id
BAB IV
PEMBAHASA
1. Aspek Geografis
Merapi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a7c
Cepogo, Musuk dan Ampel. Selama tahun 2014, curah hujan rata-
Cepogo yang terletak antara 1100 00‟ – 1100 31‟ Bujur Timur dan 70
Boyolali dengan berjalan menuju ke arah barat, atau bisa juga dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a7c
b. Kondisi Alam
dengan curah hujan 2.984 Mm pada tahun 2013 dengan jumlah rata-
rata hujan 176 Hh. Topografi bergelombang dengan relief halus hingga kasar yang terb
(menempati bagian tengah hingga barat daya dan barat laut).
Jumlah curah hujan di Kecamatan Cepogo selama tahun 2014 sebesar 2.179 mm. Sedan
415 mm, terbesar kedua dan ketiga masing-masing pada bulan
commit to user
hutan negara 265 Ha, padang rumput 55,5 Ha, lain-lain 357,0 Ha,
sapi perah.
c. Penggunaan Lahan
luasan lebih kecil yaitu pada Desa Wonodoyo, Desa Mliwis dan
pekarangan/tegalan.
Tabel 4.1
Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah (Ha) di Kecamatan Cepogo
Tahun 2015.
Penggunaan Lahan
Luas
No. Desa Tanah Tanah
Wilayah
Sawah Kering
1 Wonodoyo 588 - 588
2 Jombong 302,4 - 302,4
3 Gedangan 396 - 396
4 Sumbung 353,8 11,4 342,4
5 Paras 53,8 18,5 35,3
6 Jelok 611 1,8 609,2
7 Bakulan 212,1 - 212,1
8 Mliwis 547,9 24,1 523,8
9 Sukabumi 257,3 - 257,3
10 Genting 232,1 - 232,1
11 Cepogo 385,3 - 385,3
12 Kembangkuning 356,7 - 356,7
13 Cabeankunti 410,8 - 410,8
14 Candigatak 291 - 291
15 Gubug 301,6 - 301,6
Jumlah 5.299,8 55,8 5.244,0
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka 2016.
2. Aspek Pemerintahan
desa, dukuh, dusun, rukun tetangga, dan rukun warga. Jumlahnya yaitu
sebanyak 15 desa, 217 dukuh, 45 dusun, 406 rukun tetangga (RT), dan 92
terbanyak adalah pada Desa Jelok dan Desa Mliwis. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor luasan lahan, kedua desa tersebut merupakan desa yang
Tabel 4.2
Banyaknya Dukuh, Dusun, RT dan RW di Kecamatan Cepogo Tahun
2015.
Rukun Rukun
No. Desa Dukuh Dusun Tetangga Warga
(RT) (RW)
1 Wonodoyo 11 3 23 3
2 Jombong 14 2 20 4
3 Gedangan 22 4 22 4
4 Sumbung 17 3 17 3
5 Paras 6 2 6 2
6 Jelok 27 5 53 7
7 Bakulan 7 3 12 3
8 Mliwis 25 4 33 4
9 Sukabumi 11 3 31 9
10 Genting 11 2 17 3
11 Cepogo 16 4 49 16
12 Kembangkuning 16 3 41 10
13 Cabeankunti 14 3 28 4
14 Candigatak 7 2 27 7
15 Gubug 13 2 27 13
Jumlah 217 45 406 92
2014 217 45 406 92
2013 217 45 406 92
Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka 2016.
menunjukan bahwa dari tahun 2013 hingga tahun 2015 tidak terjadi
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a7c
3. Aspek Kependudukan
54.408 orang, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah laki-laki
dikatan tidak ada perbedaan yang besar, hanya selisih 814 orang lebih
Angka 2016).
belas) desa yaitu pada Desa Cepogo sebanyak 6.861 orang, atau sebesar
wilayah yang dimiliki kedua desa tersebut, seperti pada Desa Cepogo
yang memiliki luas 3,853 Km2, sedangkan Desa Paras yang hanya
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a7c
Tabel 4.3
Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Cepogo Tahun 2015.
Jumlah Penduduk Kepadatan
Luas
No. Desa Penduduk
(Km2) Laki-
Perempuan (Jiwa/Km2)
laki
1 Wonodoyo 5,88 1.160 1.206 402
2 Jombong 3,024 1.168 1.151 767
3 Gedangan 3,96 2.004 1.990 1.009
4 Sumbung 3,538 1.826 1.977 1.075
5 Paras 0,538 487 501 1.836
6 Jelok 6,11 2.732 2.895 921
7 Bakulan 2,121 943 976 905
8 Mliwis 5,479 2.949 3.000 1.086
9 Sukabumi 2,573 1.601 1.650 1.264
10 Genting 2,321 1.073 1.093 933
11 Cepogo 3,853 3.317 3.544 1.781
12 Kembangkuning 3,567 2.137 2.172 1.208
13 Cabeankunti 4,108 1.958 2.046 975
14 Candigatak 2,91 1.579 1.604 1.094
15 Gubug 3,016 1.863 1.806 1.217
Jumlah 52,998 26.797 27.611 1.027
2014 52,998 26.713 27.509 1.023
2013 52,998 26.640 27.393 1.020
Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka 2016.
4. Aspek Pendidikan
pendidikan wajib belajar dua belas tahun, namun lebih dominan hanya
kurang lebih sama antara 13% hingga 16%, keduanya hanya selisih 1.092
orang yaitu 8.030 orang yang telah menamatkan pendidikan SLTP dan
Tabel 4.4
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Masyarakat Kecamatan
Cepogo, Tahun 2013 - 2015.
Tahun
No. Keterangan
2013 2014 2015
1 Tidak / belum tamat SD 12.326 12.490 12.487
2 SD 21.621 21.803 21.765
3 SLTP 7.646 8.021 8.030
4 SLTA 6.607 6.856 6.938
5 DI / D II 155 188 200
6 Akademi 412 474 487
7 PT / D IV 971 1.020 1.048
Jumlah 49.725 50.852 50.954
Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka 2016, data diolah 2016.
dapat dilihat pada tabel 4.5 menunjukan bahwa ketersediaan sekolah baik
sekolah negeri maupun sekolah swasta, dari tingkat paling bawah (TK)
semangat yang lebih tinggi karena berada dalam satu wilayah. Hal ini
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a7c1
Tabel 4.5
Banyaknya Sekolah di Kecamatan Cepogo, Tahun 2013 - 2015.
Tahun
No. Keterangan
2013 2014 2015
1 TK Swasta 33 48 33
2 TK BA / RA 32 10 10
3 SD 35 34 34
4 SD Swasta 1 1 1
5 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 12 12 12
6 SLTP Negeri 3 3 3
Madrasah Tsanawiyah (MTs)
7 1 1 1
Negeri
Madrasah Tsanawiyah (MTs)
8 1 1 1
Swasta
9 SLTA Negeri 1 1 1
10 SLTA Swasta 1 1 1
11 Madrasah Aliyah Swasta 3 2 2
Jumlah 123 114 99
Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka 2016.
5. Aspek Peternakan
ternak yang lain seperti sapi potong berjumlah 2.993 ekor yang juga
berjumlah 2.791 ekor, populasi kuda pada tahun 2015 berjumlah 15 ekor
ekor meningkat 159 ekor dari tahun sebelumnya (2014) dan untuk
pada tahun 2015 berjumlah 607 ekor yang justru menurun 248 ekor
2016).
Cepogo juga terdapat usaha peternakan hewan berkaki dua yaitu ternak
unggas, seperti; ayam petelur, ayam pedaging, ayam buras, itik, dan
sebanyak 34.376 ekor, itik sebanyak 3.533 ekor dan ternak burung puyuh
berternak sapi perah dengan populasi hewan ternak yang relatif tinggi
dengan jumlah total tiap desa sekitar 1.100-an ekor. Dilihat dari jumlah
populasi hewan ternak dari beberapa desa pada tabel 4.6, menunjukan
bahwa Desa Jelok, Desa Mliwis, dan Desa Sumbung merupakan lokasi
Cepogo. Lebih lengkapnya dapat dilihap pada tabel 4.6 sebagai berikut.
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a8c
Tabel 4.6
Banyaknya Pemilik dan Ternak Sapi Perah di Kecamatan Cepogo, Tahun
2015 (versi tingkat kecamatan).
Sapi Perah
Kontribusi
No. Desa Pemilik Ternak Ternak
(orang) (ekor)
1 Wonodoyo 217 1.157 6,09%
2 Jombong 184 1.146 6,03%
3 Gedangan 295 1.398 7,36%
4 Sumbung 375 1.712 9,01%
5 Paras 136 408 2,15%
6 Jelok 483 2.084 10,97%
7 Bakulan 226 1.071 5,64%
8 Mliwis 402 1.760 9,27%
9 Sukabumi 393 1.431 7,53%
10 Genting 245 1.041 5,48%
11 Cepogo 411 1.332 7,01%
12 Kembangkuning 281 1.093 5,75%
13 Cabeankunti 245 1.051 5,53%
14 Candigatak 264 1.181 6,22%
15 Gubug 344 1.129 5,94%
Jumlah 4.501 18.994 100,00%
Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka 2016, data diolah 2016.
se-Kecamatan Cepogo, artinya tidak ditemukan satu desa pun yang tidak
Sisanya yang berjumlah 13.075 kepala keluarga atau sebanyak 74% yang
menunjukan jumlah populasi ternak sapi perah dari tahun 2000 hingga
Tabel 4.7
Banyaknya Pemilik, Ternak Sapi Perah, dan Jumlah Produksi Susu Segar
di Kecamatan Cepogo, Tahun 2000 - 2015 (versi tingkat kabupaten).
Ternak Sapi Perah Produksi Susu
Tahun Pemilik (orang)
(ekor) Segar (liter)
ternak sapi perah yaitu sebanyak 4.036 atau sebesar 53%. Kemudian dari
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a8c
75%. Sedangkan dari jumlah susu segar yang dihasilkan terjadi kenaikan
dan penurunan yang fluktuatif pada kisaran antara 3 juta liter sampai 12
juta liter per tahun dengan rata-rata sebesar 6 juta liter per tahun.
12.562.899 liter per tahun yang terjadi pada tahun 2014. Namun, pada
tahun kemudian yaitu pada tahun 2015 hasil produksi susu menurun
liter per tahun, perolehan ini sama dengan perolehan yang terjadi pada
tahun-tahun sebelum 2011. Lebih detailnya apa yang terjadi pada tahun
2015 dapat dilihat pada tabel 4.8 dan tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.8
Banyaknya Ternak Sapi Perah Menurut Jenis Kelamin dan Golongan di
Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Lain, Tahun 2015.
Jantan Betina
No. Kecamatan Total
Anak Muda Dewasa Anak Muda Dewasa
1 Cepogo 3.071 4.153 4.630 1.223 1.936 3.160 18.173
2 Musuk 1.414 1.977 2.254 3.468 5.909 9.900 24.922
3 Mojosongo 553 698 1.491 730 2.495 8.835 14.802
4 Ampel 1.828 1.828 534 1.120 2.839 5.825 13.974
5 Selo 216 592 2.848 433 1.185 2.817 8.091
6 Boyolali 177 271 842 615 894 3.374 6.173
7 Teras 13 3 14 51 29 107 217
8 Simo 2 0 0 0 0 9 11
Kabupaten 7.274 9.522 12.613 7.640 15.287 34.027 86.363
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali.
Cepogo secara total yaitu berjumlah 18.173 ekor, masih berada dibawah
dari proporsi antara jumlah ternak jantan dan ternak betina justru
ekor, berbeda jauh dengan ternak jantan yang berjumlah 11.854 ekor.
kategori sapi betina anakan, sapi betina muda, dan sapi betina dewasa.
Sapi perah yang mampu menghasilkan susu tentunya adalah sapi perah
dewasa yang sudah pernah melahirkan dan tidak kering (istilah ambing
kering atau tidak meghasilkan susu) masuk dalam kategori sapi produksi.
melakukan usaha peternakan sapi perah dapat dilihat pada tabel 4.9.
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a8c
Tabel 4.9
Banyaknya Ternak Sapi Perah Betina, Sapi Perah Produksi, dan
Kontribusinya Terhadap Total Ternak Tiap Kecamatan di Kabupaten
Boyolali, Tahun 2015.
Kontribusi
Selisih Betina Betina Betina
Produksi
No. Kecamatan (betina - Dewasa Produksi Produksi
Susu (liter)
jantan) (ekor) (ekor) Terhadap
Total Ternak
Kecamatan Cepogo pada tahun 2015 yang berjumlah 18.173 ekor. Selain
itu, dari jumlah produksi susu yang dihasilkan sebanyak 4.229.640 liter
pada tahun 2015 ternyata memiliki nilai rata-rata produksi susu per
harinya hanya sebesar 11.749 liter, berbeda jauh dengan hasil produksi
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a8c
sejak abad ke-17 (tahun 1600 s/d 1700 Masehi). Awalnya sapi-sapi
tabel 4.10.
Tabel 4.10
Program Bantuan/pinjaman Pemerintah di Kecamatan Cepogo.
Tahun Program
program yang kurang lebih sama yaitu pada tahun 1989 hingga tahun
Triyono;
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a8c
Gito Triyono, bahwa usaha ternak sapi perah seperti yang digeluti
orang tua beliau yang berprofesi sebagi peternak, namun waktu itu
bukan ternak sapi perah melainkan sapi potong. “Waktu itu bapak
saya bukan petani sapi perah, tapi sapi potong”, ucap bapak Gito
Triyono.
Unit Desa (KUD) yang dibina oleh Kementrian Koperasi, yaitu pada
bahwa;
merupakan sapi perah yang berasal dari Australia dan New Zealand.
pernyataannya;
peternak karena pembayaran melalui uang atau susu sapi perah yang
terima.
hutang kepada pemerintah melalui bank-bank pelaksana yang telah dilimpahkan pada ti
ada yang Bukopin”.
ngan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cepogo sudah nampak sejak tahun 1989, yaitu 7 (tujuh)
tahun setelah pemberian program pinjaman yang terakhir. Pada
baik dan faktor lokasi tersebut yang dirasa tidak cocok untuk usaha
ternak sapi perah. Lokasi tersebut seperti pada koperasi yang ada di
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a9c
Kecamatan Cepogo.
Sapi yang diberikan tidak lagi yang masih kecil/muda, namun sudah
tahun 1992 yaitu juga masih tetap sama dengan pembayaran kredit
ini tetap dikenakan bunga yang berlaku pada saat itu, yaitu sebesar
peternakan sapi perah sangat tinggi. Selain dari pertambahan hewan ternak juga dari pro
22.000 liter per hari, yang juga ditampung atau dikumpulkan di
juga commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a9c
karena juara nasional itu tadi, terus jadilah boyolali itu jadi kota
susu”.
peningkatan usaha ternak sapi perah, dua tahun kemudian, yaitu pada
Sistem KKPA ini tidak ada lagi dalam bentuk barang berupa
berikut;
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a9c
Seperti yang disampaikan oleh bapak Sutarto, “Disini kalau pejantannya dari IB, sunt
terdekat ada di Kota Boyolali, yaitu di Pasar Sunggingan.
Usaha peternakan khususnya sapi perah makin kesini terjadi perkembangan secara
ke generasi selalu mengalami proses yang sama, yaitu berternak sapi
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a9c
sebagai berikut;
sudah besar
sapi “Yo neng pasar, Pasar Sunggingan, teng mriko pasare ageng”
peternakan sapi perah yaitu dengan melanjutkan usaha orang tua dari
Ibu Sri Nuryati (istri dari bapak Trimadi) berternak sapi perah
pernyataanya;
pernyataanya;
pada tahun 1985 dengan berawal dari dua ekor sapi perah dan
berat badan sapi apakah kurus atau gemuk, disini yang dijual bukan
Usaha peternakan sapi perah di Cepogo telah ada sejak zaman penjajahan Belanda di I
sapi perah yang terbagi dalam dua program utama, pertama pada
agroklimat, luas lahan untuk hijauan pakan ternak, luas lahan untuk
keberlanjutan tingkatan tinggi (lihat tabel 4.11), hal ini berarti pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a0c
Tabel 4.11
Indikator Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi Perah dalam
Dimensi Ekologi dan Pembibitan.
Kategori Keberlanjutan
No. Indikator
Rendah Sedang Tinggi
1Kesesuaian agroklimat +
luas lahan pekarangan dan kandang
2 +
ternak
Luas lahan untuk hijauan pakan
3 +
ternak
Rata-rata jumlah produksi hijauan
4 +
pakan ternak
Usia ternak berproduksi hingga tak
5 +
berproduksi
6 Pengadaan bibit ternak/ beranak +
7 Tingkat kematian ternak +
8 Tingat serangan penyakit +
Tingkat penanganan hama dan
9 +
penyakit
Jarak lahan peternakan dengan
10 +
tempat tinggal
Tindakan konservasi untuk lahan
11 +
hijauan
12 Pengelolaan kandang +
Sumber: Data diolah 2016
13 Tingkat pengolahan kotoran ternak +
1)Kesesuaian Agroklimat
hewan ternak.
Sugiarto;
lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a0c
“Sekitar tujuh tahunan, sapi pedet sampai dewasa itu dua tahun,
itu mungkin sudah layak untuk dijual”. Dijual sebagai sapi afkir
tua-tua dan genetinya pun sudah tidak jelas serta sumber daya
Triyono;
genetiknya
Sugiarto;
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a1c
masih jauh dari kata layak bagi hewan ternak pun bisa terlihat
sapi.
Tabel 4.12
Indikator Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi Perah dalam
Dimensi Sosial Budaya.
Kategori Keberlanjutan
No. Indikator
Rendah Sedang Tinggi
1 Tingkat pendidikan formal +
2 Rata-rata usia peternak +
3 Alokasi waktu untuk usaha ternak +
Akses masyarakat dalam kegiatan
4 +
peternakan
5 Kepemilikan ternak milik sendiri +
Kepemilikan lahan hijauan milik
6 +
sendiri
Pandangan masyarakat terhadap
7 +
usaha ternak sapi perah
8 Jumlah ketersediaan tenaga kerja +
Partisipasi keluarga dalam usaha
9 +
ternak
Tingkat penyerapan tenaga kerja
10 +
usaha ternak
Pemberdayaan masyarakat dalam
11 +
kegiatan peternakan
Peranan modal sosial dalam
12 +
kegiatan peternakan
Pola hubungan masyarakat dalam
13 +
kegiatan peternakan
Sumber: Data diolah 2016.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a2
baik.
kan rutin”.
peternakan.
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a2c
karena tenaga kerja yang ada lebih memilih untuk bekerja diluar
c o m m i t to u se r
rumput, memb e r sih k a n te m pat kandang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a2c
satu peternak;
keluarga.
co m m it to u s er
diakukan sendiri d al am r ua n g lingkup keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a2c
Alangkah baiknya jika susu segar yang dihasilkan dapat dikelola sendiri menjadi
penyerapan atau pemberdayaan masyarakat lingkungan sekitar.
Kegiatan peternakan sapi perah, khususnya dalam hal proses produksi yaitu pemera
yaitu seperti pembeli perorangan maupun pengurus koperasi
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a2c
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a2c
c. Dimensi Ekonomi
ketersediaan tempat menjual/ memasarkan hewan ternak. Sedangkan indikator lain yang
lain. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13
Indikator Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi Perah dalam Dimensi Ekonomi.
Kategori Keberlanjutan
No. Indikator
Rendah Sedang Tinggi
1 Biaya budidaya ternak +
2 Keuntungan usaha ternak +
3 Produktivitas susu hewan ternak +
Hasil usaha ternak bagi komoditas
4 +
lain
Kemudahan penjualan hasil
5 +
pemerahan
Ketersediaan tempat
6 +
menjual/memasarkan ternak
7 Daya Saing Komoditas +
Sumber: Data diolah 2016.
hewan ternak itu sendiri, seperti kelahiran anak sapi dan hasil
Tiyoso Ngatemen;
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a3c
menambahkan;
“Jadi selama ini di IPS itu kan ada fee. Fee dari
kita setor susu satu liter itu ada berapa sen, lah
itu harus kembali kepada petani. Tapi nyatanya
kan enggak, dikelola oleh KUD, dikelola oleh
GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia)
wilayah jawa tengah itu tidak sampai ke petani,
mestinya itu kembali ke petani seperti harga
pakan yang disubsidi”.
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a3c
berkualitas baik hingga pada usia lima kali hingga tujuh kali
disampaikan oleh ibu Sri Nuryati; “Kalau sapi satu sekitar 10-
oleh Ibu Suratmi/ bapak Sutarto yaitu 12 liter per hari. Berbeda
pedaging/potong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a3c
ini hanya menghasilkan susu pada kisaran 11.000 liter per hari,
Boyolali Kota”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a3c
Kecamatan Boyolali.
keberlanjutan sedang,commit
dan dua
to masuk dalam kategori keberlanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a3c
lebih tinggi yaitu agar dapat menghasilkan susu yang melimpah demi terciptanya swase
tabel 4.14.
Tabel 4.14
Indikator Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi Perah dalam Dimensi Infrastruktur dan Teknologi.
Kategori Keberlanjutan
No. Indikator
Rendah Sedang Tinggi
1 Dukungan sarana dan prasarana +
2 Pedoman teknologi usaha ternak +
3 Partisipasi penyuluhan +
Tingkat penguasaan dan penerapan
4 +
teknologi
5 Standarisasi mutu produk ternak +
Ketersediaan industri pengolahan
6 +
susu
7 Pemasaran produk pengolahan susu +
Sumber: Data diolah 2016.
“Dukungcaonmamtaitutofaussielirtas dari
pemerintah sama, kita berikan sama, misal
pembinaan, pelatihan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a4
bapak Sugiarto;
3) Partisipasi Penyuluhan
Triyono;
Sumyani;
lain.
mampu dikelola mejadi produk baru atau barang jadi yang siap
para peternak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a4c
Sugiarto;
khusus dijelaskan pada Bab II tentang asas dan tujuan dalam pasal 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a4c
Pasal 2
Pasal 3
bertujuan untuk :
kemakmuran rakyat;
Tabel 4.15
Indikator Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi Perah dalam Dimensi Hukum dan Kelembagaan.
Kategori Keberlanjutan
No. Indikator
Rendah Sedang Tinggi
1 Tingkat keamanan ternak +
Pengembangan industri pengolahan
2 +
susu lokal
Keberadaan dan peran lembaga
3 +
penyuluhan
Keberadaan lembaga/organisasi
4 +
koperasi
5 Keberadaan lembaga keuangan +
Keberadaan kelompok ternak sapi
6 +
perah
Keikutsertaan peternak dalam
7 +
kelompok
Sumber: Data diolah 2016.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a4c
dan informasi dari bapak bapak Sutarto; “Ya aman, kalau disini
Wiyono;
oleh ibu Sri Nuryati; “Kalau disini aman kok mas, sapi itu kalau
ada orang yang belum dikenal pasti bunyi, jadi kan yang punya
Sugiarto;
Kecamatan Cepogo;
Cepogo).
Ampel rata-rata 1000 liter per hari, dan dari Kecamatan Selo
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a5c
sebagai berikut;
Sesuai dengan rencana kerja tahun 2015, maka selama tahun tersebut dilaksa
dilakukan adalah sebagai berikut; (1) peningkatan sistem
produk susu dari anggota, dan saat ini talah ada beberapa
unit kredit umum, dan unit kredit ternak. Semua jenis unit
commit to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a5c
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a5c
Tabel 4.16
Lembaga Keuangan di Kecamatan Cepogo, Tahun 2015.
Koperasi
No. Desa BRI BPR BKK Berbadan
Hukum
1 Wonodoyo - - - 1
2 Jombong - - - 2
3 Gedangan - - - 3
4 Sumbung - - - 1
5 Paras - - - 1
6 Jelok - - - 2
7 Bakulan - - - -
8 Mliwis 2 - 1 6
9 Sukabumi 1 1 - 9
10 Genting - - - 3
11 Cepogo - - - 1
12 Kembangkuning - - - 12
13 Cabeankunti - - - 1
14 Candigatak - - - 1
15 Gubug - - - 1
Jumlah 3 1 1 44
Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka 2016.
BRI = Bank Rakyat Indonesia
BPR = Bank Perkreditan Rakyat
BKK = Badan Kredit Kecamatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a6
Tabel 4.17
Kelompok Ternak Sapi Perah di Kecamatan Cepogo, Tahun
2014.
Kelas
Nama Nama Ketua Alamat
No. Kelompok
Kelompok Kelompok Kelompok
Saat Ini
1 KT. Cepogo I Saidi AM Desa Paras Pemula
Desa
2 KT. Sejahtera Agus Irawan Pemula
Candigatak
KT. Tani Desa
3 Slamet Pemula
Mulyo I Gedangan
KT. Tata Desa
4 Sumar Pemula
Buana Genting
Hari Desa
5 Madyo Luhur Pemula
Purnomo Sumbung
Ngudi Desa
6 Marsi Pemula
Makmur Genting
Desa
7 Ngudi Rahayu Miftahudin Pemula
Mliwis
Desa
8 Ngudi Utomo Sutopo Pemula
Gedangan
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali.
Desa Mliwis.
dimensi hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a6c
dan kelembagaan telah ditemukan hal penting dan unik yaitu berupa
Tabel 4.18
Rangkuman Analisis Keberlanjutan dari Berbagai Dimensi.
Kategori Kategori Kategori
Keberlanjutan Keberlanjutan Keberlanjutan
Rendah Sedang Tinggi
Jarak lahan
luas lahan
peternakan Kesesuaian
pekarangan dan
dengan tempat agroklimat
kandang ternak
tinggal
Luas lahan untuk
Tingat serangan
hijauan pakan
penyakit
ternak
Rata-rata jumlah
Pengelolaan
produksi hijauan
kandang
pakan ternak
Usia ternak
berproduksi hingga
Dimensi
tak berproduksi
Ekologi dan
Pengadaan bibit
Pembibitan
ternak/ beranak
Tingkat kematian
ternak
Tingkat
penanganan hama
dan penyakit
Tindakan
konservasi untuk
lahan hijauan
Tingkat pengolahan
kotoran ternak
Pandangan
masyarakat Tingkat Alokasi waktu
terhadap usaha pendidikan formal untuk usaha ternak
ternak sapi perah
Jumlah Akses masyarakat
Rata-rata usia
ketersediaan dalam kegiatan
peternak
tenaga kerja peternakan
Dimensi
Tingkat
Sosial Budaya
penyerapan Kepemilikan ternak
tenaga kerja milik sendiri
usaha
ternak
Pemberdayaan
Kepemilikan lahan
masyarakat dalam
commit to u kegiatan hijauan milik
sepreternakan sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns1.a6c
commit to user