Anda di halaman 1dari 20

RENCANA PENUTUPAN TAMBANG

PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

BAB III
DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN

3.1. Keadaan Cadangan


3.1.1. Keadaan Endapan Batubara
Batubara terendapakan secara sedimintasi di lingkungan paralik,
dengan sebaran yang relatif luas.
Batubara pada daerah konsesi dapat dikategorikan kedalam dua pola
sebaran batuan, yaitu :
1. Pola Sebaran Berarah …… – …., yang menempati bagian tengah dan
utara konsesi.
2. Pola Sebaran Berarah ….. – …., yang menempati bagian selatan
konsesi.
Pola sebaran ini didapat berdasarkan hasil rekontruksi kontur struktur
lapisan batubara berdasarkan data bor yang telah diperoleh, sedangkan jika
berdasarkan pengukuran permukaan terhadap singkapan batubara yang ada
adalah sebagai berikut :

Foto : Singkapan
KCO-11 dengan arah N
....0 E/….0, tebal …
Meter.

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

Foto : Singkapan ….
dengan arah kedudukan
N …°E/…°, Tebal …
Meter

ELEVAS TEBA
N KOORDINAT STRIKE / SEA
KODE I L LAHAN
O DIP M
LAT/LON (m) (m)
1 KCO-1 S1.51039 E102.72366 65 100 / 27 4.9 C Sawit/TLS
2 KCO-2 S1.51363 E102.72390 64 95 / 30 ? D Sawit/TLS
3 KCO-3 S1.48290 E102.69216 61 121 / 23 6 C Karet warga
4 KCO-4 S1.48120 E102.70342 58 150 / 38 1.5 B Padi warga
5 KCO-5 S1.48402 E102.70395 59 157 / 42 0.3 B Sawit warga
Sawit
6 KCO-6 53 160 / 42 - B
S1.48814 E102.70747 MAKIN
7 KCO-7 S1.45846 E102.68582 78 145 / 24 0.4 A Karet warga
8 KCO-8 S1.45074 E102.68887 37 142 / 22 >1 ? Karet warga
9 KCO-9 S1.54364 E102.75004 57 116 / 31 1.6 F Karet warga
10 KCO-10 S1.53901 E102.75097 66 119 / 30 6 E Karet warga
KCO -
11 S1.30368 E102.43.19.7 52 110/33 3 C Sawit/TLS
11
KCO -
12 S1.30.35.7 E102.43.14.7 47 120/29 3 C Sawit/ TLS
12

A. Penggolongan Seam Batubara


Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat 4 Buah Lapisan Batubara dengan 2 buah Lapisan Batubara utama,
yaitu Seam B dan C, adapun gambaran tentang kondisi seam tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut ini :

(a) Seam B
Seam ini diwakili oleh singkapan KCO-4, KCO-5, dan KCO-6 yang
terletak di area perkebunan kelapa sawit milik PT. Makin Group. Seam

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

ini mempunyai kemiringan lapisan antara 38 sampai dengan 420 dan


mempunyai ketebalan sekitar 2.5 meter.

Foto 9.
Profil Seam B
yang terdapat pada
singkapan KCO- 4

(b) Seam C
Kelompok seam ini memiliki kenampakan fisik batubara hitam kusam,
gores coklat, kekerasan sedang, dan cleat jarang.Seam ini diwakili oleh
singkapan KCO-1 dan KCO-3 dengan kemiringan antara 23 sampai
dengan 270, seam ini memiliki ketebalan total 4,7 sampai dengan 4,9
meter. Di bagian selatan konsesi, terkadang Seam C ini menunjukan
gejala splitting.
Berdasarkan dari hasil pemboran eksplorasi, maka kelompok seam ini
tersusun dari atas ke bawah adalah Seam Cupper, C dan Clower dengan
ketebalan masing-masing adalah 1,4-2 meter untuk Cupper, 4,7 – 4,9
meter untuk Seam C, dan 1,4 meter untuk Seam Clower seperti terlihat
pada kolom stratigrafi untuk Seam C.

Foto 10 :
Profil Seam C yang
dapat dilihat pada Tespit
KCO-1

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

(c) Seam D
Seam ini masih bersifat interpretatif dikarenakan tidak ditemukannya
singkapan yang mewakili seam ini, yang ditemukan hanyalah
bongkahan-bongkahan di sepanjang sungai yang berarah barat-timur
(searah dengan strike di daerah ini) di lokasi KCO-2 , diduga asal dari
bongkahan ini adalah karena longsoran yang terjadi di sepanjang
sungai, keberadaan seam ini masih harus dibuktikan keberadaannya.

3.1.2. Sumberdaya dan Cadangan


Terdapat dua kategori perhitungan untuk mengetahui jumlah
batubara yang ada di dalam wilayah konsesi dengan mengacu
kepada “Australian Coal Guidelines Tahun 2003” sebagai acuan
standar yang dipergunakan oleh “Join Ore Research Comitee
(JORC)” yang saat ini lazim untuk dipergunakan di Indonesia,
yaitu :
1. Perhitungan Sumberdaya Batubara (Coal Resources)
2. Perhitungan Cadangan Batubara (Coal Reserve)
Terminologi “Sumberdaya Batubara” dapat diartikan sebagai
jumlah batubara yang terdapat di dalam wilayah konsesi tanpa
memperhitungkan faktor keekonomisan dan lereng tambang.
Sumberdaya batubara sendiri dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori berdasarkan tingkat keyakinan geologi sebagai berikut :
1. Sumberdaya Terukur (Measured Resources), dihitung hingga
radius 250 meter dari titik informasi terdekat.
2. Sumberdaya Tertunjuk (Indicated Resources), dihitung mulai dari
radius 250 meter hingga 750 meter dari titik informasi terdekat.
3. Sumberdaya Tereka (Inferred Resources), dihitung mulai dari
radius 750 meter hingga 1750 meter dari titik informasi terdekat.
Berdasarkan terminologi tersebut maka sumberdaya batubara
pada WIUP dapat dijabarkan sebagaimana tabel berikut ini :

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

Tabel 1. Sumberdaya Batubara


Sumber Daya
Seam Kualitas
Tereka Tertunjuk Terukur Total
Nama Blok/ (Nama Ketebalan
No. Luas (Ha) CV TM IM ASH VM FC TS
Prospek dan (M)
Ton Ton Ton Ton Kcal/Kg (%) (%) (%) (%) (%) (%) HGI RD
jumlah)
adb adb adb adb adb adb adb
C_group
1 TAI Pit 1 0.5-5 1,004,387 2,628,465 11,527,240 15,160,092 324 5,477 42.1 15.1 4.8 41 39.1 0.34 62 1.37
(5 seam)
D_group
2 TAI Pit 2 2-7 1,841,600 13,112,000 14,953,600 798 5,384 48.4 14.9 4.32 45.4 35.4 0.26 70 1.39
(3 seam)
C_group
3 TAI Pit 3 0.5-5 872,812 2,284,134 10,017,160 13,174,106 282 5,477 42.1 15.1 4.8 41 39.1 0.34 62 1.37
(5 seam)
Total 1,877,199 6,754,199 34,656,400 43,287,798 1404 5,445 44.3 15 4.63 42.5 37.8 0.31 64.8 1.38

Terminologi “ Cadangan Batubara (Coal Reserve)” merupakan


bagian dari sumberdaya batubara (coal reserve) yang mempunyai nilai
ekonomis dalam suatu periode tertentu, dalam hal ini penulis
mengasumsikan periode coal reserve ini diprediksi untuk jangka
waktu selama 5 tahun, dalam arti lain jumlah cadangan batubara yang
diperhitungkan ini diprediksikan akan mempunyai nilai keekonomisan
mulai dari tahun sejak laporan ini dibuat hingga 5 tahun kedepan.
Besar kemungkinan untuk periode 5 tahun berikutnya jumlah
cadangan batubara ini dapat membesar ataupun mengecil sesuai
dengan kondisi yang dapat mempengaruhinya dengan jumlah
sumberdaya yang tetap untuk semua periodenya.
Sumberdaya batubara dapat dikonversikan menjadi cadangan
batubara setelah mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Merupakan Sumberdaya Terukur (Measured Resource) dan atau
Sumberdaya Tertunjuk (Indicated Resources)
2. Kondisi dan Teknologi Penambangan
3. Kondisi dan Teknologi Metalurgi
4. Kondisi Pemasaran (Market)
5. Aspek - Aspek Lingkungan
6. Kondisi Sosial di dalam dan disekitar wilayah konsesi, juga di
sepanjang rute pengangkutan batubara.
7. Kondisi Pemerintahan yang menyangkut dengan regulasi yang
berrlaku dan kebijakan-kebijakan pemerintahan baik pemerintah
pusat ataupun pemerintah daerah.
Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas maka
BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1
RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

diperhitungkanlah nisbah pengupasan yang akan digunakan di dalam


perhitungan “Cut of Ratio”.
Cadangan sendiri dikategorikan menjadi dua kategori
cadangan berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas, yaitu :
1. Kemungkinan Cadangan (Probable Reserve), dan
2. Cadangan Terbukti (Proved Reserve)

Tim teknis PT.SPJ di dalam perhitungannya tidak


membedakan kedua kategori cadangan tersebut, sehingga dalam hal
ini tim PT.SPJ mempergunakan terminologi “cadangan” untuk
mewakili kedua kategori tersebut.
Untuk perhitungan cadangan, PT.SPJ menggunakan
perhitungan cadangan metoda penampang dengan jarak antar
penampang adalah 400 meter dan sudut penambangan 450 dengan
dibantu oleh piranti lunak AutoCad Land Desktop 2009. Dalam
perhitungan cadangan ini nisbah pengupasan dibatasi menjadi 1 : 6
ton/bcm, lapisan batubara yang dihitung untuk dijadikan cadangan
berdasarkan acuan USGS 1984 untuk batubara lignit sampai sub-
bituminous C adalah lapisan batubara dengan ketebalan lebih besar

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

atau sama dengan 2 meter. Sehingga dari 4 lapisan batubara yang


terdeteksi di daerah konsesi, hanya 3 lapisan batubara saja yang dapat
dikategorikan untuk perhitungan cadangan, yaitu Seam B, C, dan D.
Cadangan batubara PT.Sungai Pangean Jaya berdasarkan
rumus dengan metode Cross Section Profilling, yaitu :

Tabel 2. Cadangan Batubara


Cadangan
Kualitas
Terbukti Terkira Total
Nama Blok/ Ketebalan
No. Seam Luas (Ha) CV IM ASH VM FC TS
Prospek (M)
Ton Ton Ton Kcal/Kg TM (%) (%) (%) (%) (%) (%) HGI RD
adb adb adb adb adb adb adb
C_group
1 TAI Pit 1 0.5-5 162 5,477 42.13 15.1 4.8 41 39.1 0.34 62 1.37
(5 seam) 3,732,031 1,485,026 5,217,057
D_group
2 TAI Pit 2 2-7 399 5,384 48.44 14.9 4.32 45.4 35.4 0.26 70 1.39
(3 seam) 3,052,786 13,722,033 16,774,819
C_group
3 TAI Pit 3 0.5-5 141 5,477 42.13 15.1 4.8 41 39.1 0.34 62 1.37
(5 seam) 881,256 1,000,289 1,881,545
Total 7,666,073 16,207,348 23,873,421 561 5,412 46.6 15.0 4.5 44.1 36.5 0.3 67.6 1.4

3.2. Sistem Penambangan


Sistem penambangan yang akan digunakan dalam penambangan
batubara di wilayah IUP PT. Sungai Pangean Jaya adalah tambang terbuka
(suface mining) dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
1. Kondisi endapan batubara meliputi penyebaran lapisan batubara baik
ke arah lateral dan ke arah bawah permukaan serta kemiringannya.
2. Biaya produksi untuk operasional tambang terbuka relatif lebih
murah dibandingkan dengan tambang bawah tanah.
3. Teknologi tambang terbuka lebih mudah untuk meningkatkan
produksi batubara.
Penambangan terbuka ini dilakukan dengan sistem gali (cut) dan
menimbun bekas galian tadi (backfilling) pada lapisan batubara yang dimulai
dari permukaan/singkapan sampai arah down dip pada kedalaman tertentu.
Pengupasan lapisan penutup, baik top soil, overburden maupun interburden
dilakukan secara bertahap dan dibuang pada disposal area atau ditimbun
kembali pada areal yang sudah digali. Khusus top soil akan mendapatkan
perlakuan dan penempatan tersendiri pada top soil bank yang telah ditentukan
dan pada saatnya nanti akan dipergunakan untuk reklamasi lahan bekas
BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1
RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

tambang.

Penambangan dari satu arah dimulai dari ujung singkapan batubara


atau batas pit. Keuntungan yang diperoleh dari cara penambangan seperti ini
adalah lebih mudahnya pengendalian operasi tambang karena peralatan
tambang berada pada posisi yang berdekatan. Kemajuan tambang relatif
cepat, sehingga pelaksanaan backfilling dapat lebih awal dilakukan,
sehingga biaya pengangkutan tanah dapat ditekan. Kerugiannya adalah
tingkat produktivitas yang rentan terhadap kerusakan atau gangguan alat pada
operasional penambangan. Berdasarkan kondisi lapisan batubara dan
morfologi yang dijumpai di lokasi tambang maka dipilih cara
penambangan dari satu arah.Kegiatan pada tahap operasi penambangan
adalah didahului dengan pembebasan lahan pada lahan-lahan yang
dimiliki oleh masyarakat. Selanjutnya lahan yang telah dibebaskan (clear
and clean) dilakukan pembersihan lahan (land clearing) , pengelolaan
tanah pucuk (top soil management) , pengupasan tanah penutup (overburden
removal), serta penambangan dan pengangkutan batubara (coal mining and
coal handling).

3.2.1. Pembebasan lahan


Kegiatan pembebasan lahan dilaksanakan secara musyawarah dengan
melibatkan pemilik lahan, instansi pemerintah yang membidangi pertanahan
dan aparat kecamatan setempat. Kegiatan pengukuran tanah akan
dilaksanakan oleh Bagian Pengukuran Kantor Badan Pertanahan Bungo
sebagai instansi yang berwenang, sedangkan inventarisasi tanam tumbuh
dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan dan Pertanian.
Identifikasi kepemilikan dan penguasaan lahan dilakukan oleh tim yang
dibentuk oleh pihak kecamatan bersama kelurahan/desa yang bersangkutan.
Pada wilayah IUP PT. Sungai pangean Jaya sebagian besar mekanisme
pembebasan lahan dilakukan dengan sistem ganti rugi tanah, tanam
tumbuh dan perumahan/bangunan hal ini tergambar dari hasil survey oleh tim
ANDAL kepada masyarakat desa lingkar tambang yang menghendaki
mekanisme ganti rugi tersebut.
BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1
RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

3.2.2. Pembersihan Lokasi Tambang (Land Clearing)


Pembersihan lahan dari vegetasi yang menutupi lapisan tanah
permukaan (Clearing dan grubbing) menggunakan gergaji mesin (chain
saw) untuk pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 15 cm sedangkan
untuk pohon-pohon berdiameter kurang dari 15 cm dan semak-semak
dapat dilakukan dengan menggunakan Bulldozer.
3.2.3. Pengupasan Tanah Pucuk
Tanah pucuk yang dijumpai di areal penggalian mempunyai
ketebalan antara 100 - 250 cm. Mengingat tanah pucuk ini kaya akan
unsur hara yang sangat diperlukan untuk penanaman kembali pada areal
bekas tambang, maka penanganannya harus dilakukan dengan hati-hati.
PT. Tambulun Pangean Indahmerencanakan penanganan dan penyimpanan
tanah pucuk dengan cara :
1. Pengupasan tanah pucuk tidak dilakukan dalam keadaan basah
(musim penghujan) untuk menghindari pemadatan dan rusaknya
struktur tanah.
2. Timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari 2 meter.
3. Melakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup
tanah (cover crop) yang cepat tumbuh dan berumur pendek untuk
menutup tanah agar terhindar dari erosi akibat hujan.

Alat berat yang digunakan untuk membongkar dan


mendorong tanah pucuk apabila jarak ke tempat penimbunan
kurang dari 200 meter adalah bulldozer dan apabila melebihi jarak
tersebut, bulldozer tidak efisien lagi sehingga harus digunakan
kombinasi excavator dan dump truck. Tanah pucuk ini akan
dikembalikan pada lokasi bekas tambang yang sudah ditimbun
dengan overburden atau menempati bagian paling atas sehingga
penanaman tumbuhan dapat dilakukan.
3.2.4. Pengupasan tanah penutup
Tanah penutup dikupas dengan menggunakan excavator Cat
BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1
RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

320 D dan bulldozer Cat D7G . Pada awal produksi di setiap Pit,
tanah penutup akan diangkut dan dibuang di lokasi pembuangan yang
berada di luar areal penggalian (outside dump). Selanjutnya apabila
kegiatan penambangan telah selesai pada suatu area, maka bekas areal
penggalian (mined out) tersebut akan dijadikan lokasi
pembuangan untuk menimbun lubang-lubang yang ada. Cara
penimbunan seperti ini dapat mengurangi dampak-dampak negatif
pada lingkungan karena lubang-lubang bekas tambang tertutup
kembali dan selanjutnya diselimuti dengan tanah pucuk sebelum
ditanami kembali. Bentuk dari bekas tambang yang siap ditanami
kembali ada dua macam, yaitu :
1. Berbentuk jenjang dengan ketinggian jenjang relatif rendah
yaitu sekitar 1 meter dan lebar sekitar 6 meter. Selain sulit
melakukan penimbunan tanah pucuk, bentuk seperti ini
memerlukan biaya mahal untuk membentuk jenjang-jenjang
tersebut. Selain itu juga menyebarkan tanah pucuk juga akan
mengakibatkan erosi tanah pucuk yang cukup tinggi.
2. Bentuk kedua adalah dibuat rata, dimana cara ini relatif
lebih murah dan mudah dalam penimbunan kembali serta
menyebarkan tanah pucuk, juga akan mengakibatkan tingkat
erosi yang relatif rendah.
Dengan memperhatikan pertimbangan tersebut, maka
penimbunan tanah penutup akan dilakukan dengan membuat bentuk
rata.
3.2.5. Penggalian Batubara
Penggalian batubara dilakukan secara hati-hati agar batubara
yang diproduksi adalah batubara yang bersih, sehingga tidak
diperlukan proses pencucian.
Setelah tanah penutup dibongkar/dikupas maka dilakukan
penggalian lapisan batubara sampai menyisakan ketebalan
batubara yang tidak tertambang setebal 5 - 10 cm. Hal ini bertujuan
untuk menjaga agar batuan samping maupun lapisan bawah tidak

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

ikut terbawa. Batubara yang diproduksi mulai digali dengan


menggunakan excavator, disamping itu juga menggunakan
bulldozer yang mempunyai ripper, sehingga pemberaian batubara
dapat dilakukan dan excavator dapat lebih optimal digunakan untuk
mengumpulkan dan memuat batubara ke dump truck.
Faktor penting yang harus diperhatikan adalah
keseimbangan kombinasi antara alat berai, alat gali dan muat serta
alat angkut. Keseimbangan tersebut ditentukan oleh dua kegiatan,
yaitu pengambilan dan pemuatan batubara oleh alat gali dan muat
serta pengangkutan batubara hasil tambang atau Run of Mine
(ROM) ke stockpile. Urutan kegiatan penambangan batubara secara
lengkap dapat di lihat pada gambar 3.1. di bawah ini.

Bagan 1. Urutan Penambangan

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

3.2.6. Pengelolaan Air Asam Tambang


Satu indikator utama dari risiko terbentuknya air asam
tambang adalah banyaknya mineral-mineral sulfida yang terpapar ke
udara dan air. Mineral-mineral sulfida penghasil asam yang paling
umum diantaranya adalah pirit (FeS2), pirotit (FeS), markasit (FeS2),
kalkopirit (CuFeS2) dan arsenopirit (FeAsS). Meskipun tidak semua
mineral sulfida menghasilkan asam selama oksidasi, namun sebagian
besar memiliki kapasitas untuk melepaskan logam bila terpapar air
yang masam. Begitu sulfida-sulfida teroksidasi menjadi sulfat-sulfat,
sulit untuk menghindari terjadinya oksidasi besi ferus yang larut dalam
air (aqeous) menjadi besi ferik, yang diikuti dengan pengendapan besi
hidroksida. Tahap pengendapan (presipitasi) ini adalah tahap yang
menghasilkan asam.
Ketika air masam tambang terbentuk dan berpindah melalui
suatu lokasi (seperti misalnya, melalui timbunan-timbunan batu sisa
tambang, timbunan-timbunan tanah atau bahan tambang, batuan
dinding lubang tambang ataupun air tanah), maka ia akan bereaksi
lebih lanjut dengan mineral-mineral lain yang dikandung tanah atau
batuan sekitar dan dapat melarutkan sejumlah logam dan garam. Pada
kondisi tertentu, asam tersebut dinetralkan oleh mineral-mineral yang
dilarutkannya, yang memberi efek peningkatan pH. Namun, netralisasi
asam biasanya disertai dengan meningkatnya konsentrasi logam
beracun didalam aliran drainase yang dihasilkan. Ketika air asam
tersebut bertemu dengan aluminosilikat yang umum atau sulfida
mineral, maka terjadi proses disolusi (dissolution) dan netralisasi.
Walaupun peningkatan pH adalah hal yang diinginkan, namun
peningkatan konsentrasi logam beracun yang terjadi bersamaan
bukanlah hal yang diinginkan.
Batuan dinding (wall rock) di pit dapat berisi mineral-mineral
sulfida yang berpotensi membentuk air asam tambang. Sejauh
mana permukaan air tanah di sekitar pit dialirkan selama

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

penambangan akan mempengaruhi jumlah bahan bersulfida yang


terpapar ke udara dan muatan keasaman yang terbentuk. Air asam
tambang dari batuan dinding mungkin dapat merembes ke pit atau
sistem air tanah lokal. Ini dapat mempengaruhi kualitas air yang
dipompa dari dasar pit atau sumur-sumur air tanah selama operasi. Air
asam tambang juga dapat memiliki dampak jangka panjang yang
signifikan terhadap kualitas air pit setelah penutupan tambang.
Keterdapatan batuan yang berpotensi menimbulkan air asam
tambang akan dapat dideteksi lebih awal dengan melakukan analisa
geokimia batuan tersebut. Berhubung data eksplorasi batubara
PT. Tambulun Pangean Indahbelum memiliki data geokimia batuan
penutup batubara maka analisis geokimia batuan tersebut akan diteliti
lebih lanjut seiring dengan kegiatan operasi produksi batubara.
Identifikasi terhadap adanya batuan yang berpotensi menimbulkan air
asam tambang pada akhirnya dapat menentukan langkah-langkah
pencegahan pembentukan air asam tambang maupun penanggulangan
dampak apabila air asam tambang telah terbentuk.
Penanganan air asam tambang yang akan dilakukan PT.SPJ
apabila terbentuk air asam tambang adalah dengan :
a. Mengisolasitimbunan batuan penutup yang berpotensi
menimbulkan air asam tambang dengan dua lapisan penutup
yang terdiri dari lapisan tanah dengan daya tembus air
(permeabilitas) yang rendah untuk meminimalkan migrasi air ke
dalam bahan batuan penutup serta mengurangi laju oksidasi
sulfida dalam timbunan dan lapisan kedua adalah lapisan atas
untuk menyediakan medium pertumbuhan bagi vegetasi dan
melindungi lapisan tanah dengan daya tembus air yang juga
rendah.
a. Pit yang terbuka dengan batuan dinding (wall rock) yang
berpotensi menimbulkan air asam tambang akan diisi kembali
(back fill) hingga mendekati permukaan dengan batuan penutup
yang bebas dari mineral sulfida daripada dibiarkan menjadi

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

danau pit seperti yang semula direncanakan.


b. Menetralisir air asam tambang yang telah terbentuk tersebut
dengan menambahkan kapur (CaCO3).
3.2.7. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
Peningkatan erosi dan sedimentasi akan terjadi seiring dengan
peningkatan aktivitas tambang dan mulai menurun ketika lahan yang
telah direklamasi memberikan kontribusi terhadap penutupan lahan.
Hasil prediksi erosi dan sedimentasi menunjukkan bahwa aktivitas
tambang akan menyebabkan meningkatnya potensi erosi dan
mencapai puncaknya pada tahun ke-8 kegiatan penambangan. Pada
tahun ke-9 potensi erosi dan sedimentasi mulai menurun.
Pengendalian erosi dan sedimentasi yang saat
dilakukan proses penutupan tambang dilakukan dengan cara :
a. Pengaturan kemiringan lereng dengan membuat teras-teras.
b. Pembuatan saluran drainase yang menuju kolam
pengendapan sebelum disalurkan ke saluran drainase alami.
c. Pembuatan kolam-kolam pengendapan di lokasi tambang.
d. Melakukan revegetasi pada lahan terbuka dengan tanaman
penutup tanah (cover crop).
e. Melakukan revegetasi pada area kiri dan kanan sungai yang
terbuka untuk menahan laju air larian (run-off).

3.3. Pengolahan
Untuk mencapai hasil produksi Batubara siap jual seperti yang
diinginkan oleh konsumen, maka Batubara hasil penambangan PT.SPJ akan
diolah terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Lokasi pengolahan dan
sekaligus penimbunan akan dibangun dekat dengan lokasi penambangan.
Proses pengolahan batubara PT. Sungai Pangean Jaya berupa
penghancuran dan screening batubara untuk memperoleh batubara dengan
kualitas terbaik sesuai permintaan konsumen. Proses pengolahan
batubara ini diawali dengan memasukkan batubara yang ditimbun di ROM
3
stockpile ke dump hopper berkapasitas 16 m dengan menggunakan

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

wheel loader. Selanjutnya batubara dihantar melalui picking conveyor ke


washing screen yang dipasang sebanyak 2 unit/deck dengan ukuran wire
screen 1 = 50 mm dan wire screen 2 = 25 mm. Proses di washing screen
ini memisahkan batubara menjadi 3 (tiga) ukuran yaitu batubara dengan
ukuran > 50 mm, batubara dengan ukuran 25 s.d. 50 mm dan batubara
dengan ukuran < 25 mm.

Gambar 1. Layout Instalasi Pengolahan

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

3.4. Fasilitas Penunjang


Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung
kegiatan utama penambangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang di
rencanakan. Lokasi fasilitas penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah
tertentu agar memudahkan dalam pengaturan dan pengawasannya, yang
akan dekat dengan daerah penambangan.
Pembangunan fasilitas penunjang ini akan memperhatikan jarak
dengan sumber daya lainnya yaitu : 200 m dari tepi mata air dan kiri kanan
sungai, 100 m dari kiri kanan tepi sungai, 50 m dari kiri kanan tepi anak
sungai.
Prasarana dan sarana penunjang ini direncanakan akan dibangun di
2
atas lahan seluas ± 1 hektar dengan luas bangunan 1.297,45 m . Adapun
fasilitas yang akan dibangun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

Luas Konstruksi
No Bangunan Bangunan
(m2)

Dinding Lan PT. TPI Atap

1 Kantor 126 Beton Keramik Seng Glbg

2 Kantin 168 Beton Beton Seng Glbg

3 Mess 384 Beton Beton Seng Glbg

4 Aula 42 Beton Beton Seng Glbg

seng
5 Workshop 216 Beton Beton
Glbg

Gd.
6 76,8 Papan Beton Seng Glbg
BBM1

Gd.
7 24 Papan Beton Seng Glbg
BBM2

Gd.
8 33,6 Papan Beton Seng Glbg
BBM3

9 Musholah 45 Beton Beton Seng Glbg

Kamar
10 55 Beton Beton Seng Glbg
Mandi

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

Pos
11 12 Beton Beton Seng Glbg
Timbang
Tabel 3.Rencana Pembangunan Fasilitas Penunjang

12 Jembtn Timbang 102,09 Beton Beton -


Seng
13 Pos Jaga 12,96 Papan Papan
Glbg
TOTAL 1.297,45

3.4.1. Workshop
Untuk menunjang kelancaran kinerja peralatan yang
digunakan dalam kegiatan tambang, maka perusahaan membangun
workshop lengkap dengan gudang suku cadang/barang bekas/alat-alat
bekas, areal parkir, saluran drainase, oil trap, tempat penampungan
minyak/oli bekas (limbah B3) dan gudang pelumas. Luas area yang
dibutuhkan untuk bangunan dan parkir kendaraan di workshop lebih
2
kurang 5000 m .

3.4.2. Tempat Penumpukan BBM


Tempat penumpukan bahan bakar minyak dibangun 50 meter
dari lokasi workshop dengan kapasitas tampung 40.000 liter. Lokasi
penumpukan bahan bakar minyak dipagar sekeliling bangunan dengan
jarak pagar dengan tangki timbunan bahan bakar minyak minimal 5
meter. Tempat penimbunan bahan bakar minyak harus tersedia :
1. Tanda larangan “Dilarang Merokok” dan “Dilarang Masuk
Bagi Yang Tidak Berkepentingan”;
3. Lampu penerangan;
4. Alat pemadam kebakaran dan
5. Penangkal petir.
Pondasi tangki harus dibangun dengan konstruksi beton dan
dapat menahan bangunan tangki beserta isinya. Tempat penimbunan
bahan bakar minyak yang terdiri dari sekumpulan tangki, maka jarak

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

antara tangki dengan tangki sekurang-kurangnya 10 meter. Apabila


jarak antara tangki dengan tangki lainnya kurang dari 10 meter
maka disetiap tangki harus dilengkapi dengan instalasi penyemprot
air.
Disekeliling tangki penimbunan atau sekumpulan tangki
penimbunan bahan bakar cair harus dibuat tanggul pengaman yang
terbuat dari beton atau timbunan tanah dan tingginya harus dapat
menampung:
1. Untuk tempat satu tangki penimbunan = maksimum kapasitas ±
20 sentimeter
2. Untuk sekumpulan tangki penimbunan = ½ x jumlah
seluruh kapasitas tangki + 20 sentimeter.
Penangkal petir pada tempat penimbunan bahan bakar
minyak harus diukur tahanan pembumiannya setiap enam bulan
atau setelah terjadi petir yang hebat. Pada bagian atas tangki
penimbunan bahan bakar cair harus dipasang pipa pengeluaran gas
yang dilengkapi sekurang-kurangnya 3 lapis kawat kasa kuningan.
Pada dinding tangki penimbunan bahan bakar cair harus ditulis nomor
tangki, kapasitas tangki dan jenis bahan bakar cair yang ditimbun.
Pipa pengisian sekurang-kurangnya berjarak 10 meter dari tempat
pengeluaran pada lokasi tangki penimbunan bahan bakar cair.
Tempat penimbunan bahan bakar minyak harus dilengkapi dengan
pagar pengaman yang berjarak 5 meter dari tanggul pengaman dan
pagar tersebut dilengkapi dengan pintu yang terkunci. Panel listrik dan
pompa ditempatkan di luar pagar pengaman.
3.4.3. Stockpile dan Instalasi Pengolahan
Batubara hasil penggalian di lubang bukaan tambang
diangkut ke stockpile dengan dump truck kapasitas 20 ton kemudian
ditampung di stockpile. Kapasitas produksi batubara dari tambang dan
lahan yang tersedia menjadi pertimbangan untuk menentukan luas
area stockpile yang akan dibangun.

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG
PT. SUNGAI PANGEAN JAYA

Pengolahan batubara dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen akan


kualitas dan ukuran batubara, untuk itu perlu dibangun instalasi pengolahan.
Rencana pembangunan instalasi pengolahan seluas 1,2 hektar terbagi menjadi
Instalasi pengolahan/preparasi batubara (coal processing plant) dan tempat
penimbunan batubara bersih. Lokasi pengolahan ini akan diilengkapi
dengan bak pengendapan (settling pond) dengan ukuran 20 x 15 x 4 meter
sebanyak 3 bak.

BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN III-1

Anda mungkin juga menyukai