Anda di halaman 1dari 7

BAB III

GAMBARAN UMUM
3.1 Aspek Geografi dan Demografi
Pada sub-bab ini akan dipaparkan tentang kondisi geografi Kabupaten
Jeneponto, yang menjadi keunggulan dan kelemahan dari kondisi alam, dan
juga kondisi demografi yang akan memperlihatkan potensi sumber daya manusia
Desa Manfepong. Data dalam sub-bab ini akan menjadi data dasar dalam
perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan 5 tahun kedepan.
3.1.1.
Karakteristik Wilayah
3.1.1.1. Luas dan Batas Administrasi
Kecamatan Turatea merupakan salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten
Jeneponto yang berbatasan dengan Kecamatan Kelara di sebelah utara,
Kecamatan Batang di sebelah timur, Kecamatan Bonto Ramba di sebelah barat
dan

Kecamatan

Binamu

di

sebelah

selatan.

Sebanyak 11 Desa di Kecamatan Turatea bukan merupakan daerah pantai dengan


topografi atau ketinggian dari permukaan laut yang sama.
Grafik 1. Peta Kecamatan Turatea

Menurut jaraknya, maka letak masing-masing desa/kelurahan ke ibukota


kecamatan dan ibukota Kabupaten sangat bervariasi. Jarak desa/kelurahan ke
ibukota kecamatan maupun ke ibukota kabupaten berkisar 1-17 km. Untuk jarak

terjauh dari ibu kota kecamatan (paitana) adalah Jombe yaitu sekitar 17 km,
sedangkan untuk jarak terdekat adalah Desa Paitana.
Kecamatan Turatea terdiri dari 11 desa dengan luas wilayah 53,76 km2. Dari luas
wilayah tersebut pada tabel 1.2 nampak bahwa Desa Bululoe memiliki wilayah
terluas yaitu 8,08 km2, sedangkan luas wilayah yang paling kecil adalah Desa
Parasangan Beru yaitu 1,57 km2.

Tabel 3.1
Luas Wilayah menurut Desa di Kecamatan Turatea
Luas

Persentase Terhadap

Jombe

Wilayah
3,76

Luas
6,99

Kayuloe Barat

6,77

12,59

Kayuloe Timur

2,70

5,02

Bungunloe

5,71

10,62

Bontomatene

4,76

8,85

Tanjonga

5,00

9,30

Bululoe

8,08

15,0

Mangepong

5,70

10,6
3

Langkura

4,16

0
7,74

10

Paitana

5,55

10,3

11

Parasangan Beru

1,57

2
2,92

53,70
Total
Sumber : BPS Kab. Jeneponto 2015

100,00

3.1.1.2. Topografi
Topografi di Kabupaten Jeneponto relatif bervariasi, mulai dari topografi datar
(flat), berombak (undulating), bergelombang (rolling), berbukit (hilly) hingga
bergunung (mountainous). Topografi datar-berombak (kemiringan lereng di
bawah15%) tersebar dengan luasan sekitar sekitar 42.715 ha, atau sekitar 53,68%
dari luas total Kabupaten Jeneponto. Areal dengan kemiringan lereng ini
adalah merupakan areal persawahan, ladang, serta kebun campuran. Selebihnya,
areal dengan kemiringan lereng lebih dari 15 %, dimana sebagian besar
diantaranya adalah merupakan lahan kering.

Gambar 3.1 Peta Kontor Kecamatan Turatea


3.1.1.3. Demografi
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kecamatan Turatea pada tahun 2015
tercatat sebanyak 31.445 jiwa yang terdiri dari 15.207 laki-laki dan 1
6.238 perempuan. Dengan luas wilayah sekitar 53,76 km2

Maka rata-rata

kepadatan penduduk di Turatea pada tahun 2015 sebanyak 585 jiwa per km2.
Laju pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sebesar 2,89
persen.

Nampak pada perkembangan penduduk dimana pada tahun 2012

sebanyak 30.561 jiwa dan 2015 bertambah menjadi 31.445 jiwa.


Berdasarkan piramida penduduk tahun 2015, terlihat bahwa penduduk usia
produktif lebih banyak daripada usia non produktif, dengan dependency ratio

sebesar 54,24. Dengan kata lain, setiap 100 jiwa usia produktif menanggung
beban 54 jiwa usia non produktif.
3.1.1.4. Morfologi
Morfologi Kabupaten Jeneponto ditandai oleh bentuk permukaan yang bervariasi,
yakni, bagian utaranya terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang
membentang dari barat ke timur dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.400
meter diatas permukaan laut, di bagian tengah meliputi wilayah-wilayah dataran
dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut, dan
bagian selatan meliputi wilayah-wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0
sampai dengan 100 meter di atas permukan laut.
3.1.1.5. Klimatologi
Iklim (pola distribusi dan jumlah curah hujan tahunan) Kab. Jeneponto tergolong
kering dihampir semua kecamatan, selain Kec Rumbia, Kelara dan sebagian Kec.
Bangkala, yang tergolong agak basah. Kondisi iklim seperti ini mengindikasikan
bahwa produktifitas berbagai jenis komoditas pertanian di Kabupaten Jeneponto
akan menghadapi kendala kekurangan air yang ekstrim. Adapun Kondisi curah
hujan wilayah ini yang diwakili oleh data dari 7 stasiun pencatat hujan yaitu,
Allu, Balangloe, Jeneponto, Bisoloro, Loka, Malakaji dan Takalar, menunjukkan
rata-rata curah hujan tahunan yang berkisar antara10493973 mm/tahun.
Keadaan musim di Kabupaten Jeneponto pada umumnya sama dengan keadaan
musim di daerah kabupaten lain yakni terdiri dari 2 (dua) musim yaitu hujan dan
kemarau, musim hujan terjadi antara Bulan November sampai dengan Bulan
April, sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan
Oktober.
3.1.2.

Potensi Pengembangan Wilayah

Rencana struktur ruang kabupaten Jeneponto terdiri dari pusat pusat kegiatan,
sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya.
Sedangkan rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan
budidaya.

Pusat pusat kegiatan di Kabupaten Jeneponto yang ditetapkan dalam


RTRW

adalah

sebagai

berikut :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW): Kota
Bontosunggu b. Pusat Kegiatan Lokal
Promosi (PKLp) yaitu :

c.

Pabiringa (Kecamatan Binamu),

Bungeng (Kecamatan Batang),


Allu (Kecamatan Bangkala)
Tolo (Kecamatan Kelara)

Pusat

Pelayanan

Kawasan (PPK):

Kawasan Rumbia di Kecamatan Rumbia;


Kawasan Tarowang di Kecamatan Tarowang;
Kawasan Paitana di Kecamatan Turatea; dan
Kawasan Arungkeke di Kecamatan Arungkeke;
Perkotaan Bontotangnga di
Kecamatan Tamalatea.

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL):

Kelurahan Bontoramba di Kecamatan Bontoramba, dan

Kelurahan Bulujaya di Kecamatan Bangkala Barat.

Pengembangan Sistem jaringan prasarana utama diarahkan pada pengembangan


jaringan transportasi darat dan jaringan transportasi laut, sedangkan sistem
jaringan prasarana lainnya berupa sistem jaringan energi, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem prasarana
pengelolaan lingkungan.
Untuk kawasan lindung telah ditetapkan kawasan hutan lindung seluas 6.715 ha
yang tersebar di Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Bontoramba, Kelara
dan Rumbia. Sedangkan untuk kawasan budidaya diarahkan pada :

kawasan peruntukan hutan produksi;

kawasan peruntukan hutan rakyat;


kawasan peruntukan pertanian;
kawasan peruntukan perikanan;
kawasan peruntukan pertambangan;
kawasan peruntukan industri;
kawasan peruntukan pariwisata;
kawasan peruntukan permukiman; dan
kawasan peruntukan lainnya.

Untuk rencana kawasan strategis, di Kabupaten Jeneponto telah ditetapkan 7


kawasan strategis kabupaten yaitu :
1. Kawasan Agropolitan Rumbia-Kelara (Ekonomi)
2. Kawasan Industri Perikanan dan Pariwisata Terpadu (KIPPT)
Pabiringa- Biringkassi (Ekonomi)
3. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agro-minapolitan
Arungkeke- Tarowang (Ekonomi)
4. Kawasan Strategis Bintaru (Binamu-Batang-Arungkeke) (Ekonomi)
5. Kawasan Strategis Bendungan Kelara-Karaloe (SDA/Teknologi)
6. Kawasan Strategis Industri Malasoro dan sekitarnya
(SDA/Teknologi)
7. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agropolitan berbasis
Pesantren (Sosial Budaya).

Anda mungkin juga menyukai