ABSTRAK
Peningkatan produksi padi pada daerah irigasi, erat kaitannya dengan
ketersediaan air dan pengelolaan irigasi. Ketersediaan air harus ditunjang dengan
sarana dan prasarana irigasi yang baik. Daerah irgasi (DI) Wawotobi merupakan
daerah irigasi terbesar di Sulawesi Tenggara saat ini, yang awal rencana akan
mengairi sawah seluas 18.000 ha namun sampai dengan saat ini baru dapat
mengairi sawah seluas 9.447,80 ha. Daerah irigasi Wawotobi berkontribusi
terhadap 6 (enam) kecamatan dalam wilayah Kabupaten Konawe. Evaluasi
terhadap kinerja daerah irigasi Wwotobi dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran kondisi saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui debit (Q)
andalan sungai saat ini, 2) Mengetahui besarnya kebutuhan air untuk luas areal
18.000 ha, 3) Mendapatkan informasi penyebab keterbatasan dalam
menditribusikan debit (Q).Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan meliputi:
pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengujian kepanggahan data dan
perhitungan debit (Q). Nilai debit (Q) pengukuran langsung dan debit (Q) simulasi
dibandingkan terhadap kebutuhan. Perhitungan dengan memperhatikan pola
tanam existing berdasarkan Kriteria Perencanaan dibandingkan dengan pola
renacana berdasarkan kebutuhan air dengan software Crop Water Requirement
(CWR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan air saat ini sangat
memadai, namun dalam sistem pengelolaan irigasi yang masih minim.
Ketersediaan debit andalan (Q80) rerata bulanan secara rasio masih memenuhi
kebutuhan yaitu: 100,30 m3/detik. Kejadian defisit pada periode I bulan Juli
sebesar 14,28 m3/detik, Namun dari penilaian indeks kinerja tingkat kerawanan
berada pada range 0,75-1,00, artinya dari up normal akan cepat kembali ke
normal.
Kata kunci: daerah irigasi, debit andalan, indeks kinerja
yang sesuai dengan ketentuan (Anonim2, terjadi di Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi dan
2013). Pulau Jawa (Anonim7, 2013), (Anonim8,
2013), dan (Anonim9, 2013) serta (Anonim10,
Daerah irigasi di Seluruh Indonesia 70%
merupakan kewenangan pemerintah daerah, 2013).
dan 2,6 juta ha harus di lakukan perbaikan Masalah yang serupa juga di hadapi oleh
(Anonim3, 2013). Daerah Irigasi Wawotobi. Daerah Irigasi
Wawotobi 1
yang dibangun sejak tahun
Sistem irigasi sangat berperan dalam
produksi pangan, beberapa negara di dunia, 1979/1980 dengan sumber dana dari dana
dari 50% hingga 80% bahan pangan dihasilkan APBN, Loan ADB, serta Grant EEC. Daerah
dari lahan beririgasi. (Ghumman. dkk, 2011). Irigasi ini terletak di Kecamatan Wawotobi
Dalam sistem irigasi, masalah penjadwalan Kabupaten Konawe. Cakupan layanan
pemberian air merupakan hal yang sangat meliputi 7 (tujuh) kecamatan dalam wilayah
mendasar. Jika distribusi air di lakukan dengan Kabupaten Konawe. Kabupaten Konawe
merupakan lumbung padi bagi Provinsi
benar, maka diharapkan hasil produksi sawah
akan baik. (Y.P. Mathur. dkk, 2009). Sulawesi Tenggara yang memiliki areal sawah
Kekurangan pasokan air untuk irigasi yang cukup luas (Anonim11, 2013)
merupakan salah satu hambatan dalam Daerah Irigasi Wawotobi memanfaatkan
peningkatan produksi pangan (Sinai. dkk, air dari Sungai Konaweeha, dengan
2008). pengambilan air maksimal 26 M3/dt untuk
Hujan yang terjadi di Indonesia sangat mengairi sawah seluas 18.000 ha.
bervariasi. Kaitannya dengan penyediaan air Pengambilan air dari sungai di lakukan pada 2
untuk masing-masing wilayah perlu dikaji agar (dua) intake. Pengambilan air pada intake
infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi kanan sebesar 2.16 M3/dt untuk mengairi luas
dan bermanfaat secara maksimal (Anonim4, areal 1.500 ha dan intake kiri 20.10 M3/dt
2012). Sampai saat ini pemerintah telah untuk mengairi luas areal 16.500 ha. Namun
menginvestasikan dana yang besar dalam sampai dengan saat ini luas areal yang diairi
pembangunan. Hingga tahun 2013, di hanya 9.447,80 ha, yaitu kanan 747 ha, dan kiri
8.700,80. (sumber: Balai Wilayah Sungai
Indonesia tercatat sebanyak 33.862 daerah
irigasi. Daerah irigasi yang terdapat di Propinsi Sulawesi IV, 2013).
Sulawesi Tenggara berjumlah 88 daerah irigasi Sumberdaya air harus dikelola secara
(Anonim5, 2013). menyeluruh dan terpadu dari hulu sampai hilir
Dari sejumlah 33.862 daerah irigasi yang (Anonim12, 2008).
meliputi areal sawah seluas 7,23 juta ha (76%) Pengelolaan SDA yang terpenting adalah
telah berkontribusi (85%) terhadap produksi bagian DAS hulu, karena memiliki fungsi
pangan nasional. (Mohamad Hasan, 2012). Di perlindungan tata air DAS secara keseluruhan
Propinsi Sulawesi Tenggara terdapat sawah (Asdak, 2010). Kejadian kekeringan
seluas 88.007 ha. Adapun yang beririgasi merupakan dampak negatif dari kegiatan
teknis seluas 70.726 ha, termasuk daerah irigasi manusia di DAS, sehingga fungsi DAS untuk
wawotobi 18.000 ha (Anonim6, 2013). menyimpan air hujan terganggu (Suripin,
Pada tahun 2012 telah terjadi kekurangan 2001). Menurut Azuan (2009), masyarakat
air bahkan sampai terjadi kekeringan mempunyai kontribusi terhadap kekurangan
dibeberapa wilayah di Indonesia, seperti yang air. Masyarakat melakukan pengrusakan hutan,
2
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. I. No. 1 Oktober 2013
ISSN : 2339-0271
dengan menebang pohon termasuk pohon mengetahui ketersediaan debit (Q) sungai
pelindung yang berfungsi sebagai resapan saat ini, besarnya debit (Q) yang dibutuhkan
hujan. untuk luas areal 18.000 ha dan kendala
Kekurangan air di musim kemarau dalam pendistribusian air yang hanya
sebagai akibat dari berkurangnya aliran dasar. mampu mengairi 9.447,80 ha.
Kerusakan DAS berimplikasi terhadap
menurunnya daya tampung air (Imayama dan METODE PENELITIAN
Sugio, 1998), yang dibuktikan dengan kejadian Lokasi dan Waktu Penelitian
fluktuasi aliran yang dikuti fluktuasi mutu air.
Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi (DI)
Salah satu sumberdaya alam yang Wawotobi, Kecamatan Unaaha Kabupaten
melimpah diatas bumi ini adalah air. Akan Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
tetapi hanya sekitar 0,003 persen dari jumlah Kabupaten Konawe terletak pada posisi 02 45
air yang ada dapat dimanfaatkan (Sanim, dan 04 15 Lintang Selatan 121 15 dan 123
2011). Air digunakan dalam berbagai 30 Bujur Timur, yang berjarak 73 km dari
Kota Kendari Ibukota Provinsi Sulawesi
keperluan yang didasarkan pada kebutuhan
Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada
manusia, sehingga pada titiktitik tertentu bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun
pengambilan (Intake) ditemui bermacam 2013.
penggunaan (Mamok Suprapto,2008).
Jenis Penelitian
Pemenuhan beragam kebutuhan air telah Penelitian ini menggunakan rancangan yang akan
diatur dalam Undang-undang Republik dilakukan dengan pendekatan metode kuantitatif
Indonesia Nomor: 7 tahun 2004. Dalam jangka atau penelitian empiris dengan data berupa angka-
panjang, keterbatasan sumberdaya air tawar angka.
akan merupakan salah satu persoalan yang
akan dihadapi manusia (Asiyanto, 2011). Analisis Data
c. Penentuan kondisi jaringan dilakukan Data hujan yang telah di uji menunjukkan
dengan cara penilaian berdasarkan tingkat konsistensi dimana nilai QRAPS/n adalah
kerusakan secara visual. Data kerusakan
0,677 lebih kecil dari nilai kritik yaitu 1,05.
dilakukan pembobotan sampai pada nilai
bobot daerah irigasi secara keseluruhan Kepanggahan data akan dapat memberi hasil
dengan menggunakan sistem penilaian yang analisis lebih kearah realitas dan memiliki
dikeluarkan oleh Subdit Bina Program tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.
Ditjen Sumber Daya Air tahun 1999.
Perhitungan evapotranspirasi DAS
d. Analisis indeks kinerja dilakukan dengan Konaweha
cara memasukkan nilai debit hasil
Nilai evapotranspirasi diperoleh dengan
pengukuran langsung dan menetapkan
waktu penilaian indeks yang akan menggunakan metode Penman-Monteith
digunakan. Waktu penilaian indeks diambil dengan data input dari data meteorologi antara
periode 15 (lima belas) hari, maka data debit
lain: tempratur udara, kelembaban (Humadity),
selama 15 (lima belas) hari disesuaikan
dengan bulan dimana pencatatan debit itu kecepatan angin, dan penyinaran matahari. ETo
dilakukan. Data debit tidak boleh secara secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 1.
acak dan periode 15 (lima belas) hari atau
tengah bulanan di jadikan 1 (satu) group,
kemudian 15 (lima belas) hari berikutnya
merupakan group selanjutnya secara
berurutan. Dalam analisis ini data debit hasil
pengukuran merupakan ketersediaan debit
dan kebutuhan debit diperoleh dari hasil
perhitungan kebutuhan air. Analisis dibuat
dalam bentuk kolom, secara berurutan
ketersedian, kebutuhan, residu, group,
kelompok tidak andal (kta), andal, indeks
andal, jumlah kelompok tidak andal dan
kelentingan. Sehingga dapat diketahui
indeks keandalan, indeks kelentingan dan Gambar 1 Perhiutngan ETo metode Penman-
indeks kerawanan.
Monteith dengan sotware
TahapPenelitian
Tabel 1 Output software ETo rerata bulanan
Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi: Tahun (Besarnya Evapotranspirasi = Eto)
Bulan (mm/hr) Average
4
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. I. No. 1 Oktober 2013
ISSN : 2339-0271
-
z 120 m
P kPa
101 kemudian probabilitasnya dihitung untuk
ecepatan angin 198 km/hari 1,24
-
z 2,29 m/dt
U2 m/dt
0,067
mendapat debit 80% andal. Debit sungai rerata
-
Januari
(Tabel Lampiran LE-1)
kPa/ 1,42 tahunan pada sungai Konaweeha dengan cara
= 15 (1+0,34U2) 0,69
0,22
Mock diperoleh debit sebesar 258,58 m3/detik.
/[ + (1+0,34U2)
3,72 Perhitungan debit rerata Mock di tunjukkan
/[ + (1+0,34U2) 3,90
3,20
dalam Gambar 2. Perbandingan debit (Q80)
900/(Tmean+273)U2 kPa
es kPa 1,03
ea rad -0,07
MJ/m2/min-1 35,90
5
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. I. No. 1 Oktober 2013
ISSN : 2339-0271
eksisting
7
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. I. No. 1 Oktober 2013
ISSN : 2339-0271
8
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. I. No. 1 Oktober 2013
ISSN : 2339-0271
10