Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1 Tinjauan Umum PT Adhita Nikel Indonesia(ANI)

PT Adhita Nikel Indonesia, salah satu pemegang IUP Operasi Produksi

nikel yang ada di Halmahera Timur. Pemerintah menetapkan larangan ekspor

bijih nikel pada 12 Januari 2014 silam, aktifitas produksi perusahaan terhenti.

Namun ke depan kami akan mulai melakukan kegiatan produksi setelah mendapat

kontrak dengan PT Bintang Delapan.

Secara administrative wilayah Kuasa pertambangan PT. Adhita Nikel

Indonesia terletak di wilayah Dusun Tewil, Desa Soagimalaha Kecamatan Kota

Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara.Secara geografis

wilayah Kuasa Pertambangan (KP) Penyelidikan Umum PT. Adhita Nikel

Indonesia (ANI), terletak pada titik kordinat 00 30’ 31” Lintang Utara dan 128

20’ 14” BujurTimur.

II.2LokasidanKesampaian Daerah.

Secara administrative wilayah Kuasa pertambangan PT. Adhita Nikel

Indonesia terletak di wilayah Dusun Tewil, Desa Soagimalaha Kecamatan Kota

Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara.Secara geografis

wilayah Kuasa Pertambangan (KP) PenyelidikanUmum PT. Adhita Nikel

Indonesia (ANI), terletak pada titik kordinat 00 30’ 31” Lintang Utara dan 128

20’ 14” BujurTimur.

6
Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan rute sebagai berikut :

Ternate – Sofifi

Ternate-Sofifi,dicapai dengan mengunakan transportasi laut (Speed Bout) dengan

waktu tempuh kurang lebih 45 menit.

Sofifi – Buli

Sofifi – Buli, dicapai dengan mengunakan kendaraan roda empat dengan waktu

tempuh kurang lebih 5-6/ jam.

Buli – Maba

Buli – Maba, dicapai dengan mengunakan transportasi darat( Long Bout ) dengan

waktu tempuh kurang lebih 1-2/ Jam

Ternate – Buli

Ternate – Buli, dapat dicapai dengan mengunakan pesawat udara dengan waktu

tempuh kurang lebih 25 menit.

II.3 Kondisi Geologi Lokal Daerah Kerja Praktek

2.3.1 Topografi

Secara umum ciri khas yang menonjol pada lokasi penelitian adalah

Keadaan Topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta

reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak

perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan

penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.

Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai

7
sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan

mengikuti bentuk topografi.

2.3.2Morfologi

Pada dasarnya kondisi morfologi daerah penelitian, merupakan

daerah perbukitan yang berlereng curam dengan ketingian mencapai 400 –

500 meter diatas permukaan laut. Pada tiap daerah perbukitan terlihat

adanya pungungan utama yang kemudian di batasi oleh lembah hingga

lereng dengan kedalaman yang sangat berfariasi dan daerah ini dicirikan

oleh batuan ultra basa yang menjadi penyusun utama dari daerah ini.

2.3.3 Starigrafi

Statigrafi Secara garis besar struktur geologi daerah penambangan

endapan bijih nikel laterit terletak dalam“ Circum Pacivic Orogenic Belt “

dimana batuan dasar dari lingkungan jalur ini terdiri dari batuan pratersier.

Lapisan laterit yang terdapat di PT. Adhita Nikel Indonesia (ANI), dan

sekitarnya mempunyai ketebalan yang bervariasi dan penyebaranya tidak

homogen. Di daerah PT. Adhita Nikel Indonesia (ANI), terdapat singkapan

batuan ultrabasa segarregolith yang terdiri dari bongkah-bongkah batuan

ultra basa.

8
Mengenai adanya endapan Nikel secara geologi dapat di sebutkan

bahwa pelapukan batuan ultrabasa membentuk lapisan laterit yang

menghasilkan residual serta pengkayaan Nikel yang tidak mudah larut dan

mudah larut dan membentuk endapanNikel dan magnesium (MgO) dalam

bentuk mineral garnierite (Ni, Mg)3 Si2O5 (OH)4 pada lapisan Saprolit

terbentuk pula mineral hematite (Fe2O3) padalapisan limonite.

Singkapan batuan ultrabasa umumnya telah mengalami pelapukan

berwarna kuning kecoklatan berbentuk hitam atau abu – abu putih dengan

warna kehijauan pada bagian tepi atau pinggir.Tampak pula batuan ultra

basa pada daerah penelitian ini mengalami proses serpentinisasi yang cukup

kuat selain oleh keaadan morfologi, pembentuk endapan bijih nikel laterit

breaksi sangat banyak pula terpengaruh oleh tektonik setempat. Pelapukan

batuan pada hakekatnya di permudah karena adanya bagian yang lemah

seperti rekahan, retakan, sesar dan sebagainya. (Dinas Pertambangan dan

Energi Kabupaten Maluku Utara, 2003

Stratigrafi daerah Haltim project disusun oleh beberapa batuan

diantaranya adalah batuan ultrabasa dan batuan sediment kapur :

1. Batuan Ultra Basa :

Dunit umumnya berwarna hijau tua franerik, granular eahedral dalam

keadaan segar, dan mengandung olivine > 90% danpiroksin.

Harzburgit:berwarna hijau tua, fanerik sedang, granular subhedral

mengandung piroksin dan olivine.

2. Batuan sedimen kapur

9
Berupa batugamping berwarna putih kelabu dan merah, berbu tirhalus-

sedang, mengandung banyak fosil dan plankton, menunjukkan umur

kapur akhir dengan pengendapan lautdalam.

2.3.4 Litologi

Pada umumnya Litologi endapan nikel didaerah ini hamper

seluruhnya berasal dari pelapukan batuan ultra basa yang lebih dikenal

dengan sebutan endapan bijih nikel laterit : harzburgit merupakan batuan

asal penghasil nikel tersebut, secara umum disusun oleh mineral-mineral

olivine dan ortopiroksine. Olivine itu sendiri mengandung nikel dalam

jumlah kecil ± 0,25%, kemudian mengalami pengayaan hingga mencapai

kadar bijih tertentu. Proses pelapukan pada batuan ultra mafik tersebut

antara lain oleh pensesaran, perlipatan, dan pengkekaran yang

terjadidalamwaktu yang cukup lama danberulang-ulangsehingga mineral

penyusunnyamengalamidesintegrasidandekomposis.

Mengenai adanya endapan nikel secara geologi dapat disebutkan

bahwa pelapukan batuan ultra basa membentuk lapisan laterit yang

menghasilkan residual serta pengkayaan nikel yang tidak mudah larut dan

membentuk endapan nikel (Ni) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk

garnierite (Ni Mg)3 SiO2Os(OH)4 pada lapisan saprolit terbentuk pula

mineral himatit (Fe2 O3 ) pada lapisan laterit. Singkapan batuan ultra basa

umumnya telah mengalami pelapukan berwarna kuning kecoklatan

berbentuk hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian

tepi atau pinggir.

10
Tampak pula batuan ultra basa pada penelitian ini telah mengalami

proses serpentinisasi yang cukup kuat selain oleh keadaan morfologi.

Pembentukan endapan bijih nikel laterit brecia sangat banyak pula

terpengaruh oleh tektonik lempeng.Pelapukan batuan pada hakekatnya

dipermudah karena adanya bagian yang lemah seperti perakahan, retakan,

sesardansebagiannya.Padalapanganterlihatbahwabanyakrekahan-

rekahankecil yang umumnya telah terisi oleh mineral-mineral sekunder

(silica dan magnetit).(Lihat Gambar II.3).

2.3.5 Vegetasi

Vegetasi Mineralisasi logam yang dijumpai di daerah ini ialah: laterit

nikel dan kromit. Laterit nikel banyak di jumpai di daerah kegiatan, meliputi

daerah sebelah utara sepanjang Sungai Tewil.Setempat pada Peta Geologi.

Vegetasi yang ada pada daerah ini sama halnya dengan daerah

sekitarnya dapat dibedakan secara vertikal terdiri dari vegetasi bakau,

vegetasi hutan pantai, dan vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi hutan pantai

menempati hampir seluruh garis pantai daerah PT. Adhita Nikel Indonesia

(ANI), dan sekitarnya.

Vegetasi yang ada merupakan asosiasi yang terdiri dari pohon

kelapa, pohon ketapang, pohon nyamplung dan pohon enau. Tumbuhan

bawah yang terdiri dari tanaman pandan, rumput-rumputan, alang-alang dan

sejenis liana berdaun lebar. Sedangkan vegetasi hutan pegunungan disusun

11
oleh sebagian vegetasi yang hampir sama dikepulauan Halmahera dan

sekitarnya. Pada bagian punggung, vegetasi yang ada merupakan asosiasi

jenis-jenis berdaun jarum seperti Cemara, Pinus Irian, dan hanya sebagian

kecil tumbuhan Berdaun Lebar.(Lihat Gambar II.4).

II.4 Iklim dan Curah Hujan

PT.Adhita Nikel indonesia terletak di daerah garis khatulistiwa sehingga beriklim

tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau hamper

terjadi sepanjang tahun.Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2012-2017 yang

ada pada lembar lampiran, rata-rata curah hujan pertahun adalah 2812.20 mm,

dengan musim hujan antara bulan Mei – Juni dan musim kemarau antara bulan

Agustus – November. Di antara dua musim tersebut terjadi musim pancaroba.Bila

dilihat dengan seksama data curah hujan di daerah penelitian, maka daerah ini

memiliki curah hujan yang sangat tinggi serta menjadi salah satu indikasi pernah

terjadi pelapukan yang intensif di daerah tersebut.

12
400

350

300
Intensitas Hujan (mm)

250

200

150

100

50

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Bulan

Sumber: PT. Adhita Nikel Indonesia 2017


Gambar II.5Grafik Curah Hujan Daerah Kerja Praktek Dari Tahun
2012– 2017

13

Anda mungkin juga menyukai