Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR

PENYELIDIKAN PENGUKURAN GEOLISTRIK


UNTUK MENUNJANG PENYELIDIKAN AIRTANAH

LOKASI :

SIMPANG CAMBANG PARIT 13


DESA KAMPONG SINGKEP 2
KECAMATAN MUARA SABAK BARAT
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
PROVINSI JAMBI
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................... i


Daftar Tabel .......................................................................................................... i
Daftar Gambar...................................................................................................... ii
Lampiran ............................................................................................................ ii
BAB 1. Pendahuluan ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.3 Waktu Dan Lokasi Penyelidikan ............................................................... 2
1.4 Peralatan Penyelidikan............................................................................. 2
BAB 2. Geologi dan Hidrogeologi ...................................................................... 4
2.1 Geologi Daerah Penyelidikan ................................................................... 4
2.2 Hidrogeologi ............................................................................................. 4
2.3 Siklus Hidrogeologi................................................................................... 4
2.4 Kualitas Air tanah ..................................................................................... 6
BAB 3. Penyelidikan Cara Tahanan Jenis ......................................................... 7
3.1 Teori Dasar............................................................................................... 7
3.2 Aliran Arus Listrik Pada Lapisan Bumi Medium Homogen isotropis ........ 9
BAB 4. Hasil Penafsiran Dan Pembahasan ....................................................... 10
4.1 Tabel Korelasi Tahanan Jenis .................................................................. 10
4.2 Penampang Tegak Tahanan Jenis .......................................................... 10
BAB 5. Kesimpulan dan Saran ........................................................................... 13
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13
5.2 Saran ........................................................................................................ 13

Daftar Tabel

Tabel 1 Korelasi Tahanan Jenis ....................................................................... 10


Tabel 2 Hasil Interpretasi dan Korelasi Antara Geologi, Hidrogeologi
dan Pendugaan Geolistrik di Lokasi Penyelidikan ............................... 12
ii

Daftar Gambar

Gambar 1. Sketsa Lokasi Pendugaan Geolistrik .......................................... 3


Gambar 1. Siklus Hidrologi ........................................................................... 4
Gambar 2. Peta Hidrogeologi ....................................................................... 5
Gambat 3. Konfigurasi Elektroda Schlumberger........................................... 7
Gambar 4. Aliran Arus Tunggal Pada Medium Homogen Isotropis .............. 9
Gambar 5. Penampang Tegak Tahanan Jenis ............................................. 11

Lampiran-Lampiran

1. Lampiran Kurva
2. Lampiran Foto Kegiatan
1

BAB PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Secara umum proses terbentuknya air tanah dikarenakan peresapan air permukaan
kedalam tanah. Pada prosesnya material batuan penyusun lapisan tanah dipengaruhi
oleh bentuk atau ukuran butir, susunan butir, pemadatan dan sementasi. Air
permukaan yang telah mengalami peresapan kedalam tanah, akan bergerak bebas
mengisi pori – pori dan celah – celah dari butiran batuan tersebut.

Penyebaran air tanah tidak hanya terdeskripsikan secara vertical, untuk mengetahui
secara horizontal dapat diketahui melalui penyebaran formasi geologi yang bertindak
sebagai akuifer. Akuifer merupakan lapisan batuan yang dapat bertindak sebagai
pembawa air (permeable) yaitu batuan yang mempunyai susunan butiran sedemikian
rupa sehingga dapat mengalirkan air. Sebaliknya lapisan kedap air (Impermeable) atau
akuiclud adalah batuan yang dapat menyimpan air tanah tetapi tidak dapat mengalirkan
dalam jumlah yang berarti. Sedangkan lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan
dan mengalirkan air disebut akuifug. Kondisi lapisan akuifer dipengaruhi oleh sifat
batuan terutama tingkat porositas dan tingkat permeabilitas.

Kita ketahui bersama air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi kehidupan
manusia, baik untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian, perternakan, dan juga
perindrustrian. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan perkembangan
pembangunan, kebutuhan akan air juga semakin meningkat, sedangkan
ketersediaanya sangat terbatas.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka untuk mengetahui kondisi geologi dan


hidrogeologi perlu dilakukan suatu kajian studi dengan menggunakan suatu metoda
yang dapat mempelajari kondisi lapisan batuan, meliputi jenis dan sifat batuan serta
penyebaranya. Metoda yang digunakan disini ialah metoda pendugaan geolistrik.
2

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Pendugaan geolistrik bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai penyebaran
lapisan batuan serta menginformasikan keberadaan lapisan batuan yang berfungsi
sebagai akuifer (lapisan pembawa air), dimana hasil pendugaan geolistrik ini akan
memberikan gambaran umum mengenai kondisi lapisan batuan dibawah permukaan
tanah seperti ketebalan, kedalaman, serta penyebaran lapisan batuan sehingga
nantinya akan membantu perencanaan dalam pembuatan sarana air bersih di lokasi
penyelidikan.

1.3. WAKTU DAN LOKASI PENYELIDIKAN


Pendugaan geolistrik dilaksanakan pada tanggal 5 November 2019 di lokasi Simpang
Cambang Parit 13, Desa Kampong Singkep 2, Kecamatan Muara Sabak Barat,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, dengan menghasilkan 2 (dua) titik
duga geolistrik.

1.4 PERALATAN PENYELIDIKAN


Adapun peralatan yang digunakan merupakan seperangkat alat geolistrik buatan lokal
yang terdiri dari :
 Resistivitimeter.
 2 (dua) buah elektroda arus.
 2 (dua) buah elektroda potensial.
 2 (dua) buah kabel arus @ 300 meter.
 2 (dua) buah kabel potensial @ 50 meter.
 3 (tiga) buah palu
 GPS
 Accu
 Kalkulator dan alat – alat tulis.
3

Koordinat Lokasi Penyelidikan :

GL.1 S. 01 05’ 04.1”


E. 103 47’ 26.7”
Elv 5 mdpl
GL.2 S. 01 05’ 01.7”
E. 103 47’ 29.9”
Elv 14 mdpl

Gambar 1. Sketsa Lokasi Pendugaan Geolistrik


4

BAB GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI


2

2.1 GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN


Secara vertikal maupun lateral, satuan batuan yang menyusun daerah ini
adalah:
Endapan rawa : Pasir, lanau lempung, lumpur dan gambut; kelulusan kecil
sampai sedang.

2.2 HIDROGEOLOGI
Bila dikaitkan dengan geologi regional maka hidrogeologi atau muka air tanah
daerah penyelidikan berkaitan dengan kondisi batuan yang terbentuk di sekitar daerah
ini. Kondisi hidrogeologi, umumnya berkaitan erat dengan sistem akuifer tertentu.
Hasil pengamatan hidrologi setempat, termasuk ke dalam sistem akuifer dengan aliran
melalui ruang antar butir dan keterdapatannya akuifer produktif sedang dan luas
sebenarnya.
(Akuifer dengan keterusan sedang sampai rendah, muka airtanah tertekan dibawah
permukaan tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5 l/d).

2.3 SIKLUS HIDROLOGI


Siklus hidrologi merupakan salah satu faktor penting dalam proses terjadinya air tanah,
siklus hidrologi ini meliputi proses evaporasi/evapotransporasi dan kondensasi.

Gambar 1. Siklus Hidrologi


KETERANGAN :

Lokasi Penyelidikan
5
6

2.4 KUALITAS AIR TANAH


Air (H2O) dialam ini tidak selalu murni, bahkan air hujanpun tidaklah murni seperti
anggapan masa lalu. Pada saat ini air permukaan dan air bawah tanah banyak
mengandung unsur - unsur gas dan zat – zat padat yang terlarut. Kualitas dan
kuantitas dari unsur tersebut tergantung kepada faktor alam (geologi) dan faktor
lingkungan (Kegiatan Manusia) yang secara bertahap mengalami perubahan sebagai
akibat dari reaksi hubungan air dengan unsur tersebut.

Dalam penentuan kualitas air untuk berbagai keperluan, seperti air minum, industri dan
pertanian maka kualitas air tersebut harus diuji (tes) terlebih dahulu. Pada umumnya
pengujian kualitas air meliputi unsur kimia, fisika, biologi dan radiology. Hasil pengujian
kemudian dibandingkan dengan ketentuan/standar yang berlaku sesuai dengan
kebutuhan, karena ada kalanya air yang memenuhi syarat untuk air minum tidak sama
dengan syarat untuk air tambak dan sebagainya.
7

BAB PENYELIDIKAN CARA


TAHANAN JENIS
3

3.1 TEORI DASAR


Penyelidikan geolistrik dilakukan atas dasar sifat fisika batuan terhadap arus

listrik, dimana setiap jenis batuan yang berbeda akan mempunyai harga tahanan jenis

yang berbeda pula. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya umur batuan,

kandungan elektrolit, kepadatan batuan, jumlah mineral yang dikandungnya, porositas,

permeabilitas dan lain sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut di atas apabila arus listrik searah (Direct Current)

dialirkan ke dalam tanah melalui 2 (dua) elektroda arus A dan B, maka akan timbul

beda potensial antara kedua elektroda arus tersebut. Beda potensial ini kemudian

diukur oleh pesawat penerima (receiver) dalam satuan miliVolt.

Dalam penyelidikan geolistrik ini telah digunakan susunan elektroda dengan

menggunakan susunan aturan Schlumberger dimana kedua elektroda potensial MN

selalu ditempatkan diantara 2 buah elektroda arus (Gambar 3).

Sumber
arus
I

Potensiometer V

Electrode Arus
Electroda Permukaan
Electrode
Potensial Bumi
Arus M N B
A
M

Garis arus

Garis Ekipotensial

LK/IV/2002

Gambar 3. Konfigurasi Elektroda Schlumberger


8

Pada setiap pengukuran, elektroda arus AB selalu dipindahkan sesuai dengan

jarak yang telah ditentukan, sedangkan elektroda potensial MN hanya bisa dipindahkan

pada jarak-jarak tertentu dengan syarat bahwa jarak MN/2  1/5 jarak AB/2.

Oleh karena jarak elektroda selalu berubah pada setiap pengukuran, maka

Hukum Ohm yang digunakan sebagai dasar setiap penyelidikan geolistrik dalam

memperoleh harga tahanan jenis semu harus dikalikan dengan faktor jaraknya (K-

Factor). Sehingga rumus untuk memperoleh harga tahanan jenis semu dapat ditulis

sebagai berikut :

 AB 2 MN 2 V
ρa= ) (
[( ) ]
2( MN ) 2 2 I

dapat ditulis juga sebagai :

V
ρa = K .
I
dimana :

a = Tahanan jenis semu

K = Konstanta faktor geometrik,

(K = .{ (AB/2)2 - (MN/2)2 }/MN)

V = Beda potensial yang diukur (volt)

I = Besar arus yang digunakan (Ampere)

AB = Jarak elektroda arus AB (meter)

MN = Jarak elektroda potensial MN (meter)


9

3.2 ALIRAN ARUS LISTRIK PADA LAPISAN BUMI MEDIUM


HOMOGEN ISOTROPIS
Jika sebuah titik elektroda arus yang mengalir (C1) terletak pada permukaan medium
homogen isotropis, maka arus tersebut akan tersebar ke segala arah dengan sama
besar. Arus yang mengalir akan menimbulkan medan equipotensial dan medan
equipotensial tersebut memiliki jarak r (gambar 4)
Karena harga konduktivitas udara adalah nol, maka ketika arus mengalir di bawah
permukaan maka akan menimbulkan medan equipotensial berupa luas keliling
setengah bola. Maka arus tunggal yang mengalir pada permukaan medium homogen
isotropis adalah:
I  2r 2V ..................................................................(1)

C1 I
Permukaan Bumi

r
Equipotensial

Aliran Arus

Gambar 4. Aliran Arus Tunggal Pada Medium Homogen Isotropis


10

BAB HASIL PENAFSIRAN DAN


PEMBAHASAN
4

4.1 TABEL KORELASI TAHANAN JENIS

BATUAN BEKU

BATUAN UBAHAN

LEMPUNG

SERPIH LUNAK

SERPIH KERAS

PASIR

BATUPASIR

GAMPING POROS

GAMPING PADAT

Skala tahanan jenis 1 10 100 1.000 10.000 100.000


(ohm-meter)

4.2 PENAMPANG TEGAK TAHANAN JENIS


Dari hasil interpretasi pendugaan geolistrik dan telah dikorelasikan dengan data

geologi dan hidrogeologi setempat, di daerah penyelidikan pendugaan geolistrik ini

bertahanan jenis antara 5 – 60 Ohm-meter. Dan dari kisaran harga tahanan jenis

tersebut secara umum dapat dikelompokkan dengan berdasarkan perbedaan kontras

harga tahanan jenisnya, yaitu :

Tahanan Jenis Perkiraan Litologi Perkiraan Hidrogeologi


< 10 Lempung
30 – 40 Pasir Diduga Akuifer
< 60 Pasir tufaan Airtanah bebas (ATB)
11

`Untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai keadaan lapisan batuan

dibawah tanah secara vertikal, maka dapat dibuat gambar penampang tegak tahanan

jenis masing-masing titik duga geolistrik.

GL.1 GL.2
0 30 85 0
10 65 63 10
20 20
7 7
30 30
40 40
50 50
35 37
60 60
70 70
80 80
90 90
100 100
110 110
120 120
130 130
140 8 7 140
150 150
160 160
170 170
180 180
190 190
200 200

Keterangan:

Tanah penutup

Lempung

P asir ( D id ug a A kuif er )

P asir tufaan ( D id ug a A ir t anah b eb as)

Gambar 5. Penampang Tegak Tahanan Jenis


12

Tabel Hasil Penafsiran dan korelasi antara geologi, hidrogeologi dan pendugaan
geolistrik di lokasi penyelidikan

Hasil Penafsiran
Titik Perkiraan Perkiraan
Lapisan Tahanan
Duga Kedalaman Litologi Hidrogeologi
Jenis
1 0.00  3.20 30.24 Tanah penutup
2 3.20  15.24 65.24 Pasir tufaan Airtanah bebas
GL.1 3 15.24  41.45 6.71 Lempung
4 41.45  75.28 35.42 Pasir Diduga Akuifer
5 75.28  ~ 8.11 Lempung
1 0.00  4.11 85.14 Tanah penutup
2 4.11  16.25 63.18 Pasir tufaan Airtanah bebas
GL.2 3 16.25  38.17 6.50 Lempung
4 38.17  76.31 37.28 Pasir Diduga Akuifer
5 76.31  ~ 7.35 Lempung
13

BAB KESIMPULAN DAN SARAN


5

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penafsiran dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Pendugaan geolistrik telah dapat memberikan gambaran tentang keadaan lapisan

batuan baik vertikal maupun lateral.

2. Kondisi hidrogeologi di daerah penyelidikan, termasuk dalam sistem akuifer produktif

sedang dan luas sebenarnya.

3. Dari hasil penyelidikan pendugaan geolistrik, dapat diketahui lapisan akuifer, yaitu :

Titik Duga Kedalaman (m) Tebal (m)


GL.1 41.45 – 75.28 33.83
GL.2 38.17 – 76.31 38.14

5.2 SARAN
1. Penyediaan air bersih di lokasi penyelidikan yang diharapkan bisa diambil dari air

tanah dalam dengan memakai cara pengeboran dapat dilaksanakan dan

disarankan disekitar titik duga GL.2 dan GL.1 (skala prioritas) dengan kedalaman

pengeboran  100 meter.

2. Setelah pengeboran selesai, disarankan untuk melakukan penyelidikan penampang

sumur bor (well logging) agar dapat menentukan letak saringan pada akuifer yang

akan disadap.
LAMPIRAN
Hasil Interpretasi Komputer
PENDUGAAN GEOLISTRIK DI LOKASI SIMPANG CAMBANG PARIT 13, DESA KAMPONG SINGKEP 2
KECAMATAN MUARA SABAK BARAT, KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR, JAMBI
1000
GL.1 R e s is tiv ity D e p th
30.24 3.20
65.24 15.24
6.71 41.45
35.42 75.28
8.11

100

R
h
o
-
m

10

30 65 7 35 8

1
1 10 100 1000
AB/2 (m)
PENDUGAAN GEOLISTRIK DI LOKASI SIMPANG CAMBANG PARIT 13, DESA KAMPONG SINGKEP 2
KECAMATAN MUARA SABAK BARAT, KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR, JAMBI
1000
GL.2 R e s is tiv ity D e p th
85.14 4.11
63.18 16.25
6.50 38.17
37.28 76.31
7.35

100

R
h
o
-
m

10

85 63 7 37 7

1
1 10 100 1000
AB/2 (m)
LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan Pengukuran Geolistrik
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGUKURAN GEOLISTRIK

Pengukuran Pada Titik Duga GL.1

Pengukuran Pada Titik Duga GL.2

Anda mungkin juga menyukai