Eksplorasi Bijih Nikel DMP PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA secara administratif
geografis wilayah IUP Eksplorasi terletak pada batas koordinat seperti pada Tabel
2.15. Daerah yang dimohon untuk ditingkatkan menjadi Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Operasi Produksi Bijih Nikel adalah IUP Eksplorasi Blok Lanona adalah seluas ±
hutan lindung berdasar Revisi RTRW Kabupaten Morowali periode 2012-2032) dari
luas seluruhnya ±4.150 Ha, yaitu berasal dari IUP Eksplorasi sesuai Keputusan Bupati
prospek yang telah diteliti adalah seluas ± 1.780 hektar dan sumberdaya potensial
bijih nikel lebih dari 13,50 juta wet metric ton (WMT). Jumlah cadangan bijih nikel
Cadangan bijih nikel yang dimohon terletak di Blok Tambang Lanona, terletak di
bagian Utara Ibu Kota Kabupaten Morowali (Bungku) Provinsi Sulawesi Tengah.
Lokasi kegiatan di daerah Blok Tambang Lanona ini bila ditempuh dari Jakarta ke
terbang menuju Makassar sekitar 1,5 jam. Dilanjutkan dengan pesawat kecil menuju
bandara milik PT. INCO tbk. di Soroako sekitar 2 jam. Dari Makassar menuju Soroako
juga dapat ditempuh melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat sekitar 8
jam. Setelah tiba di Soroako selanjutnya menyeberangi danau Matano sekitar 1 jam
dan dilanjutkan menuju lokasi Desa Lanona, Bahomante, Bahomoleo dan Bahoea
Reko-Reko sekitar 8-9 jam yang merupakan wilayah Blok Tambang Lanona, yang
Gambar 2-1. Peta Jalur Akses Menuju ke Blok Tambang Lanona (Kec. Bungku Tengah)
Kabupaten Morowali yang memiliki luas 15.490,12 km2 dengan jumlah Kecamatan
13 dan 240 Desa. Berdasarkan data penduduk tahun 2009, di Kabupaten Morowali
mencapai 220.000 jiwa (BPS., 2010). Potensi sumberdaya alam yang terdapat di
besar untuk dikelola. Salah satu sumberdaya mineral yang besar potensinya adalah
bijih nikel. Dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten Morowali disebutkan bahwa
Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi
beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh karena itu dalam
manusia.
Berdasarkan data Kecamatan Bungku Tengah Dalam Angka tahun 2010 (BPS, 2011),
penduduk Kecamatan Bungku Tengah adalah 24.435 jiwa yang terdiri dari 12.561
jiwa penduduk laki-laki dan 11.874 jiwa penduduk perempuan dengan sex rasio
sebesar 105,79 yang berarti dalam 100 penduduk perempuan terdapat 106
penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah sekitar 1.112,80 Km2, maka tingkat
disektor jasa dan industri rumah tangga. Sementara itu, Jumlah penduduk di
Wilayah Studi adalah sebanyak 4.815 jiwa, dengan kepadatan 19,00 jiwa/Km2 dan
sex ratio cenderung berimbang 110,24; jumlah penduduk wilayah studi didominasi
oleh Desa Bahoea Reko-Reko (Kec. Bungku Barat) 1.828 jiwa yang terdiri dari 954
jiwa penduduk laki-laki dan 874 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan
penduduk rata-rata 29 jiwa/Km2, dan sex rasio 109,15; diikuti oleh Desa Bahomante,
lingkungan yang tadinya agak terisolasi, saat ini mulai terintegrasi dengan
wilayah/desa lain karena sarana transportasi darat sudah cukup lancar yaitu
kendaraan roda empat dan roda dua yang masuk dan melewati wilayah Desa
Lanona, Bahomante, Bahomoleo dan Bahoea Reko-Reko. Jalan Trans Sulawesi dari
namun saat ini proyek perbaikan dan peningkatan jalan Trans Sulawesi tersebut
sedang berlangsung, sehingga diharapkan akan menjadi lebih baik dan nyaman.
Hindu atau Budha. Adapun penduduk yang memeluk Kristen dan sebagian Agama
Hindu/Budha, pada umumnya adalah warga transmigran yang berasal dari etnis
Bali, Jawa dan penduduk lokal etnis Mori yang bermukim di wilayah tersebut.
Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan baik negeri maupun swasta akan
di wilayah studi (yaitu khusus Desa Lanona, Bahomante, Bahomoleo dan Bahoea
kanak, Sekolah Dasar (SD) 7 buah, sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA/SMK) belum ada. Berdasarkan data
sekunder dari Laporan Stasiun BMG Bungku dan Kolonedale (2010), iklim mikro untuk
1. Iklim
Iklim merupakan faktor yang penting bagi kehidupan manusia, hewan maupun
tumbuhan yang hidup dipermukaan bumi. Sampai saat ini, iklim merupakan salah
satu faktor yang belum bisa diatur dengan kemampuan teknologi manusia. Oleh
karena itu, dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan iklim, hal yang
dapat dilakukan hanya menyesuaikan kegiatan tersebut dengan kondisi iklim yang
Parameter iklim (data curah hujan) menggunakan data-data iklim sekunder yang
diperoleh dari dari stasiun curah hujan milik BMG Bungku/Kolonodale periode 2001
sampai dengan 2009 dan Monografi Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun
2010. Hasil analisis curah selama 9 tahun (2001 s/d 2009) menunjukkan bahwa rata-
rata bulan basahnya sebanyak 8-9 bulan dengan jumlah curah hujan bulanan lebih
dari 100 mm, dan rata-rata bulan keringnya sebanyak 2-3 bulan dengan jumlah
curah hujan bulanan kurang dari 60 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi sebesar
315,33 mm terdapat pada bulan Juni, dengan hari hujan rata-rata 13,4 hari. Rata-
rata curah hujan terendah sebesar 39,8 mm terdapat pada bulan Oktober dengan
hari hujan rata-rata 3,0 hari. Data iklim/curah hujan selama 9 tahun (2001-2009)
Tabel 2.1. Data Curah Hujan Di Areal Lokasi Studi Tahun 2001-2009
Curah Hujan Tiap Bulan (mm)
Thn Rerata/
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jml/Thn
Bln
2001 209 134 285 280 269 264 201 185 187 120 135 175 2,444 204
2002 212 138 300 295 275 280 250 192 180 110 137 162 2,531 211
2003 195 150 296 273 240 295 300 197 150 85 97 107 2,385 199
2004 202 162 310 280 258 286 206 188 168 90 87 183 2,420 202
2005 213 127 325 275 271 278 210 172 142 78 93 197 2,381 198
2006 438 225 399 311 220 198 391 149 70 257 144 ‐ 2,802 234
2007 184 237 115 129 349 668 359 209 36 203 135 100 2,724 227
2008 170 197 183 183 251 304 307 81 80 101 160 117 2,134 178
2009 165 226 190 152 251 265 291 99 77 101 155 115 2,087 174
Sumber : PTP Nusantara XIV (Persero) Unit Beteleme dan BMG Bungku/Kolonodale. 2010.
Dari data curah hujan tersebut terlihat bahwa curah hujan di areal proyek adalah di
antara 2.087–2.802 mm dalam periode 2001 sampai dengan 2009. Pola curah hujan
adalah sama sepanjang masa, yaitu perbedaan jatuhnya curah hujan setiap
bulannya tidak begitu nampak dan hampir merata sepanjang tahun. Bulan Oktober
Berdasarkan Peta Agroklimat dari klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, sebagian
besar kawasan IUP eksplorasi di Blok Tambang Lanona Kecamatan Bungku Tengah
Kabupaten Morowali bertipe iklim C (Daerah Agak Basah), termasuk wilayah IUP.
nisbah rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 8-9, atau termasuk wilayah/daerah
agak basah. dengan rata-rata jumlah bulan basah 9-10 bulan dan nisbah Q (%)
adalah 33,3 – 60,0%, atau termasuk wilayah/daerah agak basah (Gambar 2.2).
Gambar 2.2. Peta Agroklimatologi Menurut Schmidt dan Ferguson di Wilayah Studi dan Sekitarnya.
Gambar 2-3. Peta Sebaran Curah Hujan Tahunan di Wilayah Studi dan sekitarnya (Kisaran CH 2600-2800 mm/tahun).
Data iklim yang meliputi temperature kelembaban udara, kecapatan dan arah
angin untuk wilayah studi diperoleh dari pengukuran sesaat di bulan September
2010 dan hasilnya dapat disajikan pada Tabel 2.2. Data tersebut menunjukkan
bahwa Suhu udara terendah 20,4 °C dan suhu udara maksimum 30,1 °C dengan
rata-rata 26,8 °C. Kelembaban nisbih berkisar antara 73% – 90% terjadi pada areal
terbuka.
Tabel 2.2. Hasil Pengukuran Unsur-unsur Iklim di Sekitar Lokasi Pertambangan Bijih
Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Waktu Unsur Iklim Angin
No.
Pengukuran (Jam) Suhu Udara Kelembaban (%) Kecepatan Arah
10 September 2011
1 10 20.8 90 0.88 320
2 11 20.9 90 1.92 175
3 12 20.9 90 1.22 210
4 13 30 91 1.42 200
5 14 30 91 0.87 190
6 15 30 76 1.54 190
7 16 20.9 80 1.01 220
8 17 20.8 73 0.01 180
9 18 20.6 80 0.03 180
10 19 20.6 90 0 180
11 20 20.6 80 0.04 180
12 21 20.5 80 0.23 140
13 22 20.4 89 0.1 285
14 23 20.5 85 0.21 240
15 24 20.5 85 0.12 310
16 1 20.4 89 0.02 290
17 2 20.4 89 0.1 290
18 3 20.4 89 0.13 210
19 4 20.4 89 0.01 290
20 5 20.4 89 0.03 290
21 6 20.5 89 0.31 290
22 7 20.6 90 0.42 75
23 8 20.7 90 0.22 80
11 September 2011
24 9 20.7 90 0.33 60
25 10 20.8 80 0.42 190
26 11 20.6 90 0.34 260
27 12 20.7 90 1.4 110
28 13 20.7 90 0.41 70
29 14 20.7 90 0.71 60
30 15 20.6 90 0.43 80
31 16 20.6 90 0.14 30
32 17 20.6 90 0.63 50
33 18 20.6 90 0.23 30
34 19 20.7 90 0.42 60
35 20 20.7 90 0.05 49
36 21 20.6 90 0.23 50
37 22 20.5 89 0.05 289
38 23 20.6 90 0.05 10
39 24 20.6 90 0.03 10
40 1 20.6 85 0.42 60
41 2 20.6 90 0.23 50
42 3 20.7 90 0.02 80
43 4 20.5 89 0.13 70
44 5 20.5 89 0.1 50
45 6 20.6 90 0.2 75
46 7 20.6 90 0.51 80
2. Hidrologi
Di lokasi kegiatan terdapat sungai besar dengan beberapa anak sungainya yaitu
Sungai/DAS Earekoreko. Hulu sungai dan anak sungai ada yang letaknya di sekitar
lokasi kegiatan. Kondisi sungai tersebut mengalir sepanjang tahun baik musim
oleh musim yang sedang berlangsung, disamping itu terdapat pula sungai-sungai
(DAS) Earekoreko. Berdasarkan data Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Palu,
n Debit Aliran
Sungai/DAS Earekoreko, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4. Debit rata-rata
bulanan rata-rata terendah (<25 m3/detik) terjadi pada bulan Oktober dan
November. Selama setahun debit rata-rata bulanan terjadi tiga kali naik
40
35 35.22
21.43
20
15
10
Nov
Jun
Feb
Sep
Jul
Mar
Apr
Ags
Des
Mei
Okt
Jan
Agar sungai tidak terganggu dan tercemar oleh adanya pembukaan lahan, maka
nantinya tidak menambang di bagian hulu yang merupakan mata air sungai serta
sepanjang daerah aliran sungai (DAS) akan dibuat bantaran dengan lebar 25-50
meter di kiri kanan sungai. Bantaran sungai ini tidak akan ditambang. Sekarang ini
untuk keperluan air minum dan MCK, penduduk memperoleh air dari beberapa
Komponen biologi yang diamati di lokasi rencana Proyek Penambangan Bijih Nikel
DMP PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA meliputi flora, fauna dan hidrobiota di lokasi
Komponen Biota Darat di Wilayah tambang Blok Lanona, terdiri dari vegetasi/flora
a. Flora/Vegetasi
dibedakan menjadi dua matriks landscape bentang alam, yaitu Vegetasi hutan
alam (primer dan sekunder), dan Tumbuhan bawah (semak belukar). Areal
hutan alam (primer, sekunder) yang belum mengalami perubahan dengan potensi
yang tinggi dan pada lantai hutan didominasi oleh tumbuhan bawah berupa
semak belukar.
Berdasarkan hasil pengamatan dan orientasi lapangan maka kondisi ekologi areal
Terbentuknya ekosistem tersebut di atas ditunjang oleh kondisi topografi lokasi studi
yang sangat bervariasi, mulai dari datar, landai, bergelombang, berbukit- bukit
ke 26 jenis vegetasi tersebut adalah seperti terlihat pada tabel 2.3 di bawah ini.
NILAI
No Nama Lokal Nama Ilmiah
KR DR FR
15 Lare Acasia nilotica 10,8 8,55 10,4
16 Sukun Artocarpus altilitis 0,27 0,35 2,08
17 Kayu lana Gluta renghas L. 0,27 0,35 2,08
18 Sida guri Sida rhombifolia 0,27 0,71 2,08
19 Galunggang Sida acuta 1,39 1,78 2,08
20 Alimusa Mimosa invisa 0,83 1,06 2,08
21 Kayu lana Gluta renghas L. 0,83 1,06 2,08
22 Nyamplung Calophylum inophyllum L. 0,83 1,06 2,08
23 Tanjung Mimosups elengi L. 0,27 0,35 2,08
24 Beringin Ficus benjamina 0,55 0,71 4,16
25 Kayu lana Gluta renghas L. 0,55 0,71 2,08
26 Marasila Micromellum sp 0,55 0,71 2,08
Jumlah 99,37 100,83 101,95
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan 2011.
Keterangan:
1
) Indeks Nilai penting (INP) = 302,15
2
) Indeks Keanekaragaman (H’) = 0,74
Selain itu, ditemukan juga beberapa jenis vegetasi di sekitar wilayah studi, meliputi
semak/alang-alang.
Vegetasi Sepanjang Aliran Sungai di sekitar lokasi PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Earekoreko dan sungai Lanona. Di sekitar lebung/rawa dan aliran air sampai ke
ditanam secara multiple cropping dengan tanaman keras sebagai tanaman pokok.
Jenis-jenis pohon yang ditanam di pekarangan pada lokasi proyek dapat dilihat
Vegetasi Ladang di sekitar lokasi penambangan bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL
tanaman yang ditanam pada vegetasi ladang di areal rencana lokasi proyek
adalah kakao (Theobroma cacao L.), singkong (Manihot utilisima), jagung (Zea
mays), pisang (Musa paradisiaca), kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), kelapa
b. Fauna
Berbagai jenis fauna ditemukan pada wilayah rencana lokasi penambangan bijih
Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA. Keberadaan jenis fauna di lokasi studi
sangat ditentukan oleh tipe ekosistem yang ada karena berkaitan erat dengan
habitat sebagai tempat tinggal (Habitat), tempat berkembang biak, tempat migrasi
dan tempat makan. Di lokasi studi terdapat areal enclave sehingga memungkinkan
juga berkembangbiak satwa budidaya. Dengan demikian fauna yang ada di lokasi
studi dikelompokkan ke dalam satwa liar dan satwa budidaya. Kelompok satwa
Mamalia. Secara umum, jenis-jenis satwa yang ada di lokasi studi ditunjukkan pada
Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Jenis-jenis satwa di lokasi Tapak Proyek PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Kec. Bungku Tengah, Kabupaten Morowali.
Keterangan
No Nama Lokal Nama Ilmiah
En Et Di Ti
A AMFIBIA
1. Katak Hijau Rana limnocharis
2. Kodok Bufo melanostictus
B AVES/BURUNG
1. Bubut Sulawesi Centropus celebensis
2. Elang Hutan Accipiter sp
3. Kepondang sungai Coracina temmincki
4. Pipit Amandava sp
5. Sesap Madu Nectarinia sp
6. Srigunting Dicrurus sp
7. Ayam Hutan Gallus-gallus v v v
8. Alo Anthracoceros convexus
C REPTILIA
1. Biawak Varanus salvador
2. Ular Air Chysopelea paradicea
3. Kadal Maboia mulufasciata
D MAMALIA
1. Kelelawar Buah Cynopterus sp
2. Sapi Bos indicus
3. Babi hutan Tayassuidae spp. v
4. Rusa Cervus unicolor v v v
5. Anoa Bubalus sp v v v
6. Monyet Macaca sp
7. Tikus Hutan Ratus sp.
Sumber: Hasil Wawancara dan Pengamatan Lapanagan (+) Olahan, 2011
Keterangan:
En : Endemik Indonesia
Di : Jenis dilindungi
Et : Endemik Sulawesi Tengah
Ti : Tidak dilindungi
lingkungan aquatik, baik yang bersifat benthos, nekton maupun yang bersifat
tidak dijumpai adanya jenis hewan akuatik yang dilindungi. Jenis Crustacea (udang)
dan berbagai jenis ikan merupakan komoditas yang bernilai ekonomi bagi
masyarakat lokal. Jenis benthos yang ditemukan relatif tidak banyak dan ada
ditemukan melekat di pinggir sungai atau batang kayu yang terdapat di sungai.
a) Plankton
Fitoplankton yang ditemukan di perairan tawar sekitar lokasi kegiatan terdiri atas
atas 3 kelas yaitu Protozoa, Rotifera dan Copepoda. Kelas Protozoa merupakan
fitoplankton perairan tawar relative bervariasi yaitu berkisar rantara 0,77 - 2,11,
indeks keseragaman berkisar antara 0,22 - 0,68 dan indeks dominansi berkisar
antara 0,15 - 0,77. Jenis plankton air tawar yang ditemukan di perairan sekitar
b) Benthos
terdiri dari 15 spesies yang berasal dari 10 (sepuluh) kelas yaitu Diptera,
Gastropoda 3 spesies (Melanoides sp, Brotia sp, Neritina sp), Pelecypoda 1 spesies
substrat berupa batu maupun di dasar perairan berpasir atau berlumpur. Jenis
organism ini tidak ada yang tergolong endemic atau dilindungi. Kelimpahan
benthos relative bervariasi yaitu berkisar antara 14-1233 ind/m2. Jenis dan
kelimpahan organism benthos yang ditemukan secara rinci disajikan pada Tabel
2.7.
c) Nekton
Jenis nekton/ikan air tawar yang ditemukan di sungai dan mata air sekitar proyek
relatif banyak yaitu sekitar 18 spesies ikan yang berasal dari 9 kelas dan 3 spesies
crustaceae (Tabel 2.8). Dari jenis ikan tersebut, terdapat 3 jenis ikan dari kelas
Tabel 2.8. Jenis Ikan yang ditemukan di perairan sekitar Lokasi Proyek
No. Kelas Spesies
1. Gobioidae • Glossogobius celebius • Sicyopterus parvei
• G. giuris • Sicyopterus longifilis
• Awaous grammepomus • Awaous melanocephalus
• Stipodon elegans
2. Telmaterinidae • Telmatherina celebensis
3. Anabantidae • Anabas testudineus
4. Eleotridae • Ophieleotris aporos
• Eleotris sp,
5. Chandidae • Channa sp. • Ambassis interrupta
• Anabassis vacellii • Ambassis nalua
6. Custaceae • Macrobrachium sp. • Potamon sp.
• Caridina sp.
Sumber : Hasil Pengamatan dan Analisis Laboratorium, 2011
Secara umum lokasi untuk rencana Proyek Penambangan Bijih Nikel PT. MERIDIEN
kelompok bentuk wilayah yang bervariasi karena ditempati oleh 5 (lima) bentuk
wilayah yaitu bentuk wilayah datar dengan kemiringan lahan antara 0 – <8%, landai
dengan kemiringan lahan antara 8 – <15%, agak curam dengan kemiringan lahan
sangat curam >40%. Berdasarkan Tabel 2.9 tersebut menunjukkan bahwa kondisi
oleh kemiringan lereng 25 - <40% (curam/ terjal) mencapai 43,86%; dan >40%
mencapai sekitar 16,05% dari luas wilayah IUP. Eksplorasi. Untuk lebih jelasnya
kemiringan lahan di Lokasi Rencana Penambangan Bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL
Tabel 2.9. Kemiringan Lereng Wilayah Kerja Rencana Penambangan Bijih Nikel
PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Kemiringan Luas
No Simbol Bentuk Wilayah
(%) Ha %
I. Blok Tambang Lanona/Kecamatan Bungku Tengah (4.150 ha)
1 A 0 – < 8% Datar 34.43 0.83
2 B 8 – < 15% Landai 143.32 3.45
3 C 15 – < 25% Berombak/agak curam 665.98 16.05
4 D 25 - < 40% Curam/Terjal 1,820.01 43.86
5 E >40% Sangat Curam 1,486.27 35.81
Jumlah 4,150.00 100.00
Sumber : PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA (+) data olahan 2011
Bijih Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA memiliki topografi ketinggian tempat
yang didominasi oleh ketinggian 300-500 m dpl (2,091.42 Ha; 50,40%), dan 500-700 m
dpl (1,616.55 Ha; 38,95%) selanjutnya 700-850 m dpl (231.34 Ha;5.57%), sedangkan
ketinggian 200-300 m dpl hanya menempati areal seluas ±210,69 Ha (5,08%). Untuk
lebih jelasnya kondisi ketinggian tempat (Dpl) di Lokasi Rencana Penambangan Bijih
Nikel PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA pada lokasi wilayah kerja/Blok Tambang
sekarang ini. Lokasi Studi Blok Lanona pada bagian barat laut tenggara yang
atas permukaan laut dan punggung bukit kecenderungan timur - barat dengan
permukaan laut. Morfologi daerah ini terdiri dari dataran bergelombang dan
Satuan ini menempati 35% daerah studi, berdasarkan relief dan beda tinggi
satuan morfologi dataran bergelombang ini meliputi bagian selatan daerah studi
memanjang dari timur kearah barat. Beda tinggi satuan ini antara 200 meter
hingga 400 meter diatas permukaan laut. Sungai yang mengalir pada lokasi ini
berpola pengaliran parallel, dengan tipe sungai periodis, dimana pada musim
ada da
alam setiap tahunnya. Berdasarka
an pengama
atan lapang
gan satuan
n ini
dicirikan
n dengan ve
egetasi deng
gan tingkat kerapatan
k ja
arang hingga sedang.
Satuan morfologi
m pe
erbukitan be
ergelombang
g menengah
h
meter diatas
d permu
ukaan laut, pola penga
aliran sunga
ai pada wila
ayah ini ada
alah
perkebu
unan dan wilayah
w hutan kan kenampakan di lapa
n. Berdasark angan dicirikkan
dengan
n vegetasi se
edang hingg
ga sangat ra
apat.
Tabel 2.11.
Titik Koordinat Lokasi Kawasan IUP Pertambangan Nikel DMP.
PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Koordinat Wilayah IUP Eksplorasi (IUP Eksplorasi) “MW091”
No. GARIS BUJUR GARIS LINTANG
Derajat Menit Detik BT/BB Derajat Menit Detik LU/LS
01 121 42 51.03 BT 2 26 3.85 LS
02 121 44 33.04 BT 2 26 3.85 LS
03 121 44 33.04 BT 2 27 39.92 LS
04 121 48 4.17 BT 2 27 39.92 LS
05 121 48 4.17 BT 2 27 6.92 LS
06 121 48 38.45 BT 2 27 6.92 LS
07 121 48 38.45 BT 2 29 55.67 LS
08 121 47 29.05 BT 2 29 55.67 LS
09 121 47 29.05 BT 2 29 5.13 LS
10 121 46 35.54 BT 2 29 5.13 LS
11 121 46 35.54 BT 2 28 30.04 LS
12 121 45 44.11 BT 2 28 30.04 LS
13 121 45 44.11 BT 2 29 12.65 LS
14 121 42 51.03 BT 2 29 12.65 LS
Gambar 2.7. Peta Lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih Nikel DMP. PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Gambar 2.8. Peta Revisi RTRWK (Kawasan Hutan) Periode 2012-2032, Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah PT. MMI
Gambar 2.9. Peta Topografi Wilayah Studi Blok Tambang Lanona PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Gambar 2.10. Peta Kelerengan Wilayah Studi Blok Tambang Lanona PT. MERIDIEN MINERAL INDONESIA
Gambar 2.11. Peta Potensi Bahan Galian di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah (RTRW thn 2010-2030)