Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN


BLORA
2016

BAB 2
GAMBARAN WILAYAH
KAJIAN

2.1 PROFIL WILAYAH


2.1.1

Karakteristik & Letak Geografis

A. LETAK GEOGRAFI
Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten
di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibu Kota Slawi Terletak
antara 10857'6 s/d 10921'30 Bujur Timur dan
650'41" /d 715 15'30" Lintang Selatan. Dengan
keberadaan sebagai salah satu daerah yang melingkupi wilayah pesisir utara bagian barat
Jawa Tengah, Kabupaten Tegal menempati posisi strategis di persilangan arus transportasi
Semarang-Cirebon-Jakarta dan Jakarta-Tegal-Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di Kota
Tegal.
Adapun batas-batas wil y h Kabupaten Tegal adalah sebelah Utara Kota Teg l d n Laut Jawa,
sebelah Timur Kabupaten Pemalang, sebe ah Barat Kabupaten Brebes, sebelah Selatan
Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas.
Secara Topogr fis wil yah Kabupaten Tegal terdiri dari 3 (tiga) kategori daerah, yaitu :
1.

Daerah pantai meliputi Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja;

2.
Daerah dataran rendah meliputi Kecamatan Adiwerna, Dukuhturi, Talang, Tarub,
Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi, Lebaksiu sebagian wilayah Suradadi, Warureja,
Kedungbanteng dan Pangkah;
Kabupaten Tegal Dalam Angka 2015 3
3.
Daerah dataran tinggi/pegunungan meliputi Kecamatan Jatinegara, Margasari,
Balapulang, Bumijawa, Bojong,
sebagian Pangkah dan Kedungbanteng.

2-1

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

TABEL II. 1 KOMPOSISI LAHAN DI KABUPATEN BLORA

JENIS KOMPOSISI
Menurut
Tesktur
Tanah :
Halus
Sedang
Kasar
Menurut
Kedalaman
Efektif Tanah :
0 30 cm
31 60 cm
61- 90 cm
>90 cm

LUAS (HA)

PERSEN (%)

28.480,361
152.626,436
952,000

15.64
83.83
0.53

1.879,468
10.396,872
54.820,046
114.962,411

1.03
5.71
30.11
63.15

Sumber : Blora Dalam Angka, 2015

Klasifikasi kedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten Blora terbagi


dalam empat kelas, yaitu: <30 cm, 30-60 cm, 60-90 cm dan >90 cm. Kabupaten
Blora secara umum mempunyai kedalaman efektif lebih 90 cm dimana jenisjenis tanaman tahunan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,
karena kedalaman efektif tanah berpengaruh terhadap wialayah perakaran
tanaman, jenis tanaman dan tegakan tanaman.

umber: RTRW Kabupaten Blora, 2011

GAMBAR 2. 1 PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BLORA

2-2

2.1.2

Kependudukan

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Jumlah penduduk Kabupaten Blora Tahun 2014 mencapai 848.369 jiwa,


dengan rincian laki-laki sebanyak 417.582 jiwa dan perempuan sebanyak
430.787 jiwa. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui
dari angka rasio jenis kelamin (sex ratio).
Sex ratio merupakan nilai perbandingan penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan di suatu daerah. Nilai sex ratio yang lebih besar dari 100
mencerminkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan
penduduk

perempuan,

dan

sebaliknya

nilai

sex

ratio

dibawah

100

mencerminkan di suatu daerah jumlah penduduk perempuan lebih besar


dibandingkan penduduk laki-laki. Sex Ratio Kabupaten Blora tahun 2014
adalah 96,93.
Indikator penting untuk melihat persebaran penduduk adalah rasio
kepadatan penduduk (density ratio), yang sangat berkaitan erat dengan daya
dukung (carrying capacity) suatu wilayah. Indikator kepadatan penduduk
merupakan rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk
terhadap luas wilayah.
Diantara enam belas kecamatan yang ada, Kecamatan Cepu dan
Kecamatan

Blora

merupakan

kecamatan

yang

paling

padat

penduduknya. Kecamatan Cepu merupakan kecamatan dengan luas wilayah


paling kecil, namun dapat dikatakan bahwa perekonomian Kabupaten Blora
berkembang di kecamatan ini. Sedangkan Kecamatan Blora sebagai ibu kota
kabupaten, merupakan pusat perekonomian Kabupaten Blora.

Adapun

Kecamatan Jiken merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk


terkecil.
TABEL II. 2 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

KECAMATAN
Jati
Randublatung
Kradenan
Kedungtuban
Cepu
Sambong
Jiken
Bogorejo
Jepon
Blora
Banjarejo
Tunjungan
Japah

LAKILAKI
22.580
37.133
19.701
27.319
36.068
12.493
19.026
11.783
29.994
45.761
28.775
22.733
16.720

PEREMPUAN
23.340
38.251
19.863
28.028
37.264
12.896
19.503
12.182
30.816
47.597
29.382
23.496
17.398

JUMLAH
(JIWA)
45.920
75.384
39.564
55.347
73.332
25.389
38.529
23.965
60.810
93.358
58.157
46.229
34.118

SEX
RATIO
96,74
97,08
99,18
97,47
96,79
96,88
97,55
96,72
97,33
96,14
97,93
96,75
96,10
2-3

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

NO
14
15
16

KECAMATAN
Ngawen
Kunduran
Todanan
JUMLAH

LAKILAKI
28.336
31.075
28.085
417.582

PEREMPUAN
28.782
32.123
29.866
430.787

JUMLAH
(JIWA)
57.118
63.198
57.951
848.369

SEX
RATIO
98,45
96,74
94,04
96,93

Sumber : Blora Dalam Angka, 2015

Dari data jumlah penduduk diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
terbanyak berada di Kecamatan Blora yaitu sebanyak 93.368 jiwa yang terdiri
dari 45.761 penduduk laki-laki dan 47.597 penduduk perempuan.
TABEL II. 3 KEPADATAN PENDUDU KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

NO

KECAMATAN

LUAS
(KM2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Jati
Randublatung
Kradean
Kedungtuban
Cepu
Sambong
Jiken
Bogorejo
Jepon
Blora
Banjarejo
Tunjungan
Japah
Ngawen
Kunduran
Todanan
JUMLAH

183,621
211,131
109,508
106,858
49,145
88,750
168,167
49,805
107,724
79,786
103,522
101,815
103,052
100,982
127,983
128,739
1.820,588

KEPADATA
N (JIWA/
KM2)
250
357
361
518
1.492
286
229
481
564
1.170
562
454
331
566
494
450
466

Sumber : Blora Dalam Angka, 2015

Kecamatan Cepu merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi


dengan kepadatan mencapai 1.492 jiwa/km 2. Sedangkan Kecamatan Jiken
merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah di kabupaten Blora dengan
kepadatan hanya sekitar 229 jiwa/km2.
2.1.3

Penggunaan Lahan
Kabupaten Blora memiliki luas wilayah sebesar 182.058,797 hektar yang
terbagi atas 16 kecamatan, dengan ketinggian antara 40 sampai dengan 500
meter di atas permukaan laut (meter dpl). Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Randublatung yang luasnya sebesar 211,131 kilometer persegi
atau sekitar 11,60 persen dari total luas Kabupaten Blora, disusul Kecamatan
Jati sebesar 10,09 persen dan Kecamatan Jiken sebesar 9,24 persen.
Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Cepu
sebesar 49,145 kilometer persegi atau hanya sekitar 2,70 persen dari total luas
2-4

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Kabupaten Blora, disusul

Kecamatan Bogorejo sebesar 2,74 persen dan

Kecamatan Blora sebesar 4,38 persen.

Kunduran
7.03%

Todanan
7.07%
Jati
10.09%

Ngawen
5.55%
Japah
5.66%

Randublatung
11.60%

Kradenan
6.01%

Tunjungan
5.59%

Kedungtuban
5.87%

Banjarejo
5.69%
Blora 4.38%

Jiken
9.24%
Jepon
5.92%

Cepu
2.70%
Sambong 4.87%

Bogorejo
2.74%

GAMBAR 2. 2 LUAS LAHAN KABUPATEN BLORA MENURUT KECAMATAN (%)

Sebagian besar lahan di Kabupaten Blora merupakan lahan kering/bukan


sawah yaitu mencapai 136.046,81 Ha atau 74,73 persen dan lahan sawah
dengan luas 46.011,99 Ha atau 25,27 persen. Lahan sawah sebagian besar
terdiri dari lahan sawah tadah hujan dengan luas 29.585,99 Ha atau sekitar
64,30 persen dari seluruh luas sawah yang terdapat di Kabupaten Blora. Lahan
sawah tadah hujan adalah

dua kali lipat lebih luas jika dibandingkan lahan

sawah irigasi yang hanya seluas 14.170,000 Ha atau sebesar 30,79 persen.
Lahan sawah irigasi tersebut juga lebih kecil jika dibandingkan dengan lahan
yang digunakan untuk bangunan dan pekarangan yang tercatat seluas
16.991,43 Ha. Dari fenomena yang ada semakin lama lahan untuk pertanian
semakin berkurang, sementara lahan untuk perumahan dan lainnya semakin
bertambah.
Lahan bukan sawah sebagian besar merupakan kawasan atau daerah
hutan yang mencapai 90.416,251 Ha atau sekitar 49,66 persen dari total luas
Kabupaten Blora. Sedangkan kawasan terluas berikutnya adalah tegal/kebun
dan bangunan/pekarangan yang masing-masing seluas 26.182,47 Ha dan
16.991,429 Ha. Luas lahan sawah dan tegalan semakin hari semakin
menyempit akibat adanya alih fungsi lahan. Data selama lima tahun terakhir
menunjukkan lahan sawah dan tegalan setiap tahunnya pasti mengalami alih
fungsi lahan terutama untuk pemukiman. Fenomena makin menyempitnya
lahan untuk pertanian sangat berpengaruh terhadap perkembangan produksi
pertanian.
2-5

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Sumber: RTRW Provinsi Jateng, 2009

GAMBAR 2. 3 PETA PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BLORA


TABEL II. 4 LUAS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

JENIS PENGGUNAAN
A. LAHAN SAWAH
Irigasi Teknis
Irigasi Setengah Teknis
Irigasi Sederhana
Irigasi Desa / Non PU
Tadah Hujan
P2AT
B. LAHAN
BUKAN
SAWAH
Bangunan & Pekarangan
Tegal / Kebun
Waduk
Hutan
Perkebunan
Pertambangan
Lain - Lain
JUMLAH

LUAS (HA)
46.011,99
7.449,00
967,00
4.114,00
1.640,00
29.585,99
2.256,00
136.046,81

PERSEN (%)
25,27
4,09
0,53
2,26
0,90
1625
1,24
74,73

16.991,43
26.182,47
56,96
90.416,52
4,00
21,60
2.373,82
182.058,80

9,33
14,38
0,03
49,66
0,00
0,01
1,30
100,00

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

Lahan sawah terluas berada di Kecamatan Kunduran sebanyak


5.551 hektar atau mendominasi 12,06 persen luas lahan sawah di Kabupaten
Blora. Peringkat kedua diduduki Kecamatan Kedungtuban sebesar 10,15
persen atau seluas 4.671 hektar. Sedangkan kecamatan yang lain luas
2-6

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

sawahnya kurang dari sepuluh persen dari total luas sawah di Kabupaten

Blora, dengan luas sawah terkecil di Kecamatan Sambong sebesar 2,77


persen atau seluas 1.275 hektar.
6,000.000
5,000.000
4,000.000
3,000.000
2,000.000
1,000.000
0.000

GAMBAR 2. 4 LUAS LAHAN SAWAH MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN


BLORA
TAHUN 2014

2.2 PROFIL POTENSI


2.2.1

Pertanian

1. Tanaman Pangan
Sektor pertanian masih merupakan sektor andalan bagi Kabupaten Blora
yang disinyalir masih mempunyai cukup banyak potensi sumber daya alam
yang masih belum dikelola secara optimal. Pembangunan disektor tersebut
sekarang ini masih merupakan salah satu prioritas pembangunan ekonomi.
Sektor pertanian selain sebagai penyedia kebutuhan pangan bagi penduduk,
juga menyerap tenaga kerja sebagian besar penduduk serta menjadi sumber
pendapatan daerah. Dalam masa krisis ekonomi sektor pertanian masih
mampu bertahan dengan memberikan kontribusi yang cukup berarti
terhadap perekonomian daerah.
Penyediaan pangan yang mencukupi baik dari segi kuantitas maupun

kualitas

gizinya

akan

mendukung

terwujudnya

manusia

dan

masyarakat yang berkualitas. Untuk melaksanakan hal tersebut,


Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Blora

melaksanakan

program

peningkatan produktivitas pertanian dan pemasaran hasil pertanian.


Program
peningkatan

peningkatan
produksi

produksi

pertanian,

pertanian

penyediaan

meliputi

produksi

penyuluhan

pertanian

dan

pengembangan bibit unggul pertanian, sedangkan program peningkatan


2-7

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

produksi hasil peternakan meliputi pembangunan sarana dan prasarana


pembibitan ternak, pembibitan dan perawatan ternak dan pengembangan

agribisnis peternakan. Program peningkatan pemasaran hasil produksi


pertanian/perkebunan

dilaksanakan

melalui

penyuluhan

distribusi

pemasaran atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat.


Disamping itu untuk peningkatan kesejahteraan petani dilaksanakan
penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agrobisnis.
2. Tanaman Padi dan Palawija
Produksi beras memegang peranan penting
untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagian
besar penduduk Kabupaten Blora. Komoditi ini
menjadi sangat penting karena merupakan
komoditas pokok. Dengan naik turunnya harga
beras

akan

sangat

berpengaruh

terhadap

perilaku masyarakat secara umum.


Produksi padi pada tahun 2014 menurun sekitar 1,54 persen atau terjadi
penurunan produksi sekitar 6.686 ton dari tahun sebelumnya atau turun
menjadi 428.216 ton dari produksi tahun sebelumnya yang tercatat
sebanyak 434.902 ton. Selama tiga tahun terakhir terlihat produksi tanaman
padi mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan produksi padi yang sangat
tergantung terhadap faktor iklim.
TABEL II. 5 PRODUKSI TANAMAN PADI & PALAWIJA KABUPATEN BLORA
TAHUN 2012 - 2014 (TON)

JENIS
PENGGUNAAN
Padi
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Jalar
Ubi Kayu

2012

2013

2014

422.0
95
273.91
2
12.339
3.888
4.749
1.946
35.600

434.9
02
228.43
0
5.205
3.608
2.447
2.649
84.573

428.2
16
245.08
5
15.269
3.231
1.916
2.253
68.517

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

Palawija merupakan komoditi tanaman bahan makanan lain selain padi


yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Blora. Komoditas palawija
antara lain mencakup jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedele, kacang
tanah dan kacang hijau. Produksi palawija tersebut mengalami fluktuasi
selama periode 2012-2014. Lebih rinci untuk komoditas jagung, yang
mendominasi tanaman palawija di Kabupaten

Blora, pada tahun

2014
2-8

produksinya

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

tercatat sebesar 428.216 ton atau meningkat sebesar 7,29

persen dari tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya produksinya mengalami


penurunan, hal ini dapat dilihat dari produksi jagung pada tahun 2012
mengalami penurunan produksi hingga 16,60 persen

atau produksinya

menjadi 228.430 ton dibanding tahun 2012 produksinya tercatat mecapai


273.912 ton.
Demikian juga tanaman palawija lainnya juga mengalami fluktuasi
produksi selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2014, tanaman palawija
cenderung menunjukkan penurunan produksi dibanding tahun sebelumnya,
kecuali tanaman jagung dan kedelai yang mengalami peningkatan.
Data produksi jika dikaitkan dengan data luas panen komoditas tanaman
pangan, dapat diketahui produktivitas komoditas tersebut. Secara umum
terjadi peningkatan produktivitas dari tahun ke tahun. Hal ini tidak terlepas
dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan
usaha pertanian di Kabupaten Blora, sehingga pada gillirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup petani.
3. Hortikultura
Tanaman pertanian lainnya yang termasuk
sebagai

tanaman

bahan

makanan

adalah

tanaman hortikultura. Komoditas hortikultura


merupakan

sumber

pangan

protein

nabati,

vitamin, bahan baku obat (biofarmaka) dan


estetika. Sayur mayur merupakan salah satu
komoditi hortikultura yang penting bagi pemenuhan kesehatan penduduk,
karena kandungan gizi yang vital untuk kebutuhan hidup ada pada sayuran.
Sayuran

yang

diproduksi

di

Kabupaten

Blora

cukup

mendatangkan

pendapatan yang memadai bagi petani seperti bawang merah, cabe merah,
cabe rawit, ketimun, tomat, terung, bayam, kacang panjang dan kangkung.
Dilihat dari produksinya, pada tahun 2014 hampir seluruh jenis tanaman
hortikultura sayuran menunjukkan penurunan, kecuali komoditas ketimun
yang mengalami kenaikan produksi sebesar 20,55 persen dan komoditas
bayam yang mengalami kenaikan sebesar 1,64 persen. Faktor yang
menyebabkan penurunan produksi sayuran secara umum seperti yang
dialami oleh sektor pertanian lain adalah karena komoditi sayuran sangat
tergantung pada kondisi faktor alam.

2-9

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Dalam jangka waktu tiga tahun terakhir, produksi tanaman horikutura


sayuran paling tinggi terjadi pada tahun 2013, dimana seluruh komoditi
menunjukkan kenaikan produksi. Sedangkan produksi terendah dalam tiga
tahun terakhir terjadi pada tahun 2012.
TABEL II. 6 PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA SAYURAN KABUPATEN
BLORA
TAHUN 2012 - 2014 (KW)

JENIS TANAMAN
Bawang Merah
Cabai Merah
Cabai Rawit

2012
7.695
21.3
04
2.390

2013
11.028
125.9
90
20.661

Ketimun
Tomat
Terung
Bayam
Kacang Panjang

2.152
3.881
1.654
2.566
4.743

3.086
8.897
15.964
3.664
18.560

Kangkung

2.332

14.892

2014
8.924
98.7
73
17.50
0
3.884
7.906
9.538
3.725
11.95
2
12.23
8

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

TABEL II. 7 PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA BUAH BUAHAN


KABUPATEN BLORA
TAHUN 2012 - 2014 (KW)

JENIS TANAMAN
Mangga
Pisang
Pepaya
Jambu Air
Jeruk Siam
Belimbing
Jambu Biji
Nangka

2012
391.8
56
542.
309
10.83
7
3.822
26.78
4
3.560
6.366
57.32
5

2013
289.92
5
462.3
61
10.748
3.031
5.247
2.640
5.797
40.408

2014
310.7
10
465.
723
15.69
4
2.305
8.127
2.469
5.275
27.65
2

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

Pada tahun 2014 produksi tanaman hortikultura buah-buahan ada yang


mengalami peningkatan seperti komoditi mangga, pisang, pepaya dan
jeruk siam. Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan produksi
antara lain jambu air, belimbing, jambu biji dan nangka.
Jenis komoditi yang mengalami kenaikan tertinggi adalah jeruk siam
sebesar 54,89 persen, disusul pepaya sebesar 46,02 persen. Sedangkan

2-10

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

komoditi yang mengalami penurunan produksi paling banyak adalah nangka


sebesar 31,51 persen, disusul jambu air sebesar 23,95 persen.
2.2.2

Perkebunan
Tanaman kelapa, kapuk, jambu mete,
kapas, tebu rakyat dan tembakau merupakan
komoditi tanaman perkebunan yang cukup
dominan di Kabupaten Blora. Beberapa jenis
tanaman perkebunan di Kabupaten Blora
pada

tahun

2014

mengalami

penurunan

produksi, seperti kelapa, kapuk, jambu mete


dan kapas. Adanya anjuran penanaman tebu
di wilayah Kabupaten Blora berkaitan dengan
pembukaan pabrik gula, selama beberapa
tahun

terakhir

peningkatan

mampu

produksi

mendorong

tebu.

Produksi

tanaman tebu rakyat meningkat hingga 22,76


persen atau meningkat 3.636,57 ton dari 15.976,20 ton pada tahun 2013
menjadi 19.612,77 ton. Tanaman yang mengalami peningkatan yang cukup
signifikan adalah tembakau yang mengalami peningkatan lebih dari tiga kali
lipat dibanding tahun sebelumnya.
TABEL II. 8 PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN KABUPATEN BLORA
TAHUN 2012 - 2014 (TON)

JENIS TANAMAN
Kelapa
Kapuk
Jambu Mete
Kapas
Tebu Rakyat
Tembakau

2012
123,4
100,9
8
225,8
9
13,31
9.363
,68
1.319,
70

2013
141,9
6
107,08

2014
131,61

305,18

214,25

9,17
15.97
6,20
245,11

1,90
19.61
2,77
760,38

87,19

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

2.2.3

Peternakan
Sasaran

pembangunan

subsektor

peternakan

diarahkan

untuk

meningkatkan produksi dan konsumsi hewani, peningkatan populasi ternak,


peningkatan pendapatan peternak dan pemerataan kesempatan kerja pada
subsektor peternakan diharapkan dapat memanfaatkan teknologi peternakan,
2-11

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

baik untuk meningkatkan produksi, mutu ternak,


pemeliharaan kesehatan ternak dan pemanfaatan
limbah pertanian.
Sub sektor peternakan memiliki potensi yang
layak untuk dikembangkan di Kabupaten Blora.

Usaha peternakan telah memberikan hasil yang


nyata bagi para pelaku usaha (peternak) dalam
rangka

meningkatkan

pendapatan

dan

taraf

hidupnya, disamping membantu usaha perbaikan


mutu gizi makanan rakyat melalui peningkatan
konsumsi protein hewani yang berasal dari ternak.
Populasi ternak di Kabupaten Blora meliputi ternak
besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar
meliputi sapi potong, sapi perah, kerbau dan kuda. Jumlah ternak besar paling
banyak adalah sapi potong yang mencapai 199.584 ekor, diikuti kerbau
sebanyak 1.694 ekor, kuda sebanyak 73 ekor dan sapi perah sebanyak 37 ekor.
Ternak kecil meliputi kambing, domba, babi dan kelinci, dengan jumlah
populasi

masing-masing sebanyak 112.650 ekor; 17.638 ekor, 45 ekor dan

11.151 ekor. Sedangkan kelompok unggas meliputi ayam kampung, ayam


petelur, ayam pedaging. Itik dan angsa, dengan jumlah populasi paling banyak
adalah ayam kampung sebanyak 4.117.761 ekor. Jika dilihat perkembangannya
selama tiga tahun terakhir, populasi hewan ternak baik ternak besar, ternak
kecil maupun unggas menunjukkan kecenderungan peningkatan.
TABEL II. 9 POPULASI TERNAK & UNGGAS MENURUT JENIS TERNAK &
UNGGAS
DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2012 - 2014 (EKOR)

JENIS TERNAK
Sapi Perah
Sapi Potong
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
Kelinci
Ayam Kampung
Ayam Petelur

2012
37
272.9
10
1.779
147
112.0
32
18.38
9
33
10.87
4
1.50
4.81
189.0
61

2013
24
198.80
6
1.518
68
112.12
2
17.319

2014
37
199.58
4
1.694
73
112.65
0
17.638

34
11.065

45
11.151

2.004.
614
188.92
3

4.117.
761
189.23
9
2-12

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

JENIS TERNAK
Ayam Pedaging
Itik
Angsa

2012
1.654
.87
74.62
1
2.861

2013
1.655.
290
74.276

2014
1.655.
461
75.324

2.939

3.103

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

Produk ikutan dari subsektor peternakan antara lain produksi telur dari
ternak unggas dan produksi susu dari sapi perah. Produksi telur ayam
kampung selama periode tahun 2012 2014 terus meningkat, sedangkan
produksi

telur

ayam ras memperlihatkan fluktuasi, meningkat pada tahun

2013 kemudian menurun pada tahun 2014. Produksi telur itik dan susu sapi
segar pada tahun 2012-2014 terus mengalami peningkatan.
TABEL II. 10 PRODUKSI TELUR & SUSU DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2012 2014

JENIS
KOMODITI
Telur Ayam
Kampung
Telur Ayam Ras
Telur Itik
Susu

2012

2013

2014

11.299.
651
21.569
.134
2.831.6
69
13.940

21.449.
651
55.569
.134
2.650.6
69
23.675

25.297.
828
32.107
.397
2.651.3
11
23.677

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

2.2.4

Perikanan
Sumbangan

subsektor

perikanan

terhadap

pendapatan regional masih relatif kecil yaitu dibawah


satu persen. Pada tahun 2014, produksi subsektor
perikanan, hasil budidaya sawah, sungai dan waduk
menunjukkan

adanya

penurunan,

sedangkan

produksi ikan hasil budidaya cekdam/embung


menunjukkan peningkatan. Sebagian besar produksi
ikan di Kabupaten Blora dihasilkan dari tempat
budidaya sungai dan sawah. Minimnya curah hujan di
Kabupaten Blora, menyebabkan produksi ikan tidak
bisa berkembang dengan secara optimal.
TABEL II. 11 PRODUKSI IKAN MENURUT TEMPAT
BUDIDAYA DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2012 - 2014
(KG)

TEMPAT
BUDIDAYA
Sawah

2012

2013

2014

290.12

688.055

308.73
2-13

TEMPAT
BUDIDAYA

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Sungai
Waduk
Cekdam/Embung

2012

2013

2014

0
235.29
0
32.092
21.641

235.
320
32.110
21.650

0
232.82
0
26.500
23.831

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

2.2.5

Kehutanan
Sub sektor kehutanan mempunyai fungsi yang
sangat strategis dalam penyediaan kayu-kayuan
hasil hutan untuk bahan bangunan dan bahan
baku

kerajinan

dan

industri,

juga

sebagai

penjagaan terhadap keseimbangan tata guna air.


Hampir separuh luas lahan di Kabupaten Blora
merupakan

hutan.

Tercatat

89.411,52

Ha

merupakan kawasan hutan negara. Luas lahan


hasil hutan dalam kawasan Perhutani di Kabupaten Blora sebagian besar
ditanami kayu jati yang tercatat seluas 7.157,58 Ha dan mahoni seluas 259,10
Ha. Sedangkan untuk hasil hutan non kayu tercatat jenis tanaman palawija dan
empon-empon yang masing-masing tercatat luasnya sebesar 2.510,30 ha dan
378,70 Ha.

TABEL II. 12 LUAS LAHAN HASIL HUTAN DALAM KAWASAN PERHUTANI


DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2014 (HA)

LOKASI
KPH Randublatung
KPH Blora
KPH Cepu
JUMLAH

PALAWI
JA
2.324,3
0
85,0

EMPON
EMPON
35,70
0,00

101,0

643,00

2.510,3

678,70

JATI
3.246,
00
2.632
,40
1.099
,18
7.15
7,58

MAHO
NI
36,00
185,80
37,30
259,10

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

Hutan Rakyat merupakan hutan yang tumbuh dan dibangun serta dikelola
oleh rakyat, biasanya ditanami jenis tanaman hutan serta dikombinasi dengan
tanaman semusim. Hutan Rakyat sudah sejak lama memberikan sumbangan

2-14

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

ekonomi maupun ekologis baik langsung kepada pemiliknya maupun kepada


masyarakat sekitar.
Dinas Kehutanan Kabupaten Blora mencatat luas hutan rakyat dalam
kurun waktu empat tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2014 luas hutan rakyat tercatat sebesar 18.085.278 hektar atau mengalami
peningkatan 0,38 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Luas lahan kritis di

Kabupaten Blora pada tahun 2014 tercatat seluas 8.006,045 hektar, dengan
rincian 475,830 hektar merupakan lahan kritis atau sekitar 5,94 persen dari
total luas lahan kritis; 3.450,125 hektar lahan agak kritis atau 43,09 persen
serta 4.080,090 hektar merupakan lahan potensial kritis atau 50,96 persen.
2.2.6

Industri
Pembangunan

industri

di

Kabupaten

Blora

bertujuan untuk menciptakan struktur ekonomi


yang

seimbang

landasan

dan

kuat

perekonomian

guna

yang

menciptakan

kokoh.

Sektor

industri terbagi atas industri besar, sedang, kecil,


dan rumah tangga. Diperindagkop dan UMKM
Kabupaten Blora mencatat kegiatan industri yang
dominan di Kabupaten Blora adalah industri
kecil dan rumah tangga. Kegiatan industri rumah tangga yang paling banyak
dijumpai di Kabupaten Blora antara lain industri anyaman bambu, industri
kerupuk dan sejenisnya serta industri tempe. Industri anyaman bambu di
Kabupaten Blora pada tahun 2014 tercatat sebanyak 2.583 buah yang mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 4.918 orang, sedangkan industri kerupuk dan
sejenisnya tercatat sebanyak 1.403 buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
2.287 orang serta industri tempe tercatat sebanyak 1.080 buah dan mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 2.162 orang.
Jika dilihat perkembangannya, jumlah industri rumah tangga pada tahun
2014 (sebanyak 10.471 buah) lebih tinggi dibanding tahun 2013 (sebanyak
10.414 buah) namun masih lebih rendah jika dibandingkan tahun 2012
(sebanyak 10.619 buah). Sedangkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap
oleh industri rumah tangga selama tiga tahun terakhir menunjukkan adanya
peningkatan. Pada tahun 2012 tenaga kerja industri rumah tangga tercatat
sebanyak 23.392 orang meningkat pada tahun 2013 menjadi 23.606 orang dan
meningkat lagi menjadi 23.719 orang pada tahun 2014.

2-15

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Jenis industri kecil yang paling banyak dijumpai di Kabupaten Blora

adalah industri perabot rumah tangga, industri batu bata serta industri
genteng press. Jumlah industri kecil di Kabupaten Blora selama tiga tahun
terakhir menunjukkan peningkatan, demikian pula dengan penyerapan tenaga
kerja yang terjadi pada jenis industri ini juga memperlihatkan peningkatan.
Jika dilihat dari jumlah perusahaan industri besar/sedang yang paling
banyak terdapat di Kabupaten Blora adalah industri pengolahan kayu dan
mebel sebanyak 17 buah dan industri pupuk organik sebanyak 4 buah.
Namun jika dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya, industri rokok kretek
merupakan jenis industri besar/sedang yang paling banyak menyerap tenaga
kerja dibandingkan jenis industri yang lain. Industri rokok kretek pada tahun
2014 mampu menyerap tenaga kerja hingga lebih dari seribu orang. Jumlah
perusahaan industri besar/sedang selama tiga tahun relatif stabil, berbeda
dengan jumlah tenaga yang diserap menunjukkan kecenderungan fluktuatif.
Jumlah tenaga kerja industri besar/sedang pada tahun 2012 tercatat sebanyak
2.417 orang meningkat menjadi 2.566 orang pada tahun 2013 kemudian
kembali turun pada tahun 2014 menjadi 2.312 orang.
2.2.7

Energi
Ketersediaan energi yang memadai berperan
penting dalam pembangunan daerah, karena
berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian
dan

aktivitas

penduduk.

Kebutuhan

ketenagalistrikan di Kabupaten Blora dipasok


oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) yaitu
PLN UPJ Blora dan PLN UPJ Cepu. Seluruh
desa/kelurahan

di

Kabupaten

Blora

telah

mendapat aliran listrik PLN, dengan jumlah pelanggan selama tiga tahun
terakhir terus meningkat. Jumlah pelanggan listrik paling banyak terdapat di
Kecamatan Blora sebanyak 25.311 pelanggan, disusul Kecamatan Cepu
sebanyak 22.504 pelanggan dan

Kecamatan Randublatung sebanyak 18.184

pelanggan.

2-16

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
30,000
25,311

25,000

22,504
18,184

20,000
15,000

14,987

14,302
12,769

14,081
12,028

10,000

15,976

16,279

9,401
7,132
6,019

7,382

13,964

5,726

5,000
-

GAMBAR 2. 5 JUMLAH PELANGGAN LISTRIK PLN MENURUT KECAMATAN


TAHUN 2014

Ketersediaan air bersih di Kabupaten Blora dipasok oleh PDAM Tirta


Amerta, satu-satunya BUMD Kabupaten Blora yang bergerak di bidang air
bersih. PDAM Tirta Amerta mencatat baik jumlah pelanggan maupun jumlah
air bersih yang disalurkan selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan.
Dibanding tahun sebelumnya jumlah pelanggan PDAM pada tahun 2014
meningkat 5,76 persen, jumlah air yang disalurkan meningkat 12,01 persen
dan nilai produksi meningkat 19,76 persen
TABEL II. 13 JUMLAH PELANGGAN, JUMLAH AIR YANG DISALURKAN & NILAI
PRODUKSI PDAM TAHUN 2012 - 2014

TAHUN

JUMLAH
PELANGGAN

2012
2013
2014

JUMLAH AIR
DISALURKAN (M3)

11.464
12.926
13.671

1.966.495
2.184.040
2.446.307

NILAI
PRODUKSI
(000RP)
6.611.088
7.763.242
9.297.402

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

2.2.8

Perdagangan
Sektor

perdagangan

memiliki

posisi

penting

dalam

perekonomian

Kabupaten Blora. Kegiatan perdagangan di Kabupaten Blora tidak hanya


melayani kebutuhan penduduk lokal, tetapi juga bagi penduduk di wilayah
sekitarnya. Ketersediaan infrastruktur yang menunjang sektor perdagangan
dapat menjadikan Kabupaten Blora sebagai pusat koleksi dan distribusi barang
dan jasa. Perkembangan perusahaan perdagangan di Kabupaten Blora terus
mengalami peningkatan. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan
(BPMPP)

Kabupaten

Blora

mencatat

bahwa

pada

tahun

2014

jumlah

2-17

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Perusahaan Dagang (PD) sebanyak 714 buah,


dengan

kategori

kecil

sebanyak

519

buah;

kategori sedang sebanyak 131 buah dan kategori


besar sebanyak 64 buah.

600

519

400
131

200

64

0
PD Kecil

PD Sedang

PD Besar

GAMBAR 2. 6 JUMLAH PERUSAHAAN DAGANG MENURUT KATEGORI TAHUN


2014

Pembangunan

ekonomi

selalu

ditujukan

untuk

mempertinggi

kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya seperti juga halnya dengan


pembangunan ekonomi pasar. Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi yang
mendorong

dan

memperlancar

kegiatan

yang

bersifat

ekonomi

bagi

masyarakat, disamping itu juga mampu memberikan peran yang maksimal


terhadap penciptaan kesempatan kerja. Pasar tradisional menjadi salah satu
jantung perekonomian masyarakat. Kedudukan pasar tradisional masih tetap
penting dan menyatu dalam kehidupan masyarakat. Banyak masyarakat yang
masih membutuhkan pasar tradisional dalam mencari pendapatan dan juga
kebutuhan dalam transaksi jual beli.
Dinperindagkop dan UMKM Kabupaten Blora mencatat jumlah pasar di
Kabupaten Blora pada tahun 2014 sebanyak 68 buah, yang terdiri dari 13 buah
pasar umum, 43 buah pasar desa, 11 buah pasar hewan serta 1 buah pasar
buah.

2-18

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
43

50
40
30
20
10
0

13

11
1

Pasar UmumPasar DesaPasar Hewan

Pasar Buah

GAMBAR 2. 7 JUMLAH PASAR MENURUT JENISNYA TAHUN 2014

Jika dirinci menurut kecamatan, jumlah pasar terbanyak yaitu sebanyak


6

buah

dimiliki

Kecamatan

oleh

Blora,

Kecamatan

Kecamatan

Randublatung,

Ngawen

dan

Kecamatan

Kecamatan

Cepu,

Todanan.

Sedangkan jumlah pasar paling sedikit adalah 2 buah yang dimiliki oleh
Kecamatan Bogorejo, Kecamatan Tunjungan dan Kecamatan Japah.

GAMBAR 2. 8 JUMLAH PASAR MENURUT KECAMATAN TAHUN 2014

2.2.9

Perhubungan & Komunikasi


1. Prasaran Jalan & Angkutan
Darat
Pembangunan

sarana

dan

prasarana

memiliki peran yang sangat penting dalam


mendukung

aktivitas

ekonomi

terutama

sebagai modal dasar dalam memfasilitasi


interaksi dan komunikasi diantara kelompok
masyarakat

serta

mengikat

dan

menghubungkan

antar

wilayah.
2-19

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Pembangunan sarana dan prasarana diharapkan mampu menjadi motor


penggerak pertumbuhan ekonomi dan mendukung daya saing daerah.
Dukungan

sarana

dan

prasarana

terhadap

pertumbuhan

ekonomi

diwujudkan dalam peran jaringan transportasi, komunikasi dan informatika


yang memungkinkan orang, barang dan jasa bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain dan pertukaran informasi secara cepat.
Secara geografis posisi Kabupaten Blora merupakan salah satu poros dari
koridor transportasi yang menghubungkan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Ketersediaan jalan merupakan bagian pokok dalam distribusi barang
dan akan menjamin lancarnya arus manusia dan barang. Disamping itu
keberadaan jaringan jalan juga membantu sektor lainnya seperti sosial,
budaya, ekonomi, keamanan untuk berkembang.
Total panjang jalan (meliputi jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota) di
Kabupaten Blora sampai tahun 2014 adalah sepanjang 948,270 km. Dari
total panjang jalan tersebut, yang status pengelolaannya berada di
Pemerintah Kabupaten Blora adalah sepanjang 794,690 km.
Berdasarkan kondisi jalan yang ada, jalan Kabupaten Blora dengan
kondisi baik sepanjang 373,862 km, kondisi sedang 245,935 km, rusak
239,76 km dan rusak berat 88,713 km. Masih cukup tingginya kondisi jalan
dalam keadaan rusak (25,28 persen kondisi jalan rusak dan 9,36 persen
kondisi

jalan rusak berat), mengindikasikan bahwa penanganan dan

pemeliharaan jalan masih belum menyentuh seluruh wilayah terutama di


daerah pedesaan.
Kondisi ini berpotensi mengurangi fungsi jalan yang akibatnya juga
terganggunya

sistem

transportasi

pedesaan.

Sebagai

upaya

untuk

meningkatkan ketersediaan infrastruktur jalan yang memadai, beberapa


program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah, antara
lain peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan baik rutin maupun
berkala.
TABEL II. 14 PANJANG JALAN MENURUT KONDISI JALAN TAHUN 2014

KONDISI
JALAN
Baik
Sedang
Rusak
Rusak
Berat
JUMLAH

JALAN
KABUPATEN
283,380
178,920
231,640
103,750
797,690

JALAN PROVINSI

TOTAL JALAN

50,930
80,385
19,105
3,160

334,310
259,305
250,745
106,910

153,580

951,270

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

2-20

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Transportasi darat memegang peranan penting dalam mobilitas barang


dan penumpang di Kabupaten Blora, tidak hanya di dalam Kabupaten Blora
tetapi juga antar kota dan provinsi. Jumlah kendaraan bermotor di
Kabupaten

Blora

selama

tiga

tahun

terakhir

terus

menunjukkan

peningkatan. Sepeda motor merupakan jenis kendaraan dengan jumlah


terbanyak yaitu 259.868 buah serta mengalami kenaikan jumlah tertinggi
sebanyak 11,48 persen.
Selain kendaraan bermotor, transportasi darat yang berada di wilayah
Kabupaten Blora adalah kereta api. Perum Kereta Api Stasiun Cepu
mencatat kenaikan jumlah penumpang pada tahun 2014 sebesar 33,83
persen.

Jumlah

penumpang

terbanyak

terjadi

pada

bulan

Desember

sebanyak 19.544 orang serta bulan Agustus sebanyak 19.417 orang,


sedangkan bulan Februari jumlah penumpangnya paling sedikit yang
tercatat sebanyak 11.902 orang.

2. Pos & Telekomunikasi


Peningkatan

penyelenggaraan

serta

pembangunan

pos

dan

telekomunikasi ini, telah meningkatkan penyebaran informasi dalam segala


aspek kehidupan seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan. Selain pos dan telekomunikasi memiliki fungsi
sosial, menghilangkan isolasi terhadap daerah terpencil, juga merupakan
alat terdepan dalam upaya menghimpun dan menyalurkan potensi kegiatan
ekonomi dari dan kepada seluruh lapisan dan anggota masyarakat.
Jumlah surat terbanyak, baik yang dikirim maupun yang diterima,
sepanjang tahun 2014 adalah jenis surat pos ekspres. Jenis surat ini justru
mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan
jenis surat biasa dan surat kilas khusus selama tahun 2014, baik yang
dikirim maupun yang diterima, mengalami penurunan dibanding tahun
tahun sebelumnya. Untuk jenis surat luar negeri baik yang dikirim maupun
yang

diterima

mengalami

sedikit

kenaikan

dibanding

tahun-tahun

sebelumnya.
Indikator

lain

yang

dapat

digunakan

untuk

mendeskripsikan

penyelenggaraan pembangunan di bidang telekomunikasi dan informasi


salah satunya adalah ketersediaan fasilitas jaringan komunikasi, seperti
pesawat telepon. Jumlah pelanggan telepon berdasarkan catatan Kantor

2-21

Telekomunikasi

Area

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Cepu

tahun

2014

tercatat

sebanyak

11.613

pelanggan yang terdiri dari 338 pelanggan dari pemerintah; 208 pelanggan
dari perusahaan PN/PT serta 11.067 pelanggan dari swasta termasuk
didalamnya adalah pelanggan dari rumah tangga.
2.2.10

Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan memegang peranan penting sebagai

upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk meningkatkan mutu


pendidikan, berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah, baik
peningkatan mutu tenaga pendidik maupun peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan. Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan usia dini di Kabupaten
Blora, terdapat 57 sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)
yang terdiri dari 1 TK/RA negeri dan 527 TK/RA swasta. Jumlah Sekolah Dasar
(SD) di Kabupaten Blora pada tahun 2014 berjumlah 597 sekolah, yang terdiri
dari sekolah negeri sebanyak 584 sekolah negeri dan sekolah swasta sebanyak
13 sekolah. Dilihat dari persebarannya, keberadaan SD tersebar hampir
merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Blora.
Jumlah SMP di Kabupaten Blora sampai Tahun 2014 berjumlah 83 sekolah
yang terdiri dari sekolah negeri sebanyak 53 sekolah dan sekolah swasta
sebanyak 30 sekolah. Sebagaimana halnya pada jenjang sekolah dasar,
persebaran SMP pun cukup merata di seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Blora.
Jumlah SMU/SMK di Kabupaten Blora tercatat sebanyak 11 sekolah
negeri dan 50 sekolah swasta. Persebaran SMU/SMK masih belum merata di
seluruh kecamatan, karena masih ada kecamatan yang belum memiliki sekolah
dengan jenjang SMU/SMK. Jenjang SMU/SMK persebarannya masih terpusat
di Kecamatan Cepu dan Kecamatan Blora.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang ada di Kabupaten Blora pada tahun 2014
berjumlah 69 sekolah, terdiri dari sebuah MI negeri dan 68 MI swasta;
Madrasah Tsanawiyah berjumlah 54 sekolah, terdiri dari sebuah MTs negeri
dan 53 MTs swasta. Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 12 sekolah terdiri dari
MA Negeri 1 sekolah dan MA swasta 11 sekolah

2-22

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

GAMBAR 2. 9 JUMLAH SEKOLAH MNEURUT JENJANG PENDIDIKAN TAHUN


2014

2.2.11

Pengelolaan Sampah
Sarana pengumpul sampah/tinja yang dimiliki Pemerintah Kabupaten

Blora antara lain dump truk/sampah sebanyak 3 buah; truk kontainer sebanyak
4 buah; kontainer sebanyak 56 buah; gerobak dan becak sampah sebanyak 16
buah; tempat pembuangan akhir sebanyak 2 buah; truk tinja satu buah;
transfer depo sebnayak 5 buah; instalasi pengolah tinja sebanayak 1 buah dan
landasan container sebanyak 30 buah.

GAMBAR 2. 10 SARANA PENGUMPUL SAMPAH / TINJA YANG DIMILIKI


PEMERINTAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

2-23

2.2.12

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya adalah dalam rangka


peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang antara lain dapat dilihat dari
meningkatnya kualitas hidup masyarakat dan bertambahnya usia harapan
hidup. Sarana kesehatan di Kabupaten Blora meliputi rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, balai pengobatan dan rumah bersalin.
TABEL II. 15 SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

KECAMAT
AN

RUMAH
SAKIT

Jati
Randublatu
ng
Kradenan
Kedungtuba
n
Cepu
Sambong
Jiken
Bogorejo
Jepon
Blora
Banjarejo
Tunjungan
Japah
Ngawen
Kunduran
Todanan
JUMLAH

PUSKESMAS

PUSTU

2
2

1
3

BALAI
RUMAH
BERSAL
IN

PENGOBAT
AN

3
7

1
2

3
3

3
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
26

2
2
3
3
4
5
3
3
4
4
4
5
58

2
4
2
1

1
1

1
1

23

12

1
1

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

Rumah sakit yang berada di Kabupaten Blora terdiri dari rumah sakit
yang dikelola pemerintah sebanyak 3 buah dan rumah sakit swasta sebanyak 3
buah. Puskesmas yang ada terdiri dari 26 buah puskesmas dan Puskesmas
Pembantu sebanyak 58 unit yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Blora, balai pengobatan sebanyak 23 unit dan rumah bersalin
sebanyak 12 unit.
Strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus khusus
pada ibu dan anak dapat dilakukan pada Posyandu. Hingga tahun 2014,
terdapat 1.282 posyandu di Kabupaten Blora. Analisis rasio posyandu terhadap
jumlah balita perlu dilakukan dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan
pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan
agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan
dan atau ditingkatkan. Untuk kondisi di Kabupaten Blora, rasio ketersediaan

2-24

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

posyandu terhadap balita terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 3


(tiga) tahun terakhir. Pada tahun 2014, satu posyandu telah mampu melayani
hingga 44 balita.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam


bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan
menjalankan

di bidang kesehatan yang memerlukan


pelayanan

kesehatan.

Tenaga

kewenangan dalam

kesehatan

yang

berada

di

Kabupaten Blora antara lain : dokter umum sebanyak 34 orang; dokter gigi
sebanyak 11 orang; perawat umum sebanyak 210 orang; perawat gigi
sebanyak 20 orang dan bidan sebanyak 345 orang. Jika dibandingkan tahuntahun sebelumnya, jumlah perawat umum mengalami kenaikan, sebaliknya
jumlah bidan cenderung mengalami penurunan, sedangkan jumlah tenaga
kesehatan lainnya cenderung stabil atau tidak mengalami perubahan.

GAMBAR 2. 11 PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI


KABUPATEN BLORA TAHUN 20112-2014

2.2.13

Kebudayaan

2-25

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Kebudayaan sangat terkait erat dengan kualitas

hidup manusia dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan


2 (dua) sasaran pencapaian pembangunan bidang
sosial

budaya

mewujudkan

dan

keagamaan

masyarakat

yang

yaitu

(i)

untuk

berakhlak

mulia,

bermoral, beretika, berbudaya dan beradab, serta (ii)


mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang
lebih makmur dan sejahtera. Pembangunan seni dan budaya dapat dilihat
berdasarkan jumlah grup kesenian.
Data Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan dan Informatika
Kabupaten Blora menyebutkan bahwa hingga tahun 2014, Kabupaten Blora
memiliki 155 grup kesenian musik modern; 1.071 grup kesenian musik
tradisional; 28 grup kesenian teater modern; 850 grup kesenian teater
tradisional dan 177 grup kesenian tari.
TABEL II. 16 JUMLAH GRUP KESENIAN DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

JENIS GROUP
KESENIAN
Grup Musik Modern
Grup Musik Tradisional
Grup Teater Modern
Grup Teater Tradisional
Grup Tari

2012

2013

146
943
28
825
165

2014

150
1.055
28
846
173

155
1.071
28
850
177

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

2.2.14

Perhotelan & Pariwisata


1. Perhotelan
Pengembangan kepariwisataan saat ini semakin
penting, tidak saja dalam rangka meningkatkan
penerimaan keuangan daerah, akan tetapi juga
dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan
pemerataan

pendapatan.

Setiap

tahun

arus

wisatawan yang datang ke Kabupaten Blora terus


meningkat.

Peningkatan

dengan

peningkatan

maupun

akomodasi

ini

perlu

penyediaan
lainnya

diimbangi

kamar

sehingga

hotel
tidak

menimbulkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran atas kamar atau


akomodasi tersebut.

2-26

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya di bidang akomodasi

penginapan kepada wisatawan, kiranya perlu direncanakan dengan baik


peningkatan atau penambahan jumlah kamar hotel dan akomodasi lainnya.
Sejalan dengan itu perlu juga diperhatikan peningkatan mutu dan jumlah
tenaga kerja pada akomodasi, khususnya tenaga-tenaga profesional di
bidang perhotelan dan kepariwisataan sesuai dengan peningkatan arus
wisatawan yang datang dan menginap. Tersedianya data yang lengkap dan
akurat

tentang

akomodasi

penginapan

diharapkan

dapat

membantu

pemerintah untuk melakukan evaluasi dan perencanaan pembangunan di


bidang kepariwisataan.
Jumlah usaha akomodasi penginapan di Kabupaten Blora pada akhir
tahun 2014 tercatat sebanyak 34 buah yang terdiri dari 2 hotel bintang 1, 2
hotel bintang 3, 1 hotel bintang 4, 1 hotel bintang 5, 25 hotel non bintang, 2
home stay dan 1 resort. Jika dilihat perkembangannya selama lima tahun
terakhir, terlihat jumlah usaha perhotelan di Kabupaten Blora terus
mengalami peningkatan. Dari tahun 2010 tercatat 31 usaha bertambah
menjadi 34 hotel pada tahun 2014. Jumlah usaha akomodasi di Kabupaten
Blora pada akhir tahun 2013 berjumlah 33 usaha pada pertengahan tahun
2014 hotel bintang bertambah 2 usaha, namun pada bolan Oktober 2014 ada
1 usaha hotel non bintang yang ditutup.

GAMBAR 2. 12 PERKEMBANGAN JUMLAH USAHA PERHOTELAN DI


KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2014

2-27

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

GAMBAR 2. 13 PERKEMBANGAN JUMLAH KAMAR TIDUR & TEMPAT TIDUR


USAHA
DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2014

Jumlah kamar dan tempat tidur sebagai salah satu fasilitas hotel terus
mengalami peningkatan selama kurun waktu lima tahun terakhir, dari
jumlah kamar 686 buah dengan 1.134 tempat tidur pada tahun 2010
menjadi 1.117 kamar dengan 1.702 tempat tidur pada tahun 2014.
Melihat lebih jauh lagi mengenai karakteristik usaha akomodasi, pada
tahun 2014 jumlah tamu yang datang dan menginap di usaha akomodasi
tercatat sebanyak 78.700 orang, dengan rincian 78.480 orang tamu
Indonesia dan 220 orang tamu asing. Jumlah tamu Indonesia yang menginap
selalu lebih tinggi dibandingkan tamu asing.

GAMBAR 2. 14 JUMLAH TAMU DATANG & MENGINAP PADA USAHA


PERHOTELAN MENURUT KEWARGANEGARAAN DI KABUPATEN BLORA
TAHUN 2014

Penyerapan tenaga kerja pada usaha akomodasi cukup menggembirakan.


Pada tahun 2014 banyak tenaga kerja usaha akomodasi di Kabupaten Blora
tercatat sebanyak 543 orang atau terjadi peningkatan 36.09 persen
dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar 396 tenaga kerja. Selama lima
tahun terakhir terlihat kecenderungan terjadi kenaikan jumlah tenaga kerja

2-28

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

tiap tahun. Pada tahun 2010 menyerap 280 tenaga kerja, 2011 menyerap
361 tenaga kerja,2012 menyerap 382 tenaga kerja.
2. Pariwisata

Potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Blora meliputi wisata


budaya dan wisata alam. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan
secara optimal, di mana saat ini masih terbatas pada wisatawan lokal.
Beberapa obyek wisata yang ada di Kabupaten Blora antara lain : 6 buah
makam. 3 buah pemandian, 3 buah goa, 1 bumi perkemahan, 2 wana wisata,
4 buah bendungan dan 3 buah wisata geologi, disamping itu terdapat 10
macam upacara adat yang biasanya diminati wisatawan.
Sepanjang

tahun

2014,

wisata

pemandian, wisata bendungan serta


wisata

religi

merupakan
paling

berupa

objek

diminati

makam

wisata

wisatawan

yang
yang

berkunjung ke Kabupaten Blora.


Jumlah wisatawan yang berkunjung
ke objek wisata pemandian tercatat
sebanyak 3.850 orang pengunjung, objek wisata bendungan sebanyak 3.650
orang pengunjung serta objek wisata religi berupa makam sebanyak 2.750
orang pengunjung, sehingga total wisatawan yang berkunjung ke objek wisata
di Kabupaten Blora selama tahun 2014 tercatat sebanyak 14.200 orang
pengunjung.
TABEL II. 17 JUMLAH OBYEK WISATA & PENGUNJUNG TAHUN 2014

JENIS OBYEK
WISATA
Makam
Pemandian
Gua
Bumi Perkemahan
Wana Wisata / LOCO
TOUR
Bendunagn / Telaga
Upacara Adat
Geologi
JUMLAH

JUMLAH
OBYEK
PENGUNJUN
WISATA
G
6
2.750
3
3.850
3
1.250
1
350
2
100
4
10
3
32

3.650
1.500
750
14.200

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

2-29

2.2.15

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Keuangan

Pemerintah Kabupaten Blora menyusun Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah guna menjalankan roda pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan di daerah. Penyusunan anggaran tersebut ditata dalam suatu
sistem anggaran yang mampu meningkatkan efektifitas penyelenggaraan tugas
pemerintahan

daerah,

baik

tugas

umum

pemerintahan

maupun

tugas

pelayanan publik. Meskipun menjadi wewenang pemerintah daerah, tetapi


penyusunan APBD harus tetap mengacu pada APBN sehingga diharapkan
terjadi kesesuaian prinsip anggaran.
Dana untuk pembiayaan pembangunan daerah diutamakan digali dari
sumber kemampuan sendiri dengan prinsip peningkatan kemandirian dalam
pelaksanaan

pembangunan.

Oleh

karena

itu,

untuk

meningkatkan

laju

pembangunan dan berjalannya roda pemerintahan, daerah berupaya menggali


sumber-sumber pendapatan yang baru dan potensial serta memberdayakan
sumber-sumber yang telah ada sebelumnya. Pemerintah Daerah dipacu untuk
meningkatkan kemampuan seoptimal mungkin didalam membiayai urusan
rumah tangga sendiri, dengan cara menggali segala sumber dana yang
potensial yang ada di daerah tersebut. Dalam hubungan ini pengelolaan APBD
di daerah terus disempurnakan agar dapat menghimpun dana yang cukup
untuk membiayai pembangunan.
Untuk
terhadap

menggambarkan
bantuan

pihak

tingkat
eksternal

ketergantungan
diukur

dengan

suatu

kabupaten

besarnya

rasio

ketergantungan. Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin


tinggi tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal. Rasio
ini ditunjukkan oleh rasio PAD terhadap total pendapatan serta rasio dana
transfer terhadap total pendapatan. Rasio PAD terhadap total pendapatan
memiliki makna yang berkebalikan dengan rasio dana transfer terhadap total
pendapatan. Semakin besar angka rasio PAD maka ketergantungan daerah
semakin kecil. Sebaliknya, makin besar angka rasio dana transfer, maka akan
semakin besar tingkat ketergantungan daerah dalam mendanai belanja daerah.
TABEL II. 18 JUMLAH OBYEK WISATA & PENGUNJUNG TAHUN 2014

URAIAN
PAD
Dana
Perimbangan
Sumber Lain
Lain

NILAI (MILYAR RP)


2013
2014
95,193
901,82
5
295,78
2

144,798
1.291,176
80.583

RASIO (%)
2013 201
4
7,36 9,55
69,76 85,1
4
22,88 5,31

2-30

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

URAIAN

NILAI (MILYAR RP)


2013
2014

Pendapatan
Daerah

1.292,
800

1.516,577

RASIO (%)
2013 201
4
100, 100,
00
00

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

Rasio ketergantungan Kabupaten Blora pada tahun 2013-2014 terhadap


dana transfer pemerintah pusat masih sangat tinggi. Kemandirian pembiayaan
pembangunan yang tercermin dari nilai PAD ternyata masih rendah. PAD
Kabupaten Blora pada tahun 2014 walaupun mengalami peningkatan sebesar
49,61 milyar rupiah dari tahun 2013, namun proporsinya hanya sebesar 9,55
persen dari total pendapatan. Dana perimbangan dari pemerintah pusat masih
menjadi modal utama menggerakkan roda pemerintahan. Proporsi dana
perimbangan mencapai 85,14 persen dari total pendapatan, dan proporsi dana
perimbangan mengalami kenaikan dibanding tahun 2013 yang mencapai 43,17
persen. Meningkatnya tingkat kemandirian Kabupaten Blora perlu terus
ditingkatkan dengan meningkatkan penerimaan dari sumber pendapatan asli
daerah.
Selain dari sisi penerimaan, sisi perencanaan pengeluaran juga memiliki
peran yang sangat strategis dalam rangka peningkatan kualitas layanan publik
dan sekaligus menjadi stimulus bagi perekonomian daerah. Alokasi belanja
daerah dapat menjadi komponen yang sangat berperan dalam peningkatan
akses masyarakat terhadap sumber-sumber daya ekonomi yang bermanfaat
bagi kesejahteraan masyarakat. Dan pada akhirnya akan berdampak kepada
perekonomian daerah secara luas.
Untuk menuju pelaksanaan belanja daerah yang berdampak positif
kepada masyarakat perlu diupayakan agar pemerintah daerah mempercepat
realisasi belanjanya dan menjalankan kebijakan belanja yang baik, antara lain
dengan mendorong agar proses penetapan Perda APBD dapat dilakukan secara
tepat waktu, menetapkan anggaran Belanja Modal yang lebih besar dan tepat
sasaran,

mempertajam

penggunaan

anggaran

Belanja

Pegawai,

dan

sebagainya.
Berdasarkan rasio jenis belanja daerah bahwa selama dua tahun terakhir
belanja pegawai masih memegang porsi terbesar walaupun sedikit mengalami
peningkatan. Pada tahun 2013 belanja pegawai mencapai 59,07persen dan
meningkat menjadi 60,94 persen di tahun 2014. Besarnya porsi belanja
pegawai

yang

rutin

dikeluarkan

tersebut

tentunya

akan

mengurangi

2-31

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

keleluasaan menentukan besarnya belanja modal, belanja barang dan jasa,


serta belanja bantuan sosial. Padahal belanja pada ketiga item terakhir

merupakan belanja yang dapat memberikan dampak langsung pada akses


masyarakat terhadap sumber-sumber daya ekonomi yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 2014 belanja modal sebesar 328,500 milyar rupiah atau naik
sebesar 68,450 milyar rupiah atau naik sekitar 26,13 persen dibandingkan
tahun 2013. Untuk belanja barang dan jasa menurun dari 140,523 milyar
rupiah di tahun 2013 menjadi 107,978 milyar rupiah di tahun 2014 atau turun
23,16 persen. Rasio Belanja Modal mencerminkan porsi Belanja Daerah yang
dibelanjakan untuk membiayai Belanja Modal. Belanja Modal ditambah belanja
barang dan jasa merupakan belanja pemerintah daerah yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blora, di
samping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Rasio
Belanja Modal menunjukkan seberapa besar belanja yang dialokasikan
pemerintah Kabupaten Blora untuk pembangunan infrastruktur. Realisasi
Belanja Modal akan memiliki multiplier effect dalam menggerakkan roda
perekonomian daerah. Sehingga kecilnya porsi belanja modal dan belanja
barang jasa akan kurang daya dorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blora.
Jika dilihat menurut fungsinya, realisasi APBD tahun 2014 terbesar
dipergunakan untuk pendidikan yang mencapai 44,13 persen. Persentase ini
menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 45,61
persen dari total APBD digunakan untuk pos pendidikan. Porsi terbesar
berikutnya adalah pelayanan umum sebesar 17,89 persen serta perumahan
dan fasilitas umum sebesar 17,28 persen. Porsi APBD tahun 2014 yang
mengalami kenaikan tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya adalah pos
kesehatan yang meningkat dari 10,58 persen pada tahun 2013 menjadi 12,52
persen pada tahun 2014.
TABEL II. 19 PERSENTASE REALISASI APBD MENURUT FUNGSI TAHUN 20132014

URAIAN
Pelayanan Umum
Ketertiban
&
Ketentraman
Ekonomi
Lingkungan Hidup
Perumahan & Fasilitas
Umum
Kesehatan

PERSENTASE (%)
2013
2014
19,84
17,89
0,63
0,77
5,94
0,32
16,68

6,73
0,30
17,28

10,58

12,52
2-32

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

URAIAN

Pariwisata & Budaya


Pendidikan
Perlindungan Sosial
JUMLAH

PERSENTASE (%)
2013
2014
0,00
0,00
45,61
44,13
0,38
0,38
100,00
100,00

Sumber: Blora Dalam Angka, 2015

Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber pendapatan


daerah tetapi bukan termasuk sumber pendapatan asli daerah. Pajak bumi dan
bangunan (PBB) merupakan pajak pusat, sedangkan daerah hanya menerima
bagian sebagai dana perimbangan. Hasil penerimaan pajak ini diarahkan
kepada tujuan untuk kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan
dengan letak obyek pajak sehingga sebagian besar (90%) hasil penerimaan
tersebut diserahkan kepada daerah dengan rincian 16,2% diserahkan ke
propinsi, 64,8%, merupakan bagian kabupaten atau kota dan 9% merupakan
biaya pungutan. Pajak bumi dan bangunan merupakan pajak pusat yang hasil
penerimaanya diserahkan kembali ke pemerintah daerah sehingga pemerintah
daerah yang bersangkutan dapat memanfaatkan hasil penerimaa pajak
tersebut untuk membiayai pembangunan di daerahnya masing masing. Pada
hakekatnya, pembayaran pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu
sarana perwujudan kegotongroyongan nasional dalam pembiayaan Negara dan
pembangunan nasional.
Penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Blora pada tahun
2014 mengalami kenaikan 4,42 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada
tahun 2013 penerimaan pajak bumi dan bangunan tercatat sebesar 7,25 trilyun
rupiah kemudian meningkat menjadi 7,57 trilyun rupiah pada tahun 2014.
Selama empat tahun terakhir, kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yang
tercatat mengalami peningkatan 6,90 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu pada tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 3,34 persen.
Penerimaan pajak bumi dan bangunan tertinggi dicapai oleh Kecamatan
Blora sebesar 1.021,85 milyar rupiah; disusul Kecamatan Kunduran sebanyak
692,04 milyar rupiah, Kecamatan Cepu sebesar 667,32 milyar rupiah dan
Kecamatan

Kedungtuban

sebesar

665,26

milyar

rupiah.

Jika

dilihat

kontribusinya, Kecamatan Blora memberikan kontribusi 13,50 persen terhadap


total penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Blora tahun 2014.
Kecamatan dengan penerimaan pajak bumi dan bangunan terendah adalah
Kecamatan Sambong sebesar 186,60 milyar rupiah.

2-33

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

GAMBAR 2. 15 PENERIMAAN PAJAK BUMI & BANGUNAN MENURUT


KEMACAMATAN
TAHUN 2014

2.2.16

Bahan Galian
Daerah yang berpotensi :

1. Kecamatan Todanan di Desa Candi,


Dusun Candi Wulung, luas sebarannya
diperkirakan

200

Ha,

dengan

ketebalan rata-rata 5 meter, cadangan


tereka 10.000.000 m3 dan tonasenya
21.440.000 ton

2.

Kecamatan Japah di Desa Gaplokan,

Dusun Genengan, luas sebarannya 160 Ha, dengan ketebalan rata-rata 3


meter, cadangan tereka 4.800.000 m3 dan tonasenya 10.291.200 ton.

3. Kecamatan Tunjungan di Desa Sitirejo Dusun Kulur, luas sebarannya 160


Ha, dengan ketebalan rata-rata 3 meter, cadangan tereka 4.800.000 m 3
dan tonasenya 10.291.000 ton.

4.

Kecamatan Bogorejo di Desa Jurangjero, luasa sebarannya 285 Ha,


dengan ketebalan rata-rata 25 meter, cadangan tereka 71.250.000 m3, dan
tonasenya 127.110.000 ton. Di Desa Gandu luas sebaran 10 Ha dengan
ketebalan rata-rata 15 m, cadangan tereka 10500.000 m3 dan tonasenya
2.676.000 ton.

5. Kecamatan Jepon di Desa Waru, Dusun Sumberan, luas sebaran 110 Ha,
ketebalan rata-rata 25 m dengan cadangan tereka 27.500.000 m 3 dan
tonasenya 49.060.000 ton.
2-34

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

1. Gipsum

Daerah yang berpotensi :

Kecamatan Jati, Desa Pengkoljagung, luas sebaran 90 Ha, cadangan

tereka 1380240 m3 dan tonasenya 13.560 ton.


Kecamatan Randublatung, Desa Tanggel, Dusun Kedungkidung, luas

sebaran 85 Ha, cadangan tereka 68.000 m 3 dan tonasnya 130.560 ton.


Kecamatan Kradenan, Desa Kutukan, Dusun Kutukan, luas sebaran 175

Ha, Cadangan tereka 140.000 m3 dan tonasenya 268.800 ton


Kecamatan Bogorejo, Desa Jurangjero, Dusun Johor dan Lodan wetan.

Luas sebaran 10 Ha, cadangan tereka 8.000 m3, tonasenya 15.360 ton.
Kecamatan Cepu, luas sebaran 75 Ha, cadangan tereka 60.000 m 3,
tonasenya 115.200 ton.

2. Phospat
Daerah yang berpotensi memiliki jenis galian phospat terdapat di
Kecamatan Todanan Desa Tinapan, luas sebaran 50 Ha, ketebalan ratarata 10 m, cadangan volume 3.750.000 m3 dan faktor koreksi 20 %, tonasenya
7.500.000 ton
3. Kalsit
Daerah

yang

berpotensi

memiliki

jenis

galian

kalsit

terdapat

di

Kecamatan Todanan di Desa Sonokulon, luas sebarannya 25 Ha, dengan


ketebalan 0,5 m, cadangan terka 125.000 m3, tonasenya 260.000 ton.
4. Ball Clay
Daerah yang berpotensi memiliki jenis galian ball clay terdapat beberapa
kecamatan antara lain:
2-35

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Kecamatan

Todanan,

Desa

Candi,

luas

sebaran 50 Ha ketebalan rata-rata 4 m,


faktor koreksi 20 %, cadangan tereka
2.000.000 m3, tonasenya 3.536.000 ton
Kecamatan Tunjungan, Desa Sitirejo Dusun

Kulur, luas sebarannya 40 Ha, ketebalan


rata-rata 5 m, cadangan tereka 2.000.000

m3, tonasenya 3.536.000 ton.


Kecamatan Bogorejo, Desa Gandu, Dusun Blimbing, luas sebarannya 55 Ha,
ketebalan rata-rata 20 m, cadangan tereka 11.000.000 m3, tonasenya
8.800.000 ton, sedangkan di Desa Jurangjero sebarannya mencapai 80 Ha
dengan ketebalan rata-rata 30 m, cadangan tereka 24.000.000 m 3 dan
tonasenya 42.432.000 ton.
5. Batubara
Daerah yang berpotensi memiliki jenis
galian

batu

bara

terdapat

di

Desa

Jurangjero Kecamatan Bogorejo yang


mencapai 10 Ha dengan ketebalan 0.3 m,
cadangan tereka 300.000 m3, tonasenya
38.720 ton.

6. Batu Gamping
Daerah yang berpotensi :

Kecamatan Randublatung, Desa Tlogowungu dan Desa Ngliron, luas


sebarannya 70 Ha, ketebalan 7 m, cadangan tereka 30.500.000 m3,

tonasenya 52.460.000 ton.


Kecamatan Kradenan, Desa Megeri dan Desa Mendenrejo, luas sebaran
400 Ha, ketebalan rata-rata 20 m, cadangan tereka 42.500.000 m 3,

tonasenya 97.612.500 ton.


Kecamatan Sambong, Desa Giyanti dan Desa Tumengeng, luas sebaran
615 Ha, ketebalan 1 m, cadangan tereka 6.150.000 m3, tonasenya

10.578.000 ton
Kecamatan Todanan,

meliputi

mencapai

cadangan

1.095

Ha,

Desa

Bicak,

tereka

Wukirsari

137.500.000

m 3,

sebarannya
tonasenya

253.000.000 ton. Untuk Desa Candi, Karanganyar, Bedingin dan Kembang


2-36

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

luas sebarannya 1.825 Ha, dengan ketebalan 9,3 m, cadangan tereka


164.500.000 m3, tonasenya 214.730.000 ton.
Sedangkan untuk Desa Cokrowati luas sebaran 110 Ha dengan ketebalan

7 m, cadangan tereka 7.700.000 m3, tonasenya 13.244.000 ton. Di Desa


Tinapan luas sebaran 545 Ha, ketebalan 8 m, cadangan tereka 43.600.000
m3, tonasenya 80.224.000 ton. Di Desa Sonokulon sebarannya mencapai
305 Ha dengan ketebalan 3 m, cadangan tereka 9.150.000 m 3, tonasenya

16.836.000 ton.
Kecamatan Japah, Desa Gaplokan dan Ngiono, luas sebarannya 975 Ha
dengan ketebalan rata-rata 10 m, cadangan tereka 48.750.000 m 3,

tonasenya 138.274.000 ton


Kecamatan Tunjungan, Desa Kedungrejo dan Nglangitan, luas sebaran
1.035 Ha dengan ketebalan 13 m, cadangan tereka 62.100.000 m 3,

tonasenya 106.812.000 ton


Kecamatan Bogorejo, Desa Jurangjero, luas sebaran 360 Ha, cadangan

tereka 98.000.000 m3, tonasenya 181.280.000 ton


Kecamatan Jepon, Desa Banyubanger, Waru, Soko, dan Nglorogung, luas

sebarannya 790 Ha , cadangan tereka 157.500.000 ton


Kecamatan Jiken, Desa Nglobo, luas sebaran 325 Ha, cadangan tereka

3.250.000 m3, tonasenya 5.590.000 ton.


7. Sirtu
Daerah yang berpotensi :

Kecamatan Kradenan, Desa Menden


(dusun Jiger) panjang sungai yang
potensi sirtu cadangan tereka 80.000

m3, tonasenya 160.000 ton.


Kecamatan
Cepu,
Desa

Ballun,

Kapuan, Jumbung, Ketuan, Panolan

dan Getas, cadangan tereka 180.000 m3 dan tonasenya 360.000 ton.


Kecamatan Ngawen, Desa Bogowanti, cadangan tereka 5.000 m 3

tonasenya 18.750 ton.


8. Batu Pasir
Daerah yang berpotensi :

Kecamatan Todanan, meliputi Desa Ledok dan sekitarnya, luas sebaran


600 Ha dengan ketebalan 2 m, cadangan tereka 12.000.000 m 3 dan

tonasenya 21.792.000 ton.


Kecamatan Tunjungan, Desa Kedungrejo, luas sebaran 250 Ha dengan
ketebalan 2 m, cadangan tereka 5.000.000 ton, dengan tonase 9.080.000
ton.

2-37

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Kecamatan Japah, Desa Ngiono, Gaplokan, Kalinanas, luas sebaran 350

Ha dengan ketebalan 2 m, cadangan tereka 7.000.000 m3 dan tonasenya


12.712.000 ton.
2.2.17

Minyak Bumi
Berdasarkan konsesi tambang-tambang minyak yang pernah ada di

Kabupaten Blora dan data-data pengeboran yang dilakukan kondisi jebakan


minyak dan gas bumi yang ada di Kabupaten Blora dapat diperkirakan sebagai
berikut:
1. Konsesi Tambang Minyak Panolan (Cepu)
Andrian Stoop, penemu pertama
minyak bumi di Cepu melakukan
pengeboran pertamanya di Desa
Ledok,

serta

menyimpulkan

bahwa di Panolan (Cepu) terdapat


ladang minyak yang berkualitas
tinggi dalam jumlah yang besar.
Yang termasuk lapangan Ledok
adalah area Getur dan Nglebur
jebakan-jebakan minyak di areal Getur dijumpai pada kedalaman 94 m dan
kedalaman antara 239 s/d 245 m. Tahun 1893, Adrian Stoop menyimpulkan
bahwa di Panolan terdapat ladang minyak berkualitas tinggi dalam jumlah
besar. Namun, daerah tersebut sudah menjadi konsesi oleh perusahaan lain,
dan perusahaan itu belum melakukan kegiatan pemboran, hanya memiliki izin
selama 6 minggu. Luas area konsesi Panolan ialah 11.977 bahu yang meliputi
Distrik Panolan sampai dengan perbatasan Konsesi Tinawun. Yang termasuk
lapang ledok adalah area Getur dan Nglebur yang produktif sepanjang 2,5 km
dan lebar 1,25 km. Sumber: PPT Migas Cepu, 1994 dalam Martahawienata,
2013)
2. Konsesi Tambang Minyak Jepon
Pada konsesi ini dilakukan pengeboran yang pertama di lapangan Semanggi
(1986) dengan luas produktif area panjang 2,5 km, tebal 0,5 m. Lokasi
ketinggian daerah Semanggi 215 m. Jumlah sumur yang dibor 86 buah
sumur, yang produktif menghasilkan minyak 66 buah sumur dan tidak
menghasilkan 20 buah sumur, kedalam sumur antara 100 s/d 1.270 m.
Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 6 Iapisan.

2-38

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

3.

Konsesi Tambang Minyak Nglobo

Terletak pada ketinggian 90 m


diatas permukaan laut dengan luar
produksi area panjang 1,5 km x 0,5
km.

Tahun

pengeborannya

1909

dengan kedalaman sumur rata-rata


400 s/d 200 m, jumlah sumur yang
dibor

47

buah

sumur

yang

menghasilkan 38 buah sumur, tidak menghasilkan 9 buah sumur. Banyaknya


lapisan yang menghasilkan sebanyak 9 lapisan. Hingga sekarang masih
dilakukan eksploitasi oleh OEP III Pertamina Cepu.
4. Konsesi Tambang Minyak Banyubang
Jumlah sumur di Banyubang ada 33 buah, 14 sumur tidak aktif dan 19 buah
sumur aktif. Di lapangan konsesi Banyubang mempunyai 4 lapisan produktif.
Lapisan 1 kedalam 250 m dengan jumlah sumur sebanyak 11 sumur, lapisan
ke 2 terletak pada kedalaman 260 m dengan jumlah sumur sebanyak 8 buah
sumur, lapisan ke 3 sebanyak 1 buah sumur, lapisan 4 dengan kedalaman 310
m. Pada salah satu sumur dengan kedalaman 677 m diketemukan gas
bertekanan 36 atm. Di Plantungan 66 sumur, yang menghasilkan 2 buah
sumur, 64 sumur tidak aktif.
5. Konsesi Tambang Minyak Trember
Di konsesi Trembes ini terdapat 2 Iokasi lapangan yaitu:
1) Lapangan Trembes
Di lapangan Trembes telah dilakukan pengeboran sebanyak 6 buah
sumur, dengan kedalaman sumur 625 m, lapisan 1 kedalaman 106 m
lapisan 2 dengan kedalaman 352 m, Iapisan 3 dengan kedalaman 1591 m.
Jenis minyaknya parafinis dengan BJ 0,83 pada temperatur 30C.
2) Lapangan Kluwih
Di lapangan Kluwih telah dilakukan pengeboran sebanyak 4 buah sumur
(1899). Disalah satu sumur yang berkedalarnan 265 m mengeluarkan gas
110.000 m3 tiap harinya.
6. Konsesi Lapangan Minyak Metes
Dalam konsesi ini terdapat lapangan minyak yang mempunyai 4 lapisan
produksi. Lapisan 1 kedalam 250 m, lapisan ke 2 terletak pada kedalaman
260 m, Iapisan ke 3 terletak pada kedalaman 285 in, sedang lapisan 4 dengan
kedalaman 310 m. Di lapisan 1 ada 4 sumur dengan produksi seluruhnya

2-39

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

mencapai 3.400 m3 selama 22 bulan, lapisan 2 dibuat 3 sumur, dua sumur


menghasilkan minyak, 1 sumur air asin, lapisan 3 terdapat 2 sumur 1 sumur

memproduksi air dan minyak 1 sumur lagi memproduksi air asin, sedang pada
lapisan 4 terdapat satu sumur, kedalaman 728 m dan 1022 m merupakan
reservoir air.
7. Konsesi Lapangan Minyak Ngiono
Konsesi ini mencakup 2 lapangan yakni lapangan Gaplokan yang terletak
di atas antiklin Gaplokan dan telah dibor sebanyak 2 sumur, sedang Iapangan
Ngiono yang terletak diatas antiklin Ngiono yang memiliki 7 buah sumur. Dan
ke 7 buah sumur yang ada di Ngiono, 2 sumur menghasilkan minyak pada
kedalaman 57 dan 90 m, sedang satu buah sumur lagi menghasilkan gas
dengan tekanan 4 atm. Wilayah lapangan ini tidak dikelola hingga saat
sekarang.
8. Konsesi Tambang Minyak Ngapus
Di lapangan Ngapus baru dilakukan pemboran sebanyak 2 buah sumur,
masing-masing dengan kedalaman 180 m dan 272 m. (Tidak menghasilkan).
Dan kedua sumur ini salah satu sumur menghasilkan gas bertekan 20 atm
pada kedalaman 272 m. Lapangan Ngapus juga tidak dikembangkan karena
tidak memberikan harapan yang baik.
9. Konsesi Tambang Minyak Milik NKPM
Pada konsesi ini diketahui sumur di Petak/Cepu dengan produksi 20 barel
perhari (1914). Pada tahun 1917 diketemukan sumur di Konsesi Trembul
dengan produksi 1 barel per hari, kemudian pada tahun 1936 ditemukan
sumur di Konsesi Lusi dengan produksi 110 barel per hari.

2.3 PDRB
Kondisi ekonomi Kabupaten Blora tahun 2014 sepertinya tidak lebih baik
dari tahun sebelumnya, kondisi tersebut bisa dilihat dari pertumbuhan
ekonomi di tahun tersebut yang melambat, atau pertumbuhan ekonomi tahun
2014 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ini
antara lain disebabkan oleh turunnya beberapa output produk pertanian
dominan, seperti gabah maupun

ketela pohon. Walaupun ada kenaikan

beberapa produk pertanian lainnya, tetapi belum mampu mengimbangi


penurunan produksi gabah karena sumbangan tersebut yang cukup besar.

2-40

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Sampai saat pertanian masih memberikan share yang cukup dominan


pada pembentukan PDRB di Kabupaten Blora, yaitu sebesar 27,22 persen
pada tahun 2014. Dengan share atau sumbangan yang cukup besar tentunya
akan berpengaruh terhadap naik turunnya level PDRB ataupun pertumbuhan
ekonomi. Padahal kegiatan pertanian merupakan kegiatan yang cukup rentan,
banyak faktor yang bisa mengganggu produktifitasnya, dari musim yang
kurang bersahabat, curah hujan yang rendah sampai serangan OPT yang
sangat mudah terjadi. Disamping itu, kecenderungan alih fungsi lahan
pertanian ke fungsi non pertanian (perumahan, industri dan lainnya), sehingga
ketika suatu wilayah dengan PDRB masih didominasi oleh lapangan usaha
pertanian maka pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut biasanya sering
berfluktuasi dan cukup sulit untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi yang

tinggi.
Komponen pembentuk PDRB yang dominan setelah pertanian adalah
lapangan usaha perdagangan dengan share sebesar 16,70 persen dan
diikuti oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian, dimana share
nya tercatat sebesar 14,64 persen dengan 12,60 persen nya adalah dari
pertambangan minyak bumi. Pada tahun 2014 kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi minyak bumi mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding
tahun sebelumnya, maka secara tidak langsung kondisi ini akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Blora. Akibat kondisi-kondisi diatas,
pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 kembali melambat di tahun sebelumnya,
kenaikan beberapa output kegiatan ekonomi lainnya seperti di industri
pengolahan, belum mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Blora yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Di tahun 2014, Indonesia punya gawe besar yaitu pemilihan anggota
legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden. Kegiatan tersebut secara
tidak langsung telah memutar roda ekonomi. Pergerakan masa membutuhkan
akomodasi konsumsi disamping kebutuhan akan transportasi. Disisi lain
kebutuhan akan spanduk, baliho maupun poster ikut pula menyumbang
meningkatnya industri percetakan untuk tumbuh lebih tinggi dari tahun
sebelumnya. Tetapi semua itu ternyata secara
turunnya

komoditas

pertanian

yang

nilai, belum bisa menutup

merupakan

penyumbang

terbesar

terhadap PDRB, sehingga pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 tercatat masih


lebih rendah dari tahun 2013.

2-41

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Pada bulan November, premium naik dari Rp. 6.500 menjadi Rp. 8.500
dan harga solar naik dari Rp. 5.500 naik menjadi Rp. 7.500. Akibat kenaikan

harga BBM tersebut otomatis berdampak pada kenaikan tarif angkutan, baik
angkutan penumpang maupun angkutan barang, yang berimbas pada kenaikan
biaya distribusi barang dan jasa yang berdampak pada meningkatnya hargaharga pada hampir semua kebutuhan pokok masyarakat, yang berpengaruh
pada naiknya angka inflasi. Target inflasi pemerintah di tahun 2014 terlampaui.
Pada tahun 2014 pemerintah menargetkan inflasi berada disekitar angka (4,5
1) persen, tetapi pada tahun tersebut angka inflasi tembus di angka 8,36
persen (Nasional), hampir menyamai angka inflasi di tahun sebelumnya.
Sedangkan inflasi yang bisa dikatakan sebagai penurunan nilai mata uang,
tercatat sebesar 7,13 persen di Blora, sedangkan rata-rata di Jawa Tengah
tercatat sebesar 8,22 persen, lebih rendah dari angka Nasional.
Kenaikan tarif angkutan merupakan jalan keluar yang diterapkan oleh
pelaku

kegiatan

transportasi

yang

digunakan

untuk

menutupi

biaya

operasionalnya, demikian juga kenaikan harga barang dan jasa merupakan


strategi yang ditempuh oleh produsen agar masih bisa memperoleh laba dari
usahanya.

Kenaikan

akan

harga-harga

tersebut

sedikit

banyak

akan

berpengaruh terutama terhadap besaran PDRB adh berlaku, yang akan


menaikkan

pertumbuhan

implisitnya.

Disamping

itu,

juga

berpengaruh

terhadap kenaikan biaya-biaya atau yang kita kenal dengan konsumsi antara.
Kenaikan harga bahan bakar minyak, sebagaimana diketahui bahwa
bahan bakar minyak sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak dan
hampir semua aktifitas ekonomi sangat tergantung, ternyata tidak begitu
terasa dampaknya terhadap produksi barang dan jasa. Kemungkinan karena
kenaikan harga bahan bakar minyak terjadi di akhir tahun (2014) dan
produsen sudah lebih dahulu mengantisipasinya setelah adanya kenaikan
harga bahan bakar minyak di tahun sebelumnya.
Indonesia baru saja memiliki presiden yang baru. Kepemimpinan nasional
yang baru biasanya mempunyai kebijakan-kebijakan yang baru pula, termasuk
juga kebijakan dalam bidang ekonomi. Presiden terpilih memilki agenda
prioritas yang di tuangkan dalam sembilan program atau disebut Nawa Cita,
beberapa isinya antara lain: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; Mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Program-

2-42

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

program tersebut menyiratkan bahwa ada keinginan pemerintah untuk


memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dengan hasil yang bisa dirasakan

untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara luas, bisa menyerap


banyak

tenaga

kerja

yang

secara

tidak

langsung akan menurunkan

angka pengangguran. Yang pada akhirnya pertumbuhan ekonomi akan dapat


mengentaskan kemiskinan.
Mulai

tahun

2014,

Produk

Domestik

Regional

Bruto

disusun

menggunakan tahun dasar baru, yaitu tahun dasar 2010, dimana pada tahuntahun sebelumnya disusun menggunakan tahun dasar 2000. Perubahan tahun
dasar dari tahun dasar 2000 menjadi tahun dasar 2010 merubah wajah PDRB
Kabupaten Blora. Perubahan ini terjadi karena ada pembaharuan konsep,
definisi, klasifikasi, cakupan dan metodologi sesuai rekomendasi dalam SNA
2008. Secara umum perbedaan tahun dasar 2010 dengan tahun dasar
sebelumnya antara lain: memecah kegiatan ekonomi dari 9 sektor menjadi 17
kategori,

level

PDRB

menjadi semakin besar dibandingkan dengan PDRB

yang menggunakan tahun dasar 2000, dan perubahan-perubahan lainnya.


Peningkatan level PDRB antara lain disebabkan oleh:
1. Cakupan

output

pertanian

memperlakukan

Cultivated

Biological

Resources (CBR) yaitu penyertaan pertumbuhan aset alam hasil budidaya


manusia yang belum dipanen sebagai bagian dari output lapangan usaha
yang bersangkutan seperti: nilai tegakan padi yang belum dipanen, nilai
sapi perah yang belum menghasilkan, nilai pohon kelapa yang belum
berbuah/dipanen.
2. Eksplorasi dan evaluasi barang tambang pada tahun dasar 2010 dicatat
sebagai Pembentukan Modal Tetap Bruto yang menjadikan
pertambangan nilainya sangat meningkat dibandingkan

output

dengan tahun

dasar sebelumnya.
3. Menambah cakupan, yaitu memasukkan kegiatan yang sebelumnya belum
tercakup didalam PDRB tahun dasar 2000 tetapi kegitan itu ada
dilapangan,

seperti

industri

pengilangan

migas

dan

angkutan

penyeberangan sungai, termasuk memasukkan kegiatan-kegiatan yang


dulunya belum tercover ataupun adanya kegiatan-kegiatan yang baru.
Pengembangan

ekonomi

lokal

pada

intinya

adalah

pembangunan

berlandaskan pada kemandirian lokal, yaitu suatu upaya meningkatkan


pembangunan disuatu wilayah, dimana tidak semata-mata menekankan pada
peranan kekuatan luar (external forces), tetapi lebih mengutamakan peranan
dari dalam (internal forces), melalui upaya dengan mendorong pengembangan
2-43

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

inisiatif dan partisipasi masyarakat yang kreatif dan produktif, peningkatan

sumberdaya manusia, pemanfaatan sumberdaya ekonomi, sosial, teknologi,


dan kelembagaan, untuk menunjang penciptaan lapangan kerja bagi penduduk
dan masyarakat setempat.
Untuk bisa mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru diperlukan
analisis potensi wilayah. Potensi ekonomi wilayah dapat diketahui dengan
mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai kategori maupun
subkategori ekonomi di wilayah tersebut. Kategori ekonomi yang memiliki
keunggulan, memiliki
diharapkan

dapat

prospek

yang

mendorong

lebih baik untuk dikembangkan dan

kategori-kategori

ekonomi

lain

untuk

berkembang. Tumenggung (1996) memberi batasan bahwa kategori unggulan


adalah

kategori

yang

memiliki

keunggulan

komparatif

advantages) dan keunggulan kompetitif (competitive


produk kategori sejenis dari daerah lain serta mampu

(comparatif

advantages) dengan
memberikan

nilai

manfaat yang lebih besar.


Pada tahun 2014, besaran PDRB menurut harga berlaku Kabupaten Blora
tercatat sebesar 15.055 milyar rupiah yang menunjukkan adanya peningkatan
jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai sebesar 13.544 milyar
rupiah sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 11,15 persen. Pertumbuhan
PDRB menurut harga berlaku merupakan pertumbuhan semu, karena belum
mencerminkan
terpengaruh

pertumbuhan
adanya

faktor

ekonomi

yang

kenaikan

sebenarnya,

harga

atau

dimana

masih

didalamnya

masih

mengandung angka inflasi ataupun deflasi.


Atas dasar harga (ADH) berlaku, lapangan usaha industri pengolahan
memiliki pertumbuhan tertinggi yakni mencapai 23,42 persen, kemudian
disusul oleh jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mengalami pertumbuhan
sebesar 18,09 persen dan lapangan usaha transportasi dan perdagangan yang
mengalami pertumbuhan sebesar 17,94 persen. Tingginya pertumbuhan ADH
berlaku terjadi karena pertumbuhan riil

akibat kenaikan output dan juga

akibat kenaikan harga barang dan jasa yang cukup naik tinggi. Kondisi ini bisa
dilihat dari inflasi dikategori- kategori tersebut yang cukup tinggi.
Untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati keadaan riil atau
pertumbuhan

sebenarnya,

karena

telah

menghilangkan

pengaruh

inflasi/deflasi, dapat diperoleh dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga


konstan.

Untuk

pertumbuhan

PDRB

ekonomi

atas
di

dasar

harga

Kabupaten

Blora

konstan
untuk

(tahun
tahun

2010=100),
2014tercatat

2-44

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

sebesar4,39 persen, atau dari 11.712 milyar rupiah di tahun 2013 menjadi
12.227 milyar rupiah pada tahun 2014. Pertumbuhan tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2013 yang tercatat sebesar 5,36


persen.

Perlambatan

pertumbuhan

ekonomi

tersebut

tidak

lepas

dari

melambatnya pertumbuhan beberapa kategori dominan yang ada di Kabupaten


Blora, seperti lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan serta
lapangan usaha pertambangan dan penggalian.
Atas dasar harga konstan, lapangan usaha industri pengolahan memiliki
pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar14,46 persen, kemudian disusul oleh
lapangan usaha informasi dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan
sebesar 13,03 persen dan lapangan usaha jasa pendidikan yang tumbuh
sebesar 12,73 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang tumbuh
sebesar minus 5,61 persen.
Pertambahan penduduk, bertambahnya ragam kebutuhan masyarakat,
serta perkembangan teknologi informasi yang cukup pesat merupakan
pendorong di lapangan usaha di industri pengolahan. Lapangan usaha ini
merupakan lapangan usaha yang dominan keempat setelah lapangan usaha
pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan industri pengolahan tahun 2014
ini dipicu dengan mulai beroperasinya pabrik gula, yang menyumbang output
cukup

besar

bagi

peningkatan

PDRB

di

tahun

tersebut.

Sedangkan

perkembangan yang sangat pesat teknologi informasi dan telekomunikasi


dengan lahirnya bermacam smartphone juga telah mendorong permintaan
masyarakat akan jasa telekomunikasi tersebut, sehingga di tahun 2014 ini
lapangan usaha tersebut tumbuh cukup bagus. Selanjutnya program-program
pemerintah di bidang pendidikan telah mendorong lapangan usaha jasa
pendidikan tumbuh cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Ada keterkaitan erat antara pertumbuhan beberapa lapangan usaha,
seperti pertumbuhan tinggi di lapngan usaha industri pengolahan akan
mendorong lapangan usaha perdagangan dan jasa keuangan untuk tumbuh.
Hasil-hasil industri akan secara aktif diperdagangakan baik di wilayah sendiri
maupun dijadikan sebagai komoditas ekspor.
Lapangan usaha jasa keuangan merupakan penyedia modal usaha yang
diperlukan oleh tidak hanya kategori tertentu, tetapi hampir semua kegiatan
ekonomi membutuhkan kategori keuangan. Perkembangan kategori keuangan
ini juga sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, serta pola komsumsi

2-45

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

masyarakat. Saat ini yang namanya lembaga-lembaga pembiayaan tumbuh


cukup pesat. Kondisi ini adalah merupakan salah satu imbas dari pola
konsumsi masyarakat yang semakin beragam dan modern.
Lapangan
pertambangan

usaha
minyak

pertambangan
bumi

cukup

penggalian

utamanya

kegiatan

memberikan

pengaruh

terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora, sedangkan pertumbuhan menurut


lapangan usaha cukup fluktuatif dari pertumbuhan 14,46 persen di industri
pengolahan sampai minus 5,61 persen di lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan.

GAMBAR 2. 16 PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BLORA TAHUN


2010-2014
Sumber: Tinjauan PDRB Kabupaten Blora, 2014

2-46

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

GAMBAR 2. 17 PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA


DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

Sumber: Tinjauan PDRB Kabupaten Blora, 2014

2-47

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

GAMBAR 2. 18 PERTUMBUHAN DISTRIBUSI PDRB ADH BERLAKU


KABUPATEN BLORA TAHUN 2014 (%)
Sumber: Tinjauan PDRB Kabupaten Blora, 2014

Lapangan

usaha

pertanian

kontribusinya

cenderung

terus

turun,

sedangkan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran cenderung turun


juga sedangkan lapangan usaha industri pengolahan cenderung naik terutama
dalam lima tahun terakhir. Sedangkan kategori lainnya cenderung berfluktuasi
dari tahun ke tahun.

2-48

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
TABEL II. 20 DISTRIBUSI PDRB ADH BERLAKU KABUPATEN BLORA TAHUN
2010-2014

KATEGO
RI
A

URAIAN

Pertanian, Kehutanan &


Perikanan
B
Pertambangan
&
Penggalian
C
Industri Pengolahan
D
Pengadaan Listrik & Gas
E
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah Daur Ulang
F
Konstruksi
G
Perdagangan Besar &
Eceran; Reparasi Mobil
& Sepeda Motor
H
Transportasi
&
Pergudangan
I
Penyediaan Akomodasi &
Makan Malam
J
Informasi & Komunikasi
K
Jasa
Keuangan
&
Asuransi
L
Real Estate
M, N
Jasa Perusahaan
O
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan & Jaminan
Sosial Wajib
P
Jasa Pendidikan
Q
Jasa
Kesehatan
&
Kegiatan Sosial
R, S, T, U Jasa Lainnya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO DENGAN MINYAK BUMI

2010

2011

2012

2013

2014

30,88

29,71

29,65

29,92

27,22

13,90

15,14

14,12

13,80

14,64

9,65
0,07
0,05

9,81
0,07
0,05

10,15
0,07
0,05

10,27
0,07
0,04

11,41
0,06
0,05

4,12
17,70

3,94
17,69

4,16
17,13

4,12
16,88

4,32
16,70

2,81

2,57

2,58

2,60

2,76

3,60

3,47

3,43

3,30

3,43

1,19
3,09

1,17
3,06

1,17
3,21

1,13
3,20

1,10
3,23

1,42
0,25
4,20

1,35
0,26
3,91

1,33
0,27
3,99

1,32
0,29
3,89

1,37
0,30
3,81

3,99
0,78

4,81
0,81

5,80
0,89

6,18
0,90

6,45
0,96

2,29
100,0
0

2,17
100,0
0

2,01
100,0
0

2,07
100,0
0

2,19
100,0
0

Sumber: Tinjauan PDRB Kabupaten Blora, 2014

Dari tujuh belas kategori kegiatan ekonomi di Kabupaten Blora terdapat


empat kategori yang cukup dominan yaitu, kategori A, B, C dan G, yaitu
lapangan usaha pertanian,kehutanan dan perikanan; lapangan usaha
pertambangan dan penggalian; lapangan usaha industri pengolahan dan
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Jumlah andil dari keempat
kategori dominan tersebut terhadap total PDRB kabupaten tercatat sebesar
69,96 persen pada tahun 2014.
Selain ada kelompok kategori dominan disajikan pula kelompok kategori
produktif, yaitu kategori yang relatif masih dapat ditingkatkan outputnya
karena cukup potensial, yaitu selain kategori tersebut.
2-49

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
TABEL II. 21 DISTRIBUSI PROSENTASE KATEGORI DOMINAN PDRB
KABUPATEN BLORA TAHUN 2013-2014

KATEGO
RI
A
B
C
G

URAIAN
Pertanian, Kehutanan & Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi
Mobil & Sepeda Motor
JUMLAH

ADH
2013
29,92
13,80
10,27
16,88

(%)
2014
27,22
14,64
11,41
16,70

PERU
B (%)
-2,70
0,84
1,13
-0,18

70,88

69,96

-0,91

Sumber: Tinjauan PDRB Kabupaten Blora, 2014

Dilihat struktur perekonomian Kabupaten Blora dalam beberapa tahun


terakhir, sepertinya pergeseran fundamental ekonomi tidak terjadi. Ketika
beberapa kategori menjadi kategori dominan, sepertinya akan tetap seperti itu
dalam kurun waktu yang lama. Sehingga bisa dikatakan untuk bisa merubah
struktur suatu perekonomian, dibutuhkan sumber daya yang cukup besar, baik
sumber daya alam, sumber daya manusia, modal maupun teknologi. Sehingga
ketika suatu kategori dikatakan memiliki kontribusi yang kecil terhadap total
PDRB maka hal itu akan tetap demikian selama belum ada upaya yang luar
biasa untuk menggerakkan roda kategori-kategori tersebut.
Dari tabel II.21 terlihat bahwa peranan kategori-kategori yang tidak
begitu dominan dalam beberapa tahun juga tidak begitu mengalami perubahan
struktur, artinya peran kategori-kategori

tersebut

terhadap fundamental

ekonomi di Blora kemungkinan akan tetap sama dalam beberapa tahun ke


depan.
TABEL II. 22 DISTRIBUSI PROSENTASE KATEGORI PRODUKTIF PDRB
KABUPATEN BLORA TAHUN 2013-2014

KATEGO
RI
D
E
F
H
I
J
K
L
M, N
O
P
Q
R, S, T, U

URAIAN
Pengadaan Listrik & Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah Daur Ulang
Konstruksi
Transportasi & Pergudangan
Penyediaan Akomodasi & Makan Malam
Informasi & Komunikasi
Jasa Keuangan & Asuransi
Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
& Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya
JUMLAH

ADH (%)

PERU
B (%)

2013
0,07
0,04

2014
0,06
0,05

0,00
0,00

4,12
2,60
3,30
1,13
3,20
1,32
0,29
3,89

4,32
2,76
3,43
1,10
3,23
1,37
0,30
3,81

0,20
0,16
0,12
-0,03
0,04
0,05
0,01
-0,09

6,18
0,90
2,07
29,12

6,45
0,96
2,19
30,04

0,27
0,06
0,12
0,19

Sumber: Tinjauan PDRB Kabupaten Blora, 2014

2-50

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Disamping terbagi ke dalam 17 kategori, PDRB juga biasa dikelompokan


berdasarkan atas output maupun input terjadinya proses produksi untuk
masing-masing

kategori

ekonomi.

Pengelompokan

tersebut

terdiri

atas

kategori primer apabila output masih merupakan proses tingkat dasar, kategori
sekunder yakni jika input berasal langsung dari kategori primer dan output
sudah melalui proses lebih dari proses tingkat dasar, sedangkan kategori
tersier apabila output lebih dominan pada pelayanan/jasa.
Pengelompokan kategori PDRB terhadap kelompoknya adalah:
Kelompok Primer : Lapangan usaha pertanian, kehutanan, perikanan dan
pertambangan/ penggalian.
Kelompok Sekunder :

Lapangan

listrik/gas

dan

industri

pengolahan,

pengadaan

air

bersih,

pengadaan
pengelolaan

sampah, limbah dan daur ulang bangunan/kontruksi.


Kelompok Tersier

: Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran,

penyediaan akomodasi dan


makan

minum,

lapangan

usaha

pengangkutan,

pergudangan, lapangan usaha informasi, komunikasi,


jasa keuangan, asuransi, real estate,jasa

perusahaan,

adm pemerintahan /hankam dan jasa-jasa.

TABEL II. 23 DISTRIBUSI PROSENTASE KELOMPOK SEKTOR PDRB


KABUPATEN BLORA TAHUN 2013-2014

URAIAN
Kelompok Primer
Kelompok Sekunder
Kelompok Tersier
JUMLAH

ADH (%)
2013
43,72
14,51
41,77
100,0
0

2014
41,86
15,84
42,30
100,0
0

PERU
B (%)
-1,86
1,33
0,53
0,00

Sumber: Tinjauan PDRB Kabupaten Blora, 2014

Dari ketiga kelompok kategori pada tabel II.23 terlihat bahwa jika
dibandingkan antara tahun 2014 terhadap tahun 2013, terlihat ada pergeseran
kontribusi. Pada kelompok kategori primer terjadi penurunan kontribusi
terhadap total PDRB. Sebaliknya pada kelompok kelompok sekunder dan
kategori tersier mengalami mengalami kenaikan kontribusi terhadap total
PDRB.

2-51

Lapangan

usaha

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

pertanian,

kehutanan

dan

perikanan

merupakan

penggerak utama perekonomian di Kabupaten Blora. Hal ini bisa dilihat dari
sumbangan yang besar dari kategori tersebut terhadap PDRB Kabupaten
Blora. Didalam penghitungan PDRB, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan terbagi dalam beberapa sub lapangan usaha, yakni sub lapangan
usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian, sub lapangan
usaha kehutanan dan penebangan kayu, serta sub lapangan usaha perikanan.
Pada tahun 2014 besarnya sumbangan lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan terhadap PDRB tercatat sebesar 27,22 persen atau senilai
4.4098.504,71 juta rupiah, dengan pertumbuhan sebesar 1,12 persen adh
berlaku dan minus 5,61 persen adh konstan.

2-52

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
TABEL II. 24 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010
2014 (JUTAAN RUPIAH)
KATEGO
RI

URAIAN

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

Kehutanan dan Penebangan Kayu

Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

1
2
3

Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi


Pertambangan Batubara dan Lignit
Pertambangan Bijih Logam

Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Industri Pengolahan

Industri Batubara dan Pengilangan Migas

Industri Makanan dan Minuman

Industri Pengolahan Tembakau

4
5

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi


Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Industri Kayu, Brng dari Kayu dan Gabus dan Brng Any dari
Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan
Reproduksi Media Rekaman
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

6
7
8

2010
3.133.78
9,45
2.559.12
2,24
567.817,
88

2011
3.379.04
6,42
2.773.36
1,07
597.551,
23

2012
3.642.11
9,11
3.018.63
0,06
614.330,
00
9.159,06
1.734.58
6,50
1.521.20
7,27
213.379,
22
1.246.59
6,80
124.603,
51
590.089,
30
285.474,
89
19.088,3
5
318,34
126.197,
84

2013
4.053.07
9,36
3.372.49
8,55
670.063,
34
10.517,4
8
1.868.64
6,20
1.639.21
2,53
229.433,
67
1.391.42
6,30
148.197,
30
648.362,
76
305.690,
65
23.093,2
5
395,98
148.339,
66

2014
4.098.50
4,71
3.333.60
8,56
752.886,
61
12.009,5
4
2.203.45
3,30
1.896.47
4,17
306.979,
13
1.717.34
1,09
151.929,
45
838.029,
50
390.862,
33
24.139,7
7
448,22
178.513,
62

6.849,34
1.410.82
5,91
1.230.48
4,67
180.341,
23
979.475,
74
132.538,
85
421.731,
56
223.237,
37
14.256,0
9
233,16
108.402,
16

8.134,11
1.721.39
1,20
1.521.37
3,81
200.017,
40
1.116.02
0,63
134.259,
46
541.021,
17
218.577,
02
15.424,3
9
255,75
118.280,
60

3.957,94
430,07

3.964,52
533,49

3.845,10
707,48

3.709,01
803,85

4.465,25
945,32

2-35

KATEGO
RI
9
10
11
12
13
14
15
16
D
1
1
E
F
G
1

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
URAIAN
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
Industri Barang Galian bukan Logam
Industri Logam Dasar
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik;
dan Peralatan Listrik
Industri Mesin dan Perlengkapan
Industri Alat Angkutan
Industri Furnitur
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan
Mesin dan Peralatan
Pengadaan Listrik dan Gas
Ketenagalistrikan
Pengadaan Gas dan Produksi Es
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor

Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya


Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda
Motor

Transportasi dan Pergudangan

Angkutan Rel

2
3
4
5

Angkutan
Angkutan
Angkutan
Angkutan

Darat
Laut
Sungai Danau dan Penyeberangan
Udara

2010
349,66
38.470,4
6
17.695,7
8
317,3
17.107,7
5

2011
394,22
43.527,3
5
0
19.673,5
9
0
317
18.980,3
0

2012
456
51.795,3
2
0
23.404,7
5
0
366,88
19.372,7
0

2013
471,62
56.887,8
2
0
28.517,4
1
0
474,57
25.601,9
3

2014
528,12
63.975,2
1
0
32.368,8
8
0
518,37
29.611,3
5

747,59
7.500,39
7.416,00
84,39

811,75
8.396,76
8.294,03
102,72

876,34
9.194,38
9.069,19
125,19

880,49
9.355,18
9.205,97
149,21

1.005,70
9.725,14
9.560,64
164,5

5.574,88
417.668,
45
1.796.20
1,31
464.671,
18
1.331.53
0,12
285.479,
15

6.064,11
447.679,
00
2.011.55
3,68
531.924,
07
1.479.62
9,61
292.817,
06

5.750,30
510.596,
02
2.104.70
4,22
594.599,
27
1.510.10
4,95
316.551,
04

6.044,91
557.847,
32
2.286.69
4,89
697.060,
90
1.589.63
3,99
352.390,
23

5.689,75
272.643,
93
0
205,78
0

5.639,16
279.141,
08
0
226,5
0

6.959,33
300.448,
25
0
227,1
0

7.617,89
334.702,
28
0
245,73
0

6.890,14
650.405,
34
2.513.88
8,45
756.425,
21
1.757.46
3,24
415.625,
22
11.394,9
1
392.421,
97
0
270,23
0

2-36

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

KATEGO
RI

URAIAN

Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan Kurir

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Penyediaan Akomodasi

Penyediaan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

1
2

Jasa Perantara Keuangan


Asuransi dan Dana Pensiun

3
4

Jasa Keuangan Lainnya


Jasa Penunjang Keuangan

Real Estate

M,N
O

Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

R,S,T,U

Jasa lainnya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DENGAN MINYAK BUMI


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MINYAK BUMI

2010

2011

2012

2013

6.939,69
365.126,
96
10.901,1
3
354.225,
82
120.350,
14
313.690,
63
242.779,
39
1.782,93
69.124,6
6
3,66
144.182,
49
25.413,0
9
426.562,
86
405.201,
84
79.299,4
9
232.736,
84
10.149.0
79,63
8.786.05
6,11

7.810,32
394.856,
73
12.902,7
6
381.953,
98
133.057,
35
348.514,
72
263.122,
18
1.978,80
83.409,7
8
3,96
153.856,
16
30.003,0
3
444.237,
24
547.025,
33
92.149,4
4
246.707,
40
11.373.3
76,27
9.717.74
3,00

8.916,36
421.780,
36
15.908,0
9
405.872,
27
143.889,
40
394.549,
82
300.330,
05
2.401,78
91.813,3
2
4,67
163.772,
00
32.945,6
5
489.811,
79
712.040,
85
109.795,
83
246.878,
48
12.285.5
62,55
10.639.7
51,77

9.824,33
447.175,
46
18.891,4
3
428.284,
04
153.280,
11
433.246,
02
327.837,
71
2.821,95
102.581,
06
5,3
179.074,
80
39.092,4
8
527.545,
25
837.460,
28
122.087,
79
280.199,
94
13.544.6
46,54
11.757.2
36,71

2014
11.538,1
2
515.685,
80
22.053,7
2
493.632,
08
166.227,
55
486.846,
28
360.540,
52
3.378,04
122.921,
39
6,33
206.964,
44
44.499,2
1
573.232,
85
971.762,
09
144.177,
23
329.946,
42
15.055.1
75,26
13.006.7
71,64

2-37

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

TABEL II. 25 PDRB ADHB MENURUT KELOMPOK SEKTOR PROMER, SEKUNDER DAN TERSIER TAHUN 2013-2014
7,000,000.00
6,000,000.00
5,000,000.00
4,000,000.00
3,000,000.00
2,000,000.00
1,000,000.00
0.00

2010
2011
2012
2013
2014

2-38

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

TABEL II. 26 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2010)
TAHUN 2010 - 2014 (JUTAAN RUPIAH)
KATEGO
RI

URAIAN

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

2
3

Kehutanan dan Penebangan Kayu


Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

1
2
3

Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi


Pertambangan Batubara dan Lignit
Pertambangan Bijih Logam

Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Industri Pengolahan

Industri Batubara dan Pengilangan Migas

Industri Makanan dan Minuman

3
4
5

Industri Pengolahan Tembakau


Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Industri Kayu, Brng dari Kayu dan Gabus dan Brng Any dari
Bambu, Rotan dan Sjnsnya

2010
3.133.789,
45
2.559.122,
24
567.817,8
8
6.849,34
1.410.825,
91
1.230.484,
67
180.341,2
3
979.475,7
4
132.538,8
5
421.731,5
6
223.237,3
7
14.256,09
233,16
108.402,1
6

2011
3.168.043,
04
2.611.307,
89
549.275,0
7
7.460,07
1.489.240,
56
1.304.539,
14
184.701,4
2
1.007.279,
27
133.071,6
5
460.654,0
2
204.980,4
9
14.232,55
236,58
108.824,1
0

2012
3.221.615,
90
2.660.828,
22
552.666,5
7
8.121,11
1.576.084,
57
1.380.057,
38
196.027,1
9
1.094.477,
09
133.498,0
7
499.502,0
6
246.448,1
2
17.619,83
261,56
107.290,1
5

2013
3.301.131,
01
2.749.664,
96
542.651,4
5
8.814,60
1.693.313,
79
1.484.852,
38
208.461,4
1
1.171.962,
66
134.636,1
5
548.095,9
9
242.063,2
4
21.482,15
298,7
125.035,4
0

2014
3.115.946,
41
2.566.442,
49
540.416,5
5
9.087,37
1.779.359,
69
1.549.946,
70
229.412,9
9
1.341.483,
13
137.037,7
7
645.771,0
3
296.643,8
7
22.365,10
333,47
135.050,1
6

2-39

KATEGO
RI
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
D
1
2
E
F
G
1

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
URAIAN
Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan
Reproduksi Media Rekaman
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
Industri Barang Galian bukan Logam
Industri Logam Dasar
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan
Peralatan Listrik
Industri Mesin dan Perlengkapan
Industri Alat Angkutan
Industri Furnitur
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan
Mesin dan Peralatan
Pengadaan Listrik dan Gas
Ketenagalistrikan
Pengadaan Gas dan Produksi Es
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya

Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor

H
1

Transportasi dan Pergudangan


Angkutan Rel

2
3
4
5

Angkutan
Angkutan
Angkutan
Angkutan

Darat
Laut
Sungai Danau dan Penyeberangan
Udara

2010

2011

2012

2013

2014

3.957,94
430,07
349,66
38.470,46
-

4.083,08
500,11
364,46
40.241,55
0

3.683,73
616,08
407,77
45.560,45
0

3.488,93
708,12
418,5
48.756,21
0

3.543,85
757,63
441,68
50.464,63
0

17.695,78
317,3
17.107,75

18.882,95
0
311,11
20.128,05

20.941,33
0
344,4
17.518,40

24.733,12
0
430,56
21.053,21

25.553,57
0
462,76
22.260,64

747,59
7.500,39
7.416,00
84,39

768,57
8.334,00
8.242,73
91,27

785,12
9.214,05
9.115,40
98,65

762,38
9.931,80
9.820,17
111,63

796,97
10.251,21
10.133,62
117,6

5.574,88
417.668,4
5
1.796.201,
31
464.671,1
8
1.331.530,
12
285.479,1
5
5.689,75
272.643,9
3
205,78
-

5.959,74
423.455,9
2
1.929.342,
13
472.046,9
3
1.457.295,
19
291.423,9
2
5.512,11
278.522,2
5
214,06
-

5.804,48
466.188,2
2
1.984.841,
18
499.064,0
8
1.485.777,
10
312.483,0
6
4.953,29
299.696,8
2
212,41
-

5.953,47
489.298,1
2
2.090.326,
81
545.377,0
5
1.544.949,
76
344.916,2
4
4.990,77
331.715,6
1
207,95
-

6.244,62
518.719,9
9
2.233.698,
83
579.690,2
5
1.654.008,
58
381.365,5
9
6.924,18
365.109,8
1
208,38
-

2-40

KATEGO
RI
6

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
URAIAN
Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan Kurir

I
1

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum


Penyediaan Akomodasi

Penyediaan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

1
2

Jasa Perantara Keuangan


Asuransi dan Dana Pensiun

3
4

Jasa Keuangan Lainnya


Jasa Penunjang Keuangan

L
M,N
O

Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

R,S,T,U

Jasa lainnya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DENGAN MINYAK BUMI


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MINYAK BUMI

2010
6.939,69
365.126,9
6
10.901,13
354.225,8
2
120.350,1
4
313.690,6
3
242.779,3
9
1.782,93

2011
7.175,51
379.441,8
0
11.949,08
367.492,7
2
132.131,7
9
329.282,2
1
248.635,0
1
1.896,20

2012
7.620,54
402.046,1
7
13.094,54
388.951,6
2
146.309,5
6
343.743,4
6
255.981,1
0
2.179,97

2013
8.001,91
416.432,1
5
14.258,62
402.173,5
3
161.629,0
8
357.982,9
4
263.117,4
3
2.466,74

69.124,66
3,66
144.182,4
9
25.413,09
426.562,8
6
405.201,8
4

78.747,17
3,84
153.359,7
5
28.068,00
434.085,0
7
491.367,7
6

85.578,23
4,16
162.718,1
6
30.030,27
437.056,3
1
589.647,9
9

79.299,49
232.736,8
4
10.149.0
79,63
8.786.05
6,11

86.937,75
239.970,3
2
10.597.7
23,01
9.160.11
2,22

95.687,24
238.918,1
9
11.116.8
65,90
9.603.31
0,46

92.394,26
4,51
175.834,7
5
34.076,13
447.597,3
5
646.701,8
6
102.586,0
0
262.830,7
0
11.712.5
04,85
10.093.0
16,31

2014
9.123,23
453.923,8
5
15.773,64
438.150,2
1
182.696,8
2
383.015,3
7
276.717,0
6
2.884,37
103.408,7
8
5,16
191.350,1
4
37.687,76
456.716,0
5
729.250,6
6
115.090,3
4
290.400,8
0
12.227.2
01,29
10.540.2
16,82

2-41

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

TABEL II. 27 PDRB ADHK MENURUT KELOMPOK SEKTOR PROMER, SEKUNDER DAN TERSIER TAHUN 2013-2014
7,000,000.00
6,000,000.00
5,000,000.00
4,000,000.00
3,000,000.00

2010

2,000,000.00

2011

1,000,000.00

2012

0.00

2013
2014

2-42

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
TABEL II. 28 DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN
2010 - 2014 ( % )
KATEGO
RI
URAIAN
2010
2011
2012
2013
2014
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
30,88
29,71
29,65
29,92
27,22
1
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian
25,22
24,38
24,57
24,9
22,14
2
Kehutanan dan Penebangan Kayu
5,59
5,25
5
4,95
5
3
Perikanan
0,07
0,07
0,07
0,08
0,08
B
Pertambangan dan Penggalian
13,9
15,14
14,12
13,8
14,64
1
Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
12,12
13,38
12,38
12,1
12,6
2
Pertambangan Batubara dan Lignit
3
Pertambangan Bijih Logam
4
Pertambangan dan Penggalian Lainnya
1,78
1,76
1,74
1,69
2,04
C
Industri Pengolahan
9,65
9,81
10,27
11,41
1
Industri Batubara dan Pengilangan Migas
1,31
1,18
1,01
1,09
1,01
2
Industri Makanan dan Minuman
4,16
4,76
4,8
4,79
5,57
3
Industri Pengolahan Tembakau
2,2
1,92
2,32
2,26
2,6
4
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
0,14
0,14
0,16
0,17
0,16
5
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
0
0
0
0
0
Industri Kayu, Brng dari Kayu dan Gabus dan Brng Any dari Bambu, Rotan
6
dan Sjnsnya
1,07
1,04
1,03
1,1
1,19
Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media
7
Rekaman
0,04
0,03
0,03
0,03
0,03
8
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
0
0
0,01
0,01
0,01
9
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
0
0
0
0
0
10
Industri Barang Galian bukan Logam
0,38
0,38
0,42
0,42
0,42
11
Industri Logam Dasar
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan
12
Listrik
0,17
0,17
0,19
0,21
0,22
13
Industri Mesin dan Perlengkapan
14
Industri Alat Angkutan
0
0
0
0
0

2-43

KATEGO
RI
15
16
D
1
2
E
F
G
1
2
H
1
2
3
4
5
6
I
1
2
J
K
1
2
3
4
L

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
URAIAN
Industri Furnitur
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan
Peralatan
Pengadaan Listrik dan Gas
Ketenagalistrikan
Pengadaan Gas dan Produksi Es
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Angkutan Rel
Angkutan Darat
Angkutan Laut
Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
Angkutan Udara
Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan Kurir
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Penyediaan Akomodasi
Penyediaan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Jasa Perantara Keuangan
Asuransi dan Dana Pensiun
Jasa Keuangan Lainnya
Jasa Penunjang Keuangan
Real Estate

2010
0,17

2011
0,17

2012
0,16

2013
0,19

2014
0,2

0,01
0,07
0,07
0
0,05
4,12
17,7
4,58
13,12
2,81
0,06
2,69
0
0,07
3,6
0,11
3,49
1,19
3,09
2,39
0,02
0,68
0
1,42

0,01
0,07
0,07
0
0,05
3,94
17,69
4,68
13,01
2,57
0,05
2,45
0
0,07
3,47
0,11
3,36
1,17
3,06
2,31
0,02
0,73
0
1,35

0,01
0,07
0,07
0
0,05
4,16
17,13
4,84
12,29
2,58
0,06
2,45
0
0,07
3,43
0,13
3,3
1,17
3,21
2,44
0,02
0,75
0
1,33

0,01
0,07
0,07
0
0,04
4,12
16,88
5,15
11,74
2,6
0,06
2,47
0
0,07
3,3
0,14
3,16
1,13
3,2
2,42
0,02
0,76
0
1,32

0,01
0,06
0,06
0
0,05
4,32
16,7
5,02
11,67
2,76
0,08
2,61
0
0,08
3,43
0,15
3,28
1,1
3,23
2,39
0,02
0,82
0
1,37

2-44

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

KATEGO
RI
URAIAN
M,N
Jasa Perusahaan
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P
Jasa Pendidikan
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U
Jasa lainnya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DENGAN MINYAK BUMI

2010
0,25
4,2
3,99
0,78
2,29
100

2011
0,26
3,91
4,81
0,81
2,17
100

2012
0,27
3,99
5,8
0,89
2,01
100

2013
0,29
3,89
6,18
0,9
2,07
100

2014
0,3
3,81
6,45
0,96
2,19
100

TABEL II. 29 DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2010)
TAHUN 2010 - 2014 (%)

KATEGO
RI
A
1
2
3
B
1
2
3
4
C
1
2
3
4
5
6

URAIAN
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian
Kehutanan dan Penebangan Kayu
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
Pertambangan Batubara dan Lignit
Pertambangan Bijih Logam
Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Industri Pengolahan
Industri Batubara dan Pengilangan Migas
Industri Makanan dan Minuman
Industri Pengolahan Tembakau
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Industri Kayu, Brng dari Kayu dan Gabus dan Brng Any dari Bambu,
Rotan dan Sjnsnya

2010
30,88
25,22
5,59
0,07
13,9
12,12
1,78
9,65
1,31
4,16
2,2
0,14
0

2011
29,89
24,64
5,18
0,07
14,05
12,31
1,74
9,5
1,26
4,35
1,93
0,13
0

2012
28,98
23,94
4,97
0,07
14,18
12,41
1,76
9,85
1,2
4,49
2,22
0,16
0

2013
28,18
23,48
4,63
0,08
14,46
12,68
1,78
10,01
1,15
4,68
2,07
0,18
0

2014
25,48
20,99
4,42
0,07
14,55
12,68
1,88
10,97
1,12
5,28
2,43
0,18
0

1,07

1,03

0,97

1,07

1,1

2-45

KATEGO
RI
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
D
1
2
E
F
G
1
2
H
1
2
3
4
5
6

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

URAIAN
Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi
Media Rekaman
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
Industri Barang Galian bukan Logam
Industri Logam Dasar
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan
Peralatan Listrik
Industri Mesin dan Perlengkapan
Industri Alat Angkutan
Industri Furnitur
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin
dan Peralatan
Pengadaan Listrik dan Gas
Ketenagalistrikan
Pengadaan Gas dan Produksi Es
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Angkutan Rel
Angkutan Darat
Angkutan Laut
Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
Angkutan Udara
Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan Kurir

2010

2011

2012

2013

2014

0,04
0
0
0,38
-

0,04
0
0
0,38
-

0,03
0,01
0
0,41
-

0,03
0,01
0
0,42
-

0,03
0,01
0
0,41
-

0,17
0
0,17

0,18
0
0,19

0,19
0
0,16

0,21
0
0,18

0,21
0
0,18

0,01
0,07
0,07
0
0,05
4,12

0,01
0,08
0,08
0
0,06
4

0,01
0,08
0,08
0
0,05
4,19

0,01
0,08
0,08
0
0,05
4,18

0,01
0,08
0,08
0
0,05
4,24

17,7
4,58
13,12
2,81
0,06
2,69
0
0,07

18,21
4,45
13,75
2,75
0,05
2,63
0
0,07

17,85
4,49
13,37
2,81
0,04
2,7
0
0,07

17,85
4,66
13,19
2,94
0,04
2,83
0
0,07

18,27
4,74
13,53
3,12
0,06
2,99
0
0,07
2-46

KATEGO
RI
I
1
2
J
K
1
2
3
4
L
M,N

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

URAIAN
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Penyediaan Akomodasi
Penyediaan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Jasa Perantara Keuangan
Asuransi dan Dana Pensiun
Jasa Keuangan Lainnya
Jasa Penunjang Keuangan
Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
O
Wajib
P
Jasa Pendidikan
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U
Jasa lainnya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DENGAN MINYAK BUMI

2010
3,6
0,11
3,49
1,19
3,09
2,39
0,02
0,68
0
1,42
0,25

2011
3,58
0,11
3,47
1,25
3,11
2,35
0,02
0,74
0
1,45
0,26

2012
3,62
0,12
3,5
1,32
3,09
2,3
0,02
0,77
0
1,46
0,27

2013
3,56
0,12
3,43
1,38
3,06
2,25
0,02
0,79
0
1,5
0,29

2014
3,71
0,13
3,58
1,49
3,13
2,26
0,02
0,85
0
1,56
0,31

4,2
3,99
0,78
2,29
100

4,1
4,64
0,82
2,26
100

3,93
5,3
0,86
2,15
100

3,82
5,52
0,88
2,24
100

3,74
5,96
0,94
2,38
100

TABEL II. 30 PDRB KABUPATEN BLORA DIRINCI MENURUT KECAMATAN DAN LAPANGAN USAHA
KONSTAN TAHUN 2010 TAHUN 2014 (JUTAAN RUPIAH)
NO
KECAMATAN
LAPANGANGAN USAHA
1
2
3
4
5
6
7
1
Jati
174.939,0
6.195,61 20.484,86
360,69
55
31.358,4 41.487,27
7
6
2
Randublatung
393.336,3
7.492,83 65.291,08
645,49 849,09
45.463,1 129.131,1
2
9
9
3
Kradenan
173.490,5
21.853,43 20.231,36
330,26 353,16
21.444,8 36.998,18
4
9
4
Kedungtuban
314.409,8
10.792,58 34.653,87
817,15 488,58
34.180,2 58.359,66
0
4

ATAS DASAR HARGA

8
4.304,76

9
8.612,76

35.970,01

26.511,75

2.342,07

7.222,56

20.914,42

11.383,26

2-47

NO

0
1
2
3
4
5
6

KECAMATAN

Cepu

Sambong

Jiken

Bogorejo

Jepon

Blora

Banjarejo

Tunjungan

Japah

Ngawen

Kunduran

Todanan
TOTAL

NO

KECAMATA
N

Jati

Randublatun
g

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
LAPANGANGAN USAHA
1
2
3
4
5
6
150.345,8 1.628.489,2 253.273,1
2.090,7 1.967,1 53.611,4
9
7
8
3
8
1
96.227,88
5.949,12 19.434,29
468,54
64,16
13.080,1
8
101.622,7
5.922,53 20.630,98
497,27
34,7
19.838,0
8
6
74.858,22
7.241,87 18.453,89
577,69
40,99
15.002,5
6
199.327,8
17.904,11 103.825,5
316,2 212,05
34.537,7
0
1
2
216.772,6
7.177,80 237.675,4
1.568,7 1.161,1 68.392,9
9
1
8
3
0
144.698,9
7.920,74 30.359,36
417,34
29,23
29.949,0
4
1
155.537,8
11.507,59 135.184,9
385,69
26,76
22.035,4
9
5
4
143.698,1
12.053,04 26.923,91
303,72
20,63
18.711,6
1
7
233.764,3
13.757,99 156.648,3
472,97
290,8
38.186,1
0
6
1
338.129,7
6.322,83 161.107,9
496,84 443,54
40.120,5
5
2
3
204.786,4
8.778,36 37.304,19
501,86 207,64
32.807,6
3
2
3.115.94 1.779.359, 1.341.48
10.251 6.244,
518.719
6,41
69
3,13
,21
62
,99

10
4.725,29

11
12.067,85

14.681,21

30.971,72

LANJUTAN
LAPANGANGAN USAHA
12
13
14
6.328,1
1.434, 12.541,5
4
82
9
15.993,
3.588, 25.813,6
74
89
0

7
722.807,6
3
24.120,83

8
95.457,94
5.262,22

9
146.463,3
0
4.934,84

32.049,06

5.412,99

6.834,22

38.736,08

2.601,01

8.340,63

112.866,9
9
496.689,8
9
63.101,42

18.062,34

22.488,95

126.430,8
5
7.541,14

100.822,1
5
13.535,74

62.243,92

4.603,39

12.764,62

26.637,74

3.940,66

5.664,66

243.182,4
1
94.690,53

26.695,06

47.868,63

14.374,28

19.502,29

50.596,02

7.452,43

10.973,50

2.233.69
8,83

381.365,
59

453.923,
85
PDRB

15
14.086,9
9
28.732,4
3

16
2.426,2
8
4.939,1
8

17
9.416,52
19.207,9
6

350.825,9
7
848.619,6
9

2-48

Kradenan

Kedungtuban

Cepu

Sambong

Jiken

Bogorejo

Jepon

10

Blora

11

Banjarejo

12

Tunjungan

13

Japah

14

Ngawen

15

Kunduran

16

Todanan
TOTAL

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
3.726,02
10.239,67 5.735,5
1.595, 9.319,62
1
49
6.504,45
17.461,65 9.166,6
2.075, 15.525,6
3
80
7
42.021,22
69.252,32 31.655,
3.686, 37.641,4
33
62
7
3.126,63
5.862,88 3.207,4
879,69 8.811,29
3
3.869,87
10.235,95 5.331,1
1.187, 11.700,2
9
25
9
2.523,74
6.207,04 3.317,1
829,36 6.245,53
7
8.381,01
23.418,48 12.012,
2.723, 17.841,6
71
51
3
57.055,33
88.744,11 42.325,
7.366, 226.068,
83
63
29
6.224,67
16.663,34 8.444,3
1.642, 13.751,1
5
80
0
4.919,48
13.481,16 6.973,2
1.542, 10.868,8
4
07
3
3.213,76
9.058,17 4.784,8
1.083, 8.686,29
8
62
9.531,40
22.820,11 11.567,
2.607, 19.541,2
98
19
0
6.676,57
26.162,13 13.489,
2.982, 19.168,7
82
40
6
5.516,17
20.368,79 11.016,
2.461, 13.190,9
20
63
0
191.350 37.687, 456.716,
182.696,82
383.015,37
,14
76
05

10.508,1
5
17.558,4
4
133.886,
74
9.937,66
13.325,0
0
7.020,00
46.926,4
4
258.732,
77
15.470,3
9
105.475,
75
9.788,28
21.734,7
4
21.260,2
5
14.806,6
4
729.250,
66

1.793,2
4
2.962,9
3
28.881,
63
1.740,7
1
2.287,5
8
1.200,1
0
3.452,8
9
49.121,
88
2.674,0
9
2.100,2
7
1.677,4
2
3.722,7
0
3.592,8
6
2.516,5
5
115.090
,34

6.931,23
11.793,9
5
20.330,6
7
6.582,21
8.876,92
4.629,38
13.641,9
7
125.611,
91
10.411,8
3
8.335,71
6.450,24
14.395,8
6
13.987,4
1
9.797,04
290.400,
80

334.115,3
7
569.049,1
0
3.421.862
,54
209.690,5
5
249.656,6
1
197.825,2
5
637.940,2
8
2.111.718
,37
372.835,4
9
557.986,7
6
282.696,8
1
866.787,8
0
782.508,7
0
433.081,9
6
12227201,
26

2-49

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
TABEL II. 31 PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
(Jutaan rupiah)
NO.
KECAMATAN
LAPANGAN USAHA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Jati
229.391,9
7.648,53 26.334,21 344,36
61,81
39.390,9 46.782,30 4.681,22
9.359,75
7
8
2
Randublatung
502.445,8
9.641,20 84.025,41
622 944,39 58.004,6 147.470,7 38.809,8
29.822,3
3
5
2
5
6
3
Kradenan
231.758,3
27.470,56 25.626,83 316,43 401,39 27.120,2 41.027,71 2.545,06
8.291,26
2
0
4
Kedungtuban
412.603,9
13.029,42 46.001,19 776,36 538,91 43.372,9 64.661,67 23.162,3
12.934,5
0
2
3
1
5
Cepu
201.484,3 2.019.304, 329.936,5 1.954,5 2.150,1 67.237,5 800.756,1 104.022,
169.583,
7
75
8
1
8
0
2
25
11
6
Sambong
131.447,1
7.055,60 24.081,49 442,07
70,57
16.256,1 26.901,70 5.722,25
5.487,06
2
3
7
Jiken
133.849,4
7.133,17 25.443,53 463,82
37,8
24.412,5 36.910,39 5.888,92
7.317,73
1
6
8
Bogorejo
97.471,81
8.778,96 23.998,39
546,5
44,92
18.984,5 44.659,28 2.814,25
9.003,78
4
9
Jepon
263.370,9
21.922,73 134.915,2 298,92 238,29 42.424,3 126.937,0 19.963,3
25.009,7
0
6
2
7
1
8
10
Blora
289.801,9
8.683,40 305.508,4 1.506,8 1.255,6 85.350,2 564.484,9 137.428,
115.097,
5
7
2
3
9
8
37
75
11
Banjarejo
193.827,1
9.429,08 38.836,70 394,14
32,94
37.502,6 72.807,29 8.176,20
14.480,3
8
8
5
12
Tunjungan
205.119,2
14.075,70 178.807,5 365,85
30,13
27.167,4 70.587,90 4.985,99
14.248,2
8
9
0
7
13
Japah
181.817,4
14.764,60 32.877,56 289,09
23,09
23.345,6 30.211,08 4.288,49
6.197,84
8
0
14
Ngawen
307.601,5
16.414,25 196.624,4
449,2 330,34 47.469,7 273.031,6 29.227,2
54.852,9
1
5
3
7
4
8
15
Kunduran
447.734,2
7.552,93 202.628,8 472,15 498,21 50.407,2 108.915,8 15.745,8
21.851,9
3
5
1
0
6
5
16
Todanan
268.779,4
10.548,43 41.694,57 482,93 231,56 41.958,6 57.742,79 8.163,65
12.147,3
6
2
3

2-50

TOTAL
NO.

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
4.098.504 2.203.453, 1.717.341 9.725,1 6.890,1
,71
30
,09
4
4

KECAMATAN

Jati

Randublatung

Kradenan

Kedungtuban

Cepu

Sambong

Jiken

Bogorejo

Jepon

10

Blora

11

Banjarejo

12

Tunjungan

13

Japah

14

Ngawen

15

Kunduran

10
4.143,3
9
13.241,
47
3.406,2
1
5.674,6
0
39.219,
07
2.767,3
0
3.468,5
8
2.259,3
6
7.528,7
7
52.655,
86
5.487,5
4
4.341,8
4
2.837,9
9
8.537,7
9
5.828,3
4

11
15.485,55
39.198,94
13.134,54
22.992,04
84.746,39
7.597,05
13.067,73
8.111,95
30.423,01
113.340,71
21.130,47
16.892,37
11.649,55
29.656,12
33.151,12

LANJUTAN
LAPANGAN
12
13
6.832,2
1.702,
8
26
17.141,
4.255,
82
42
6.211,1
1.868,
7
11
9.734,4
2.423,
8
90
34.077,
4.355,
65
31
3.447,8
1.071,
3
39
5.904,7
1.418,
8
29
3.672,1
982,21
6
13.197,
3.210,
78
51
45.922,
8.579,
30
40
9.164,7
1.933,
4
34
7.557,2
1.830,
2
51
5.246,8
1.290,
1
42
12.431,
3.074,
95
75
14.570,
3.559,
99
01

650.405,
34

USAHA
14
15.757,9
7
32.329,5
2
11.732,1
0
19.385,1
6
46.938,1
8
11.106,2
6
14.627,0
0
7.847,52

15
18.782,8
1
38.824,3
1
14.170,5
3
23.660,5
5
177.725,
51
13.391,1
6
18.020,2
2
9.506,56

22.527,4
5
284.707,
90
17.212,5
0
13.489,1
9
10.885,9
5
24.356,7
5
23.686,2
5

62.862,8
1
342.268,
25
20.888,6
4
140.508,
74
13.092,2
8
29.044,0
9
28.875,4
0

2.513.888
,45

415.625,
22

515.685,
80
PDRB

16
3.130,7
2
6.219,4
5
2.288,3
8
3.810,0
9
36.091,
61
2.134,3
9
2.885,0
0
1.534,8
9
4.374,5
3
60.891,
17
3.395,4
6
2.679,6
1
2.154,9
7
4.740,4
1
4.633,8
0

17
10.669,7
6
21.806,4
5
8.039,06
13.325,8
1
23.363,9
8
7.587,96
10.160,2
9
5.345,71
15.314,5
0
141.570,
62
11.917,4
7
9.625,00
7.428,34
16.422,9
8
16.152,3
5

440.499,8
7
1.044.803,
76
425.407,8
8
718.087,8
1
4.142.947,
09
266.567,3
2
311.009,2
4
245.562,8
0
794.519,9
5
2.559.053,
85
466.616,7
2
712.312,5
7
348.401,1
3
1.054.266,
21
986.264,4
4

2-51

NO.
16

KECAMATAN
Todanan
TOTAL

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
LAPANGAN USAHA
10
11
12
13
14
4.829,4
26.268,73 11.850,
2.944, 16.643,1
4
49
38
6
166227,
206.964 44.499 573.232,
55
486.846,28
,44
,21
85

PDRB
15
20.140,2
2
971.762,
09

16
3.212,7
5
144.177
,23

17
11.216,1
4
329.946,
42

538.854,6
4
15055175,
26

TABEL II. 32 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROPINSI JAWA TENGAH ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010 2014 (Juta Rupiah)
KATEGOR
I
URAIAN
2010
2011
2012
2013
2014
99.572.441,0 110.425.442, 119.706.873 131.671.708 136.857.715
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
8
74
,00
,10
,57
13.346.392,6 13.955.271,3 14.734.641, 16.069.715, 19.621.174,
B
Pertambangan dan Penggalian
3
8
69
57
23
215.156.474, 241.531.779, 263.739.825 294.967.770 336.070.886
C
Industri Pengolahan
55
47
,69
,03
,49
D
Pengadaan Listrik dan Gas
636.381,90
689.709,97
744.856,32
769.236,87
793.869,18
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
E
Daur Ulang
543.235,90
560.383,54
551.254,05
567.119,85
601.324,81
64.423.248,2 68.953.750,0 76.406.869, 83.050.225, 93.449.794,
F
Konstruksi
3
5
31
58
27
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
91.678.669,2 103.050.759, 107.277.971 115.898.590 124.378.284
G
dan Sepeda Motor
3
74
,96
,65
,73
18.644.272,7 19.679.538,1 21.186.103, 23.658.240, 27.484.359,
H
Transportasi dan Pergudangan
3
2
88
70
88
18.772.500,0 20.608.478,0 22.358.360, 24.581.306, 27.991.031,
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
6
1
11
68
86
20.826.935,5 22.801.666,8 24.438.253, 25.807.431, 28.403.004,
J
Informasi dan Komunikasi
4
5
81
65
43
17.234.332,4 18.971.854,3 21.440.930, 23.426.201, 25.667.346,
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
9
3
75
34
67
10.670.140,4 11.541.256,7 12.235.486, 13.319.138, 15.037.136,
L
Real Estate
3
4
91
87
02
2.297.342,0 2.701.391,3 3.027.946,6
M,N
Jasa Perusahaan
1.782.800,10 2.072.330,11
2
0
2

2-52

KATEGOR
I

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

URAIAN
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

2010
19.764.882,0
9
16.352.073,0
4

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

4.096.105,88

Jasa lainnya

9.723.735,44
623.224.62
1,33

R,S,T,U

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2011
20.639.210,4
5
21.942.746,7
2
4.842.290,59
10.295.158,6
3
692.561.62
7,45

2012
22.918.633,
68
28.271.767,
29
5.759.471,8
1
10.460.793,
76
754.529.43
6,05

2013
24.638.141,
86
33.525.590,
18
6.489.260,4
1
11.812.509,
48
832.953.57
9,11

2014
26.406.083,
80
38.656.225,
29
7.535.882,6
0
13.680.625,
75
925.662.69
2,21

TABEL II. 33 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROPINSI JAWA TENGAH ATAS DASAR HARGA KONSTAN (TAHUN 2010)
TAHUN 2010 - 2014 (Juta Rupiah)
KATEGORI
URAIAN
2010
2011
2012
2013
2014
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
99.572.441,0 103.389.332 106.536.703 109.252.110, 106.029.380
A
8
,91
,12 14.594.164,0
52
,88
Pertambangan dan Penggalian
13.346.392,6
13.054.134,
13.745.874,
15.542.648,
B
3
23
30
4
84
Industri Pengolahan
215.156.474, 226.325.616 241.528.855 254.519.318, 274.971.473
C
55
,81
,93
92
,26
Pengadaan Listrik dan Gas
636.381,90
683.057,13
751.160,19
814.722,94
836.739,65
D
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
543.236
555.544,34
547.794,91
549.040,43
567.980,08
E
dan Daur Ulang
Konstruksi
64.423.248,2
65.862.379,
70.034.622, 73.465.919,3
76.681.876,
F
3
63
63
7
60
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
91.678.669,2
99.227.580, 101.058.608 105.755.306, 110.357.193
G
dan Sepeda Motor
3
89
,68
31
,58
Transportasi dan Pergudangan
18.644.272,7
19.522.426,
20.818.468, 22.760.150,9
24.802.180,
H
3
60
63
6
75
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
18.772.500,0
19.818.724,
20.871.604, 21.802.570,0
23.465.641,
I
6
00
64
3
09
Informasi dan Komunikasi
20.826.935,5
22.498.427,
24.690.219, 26.663.583,0
30.130.161,
J
4
37
27
7
63
Jasa Keuangan dan Asuransi
17.234.332,4
17.947.552,
18.588.738, 19.389.724,9
20.207.820,
K
9
74
12
1
52

2-53

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016
Real Estate
10.670.140,4
11.319.281,
L
3
24
Jasa Perusahaan
1.782.800,10
1.949.153,8
M,N
0
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
19.764.882,0
20.272.588,
O
Jaminan Sosial Wajib
9
25
Jasa Pendidikan
16.352.073,0
19.361.911,
P
4
07
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
4.096.105,88
4.495.091,1
Q
7
Jasa
lainnya
9.723.735,44
9.985.327,7
R,S,T,U
2
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
623.224.62 656.268.12
1,33

9,91

11.934.423,
12
2.087.130,4
6
20.373.579,
95
22.760.883,
69
4.959.375,9
4
10.055.072,
38
691.343.11
5,96

12.853.218,1
1
2.340.118,41
20.912.828,3
9
24.930.587,3
1
5.312.609,80
10.983.732,8
6
726.899.70
6,38

13.776.863,
55
2.534.615,6
1
21.075.646,
55
27.466.220,
07
5.907.510,6
1
11.917.818,
01
766.271.77
1,27

2-54

2.3.1

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Perburuan & Jasa

Sub lapangan usaha ini terdiri dari kegiatan pertanian tanaman pangan,
pertanian hortikultura,

perkebunan, peternakan dan jasa pertanian dan

perburuan. Sub lapangan usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa


pertanian memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 22,14 persen,
dengan nilai 3.333.608,56 juta rupiah adh berlaku dan 2.566.442,49 juta
rupiah adh konstan. Pada tahun 2014 pertumbuhan sub kategori ini tercatat
sebesar minus 6,66 persen. Pertumbuhan negatif dari sub kategori tersebut
sangat berdampak pada pertumbuhan PDRB kabupaten Blora, karena peran
sub lapangan usaha ini cukup besar.
Berikut gambaran output dari sub kategori ini yang terdiri atas kegiatankegiatan sebagai berikut:
1. Pertanian Tanaman Pangan
Berkurangnya luas lahan pertanian menjadi kendala bagi rencana
peningkatan produk di kategori pertanian, terutama pada kegiatan tanaman
pangan. Dengan kendala tersebut, strategi peningkatan hasil pertanian
ditempuh melalui program intensifikasi pertanian. Program intensifikasi
pertanian dilakukan salah satunya melalui program sapta usaha tani, yaitu:
pengolahan tanah yang baik, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul,
pemupukan, pemberantasan hama, pengolahan pasca panen dan pemasaran.
Walaupun muncul kendala-kendala sebagaimana diatas, tetapi luasnya
lahan pertanian menjadi faktor pendukung besarnya andil pertanian terhadap
besaran PDRB Kabupaten Blora. Luas penggunaan lahan di Kabupaten Blora
adalah sebagai berikut:
Lahan sawah

: 46.035.712 Ha

Lahan tegal/kebun : 26.188.515 Ha


Hutan
Jumlah

: 90.416.520 Ha
: 162.640.747 Ha

Luas lahan sawah yang mencapai 46 ribu hektar, setiap tahunnya bisa
menghasilkan gabah sekitar 400 ribu ton. Sehingga peningkatan nilai tambah
bruto sub kategori ini sangat dipengaruhi oleh kenaikan produksi gabah,
walaupun hasil kategori pertanian lainnya tidak bisa diabaikan.
Luas lahan akan berpengaruh terhadap luas tanam dan luas panen.
Sedangkan besarnya produksi pertanian sangat ditentukan oleh besaran luas
panen.

2-55

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Pada tahun 2014 produksi padi mengalami penurunan, sedangkan


produksi palawija ada yang naik seperti jagung dan kedelai, dan ada yang

turun produksinya seperti ubi kayu, kacang hijau dan kacang tanah. Gabah
kering giling pada tahun 2014 turun dari 434.902 ton menjadi 424.436 ton
atau turun minus 2,41 persen. Penurunan ini cukup berpengaruh terhadap
pertumbuhan sub lapangan usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa
pertanian, karena dari gabah sendiri memberikan share yang cukup besar.
Sedangkan untuk produksi palawija, produksi jagung naik tipis dari 228.430
ton menjadi 245.085 ton ditahun 2014. Ubi kayu pada tahun 2013 produksinya
82.626 ton turun menjadi 66.517 ton. Produksi kacang hijau turun hampir lima
puluh persen dari tahun sebelumnya, kacang tanah turun sekitar sebelas
persen tetapi kedelai naik hampir dua ratus persen dari tahun sebelumnya.
2. Pertanian Tanaman Hortikultura
Yang masuk ke dalam pertanian tanaman holtikultura yang banyak
ditemui di Kabupaten Blora antara lain jenis sayuran: bawang merah, cabe,
bayam, sawi, kangkung, ketimun, terong, tomat dan lainnya. Untuk buahbuahannya seperti mangga, pisang, jambu biji, jeruk, semangka, melon dan
lainnya,

sedangkan

untuk

jenis

tanaman

hias

masih

jarang

ditemui

budidayanya. Potensi tanaman holtikultura di Blora masih belum begitu


berkembang.
Pada tahun 2014 produksi buah-buahan cukup bervariatif, ada yang
meningkat ada yang menurun dibanding tahun sebelumnya. Untuk mangga
dan pepaya ada kenaikan masing-masing sebesar 7 persen dan 46

persen,

sedangkan pisang, jambu air dan jambu biji produksinya turun masing-masing
sebesar 13 persen, 24 persen dan 9 persen.
3. Perkebunan
Budidaya

tanaman

perkebunan

di

Kabupaten

Blora

tidak

banyak

macamnya, yang banyak ditemui antara lain adalah tebu, tembakau, kelapa,
jambu mete dan empon-empon. Tapi dalam beberapa tahun terakhir banyak
masyarakat yang mulai budidaya tebu, salah satu pendorongnya karena di
Blora baru saja didirikan pabrik gula di Kecamatan Todanan.
Kondisi di tahun 2014 ada kecenderungan semua produk perkebunan
produksinya menurun dibandingkan tahun sebelumnya, walaupun ada yang
mengalami kenaikan seperti tebu dan tembakau. Dibandingkan dengan
produksi tahun 2013, produksi kelapa turun sebesar minus 7 persen, jambu

2-56

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

mete minus hampir 30 persen, sebaliknya tebu produksinya naik sekitar 23


persen.
4. Peternakan

Blora dikenal sebagai daerah potensi peternakan khususnya sapi potong.


Disamping sapi potong, ternak lainnya juga banyak dipelihara oleh masyarakat
Blora, seperti: kambing, domba maupun ayam, baik ayam ras mapun bukan
ras. Sedangkan hasil peternakan lainnya antara lain adalah susu dan telor.
Besarnya populasi ternyata tidak sebanding dengan nilai tambah brutonya.
Sebagai contoh pertambahan berat sapi atau perkembangbiakan sapi, sangat
lambat. Demikian juga dengan ternak-ternak lainnya. Hal ini terjadi karena
sistem pemeliharaan ternak secara umum masih bersifat tradisional.
Padahal didalam penghitungan nilai tambah bruto salah satu indikatornya
antara lain produksi daging untuk ternak besar, kecil dan unggas dan produksi
telor dan susu untuk produk ternak lainnnya
5. Jasa Pertanian dan Perburuan
Jasa pertanian merupakan kegiatan untuk menunjang kegiatan pertanian,
baik pertanian padi palawija, hortikultura, perkebuanan dan pertanian lainnya.
Termasuk jasa pertanian antara lain jasa penanaman, jasa pemanenan hasil
pertanian, jasa pengelolaan lahan, jasa persewaan alat pertanian, jasa
pemberantasan hama serta jasa-jasa lainnya.
Sedangkan perburuan adalah kegiatan menangkap hewan liar, atau
mengumpulkan tumbuhan-tumbuhan liar, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga.
2.3.2

Lapangan Usaha Kehutanan & Penebangan Kayu


Potensi kehutanan di Kabupaten Blora didominasi oleh hutan negara yang
tersebar di hampir seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Blora. Dalam
beberapa tahun terakhir, beberapa areal hutan negara tidak/kurang produktif
lagi sehingga kurang mampu meningkatkan output di sub kategori kehutanan.
Terdapat tiga wilayah pemangkuan hutan yaitu KPH Randublatung, KPH Cepu
dan KPH Blora. Ketiga KPH tersebut bertugas mengawasi lokasi hutan negara
di kecamatan yang menjadi tugasnya. Wilayah Kabupaten Blora juga cocok
dan cukup potensial untuk pengembangan hutan rakyat, karena
struktur tanah dan iklimnya cukup mendukung. Kecamatan yang memiliki
hutan rakyat antara lain: Jiken, Bogorejo, Jepon, Blora, Japah, Ngawen,
Kunduran dan Todanan.

2-57

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Produk kehutanan yang banyak dijumpai di Blora antara lain kayu jati,

kayu rimba dan kayu bakar baik produksi dari hutan negara maupun usaha
budi daya masyarakat. Disamping kayu-kayuan termasuk produk kehutanan
lainnya adalah bambu, arang, sarang burung walet maupun hasil kegiatan
lainnya yang memanfaatkan hutan sebagai sarananya seperti penangkapan
satwa liar di hutan maupun pengambilan daun jati oleh masyarakat termasuk
juga pengambilan tanaman obat-obatan dari hutan.
Pada tahun 2014, nilai tambah bruto sub lapangan usaha kehutanan
tercatat sebesar 752.886,61 juta rupiah adh berlaku, dengan andil terhadap
PDRB Kabupaten sebesar 5,00 persen. Untuk harga konstan nilai tambah
brutonya tercatat sebesar 540.416,55 juta rupiah dengan andil terhadap PDRB
Kabupaten sebesar 4,42 persen. Sub lapangan usaha ini pada tahun 2014
tumbuh sebesar 12,36 persen

adh berlaku dan minus 0,41 persen adh

konstan. Selama dua tahun terakhir sub lapangan usaha ini selalu tumbuh
negatif, dimana nilai pertumbuhan tahun 2014 ini lebih besar dari tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar minus 1,81 persen. Terhadap lapangan
usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sub lapangan usaha ini memberikan
share sebesar 18,37 persen adh berlaku dan 17,34 persen adh konstan.
2.3.3

Lapangan Usaha Perikanan


Selama ini sub kategori perikanan di Kabupaten Blora disumbang oleh
budidaya perikanan kolam dan budidaya perikanan dari perairan umum, yang
meliputi sungai, cekdam dan embung. Sedangkan sumbangan dari hasil
budidaya perikanan dari waduk relatif masih sangat kecil karena hanya
berasal dari Kecamatan Blora dan Tunjungan.
Sumbangan sub lapangan usaha perikanan terhadap PDRB Blora masih
cukup kecil. Pada tahun 2014 sumbangan yang diberikan dari sub lapangan
usaha ini tercatat sebesar 0,08 persen adh berlaku dengan nilai tambah bruto
sebesar 12.009,54 juta rupiah adh berlaku dan 9.087,37 persen adh konstan.
Pertumbuhan sub lapangan usaha ini pada tahun yang sama tercatat sebesar
3,09 persen (adh konstan), dan lebih rendah dari tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 8,54 persen. Terhadap lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan, sub kategori ini memberikan share sebesar 0,36 persen adh
berlaku dan 0,27 persen adh konstan.

2.3.4

Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian


Kategori B, yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian terdiri
atas 4 sub lapangan usaha. Untuk Kabupaten Blora hanya ada dua sub

2-58

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

lapangan usaha, yaitu pertambangan minyak, gas dan panas bumi dan sub

lapangan usaha pertambangan dan penggalian lainnya. Penerapan SNA 2008


menambah cakupan di lapangan usaha ini, khususnya sub lapangan usaha
pertambangan minyak, gas dan panas bumi. Sebelumnya nilai tambah bruto
sub lapangan usaha ini hanya minyak mentah, tetapi dengan penerapan SNA
2008 cakupannya bertambah tidak hanya dalam bentuk minyak bumi maupun
gas tetapi aktifitas yang berkaitan dengan pembentukan modal tetap bruto dan
evaluasi barang tambang juga dihitung sebagai output sebagai dasar
penghitungan nilai tambah bruto. Sehingga nilai tambah bruto nilainya cukup
besar dibandingkan dengan tahun dasar 2000.
Sumbangan lapangan usaha pertambangan dan penggalian terhadap
PDRB

Kabupaten

Blora

tahun

2014

tercatat

sebesar

14,64

persen

(adhberlaku), lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 13,80
persen. Nilai tambah lapangan usaha ini tercatat sebesar 2.203.453,30 juta
rupiah adh berlaku dan 1.779.359,69 juta rupiah adh konstan, dengan
pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar 5,08 persen (adhkonstan), melambat
dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,44 persen.
1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
Sub lapangan usahapertambangan minyak, gas dan panas bumi outputnya
evaluasi

dan

eksplorasi

barang

tambang

serta

belanja

modal

atau

pembentukan modal tetap bruto dalam kegiatan pertambangan. Merupakan


satu-satunya kabupaten di jawa tengah yang mempunyai kegiatan
pertambangan minyak bumi. Selain minyak bumi, Kabupaten Blora juga
memiliki potensi gas alam, tetapi sampai saat ini belum produksi
secara komersial. Pada tahun 2014 adh berlaku sub lapangan usaha ini
memberikan sumbangan sebesar 12,60 persen dengan nilai tambah bruto
sebesar 1.896.474,17 juta rupiah. Sedangkan share terhadap kategorinya, sub
lapangan usaha ini memberikan andil sebesar 86,07 persen adh berlaku dan
87,11 persen adh konstan.
2. Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Berikutnya adalah sub lapangan usaha pertambangan dan penggalian
lainnya. Di Kabupaten Blora, sub lapangan usaha ini hanya ada kegiatan
penggalian terutama penggalian golongan C seperti pasir, batu dan tanah
urug.

Sebenarnya

Blora

punya

potensi

yang

cukup

besar,

tetapi

pemanfaatan dan pengelolaannya belum sesuai apa yang diharapkan.

2-59

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Jenis bahan galian belum banyak dieksploitasi secara optimal dan diperkirakan
mempunyai cadangan yang cukup besar dan potensi yang cukup tinggi.

Beberapa jenis komoditi sub kategori penggalian tersebar dibeberapa


kecamatan dengan potensinya antara lain :
Sirtu

: Kecamatan Kradenan, Ngawen dan Cepu.

Pasir kuarsa

: Kecamatan Todanan, Japah, Tunjungan, Bogorejo, dan

Kecamatan Jepon.
Batu Pasir : Kecamatan Japah, Tunjungan dan Todanan
Tanah liat : Kecamatan Blora dan Todanan
Gipsum

Kecamatan

Jati,

Randublatung,

Kradenan,

Bogorejo

dan

Kecamatan Cepu.
Phospat

: Kecamatan Todanan.

Kalsit
Ball Clay

: Kecamatan Todanan.
: Kecamatan Todanan, Tunjungan, Bogorejo.

Batu Gamping

: Kecamatan Randublatung, Kradenan, Sambong, Japah,

Tunjungan, Bogorejo, Jepon,


Jiken dan Kecamatan Todanan.
Nilai tambah bruto sub lapangan usaha pertambangan dan penggalian
lainnya pada tahun 2014 tercatat sebesar 306.979,13 juta rupiah adh berlaku,
memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 2,04 persen. Sedangkan adh
konstan

tercatat

pertumbuhan

sub

sebesar

229.412,99

lapangan

usaha

ini

juta

rupiah.

meningkat

Pada

tahun

2014

dibandingkan

tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 10,05 persen (adh konstan). Sumbangan sub
lapangan usaha ini masih kecil, karena yang di eksploitasi baru galian
golongan C (pasir/batu/koral/tanah urug), padahal di sisi lain galian ini sumber
daya alamnya sudah mulai menipis, bahkan sudah semakin sulit didapat.
2.3.5

Lapangan Usaha Industri Pengolahan


Industri: adalah suatu unit produksi yang melakukan kegiatan mengubah
barang dasar (bahan baku/bahan mentah) menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang
lebih tinggi nilainya. Untuk lebih memudahkan dalam memahami angka-angka
yang ditampilkan dalam kategori ini, BPS Kabupaten Blora mengacu pada
konsep dan definisi yang dibakukan oleh BPS Pusat, dimana konsep tentang
industri di kelompokkan atau digolongkan menjadi empat.
Kriteria industri sebagai berikut:

2-60

Industri Besar

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

: Perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja

paling sedikit 100 orang.


Industri Sedang : Perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja
antara 20 - 99 orang.
Industri Kecil

: Perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja

antara 5 - 19 orang
Industri RT : Perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja antara
1 - 4 orang.
Perubahan tahun dasar 2000 menjadi tahun 2010 mengaplikasikan SNA
2008. Penerapan ini berdampak pada peningkatan level PDRB, karena ada
perubahan konsep, penambahan cakupan dan perbaikan data. Perubahan
konsep contohnya hasil industri yang dikonsumsi sendiri ikut diperhitungkan
nilainya sebagai output. Penambahan cakupan contohnya masuknya industri
pengilangan migas walaupun sifatnya hanya sebagai bahan studi. Perbaikan
data contohnya untuk industri pengolahan tembakau, cukai yang diberikan
dimasukkan sebagai output pada industri tersebut, dan lain sebagainya.
Dengan SNA 2008, lapangan usaha industri pengolahan meliputi 16
sub lapangan usaha yaitu: industri batubara dan pengilangan minyak; industri
makanan, minuman, industri tembakau; industri tekstil dan pakaian jadi;
industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki; industri kayu, barang dari kayu,
gabus, anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya; industri kertas dan barang
dari kertas, percetakan; industri kimia, farmasi dan obat tradisional; industri
barang dari karet dan plastik; industri barang galian bukan logam; industri
logam dasar; industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik
dan peralatan listrik; industri mesin dan perlengkapan; industri alat angkutan;
industri furniture; dan industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan
pemasangan mesin dan peralatan.
Nilai Tambah Bruto (NTB) lapangan usaha industri pengolahan pada
tahun

2014

tercatat

sebesar

1.717.341,09

juta

rupiah

adh

berlaku,

memberikan konstribusi terhadap PDRB sebesar 11,41 persen. Sedangkan


menurut harga konstan nilai tambah brutonya tercatat sebesar 1.341.483,13
juta rupiah dan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 10,97 persen.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013 sumbangan terhadap PDRB tahun 2014
mengalami sedikit peningkatan baik menurut harga berlaku maupun harga
konstan. Sedangkan pertumbuhan sub kategori industri pengolahan tercatat
sebesar 23,42 persen adh berlaku dan 14,46 persen adh konstan.

2-61

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Berikut ini adalah jenis industri yang cukup dominan di Kabupaten

Blora, antara lain: industri makanan dan minuman. Pada tahun 2014
mempunyai kontribusi terhadap lapangan usaha industri pengolahan sebesar
48,80 persen adh berlaku atau senilai 838.029,50 juta rupiah dan 48,14 persen
adh konstan atau senilai 645.771,03 juta rupiah. Dan pada tahun yang sama
nilai tambah brutonya tercatat sebesar 17,82 persen, jauh lebih tinggi dari
tahun sebelumnya. Kegiatan yang masuk dalam industri makanan dan
minuman beberapa diantaranya adalah industri tahu tempe, indutri roti,
industri krupuk dan lain sebagainya.
Yang kedua adalah industri pengolahan tembakau. Industri ini pada
tahun 2014 memiliki nilai tambah bruto sebesar 390.862,33 juta rupiah adh
berlaku dan 296.643,87 juta rupiah adh konstan, dan memberikan kontribusi
terhadap lapangan usahanya sebesar 22,76 persen (adh berlaku). Dan
pertumbuhan nilai tambah brutonya tercatat sebesar 22,55 persen.
Industri kayu, barang dari kayu, gabus, barang dari anyaman
bambu, rotan dan sejenisnya merupakan industri dominan yang ketiga yang
ada di Kabupaten Blora. Industri ini pada tahun 2014 mempunyai kontribusi
dilapangan usaha industri pengolahan sebesar 10,39 persen adh berlaku dan
10,07 persen adh konstan. Dengan nilai tambah bruto sebesar 178.513,62 juta
rupiah adh berlaku dan 135.050,16 adh konstan. Serta pada tahun yang sama
tercatat tumbuh sebesar 8,01 persen.
Dan Industri barang galian bukan logam diurutan berikutnya. Pada
tahun 2014 mempunyai sumbangan terhadap lapangan usahanya sebesar 3,73
persen adh berlaku dan 3,76 persen adh konstan. Dengan nilai tambah bruto
tercatat sebesar 63.975,21 juta rupah adh berlaku dan 50.464,63 adh konstan.
Yang termasuk industri barang galian bukan logam antara lain: industri batu
bata, genteng, gerabah dari tanah dan lain sebagainya.
2.3.6

Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas


Lapangan usaha ini terbagi menjadi dua sub lapangan usaha, sub
lapangan usaha ketenagalistrikan dan sub lapangan usaha pengadaan gas dan
produksi es. Penghitungan nilai tambah bruto ketenagalistrikan adalah listrik
yang terjual dikurangi dengan subsidi yang diterima, sedangkan pengadaan
gas tidak dijumpai di Blora, yang ada pada sub lapangan usaha ini hanya
produksi es.
Pertumbuhan lapangan usaha pengadaan listrik dan gas pada tahun 2014
tercatat sebesar 3,95 persen adhberlaku dan 3,22 persen adhkonstan.

2-62

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Kontribusi lapangan usaha ini terhadap PDRB Kabupaten Blora tahun 2014

masih rendah, tercatat sebesar 0,06 persen adh berlaku dan 0,08 persen adh
konstan. Meskipun sumbangan dari kategori ini terhadap PDRB relatif kecil,
tetapi merupakan lapangan usaha yang sangat vital untuk mendukung
keberlangsungan hidup masyarakat.
Peningkatan

jumlah

pelanggan

listrik

berdampak

positif

pada

pertumbuhan di sub lapangan usaha ketenagalistrikan. Dan semakin banyak


pelanggan, listrik yang terjual akan semakin besar. Kondisi tersebut akan
meningkatkan nilai tambah bruto pada kegiatan tersebut. Pada tahun 2014,
nilai tambah bruto sub lapangan usaha ketenagalistrikan adh berlaku tercatat
sebesar 9.560,64 juta rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,85
persen. Dan nilai untuk harga konstan tercatat sebesar 10.133,62 juta rupiah
dan tumbuh sebesar 3,19 persen. Kontribusi sub lapangan usaha ini terhadap
lapangan usahanya tercatat sebesar 98,31 persen adhberlaku dan 98,85 persen
adh konstan.
Untuk

sub

lapangan

usaha

pengadaan

gas

dan

produksi

es

kontribusinya masih sangat kecil baik terhadap PDRB kabupaten maupun


terhadap lapangan usahanya. Pada tahun 2014, sumbangan sub lapangan
usahaini terhadap lapangan usahanyatercatat sebesar 1,69 persen adh berlaku
dan 1,15 persen adh konstan. Dengan nilai tambah bruto sebesar 164,50 juta
rupiah adh berlaku dan 117,60 juta rupah adh konstan.
2.3.7

Lapangan Usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur

Ulang
Penerapan SNA 2008 memecah sektor listrik, gas dan air bersih menjadi
lapangan usaha pengadaan listrik, gas dan lapangan usaha pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang. Dan penerapan ini dimulai tahun
2010 bersamaan dengan perubahan tahun dasar baru. Kegiatan-kegiatan yang
tercakup dalam lapangan usaha ini antara lain pengadaan air bersih dari
PDAM, pamsimas dan pengadaan

air swasta lainnya. Disamping itu

kegiatan pengelolaan sampah dan daur ulang. Tetapi dari semua kegiatan
di atas, hanya dari PDAM yang datanya bisa diperoleh dengan baik, selebihnya
hanya melalui estimasi beberapa data pendukung.
Pertumbuhan lapangan usaha pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah
dan daur ulang pada tahun 2014 tercatat sebesar 13,98 persen adh berlaku
dan 4,89 persen adh konstan. Kontribusi lapangan usaha ini terhadap PDRB
Kabupaten Blora tahun 2014 masih rendah, tercatat hanya sebesar 0,05 persen

2-63

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

adh berlaku dan 0,05 persen adh konstan. Meskipun sumbangan dari kategori

ini terhadap PDRB relatif kecil, tetapi merupakan lapangan usaha yang cukup
vital untuk mendukung keberlangsungan hidup masyarakat.
Pertumbuhan

penduduk

berpengaruh

terhadap

penignkatan

jumlah

pelanggan PDAM, dan kecenderungan setiap tahun jumlah pelanggan PDAM


terus meningkat. Pada tahun 2014, jumlah pelanggan PDAM meningkat
sebesar 5,76 persen, yang berimbas pada nilai tambah bruto di lapangan usaha
ini. Sedangkan untuk penghitungan kegiatan pengelolaan sampah dan daur
ulang sifatnya masih sangat kasar, karena ketidaktersediaan data oleh
dinas/instansi atau lembaga. Disisi lain kegiatan pencataan untuk tersebut juga
masih sangat lemah.
Perluasan jaringan pada daerah yang sering dilanda kekurangan air
bersih pada saat musim kemarau diharapkan akan bisa menambah nilai
tambah bruto, tetapi disisi lain sering muncul kendala terutama pada
ketersediaan air baku, dimanapada musim kemarau pada beberapa waduk di
Kabupaten Blora yang menjadi air baku PDAM debit airnya menurun bahkan
ada yang mengalami kekeringan, akibatnya jumlah pemakaian air oleh
masyarakat juga ikut menurun.
2.3.8

Lapangan Usaha Bangunan/Konstruksi


Kegiatan konstruksi diprediksi akan terus tumbuh cukup baik dalam
beberapa tahun ke depan. Hal ini didorong oleh kebutuhan manusia akan
infrastruktur yang lebih baik. Pertumbuhan penduduk yang membutuhkan
tempat tinggal, kebutuhan pengusaha akan tempat usaha dan programprogram pemerintah dalam membangunan sarana dan prasarana umum, baik
jalan, jembatan maupun gedung dan konstruksi lainnya.
Nilai tambah bruto lapangan usaha ini masih didominasi kegiatan
konstruksi swasta, baik oleh masyarakat maupun oleh dunia usaha. Sedangkan
peran pemerintah prosentase masih lebih rendah. Tetapi walaupun demikian
peran pemerintah sebagai pendorong pembangunan melalui pembangunan
infrastruktur terutama jalan dan jembatan tidak bisa diabaikan. Belanja modal
pemerintah daerah untuk kegiatan konstruksi tahun 2014 meningkat 15,80
persen, dari 237,23 milyar rupiah menjadi 272,39 milyar rupiah. Hampir
seperempat dari output konstruksi selama tahun tersebut.
Pada tahun 2014 lapangan usaha bangunan tumbuh 6,01 persen, lebih
tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,96 persen. Dengan nilai
tambah bruto 650.405,34 adh berlaku dan 518.719,99 juta rupiah adh konstan.

2-64

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Kontribusi lapangan usaha ini tahun 2014 juga mengalami peningkatan yang

cukup signifikan, dari 4,12 persen di tahun 2013 menjadi 4,32 persen adh
berlaku, sedangkan adh konstan kontribusi terhadap PDRB meningkat dari
4,18 persen di tahun 2013 menjadi 4,24 persen pada tahun 2014.
2.3.9

Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor


Lapangan usaha ini terdiri atas dua sub lapangan usaha perdagangan
mobil, sepeda motor dan reparasinya dan sub lapangan, yaitu: usaha
perdagangan besar dan eceran. Perhitungan nilai tambah bruto (ntb) lapangan
ini memakai metode arus barang yaitu dengan cara menghitung besarnya nilai
komoditi lapangan usaha pertanian, industri, penggalian dan barang/jasa yang
diperdagangkan dari luar wilayah Kabupaten Blora. Metode arus barang yang
digunakan pada saat ini masih dipertahankan karena belum ada metode lain
yang lebih represetatif. Lapangan usaha ini merupakan lapangan usaha yang
cukup potensial karena kontribusi yang diberikan lapangan usaha ini
menduduki peringkat kedua setelah kategori pertanian.
Pada tahun 2014, nilai tambah bruto lapangan usaha ini adh berlaku
tercatat sebesar 2.513.888,45 juta rupiah dengan share terhadap PDRB
Kabupaten tercatat sebesar 16,70 persen. Sedangkan adh

konstan di tahun

yang sama, nilai tambahnya sebesar 2.233.698,83 juta rupiah dengan


pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar 6,86 persen lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31 persen.
1. Sub Lapangan Usaha Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya
Perkembangan tingkat kemakmuran penduduk biasanya diiringi dengan
pertambahan akan kepemilikan kendaraan bermotor, selain yang untuk
kegiatan usaha. Nilai tambah bruto sub lapangan usaha ini adalah margin dari
perdagangan kendaraan bermotor dan jasa reparasinya.
Kontribusi sub lapangan usaha ini terhadap lapangan usahanya di tahun
2014 tercatat sebesar 30,09 persen adh berlaku dengan nilai tambah brutonya
sebesar 756.425,21 juta rupiah. Untuk harga konstannya, kontribusi kategori
ini terhadap PDRB tercatat sebesar 25,95 persen dengan nilai tambah bruto
sebesar 579.690,25 juta rupiah. Sedangkan pertumbuhan di tahun 2014,
tercatat sebesar 8,52 persen adh berlaku dan 6,86 persen adhkonstan.
2. Sub Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran
Sub lapangan usaha ini pada tahun 2014 memiliki nilai tambah bruto
sebesar 1.757.463,24 juta rupiah adh berlaku dan 1.654.008,58

juta rupiah

2-65

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

adh konstan, dengan kontribusi terhadap lapangan usahanya tercatat sebesar


69,91 persen adh berlaku dan 74,05 persen adh konstan. Pertumbuhan nilai

tambah bruto adh konstan tercatat sebesar 6,29 persen. Nilai tambah bruto
diperoleh dari margin barang yang diperdagangkan dari lapangan
usaha

pertanian,

kehutanan

dan

perikanan,

lapangan

usaha

pertambangan/penggalian dan lapangan industri pengolahan serta


margin barang perdagangan yang berasal dari luar wilayah. Sehingga
pertumbuhan sub lapangan usaha ini disamping karena pertumbuhan lapangan
usaha primer ditambah lapangan usaha industri pengolahan, juga sangat
dipengaruhi pertumbuhan jumlah penduduk, kemampuan daya beli dan gaya
hidup masyarakat.
2.3.10

Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan


Lapangan usaha angkutan dan pergudangan terdiri atas enam sub

lapangan usaha, yaitu sub lapangan usaha angkutan rel, angkutan darat, sub
lapangan usaha angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan sub lapangan
usaha pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos dan kurir, sedangkan
yang tidak ada kegiatannya di Blora adalah sub lapangan usaha angkutan laut
dan angkutan udara.
Nilai tambah bruto lapangan usaha ini pada tahun 2014 tercatat sebesar
415.625,22 juta rupiah adh berlaku dan 381.365,59 juta rupiah adh konstan
atau tumbuh sebesar 10,57 persen. Sumbangan kategori ini terhadap PDRB
tercatat sebesar 2,76 persen adh berlaku dan 3,12 persen adh konstan.
1. Sub Lapangan Usaha Angkutan Rel
Angkutan transportasi darat saat ini dikembangkan dengan 2 jenis moda
angkutan, yaitu moda angkutan jalan raya dan moda angkutan jalan rel/kereta
api. Perkembangan perkeretaapian terus berjalan termasuk dalam rancang
bangun, teknologi komunikasi dan informasi, dan teknologi bahan. Hal ini
membawa pula perkembangan sarana dan prasarana kereta api. Wilayah Blora
dilalui oleh angkutan kereta api, utamanya di kecamatan-kecamatan sebelah
selatan, yaitu Kecamatan Jati, Randublatung, Kedungtuban dan Cepu. Ada
perbaikan pelayanan kereta api akhir-akhir ini, sehingga peminat angkutan ini
terus bertambah.
Pada tahun 2014, nilai tambah bruto sub lapangan usaha ini tercatat
sebesar 11.3694,91 juta rupiah adh berlaku dan 6.924,18 adh konstan, dengan
share terhadap lapangan usahanya tercatat sebesar 2,74 persen adh berlaku
dengan pertumbuhan sebesar 38,74 persen adh konstan.

2-66

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

2. Sub Lapangan Usaha Angkutan Darat

Sub lapangan usaha angkutan darat terdiri atas angkutan orang dan
barang seperti angkutan bus/mini bus, angkutan truk dan angkutan orang dan
barang lainnya. Peran angkutan ini sangat penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Infrastruktur terutama jalan, menjadi
tantangan tersendiri dalam pengelolaan kegiatan ini. Tetapi disisi lain ada
kendala-kendala yang ditemui dalam perjalanannya, yaitu kenaikan harga
bahan bakar minyak dan kenaikan komponen atau suku cadang kendaraan
bermotor.
Pada tahun 2014 lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan yang cukup
baik, yaitu sebesar 10,07 persen adh konstan, dengan nilai tambah bruto
sebesar 392.421,97 juta rupiah adh berlaku dan 365.109,81 juta rupiah adh
konstan. Sedangkan kontribusi terhadap lapangan usahanya tercatat sebesar
94,42 persen adh berlaku.
3. Sub Lapangan Usaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan dan
Sub Lapangan Usaha Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos
dan Kurir
Sub

lapangan

Kecamatan

usaha

Kedungtuban

penyeberangan
dan

Kradenan,

di

Kabupaten

berupa

Blora

ada

penyeberangan

di

sungai

bengawan solo. Sedangkan lainnya berupa angkutan wisata yang ada di waduk
Tempuran dan waduk Greneng. Sumbangan sub lapangan usaha ini pada tahun
2014 hanya sebesar 0,07 persen (adh berlaku) terhadap lapangan usahanya
dengan nilai tambah bruto sebesar 270,23 juta rupiah adh berlaku dan 208,38
juta rupiah adh konstan.
Sub lapangan usaha pergudangan dan jasa penunjang angkutan;
pos dan kurir terdiri atas persewaan gudang, terminal, jasa pos dan giro
serta kegiatan jasa pengiriman barang. Pada tahun 2014 memberikan
kontribusi terhadap lapangan usahanya sebesar 2,78 persen adhberlaku
dengan nilai tambah bruto sebesar 11.538,12 juta

rupiahadh berlaku

sertasebesar 9.123,23 juta rupiah adh konstan.


Meskipun kategori angkutan dan komunikasi memberikan kontribusi
relatif kecil terhadap total PDRB namun berperan cukup penting
kelancaran

kegiatan

perekonomian

terhadap

Kabupaten Blora khususnya dalam

kelancaran distribusi barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.

2-67

2.3.11

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum terdiri atas


dua sub lapangan usahanya, yaitu sub lapangan usaha akomodasi dan sub
lapangan usaha penyediaan makan minum. Pada tahun 2014 nilai tambah
bruto lapangan usaha ini tercatat sebesar 515.685,80 juta rupaih adh berlaku
dan 453.923,85 adh konstan, dan memberikan kontribusi terhadap PDRB
sebesar 3,43 persen (adh berlaku). Pemilihan anggota dewan dan pemilihan
presiden cukup mendorong lapangan usaha tersebut bisa tumbuh dengan baik,
tercatat sebesar 9,00 persen di tahun 2014.
Sub

lapangan

usaha

penyediaan

akomodasi

didominasi

oleh

kegiatan perhotelan. Jumlah hotel di Kabupaten Blora ada sekitar 32 hotel,


yang terdiri atas 4 hotel berbintang dan 28 hotel non bintang. Nilai tambah
brutonya dihitung berdasarakan jumlah malam menginap tamu hotel. Pada
tahun 2014 nilai tambah bruto adh berlaku sub lapangan usaha penyediaan
akomodasi tercatat sebesar sebesar 22.053,72 juta rupiah adh berlaku dan
15.773,64 juta rupiah adh konstan, dengan kontribusi terhadap lapangan
usahanya

tercatat

sebesar

4,28

persen

(adh

berlaku).

Sedangkan

pertumbuhan sub lapangan usaha ini pada tahun yang sama tercatat sebesar
10,63 persen (adh konstan).
Sub

lapangan

usaha

penyediaan

makan

minum

terdiri

dari

kegiatan restoran, rumah makan, kedai makan minum termasuk


kegiatan perdagangan makanan keliling. Nilai tambah bruto sub lapangan
usaha ini di tahun 2014 tercatat sebesar 493.632,08 juta rupiah adh berlaku
dan 438.150,21 juta
kategorinya

tercatat

rupiah
sebesar

adh

konstan, dengan

95,72

persen

(adh

kontribusi terhadap

berlaku)

dan

dengan

pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar 8,95 persen (adh konstan).


2.3.12

Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi


Teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan orang dengan cepat

mengetahui berita dan dengan cepat pula mengirimkan berita, jadi terciptalah
komunikasi yang efektif. Kini teknologi informasi komunikasi memperpendek
waktu secara lebih drastis. Suatu berita dapat mencapai keseluruh dunia
dalam waktu beberapa menit lewat berita yang cepat dari berbagai penemuan.
Demikianlah teknologi informasi mempengaruhi berbagai segi kehidupan.
Teknologi informasi menyebabkan komunikasi jarak jauh dapat dilakukan
dengan mudah. Dan juga menyebabkan informasi tentang keadaan konsumen,

2-68

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

harga bahan mentah dan keadaan pasar di semua negara dapat diketahui
dengan mudah dan cepat.

Pada tahun 2014 lapangan usaha ini memberikan kontribusi terhadap


PDRB sebesar 1,10 persen (adhberlaku) dengan nilai tambah bruto sebesar
166.227,55 juta rupiahdan 383.015,37 juta rupiah adh konstan, dengan
pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar 13,03 persen adh konstan.
2.3.13

Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi


Lapangan usaha ini terdiri dari beberapa sub lapangan usaha yaitu sub

lapangan usaha jasa perantara keuangan, sub lapangan usaha asuransi dan
dana pensiun, sub lapangan usaha jasa keuangan lainnya dan sub lapangan
usaha jasa penunjang keuangan. Nilai tambah bruto lapangan usaha ini pada
tahun 2014 tercatat sebesar 486.846,28 juta rupiah adh berlaku dan
383.015,37 juta rupiah adh konstan. Pertumbuhan kategori ini pada tahun
tersebut sebesar 6,99 persen (adh konstan), sedangkan sumbangan terhadap
PDRB sebesar 3,23 persen(adh konstan).
Sub lapangan usaha jasa perantara keuangan. Kegiatan yang
termasuk dalam sub lapangan usaha ini adalah

kegiatan perbankan

termasuk bank perkreditan rakyat. Nilai tambah sub lapangan usaha ini
pada tahun 2014tercatat sebesar 360.540,52 juta rupiah adh berlaku dan
276.717,06 juta rupiah adh konstan sehingga memberi kontribusi terhadap
lapangan usahanya sebesar 74,06 (adh berlaku). Dengan pertumbuhan yang
bagus, yaitu sebesar 5,17 persen(adh konstan). Pertumbuhan positif ini
menggambarkan roda perekonomian di Kabupaten Blora masih cukup bagus,
yang terlihat dari besaran kredit yang dikeluarkan oleh perbankan yangterus
meningkat.
Sub lapangan usaha asuransi dan dana pensiun. Yang termasuk
dalam sub lapangan usaha ini adalah kegiatan asuransi, baik asuransi jiwa
maupun asuransi lainnya (asuransi kesehatan, asuransi pendidikan dan
lainnya), serta lembaga dana pensiun yang diselenggarakan oleh
perbankan maupun oleh lembaga asuransi. Peran sub lapangan usaha ini
masih cukup kecil baik terhadap lapangan usahanya maupun terhadap total
PDRB. Pada tahun 2014 nilai tambah bruto sub lapangan usaha ini sebesar
3.378,04 juta rupiah adh berlaku dan 2.884,37 juta rupiah adh konstan.
Kontribusi sub lapangan usaha ini terhadap lapangan usahanya tercatat
sebesar 0,69 persen (adh berlaku).

2-69

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Sub lapangan usaha jasa keuangan lainnya. Sub lapangan usaha ini
antara

lain

adalah

koperasi

simpan

pinjam,

pegadaian,

lembaga

pembiayaan, leasing dan jasa keuangan lainnya. Pada tahun 2014


kontribusi sub lapangan usaha ini terhadap lapangan usahanya tercatat
sebesar 25,25 persen (adh berlaku), dengan nilai tambah bruto tercatat
sebesar 122.921,39 juta rupiah adh berlaku dan 103.408,78 juta rupiah adh
konstan. Dan tumbuh sebesar 11,92 persen (adh konstan).
Sub kategori jasa penunjang keuangan, terdiri atas kegiatan money
changer, agen asuransi, debt collector dan lainnya.Pada tahun 2014
mengalami pertumbuhan sebesar 14,29 persen (adhkonstan).

Dengan nilai

tambah bruto sebesar 6,33 juta rupiah adh berlaku dan 5,16 juta rupiah adh
konstan, sehingga kontribusi sub lapangan usaha ini sangatlah kecil baik
terhadap lapangan usahanya maupun terhadap PDRB.
2.3.14

Lapangan Usaha Real Estate


Dengan penerapan SNA 2008, kegiatan real estate menjadi lapangan

usaha sendiri, dimana sebelumnya merupakan bagian dari sektor keuangan,


persewaan dan jasa perusahaan. Lapangan usaha ini didominasi oleh
kepemilikan properti yang dimiliki oleh masyarakat. Kepemilikan properti
oleh rumah tangga dihitung sebagai output, sesuai konsep Owner Occupied
Dwelling (OOD), yaitu mengestimasi output properti yang digunakan oleh
rumah tangga sendiri. Selain itu persewaan properti seperti bangunan tempat
tinggal dan bangunan untuk usaha juga masuk di dalam lapangan usaha ini.
Pada tahun 2014 kontribusi lapangan usaha ini terhadap PDRB tercatat
sebesar 1,37 persen (adh berlaku), dengan nilai tambah bruto tercatat sebesar
206.964,44 juta rupiah adh berlaku dan 191.350,14 juta rupiah adh konstan.
Dan tumbuh sebesar 8,82 persen (adh konstan).
2.3.15

Lapangan Usaha Jasa Perusahaan


Kegiatan yang masuk dalam lapangan usaha ini antara lain: jasa hukum

dan akuntansi, jasa ahli, tehnis dan jasa bisnis lainnya, jasa persewaan
(persewaan alat pesta, persewaan alat-alat pertanian dan sebagainya),
juga jasa pendukung lainnya seperti jasa penyaluran tenaga kerja, biro
perjalanan wisata, jasa fotocopy dan lain sebagainya.
Pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 10,60 persen (adh
konstan). Dengan nilai tambah bruto sebesar 44.499,21 juta rupiah adh
berlaku dan 37.687,76 juta rupiah adh konstan, sehingga kontribusi terhadap
PDRB sebesar 0,30 persen (adh berlaku).

2-70

2.3.16

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Lapangan Usaha Adm Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib
Belanja pemerintah terdiri atas gaji dan belanja rutin lainnya,
masuk sebagai nilai tambah lapangan usaha ini. Belanja yang dimaksud tidak
hanya belanja pemerintah daerah (kabupaten dan propinsi) saja, tetapi juga
belanja instansi/lembaga pemerintah pusat yang ada di daerah.
Pada tahun 2014 nilai tambah lapangan usaha administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib tercatat sebesar 573.232,85 juta rupiah
adh berlaku dan 456.716,05 adh konstan. Sumbangan terhadap PDRB tercatat
sebesar 3,81 persen (adh berlaku) dan pada tahun yang samalapangan usaha
ini tumbuh sebesar 2,04 persen (adh konstan).
2.3.17

Lapangan Usaha Jasa Pendidikan


Jasa pendidikan dimana untuk penghitungan PDRB tahun dasar 2000

yang dihitung hanya untuk kegiatan jasa pendidikan yang dikelola oleh swasta,
tetapi dengan penerapan SNA 2008 jasa pendidikan yang dihitung tidak
hanya yang dikelola oleh swasta, tetapi dana-dana pendidikan yang
bersumber dari pemerintah untuk kegiatan pendidikan swasta juga ikut
dihitung nilai tambahnya.
Wajib belajar 12 tahun dan amanat undang-undang yang mewajibkan 20
persen APBN untuk pendidikan sangat berdampak pada level PDRB. Peran
atau sumbangan lapangan usaha ini terhadap PDRB naik secara signifikan.
Nilai

tambah

bruto

lapangan

usaha

administrasi

pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial wajib pada tahun 2014 tercatat sebesar
971.762,09 juta rupiah adh berlaku dan 729.250,66 juta rupiah adh konstan,
sumbangan lapangan usaha ini terhadap PDRB sebesar 6,45 persen (adh
berlaku) dan pertumbuhan nilai tambah bruto pada tahun yang sama sebesar
12,76 persen (adh konstan).
2.3.18

Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan

pembangunan

bangsa.

Pembangunan

tidak

akan

mungkin

berhasil tanpa tersedianya salah satu modal dasar yaitu kesehatan masyarakat.
Pembangunan kesehatan selama beberapa dekade terakhir diakui cukup
berhasil,

terutama pembangunan infrastruktur kesehatan yang telah

menyentuh hampir seluruh kecamatan bahkan sampai pedesaan.


Niilai tambah bruto lapangan usaha ini terdiri atas kegiatan jasa
kesehatan rumah sakit, balai pengobatan, dokter dan bidan serta

2-71

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

pelayanan kesehatan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat. Pada


tahun 2014 pertumbuhan nilai tambah kegiatan ini tercatat sebesar 12,19
persen (adhkonstan), dengan nilai tambah bruto sebesar 144.177,12 juta
rupiah adh berlaku dan115.090,34 juta rupiah adh konstan. Sumbangan
kegiatan ini terhadap PDRB adalah sebesar 0,96 persen (adh berlaku).
2.3.19

Lapangan Usaha Jasa Lainnya


Lingkup kegiatan lapangan usaha jasa lainnya sangat banyak, antara lain:

Jasa kesenian hiburan dan rekreasi, yang terdiri dari kegiatan seni
pertunjukan, kegiatan pekerja seni, kegiatan hiburan, kegiatan
pariwisata, taman budaya, taman nasional, kegiatan olah raga, dan
lain sebagainya.

Jasa reparasi barang-barang rumah tangga, antara lain: reparasi


elektronik, reparasi perabot rumah tangga, reparasi perhiasan dan
lain sebagainya.

Jasa perorangan yang melayani rumah tangga, seperti salon


kecantikan, tukang pangkas rambut, laundry, jasa permak pakaian
dan lain sebagainya.

Pada tahun 2014 nilai tambah bruto kegiatan ini tercatat sebesar
329.946,42 juta rupiah adh berlaku dan 290.400,80 juta rupiah adhkonstan.
Sedangkan pertumbuhan kegiatan ini pada tahun 2014.
2.4 TINJAUAN KEBIJAKAN TATA RUANG
2.4.1

TUJUAN & KEBIJAKAN


TUJUAN,

Penataan

ruang

wilayah

daerah

bertujuan

mewujudkan

penataan ruang Daerah sebagai kawasan agro industri dan agro forestry yang
seimbang dan lestari dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
Kebijakan penataan ruang wilayah meliputi:
1.

Pengembangan wilayah berbasis agro industri;

2.

Pengembangan wilayah berbasis agro forestry;

3.

Pengendalian

dan

peningkatan

dalam

pertanian

pangan

berkelanjutan;
4.

Penataan pusat pusat pertumbuhan ekonomi;

5.

Pengembangan sistem jaringan prasarana mendukung konsep


agro industri, agro forestry, dan pelayanan dasar masyarakat;

6.

Pengelolaan sumber daya alam dan buatan berbasis kelestarian


lingkungan hidup;
2-72

7.

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PRODUK UNGGULAN DAERAH KABUPATEN
BLORA
2016

Pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek


ekologis;

8.

Pengembangan nilai nilai sosial dan budaya;

9.

Pengendalian kegiatan pada kawasan rawan bencana; dan

10.

Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan


negara.

2-73

Anda mungkin juga menyukai