Kondisi Penggunaan Kabupaten Boyolali Tahun 2013


Secara spasial kondisi penggunaan lahan Kabupaten Boyolali dapat
dilihat pada Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali.
2. Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Boyolali
Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah 101.510,1955 ha (1.008,45
Km²) terdiri dari 22,49% berupa lahan basah dan 77,51% berupa tanah kering.
Pola tata guna lahan sesuai Pearaturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9
Tahun 2011 mengatur kawasan peruntukan industri besar sebagaimana
dimaksud pada pasal 43 ayat (1) huruf a berupa kawasan industri terdiri atas
jenis industri pemesinan, listrik, tekstil, alat angkutan, makanan, galian bukan
logam, industri kayu, dan industri sejenis lainnya seluas kurang lebih 1.276
(seribu dua ratus tujuh puluh enam) hektar meliputi:
a. Kecamatan Ampel; g. Kecamatan Nogosari;
b. Kecamatan Cepogo; h. Kecamatan Karanggede;
c. Kecamatan Mojosongo; i. Kecamatan Klego;
d. Kecamatan Teras; j. Kecamatan Kemusu;
e. Kecamatan Sambi; k. Kecamatan Wonosegoro;
f. Kecamatan Ngemplak; l. Kecamatan Juwangi
Kawasan peruntukan industri menengah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas jenis industri pertanian, kertas, industri kayu,
penerbit, percetakan, pakaian jadi dan industri sejenis lainnya seluas kurang
lebih 444 (empat ratus empat puluh empat) hektar meliputi:
a. Kecamatan Ampel; j. Kecamatan Ngemplak;
b. Kecamatan Cepogo; k. Kecamatan Nogosari;
c. Kecamatan Musuk; l. Kecamatan Simo;
d. Kecamatan Boyolali; m. Kecamatan Karanggede;
e. Kecamatan Mojosongo; n. Kecamatan Klego;
f. Kecamatan Teras; o. Kecamatan Andong;
g. Kecamatan Sawit; p. Kecamatan Kemusu;
h. Kecamatan Banyudono; q. Kecamatan Wonosegoro; dan
i. Kecamatan Sambi; r. Kecamatan Juwangi.
Rencana pengembangan kawasan strategis sesuai kepentingan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 Pasal 48 huruf a terdiri atas:
a. Koridor kawasan strategis Subosukawonosraten;
b. Jalur kawasan SSB;
c. Kawasan minapolitan meliputi:
1. Kecamatan Teras;
2. Kecamatan Sawit; dan
3. Kecamatan Banyudono.
d. Kawasan strategis agropolitan meliputi:
1. Kecamatan Selo;
2. Kecamatan Ampel;
3. Kecamatan Cepogo;
4. Kecamatan Sawit; dan
5. Kecamatan Banyudono.
e. Kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan arteri, kolektor dan
kawasan lokal;
f. Wilayah perbatasan, Kecamatan Sawit dan Kecamatan Banyudono
Kabupaten Boyolali dengan Kecamatan Gatak dan Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo dikembangkan sebagai kawasan perdagangan dan
jasa pada sepanjang jalan arteri;
g. Wilayah perbatasan, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali dengan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri; dan
h. Kawasan wisata meliputi:
1. Kawasan wisata alam Selo di Kecamatan Selo;
2. Kawasan wisata Tlatar di Kecamatan Boyolali;
3. Kawasan wisata Pengging di Kecamatan Banyudono;
4. Kawasan wisata Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak;
5. Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo di Kecamatan Kemusu.

Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan sebagaimana


dimaksud sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 13 Tahun
2011 meliputi:
a. KDB maksimum 60 % (enam puluh persen)
b. Tinggi bangunan maksimum 2 (dua) lantai
c. KDH minimum 40 % (empat puluh persen)

Adapun rincian perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali


selama 5 tahun dari 2011 sampai 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :

Penggunaan Tanah Semula Penggunaan Tanah Saat Ini


Prasarana/Ja

Jumlah (m2)
Pemukiman
Sawah (m2)

Perdaganga
Sawah dan

Lain-lain
Tegalan

Tegalan

lan/Jasa
Industri

No. Tahun
n (m2)
(m2)

(m2)

(m2)

(m2)

(m2)

(m2)

1 2011 110.668 264.195 374.863 154.432 140.661 43.42 22.659 13.712 374.863

2012 46
2 104.027 356.408 179.866 86.472 164.659 18.131 11.317 460.435
0.435

3 2013 71.016 173.087 244.103 111.326 42.476 71.432 13.065 5.804 244.103

4 2014 68.266 197.484 265.750 149.482 56.152 57.769 - - 265.750

5 2015 143.4 210.881 354.281 291.179 30.921 32.181 - - 354.281


3. Kesesuaian Lahan untuk Berbagai Jenis Tanaman di Kabupaten Boyolali
Luas wilayah Kabupaten Boyolali sebesar 101.510,1 Ha. Pada
umumnya struktur tanah di Kabupaten Boyolali ada empat macam, yaitu:
1. Tanah lempung di bagian timur laut (sekitar wilayah Kecamatan
Karanggede dan Simo).
Tanah lempung atau tanah liat merupakan golongan tanah yang paling
sulit diolah terutama di musim penghujan dan tanah ini akan menjadi
sangat keras serta pecah di musim kemarau. Bila tanah ini digenggam
secara kuat, maka akan terasa licin dan lengket. Akar tanaman susah
menembus dan air lebih sulit meresap karena sifatnya yang liat. Tanaman
yang cocok ditanam pada tipe tanah ini adalah tanaman yang mempunyai
akar kuat dan panjang, misalnya jati. Tanaman jati dapat tumbuh dengan
kondisi tanah yang kurang bagus atau lahan kritis. Selain itu tanaman jati
tidak perlu banyak air. Selain jati ada juga yang cocok hidup ditanah ini,
yaitu tanaman turi, mahoni, dan secang.
2. Tanah geluh di bagian tenggara (sekitar wilayah Kecamatan Banyudono
dan Sawit)
Geluh bersifat remah, lembab dan mudah mengikat air. Tanah semacam
ini dianggap ideal untuk bercocok tanam terutama untuk jenis tanaman
hias karena tipe tanah ini memiliki cukup hara dan humus daripada tanah
berpasir, serapan dan drainasi air tanah lebih bagus daripada tanah
berkapur, dan lebih mudah diolah daripada tanah lempung.
3. Tanah berpasir di bagian barat laut (sekitar wilayah Kecamatan Musuk
dan Cepogo)
Tanah berpasir merupakan tanah yang mempunyai sifat sangat ringan dan
mudah menyerap air, sehingga bila tanah ini diremas keras-keras dengan
tangan, tanah akan mudah hancur. Kekurangannya adalah baik air
maupun nutrisi yang meresap tidak dapat ditampung dengan baik
sehingga menyebabkan tanah ini menjadi cepat kering dan kurang subur.
Dengan kondisi seperti ini, tanaman yang cocok ditanam adalah jenis
tanaman yang suka kering, seperti kaktus.
4. Tanah berkapur di bagian utara (sepanjang perbatasan dengan wilayah
Kabupaten Grobogan)
Tanah jenis ini ringan dan menyerap air. Sama seperti halnya tanah
berpasir, tanah kapur juga termasuk tanah yang tidak subur. Sebagian
besar tanah ini mengandung kapur. Bila kadar kapurnya tinggi, maka
tanaman yang tumbuh diatasnya sering mengalami daun yang kuning.
Walaupun tanahnya tidak subur, akan tetapi cocok untuk ditanami
tanaman jati.
Tanah-tanah yang ada di Kabupaten Boyolali tersebut digunakan untuk
berbagai macam kegiatan. Untuk perincian penggunaan lahannya dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pembagian Luas Wilayah di Kabupaten Boyolali Tahun 2007
Persentase
No Macam Penggunaan Luas (Ha)
(%)
1. Tanah Sawah 22.876,1264 22,54
Sawah Irigasi Teknis 5.119,5442 5,04
Sawah Irigasi ½ Teknis 4.954,6987 4,88
Sawah Irigasi Sederhana 2.627,3625 2,59
Sawah Tadah Hujan 10.174,5210 10,02
2. Tanah Kering 78.634,0691 77,46
a. Pekarangan/Bangunan 25.179,7758 24,81
b. Tegal/Kebun 30.700,1492 30,24
c. Padang Gembala 983,3315 0,97
d. Tambak/Kolam 820,5376 0,81
e. Hutan Negara 14.835,4964 14,61
f. Lain-lain 6.114,7786 6,02
Jumlah Total 101.510,1955 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Boyolali 2008
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa lahan di Kabupaten
Boyolali digunakan untuk tanah sawah sebesar 22.876,1264 Ha dengan
persentase sebesar 22,54 dan tanah kering sebesar 78.634,0691 Ha dengan
persentase sebesar 77,46. Untuk tanah sawah sendiri berdasarkan sistem
pengairan yang ada, penggunaan yang terbesar adalah untuk sawah tadah
hujan seluas 10.174,5210 Ha atau sebesar 10,02 % dari luas total lahan yang
ada di Kabupaten Boyolali. Sedangkan penggunaan tanah sawah yang terkecil
adalah untuk sawah irigasi sederhana yaitu seluas 2.627,3625 Ha atau sebesar
2,59 % dari luas total lahan yang ada di Kabupaten Boyolali. Dan sisanya
digunakan sawah irigasi teknis seluas 5.119,5442 Ha (5,04%) dan untuk
sawah irigasi setengah teknis seluas 4.954,6987 Ha (4,88 %). Sebagian besar
tanah sawah digunakan untuk sawah tadah hujan karena di Kabupaten
Boyolali ketersediaan airnya kurang terjamin sehingga para petani harus
bergantung pada air hujan agar sawahnya bisa terairi.
Tanah kering yang ada di Kabupaten Boyolali digunakan untuk
bermacam-macam, yaitu: untuk pekarangan/bangunan, tegal/kebun, padang
gembala, tambak/kolam, hutan negara, dan lainnya. Penggunaan tanah kering
yang terbesar adalah untuk tegal/kebun yaitu seluas 30.700,1492 Ha atau
sebesar 30,24% dari luas total lahan yang ada di Kabupaten Boyolali.
Penggunaan tanah kering lebih banyak digunakan untuk tegal/kebun karena
untuk kecamatan-kecamatan yang berada di pinggiran merupakan daerah yang
tidak padat penduduknya sehingga mereka lebih banyak menggunakan
lahannya untuk tegal/kebun sebagai usaha untuk menambah pendapatan
keluarga. Contoh komoditi yang banyak diusahakan pada lahan tersebut
adalah jenis komoditi palawija, seperti ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masih banyak penduduk di
Kabupaten Boyolali yang menggantungkn hidupnya pada sektor pertanian.
Sedangkan penggunaan tanah kering yang terkecil adalah untuk
tambak/kolam yaitu seluas 820,5376 Ha atau sebesar 0,81% dari luas total
lahan yang ada di Kabupaten Boyolali. Hal ini disebabkan oleh faktor
kelangkaan air untuk mengisi kolam terutama di musim kemarau Penggunaan
tanah kering lainnya adalah untuk pekarangan/bangunan seluas 25.179,7758
Ha (24,81%), padang gembala seluas 983,3315 Ha (0,97%), hutan negara
seluas 14.835,4964 Ha (14,61%), dan lainnya seluas 6.114,7786 Ha (6,02%).

4. Lahan Kritis di Kabupaten Boyolali

Pembangunan urusan kehutanan di Kabupaten Boyolali sesuai dengan


potensinya lebih diarahkan untuk konservasi hutan produksi dan hutan rakyat.
Untuk memperbaiki dan menanggulangi kerusakan hutan dan lahan dilakukan
beberapa upaya yaitu dengn rehabilitasi hutan dan lahan kritis melalui
kegiatan openanaman/pengkayaan hutan rakyat, penghijauan lingkungan dn
pembangunan bangunan sipil teknis, konservasi tanah dan air (sumur resapan,
gully plug dan dam penahan) baik secara sipil teknis, vegetatif dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Data tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tahun
No. Indikator
2011 2012 2013 2014 2015

Rehabilitasi hutan
1 dan lahan kritis 4.218 600 1.323 1.428 875
(ha)

Kontribusi sektor
kehutanan
2 0,42 0,41 0,39 0,37 0,43
terhadap PDRB
(%)

Anda mungkin juga menyukai