Anda di halaman 1dari 19

Survei Geolistrik (ERT)

CV. Earth Science Survey

Dusun : Barugae
Desa : Barugae
Kecamatan : Duampanua
Kabupaten : Pinrang
Provinsi : Sulawesi Selatan

www.ess-consultant.com
2
DAFTAR ISI

001 Sampul

002 Daftar Isi

003 Peta Administrasi Kab. Pinrang

004 Informasi Umum Kab. Pinrang

009 Informasi Umum Survey Geolistrik

011 Hasil dan Analisis Data

015 Kesimpulan

016 Lampiran: Dokumentasi

017 Lampiran: Hasil Pengolahan Data

018 Lampiran: Peta Lokasi Survey

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


3
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN PINRANG

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


4
INFORMASI UMUM KABUPATEN PINRANG
Batas Administrasi dan Kondisi Geografis

Batas Administrasi

Kabupaten Pinrang mempunyai luas wilayah 1.967 km persegi, memiliki daerah


administratif 12 kecamatan, dan terdiri 39 Kelurahan dan 69 Desa yang meliputi 81
Lingkungan dan 168 Dusun.

Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap
 Sebelah Barat dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare.

Kondisi Geografis

Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar terletak pada koordinat
antara

4º10’30” - 3º19’13” LS
119º26’30” - 119º47’20” BT

Kabupaten Pinrang berada pada perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat, serta
menjadi jalur lintas darat dari dua jalur utama, baik antar provinsi dan antar
kabupaten di Selawesi Selatan, yakni dari arah selatan: Makassar, Parepare ke
wilayah Provinsi Sulawesi Barat, dan dari arah Timur: kabupaten-kabupaten di
bagian timur dan tengah Sulawesi Selatan menuju Provinsi Sulawesi Barat.

(Sumber: RPJMD Kab. Pinrang Tahun 2014 – 2019)

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


5
INFORMASI UMUM KABUPATEN PINRANG
Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar, mulai dari
dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki
ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran yang terletak pada
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah
hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang berbatasan dengan
Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di Kabupaten Pinrang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

- Ketinggian 0 – 100 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di
wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan Mattiro
Sompe, Lanrisang, Watang Sawitto, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa.

- Ketinggian 100 – 400 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa
wilayah kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan Kecamatan
Paleteang.

- Ketinggian 400 – 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah
meliputi Kecamatan Duampanua.

- Ketinggian di atas 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari sebagian
Kecamatan Lembang dan Batulappa.

(Sumber: RPJMD Kab. Pinrang Tahun 2014 – 2019)

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


6
INFORMASI UMUM KABUPATEN PINRANG
Kondisi Kelerengan

Kondisi topografi Kabupaten Pinrang juga dapat dikelompokkan berdasarkan


kemiringan lereng yang terdiri dari:

1. Kemiringan 0-3 %

Wilayah ini memiliki lahan yang relatif datar yang sebagian besar terletak di kawasan
pesisir meliputi wilayah Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawitto,
Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa.

2. Kemiringan 3 – 8 %

Wilayah ini memiliki permukaan datar yang relatif bergelombang. wilayah yang
memiliki karakteristik topografi demikian terdiri dari Kecamatan, Suppa, Mattiro Bulu,
Batulappa dan Kecamatan Paleteang.

3. Kemiringan 8 – 45 %

Wilayah ini memiliki permukaan yang bergelombang sampai agak curam.Wilayah


yang memiliki karakteristik topografi seperti ini adalah Wilayah Kecamatan
Duampanua.

4. Kemiringan > 45 %

Wilayah ini memiliki permukaan curam yang bergunung-gunung. Wilayah yang


memiliki karakteristik topografi ini meliputi wilayah-wilayah kaki pegunungan seperti
Kecamatan Lembang.

(Sumber: RPJMD Kab. Pinrang Tahun 2014 – 2019)

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


7
INFORMASI UMUM KABUPATEN PINRANG
Kondisi Geologi

Geologi wilayah Kabupaten Pinrang dari hasil pengamatan dan kompilasi Peta
Geologi Kabupaten Pinrang, maka susunan lapisan batuan dapat diuraikan sebagai
berikut :

1. Endapan alluvium dan sungai, Endapan alluvium dan sungai mempunyai


ketebalan antara 100-150 meter, terdiri dari atas lempung, lanau, pasir dan
kerikil. Pada umumnya endapan lapisan ini mempunyai kelulusan air yang
bervariasi dan kecil hingga tinggi. Potensi air tanah dangkal cukup besar
tetapi sebagian wilayah kualitasnya kurang baik. Muka air tanah dangkal 1-
1,50 meter.
2. Batuan gunung api tersusun atas breksi dengan komponen bersusun trakhit
dan andesit, tufa batu apung, batu pasir terfaan, konglomerat dan breki
terfaan, ketebalannya berkisar 500 meter, penyebarannya dibagian utara
Kota Pinrang, Sekitar Bulu Lemo, Bulu Pakoro sedangkan dibagian selatan
sekitar Bulu Manarang, Bulu Paleteang, Bulu Lasako (berbatasan dengan
Parepare). Kearah Bungin terdapat batu gamping terumbu yang umumnya
relatif sama dengan batuan gunung api.
3. Batuan aliran lava, Batuan aliran lava bersusun trakhit abu-abu muda hingga
putih, bekekar tiang, penyebarannya kearah daerah Kabupaten Pinrang, yaitu
sekitar Kecamatan Lembang dan Kecamatan Duampanua.
4. Batuan konglomerat (Formasi Walanae), Batuan ini terletak dibagian Timur
Laut Pinrang, sekitar Malimpung sampai kewilayah Kabupaten Sidrap, satuan
batuan ini terdiri atas konglomerat, sedikit batu pasir glakonit dan serpih dan
membentuk morfologi bergelombang dan tebalnya kira-kira hingga 400meter.
5. Batuan lava bersusun basol hingga andesit, Satuan batuan ini berbentuk lava
bantal, breksi andesit piroksin dan andesit trakhit. Tebalnya 50 hingga 100
meter dengan penyebaran sekitar Bulu Tirasa dan Pakoro.
6. Batu pasir, Satuan batuan ini bersusun andesit, batu lanau, konglomerat dan
breksi. Struktur sesar diperkirakan terdapat pada batuan aliran lava dan batu
pasir bersusun andesit, berupa sesar normal.

(Sumber: RPJMD Kab. Pinrang Tahun 2014 – 2019)

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


8
INFORMASI UMUM KABUPATEN PINRANG
Hidrologi, Klimatologi, dan Penggunaan Lahan

Hidrologi

Di Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu sungai Mamasa dan Sungai
Saddang, dimana sungai Mamasa sebenarnya masih merupakan anak sungai
Saddang. Saat ini sungai Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu Saddang, Kecamatan
Lembang. PLTA yang ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten
Pinrang, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Selatan.
Sedangkan Sungai Saddang dimanfaatkan untuk pengairan pertanian dengan
cakupan pelayanan selain Kabupaten Pinrang juga melayani Kabupaten Sidrap.

Klimatologi (cuaca)

Klasifikasi iklim menurut Smith-Ferguson, tipe iklim Wilayah Kabupaten Pinrang


termasuk tipe A dan B dengan curah hujan terjadi pada bulan Desember hingga Juni
dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret. Musim kemarau terjadi pada
bulan Juni sampai September. Kriteria tipe iklim menurut Oldeman - Syarifuddin
bulan basah di Kabupaten Pinrang tercatat 7 - 9 bulan, bulan lembab 1 - 2 bulan dan
bulan kering 2 - 4 bulan. Tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman - Syarifuddin adalah
iklim B dan C. Curah hujan tahunan berkisar antara 1073 mm sampai 2910 mm,
Evaporasi rata-rata tahunan di Kabupaten Pinrang berkisar antara 5,5 mm/hari
sampai 8,7 mm/hari. Suhu rata-rata normal antara 27°C dengan kelembaban udara
82% - 85%.

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Pinrang, rata-rata curah hujan di Kabupaten
Pinrang pada tahun 2012 sebesar 102,58 mm/bulan. Curah hujan terendah terjadi
pada bulan September yakni sebesar 32 Mm, sedangkan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan April yakni sebesar 179 Mm.

Penggunaan Lahan

Luas Provinsi Sulawesi Selatan menurut Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun
2012 adalah 1.967,7 km2. Angka ini merupakan angka yuridis yang digunakan
sebagai luas Kabupaten Pinrang. Kondisi penutup lahan di wilayah Kabupaten
Pinrang pada tahun 2009 menunjukkan bahwa empat jenis penutup lahan, yaitu
sawah 53.181 hektar (27,11%), kebun campur 46.741 hektar (23,83%), hutan
29.227 hektar (14,90%), dan tegalan/ladang sebanyak 26.840 hektar (13.68%).
Areal tambak 15.665 hektar atau (7,99%) sementara lahan mangrove hanya 41
hektar atau (0,02%) dan lahan terbuka 10.124 hektar atau (5,16%) dan kawasan
permukiman 5.482 atau (2,79%).

(Sumber: RPJMD Kab. Pinrang Tahun 2014 – 2019)

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


9
INFORMASI UMUM SURVEY GEOLISTRIK

Lokasi

Dusun : Barugae
Desa : Barugae
Kecamatan : Duampanua
Kabupaten : Pinrang
Provinsi : Sulawesi Selatan

Koordinat

Elec_01 : 03°35'11.05" LS, 119°32'26.89" BT


Alat : 03°35'18.70" LS, 119°32'28.10" BT
Elec_48 : 03°35'26.26" LS, 119°32'27.37" BT

Keterangan:

Elec_01 : Posisi Electroda (Patok) ujung pertama (01) pada lintasan Geolistrik
Alat : Posisi alat utama sebagai resistivity meter pada lintasan Geolistrik
Elec_01 : Posisi Electroda (Patok) ujung terakhir (48) pada lintasan Geolistrik

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


10
INFORMASI UMUM SURVEY GEOLISTRIK
Di lokasi ini telah dilakukan proses akuisisi (pengambilan) data geolistrik dengan
rincian informasi sebagai berikut:

 Metode survey : Geolistrik Tahanan Jenis 2-Dimensi (ERT)


 Alat (Main Unit) Geolistrik : Syscal R1 Plus Switch-48 (made in France)
 Panjang Lintasan : 470 meter
 Konfigurasi : Wenner – Schlumberger
 Spasi antar Elektroda : 10 meter
 Jumlah Elektroda : 48 patok
 Tabel resistivity acuan : Telford, Moombariga Geoscience, M. H. Loke, J.
M. Reynolds
 Peta geologi acuan : Lembar Majene & Bagian Barat Lembar Palopo,
Sulawesi (oleh: Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri, dan
Sukido, 1998)

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


11
HASIL DAN ANALISIS DATA
Hasil

Berikut ini adalah hasil pengolahan data menggunakan perangkat lunak (software)
dan analisa batuan dari Peta Geologi Lembar Majene & Bagian Barat Lembar
Palopo, Sulawesi (oleh: Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri, dan Sukido, 1998)

Gambar 01. Hasil Pengolahan Data Geolistrik

Gambar 02. Posisi Rencana Pengeboran

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


12
HASIL DAN ANALISIS DATA
Analisa Data

Deskripsi Batuan Secara Vertikal pada,


Posisi : Rencana Pengeboran
Koordinat : 03°35'18.70" LS, 119°32'28.10" BT

Kedalaman Nilai Resistivitas Deskripsi


0 – 4 meter 10,1 – 15,2 ohm.m  Zona ini memiliki banyak rongga,
sehingga fluida yang berasal dari
(Zona I) permukaan tanah dapat mengisi
pori-pori batuan. Fluida tidak
tersimpan pada zona ini, namun
fluida lolos ke lapisan di bawahnya.
 Jenis batuan pada zona ini adalah
batupasir (dominan) dan
batulanau.
 Kualitas fluida yang mengisinya pun
bergantung kepada fluida yang
masuk dari permukaan tanah.
 Jumlah fluida dalam zona ini
sangat terbatas dan cepat habis
jika digunakan dalam skala sedang
dan besar, sehingga masih cocok
untuk kebutuhan rumah tangga
dalam skala kecil.
5 – 10 meter 8,18 – 12,5 ohm.m  Zona ini memiliki cukup banyak
rongga, sehingga fluida yang
(Zona II) berasal dari permukaan tanah dapat
mengisi pori-pori batuan dan
tertampung pada zona ini.
 Jenis batuan pada zona ini adalah
pasir dan batulanau.
 Kualitas fluida yang mengisinya
bergantung kepada fluida yang
masuk dari permukaan tanah.
 Jumlah fluida dalam zona ini relatif
terbatas (tergantung suplai dari
permukaan tanah) jika digunakan
dalam skala kecil hingga sedang,
sehingga cocok untuk kebutuhan
rumah tangga.

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


13
HASIL DAN ANALISIS DATA
Analisa Data (lanjutan)

10 – 16 meter 15,2 - 23,1 ohm.m  Zona ini memiliki cukup banyak


rongga, namun lebih rapat
(Zona III) dibandingkan dengan Zona I
sehingga fluida yang berasal dari
permukaan tanah cenderung
terakumulasi pada Zona II dan hanya
sedikit yang dapat lolos ke lapisan di
bawahnya.
 Jenis batuan pada zona ini adalah
batupasir-andesit dan batulanau.
16 – 34 meter 0,73 – 8,18 ohm.m  Zona ini memiliki cukup sedikit
rongga, sehingga fluida yang
(Zona IV) berasal dari permukaan tanah
hanya sedikit yang dapat mengisi
pori-pori batuan dan tertampung
pada zona ini.
 Jenis batuan pada zona ini adalah
lempung (dominan), batulanau,
dan batupasir.
 Kualitas fluida yang mengisinya
relatif asin dan payau.
 Jumlah fluida dalam zona ini relatif
terbatas dan tidak cocok jika
digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga ataupun lainnya.
34 – 52 meter 15,2 - 23,1 ohm.m  Zona ini memiliki cukup banyak
rongga, namun lebih rapat
(Zona V) dibandingkan dengan Zona III karena
posisinya yang dalam sehingga
fluida yang berasal dari permukaan
tanah tidak mampu lolos hingga
mencapai zona ini.
 Jenis batuan pada zona ini adalah
batupasir-andesit dan batulanau.
52 – 100 meter 8,18 – 12,5 ohm.m  Zona ini memiliki banyak rongga,
namun fluida yang dapat mengisi
(Zona VI) pori-pori batuan pada zona ini
adalah bukan berasal dari
permukaan tanah sehingga kualitas
dari fluida pada zona ini pun
cenderung stabil dan tawar.
 Jenis batuan pada zona ini adalah
pasir dan batulanau.
 Kualitas fluida yang mengisinya
tidak bergantung kepada fluida
yang masuk dari permukaan tanah.

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


14
 Jumlah fluida dalam zona ini cukup
banyak dan dapat digunakan dalam
skala kecil hingga sedang, sehingga
cocok untuk kebutuhan rumah
tangga dan lain-lain.

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


15
KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran survey geolistrik, maka dapat disimpulkan bahwa :

Titik survey: Dusun : Barugae


Desa : Barugae
Kecamatan : Duampanua
Kabupaten : Pinrang
Provinsi : Sulawesi Selatan
Potensi Airtanah untuk sumur bor berada pada Zona VI dengan rekomendasi
kedalaman yaitu:

= depth recommendation + coefficient

= [(52,0 m + 100,0 m) / 2] + 17 meter

= 53 meter

Jadi kedalaman bor berdasarkan data geolistrik adalah 93 meter.

INFORMASI ALTERNATIF

Pada posisi bor di kedalaman 16 s/d 34 meter, terdapat batuan yang bersifat
impermeabel (tidak tembus air) yang berfungsi sebagai pembatas/sekat antara
airtanah permukaan dan airtanah dalam. Kualitas air pada lapisan ini cenderung asin
dan payau. Sehingga diperlukan bor yang mampu melewati lapisan ini untuk
mendapatkan airtanah dalam yang tawar. Perhatikan gambar di bawah ini.

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


16
LAMPIRAN: Dokumentasi

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


17
LAMPIRAN: Hasil Pengolahan Data

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


18
LAMPIRAN: Peta Lokasi Survey

LAPORAN AKHIR: SURVEY GEOLISTRIK (ERT)


19

CV. Earth
LAPORAN Science
AKHIR: SURVEY GEOLISTRIKSurvey
(ERT)

Anda mungkin juga menyukai