Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KERJA

PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN


LUMPUR TINJA (IPLT)
KABUPATEN JENEPONTO

TAHUN ANGGARAN 2020

BALAI PRASARANA PERMUKIMAN WILAYAH SULAWESI SELATAN


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
A. LATAR BELAKANG

Kementerian/Lembaga : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat
Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Cipta Karya
Program : Program Pembinaan dan Pengembangan
Infrastruktur Permukiman
Hasil (Outcome) : Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan
akses sanitasi bagi masyaraka
Kegiatan : Pembinaan dan Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah kota/kab yang terlayani Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Jenis Keluaran (Output) : Sistem Pengolahan Air Limbah Skala Kota
Volume Keluaran (Output) : 1 (Satu)
Satuan Ukuran Keluaran (Output) : Kab/kota

1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 22 tentang Anggaran pendapatan dan Belanja Negara Tahun
anggaran 2012
b. Peraturan presiden nomor 16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2011, tanggal 14 November
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang
Merupakan Kewenangan Pemerintah dan dilaksanakan sendiri
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2019. Tentang standar dan
pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
f. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
g. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
h. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat NO. 15/PRT/M/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
k. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
l. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2017
Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.
2. Gambaran Umum
Kabupaten Jeneponto adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan Indonesia. Ibu
Kotanya terletak di Bontosunggu. Kabupaten Jeneponto terdiri dari 11 Kecamatan yaitu
Bangkala, Bangkala Barat, Tamalatea, Bontoramba, Binamu, Turatea, Batang, Arungkeke,
Tarowang, Kelara dan Rumbia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km 2 dan
berpenduduk 355.599 jiwa.
Kabupaten Jeneponto yang beribukota di Bontosunggu, antara 5 o23'12” – 5o42’1,2”
Lintang Selatan dan 119o29'12” – 119o56’44,9” Bujur Timur yang terdiri dari kawasan hutan
seluas 6789 Ha, sawah seluas 16.853 Ha, perkebunan 36.038 Ha. Kabupaten ini di sebelah
timur, secara adminitrasi berbatasan dengan Bantaeng. Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Gowa. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan selatan
berbatasan dengan Laut Flores. Kabupaten dengan wilayah seluas 749,79 km 2 ini terbagi
menjadi 11 kecamatan dan 113 wilayah desa/kelurahan. Jarak ibukota Kabupaten Jeneponto
dengan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 83,5 km yang melalui Kabupaten Gowa
dan Takalar.
Batas Administrasi Kabupaten Jeneponto :
Sebelah utara : Kabupaten Gowa
Sebelah selatan : Laut Flores
Sebelah barat : Kabupaten Takalar
Sebelah timur : Kabupaten Bantaeng.

Keadaan Geografi wilayah Kabupaten Jeneponto terdiri dari daratan yang terletak pada bagian
tengah dan perbukitan yang terletak pada bagian utara, serta kawasan pantai di sebelah
selatan. Kabupaten Jeneponto terletak di ujung selatan bagian barat dari wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan
Wilayah Kabupaten Jeneponto memiliki sumberdaya ruang yang lengkap. Dari sisi topologi
ruang daratan, Jeneponto memiliki wilayah pesisir dengan panjang garis pantai 114 km,
wilayah dataran rendah (zona tengah) dimana terdapatnya berbagai komoditas tanaman
pangan, dan zona atas (dataran pegunungan). Berkaitan dengan pengaturannya, diperlukan
kejelasan batas, fungsi dan sistem dalam satu ketentuanperaturan perundangan dalam hal ini
PERDA. Wilayah Perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jeneponto
adalah Kabupaten Jeneponto dalam pengertian wilayah administrasi, yang saat ini terdiri atas
11 Kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Jeneponto adalah 749,79 km2 atau 1,20% dari luas
wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif Kabupaten Jeneponto terbagi atas 11
Kecamatan yang terdiri dari 31 kelurahan dan 82 desa. Kecamatan yang dimaksud meliputi
Kecamatan: Bangkala, Bangkala Barat, Tamalatea, Bontoramba, Binamu,Turatea, Batang,
Arungkeke, Tarowang, Kelara, dan Rumbia. Namun, dalam perencanaan pemanfaatan ruang
dan struktur ruangnya, juga diperhatikan keterkaitan antara wilayah perencanaan dengan
wilayah lain (dalam hal ini hierarkhi wilayah di atasnya dan yang setara). Secara geografis
Kabupaten Jeneponto terletak pada 5° 23’12” - 5° 42’1,2” Lintang Selatan (LS) dan 119° 29’
12” - 119° 56’ 44,9” Bujur Timur (BT), dengan batas-batas sebagai berikut: Kabupaten Gowa
dan Takalar di sebelah Utara, Kabupaten Bantaeng di sebelah Timur, Kabupaten Takalar di
sebelah Barat, dan dengan Laut Flores di sebelah selatan.Penataan Ruang Kabupaten
Jeneponto adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten di wilayah yang
menjadi kewenangan Kabupaten, dalam rangka optimalisasi dan mensinergikan pemanfaatan
sumberdaya daerah untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan
pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya, yang berwawasan lingkungan, serta menciptakan
peluang pembangunan melalui alokasi investasi secara efisien, bersinergi antar wilayah, dan
dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan wilayah Kabupaten
Jeneponto untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.Dengan maksud tersebut, maka
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Jeneponto harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Jeneponto yang disepakati, untuk mencapai tujuan dan sasaran penataan
ruang yang berkeadilan dan berkesimbangan.
Sistem penanganan limbah di Kabupaten Jeneponto dapat dibedakan atas limbah cair dan
limbah padat. Penanganan limbah cair erat kaitannya dengan usaha kegiatan masyarakat
terutama pada kawasan perkotaan dan kegiatan-kegiatan industri yang berpotensi
menimbulkan dampak. Pada dasarnya potensi timbulnya limbah di Kabupaten Takalar lebih
dominan pada kegiatan-kegiatan pada kawasan perkotaan seperti rumah sakit, pasar, industri
rumah tangga, dan aktivitas permukiman lainnya. Sedangkan pada kawasan perkotaan di
Kabupaten Takalar, penanganan limbah diarahkan pada peningkatan sistem sanitasi dan
penanganan limbah rumah tangga yang sering menjadi polemik untuk dilakukan penanganan
lebih dini, terutama kaitannya dengan penanganan limbah tinja.
Pada dasarnya kasus penyebaran dan proses infeksi penyakit yang menyerang manusia
disebakan oleh faktor kebiasaan masyarakat yang kurang baik yang berdampak langsung pada
kondisi dan sistem sanitasi lingkungan yang tidak baik pula. Hal ini akan mendorong
pertumbuhan bibit-bibit penyakit dapat hidup dan berkembang tanpa kendali. Esensi dan
urgensi pembuangan air limbah dan lumpur tinja pada dasarnya adalah langkah preventif
melalui upaya pencegahan dan pengendalian vektor penyakit yang dapat mengganggu
kesehatan manusia dengan jalan memperbaiki sistem sanitasi lingkungan.
Proses infeksi terjadi karena kondisi sistem sanitasi lingkungan yang tidak baik, terutama yang
disebabkan oleh kondisi pembuangan air limbah dan lumpur tinja yang dilakukan secara
kurang higienis. Kondisi ini dapat mencemari atau mengkontaminasi lingkungan hidup serta
membahayakan kesehatan manusia. Beberapa gangguan yang dapat terjadi akibat kondisi
sanitasi lingkungan yang tidak baik diantaranya adalah:
 Gangguan terhadap tingkat produktivitas manusia.
 Menurunnya tingkat kesehatan lingkungan dan manusia.
 Banyaknya (frekuensi) penyakit yang ada di masyarakat (morbidity rate) dan
tingkat kematian bayi (infant mortality rate).
 Rendahnya angka harapan hidup manusia (life expectancy).
 Terjadinya pencemaran terhadap sumber daya air.
 Terganggunya nilai estetika dan kenyamanan hidup.
 Terjadinya penurunan kualitas lingkungan (fisik/kimia/ biologi/sosial).
Semua gangguan diatas sepenuhnya dapat dimengerti, karena dari hasil penelitian yang telah
dilakukan diketahui bahwa 25% dari (100-150) gram tinja yang dihasilkan oleh setiap manusia
setiap harinya mengandung kumpulan koloni bakteri dan mikroorganisme pathogen lainnya
dengan komposisi kandungan rata-rata sebagai berikut:
 Coliform bakteri 300x109/jiwa/hari
 Salmonella typhosa 300x109/jiwa/hari
 Entamoeba hystolitica jutaan sel /jiwa/hari
 Telur cacing 800x103/jiwa/hari
Upaya untuk mengantisipasi sistem pembuangan air limbah dan lumpur tinja secara baik dan
higienis melalui proses introduksi teknologi sanitasi yang aplikatif, baik secara sistem
setempat (on-site sanitation) maupun secara sistem terpusat (off-site sanitation).

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
kawasan permukiman di Kabupaten Jeneponto melalui Pembangunan Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT).
Tujuan pelaksanaan Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten
Jeneponto adalah Tersedianya prasarana dan sarana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) yang baik dan sesuai dengan ketentuan teknis yang ada.

C. PENERIMA MANFAAT
Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Jeneponto akan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Jeneponto.

D. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup
Sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Jeneponto, maka lingkup
pekerjaan yang dilaksanakan adalah :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Kolam SSC
c. Pekerjaan Atap Kolam SSC
d. Pekerjaan Kolam Drying Area
e. Pekerjaan Kolam Anaerobik
f. Pekerjaan Kolam Fakultatif
g. Pekerjaan Kolam Maturasi
h. Pekerjaan Kolam Watland
i. Pekerjaan Manhole
j. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
k. Pekerjaan Bangunan Kantor
l. Pekerjaan Jalan dan Drainase
m. Pekerjaan Landscape
n. Pekerjaan Pagar
o. Pekerjaan Finishing
p. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai pada pelaksanaan Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja Kabupaten Kabupaten Jeneponto ialah :

a. Terlaksananya Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja sesuai dengan


spesifikasi teknis/tepat mutu, tepat biaya dan tepat waktu.
b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Jeneponto dapat
bermanfaat sesuai fungsinya oleh masyarakat.

E. SASARAN LOKASI
Pelaksanaan Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ini terletak di Kabupaten
Kabupaten Jeneponto.

F. KEBUTUHAN PERSONIL INTI

Jabatan dalam Pengalaman


Tingkat
Pekerjaan yang Kerja Sertifikat
No Pendidikan Ket.
akan Profesional Kompetensi Kerja
Ijasah
dilaksanakan (Tahun)
Pelaksana
Min. Pembuatan Fasilitas
1 Manager Proyek 5
SMA/Sederajat Sampah dan Limbah
(TT 012)
Min. Pelaksana Bangunan
2 SMA/Sederajat Manager Teknik 3 Gedung/Pekerjaan
Gedung (TS 051)
Min. Manager
3 3 -
SMA/Sederajat Keuangan
Min.
4 Petugas K3 3 Sertifikat K3
SMA/Sederajat

G. KEBUTUHAN PERALATAN INTI

No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah Keterangan


1 Excavator 0,9 m3 1 unit Milik/Sewa Beli/Sewa
2 Dump Truck 5 ton 2 unit Milik/Sewa Beli/Sewa
3 Concrete Mixer 350 Liter 2 Unit Milik/Sewa Beli/Sewa
4 Stamper 17 kN 1 Unit Milik/Sewa Beli/Sewa
H. KEBUTUHAN BIAYA
Pelaksanaan Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja di Kabupaten Jeneponto
rencana dibiayai melalui sumber dana APBN tahun anggaran 2020 pada Satker
Pelaksanaan Prsarana Permukiman Wilayah II Provinsi Sulawesi Selatan, adapun
kebutuhan biaya untuk pelaksanaan kegiatan tersebut ialah sebesar Rp. 4.299.000.000,-
(Empat Milyar Dua Ratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Rupiah,-)

I. JADWAL PELAKSANAAN
Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja di Kabupaten Kabupaten Jeneponto
rencana dilaksanakan pada tahun anggaran 2020 dengan kebutuhan waktu untuk
penyelesaian kegiatan tersebut selama 180 hari kalender. Adapun rencana kebutuhan
waktu untuk masing-masing ruang lingkup kegiatan adalah sebagai berikut :

URAIAN PEKERJAAN KEBUTUHAN


WAKTU

 Pekerjaan Pendahuluan 30 HK
 Pekerjaaan Pembangunan Instalasi Pengolahan 135 HK
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Kolam SSC
c. Pekerjaan Atap Kolam SSC
d. Pekerjaan Kolam Drying Area
e. Pekerjaan Kolam Anaerobik
f. Pekerjaan Kolam Fakultatif
g. Pekerjaan Kolam Maturasi
h. Pekerjaan Kolam Watland
i. Pekerjaan Manhole
j. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
k. Pekerjaan Bangunan Kantor
l. Pekerjaan Jalan dan Drainase
m. Pekerjaan Landscape
n. Pekerjaan Pagar
o. Pekerjaan Finishing
p. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

 Pembersihan lokasi 15 HK
J. KELUARAN/PRODUK YANG DIHASILKAN
Adapun keluaran (output) yang dihasilkan dari Pembangunan Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja di Kabupaten Kabupaten Jeneponto ialah sebagai berikut :
1. Terbangunnya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kabupaten Kabupaten Jeneponto
Diserahkannya laporan-laporan hasil kegiatan pelaksanaan Pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja di Kabupaten Jeneponto berupa :
 Rencana Mutu Kontrak (RMK)
 Laporan Harian
 Laporan mingguan/2 mingguan
 Laporan Bulanan
 As-built Drawing

K. HIBAH BARANG MILIK NEGARA


Adapun Aset pada pekerjaan Pembangunan IPLT Kabupaten Jeneponto setelah
selesai maka akan dihibahkan pada pemerintah kabupaten Jeneponto. Segala biaya
operasional dan pemeliharaan akan dikelola oleh pemerintah Kabupaten Jeneponto.

Mengetahui,

Mengetahui,

Anda mungkin juga menyukai