Anda di halaman 1dari 8

METODE ANALISIS PERENCANAAN

IQBAL KAMARUDDIN
D52115303

PRODI TEKNIK PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
1. Penduduk menurut Buku BPS :

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia
selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan untuk menetap.
a) Usia
Informasi tentang tanggal, bulan dan tahun dari waktu kelahiran responden menurut
sistem kalender Masehi. Informasi ini digunakan untuk mengetahui umur dari responden.
Penghitungan umur harus selalu dibulatkan kebawah, atau disebut juga umur menurut
ulang tahun yang terakhir. Apabila tanggal, bulan maupun tahun kelahiran seseorang tidak
diketahui, pencacah dapat menghubungkan dengan kejadian-kejadian penting baik
nasional maupun daerah.
b) Status Perkawinan:
- Belum Kawin; Status dari mereka yang pada saat pencacahan belum terikat dalam
-

perkawinan.
Kawin; Status dari mereka yang pada saat pencacahan terikat dalam perkawinan,
baik tinggal bersama maupun terpisah. Termasuk didalamnya mereka yang kawin
sah secara hukum (hukum adat, agama, negara, dsb) maupun mereka yang hidup

bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.


Cerai Hidup; Status dari mereka yang telah hidup berpisah dengan suami atau

istrinya karena bercerai dan belum kawin lagi.


Cerai Mati; Status untuk mereka yang telah hidup berpisah dengan suami atau

istrinya karena meninggal dunia dan belum kawin lagi.


Anak Lahir Hidup: Anak Lahir Hidup adalah semua anak yang waktu lahir
memeperlihatkan tanda-tanda kehidupan, walaupun sesaat, seperti adanya detak

jantung, bernafas, menangis dan tanda-tanda kehidupan lainnya.


Anak Masih Hidup: Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan hidup
yang pada saat pencacahan masih hidup, baik tinggal bersama orang tuanya

maupun yang tinggal terpisah.


Tempat Lahir: Tempat lahir responden adalah propinsi tempat tinggal ibu
kandungnya pada saat melahirkannya.
Sumber: www.bps.go.id (Diakses 25 September 2016)

2. Radius Pelayanan
Radius pelayanan adalah jarak pelayanan fungsi dan bangunan yang dapat dijangkau oleh
pemakai fungsi tersebut. Jangkauan tersebut dapat meujukkan arah perjalanan pengguna

bangunan. Tingkatan radius pelayanan merupakan cerminan kemampuan dari potensi


fungsi yang akan bersinggungan dengan potensi lain
a) Fasilitas Pendidikan

Standar untuk penyediaan sarana pendidikan hanya meliputi bidang


pendidikan yang bersifat formal/umum, yaitu meliputi tingkat
prabelajar (Taman Kanak-kanak), tingkat dasar (SD/MI); tingkat
menengah (SLTP/MTs dan SMU/SMK/MA). Dasar penyediaan sarana
pendidikan

adalah

untuk

melayani

setiap

unit

administrasi

pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal


(Kelurahan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada
jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut.
Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
-

Satu SD/MI dengan enam rombongan belajar disediakan untuk


2000 penduduk, atau satu desa/kelurahan.

Pada wilayah berpenduduk lebih dari 2000 dapat dilakukan


penambahan sarana dan prasarana untuk melayani tambahan
rombongan belajar di SD/MI yang telah ada, atau disediakan
SD/MI baru.

Pada satu kelompok permukiman permanen dan terpencil


dengan banyak penduduk lebih dari 1000 jiwa terdapat satu
SD/MI dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki
maksimum 3 km melalui lintasan yang tidak membahayakan.

Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)


-

Minimum satu SMP/MTs disediakan untuk satu kecamatan.

Seluruh SMP/MTs dalam setiap kecamatan menampung semua


lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.

Untuk SMP/MTs yang memiliki 15 sampai dengan 32 peserta didik


per

rombongan

belajar,

lahan

memenuhi

minimum luas lahan terhadap peserta didik.

ketentuan

rasio

Untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per


rombongan belajar, lahan memenuhi ketentuan luas minimum.

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)


-

Minimum satu SMA/MA disediakan untuk satu kecamatan

Untuk SMA/MA yang memiliki 15 sampai dengan 32 peserta didik


per rombongan belajar, bangunan memenuhi ketentuan rasio
minimum luas lantai terhadap peserta didik

Untuk SMA/MA yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per


rombongan belajar, lantai bangunan memenuhi ketentuan luas
minimum Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang
terdiri dari:
koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;
koefisien

lantai

bangunan

dan

ketinggian

maksimum

bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;


jarak

bebas

bangunan

yang

meliputi

garis

sempadan

bangunan dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan


kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara
bangunan dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan
dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai PP No.
19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
b) Fasilitas Kesehatan

Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan


kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus
untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Dasar penyediaan sarana kesehatan ini adalah didasarkan jumlah
penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini
juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit
atau kelompok lingkungan yang ada.

c) Fasilitas Peribadatan

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 bahwa sarana peribadatan


merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani
yangperlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan
selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan
keputusan masyarakat yang bersangkutan.

d) Fasilitas Perdagangan dan Niaga

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 bahwa sarana perdagangan dan


niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan
bangunansarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan
jumlah penduduk yang akandilayaninya, juga mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompoklingkungan
yang ada. Sedangkan penempatan penyediaanfasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan

3. Model Gravitasi
Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk
melihat besarnyadaya tarik suatu potensi yang berada pada suatu
lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu
lokasi

dan

besarnya wilayah

pengaruh

dari potensi

tersebut.

Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat untuk


melihat

apakah

lokasi

berbagaifasilitas

kepentingan

umum telah

berada pada tempat yang benar. Selain itu, apabila suatudaerah


hendak membangun suatu fasilitas yang baru maka model ini dapat
digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal. Artinya, fasilitas itu
akan digunakan sesuai dengankapasitasnya.Model ini menunjukan
hubungan antara potensi penduduk yang melakukan pergerakandari
suatu wilayah ke wilayah lain, Misalnya, ada dua kota (kota A dan B)
yang berdekatan,ingin diketahui berapa besar interaksi yang terjadi
antara dua kota tersebut. Interaksi bisa sajadiukur dari banyaknya
perjalanan dari penduduk kota A ke kota B atau sebaliknya. Faktor
apayang menentukan besarnya interaksi tersebut. Hasil pengalaman
menunjukkan

bahwa

interaksiitu

ditentukan

oleh

beberapa

faktor dimana faktor pertama adalah besarnya kedua kota tersebut.


Timbul persoalan apa ukuran yang dijadikan untuk menentukan
besarnya sebuah kota. Sebuahkota dapat diukur dari jumlah penduduk,
banyaknya lapangan kerja, total pendapatan, jumlah/luas bangunan,
banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Mungkin karena
mudahmendapatkan data maka ukuran yang digunakan adalah jumlah
penduduk. Penggunaan jumlah penduduk sebagai alat ukur bukanlah
arbiter karena jumlah penduduk juga terkait langsungdengan berbagai
ukuran

lain

yang

dikemukakan

di

atas.

Faktor

kedua

yang

mempengaruhiinteraksi adalah jarak antara kota A dan kota B. Jarak


mempengaruhi keinginan orang untuk bepergian karena menempuh
jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya. Makin jauh
jarak yang memisahkan kedua lokasi, makin rendah keinginan orang
untuk bepergian. Selain itu dalamhal jarak, orang mengamati bahwa
minat orang bepergian menurun drastis apabila jarak itusemakin jauh,
artinya penurunan minat

itu

tidak proporsional dengan

pertambahan jarak,melainkan eksponensial. Untuk mengukur kekuatan


interaksi wilayah digunakan formulasi sebagai berikut:

Keterangan:
IA.B
k

= Kekuatan Interaksi Antara Wilayah A dan B

= Angka Konstanta Empiris, Nilainya 1

PA = Jumlah Penduduk Wilayah A


PB = Jumlah Penduduk Wilayah B
dA.B= Jarak Wilayah A dan Wilayah

Sumber Referensi:
Filindity,Arnold. Isnawi,Munira. 2011. Analisis Wilayah Pengembangan Perikanan Budidayadi
Kabupaten Seram Bagian Barat. Ambon: Pasca Sarjana Universitas Pattimura

Anda mungkin juga menyukai