Anda di halaman 1dari 9

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN IBUKOTA KABUPATEN


SEMARANG
1

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Semarang


2.1.1.Batas Administrasi (tambah jumlah penduduk)
Kabupaten semarang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Jawa Tengah, salah satu dari 29 kabupaten yang berada di provinsi Jawa
Tengah. . Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19
Kecamatan, 27 Kelurahan dan 208 desa. Kecamatan dengan wilayah terluas
adalah Kecamatan Pringapus dengan luas 7.835,17 Ha dengan luas hutan
negara mencapai hampir 50 persen dari total wilayah atau seluas 3.908,39
Ha.

Sedangkan

kecamatan

dengan

luas

terkecil

adalah

Kecamatan

Ambarawa dengan luas 2.822,15 Ha. Batas-batas wilayah Kabupaten


Semarang:
Sebelah utara : Kota Semarang dan Kabupaten Demak
Sebelah timur : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali
Sebelah selatan

: Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang

Sebelah barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kendal.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang


Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Semarang

Pusat pemerintahan Kabupaten Semarang terletak di Ungaran yaitu


Kecamatan Ungaran Barat dan Kecamatan Barat. Jarak pusat pemerintahan
Kabupaten Semarang dengan pusat Kota Semarang lebih kurang 25 KM.
Artinya, antara pusat Kota Seamrang dan pusat Kabupaten Semarang tidak
terlalu, dan saling berinteraksi.
2.1.2.Kondisi Fisik Alam
Suatu kota dengan segala aktivitas yang ada di dalamnya akan
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan kota adalah bentuk kota

tersebut.

Bentuk suatu kota tersebut dapat menggambarkan arah perkembangan dan


bentuk fisik kota. Kabupaten Semarang berbentuk linier, artinya Kabupaten
Semarang tumbuh dan berkembangan mengikuti sepanjang jalan utama.

Kondisi topografi memiliki kategori datar, landai, curam, hingga sangat


curam dengan nilai skala dari 0-45%. Keadaan Topografi wilayah Kabupaten
Semarang memiliki tingkat kelerengan yang beragam dari datar hingga
sangat curam dan dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelompok.
Wilayah datar dengan tingkat kemiringan kisaran 0 - 2% seluas 6.169 Ha.
Wilayah bergelombang dengan tingkat kemiringan kisaran 2 - 15% seluas
57.659 Ha. Wilayah curam dengan tingkat kemiringan kisaran 15 - 40%
seluas 21.725 Ha. Serta wilayah sangat curam dengan tingkat kemiringan
>40% seluas 9.467,674 Ha. Dari keadaan topografi tersebut, Kecamatan
Ungaran berada di tingkat kemiringan sedang. Hal tersebut menyebabkan
Kecamatan Ungaran lebih maju dibandingkan dengan kecamatan lainnya
yang berada di daerah yang lebih tinggi.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang Tahun 2011

Peta Topograf Kabupaten Semarang

Kabupaten Semarang memiliki 11 jenis tanah. Jenis tanah yang


dominan ditemui di Kabupaten Semarang adalah jenis tanah yang paling
dominan adalah latosol coklat tua seperti yang ditemui di sebagian
Kecamatan Tengaran, Suruh, Susukan, Pabelan, Bringin, Bergas, Bawen,
Ungaran Barat dan Ambarawa. Dapat disimpulkan bahwa Kabupaten
Semarang di dominasi jenis tanah yang sesuai untuk pertanian dan
perkebunan. Karena berada di daerah beriklim basah dengan curah hujan
lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 3001.000 meter.
Untuk tanaman yang cocok ditanami di Kabupaten Semarang berdasarkan
jenis tanah tersebut adalah tanaman hultikultura.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang Tahun 2011

Peta Litologi Kabupaten Semarang

Kabupaten Semarang memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar


1.840 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak 101 hari. Kecamatan
Bawen merupakan wilayah yang memiliki jumlah curah hujan tahunan
terendah, yaitu sebesar 348 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 24 hari.
Sedangkan Kecamatan Getasan merupakan wilayah dengan jumlah curah
hujan tahunan tertinggi, yaitu sebesar 3.554 mm/tahun dengan jumlah hari
hujan 167 hari.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang Tahun 2011

Peta Klimatologi Kabupaten Semarang


Secara Hidrologi, kekayaan sumber daya air yang tersedia di
Kabupaten Semarang meliputi :

Sumber Air Dangkal / Mata Air dengan kapasitas air sebesar 7.331,2
l/dt, tersebar di 15 Kecamatan.

Sumber Air Permukaan / Sungai, dengan jumlah aliran sungai


sebanyak 51 sungai, dengan panjang keseluruhan 350 km dan
memiliki debit total sebesar 2.668.480 l/dt.

Cekungan Air, merupakan aquaifer dengan produktifitas air sedang


dan tinggi. Cekungan-cekungan air tersebut banyak dimanfaatkan
untuk obyek wisata kolam pancing dan rumah makan.

Waduk, satu-satunya waduk yang dimiliki Kabupaten Semarang adalah


Waduk Rawa Pening yang memiliki volume air 65 juta m 3 dengan
luas genangan 2.770 Ha pada ketinggian muka air maksimal,

sedangkan dengan ketinggian permukaan air minimal memiliki volume


25 juta m3 dengan luas genangan 1.760 Ha.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang


Peta Hidrogeologi Kabupaten Semarang
Bahaya geologi yang terjadi di Kabupaten Semarang berdasarkan Peta
Rawan Bencana Kabupaten Semarang adalah longsor, letusan gunung, dan
banjir. Namun, sebagian besar daerah di Kabupaten Semarang tidak
memiliki bencana yang rawan terjadi. Bencana-bencana tersebut tidak
terjadi di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Banjir di
Kabupaten Semarang hanya terjadi di Kecamatan Banyubiru, Bawen,
Ambarawa, dan Tuntang yang terletak di sekitar kawasan Danau Rawa
Pening serta daerah di sekitar Sungai Bancak di Kecamatan Bancak.
Sedangkan untuk daerah rawan longsor pada umumnya terjadi bagian
barat laut dan barat daya Kabupaten Semarang yaitu di Kecamatan
Ungaran Barat, Bergas, Bandungan dan Sumowono yaitu daerah yang
berbatasan dengan Kabupaten Kendal, serta Kecamatan Banyubiru dan
Getasan yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang. Hal tersebut

dikarenakan pada bagian barat laut merupakan kaki Gunung Ungaran dan
bagian barat daya merupakan kaki Gunung Telomoyo dan Merbabu. Daerah
rawan letusan gunung berada di Kecamatan Getasan yang merupakan kaki
Gunung Merbabu, serta Kecamatan Ungaran Barat, Bergas, Bandungan dan
Sumowono yang merupakan kaki Gunung Ungaran.

Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang Tahun 2011

Peta Rawan Bencana Kabupaten Semarang


2.1.3.Kondisi Eksisting
Kecamatan Ungaran merupakan bagian dari Kabupaten Semarang
yang berada di sekitar jalur regional. Keberadaan jalur regional sebagai
jalur utama di kecamatan ini telah mendorong perkembangan wilayah
secara linier, yang ditandai dengan adanya pola penggunaan lahan
terbangun yang terkonsentrasi pada kawasan di sekitar jalur utama. Selain
itu, sebagian besar fasilitas umum dan sosial di wilayah ini juga berlokasi di
sekitar jalur utama ini. Dengan kondisi perkembangan wilayah tersebut,
maka terbentuklah karakteristik wilayah yang berbeda di Kecamatan
Ungaran.

Kawasan

yang

berada

di

sekitar

jalur

utama

memiliki

kecenderungan perkembangan sebagai kawasan perkotaaan atau kawasan


urban.

Sumber : Google.com, 2016

Karakter

suatu

wilayah

akan

memberikan

pengaruh

bagi

perkembangan sosial. Perkembangan suatu wilayah akan berdampak pada


perubahan pola hidup masyarakatnya. Terbentuknya karakter masyarakat
urban di Kecamatan Ungaran merupakan indikasi dari adanya fenomena
urbanisme, dimana urbanisme dalam hal ini dikaitkan dengan perubahan
sikap dan perilaku yang bersifat perkotaan. Salah satu indikasi dari adanya
perubahan sikap dan perilaku di Kecamatan Ungaran adalah dilihat dari
komposisi mata pencaharian penduduknya. Sektor agraris saat ini bukan
lagi menjadi sektor utama bagi masyarakat di kecamatan ini, sehingga
dapat dikatakan bahwa masyarakat Kecamatan Ungaran bukan lagi bersifat
agraris, tapi lebih bersifat perdagangan dan jasa. Selain itu, berkembang
pula kawasan perumahan yang mengutamakan privasi penghuninya, yang
menunjukkan telah mulai terjadi pembatasan interaksi dalam masyarakat.

Sumber : Google.com, 2016

Salah satu bentuk dari adanya fenomena urbanisme pada masyarakat


adalah berkembangnya gaya hidup yang bersifat perkotaan atau yang
disebut pula sebagai urban lifestyle. Gaya hidup ini merupakan preferensi
dari masing-masing individu untuk mencerminkan citra diri, sehingga akan
berbeda antara individu satu dengan yang lain. Salah satu indikasi dari
berkembangnya gaya hidup perkotaan ini adalah berkembangnya berbagai
sarana perdagangan dan jasa di Kota Ungaran. Berkembangnya sarana
perdagangan dan jasa ini menunjukkan terjadinya peningkatan pola
konsumsi masyarakat, di mana pola konsumsi ini merupakan salah satu
variable gaya hidup perkotaan, mengingat masyarakat kota umumnya
memiliki tingkat konsumsi yang tinggi atau bersifat konsumtif. Berdasarkan
kondisi di atas, maka akan dilakukan penelitian mengenai fenomena
urbanisme di Kota Ungaran. Kajian mengenai fenom ena urbanisme ini
dibatasi pada kajian tentang perilaku dan cara hidup, serta gaya hidup pada
masyarakat Kota Ungaran. Dengan mengetahui karakter masyarakat di Kota
Ungaran, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
pertimbangan dalam proses perencanaan kota khususnya dalam kaitannya
dengan rencana penyediaan sarana dan prasarana perkotaan di Ungaran.

Anda mungkin juga menyukai