Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan sebuah kota membutuhkan pemikiran yang mendalam


berdasarkan realitas dan masalah yang ada. Hasil-hasil pemikiran tersebut tentu akan
bermanfaat dalam implementasi hidup di kota, sehingga warga kota dan pemerintah
dapat bekerja sama membangun, mengembangkan, meremajakan, dan memperbaiki
kota secara tepat serta berkelanjutan. Perencanaan kota dapat berkontribusi untuk
pembangunan berkelanjutan dalam berbagai cara. Ini terkait erat dengan tiga dimensi
yang saling melengkapi pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan sosial,
pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, serta perlindungan dan pengelolaan lingkungan,
Perencanaan kota pada dasarnya menyediakan kerangka tata ruang untuk melindungi
dan mengelola lingkungan alam termasuk keanekaragaman hayati, tanah dan sumber
daya alam, dan untuk memastikan pembangunan yang terpadu dan berkelanjutan.
Perencanaan kota dapat diartikan sebagai perencanaan yang berkaitan dengan
pengalokasian lahan dalam berbagai macam fungsi dan kegiatan (Hariyono 2010).
Salah satu bentuknya adalah perencanaan penggunaan lahan (land use planning).
Proses perubahan penggunaan lahan akan berlangsung terus menerus sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk dan semakin meningkatnya aktivitas masyarakat
setempat. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan akan ruang, baik itu sebagai tempat tinggal maupun untuk fungsi lain,
sehingga penggunaan lahan yang tidak terencana akan menimbulkan dampak kerusakan
dimasa mendatang. Lokasi Kabupaten maros berada di jalur arteri yang
menghubungkan Kota Makassar dan Kabupaten maros,kabupaten gowa. Hal ini juga
tak terlepas dari masuknya Kabupaten maros (Kota baru mamminasata) ke dalam
lingkup kawasan perkotaan Metropolitan Kota Makassar, Kabupaten Maros, dan
Kabupaten gowa. Kabupaten maros tumbuh dan berkembang dengan pesat baik fungsi
maupun aktivitas kota, migrasi sirkuler/perpindahan penduduk secara lokal dari daerah-
daerah lain diluar Kabupaten maros,kab maros merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan Kabupaten Gowa dan Kota Makassar
Perencanaan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan yang menghasilkan
keputusan-keputusan, atau pilihan-pilihan, tentang alternatif cara penggunaan
sumberdaya yang memungkinkan, dengan tujuan untuk mencapai suatu bagian dari

1
tujuan dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang (Conyers dan Hill 1984:3)
dalam (Hariyono 2010). Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu kegiatan perencanaan
dan pengawasan yang baik dan efisien agar pertumbuhan dan pembanguan suatu
wilayah dapat terarah sesuai dengan yang direncanakan sehingga mencapai hasil yang
optimal dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Wilayah moncongloe yang di penuhi dengan pegunungan dan perbukitan kecil
yang banyak jumlah yang di perkirakan jadi asal muasal kata atau penamaan
moncongloe ( Bahasa makassar : moncong berarti gunung / bukit sedangkan loe berarti
banyak secara posisi geografis moncongloe berada di tengah kerjaan gowa tallo
tanralili,sudiang,dan brikanaya denganwilayah hukum order distrik kampung yang di
kepalai oleh jennag yaitu : moncongloe lappara,pamanjenggang,manjaling,bicekang
dan panaikang

Moncongloe adalah nama sebuah kecamatan yang berada di


wilayah kabupaten Maros, provinsi SulawesiSelatan, Indonesia. Ibu
kota kecamatan ini berada di Pamanjengan, Desa Moncongloe dengan jarak 22 km
dari kota Turikale yang merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan kabupaten Maros.
Kecamatan ini memiliki 5 lima pembagian wilayah yang semuanya berstatus sebagai
desa dengan rincian jumlah dusun sebanyak 17. Dari 5 desa itu pula masing-masing
memiliki perkembangan yang berbeda, yaitu 1 desa dengan perkembangan desa
swadaya, 1 desa dengan perkembangan desa swakarya, dan 3 desa dengan
perkembangan swasembada. Luas kecamatan ini sekitar 46,87 km² dengan jumlah
penduduk 17.694 jiwa pada tahun 2012. Secara astronomis, kecamatan ini terletak
antara 119,30 Bujur Timur sampai 5,00 Lintang Selatan. Topografi kecamatan ini
berada pada ketinggian 10–122 m di atas permukaan laut.

Kecamatan Moncongloe memiliki Puskesmas Moncongloe,


Kantor camat Moncongloe dan Polsek Moncongloe. Jarak Moncongloe menuju
Kabupaten Maros adalah sekitar 20 Km. Jarak dari Moncongloe menuju Ibu kota
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Makassar adalah 22 Km melalui jalan darat.
Penghasilan utama dari penduduk Kecamatan Moncongloe adalah Bertani. Hasil
pertanian bermacam-macam. Ada padi, Ketela Pohon, jagung, sayur-sayuran, kacang,
dan lainnya. Terdapat pula banyak peternak. Kebanyakan beternak Sapi dan ayam
Potong.

2
Kecamatan Moncongloe terbagi atas dua karakter, karakter pertama terletak
disebelah timur, keadaan alamnya berbukit-bukit serta ditumbuhi hutan yang lebat
(Moncongloe Bulu). Karakter kedua terletak disebelah barat, dengan keadaan alam
berada didataran rendah, sehingga berawa-rawa dan dilintasi anak sungai Tallo
(Moncongloe Lappara).Moncongloe Bulu adalah salah satu dari
5 desa di kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia. Jarak desa ini dari Pamajengan yang mana merupakan ibu kota
dari Kecamatan Moncongloe adalah sekitar 1,2 km

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan laporan ini yaitu :
1. Bagaimana struktur ruang dan pola ruang yang ada di Kelurahan moncongloe bulu
.?
1. Apakah tata guna lahan di ada di Kelurahan moncongloe bulu sesuai dengan
peruntukannya ?
2. Apa saja solusi terhadap masalah-masalah perkotaan yang ada di Kelurahan
moncongloe bulu?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui struktur ruang dan pola ruang yang ada di Kelurahan
moncongloe bulu.
2. Untuk menetapkan tata guna lahan di Kelurahan moncongloe bulu sesuai dengan
peruntukannya.
3. Untuk memberikan solusi terhadap masalah-masalah perkotaan yang ada di
moncongloe bulu dan Kelurahan moncongloe lappara Untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah perencanaan kota.

D. Manfaat
Adapun manfaat dalam penyusunan laporan ini yaitu :
1. Sebagai referensi di dalam penyusunan renacana kawasan perkotaan di Kelurahan
bulu dan Kelurahan moncongloe lappara, Kecamatan moncongloe.
2. Sebagai bahan referensi untuk kelompok kami dan kelompok lain untuk tugas ulang.

3
E. Ruang lingkup Pembahasan dan Perencanaan

Utara Desa Bonto Bunga

Timur Kecamatan Tanralili

Selatan Kabupaten Gowa

Barat Desa Moncongloe Lappara dan Desa Moncongloe

Kecamatan Moncongloe memiliki luas 46,87 km² dan penduduk berjumlah 19.052
jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 406,49 jiwa/km² pada tahun 2017

No. Desa Luas (km²)

1 Desa Bonto Marannu 7,78

2 Desa Bonto Bunga 10,02

3 Desa Moncongloe 6,58

4
Desa Moncongloe
4 9,73
Lappara

5 Desa Moncongloe Bulu 12,76

Jumlah 46,87

Adapun ruang lingkup dalam penyusunan perencanaan kawasan perkotaan ini meliputi :
1. Wilayah Studi
Ruang lingkup studi kami yaitu di Kecamatan moncongloe khususnya di Kelurahan
moncongloe bulu dan Kelurahan moncongloe lappara. Untuk lebih
jelasnya terkait dengan wilayah studi kami dapat dilihat pada peta di bawah ini :
2. Lingkup penyusunan kawasan perkotaan ini yaitu :
a. Kawasan budidaya
b. Kawasan Lindung
c. Sistem pergerakan
d. Jaringan telepon
e. Energi dan kelistrikan
f. Persampahan
g. Air limbah
h. Air bersih
i. Sistem drainase
j. Mitigasi kebakaran

5
Berikut peta delinasi kawasan Kecamatan Moncongloe.

Peta deliniasi Kawasan moncongloe

6
F. Isu strategis di wilayah moncongloe
• Wilayah moncongloe akan di rencanakan kedepannya menjadi Kawasan kota
baru sesuai dengan RTBL kec moncongloe kab maros Sulawesi selatan
• Prospek aksesbilitas yang baik (Trigger Kawasan) yang menjadikan faktor
pendorong wilayah moncongloe di jadikan Kawasan maminasata kab maros
Sulawesi selatan
• Wilayah moncongloe adalah wilayah hinterland atau wilayah penghubung
antara kab maros,kab gowa dan kota makassar yang menjadikan faktor
pendorong wilayah moncongloe di jadikan Kawasan maminasata kab maros
Sulawesi selatan
• Di sekitar wilayah moncongloe terdapat Kawasan melintas sungai yang potensi
menjadi muara drainase Kawasan di kab maros yang menjadikan faktor
pendorong wilayah moncongloe di jadikan Kawasan maminasata kab maros
Sulawesi selatan
• Wilayah moncongloe merupakan sumber pasokan debit air untuk wilayah kota
makassar
G. Isu permasalahan di wilayah moncongloe
• Wilayah intake moncongloe dan nipa-nipa mengalami kekeringan dan makassar
mengalami kekeringan air bersih karena dampak dari musim kemarau
• kecamatan moncongloe sering terjadi banjir di musim hujan karena karakter
wilayah yang berbukit
• kecamatan moncongloe masih kurang TPS yang di sediakan pemerintah jadi
masih banyak penduduk yang resah akan sampah
• kecamatan moncongloe masih kekurangan drainase yang di sediakan
pemerintah yang menjadikan faktor moncongloe mengalami banjir tiap musim
hujan
H. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini sebagai berikut :
BAB I : Pada bab ini membahas mengenai pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

7
tujuan, manfaat, Ruang lingkup pembahasan, serta sistematika
penulisan.
BAB II : Pada bab ini membahas mengenai teori yang
berkaitan (tinjauan pustaka) yang terdiri atas literatur-literatur
mengenai perencanaan kota dan tinjauan peraturan terkait.
BAB III : Pada bab ini berisikan tentang jenis penelitian, lokasi
dan waktu, jenis dan sumber data,
variable penelitian, metode analisis data, dan definisi operasinal.
BAB IV : Pada bab ini membahas mengenai tinjauan wilayah
perencanaan secara makro dan mikro, serta berisikan analisis kawasan
perencanaan.
BAB V : Pada bagian ini memuat tentang pola ruang, struktur

ruang, dan peraturan zonasi di wilayah perencanaan

Anda mungkin juga menyukai