Anda di halaman 1dari 28

Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH

2.1. LOKASI DAN LUAS WILAYAH PENYELIDIKAN

Daerah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)

Eksplorasi Bijih Nikel DMP PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA secara administratif

terletak di Desa Lanona, Bahomante, Bahomoleo dan Bahoea Reko-Reko

Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Secara

geografis wilayah IUP Eksplorasi terletak pada batas koordinat seperti pada Tabel

2.15. Daerah yang dimohon untuk ditingkatkan menjadi Izin Usaha Pertambangan

(IUP) Operasi Produksi Bijih Nikel adalah IUP Eksplorasi Blok Lanona adalah seluas ±

3.555 Ha (terjadi pengurangan seluas ± 595.00 Ha, karena merupakan kawasan

hutan lindung berdasar Revisi RTRW Kabupaten Morowali periode 2012-2032) dari

luas seluruhnya ±4.150 Ha, yaitu berasal dari IUP Eksplorasi sesuai Keputusan Bupati

Morowali Nomor 540.2/SK.045/DESDM/IV/2010 tertanggal 26 April 2010. Daerah

prospek yang telah diteliti adalah seluas ± 1.780 hektar dan sumberdaya potensial

bijih nikel lebih dari 13,50 juta wet metric ton (WMT). Jumlah cadangan bijih nikel

masih akan bertambah sejalan dengan perkembangan pekerjaan eksplorasi yang

masih terus berlanjut bersamaan/paralel dengan kegiatan produksi (Gambar 2.7).

2.2. KESAMPAIAN DAERAH DAN SARANA PERHUBUNGAN SETEMPAT

Cadangan bijih nikel yang dimohon terletak di Blok Tambang Lanona, terletak di

bagian Utara Ibu Kota Kabupaten Morowali (Bungku) Provinsi Sulawesi Tengah.

Lokasi kegiatan di daerah Blok Tambang Lanona ini bila ditempuh dari Jakarta ke

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 1
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Lokasi pertambangan dapat dicapai dari Jakarta dengan menggunakan pesawat

terbang menuju Makassar sekitar 1,5 jam. Dilanjutkan dengan pesawat kecil menuju

bandara milik PT. INCO tbk. di Soroako sekitar 2 jam. Dari Makassar menuju Soroako

juga dapat ditempuh melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat sekitar 8

jam. Setelah tiba di Soroako selanjutnya menyeberangi danau Matano sekitar 1 jam

dan dilanjutkan menuju lokasi Desa Lanona, Bahomante, Bahomoleo dan Bahoea

Reko-Reko sekitar 8-9 jam yang merupakan wilayah Blok Tambang Lanona, yang

ditempuh dengan menggunakan kendaraan 4WD.

Gambar 2-1. Peta Jalur Akses Menuju ke Blok Tambang Lanona (Kec. Bungku Tengah)

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 2
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

2.3. KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH

Kabupaten Morowali yang memiliki luas 15.490,12 km2 dengan jumlah Kecamatan

13 dan 240 Desa. Berdasarkan data penduduk tahun 2009, di Kabupaten Morowali

mencapai 220.000 jiwa (BPS., 2010). Potensi sumberdaya alam yang terdapat di

Morowali seperti Perkebunan, sumberdaya mineral dan sumberdaya hayati cukup

besar untuk dikelola. Salah satu sumberdaya mineral yang besar potensinya adalah

bijih nikel. Dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten Morowali disebutkan bahwa

sebaran sumberdaya mineral nikel di Kecamatan Bungku Tengah, Soyo Jaya,

Witaponda, Bungku Barat, Bungku Selatan, Bahodopi dan Menui Kepulauan.

Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi

beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh karena itu dalam

menangani permasalahan penduduk, selain mengupayakan pengendalian jumlah

penduduk, tapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya

manusia.

Berdasarkan data Kecamatan Bungku Tengah Dalam Angka tahun 2010 (BPS, 2011),

penduduk Kecamatan Bungku Tengah adalah 24.435 jiwa yang terdiri dari 12.561

jiwa penduduk laki-laki dan 11.874 jiwa penduduk perempuan dengan sex rasio

sebesar 105,79 yang berarti dalam 100 penduduk perempuan terdapat 106

penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah sekitar 1.112,80 Km2, maka tingkat

kepadatan penduduk 22 jiwa/Km2. Adapun mata pencaharian penduduk pada

umumnya adalah sebagai petani, berkebun, berdagang, nelayan dan pekerjaan

disektor jasa dan industri rumah tangga. Sementara itu, Jumlah penduduk di

Wilayah Studi adalah sebanyak 4.815 jiwa, dengan kepadatan 19,00 jiwa/Km2 dan

sex ratio cenderung berimbang 110,24; jumlah penduduk wilayah studi didominasi

oleh Desa Bahoea Reko-Reko (Kec. Bungku Barat) 1.828 jiwa yang terdiri dari 954

jiwa penduduk laki-laki dan 874 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan

penduduk rata-rata 29 jiwa/Km2, dan sex rasio 109,15; diikuti oleh Desa Bahomante,

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 3
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Bahomoleo, dan Desa Lanona (Kec. Bungku Tengah) masing-masing dengan

jumlah penduduk 1.213 jiwa, 1.048 jiwa, dan 708 jiwa.

Keadaan sosial ekonomi penduduk setempat relatif masih tertinggal. Kondisi

lingkungan yang tadinya agak terisolasi, saat ini mulai terintegrasi dengan

wilayah/desa lain karena sarana transportasi darat sudah cukup lancar yaitu

kendaraan roda empat dan roda dua yang masuk dan melewati wilayah Desa

Lanona, Bahomante, Bahomoleo dan Bahoea Reko-Reko. Jalan Trans Sulawesi dari

Kolonodale ke Kota Bungku, dan lanjut ke Bahodopi menuju ke wilayah Konawe

Utara (Provinsi Sulawesi Tenggara) kondisinya masih terus ditingkatkan kualitasnya,

namun saat ini proyek perbaikan dan peningkatan jalan Trans Sulawesi tersebut

sedang berlangsung, sehingga diharapkan akan menjadi lebih baik dan nyaman.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk di lokasi kegiatan adalah

bertani/kebun, beternak, bersawah dan nelayan. Agama yang dianut oleh

masyarakat di wilayah studi dominan beragama Islam, disamping agama Kristen,

Hindu atau Budha. Adapun penduduk yang memeluk Kristen dan sebagian Agama

Hindu/Budha, pada umumnya adalah warga transmigran yang berasal dari etnis

Bali, Jawa dan penduduk lokal etnis Mori yang bermukim di wilayah tersebut.

Kehidupan masyarakat antar pemeluk agama cukup terjalin dengan harmonis.

Konflik Poso ternyata memberikan pembelajaran bagi mereka untuk saling

menghargai dan menghormati.

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan baik negeri maupun swasta akan

sangat berpengaruh pada peningkatan sumberdaya manusia dan sekaligus

menjadi barometer terhadap kualitas masyarakat. Sarana dan prasaran pendidikan

di wilayah studi (yaitu khusus Desa Lanona, Bahomante, Bahomoleo dan Bahoea

Reko-Reko) Kecamatan Bungku Tengah hanya terdapat 3 buah taman kanak-

kanak, Sekolah Dasar (SD) 7 buah, sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA/SMK) belum ada. Berdasarkan data

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 4
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

sekunder dari Laporan Stasiun BMG Bungku dan Kolonedale (2010), iklim mikro untuk

suhu, kelembaban dan curah hujan disajikan sebagai berikut :

1. Iklim

Iklim merupakan faktor yang penting bagi kehidupan manusia, hewan maupun

tumbuhan yang hidup dipermukaan bumi. Sampai saat ini, iklim merupakan salah

satu faktor yang belum bisa diatur dengan kemampuan teknologi manusia. Oleh

karena itu, dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan iklim, hal yang

dapat dilakukan hanya menyesuaikan kegiatan tersebut dengan kondisi iklim yang

ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal.

Parameter iklim (data curah hujan) menggunakan data-data iklim sekunder yang

diperoleh dari dari stasiun curah hujan milik BMG Bungku/Kolonodale periode 2001

sampai dengan 2009 dan Monografi Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun

2010. Hasil analisis curah selama 9 tahun (2001 s/d 2009) menunjukkan bahwa rata-

rata bulan basahnya sebanyak 8-9 bulan dengan jumlah curah hujan bulanan lebih

dari 100 mm, dan rata-rata bulan keringnya sebanyak 2-3 bulan dengan jumlah

curah hujan bulanan kurang dari 60 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi sebesar

315,33 mm terdapat pada bulan Juni, dengan hari hujan rata-rata 13,4 hari. Rata-

rata curah hujan terendah sebesar 39,8 mm terdapat pada bulan Oktober dengan

hari hujan rata-rata 3,0 hari. Data iklim/curah hujan selama 9 tahun (2001-2009)

selengkapnya disajikan pada Tabel 2-1.

Tabel 2.1. Data Curah Hujan Di Areal Lokasi Studi Tahun 2001-2009

Curah Hujan Tiap Bulan (mm)
Thn  Rerata/
Jan  Feb  Mar  Apr  Mei Jun Jul  Agt  Sep Okt Nov  Des  Jml/Thn 
Bln 
2001  209  134  285  280 269 264 201 185 187 120 135 175  2,444  204 
2002  212  138  300  295 275 280 250 192 180 110 137 162  2,531  211 
2003  195  150  296  273 240 295 300 197 150 85 97 107  2,385  199 
2004  202  162  310  280 258 286 206 188 168 90 87 183  2,420  202 
2005  213  127  325  275 271 278 210 172 142 78 93 197  2,381  198 
2006  438  225  399  311 220 198 391 149 70 257 144 ‐  2,802  234 
2007  184  237  115  129 349 668 359 209 36 203 135 100  2,724  227 
2008  170  197  183  183 251 304 307 81 80 101 160 117  2,134  178 
2009  165  226  190  152 251 265 291 99 77 101 155 115  2,087  174 
Sumber : PTP Nusantara XIV (Persero) Unit Beteleme dan BMG Bungku/Kolonodale. 2010. 

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 5
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Dari data curah hujan tersebut terlihat bahwa curah hujan di areal proyek adalah di

antara 2.087–2.802 mm dalam periode 2001 sampai dengan 2009. Pola curah hujan

adalah sama sepanjang masa, yaitu perbedaan jatuhnya curah hujan setiap

bulannya tidak begitu nampak dan hampir merata sepanjang tahun. Bulan Oktober

sampai Desember merupakan bulan kering, sedangkan sampai September

merupakan bulan yang paling banyak curah hujan.

Berdasarkan Peta Agroklimat dari klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, sebagian

besar kawasan IUP eksplorasi di Blok Tambang Lanona Kecamatan Bungku Tengah

Kabupaten Morowali bertipe iklim C (Daerah Agak Basah), termasuk wilayah IUP.

Eksplorasi Pertambangan Bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA; dengan

nisbah rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 8-9, atau termasuk wilayah/daerah

agak basah. dengan rata-rata jumlah bulan basah 9-10 bulan dan nisbah Q (%)

adalah 33,3 – 60,0%, atau termasuk wilayah/daerah agak basah (Gambar 2.2).

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 6
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Gambar 2.2. Peta Agroklimatologi Menurut Schmidt dan Ferguson di Wilayah Studi dan Sekitarnya.

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 7
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Gambar 2-3. Peta Sebaran Curah Hujan Tahunan di Wilayah Studi dan sekitarnya (Kisaran CH 2600-2800 mm/tahun).

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 8
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Temperatur, Kelembaban Udara, Kecepatan dan Arah Angin

Data iklim yang meliputi temperature kelembaban udara, kecapatan dan arah

angin untuk wilayah studi diperoleh dari pengukuran sesaat di bulan September

2010 dan hasilnya dapat disajikan pada Tabel 2.2. Data tersebut menunjukkan

bahwa Suhu udara terendah 20,4 °C dan suhu udara maksimum 30,1 °C dengan

rata-rata 26,8 °C. Kelembaban nisbih berkisar antara 73% – 90% terjadi pada areal

terbuka.

Tabel 2.2. Hasil Pengukuran Unsur-unsur Iklim di Sekitar Lokasi Pertambangan Bijih
Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Waktu  Unsur Iklim  Angin 
No. 
Pengukuran (Jam) Suhu Udara Kelembaban (%) Kecepatan  Arah
10 September 2011          
1 10 20.8 90 0.88 320
2 11 20.9 90 1.92 175
3 12 20.9 90 1.22 210
4 13 30 91 1.42 200
5 14 30 91 0.87 190
6 15 30 76 1.54 190
7 16 20.9 80 1.01 220
8 17 20.8 73 0.01 180
9 18 20.6 80 0.03 180
10 19 20.6 90 0 180
11 20 20.6 80 0.04 180
12 21 20.5 80 0.23 140
13 22 20.4 89 0.1 285
14 23 20.5 85 0.21 240
15 24 20.5 85 0.12 310
16 1 20.4 89 0.02 290
17 2 20.4 89 0.1 290
18 3 20.4 89 0.13 210
19 4 20.4 89 0.01 290
20 5 20.4 89 0.03 290
21 6 20.5 89 0.31 290
22 7 20.6 90 0.42 75
23 8 20.7 90 0.22 80
11 September 2011 
24 9 20.7 90 0.33 60
25 10 20.8 80 0.42 190
26 11 20.6 90 0.34 260
27 12 20.7 90 1.4 110
28 13 20.7 90 0.41 70
29 14 20.7 90 0.71 60
30 15 20.6 90 0.43 80
31 16 20.6 90 0.14 30
32 17 20.6 90 0.63 50
33 18 20.6 90 0.23 30
34 19 20.7 90 0.42 60
35 20 20.7 90 0.05 49
36 21 20.6 90 0.23 50
37 22 20.5 89 0.05 289
38 23 20.6 90 0.05 10
39 24 20.6 90 0.03 10
40 1 20.6 85 0.42 60
41 2 20.6 90 0.23 50
42 3 20.7 90 0.02 80
43 4 20.5 89 0.13 70
44 5 20.5 89 0.1 50
45 6 20.6 90 0.2 75
46 7 20.6 90 0.51 80

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 9
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Waktu  Unsur Iklim  Angin 


No. 
Pengukuran (Jam) Suhu Udara Kelembaban (%) Kecepatan  Arah
12 September 2011         
47  8  20.5 89 0.11  40
48  9  20.6 89 0.62  110
49  10  20.7 89 0.3  100
50  11  20.7 89 0 0
51  12  20.7 89 0.82  255
Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan, Tim Amdal 2011

2. Hidrologi

Di lokasi kegiatan terdapat sungai besar dengan beberapa anak sungainya yaitu

Sungai/DAS Earekoreko. Hulu sungai dan anak sungai ada yang letaknya di sekitar

lokasi kegiatan. Kondisi sungai tersebut mengalir sepanjang tahun baik musim

penghujan maupun musim kering meskipun debitnya masih sangat terpengaruh

oleh musim yang sedang berlangsung, disamping itu terdapat pula sungai-sungai

kecil yang merupakan anak-anak sungai dari Sungai/DAS Earekoreko.

n Karakteristik Fisik Sungai

Lokasi rencana kegiatan proyek pembangunan tambang nikel PT. MERIDIEN

MINERAL INDONESIA terletak di sekitar wilayah Blok Tambang Lanona yang

melingkupi 4 (empat) Desa yaitu Desa Lanona, Bahomante, Bahomoleo dan

Bahoea Reko-Reko Kecamatan Bungku Tengah, memiliki Daerah Aliran Sungai

(DAS) Earekoreko. Berdasarkan data Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Palu,

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU dalam Water Resources

Development Study Di Morowali, 2008, Luas Tangkapan DAS Earekoreko adalah

sebesar 325 km2, dengan panjang sungai sekitar 25 km.

n Debit Aliran

Debit rata-rata bulanan menggambarkan variasi ketersediaan air yang ada di

Sungai/DAS Earekoreko, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4. Debit rata-rata

bulanan Sungai/DAS Earekoreko berkisar antara 21.43 – 35.22 m3/detik. Debit

bulanan rata-rata terendah (<25 m3/detik) terjadi pada bulan Oktober dan

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 10
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

November. Selama setahun debit rata-rata bulanan terjadi tiga kali naik

(maksimum) yaitu pada bulan Februari, Mei dan Agustus.

40

35 35.22

Debit rata-rata bulanan (m3/detik)


32.73
31.76
31.00
30
28.29 28.38
27.38 26.99 27.35 26.92
25 24.29

21.43
20

15

10

Nov
Jun
Feb

Sep
Jul
Mar

Apr

Ags

Des
Mei

Okt
Jan

Sumber : Water Resources Development Study di Morowali, 2008

Gambar 2.4. Debit Rata-rata Bulanan Sungai/DAS Earekoreko

Agar sungai tidak terganggu dan tercemar oleh adanya pembukaan lahan, maka

nantinya tidak menambang di bagian hulu yang merupakan mata air sungai serta

sepanjang daerah aliran sungai (DAS) akan dibuat bantaran dengan lebar 25-50

meter di kiri kanan sungai. Bantaran sungai ini tidak akan ditambang. Sekarang ini

untuk keperluan air minum dan MCK, penduduk memperoleh air dari beberapa

mata air dan air sumur.

3. Keadaan Flora dan Fauna

Komponen biologi yang diamati di lokasi rencana Proyek Penambangan Bijih Nikel

DMP PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA meliputi flora, fauna dan hidrobiota di lokasi

tapak proyek dan sekitarnya.

3.1. Biota Darat

Komponen Biota Darat di Wilayah tambang Blok Lanona, terdiri dari vegetasi/flora

dan fauna (termasuk satwa liar dan satwa domestikasi).

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 11
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

a. Flora/Vegetasi

Vegetasi di sekitar areal rencana penambangan bijih Nikel merupakan vegetasi

areal berhutan, bekas tebangan dan non-hutan. Berdasarkan penutupan lahan

dibedakan menjadi dua matriks landscape bentang alam, yaitu Vegetasi hutan

alam (primer dan sekunder), dan Tumbuhan bawah (semak belukar). Areal

penambangan Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA, merupakan landscape

hutan alam (primer, sekunder) yang belum mengalami perubahan dengan potensi

yang tinggi dan pada lantai hutan didominasi oleh tumbuhan bawah berupa

semak belukar.

Berdasarkan hasil pengamatan dan orientasi lapangan maka kondisi ekologi areal

penambangan bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA dapat dikelompokkan

menjadi 3 tipe ekosistem yaitu Ekosistem pegunungan rendah, Ekosistem padang

Rumput, Ekosistem Rivarian dan Ekosistem sungai.

Terbentuknya ekosistem tersebut di atas ditunjang oleh kondisi topografi lokasi studi

yang sangat bervariasi, mulai dari datar, landai, bergelombang, berbukit- bukit

sampai bergunung, serta posisi ketinggian di atas permukaan laut. Hasil

pengamatan diperoleh 26 jenis vegetasi yang pola penyebaran sangat bervariasi,

ke 26 jenis vegetasi tersebut adalah seperti terlihat pada tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Vegetasi di dalam lokasi


kegiatan PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA Kabupaten Morowali.
NILAI 
No  Nama Lokal  Nama Ilmiah 
KR  DR  FR 
     
1  Meranti  Shorea sp  34,3  33,3  10,4 
2  Palapi  Terrietia javanica 37,7  37,9  10,4
3  Nantu  Palaguium obtisufollium  2,23  2,85  6,25 
4  Kemiri  Aleurites moluccana  0,83  1,06  6,25 
5  Tipulu  Bischoffia javanica 1,39  1,24  6,25
6  Bintangur  Callophyllum saulatri Burn  0,27  0,35  2,08 
7  Binuang  Octomeles sumatrana Mig  0,27  0,35  2,08 
8  Sengon  Albizia chinensis Merr. 0,27  0,35  2,08
9  Kayu lana  Gluta renghas L.  0,27  0,35  2,08 
10  Kayu putih  Eucalyptus alba  1,39  1,78  4,16 
11  Cemara kipas  Thuja orientalis L. 0,27  0,35  2,08
12  Mangga Hutan  Mangifera sp  1,39  1,78  4,16 
13  Pinang hias  Helicolia humilis  0,27  0,35  2,08 
14  Cemara  Casuarina junghuhniana Mig 1,11  1,42  4,16

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 12
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

NILAI 
No  Nama Lokal  Nama Ilmiah 
KR  DR  FR 
15  Lare   Acasia nilotica  10,8  8,55  10,4 
16  Sukun  Artocarpus altilitis 0,27  0,35  2,08
17  Kayu lana  Gluta renghas L.  0,27  0,35  2,08 
18  Sida guri  Sida rhombifolia  0,27  0,71  2,08 
19  Galunggang  Sida acuta 1,39  1,78  2,08
20  Alimusa  Mimosa invisa  0,83  1,06  2,08
21  Kayu lana  Gluta renghas L.  0,83  1,06  2,08 
22  Nyamplung  Calophylum inophyllum  L. 0,83  1,06  2,08
23  Tanjung  Mimosups elengi L.  0,27  0,35  2,08 
24  Beringin  Ficus benjamina  0,55  0,71  4,16 
25  Kayu lana  Gluta renghas L. 0,55  0,71  2,08
26  Marasila  Micromellum sp 0,55  0,71  2,08
Jumlah  99,37  100,83  101,95 
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan 2011. 
Keterangan: 
1
) Indeks Nilai penting (INP)       = 302,15 
2
) Indeks Keanekaragaman (H’)   = 0,74 

Selain itu, ditemukan juga beberapa jenis vegetasi di sekitar wilayah studi, meliputi

vegetasi sepanjang aliran sungai, vegetasi pekarangan, vegetasi ladang, vegetasi

semak/alang-alang.

Vegetasi Sepanjang Aliran Sungai di sekitar lokasi PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA

terdapat banyak lebung-lebung/rawa-rawa air dari lebung/rawa ini nantinya

mengalir membentuk sungai kecil kemudian masuk ke badan perairan sungai

Earekoreko dan sungai Lanona. Di sekitar lebung/rawa dan aliran air sampai ke

badan perairan sungai dijumpai bermacam-macam vegetasi seperti glagah

(Saccharum spontaneum), bambu (Bambusa spp.), paku-pakuan, kangkung air

(Ipomea aquatics), rengas (Gluta renghas), dan bungur (Langestromia speciosa)

Vegetasi Pekarangan merupakan lahan di sekitar pemukiman dan pada umumnya

mempunyai batas yang tegas. Lahan pekarangan di wilayah studi umumnya

ditanam secara multiple cropping dengan tanaman keras sebagai tanaman pokok.

Jenis-jenis pohon yang ditanam di pekarangan pada lokasi proyek dapat dilihat

pada Tabel 2.4 berikut ini.

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 13
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Tabel 2.4. Vegetasi Pekarangan Yang Terdapat Pada Areal Studi


No  Nama Umum/Daerah  Nama Ilmiah/Latin 
1.  Kelapa  Cocos nucifera 
2.  Nangka  Arthocarpus integra 
3.  Rambutan  Nephelium lapaceum 
4.  Jambu monyet  Anacardium occidentale 
5.  Petai  Parkia speciosa 
6.  Kapuk  Ceiba pentadra 
7.  Akasia  Acasia suriculliformis 
8.  Waru  Hibiscus filliaceus 
9.  Kopi  Coffea sp 
10.  Lamtorogung  Laucaena glauca 
11.  Sengon  Paraserionthes palcataria 
12.  Jeruk  Citrus sp 
13.  Jambu air  Eugenia aquea 
14.  Pisang  Musa paradisiaca 
15.  Singkong  Manihot utilisima 
16.  Pepaya  Papaya carica 
17.  Nanas  Ananas comosus 
18.  Kacang panjang  Vigna chinensis 
19.  Cabe  Capsicum annum 
20.  Tomat  Solanum lycopersicum 
Sumber : Data sekunder hasil Pengamatan Lapangan (+) Olahan, 2011.

Vegetasi Ladang di sekitar lokasi penambangan bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL

INDONESIA yang merupakan milik penduduk, tersebar secara sporadis. Jenis

tanaman yang ditanam pada vegetasi ladang di areal rencana lokasi proyek

adalah kakao (Theobroma cacao L.), singkong (Manihot utilisima), jagung (Zea

mays), pisang (Musa paradisiaca), kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), kelapa

(Cocos nucifera), jati (Tectona grandis), nangka (Arthocarpus integra), sengon

(Paraserienthes falcataria), dan lamtorogung (Laucaena glauca).

Vegetasi Semak/Alang-alang, berdasarkan data sekunder adalah berupa semak/

alang-alang dan rumputan liar. Diantara semak/alang-alang tersebut juga terdapat

tanaman perdu lainnya.

b. Fauna

Berbagai jenis fauna ditemukan pada wilayah rencana lokasi penambangan bijih

Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA. Keberadaan jenis fauna di lokasi studi

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 14
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

sangat ditentukan oleh tipe ekosistem yang ada karena berkaitan erat dengan

habitat sebagai tempat tinggal (Habitat), tempat berkembang biak, tempat migrasi

dan tempat makan. Di lokasi studi terdapat areal enclave sehingga memungkinkan

juga berkembangbiak satwa budidaya. Dengan demikian fauna yang ada di lokasi

studi dikelompokkan ke dalam satwa liar dan satwa budidaya. Kelompok satwa

dikelompokkan ke dalam 4 kelompok yaitu, Amfibi, Aves/Burung, Reptilia, dan

Mamalia. Secara umum, jenis-jenis satwa yang ada di lokasi studi ditunjukkan pada

Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Jenis-jenis satwa di lokasi Tapak Proyek PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Kec. Bungku Tengah, Kabupaten Morowali.
Keterangan
No Nama Lokal Nama Ilmiah
En Et Di Ti
A AMFIBIA
1. Katak Hijau Rana limnocharis
2. Kodok Bufo melanostictus
B AVES/BURUNG
1. Bubut Sulawesi Centropus celebensis
2. Elang Hutan Accipiter sp
3. Kepondang sungai Coracina temmincki
4. Pipit Amandava sp
5. Sesap Madu Nectarinia sp
6. Srigunting Dicrurus sp
7. Ayam Hutan Gallus-gallus v v v
8. Alo Anthracoceros convexus
C REPTILIA
1. Biawak Varanus salvador
2. Ular Air Chysopelea paradicea
3. Kadal Maboia mulufasciata
D MAMALIA
1. Kelelawar Buah Cynopterus sp
2. Sapi Bos indicus
3. Babi hutan Tayassuidae spp. v
4. Rusa Cervus unicolor v v v
5. Anoa Bubalus sp v v v
6. Monyet Macaca sp
7. Tikus Hutan Ratus sp.
Sumber: Hasil Wawancara dan Pengamatan Lapanagan (+) Olahan, 2011 
       Keterangan: 
En  : Endemik Indonesia 
Di  : Jenis dilindungi 
Et  : Endemik Sulawesi Tengah 
Ti  : Tidak dilindungi 

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 15
B 2
Bab KEADA
AAN UMUM
M WILAYA
AH

Gambar 2.5 5. Kondisi Vegetasi


V di lo
okasi rencan
na Proyek Pe
enambangan Bijih Nikel
PT. MERIDIE
EN MINERAL INDONESIA d di Kec. Bung
gku Tengah KKabupaten Morowali.
M

STUDII KELAYAKAN PEM


MBANGUNAN TAM
MBANG NIKEL PTT. MERIDIEN MINERAL INDONESIAA
DI KEC
C BUNGKU TENGAAH KAB MOROW
WALI SULAWESI TTENGAH II - 1
16
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

3.2. Biota Perairan

Biota perairan mencakup hewan-hewan yang terdapat dan hidup pada

lingkungan aquatik, baik yang bersifat benthos, nekton maupun yang bersifat

plankton. Metode pengamatan dilakukan secara langsung dan wawancara

terhadap masyarakat sekitar lokasi proyek. Dari jenis-jenis yang diperoleh/diamati,

tidak dijumpai adanya jenis hewan akuatik yang dilindungi. Jenis Crustacea (udang)

dan berbagai jenis ikan merupakan komoditas yang bernilai ekonomi bagi

masyarakat lokal. Jenis benthos yang ditemukan relatif tidak banyak dan ada

ditemukan melekat di pinggir sungai atau batang kayu yang terdapat di sungai.

Penambangan bijih nikel diperkirakan akan mempengaruhi kondisi kualitas perairan,

sehingga dengan demikian juga akan mempengaruhi hidrobiota pada perairan

tersebut. Dengan demikian diperlukan sistem pengelolaan yang lebih bijaksana

dengan memperhatikan aspek lingkungan fauna di sekitarnya, terutama dalam

peningkatan sedimen terlarut.

1) Bota Perairan Air Tawar

a) Plankton

Fitoplankton yang ditemukan di perairan tawar sekitar lokasi kegiatan terdiri atas

4 kelas yaitu Cholorophyceae (green algae), Bacillariophyceae (diatomae),

Cyanophyceae (blue-green algae), & Euglenophyceae. Kelas Bacillariophyceae

(diatomae) & Cyanophyceae (blue-green algae) merupakan kelas fitoplankton

yang dominan ditemukan. Sedangkan jenis zooplankton yang ditemukan terdiri

atas 3 kelas yaitu Protozoa, Rotifera dan Copepoda. Kelas Protozoa merupakan

kelas zooplankton yang dominant ditemukan. Kelimpahan plankton air tawar

relative tinggi (baik fitoplankton dan zooplankton). Indeks keanekaragaman jenis

fitoplankton perairan tawar relative bervariasi yaitu berkisar rantara 0,77 - 2,11,

indeks keseragaman berkisar antara 0,22 - 0,68 dan indeks dominansi berkisar

antara 0,15 - 0,77. Jenis plankton air tawar yang ditemukan di perairan sekitar

lokasi proyek ditunjukkan pada Tabel 2.6.

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 17
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Tabel 2.6. Jenis Plankton di Perairan Sungai Sekitar Proyek


Jenis Plankton  Kelas  Genus 
I. Fitoplankton  1. Cyanophyceae • Pormidium • Lyngbia  
  • Oscillatoria   • Spirulina  
• Merismopedia   • Microcystis 
  2. Euglenophyceae  • Euglena • Phacus 
  3. Chlorophyceae • Spiroyra  • Ulothrix  
• Mougootia   • Staurastrum 
  4. Bacillaryophyceae  • Navicula  • Frustulia  
• Nitzschia   • Pinnularia  
• Gomphonema   • Epithemia  
• Cymbella  • Fragillaria  
• Surirella   • Amphora 
• Cocconeis   • Cyclotella 
II. Zooplankton  1. Protozoa • Arcella  • Vorticella  
• Centropyxis   • Nebela  
• Wailesella  • Euglipha  
  2. Rotifera • Keratella  • Lepadella  
• Philodina   • Trichocerca 
  3. Copepoda  • Cyclops   • Cypris 
Sumber : Hasil Pengamatan dan Analisis Laboratorium, 2011 

b) Benthos

Organisme makrozoobenthos yang ditemukan di sungai sekitar lokasi proyek

terdiri dari 15 spesies yang berasal dari 10 (sepuluh) kelas yaitu Diptera,

Trichoptera, Odonata, Ephemeroptera, Coleoptera, Oligochaeta, Crustaceae,

Gastropoda dan Pelecypoda. Diptera terdiri dari 4 spesies (Palpomia sp,

Cardocladius sp, Simulium sp, Pentaniura sp), Trichoptera 1 spesies

(Cheumatopsyche sp), Odonata 1 spesies (Argia sp), Ephemeroptera 1 spesies

(Ameletus sp), Coleoptera 1 spesies (Rhizelmis sp), Oligochaeta 1 spesies

(Lumbriculus sp), Crustaceae 2 spesies (Macrobranchium sp dan Potamon sp),

Gastropoda 3 spesies (Melanoides sp, Brotia sp, Neritina sp), Pelecypoda 1 spesies

(Corbicula sp) dan Psocoptera 1 spesies (Tagalopsocus sp.)

Benthos tersebut umumnya ditemukan di pinggir sungai baik melekat pada

substrat berupa batu maupun di dasar perairan berpasir atau berlumpur. Jenis

organism ini tidak ada yang tergolong endemic atau dilindungi. Kelimpahan

benthos relative bervariasi yaitu berkisar antara 14-1233 ind/m2. Jenis dan

kelimpahan organism benthos yang ditemukan secara rinci disajikan pada Tabel

2.7.

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 18
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Tabel 2.7. Jenis Benthos di Perairan Sungai Sekitar Proyek


No.  Kelas  Spesies 
1.  Diptera  • Palpomia sp  • Simulium sp 
• Cardocladius sp   • Pentaniura sp 
2.  Trichoptera  • Cheumatopsyche sp
3.  Odonata  • Argia sp   
4.  Ephemeroptera  • Ameletus sp
5.  Coleoptera  • Rhizelmis sp
6.  Oligochaeta  • Lumbriculus sp
7.  Crustaceae  • Macrobranchium sp   • Potamon sp 
8.  Gastropoda  • Melanoides sp  • Neritina sp
• Brotia sp 
9.  Pelecypoda  • Corbicula sp   
10.  Psocoptera  • Tagalopsocus sp.   
Sumber : Hasil Pengamatan dan Analisis Laboratorium, 2011 

c) Nekton

Jenis nekton/ikan air tawar yang ditemukan di sungai dan mata air sekitar proyek

relatif banyak yaitu sekitar 18 spesies ikan yang berasal dari 9 kelas dan 3 spesies

crustaceae (Tabel 2.8). Dari jenis ikan tersebut, terdapat 3 jenis ikan dari kelas

Gobioidae yang endemik Sulawesi.

Tabel 2.8. Jenis Ikan yang ditemukan di perairan sekitar Lokasi Proyek
No.  Kelas  Spesies 
1.  Gobioidae  • Glossogobius celebius  • Sicyopterus parvei  
• G. giuris   • Sicyopterus longifilis  
• Awaous grammepomus  • Awaous melanocephalus 
• Stipodon elegans  
2.  Telmaterinidae  • Telmatherina celebensis 
3.  Anabantidae  • Anabas testudineus
4.  Eleotridae  • Ophieleotris aporos 
• Eleotris sp, 
5.  Chandidae  • Channa sp. • Ambassis interrupta 
•  Anabassis vacellii   • Ambassis nalua 
6.  Custaceae  • Macrobrachium sp.  • Potamon sp.
• Caridina sp. 
Sumber : Hasil Pengamatan dan Analisis Laboratorium, 2011

2.4. TOPOGRAFI DAN MORFOLOGI

1. Topografi (Bentuk Wilayah)

Secara umum lokasi untuk rencana Proyek Penambangan Bijih Nikel PT. MERIDIEN

MINERAL INDONESIA di wilayah Blok Tambang Lanona memiliki topografi dengan

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 19
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

kelompok bentuk wilayah yang bervariasi karena ditempati oleh 5 (lima) bentuk

wilayah yaitu bentuk wilayah datar dengan kemiringan lahan antara 0 – <8%, landai

dengan kemiringan lahan antara 8 – <15%, agak curam dengan kemiringan lahan

antara 15 – <25%, curam/terjal dengan kemiringan lahan antara 25 - <40%, dan

sangat curam >40%. Berdasarkan Tabel 2.9 tersebut menunjukkan bahwa kondisi

wilayah rencana penambangan nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA didominasi

oleh kemiringan lereng 25 - <40% (curam/ terjal) mencapai 43,86%; dan >40%

(curam/sangat curam) mencapai 35,81%; sedangkan 15 - <25% (agak curam)

mencapai sekitar 16,05% dari luas wilayah IUP. Eksplorasi. Untuk lebih jelasnya

kemiringan lahan di Lokasi Rencana Penambangan Bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL

INDONESIA pada lokasi wilayah kerja/Blok Lanona Kecamatan Bungku Tengah

dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.9. Kemiringan Lereng Wilayah Kerja Rencana Penambangan Bijih Nikel
PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Kemiringan Luas
No Simbol Bentuk Wilayah
(%) Ha %
I. Blok Tambang Lanona/Kecamatan Bungku Tengah (4.150 ha)
1 A 0 – < 8% Datar 34.43 0.83
2 B 8 – < 15% Landai 143.32 3.45
3 C 15 – < 25% Berombak/agak curam 665.98 16.05
4 D 25 - < 40% Curam/Terjal 1,820.01 43.86
5 E >40% Sangat Curam 1,486.27 35.81
Jumlah 4,150.00 100.00
Sumber : PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA (+) data olahan 2011

Sedangkan kondisi ketinggian tempat (Dpl) pada lokasi rencana Penambangan

Bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA memiliki topografi ketinggian tempat

yang didominasi oleh ketinggian 300-500 m dpl (2,091.42 Ha; 50,40%), dan 500-700 m

dpl (1,616.55 Ha; 38,95%) selanjutnya 700-850 m dpl (231.34 Ha;5.57%), sedangkan

ketinggian 200-300 m dpl hanya menempati areal seluas ±210,69 Ha (5,08%). Untuk

lebih jelasnya kondisi ketinggian tempat (Dpl) di Lokasi Rencana Penambangan Bijih

Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA pada lokasi wilayah kerja/Blok Tambang

Lanona Kecamatan Bungku Tengah dapat dilihat pada Tabel berikut :

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 20
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Tabel 2.10. Topografi Ketinggian Tempat (dpl) Wilayah Kerja Rencana


Penambangan Bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Ketinggian Tempat Luas
No Simbol
(meter dpl) Ha %
I. Blok Tambang Lanona/Kecamatan Bungku Tengah (4.150 ha)
1 A (200-300) Meter 210.69 5.08
2 B (300-400) Meter 960.55 23.15
3 C (400-500) Meter 1,130.87 27.25
4 D (500-600) Meter 951.98 22.94
5 E (600-700) Meter 664.57 16.01
6 F (700-850) Meter 231.34 5.57
Jumlah 4.150.00 100.00
Sumber : PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA (+) data olahan 2011.

2. Morfologi dan Fisiografi Wilayah

Morfologi daerah penelitian berdasarkan kenampakan peta topografi

memperlihatkan adanya proses eksogen berupa erosi dan pelapukan yang

membentuk bentangalam atau morfologi yang terlihat dalam bentuk bentangalam

sekarang ini. Lokasi Studi Blok Lanona pada bagian barat laut tenggara yang

kecenderungan dipisahkan oleh punggung bukit dengan puncak pada 800 m di

atas permukaan laut dan punggung bukit kecenderungan timur - barat dengan

puncak pada 650 m di atas permukaan laut.

Lanona Blok berada di pengangkatan terbentang dari 375 m ke 850 m di atas

permukaan laut. Morfologi daerah ini terdiri dari dataran bergelombang dan

perbukitan bergelombang menengah.

Satuan Morfologi dataran bergelombang

Satuan ini menempati 35% daerah studi, berdasarkan relief dan beda tinggi

satuan morfologi dataran bergelombang ini meliputi bagian selatan daerah studi

memanjang dari timur kearah barat. Beda tinggi satuan ini antara 200 meter

hingga 400 meter diatas permukaan laut. Sungai yang mengalir pada lokasi ini

berpola pengaliran parallel, dengan tipe sungai periodis, dimana pada musim

penghujan alirannya lebih banyak daripada musim kemarau, tetapi alirannya

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 21
B 2
Bab KEADA
AAN UMUM
M WILAYA
AH

ada da
alam setiap tahunnya. Berdasarka
an pengama
atan lapang
gan satuan
n ini

dicirikan
n dengan ve
egetasi deng
gan tingkat kerapatan
k ja
arang hingga sedang.

Satuan morfologi
m pe
erbukitan be
ergelombang
g menengah
h

Satuan morfologi perbukitan


p b
bergelomba
ang meneng
gah ini men
nempati sek
kitar

65% dari total wilay


yah studi. Be
eda tinggi sa
atuan ini sek eter hingga 850
kitar 450 me

meter diatas
d permu
ukaan laut, pola penga
aliran sunga
ai pada wila
ayah ini ada
alah

sub parallel, debit sungai


s sanga
at tergantun
ng oleh kond
disi musim pa
ada daerah
h ini.

Lokasi ini banyak digunakan


n oleh massyarakat sebagaian adalah wilay
yah

perkebu
unan dan wilayah
w hutan kan kenampakan di lapa
n. Berdasark angan dicirikkan

dengan
n vegetasi se
edang hingg
ga sangat ra
apat.

Gambar 2.6. Kon


ndisi Morfologi di lokasi sttudi.

pografi disajjikan dalam Gambar 2.8


Peta top 8 dan Lampirran M.

STUDII KELAYAKAN PEM


MBANGUNAN TAM
MBANG NIKEL PTT. MERIDIEN MINERAL INDONESIAA
DI KEC
C BUNGKU TENGAAH KAB MOROW
WALI SULAWESI TTENGAH II - 2
22
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Tabel 2.11.
Titik Koordinat Lokasi Kawasan IUP Pertambangan Nikel DMP.
PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA

Koordinat Wilayah IUP Eksplorasi (IUP Eksplorasi) “MW091” 
No.  GARIS BUJUR  GARIS LINTANG 
Derajat  Menit  Detik  BT/BB  Derajat  Menit  Detik  LU/LS 
01  121  42  51.03  BT  2  26  3.85  LS 
02  121  44  33.04  BT  2  26  3.85  LS 
03  121  44  33.04  BT  2  27  39.92  LS 
04  121  48  4.17  BT  2  27  39.92  LS 
05  121  48  4.17  BT  2  27  6.92  LS 
06  121  48  38.45  BT  2  27  6.92  LS 
07  121  48  38.45  BT  2  29  55.67  LS 
08  121  47  29.05  BT  2  29  55.67  LS 
09  121  47  29.05  BT  2  29  5.13  LS 
10  121  46  35.54  BT  2  29  5.13  LS 
11  121  46  35.54  BT  2  28  30.04  LS 
12  121  45  44.11  BT  2  28  30.04  LS 
13  121  45  44.11  BT  2  29  12.65  LS 
14  121  42  51.03  BT  2  29  12.65  LS 

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 23
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Gambar 2.7. Peta Lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih Nikel DMP. PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 24
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Gambar 2.8. Peta Revisi RTRWK (Kawasan Hutan) Periode 2012-2032, Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah PT. MMI

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 25
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Gambar 2.9. Peta Topografi Wilayah Studi Blok Tambang Lanona PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 26
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Gambar 2.10. Peta Kelerengan Wilayah Studi Blok Tambang Lanona PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 27
Bab 2 KEADAAN UMUM WILAYAH

Gambar 2.11. Peta Potensi Bahan Galian di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah (RTRW thn 2010-2030)

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN TAMBANG NIKEL PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA


DI KEC. BUNGKU TENGAH KAB. MOROWALI, SULAWESI TENGAH  II - 28

Anda mungkin juga menyukai