PENDAHULUAN
1. Keadaan Endapan
a. Bentuk dan Penyebaran Endapan
Hasil rekonstruksi secara struktural menunjukkan bahwa lapisan-lapisan
batubara terdapat dan menyebar dalam suatu struktur sinklin dan antiklin yang
cenderung tidak simetris. Arah jurus dari sumbu sinklin dan antiklin relatif berarah
barat laut – tenggara. Besaran kemiringan lapisan berbeda antara pada bagian
timur, kemiringan lapisan relatif landai antara 10° hingga 20°. Sementara di
bagian sebelah barat, kemiringan dapat mencapai 54°, dengan ketebalan berkisar
antara 0,65 m sampai dengan 7 m. Derajat kompleksitas geologi adalah menengah
sampai komplek. Wilayah kerja memiliki potensi batubara banyak seam, varian
distribusi ketebalan lapisan batubara masing – masing seam adalah besar,
pembelahan seam, pembajian dan fenomena batubara wash out teridentifikasi
dengan jelas. Endapan batubara di dalam konsesi PT. Bumi Laksana Perkasa
dipengaruhi oleh struktur lipatan sinklin dengan pengaruh patahan minimal.
Secara umum ditemukan 10 (sepuluh) lapisan batubara (coal seams). Sebagian
singkapan batubara ditemukan sebanyak 47 singkapan yang tersingkap dengan
baik dan dapat diukur kedudukan jurus dan kemiringan lapisannya. Meskipun
ada juga sebagian singkapan batubara yang sulit ditentukan jurus dan
kemiringannya, karena selalu berada di bawah permukaan air sungai (coal
underwater) atau berupa hamparan. Untuk mengatasi kendala dalam pekerjaan
pemetaan singkapan batubara (coal outcrop mapping) dengan kondisi di atas,
maka kegiatan eksplorasi pemboran dengan cara pengintian (coring) khusus pada
lapisan batubara umum dilakukan, baik searah jurus maupun memotong jurus
endapan batubara (dip line).
Teridentifikasi terdapat 10 lapisan batubara utama. Sebagian besar
terakumulasi dalam satuan batulempung dari Formasi Wahau (Tomw). Satuan
batulempung tersebut telah mengalami perlipatan dan pensesaran yang
membentuk sinklin dan antiklin. Adapun lapisan batubara umumnya terdapat
sebagai sisipan dalam lapisan batulempung karbonan (carbonaceous clay) dan
batulanau karbonan yang umumnya berlapis baik.
Lapisan batubara diendapkan membentuk struktur sinklin menunjam dengan
arah barat laut – tenggara dengan sudut kemiringan lapisan batubara antara
10ᵒ sampai 54ᵒ. Lapisan batubara mempunyai karakteristik hitam kecoklatan, kilap
kusam, sebagian pecah-pecah, mengandung pirit, resin, agak keras.
Berdasarkan dari hasil pemetaan geologi dan pemboran dan
interpretasi serta korelasi maka dapat diketahui bahwa di daerah konsesi ini
diperkirakan terdapat 10 (sepuluh) lapisan/seam batubara dengan ketebalan
antara 0.65 - 7 meter. Beberapa lapisan batubara mengalami percabangan
(splitting), dengan kemiringan antara 10° - 54°.
Tabel 1.1. Letak dan Batas Areal PT. Bumi Laksana Perkasa
No Keadaan Wilayah Keterangan
1 Luas Kuasa Pertambangan Eksplorasi 11,330 ha
a) KBK 4.384 ha
b) KBNK 6.946 ha
2 Administrasi Kecamatan Muara Wahau, Desa Benhes
Kabupaten Kutai Timur - Provinsi Kalimantan Timur
3 DAS dan Sub DAS DAS Telen, Sub DAS Embung dan Sub DAS Sual
4 Batas-Batas Areal
a) Utara PT. Acacia Andalan Utama dan PT. Telen Eco Coal
b) Timur PT. Karyanusa Ekadaya
c) Selatan PT. Karyanusa Ekadaya, PT. Erabara Persada Nusantara
d) Barat PT. Tambang Mulia, PT. Jaya Mineral
Tabel 1.2 Titik Koordinat Areal Penambangan Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa
No Garis Bujur Garis Lintang
o BB/BT o LU/LS
Titik ‘ “ ‘ “
1 116 45 30,00 BT 1 5 30,00 LU
2 116 45 30,00 BT 1 0 0,00 LU
3 116 39 30,00 BT 1 0 0,00 LU
4 116 39 30,00 BT 1 5 30,00 LU
Sumber : Kep. Dirjen Geologi dan SDM Nomor : 189.K/30/DJB/2018 24 Januari 2018
b. Kualitas Batubara
Dari hasil kegiatan eksplorasi sampai, gambaran kualitas batubara seperti
terlihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Kualitas Batubara PT Bumi Laksana Perkasa
Kualitas Batubara
TM IM ASH VM FC TS CV
No Seam Sifat Fisik Batubara
% % % % % % KCal/Kg HGI
(ar) (adb) (adb) (adb) (adb) (adb) (adb)
Berwarna hitam kecoklatan,
1 A 39,05 - 42,45 15,34 - 19,18 10,38 - 11,24 42,58 - 45,55 37,70 - 41,35 0,44 - 0,53 5.088 - 5.278 69 - 79 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
2 B 44,79 - 48,05 13,97 - 18,35 11,67 - 12,10 37,55 - 43,14 36,22 - 39,89 0,10 - 0,34 5.388 - 5.439 57 - 75 kilap kusam, mengandung
pirit, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
3 C 31,86 - 46,95 16,79 - 20,05 10,98 - 11,45 37,12 - 42,47 35,08 - 39,54 0,11 - 0,42 5.049 - 5.233 63 - 82 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
kilap kusam, sebagian
4 D 39,76 - 42,45 16,74 - 19,68 10,10 - 11,87 38,93 - 44,54 36,45 - 41,86 0,17 - 0,49 4.908 - 5.021 79 - 87
pecah-pecah, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
5 E 37,20 - 43,67 14,13 - 18,38 10,09 - 12,11 37,85 - 42,33 38,21 - 42,05 0,13 - 0,48 5.221 - 5.526 58 - 81 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
kilap kusam, sebagian
6 F 41,06 - 45,89 16,96 - 19,11 10,47 - 12,22 39,85 - 41,29 39,23 - 41,34 0,07 - 0,43 5.023 - 5.195 70 - 81
pecah-pecah, mengandung
pirit, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
7 G 44,65 - 48,05 19,18 - 20,15 10,12 - 11,27 38,87 - 45,74 36,39 - 39,89 0,12 - 0,52 5.123 - 5.366 65 - 89 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
8 H 42,06 - 47,56 17,91 - 19,89 10,34 - 11,96 38,07 - 42,54 37,45 - 42,16 0,09 - 0,58 5.245 - 5.485 56 - 75 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
2) Cadangan Batubara
Cadangan batubara adalah bagian sumberdaya batubara yang datanya lebih
lengkap seperti dimensi, sebaran, kuantitas dan kualitasnya, serta telah dikaji
kelayakannya dan dinyatakan ekonomis untuk ditambang, sehingga
memungkinkan untuk dibuat desain atau perencanaan tambang secara rinci.
Cadangan dihitung dengan menggunakan isopach overburden (garis sama
tebal), dengan interval isopach overburden (jarak garis sama tebal) adalah 10
meter. Cadangan batubara dihitung dengan kriteria sebagai berikut:
a) Penambangan dilakukan dengan perhitungan stripping ratio
(perbandingan antara volume masa batuan) adalah 1 : 3.8.
b) Perhitungan cadangan dimulai dari ketebalan seam > 0,5 m.
c) Perhitungan cadangan digunakan isopach overburden dengan cara
menghitung luas antar interval overburden dikalikan dengan tebal
batubara dan berat jenis batubara.
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diperoleh perhitungan sumberdaya
dan cadangan batubara pada daerah rencana tambang PT. Bumi Laksana Perkasa
sebagai berikut: Sumberdaya sebesar 73.169.754 Ton, Cadangan sebesar
50.750.000 Ton, SR 1 : 3,8 dan OB : 192.850.000 bcm.
Tabel 1.5 Total Cadangan Sumberdaya PT. Bumi Laksana Perkasa
Estimasi Cadangan
Seam Total
Terkira Terbukti
A 1.624.000,30 2.436.999,00 4.060.000,10
B 2.435.999,80 3.653.950,00 6.089.999,50
C 2.235.300,40 3.379.950,00 5.633.251,00
D 2.842.000,20 4.263.000,00 7.105.000,50
E 1.542.799,70 2.314.200,00 3.856.999,90
F 2.385.250,40 3.577.875,60 5.963.126,00
G 1.684.900,10 2.527.349,50 4.212.249,60
H 2.517.200,40 3.775.800,60 6.293.001,00
I 1.014.999,70 1.522.498,80 2.537.498,50
J 1.999.549,00 2.999.324,90 4.998.873,90
Total 20.300.000,00 30.450.000,00 50.750.000,00
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019.
3) Kapasitas Produksi
Rencana produksi Penambangan Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa
merencanakan kegiatan penambangan akan dimulai dengan tingkat produksi
tahun pertama ± 1.000.000 Ton, kemudian tahun kedua ± 2.500.000 Ton, tahun
ketiga sampai tahun tiga belas sebesar ± 4.000.000 Ton/tahun. Untuk tahun
empat belas rencana produksi sudah mengalami penurunan dan berada dalam
masa akhir tambang. Adapun rencana produksi pada akhir penambangan
rencana produksi batubara pada level terbawah dengan tonase batubara
800.000. Batubara akan dipasarkan 30 % untuk dalam negeri atau akan mengacu
kepada peraturan pemerintah yang berlaku. Rencana produksi lebih lengkapnya
dapat dilihat di Tabel 1.6 berikut;
Tabel 1.6. Rencana Produksi Tambang PT. Bumi Laksana Perkasa
2. Geoteknik
Kajian yang dilakukan pada penyelidikan geoteknik PT. Bumi Laksana Perkasa
adalah analisis kemantapan lereng serta analisis kemampugaruan dan kemampugalian.
Analisis kemantapan lereng meliputi analisis kemantapan lereng tunggal
(individual/single slope) dan lereng keseluruhan (overall slope), baik lereng highwall
maupun lowwall serta lereng timbunan. Sedangkan analisis kemampugaruan dan
kemampugalian dilakukan untuk mengetahui karakterisktik material kaitannya dengan
aktivitas penggalian dan penggaruan.
Kajian geoteknik ini berisi analisis data pemboran, data hasil uji, analisis
kemantapan lereng penambangan, rekomendasi dimensi lereng, serta analisis
kemampugalian dan kemampugaruan dan rekomendasi kriteria penggalian. Hasil
pengamatan yang dirangkum dari deskripsi penampang bor eksplorasi, substruktur
daerah penyelidikan terbagi dalam 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan atap, lapisan
batubara (seam), lapisan pengapit dan lapisan dasar yang masing-masing dapat
diuraikan sebagai berikut :
a) Lapisan Atap
Lapisan atap adalah lapisan yang posisinya terletak diantara
permukaan tanah dengan lapisan batubara. Tebal lapisan atap cukup bervariasi,
tergantung pada posisi (elevasi) bor, bentuk morfologi/topografi dan kemiringan
bidang lapisan. Secara umum lapisan atap di daerah penyelidikan terbagi dalam
2 (dua) sub lapisan yaitu : tanah penutup dan batuan atap.
Tanah penutup atau soil terdapat di bagian paling atas terbentuk dari hasil
pelapukan batuan dasar. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, maka tanah
penutup di daerah penyelidikan digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu lempung
lanauan, lanau, dan pasir lempungan.
Batuan atap daerah penyelidikan umumnya mempunyai tingkat pelapukan
rendah (slightly weathered) sampai segar (fresh). Perubahan tingkat pelapukan pada
batuan atap ini relatip dangkal (< 5,00 meter), umumnya dipengaruhi oleh
sementasi dan jenis tanah penutup. Hasil pengamatan beberapa lokasi titik bor
menunjukkan, bahwa batuan atap terdiri dari 3 (tiga) jenis batuan sedimen, yaitu
satuan batulempung, batulanau (paling dominan) dan batupasir. Ketebalan
perlapisan ketiga batuan ini sangat bervariasi mulai dari yang tipis sampai sangat
tebal (> 6 meter) dan berselang seling.
b) Lapisan Batubara
Secara umum ciri fisik seam batubara berwarna hitam kecoklatan, kusam
sampai mengkilap, kekuatan lemah sampai sedang (weak to moderately strong)
4) Hasil Analisis
Analisis kemantapan lereng tunggal dihitung berdasarkan data material
pada masing-masing penampang. Dari hasil perhitungan angka Faktor
Keamanan (FK) dengan menggunakan program Slide, diperoleh faktor keamanan
lereng tunggal yang masih diijinkan yaitu ≥ 1,3.
Parameter Batuan
Parameter batuan yang digunakan untuk masing-masing penampang dapat dilihat
pada Tabel 1.8. berikut.
Tabel 1.8. Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan
Material sat (ton/m3) Cpeak (MPa) peak (Deg)
Sandstone 2.32 0.12 26.10
Claystone 2.09 0.09 19.64
Siltstone 2.23 0.12 24.33
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa , 2019
2) Hasil Analisis
Hasil perhitungan Faktor Keamanan (FK) lereng keseluruhan Highwall dan
Lowwall untuk setiap penampang geoteknik terlihat pada Tabel 1.6.
b. Lereng Timbunan
Pendekatan analisis yang digunakan dalam perhitungan lereng timbunan
adalah sebagai berikut:
1) Untuk analisis kemantapan lereng timbunan digunakan nilai kekuatan geser
material senilai 50% dari nilai kekuatan geser sisa setiap material.
2) Density material yang digunakan adalah density jenuh (sat).
3) Tinggi muka air tanah diasumsikan mengikuti tinggi lereng.
4) Faktor keamanan ≥ 1,5.
Parameter Batuan
Parameter material timbunan yang digunakan untuk analisis lereng timbunan yaitu
diasumsikan mempunyai nilai kekuatan geser material sebesar 50% dari nilai
kekuatan geser sisa material pembentuk lereng tambang.
Tabel 1.10. Data Material Untuk Analisis Kemantapan Lereng Timbunan
Material sat (ton/m3) C* (MPa) * (Deg)
Perhitungan
Perhitungan kemantapan lereng timbunan dilakukan menggunakan Chart 5 Hoek &
Bray (1981) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.5. Perhitungan kemantapan lereng
dilakukan untuk tiap jenis material, yaitu untuk sandstone, claystone dan siltstone.
Parameter geometri yang digunakan untuk perhitungan analisis lereng timbunan
adalah tinggi lereng dan kemiringan lereng.
Gambar 1.5. Circular Failure Chart Chart 5 Hoek & Bray (1981)
Hasil Perhitungan
Berdasarkan perhitungan kemantapan lereng timbunan, maka dimensi lereng
timbunan aman untuk FK 1.5 dapat dilihat pada Tabel 1.11.
Tabel 1.11. Geometri Lereng Timbunan Aman
2) Kekuatan Batuan
Kekuatan mekanik batuan merupakan sifat kekuatan terhadap gaya luar.
Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi dari mineralnya
yang terkandung di dalam batuan.
Penggaruan maupun metode penggalian lainnya sangat dipengaruhi oleh
kekuatan batuan. Pada proses penggaruan, batuan terbongkar karena adanya
gaya compressive dan tensile yang bekerja sehingga dalam penaksiran
kemampugaruan tidak lepas dari uji kekuatan batuan. Kuat tarik dianggap
memilki peranan lebih penting daripada kuat tekan dalam klasifikasi
kemampugaruan batuan (Singh dkk, 1986).
3) Abrasivitas
Parameter yang sering diabaikan dalam evaluasi kemampugaruan batuan
adalah abrasivitas. Abrasivitas merupakan sifat batuan dalam menggores
permukaan material lain. Sifat ini umumnya digunakan sebagai parameter
yang mempengaruhi keausan matabor (bit) dan batang bor. Parameter ini
sangat penting hubungannya dengan keekonomisan penggunaan alat garu.
Dalam estimasi biaya, pengeluaran terbesar terletak pada penggunaan shank
dan tip. Karena komponen ini bekerja dengan kontak langsung dan melawan
kekuatan batuan saat proses pembongkaran batuan.
4) Tingkat Pelapukan
Pelapukan batuan terjadi karena adanya pengaruh hydrosphere dan
atmosphere. Pelapukan bisa terjadi karena disintegrasi mekanis maupun
dekomposisi kimia atau keduanya. Pelapukan yang terjadi karena disintegrasi
mekanis dapat dilihat dengan adanya retakan batuan atau kekar dan retakan
pada belahan (cleavage) butir mineral. Sedangkan pelapukan kimia
menghasilkan perubahan kimia pada mineralnya. Karena adanya pelapukan,
maka kekuatan, densitas dan stabilitas volumetrik batuan akan menurun,
sedangkan deformabilitas dan porositas akan meningkat. Oleh sebab itu,
tingkat pelapukan merupakan parameter sangat berpengaruh pada kekuatan
batuan hubungannya dengan proses penggalian.
5) Struktur Batuan
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku massa batuan
adalah struktur seperti kekar, bidang perlapisan, laminasi, belahan dan
patahan. Struktur batuan berupa ketidakmenerusan dapat menggambarkan
gangguan mekanis pada sifat batuan. Parameter kekar yang harus diukur
hubungannya dengan pengaruhnya terhadap kemampugaruan batuan antara
lain orientasi kekar, spasi, keteresak dan material pengisi.
6) Densitas Material
Densitas juga merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam penaksiran
kemampugaruan batuan. Tingkat sementasi, sortasi, kekompakan dan ukuran
butir dapat ditaksir melalui densitas. Semakin tinggi densitas maka semakin
sedikit pori dalam batuan dan kekuatan ikat antar butir mineral semakin
tinggi.
7) Kemas Batuan (Rock Fabric)
Kemas (fabric) merupakan suatu ukuran untuk menggambarkan struktur
mikro dan tekstur material batuan. Para peneliti mengemukakan bahwa
kemas batuan berpengaruh terhadap kemampugaruan. Batuan berbutir kasar
(ukuran butir > 5 mm) seperti pegmatite dan batupasir bisa digaru dengan
lebih mudah daripada batuan berbutir halus (ukuran butir < 1 mm) seperti
quartzite, basalt dan batugamping.
8) Kecepatan Seismik
Metode dengan menggunakan parameter kecepatan seismik telah
banyak digunakan secara luas untuk memprediksi tingkat kemampugaruan
batuan. Kecepatan gelombang seismik tergantung pada densitas, porositas,
kadarair dan tingkat pelapukan batuan (Singh dkk, 1986). Semakin tinggi
kecepatan seismik pada batuan maka penggaruan akan relatif lebih sulit.
Secara umum batuan dengan kecepatan seismik 1950 m/s termasuk batuan
yang mudah digaru, 1950 – 2250 m/s termasuk sulit digaru dan > 2250 m/s
tidak mungkin digaru. Namun banyak peneliti yang mengemukakan bahwa
metode ini kurang akurat (Kramadibrata, 1998; Singh dkk, 1986; Kirsten, 1982).
9) Topografi
Topografi dari suatu massa batuan yang akan digali merupakan faktor
penting yang perlu dievaluasi sebelum menerapakan metode penggalian.
Meskipun begitu, faktor ini tidak masuk dalam pertimbangan para peneliti
sebelumnya. Penggaruan biasanya dilakukan di daerah yang datar, namun
apabila dijumpai slope atau batuan yang menonjol tidak beraturan, maka
akan menjadi problema tersendiri.
10) Bidang Perlapisan dan Batas Pelapukan
Perbedaan tingkat pelapukan pada perlapisan batuan memiliki pengaruh
penting hubungannya dengan perfomance penggaruan. Para peneliti
menemukan bahwa material dengan kekuatan rendah (low strength), akan
mudah digaru apabila material tersebut‘berdiri sendiri’, namun akan sulit
digaru apabila material tersebut tersisip diantara material yang tidak bisa
digaru (unrippable). Selain itu, penggaruan pada material dengan banyak
perlapisan menyebabkan perfomance penggaruan tidak menentu dimana
kekerasan tiap perlapisan dapat saling berbeda satu dengan lainnya.
Tabel 1.14. Jadwal Kegiatan Penambangan Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa
dilakukan inventarisasi dan pengukuran mengenai ijin lokasi, letak tanah, luas tanah,
pemilik sah lahan/tanah dan data tanam tumbuh yang dibebaskan oleh tim
inventarisasi yang dibentuk di tingkat kecamatan (terutama areal APL). Kemudian
hasilnya akan diumumkan di kantor Kecamatan, Desa dan RT, agar semua pihak
mengetahuinya dan dapat mempertanyakan jika ada hal-hal yang dianggap tidak
sesuai dengan kenyataan di lapangan. Setelah data yang terhimpun sudah cukup
valid dan diprakirakan tidak akan ada permasalahan tumpang tindih kepemilikan
lahan, maka dilakukan negosiasi harga selanjutnya dilakukan pembayaran.
Pembebasan lahan dilakukan secara bertahap, agar bagian yang telah dibebaskan
langsung dapat dikerjakan untuk kegiatan selanjutnya.
Mengenai nilai untuk ganti rugi atas tanah dan tanam tumbuh tersebut akan
disesuaikan dengan kesepakatan antara kedua belah pihak (PT. Bumi Laksana
Perkasa dan pemilik lahan) serta tidak menggunakan perantara/calo, selanjutnya
melibatkan pihak pemerintah hingga tingkat kecamatan dan Kabupaten. Adapun
mekanisme proses pembebasan lahan : ijin lokasi, letak tanah, luas tanah, pemilik
sah lahan/tanah dan data tanam tumbuh yang akan diinventarisasi oleh instansi tim
teknis pemerintah Kabupaten. Pembebasan lahan harus mengacu kepada Standar
Operasional Prosedur Pembebasan Lahan PT. Bumi Laksana Perkasa yang telah
ditandatangani oleh Direksi PT. Bumi Laksana Perkasa. Untuk areal KBK, pinjam
pakai kawasan hutan akan mengikuti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P 27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan. Semua izin yang berkaitan dengan rencana penambangan
batubara PT. Bumi Laksana Perkasa, harus diselesaikan sebelum operasi
penambangan. Izin yang dimiliki oleh PT. Bumi Laksana Perkasa masih IPPKH
eksplorasi, setelah izin IUP operasi produksi PT. Bumi Laksana Perkasa akan
mengurus IPPKH operasi produksi.
c. Penerimaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasional disesuaikan
dengan rancangan tambang yang telah dihasilkan dalam perhitungan Studi
Kelayakan. Untuk Perekrutan tenaga kerja akan diumumkan secara terbuka melalui
Disnakertrans, Kecamatan, dan Desa dan mengikuti peraturan yang berlaku serta
tenaga kerja wajib diikutsertakan dalam BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan UU No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tenaga kerja yang tidak langsung
berhubungan dengan operasi penambangan jumlahnya akan meningkat selama
umur penambangan, sedangkan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
operasi penambangan, terutama untuk operator alat berat, disesuaikan dengan
jumlah alat yang harus dioperasikan dengan memperhatikan jumlah shift dan target
produksi. Penerimaan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
berdasarkan kualifikasi tingkat pendidikan dan keterampilan. Berikut ini katagori
tenaga kerja yang akan digunakan dalam kegiatan operasi penambangan ini
sebagai berikut:
RENCANA TAHUN 2020 RENCANA TAHUN 2021 RENCANA TAHUN 2022 RENCANA TAHUN 2023 RENCANA TAHUN 2024 RENCANA TAHUN 2025 RENCANA TAHUN 2026
KUALIFIKASI TENAGA
LATAR & JENJANG JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA
NO KLASIFIKASI JABATAN KERJA
PENDIDIKAN
TKI TKI TKI TKI TKI TKI TKI
NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA
LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL
LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL
Kadiv.
Penambangan&Pengolah
an, Kadiv. Pengawasan,
2 PROFESIONAL Kadiv. Lingkungan dan Sarjana,Diploma 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 -
K3, Kadiv. Administrasi
dan Umum, Kadiv.
Akuntansi dan Keuangan
Sekretaris, Accountant,
HRD, Tax, Payroll,
4 ADMINISTRASI SMK, SMA 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 -
Purchasing, Messing,
Office Admin
SUBTOTAL A 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 -
B. SUBKONTRAKTOR 254 109 363 665 242 907 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452
SUBTOTAL B 254 109 363 0 665 242 907 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0
TOTAL A+B 392 139 531 - 803 272 1075 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 -
Tabel 1.15. (lanjutan) TABEL 11.1. RENCANA TENAGA KERJA YANG DIBUTUHKAN PT. BUMI LAKSANA PERKASA
RENCANA TAHUN 2027 RENCANA TAHUN 2028 RENCANA TAHUN 2029 RENCANA TAHUN 2030 RENCANA TAHUN 2031 RENCANA TAHUN 2032 RENCANA TAHUN 2033 RENCANA TAHUN 2034
KUALIFIKASI TENAGA
LATAR & JENJANG JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA
NO KLASIFIKASI JABATAN KERJA
PENDIDIKAN
TKI TKI TKI TKI TKI TKI TKI TKI
JLH JLH JLH JLH JLH
NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON TKA NON TKA NON TKA NON TKA NON TKA
LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL TKI LOKAL TKI LOKAL TKI LOKAL TKI LOKAL TKI
LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL
Kadiv.
Penambangan&Pengolah
an, Kadiv. Pengawasan,
2 PROFESIONAL Kadiv. Lingkungan dan Sarjana,Diploma 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 -
K3, Kadiv. Administrasi
dan Umum, Kadiv.
Akuntansi dan Keuangan
Sekretaris, Accountant,
HRD, Tax, Payroll,
4 ADMINISTRASI SMK, SMA 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 -
Purchasing, Messing,
Office Admin
SUBTOTAL A 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 -
B. SUBKONTRAKTOR 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 665 242 907 244 95 339
SUBTOTAL B 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 665 242 907 0 244 95 339 -
TOTAL A+B 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 803 272 1075 - 382 125 507 -
Direktur Utama
Gambar 1.6. Struktur Organisasi Tambang Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa
b. Gudang
Gudang merupakan sarana penunjang operasi, yang digunakan baik untuk
menyimpan peralatan, suku cadang maupun barang-barang yang diperlukan
selama operasi penambangan berlangsung. Gudang di bangun seluas 0,24 Ha
Gudang penyimpanan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku untuk bidang
pertambangan. Gudang penyimpanan handak ini sesuai dengan peraturan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
c. Bengkel
Perbengkelan (Workshop) merupakan tempat perbaikan dan perawatan alat-alat
berat dan kendaraan operasional lainnya. Bangunan bengkel akan disesuaikan
dengan jumlah dan ukuran alat yang dipergunakan. Panjang, lebar dan tinggi
minimal bengkel sama dengan 3 kali ukuran alat tambang yang terlebar
(backhoe PC 1250) ditambah kantor bengkel dan gudang dengan luas 1,68 Ha.
Gudang berfungsi menyimpan suku cadang dan peralatan yang digunakan.
Bangunan gudang ini biasanya satu bangunan dengan bengkel dan luasnya rata-
rata sepertiga luas bengkel. Pemilihan lokasi bengkel ini diusulkan dekat dengan
kegiatan penambangan (di dalam daerah penambangan) agar memudahkan
dalam perawatan dan perbaikan peralatan yang rusak.
d. Tangki Bahan Bakar Cair
Selama kegiatan penambangan beroperasi, memerlukan bahan bakar cair untuk
menunjang operasional kegiatan. Untuk itu PT. Bumi Laksana Perkasa dan Sub.
Kontraktor membutuhkan tempat penyimpanan bahan bakar cair. Untuk tempat
tangki bahan bakar cair memiliki luasan 0,58 Ha. Untuk menjaga keamanan
tangki bahan bakar, maka tangki tersebut diletakkan di atas pondasi semen.
Disekeliling tangki dibuatkan saluran air untuk menjaga agar tangki tersebut
senantiasa bebas dari rendaman air yang dapat menimbulkan korosi, dan harus
memenuhi persyaratan kementerian ESDM RI. Kebutuhan bahan bakar minyak
(BBM), oli dan lainnya akan disuplay atau didatangkan dari wilayah Kabupaten
Kutai Timur (Sangatta) melalui agen-agen resmi BBM yang ada. BBM diangkut
menggunakan tangki minyak menuju areal pertambangan batubara PT. Bumi
Laksana Perkasa . Kapasitas BBM yang akan dibangun adalah sebesar 500.000
liter. Tangki penimbunan BBC harus sesuai dengan Kepmen Pertambangan dan
Energi No. 1827.K/30/MEM/2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Pondasi tangki harus di buat dari kontruksi beton
2) Dibangun tanggul sekeliling bangunan tangki sebagai pengaman bila
terjadi kebocoran tangki untuk satu tangki dapat menampung kapasitas
tangki + 20 cm dan lebih dari satu tangki dapat menampung setengah dari
total kapasitas tangki-tangki + 20 cm
Tangki BBM
Kapasitas 24.000.000 Liter
Kapasitas 500.000 Liter
Oil
Trap
Pagar Kawat
Tabel 1.17. Kebutuhan BBM dan Oli Untuk Kegiatan Penambangan Batubara
PT. Bumi Laksana Perkasa
Pemakaian Bahan Bakar Oli / Pelumas
Nama Alat Sub‐ Pemakaian Jam Kerja Jumlah Pemakaian Jam Kerja Jumlah Jumlah
Jumlah (Liter/Jam) (Jam/Hari) (Liter) (Liter/Jam) (Jam/Hari) (Liter) (Liter)
Exacavator PC 300 2 15 18 540 1,07 18 540 39
DT 20 8 18 2 ,880 0,57 18 2 ,880 206
Generator 5 20 18 1 ,800 1,43 18 1 ,800 129
Pompa air 5 10 18 900 0,71 18 900 64
Mobil Tangki 1 15 18 270 1,07 18 270 19
Mobil Jeep 4WD 5 5 18 450 0,36 18 450 32
Mobil Pickup 2 5 18 180 0,36 18 180 13
Sumber PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019
g. Pengolahan Batubara
Fasilitas pengolahan batubara di stockpile meliputi peralatan jembatan
timbang (weigth bridge) kapasitas maksimum sampai 100 ton, magnetic
separator, semi automatic sampling devices, crushing plant dengan kapasitas
maksimum 1.500 ton/jam, radial conveyor, barge loading conveyor kapasitas
maksimum 2.000 ton/jam.
h. Penumpukan Batubara (Stockpile)
Penumpukan batubara terdiri dari dua macam, yaitu ROM Stockpile seluas
11,2 ha dengan kapasitas 100.000 ton raw material dan port stockpile yang
direncanakan adalah 300.000 ton batubara produk.
i. Pembangunan jalan angkut
Fasilitas pengangkutan batubara PT. Bumi Laksana Perkasa dari PIT menuju
ke ROM stockpile berupa pembangunan akses jalan sejauh + 0,5 s/d 2,2 km
dengan lebar 14 - 17 m, kemiringan jalan maksimum 8% yang akan dilewati oleh
truk yang berkapasitas 60 ton. Ukuran lebar jalan angkut sebesar 3,5 m.
Spesifikasi jalan angkut adalah sebagai berikut :
Jalan tambang yang disiapkan untuk dua jalur pengangkutan dump truck
berkecepatan maksimum 40 km/jam. Kecepatan dump truck bermuatan
ditikungan tidak boleh lebih dari 25 km/jam.
Akses jalan yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan batubara ke
stockpile menggunakan akses jalan buatan PT. Bumi Laksana Perkasa dari pit ke
penimbunan/stockpile. Secara umum kondisi jalan angkut yang digunakan untuk
operasi pengangkutan batubara, sudah sesuai dengan persyaratan-persyaratan
standar jalan angkut yaitu :
(a) Lebar jalan lurus minimum : 20 meter
(b) Lebar bahu jalan dan parit : 1,5 x 2 meter
(c) Lebar jalan tikungan minimum : 25 meter
Keterangan :
L = Lebar jalan angkut minimum (meter)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar truk jungkit (meter)
Gambar 1.9. Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Belokan
3) Jari-jari tikungan/belokan
Besarnya jari-jari belokan jalan angkut harus sesuai dengan kosntruksi
sudut penyimpangan alat angkut, dimana sudut lingkaran yang dibentuk oleh
jalan sama dengan sudut depan alat angkut. Jari-jari belokan lintasan roda
dapat ditentukan dengan rumus perhitungan jari-jari belokan :
R = 7,43 meter
Keterangan :
R = Jari-jari belokan (meter)
Wb = Jarak poros depan dengan belakang (meter)
θ = Sudut penyimpangan roda depan
Tabel 1.19. Rencana Penggunaan Lahan Efektif PT. Bumi Laksana Perkasa
No. Alokasi Lahan Luas (Ha)
1 Pit Tambang
1. Sayap Barat 105,57
2. Sayap Tengah 108,67
3. Sayap Timur 102,08
2 Disposal 7,07
3 Top Soil 2,49
4 Settling Pond 5,86
5 ROM 11,2
6 Jalan Tambang 18,49
7 Kantor/Mess 2,79
8 Nursery/Persemaian 3,58
9 Gudang Handak 0,24
10 Workshop, Warehouse, Power House dan Rumah Pompa 1,68
11 Gudang Bahan Bakar Cair (BBC) 0,58
Total Alokasi Lahan Terganggu 391,11
Total Luas IUP PKP2B PT. BLP 11.330
Total Lahan Tidak Terganggu 10.938,89
Sumber : PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019
Pada lahan yang tidak terganggu seluas 10.938,89 Ha, lahan ini direncanakan sebagai
area eksplorasi lanjutan.
Gambar 1.11. Lay Out Gudang Handak PT. Bumi Laksana Perkasa
(2) Snapline 17 MS, 25 MS, 42MS, 65MS, 67MS, 75MS, 100 MS, dan 109MS.
(3) Lead In Line
(4) Detonator Elektronik
Hasil perhitungan parameter geometri peledakan dapat ditunjukkan ke dalam
sketsa geometri peledakan seperti terlihat pada Gambar 1.12, baik untuk lubang
ledak vertikal maupun lubang miring.
CE
FA
EE Keterangan :
FR
B
S
B = Burden
T = Steming
T S = Spacing
H
L
H = Tinggi Jenjang/Lereng
J = Sub drilling
PC
L = Kedalaman Lubang Ledak
J
Pe = Panjang isian bahan peledak
a. Parameter pada geometri
peledakan vertikal
CE
FA
EE
FR
S
B
H
T
H
L
PC
J
b. Parameter pada geometri
peledakan miring
Berdasarkan kajian dampak terhadap fly rock masih aman di jarak rata-rata di
bawah 200 mtr dari lokasi peledakan terhadap alat / bangunan, untuk Air Blast saat
ini masih berada dibawah baku mutu SNI dengan durasi rata-rata dibawah 2 (dua)
menit dari peledakan berlangsung dalam setiap peledakan. Dengan kombinasi
penerapan geometri peledakan yang sesuai, pemadatan pada proses stemming dan
penggunaan detonator dengan kombinasi waktu tunda yang sesuai.
Untuk meminimalkan tingkat getaran dari sebuah peledakan maka dilakukan
peledakan tunda (delay blasting) yaitu suatu teknik peledakan dengan cara
meledakkan sejumlah muatan bahan peledak tidak sebagai satu muatan (single
charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih kecil. Getaran yang
dihasilkan dari peledakan tunda merupakan kumpulan dari getaran-getaran kecil
dan bukan satu getaran besar. Peledakan tunda mengurangi tingkat getaran sebab
setiap waktu tunda menghasilkan masing-masing gelombang seismik yang kecil
dan terpisah. Dalam prosesnya penggunaan detonator non elektrik pada kegiatan
peledakan dengan nominal waktu tunda yang bervariasi berfungsi untuk memisah
gelombang seismik yang dihasilkan sehingga mengurangi resiko dan dampak
terhadap bangunan sekitar atau di pemukiman. Acuan dasar yang digunakan oleh
PT. Bumi Laksana Perkasa terkait Getaran Peledakan yaitu KepMen LH No. 49 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Getaran dan untuk Tingkat Kebisingan yaitu SNI 7570 :
2010. PT. Bumi Laksana Perkasa akan melakukan mekanisme peledakan sesuai
dengan SOP yang berlaku. Berdasarkan Kepmen ESDM no 555 K Tahun 1995 Jarak
aman operasi peledakan dengan manusia dan pemukiman minimal 500 m.
Secara periodik kegiatan peledakan dilakukan proses monitoring menggunakan
alat monitoring peledakan untuk mengetahui kesesuaian baku mutu dengan
perolehan hasil getaran dan kebisingan aktual dari kegiatan peledakan.
Pemuatan dan pengangkutan overburden pada sistem tambang terbuka yang
diterapkan PT. Bumi Laksana Perkasa menggunakan kombinasi antara excavator
(alat gali muat) dan truk (alat angkut). Hydraulic excavator digunakan untuk
menggali overburden dan interburden pada bench. Truk pengangkut memuat dari
level yang sama atau 1 bench di bawah alat gali muat. Selain alat utama juga
digunakan dozer yang berfungsi untuk membantu alat gali muat dengan menggaru
batuan yang keras pada daerah yang tidak membutuhkan peledakan, memotong
jalan dan ramp untuk akses, dan membersihkan daerah yang akan digunakan untuk
memuat. Tempat penimbunan lapisan penutup batubara atau lokasi outpit dump,
direncanakan maksimum berjarak ± 1 km dari lokasi penambangan pada awal
dibukanya sebuah pit untuk memudahkan pengangkutan dan menekan biaya
operasi.
Rencana peledakan di PT. Bumi Laksana Perkasa, seperti yang telah diuraikan
pada rancangan peledakan sebelumnya, akan menerapkan pola peledakan hole by
hole, artinya setiap lubang meledak pada waktu yang berbeda. Dengan demikian
getaran yang muncul hanya disebabkan oleh sebuah lubang ledak. Apabila
diasumsikan jarak terdekat (R) antara sumber peledakan dengan pemukiman 1.000
m, maka perhitungan SRSD adalah :
R 1.000
SRSD = = = 84,40 m/kg1/2
W 1/2
140,5 1/2
Perhitungan SRSD akan menghasilkan suatu angka tertentu yang digunakan untuk
memperkirakan tingkat getaran peledakan, apabila tidak ada pengukuran seismic
secara langsung di lapangan. Menurut Nicholls, Johnson, dan Duval dalam“Buletin
USBM, 656 (1971)”, SRSD yang disarankan sebagai batas aman adalah minimal 50
ft/lb1/2, setara dengan 22,62 m/kg1/2, jika alat seismograf tidak dipergunakan atau
tidak tersedia. Tingkat getaran pada SRSD tersebut berkisar antara 0,08 – 0,15 ips
atau setara dengan 2 – 3,8 mm/det. Secara umum harga SRSD yang besar dari 22,62
m/kg1/2 menunjukkan kondisi getaran yang aman atau kerusakan yang terjadi kecil.
Perusahaan akan mengupayakan teknologi dalam meminimalisir dampak dari
penggunaan bahan peledak, dan perusahaan harus melakukan sosialisasi lanjutan
berkaitan dengan penggunaan blasting dengan melibatkan masyarakat sekitar
rencana penambangan. Output yang diharapkan nantinya adalah persepsi dan
sikap masyarakat terhadap penggunaan blasting.
Tempat penimbunan lapisan penutup batubara atau lokasi outpit dump,
direncanakan maksimum berjarak ± 1 km dari lokasi penambangan pada awal
Bab I. Pendahuluan I-42
ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa
Tabel 1.22. Jumlah Pemindahan Tanah Pucuk, Tanah Penutup (Overburden) dan Produksi Batubara Setiap Tahun
c. Pengangkutan Batubara
Pengangkutan yang dikerjakan dalam penambangan batubara ini meliputi
pengangkutan batubara, pengangkutan tanah penutup/overburden, dan
perlengkapan penambangan yang lain. Pengangkutan tanah penutup dilakukan
dengan menggunakan dump truck dari lokasi bukaan tambang ke tempat
penimbunan overburden pada tempat area lokasi tambang yang telah
ditentukan. Untuk batubara pengangkutannya dilakukan dari lokasi tambang ke
tempat stockpile batubara.
Untuk pengangkutan batubara ke pelabuhan melalui jalur darat dengan
jarak yang akan ditempuh adalah sejauh 144 km dan jalan didesain untuk
mengakomodasi truck sampai dengan kapasitas hingga 60 ton. Jalur
transportasi darat akan menghubungkan langsung lokasi penambangan PT.
Bumi Laksana Perkasa menuju ke barge loading site di pelabuhan PT. Indexim
Coalindo yang berada di Desa Sekrat Kecamatan Kaliorang. Pengangkutan
batubara ini akan dikaji dalam dokumen terpisah.
24 m
3m
21 m
Tempat Parkir
A
Pintu
Air
10 m 10 m
6m
Kolam Kolam
Pengering Pengering
Lumpur Lumpur
24 m 10 m 24 m 10 m 24 m
6m
Akses ke gudang kapur
Saluran
Penghubung
Gudang Antar Kolam
Kapur
ROM Coal sampai pada ukuran yang diinginkan oleh pasar. Peralatan yang
digunakan adalah crusher sebagai alat peremuk batubara dan screen untuk
mendapatkan ukuran batubara yang relatif sama. Proses pengolahan adalah
sebagai berikut :
b) Batubara dari tambang ataupun stockpile diangkut bisa secara langsung
oleh dump truck 20 ton dari tambang ataupun oleh wheel loader dari
stockpile dan dicurahkan ke hopper yang merupakan tempat penampung
material. Hopper ini menyatu dengan Vibrating Grizzly Feeder yang akan
berfungsi sebagai pengatur ukuran umpan yang akan masuk ke dalam
primary crusher. Ukuran grizzly feeder 600 mm.
c) Peremukan tahap I dengan umpan dari batubara yang lolos grizzly feeder.
Primary crusher menggunakan alat Roll Crusher dan mempunyai ukuran
close setting 150 mm dengan reduction ratio 4. Batubara yang dihasilkan
akan menjadi umpan vibrating screen I.
d) Pengayakan/penyaringan tahap I dengan umpan dari batubara hasil
peremukan. Pengayakan/penyaringan batubara menggunakan alat
Vibrating screen I yang mempunyai ukuran 150 mm, batubara yang lolos
dari proses pengayakan I (undersize) akan menjadi umpan secondary
crusher, sedangkan batubara yang tidak lolos (oversize) vibrating screen I
dikembalikan menjadi umpan primary crusher.
e) Peremukan tahap II dengan umpan dari batubara yang lolos (undersize)
vibrating screen I. Secondary crusher menggunakan Roll Crusher dan
mempunyai ukuran close setting 50 mm dengan reduction ratio 3.
Batubara yang dihasilkan menjadi umpan vibrating screen II.
f) Pengayakan/penyaringan tahap II dengan umpan dari batubara hasil
peremukan tahap II. Pengayakan/penyaringan batubara menggunakan alat
Vibrating screen II yang mempunyai ukuran 50 mm, batubara yang lolos
dari proses pengayakan II (undersize) merupakan batubara produk,
sedangkan batubara yang tidak lolos (oversize) vibrating screen II
dikembalikan menjadi umpan secondary crusher.
g) Fungsi dari screen adalah untuk memisahkan undersize (produk ukuran –
50 mm) dengan oversize (produk ukuran + 50 mm). Batubara yang tidak
lolos dari screen yang merupakan produk oversize akan dikembalikan ke
primary crusher (roll crusher).
ROM
(Raw coal)
Stockpile
500 tph
Recirculating load-1
125 tph
Feed = 625 tph
GRIZZLY
Grizzly Oversize Hammer
Opening : 300 mm +300 mm
breaking
Undersize -300mm = 500 tph
1
Peremukan tahap-1
Primary crushing Recirculating load-2
Reduction ratio = 2
125 tph
screen-1
Undersize -150mm = 500 tph
2
Peremukan tahap-2
Reduction ratio = 3 Secondary crushing Recirculating load-2
125 tph
Finish
product
4. Kapur atau batu gamping giling kasar (coarsely crushed) dan kapur dolomit
mempunyai daya kerja yang lebih lambat akan tetapi pengaruhnya dalam
menetralisir pH lebih lama dibandingkan dengan kapur tohor.
5. Penggunaan gamping secara bertahap mungkin diperlukan jika kesinambungan
kenaikan pH dibutuhkan.
6. Kapur tohor akan berpengaruh menurunkan kemampuan jenis pupuk yang
mengandung nitrogen. Karena itu penggunaannya harus terpisah.
7. Ss Tingkat penyesuaian pH akan bergantung dari tingkat keasaman, jenis
tanahdan kualitas batu gamping. Sebagai contoh, penggunaan kapur sebanyak
2,5 – 3,5 ton/ha per tahun yang memiliki pH > 5,0 akan menaikkan pH lebih dari
0,5.
Setelah itu baru ditanami dengan jenis tanaman penutup (LCC) seperti
Centrosema pubescens (CP), Calopogonium mucunoides (CM), Pueraria javanica
(PJ), Mucuna prurience (MP), Crostalaria saramoensis, Seruni, dll yang dipilih sesuai
kondisi tanah dan jenis tanah, serta jenis tanaman pioneer seperti Paraserianthes
falcataria (sengon). Tanaman hasil revegetasi ini akan dilakukan pemeliharaan,
pemupukan untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman dan akan dilakukan
penyulaman bila ada tanaman yang mati. Pemilhan jenis tanaman akan dilakukan
sesuai dengan rona awal. Tanaman yang akan ditanam pada lahan KBK dan KBNK
akan dilakukan setelah ada reklamasi dan penyesuaian dengan jenis tanah. Untuk
penilaian keberhasilan reklamasi pada kawasan KBK mengacu pada Permenhut RI
No. P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan
dan Permenhut RI No. P.4/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Lahan.
Kebutuhan bibit tanaman pioneer (fast growing species) dipenuhi dari produksi
bibit di persemaian yang dimiliki dan dikelola oleh PT. Bumi Laksana Perkasa,
sedangkan pemenuhan bibit tanaman sisipan (long life species) dapat dipenuhi oleh
persemaian PT. Bumi Laksana Perkasa atau masyarakat lingkar tambang dengan
pola kerjasama pengadaan bibit dan pembinaan untuk menjaga kualitas bibit
sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat PT. Bumi Laksana Perkasa.
Rekapitulasi pelaksanaan reklamasi disajikan pada Tabel 1.24. berikut.
Limbah
bukan dari
proses
Masukan Berupa
Air Limbah
Pipa untuk
Keluar Air
Bersih
Air mengalir melalui tiga tingkatan kolam perangkap
BBM
Sungai
Pemisahan secara fisik antara air dengan oli berdasarkan
perbedaan berat jenis dalam kolam perangkap BBM
7,00 m
0,50
m
1,50 m
4,00
4,50
m
m
2,50 m
4,00 m
4,50 m
Pipa Diamater 8 inch GENSET
Tiang Penyangga
4,75 m 1,25 m
1 1
Tangki
Tempat Parkir
Workshop Bengkel
Trap
Oli 5
3
Keterangan :
1 = Pos jaga
2 = kantor Administrasi = Sumur Pantau
3 = Bak Penampung
= Pagar Pengaman
4 = Fasilitas penyimpan Limbah B3
5 = Ruang Genset = Arus Kendaraan
= Saluran pembuangan
Spesifikasi Bangunan :
1) Sebagian workshop dindingnya tembok untuk tempat peralatan, sedangkan tempat service
tidak berdinding
2) Lantai bangunan tembok plester tidak retak
3) Lantai bagian dalam melandai turun kearah bak penampung dengan kemiringan maksimum
1%
4) Workshop dilengkapi 1 unit alat pemadam kebakaran
Workshop bengkel ini akan dilengkapi dengan apar, eye wasth, penangkal
petir, talang pemisah antara air hujan dan ceceran oli.
Prosedur penanganan minyak pelumas bekas ini mengacu kepada peraturan
yang dikeluarkan oleh Bapedal, yaitu Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
persyaratan Teknik Penyimpanan dan pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun serta pengelolaan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 101
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain Oli Bekas, accu bekas,
kemasan bekas dari oli. Penyimpanan limbah B3 dilakukan sebelum limbah B3
tersebut diolah/diserahkan pada pihak ketiga yang memiliki izin dengan segera.
Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya
Selain limbah B3 yang dihasilkan, terdapat Limbah padat (limbah domestik) dari
hasil kegiatan rumah tangga base camp, kantor, bengkel, pengadaan
pembekalan, dan lain-lain akan dikumpulkan dan dibuang pada lokasi
pembuangan akhir yang akan ditentukan. Limbah domestik ini akan melakukan
pengelolaan dengan mengacu kepada PermenLHK No : P.68 Tahun 2016.
Pembuangan limbah padat domestik akan di buang ke TPS (tempat
penampungan sementara), akan menuju ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). PT.
Bumi Laksana Perkasa akan bekerja sama dengan pihak – pihak terkait masalah
limbah domestik.
Benhes, Desa Diak Lay, Desa Dabeg (ring 1), Desa Jak Luay, Desa Karya Bhakti, Desa
Long Wehea dan Desa Muara Wahau, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Fokus program kerja PPM direncanakan mengacu pada BluePrint PPM Provinsi
Kalimantan Timur yang bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan
program pemerintah. Bentuk-bentuk kegiatannya adalah:
a. Pendidikan
Peningkatan kualitas pendidikan melalui pelatihan guru dan pendekatan
manajemen berbasis sekolah. Untuk pendidikan non formal, berupa
peningkatan pada pelatihan kejuruan, yaitu perbaikan otomotif, pengelasan,
keterampilan komputer, bahasa Inggris, dan perbaikan listrik. Kemudian, sektor
pendidikan informal juga menekankan pada pemberantasan buta huruf, dan
penguatan kelembagaan kelompok mitra. Selain itu, program pengembangan
masyarakat di bidang pendidikan juga meliputi pembangunan infrastruktur
pendidikan, pelatihan, bantuan peralatan pendidikan, perpustakaan serta
beasiswa. Biaya pelatihan untuk pendidikan yang disediakan oleh PT. Bumi
Laksana Perkasa sebesar RP. 284.000.000.
b. Kesehatan
Memberikan batuan kesehatan kepada masyarakat sekitar lokasi tambang
meliputi pemberantasan penyakit malaria, program kesehatan ibu dan anak, air
dan sanitasi, pencegahan TBC dan Penyakit Menular Seksual, pendirian
Posyandu dan Puskesmas, serta penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Biaya
kesehatan yang disediakan sebesar Rp. 170.328.600.
c. Tingkat Pendapatan Riil Atau Pekerjaan
Program perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat disekitar tambang dan menyediakan lapangan kerja yang
mengutamakan tenaga kerja masyarakat sekitar tambang sesuai dengan
kompetensi yang diperlukan oleh perusahaan PT. Bumi Laksana Perkasa.
Adapun rencana program menurut profesi yang akan direncanakan adalah
sebagai berikut:
1) Perdagangan
2) Perkebunan
3) Pertanian
4) Peternakan
5) Perikanan
6) Kewirausahaan
Alokasi dana yang disediakan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa sebesar Rp.
383.329.350.
d. Kemandirian Ekonomi
Upaya yang direncanakan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa untuk
meningkatkan usaha lokal sebagai motor pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Bantuan meliputi usaha jahit menjahit, pabrik paving block,
perbaikan bengkel, peralatan penggergajian, pertanian dan produk perikanan
dan Hortikultura meliputi berbagai buah-buahan, sayur-sayuran, madu dan
lain-lain, dan jasa kontrak termasuk pelatihan keterampilan keuangan mikro
dan pelatihan keterampilan usaha. Dana yang disediakan oleh PT. Bumi Laksana
Perkasa sebesar Rp. 212.910.750.
e. Bantuan Sosial dan Budaya
Bantuan Sosial Aspek lain dari bantuan PT. Bumi Laksana Perkasa kepada
masyarakat adalah bantuan langsung. Bantuan utama meliputi bantuan bagi
upaya penanggulangan musibah oleh pemerintah setempat, Keagamaan,
kegiatan kemasyarakatan dan budaya, pelatihan dan pendidikan, kegiatan
keagamaan, seminar dan konferensi, program LSM dan pengembangan usaha
kecil. PT. Bumi Laksana Perkasa akan membentuk kepanitia bantuan sosial
mencakup beberapa anggota manajemen PT. Bumi Laksana Perkasa,
Pemerintah Daerah dan Lembaga Kemasyarakatan. Bantuan sosial yang
dianggarkan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa sebesar Rp. 127.746.450.
f. Pembentukan kelembagaan komonitas masyarakat dalam menunjang
kemandirian PPM.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu unsur penting dalam
pengembangan masyarakat. PT. Bumi Laksana Perkasa berusaha
menumbuhkan partisipasi komunitas lokal dalam upaya pengembangan
masyarakatnya dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengelola sendiri sumber dayanya. Oleh karena itu, didirikanlah yayasan yang
dikelola oleh Perusahaan dengan melibatkan anggota masyarakat. Alokasi dana
yang disiapkan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa Rp. 42.582.150 dan
Rp. 56.776.200.
g. Pembangunan Infrastruktur Yang Menunjang PPM
Rencana pembangunan Infrastruktur dalam Program PT. Bumi Laksana
Perkasa meliputi:
1) Perbaikan jalan dan drainase,
2) Perbaikan dan Pembangunan gedung sekolah,
3) Pembangunan Klinik,
4) Bantuan pemasangan listrik, sarana air bersih, irigasi, pembangunan tempat
sampah dan pasar tradisional. Semua kegiatan infrastruktur dilakukan atas
kerja sama dengan masyarakat dan pemerintah setempat.
Pelaksanaan program-program PPM tersebut akan dikoordinasikan dengan
kepala desa, camat dan pemerintah setempat agar tepat sasaran, bermanfaat
teknik ini diharapkan lahan yang terbuka karena kelerengan yang cukup tinggi
dapat ditutup dan erosi dapat ditekan menjadi serendah mungkin.
Secara keseluruhan terdapat 3 jenis tanaman yang akan ditanam secara
bertahap, yaitu :
a). Cover crops, yaitu tanaman penutup tanah yang dapat mengembalikan unsur
hara tanah berupa pengikatan Nitrogen tanah seperti jenis CM (Calopogonium
sp), CP (Centrosema pubescens), MP (Mucuna prurience), Seruni
(Chrysanthemum sp), dll
b). Fast growing species, yaitu tanaman yang memiliki kemampuan tumbuh
dengan cepat, yaitu : Wood trees (tanaman berkayu) : Gliricidia sp (gamal),
Samanea saman (Trembesi), Paraserianthes Falcataria (Sengon), Cassia siamea
(Johar), Enterolobium cyclocarpum (Sengon Buto).
c). Long Life Species lokal akan di lakukan setelah kondisi area sudah layak (iklim
mikro di bawah tajuk sudah ideal) untuk di lakukan pengayaan dengan tanaman
lokal (2 – 3 tahun dari waktu penanaman tanaman jenis Fast Growing sesuai
peruntukan lahan.
Semua jenis bibit tersebut diatas telah dikembangkan beberapa jenis di rumah
pembibitan (nursery) PT. Bumi Laksana Perkasa, kecuali benih tanaman penutup
(cover crop) yang masih dipasok dari luar. Beberapa langkah untuk persiapan
tanaman kayu dan tanaman lokal (Ulin, Kayu, Tengkawang, Cempedak, Durian
Hutan) :
1. Penetapan Jenis Tanaman yang akan ditanam
2. Jarak tanam dan ukuan lubang
3. Jenis dan dosis pupuk organik dan anorganik
4. Persiapan tanaman (pengajiran, pembuatan lubang, pupuk dasar)
5. Penanaman, perawatan dan penyulaman , dll
Penanaman tanaman pioneer menggunakan jarak tanam jarak tanam 4 X 4 atau
625 batang tanaman per hektar. Untuk mengatasi terhambatnya pertumbuhan awal
tanaman akibat pemadatan tanah dan kurangnya bahan organik, maka PT. Bumi
Laksana Perkasa menerapkan manajemen lubang tanam (hole management) yaitu
dengan membuat lubang tanam berukuran 40 X 40 X 40 cm (ruang minimal
pertumbuhan akar dan penyediaan makanan bagi tanaman) kemudian mengisi
dengan tanah gembur yang sudah dicampur dengan Pupuk dasar kompos atau
pupuk kandang (3 – 3,5) Kg dari campuran dan penambahan kapur dolomite untuk
mengontrol keasaman tanah/media tanam.
Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan berurutan dimulai dari kegiatan
untuk membebaskan tanaman dari gulma (piringan, tebas jalur), perbaikan struktur
tanah disekitar areal perakaran (dangir) dan pemberian unsur hara (pemupukan
jenis NPK, Green Farm, Urea, Dolomit). Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dua kali
dalam setahun dan pemupukan menggunakan pupuk organik lambat urai (slow
release), dimana dosis pemberian disesuaikan dengan umur tanaman. Pupuk
organik lambat urai (slow release) merupakan jenis pupuk yang mampu menjamin
ketersidaan nutrisi bagi tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama, contohnya
seperti ureacote. Penggunaan jenis pupuk tersebut dimaksudkan agar pemberian
unsur hara pada tanaman lebih optimal karena pelepasan unsur hara yang secara
bertahap dan terhindar dari pencucian unsur hara yang sering terjadi pada areal
reklamasi bekas tambang.
Kriteria vegetasi yang akan ditanam kembali dalam areal bekas penambangan
adalah vegetasi lokal yang mempunyai daya adaptasi tinggi, kecepatan
pertumbuhan yang tinggi, dan merupakan habitat yang disukai satwa serta
merupakan tanaman yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat
dan kawasan hutan tanaman industri. Vegetasi yang dianggap memenuhi kriteria
tersebut adalah Ulin, Kapur, Tengkawang, Cempedak, Durian Hutan, DLL..
Selanjutnya akan dikembangkan tanaman-tanaman lokal sesuai peruntukkan lahan
pascatambang.
b. Demobilisasi Alat
Dengan berakhirnya kegiatan penambangan batubara pada tahap pasca
operasi maka kegiatan demobilisasi alat (alat-alat berat) dari lokasi proyek ke luar
lokasi proyek akan dilakukan melalui jalan darat diangkut dengan menggunakan
mobil pengangkut khusus (trailer) yang melewati ruas jalan raya yang ada.
c. Rasionalisasi Tenaga Kerja
Berakhirnya operasional penambangan batubara, maka rasionalisasi tenaga
kerja akan dilakukan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa sesuai peraturan yang berlaku
dengan berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sebelum
dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), PT. Bumi Laksana Perkasa akan
melakukan sosialisasi dan pelatihan keterampilan kepada tenaga kerja yang akan di
PHK. Dengan kegiatan tersebut diharapkan tenaga kerja dapat mandiri ataupun
mampu bekerja di tempat lain dengan pengetahuan tambahan yang diperolehnya.
PT. Bumi Laksana Perkasa akan memberikan uang pesangon sesuai dengan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.
d. Penutupan Tambang dan Penyerahan Lahan Bekas Tambang
Berakhirnya kegiatan penambangan pada tahap pasca operasi akan dilanjutkan
dengan kegiatan penutupan tambang yang meliputi pembongkaran fasilitas
tambang, reklamasi lahan bekas fasilitas tambang, pembongkaran fasilitas
penunjang, reklamasi lahan bekas fasilitas penunjang sesuai dengan rencana pasca
tambang yang telah disetujui. Adapun bangunan-bangunan prasarana dan sarana
dari perusahaan yang masih bisa digunakan akan diserahkan pengelolaannya
kepada Pemerintah Kabupaten Kutai Timur.
Program penutupan tambang PT. Bumi Laksana Perkasa merupakan suatu
proses kegiatan yang bertahap dan memerlukan integrasi yang saling berkaitan
dengan tujuan-tujuan lingkungan, sosial dan teknis.
melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam ruang tersebut. Secara administrasi lokasi wilayah studi
termasuk wilayah Desa Benhes, Desa Diak Lay dan Desa Dabeg, Kecamatan Muara Wahau
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
e. Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi adalah kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun penentuannya
disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data,
seperti waktu, biaya, tenaga, teknik dan metode telaahan. Dengan demikian, ruang lingkup
wilayah studi memang bertitik tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegiatan,
kemudian diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif yang lebih luas.
Adapun Peta Batas Wilayah Studi rencana usaha dan/kegiatan penambangan batubara PT.
Bumi Laksana Perkasa disajikan pada Peta 1.5. berikut.
1.4.2. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak
dalam kajian ANDAL ini dan juga merupakan batas waktu dalam melakukan penentuan terjadinya
perubahan rona lingkungan hidup tanpa adanya kegiatan dengan adanya perubahan rona
lingkungan hidup akibat adanya rencana usaha dan/kegiatan penambangan batubara PT. Bumi
Laksana Perkasa adalah ditetapkan selama jangka waktu usaha dan/kegiatan penambangan
batubara PT. Bumi Laksana Perkasa berlangsung yang terdiri dari atas 4 (empat) tahapan
kegiatan yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi yang diprakirakan
selama 15 (lima belas) tahun dari Tahun 1 hingga Tahun 15. Penentuan batas waktu ini dimasa
datang mungkin terjadi perubahan kondisi lingkungan hidup maupun aspek kegiatan yang
mendasar yang dapat menyebabkan analisis dampak lingkungan hidup saat ini tidak relevan lagi.
Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
b. Disposal Area dan
Top Soil
Debit aliran Peningkatan debit DPH a. Lokasi Tahun 2020
permukaan aliran permukaan Penambangan (Pit hingga Tahun
(run-off) Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil
Erosi tanah Peningkatan laju DPH a. Lokasi Tahun 2020
erosi tanah Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil
Sedimentasi Peningkatan DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
sedimentasi Embung dan Sungai hingga Tahun
Sual 2024
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
permukaan air permukaan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2024
Biota Perairan Terganggunya biota DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
perairan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2024
2. Pengupasan Kualitas udara Penurunan kualitas DPH a. Lokasi Tahun 2020
Tanah Pucuk ambien dengan udara ambien Penambangan (Pit hingga Tahun
(Top Soil) parameter debu Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Top Soil Area
Kebisingan Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2020
kebisingan Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Top Soil Area
Debit aliran Peningkatan Debit DPH a. Lokasi Tahun 2020
permukaan Aliran Permukaan Penambangan (Pit hingga Tahun
(run-off) Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Top Soil Area
Erosi tanah Peningkatan laju DPH a. Lokasi Tahun 2020
erosi tanah Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Top Soil Area
Sedimentasi Peningkatan DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
Sedimentasi Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2024
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
permukaan dengan air permukaan Sual dan Sungai hingga Tahun
parameter Embung 2024
Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
kekeruhan TDS dan
TSS.
Kesuburan tanah Penurunan DPH Top Soil Area Tahun 2020
kesuburan tanah hingga Tahun
2024
Biota perairan Terganggunya biota DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
perairan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2024
Kesehatan Gangguan DPH a. Tapak proyek Tahun 2020
masyarakat kesehatan b. Permukiman hingga Tahun
masyarakat terdekat (Desa 2024
Benhes, Desa
Diaklay dan Desa
Dabeg)
3. Penggalian, Kualitas udara Penurunan kualitas DPH a. Lokasi Tahun 2020
Pengangkuta ambien dengan udara ambien Penambangan (Pit hingga Tahun
n dan parameter debu Sayap Timur, Pit 2034 (selama 15
Penimbunan Sayap Tengah dan tahun)
Tanah Pit Sayap Barat)
Penutup b. Disposal Area
Kebisingan Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2020
kebisingan Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2034 (selama 15
Sayap Tengah dan tahun)
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area
Getaran Tingkat getaran DPH Lokasi Penambangan Tahun 2020
(Pit Sayap Timur, Pit hingga Tahun
Sayap Tengah dan Pit 2034 (selama 15
Sayap Barat) tahun)
Bentang lahan Perubahan bentang DPH a. Lokasi Tahun 2020
lahan Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2034 (selama 15
Sayap Tengah dan tahun)
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area
Debit aliran Peningkatan Debit Disimpulkan
permukaan Aliran Permukaan tidak DPH
(run-off)
Erosi tanah Peningkatan laju Disimpulkan
erosi tanah tidak DPH
Sedimentasi Peningkatan DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
Sedimentasi Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2034 (selama 15
tahun)
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
permukaan air permukaan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2034 (selama 15
tahun)
Kesehatan Gangguan DPH a. Tapak proyek Tahun 2020
masyarakat kesehatan b. Permukiman hingga Tahun
masyarakat terdekat (Desa 2034 (selama 15
Benhes, Desa tahun)
Diaklay dan Desa
Dabeg)
Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
4. Penambanga Kualitas udara Penurunan kualitas DPH Lokasi Penambangan Tahun 2020
n dan ambien udara ambien (Pit Sayap Timur, Pit hingga Tahun
Pengangkuta Sayap Tengah dan Pit 2034 (selama 15
n Batubara Sayap Barat) tahun)
Kebisingan Peningkatan DPH Lokasi Penambangan Tahun 2020
Kebisingan (Pit Sayap Timur, Pit hingga Tahun
Sayap Tengah dan Pit 2034 (selama 15
Sayap Barat) tahun)
Debit aliran Peningkatan Debit Disimpulkan
permukaan Aliran Permukaan tidak DPH
(run-off)
Erosi tanah Laju erosi tanah Disimpulkan
tidak DPH
Sedimentasi Peningkatan Disimpulkan
Sedimentasi tidak DPH
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
permukaan air permukaan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2034 (selama 15
tahun)
Lalulintas Gangguan laulintas DPH Lokasi penambangan, Tahun 2020
Pemukiman Penduduk hingga Tahun
terdekat (Desa Benhes) 2034 (selama 15
dan Pengguna Jalan tahun)
Blok Perkebunan
Kelapa Sawit
Biota Perairan Terganggunya biota DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
perairan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2034 (selama 15
tahun)
Persepsi dan Sikap Timbulnya Persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Masyarakat dan Sikap Positif Diaklay, Desa Dabeg hingga Tahun
Masyarakat Kec. Muara Wahau 2034 (selama 15
tahun)
Kesehatan Gangguan DPH a. Tapak proyek Tahun 2020
masyarakat kesehatan b. Permukiman hingga Tahun
masyarakat terdekat (Desa 2034 (selama 15
Benhes, Desa tahun)
Diaklay dan Desa
Dabeg)
5. Pengolahan Kualitas udara Penurunan kualitas DPH ROM Stockpile Tahun 2020
dan ambien udara ambien hingga Tahun
Penimbunan 2034 (selama 15
Batubara tahun)
Kebisingan Peningkatan DPH ROM Stockpile Tahun 2020
kebisingan hingga Tahun
2034 (selama 15
tahun)
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai disekitar lokasi Tahun 2020
permukaan air permukaan kegiatan (Sungai hingga Tahun
Embung) 2034 (selama 15
tahun)
Peningkatan PAD Peningkatan DPH Kab. Kutai Timur Tahun 2020
dan PDRB Pendapatan Daerah hingga Tahun
dan PDRB 2034 (selama 15
tahun)
Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
6. Reklamasi Bentang lahan Perubahan bentang DPH a. Lokasi Tahun 2021
dan lahan Penambangan (Pit hingga Tahun
Revegetasi Sayap Timur, Pit 2034
Lahan Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil Area
Flora Darat Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2021
struktur dan Penambangan (Pit hingga Tahun
tegakan Sayap Timur, Pit 2034
vegetasi/flora darat Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil Area
Fauna Darat Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2021
populasi satwa liar Penambangan (Pit hingga Tahun
atau fauna darat Sayap Timur, Pit 2034
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil Area
Kesuburan tanah Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2021
kesuburan tanah Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2034
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area
Kesempatan Meningkatnya DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2021
berusaha kesempatan Diaklay dan Desa hingga Tahun
berusaha Dabeg Kec. Muara 2034
Wahau
Pendapatan Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2021
masyarakat Pendapatan Diaklay dan Desa hingga Tahun
Masyarakat Dabeg Kec. Muara 2034
Wahau
Persepsi dan sikap Perubahan persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2021
masyarakat dan sikap Diaklay dan Desa hingga Tahun
masyarakat Dabeg Kec. Muara 2034
Wahau
7. Kegiatan Limbah B3 Peningkatan limbah DPH Lokasi Kegiatan Tahun 2020
Perbengkelan B3 Perbengkelan dan hingga Tahun
dan Genset Genset 2034 (selama 15
tahun)
8. Program Kesempatan Meningkatnya DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Pengembang Berusaha Kesempatan Diaklay dan Desa hingga Tahun
an dan Berusaha Dabeg Kec. Muara 2034 (selama 15
Pemebrdayaa Wahau tahun)
n Masyarakat
(PPM)
Prasarana dan Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Sarana Umum Prasarana dan Diaklay dan Desa hingga Tahun
Sarana Umum Dabeg Kec. Muara 2034 (selama 15
Wahau tahun)
Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
Daerah dan PDRB Pendapatan Daerah hingga Tahun
dan PDRB 2034 (selama 15
tahun)
Persepsi dan Sikap Perubahan Persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Masyarakat dan Sikap Diaklay dan Desa hingga Tahun
Masyarakat Dabeg Kec. Muara 2034 (selama 15
Wahau tahun)
Potensi Konflik Timbulnya Timbulnya DPH Desa Benhes,
potensi Desa Diaklay,
konflik Desa Dabeg Kec.
Muara Wahau
Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
Kesempatan Meningkatnya DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2034
berusaha Kesempatan Diaklay dan Desa (Akhir
Berusaha Dabeg Kec. Muara Penambangan)
Wahau Dan
Tahun 2035 s/d
tahun 2037
(pemeliharaan
tanaman melalui
pemantauan
secara berkala
selama 3 tahun
setelah
penambangan
berakhir)
Ekonomi Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Pada Akhir
Masyarakat Pendapatan Diaklay dan Desa Penambangan
Masyarakat Dabeg Kec. Muara (Pasca Tambang)
Wahau
Persepsi dan sikap Perubahan Persepsi DPH Desa Benhes, Desa Pada Akhir
Masyarakat dan Sikap Diaklay dan Desa Penambangan
Masyarakat Dabeg Kec. Muara (Pasca Tambang)
Wahau
2. Demobilisasi Lalulintas umum Gangguan lalulintas DPH Sepanjang jalan pada Tahun 2036
Alat umum saat kegiatan
demobilisasi
3. Rasionalisasi Kesempatan kerja Hilangnya DPH a. Karyawan PT. Bumi Tahun 2036
Tenaga Kerja Kesempatan kerja Laksana Perkasa (Akhir
b. Desa Benhes, Desa Penambangan)
Diaklay dan Desa
Dabeg
Kesempatan Menurunnya Disimpulkan
berusaha kesempatan tidak DPH
berusaha
Pendapatan Menurunnya DPH a. Karyawan PT. Bumi Tahun 2036
masyarakat/pekerja Pendapatan Laksana Perkasa (Akhir
pekerja/masyarakat b. Desa Benhes, Desa Penambangan)
Diaklay dan Desa
Dabeg
Persepsi dan sikap Perubahan persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2035 s/d
masyarakat dan sikap Diaklay dan Desa 2036 (Akhir
masyarakat Dabeg Kec. Muara Penambangan)
Wahau
4. Penutupan Persepsi dan sikap Perubahan persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2036
Tambang dan masyarakat dan dan sikap Diaklay dan Desa hingga Tahun
Penyerahan pemerintah masyarakat Dabeg Kec. Muara 2037 (setelah
Lahan Bekas Wahau penambangan
Tambang berakhir)