Anda di halaman 1dari 86

Bab - 1

PENDAHULUAN

1.1. RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan batubara serta lapisan penutupnya,
metode penambangan yang akan diterapkan adalah tambang terbuka dengan metode
(surface mining) dengan metode penambangan Truck and Shovel. Metode penimbunan
yang dilakukan adalah back filling, yaitu menimbun kembali pit yang telah selesai
ditambang (final).
Penambangan dimulai dengan land clearing dan mengupas lapisan soil, penggalian,
pemuatan dan pengangkutan di lokasi disposal ataupun top soil yang sudah di tentukan.
Setelah material penutup dilakukan selanjutnya proses penambangan dengan mengeruk
batubara menggunakan Shovel yang kemudian di angkut di ROM Stock dan selanjutnya
di angkut di lokasi pengolahan. Dasar pemilihan metode penambangan dan penimbunan
ini adalah :
1. Batubara di lokasi PT. Bumi Laksana Perkasa terdiri dari 10 lapisan Batubara.
Penambangan batubara dilakukan pada semua Seam.
2. Keadaan endapan Seam batubara mempunyai kemiringan lapisan berbeda antara
sayapnya. Pada bagian timur, kemiringan lapisan relatif landai antara 10° hingga
20°. Sementara di bagian sayap sebelah barat, kemiringan dapat mencapai 54°.
3. Sebesar 0,33% - 5% material batuan overburden merupakan material yang susah
digali, sehingga direncanakan akan dilakukan peledakan pada material tersebut
agar target produksi tercapai.
4. Kondisi topografi dan morfologi daerah rencana tambang yang didominasi
perbukitan landai.
5. Nisbah pengupasan (stripping ratio) 1 : 3.8.
6. Lokasi Crushing Plant dan Stockpile Product berada di lokasi PKP2B PT. Bumi
Laksana Perkasa.
7. Penambangan batubara dengan tambang terbuka memiliki kemudahan dalam hal
pengawasan dan pemantauan keselamatan kerja pertambangan. Hal tersebut
didukung dengan kondisi daerah penyelidikan yang mempunyai morfologi
perbukitan landai.
ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

1. Keadaan Endapan
a. Bentuk dan Penyebaran Endapan
Hasil rekonstruksi secara struktural menunjukkan bahwa lapisan-lapisan
batubara terdapat dan menyebar dalam suatu struktur sinklin dan antiklin yang
cenderung tidak simetris. Arah jurus dari sumbu sinklin dan antiklin relatif berarah
barat laut – tenggara. Besaran kemiringan lapisan berbeda antara pada bagian
timur, kemiringan lapisan relatif landai antara 10° hingga 20°. Sementara di
bagian sebelah barat, kemiringan dapat mencapai 54°, dengan ketebalan berkisar
antara 0,65 m sampai dengan 7 m. Derajat kompleksitas geologi adalah menengah
sampai komplek. Wilayah kerja memiliki potensi batubara banyak seam, varian
distribusi ketebalan lapisan batubara masing – masing seam adalah besar,
pembelahan seam, pembajian dan fenomena batubara wash out teridentifikasi
dengan jelas. Endapan batubara di dalam konsesi PT. Bumi Laksana Perkasa
dipengaruhi oleh struktur lipatan sinklin dengan pengaruh patahan minimal.
Secara umum ditemukan 10 (sepuluh) lapisan batubara (coal seams). Sebagian
singkapan batubara ditemukan sebanyak 47 singkapan yang tersingkap dengan
baik dan dapat diukur kedudukan jurus dan kemiringan lapisannya. Meskipun
ada juga sebagian singkapan batubara yang sulit ditentukan jurus dan
kemiringannya, karena selalu berada di bawah permukaan air sungai (coal
underwater) atau berupa hamparan. Untuk mengatasi kendala dalam pekerjaan
pemetaan singkapan batubara (coal outcrop mapping) dengan kondisi di atas,
maka kegiatan eksplorasi pemboran dengan cara pengintian (coring) khusus pada
lapisan batubara umum dilakukan, baik searah jurus maupun memotong jurus
endapan batubara (dip line).
Teridentifikasi terdapat 10 lapisan batubara utama. Sebagian besar
terakumulasi dalam satuan batulempung dari Formasi Wahau (Tomw). Satuan
batulempung tersebut telah mengalami perlipatan dan pensesaran yang
membentuk sinklin dan antiklin. Adapun lapisan batubara umumnya terdapat
sebagai sisipan dalam lapisan batulempung karbonan (carbonaceous clay) dan
batulanau karbonan yang umumnya berlapis baik.
Lapisan batubara diendapkan membentuk struktur sinklin menunjam dengan
arah barat laut – tenggara dengan sudut kemiringan lapisan batubara antara
10ᵒ sampai 54ᵒ. Lapisan batubara mempunyai karakteristik hitam kecoklatan, kilap
kusam, sebagian pecah-pecah, mengandung pirit, resin, agak keras.
Berdasarkan dari hasil pemetaan geologi dan pemboran dan
interpretasi serta korelasi maka dapat diketahui bahwa di daerah konsesi ini
diperkirakan terdapat 10 (sepuluh) lapisan/seam batubara dengan ketebalan
antara 0.65 - 7 meter. Beberapa lapisan batubara mengalami percabangan
(splitting), dengan kemiringan antara 10° - 54°.

Bab I. Pendahuluan I-2


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.1. Letak dan Batas Areal PT. Bumi Laksana Perkasa
No Keadaan Wilayah Keterangan
1 Luas Kuasa Pertambangan Eksplorasi 11,330 ha
a) KBK 4.384 ha
b) KBNK 6.946 ha
2 Administrasi Kecamatan Muara Wahau, Desa Benhes
Kabupaten Kutai Timur - Provinsi Kalimantan Timur
3 DAS dan Sub DAS DAS Telen, Sub DAS Embung dan Sub DAS Sual
4 Batas-Batas Areal
a) Utara PT. Acacia Andalan Utama dan PT. Telen Eco Coal
b) Timur PT. Karyanusa Ekadaya
c) Selatan PT. Karyanusa Ekadaya, PT. Erabara Persada Nusantara
d) Barat PT. Tambang Mulia, PT. Jaya Mineral

Tabel 1.2 Titik Koordinat Areal Penambangan Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa
No Garis Bujur Garis Lintang
o BB/BT o LU/LS
Titik ‘ “ ‘ “
1 116 45 30,00 BT 1 5 30,00 LU
2 116 45 30,00 BT 1 0 0,00 LU
3 116 39 30,00 BT 1 0 0,00 LU
4 116 39 30,00 BT 1 5 30,00 LU
Sumber : Kep. Dirjen Geologi dan SDM Nomor : 189.K/30/DJB/2018 24 Januari 2018

b. Kualitas Batubara
Dari hasil kegiatan eksplorasi sampai, gambaran kualitas batubara seperti
terlihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Kualitas Batubara PT Bumi Laksana Perkasa
Kualitas Batubara
TM IM ASH VM FC TS CV
No Seam Sifat Fisik Batubara
% % % % % % KCal/Kg HGI
(ar) (adb) (adb) (adb) (adb) (adb) (adb)
Berwarna hitam kecoklatan,
1 A 39,05 - 42,45 15,34 - 19,18 10,38 - 11,24 42,58 - 45,55 37,70 - 41,35 0,44 - 0,53 5.088 - 5.278 69 - 79 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
2 B 44,79 - 48,05 13,97 - 18,35 11,67 - 12,10 37,55 - 43,14 36,22 - 39,89 0,10 - 0,34 5.388 - 5.439 57 - 75 kilap kusam, mengandung
pirit, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
3 C 31,86 - 46,95 16,79 - 20,05 10,98 - 11,45 37,12 - 42,47 35,08 - 39,54 0,11 - 0,42 5.049 - 5.233 63 - 82 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
kilap kusam, sebagian
4 D 39,76 - 42,45 16,74 - 19,68 10,10 - 11,87 38,93 - 44,54 36,45 - 41,86 0,17 - 0,49 4.908 - 5.021 79 - 87
pecah-pecah, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
5 E 37,20 - 43,67 14,13 - 18,38 10,09 - 12,11 37,85 - 42,33 38,21 - 42,05 0,13 - 0,48 5.221 - 5.526 58 - 81 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
kilap kusam, sebagian
6 F 41,06 - 45,89 16,96 - 19,11 10,47 - 12,22 39,85 - 41,29 39,23 - 41,34 0,07 - 0,43 5.023 - 5.195 70 - 81
pecah-pecah, mengandung
pirit, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
7 G 44,65 - 48,05 19,18 - 20,15 10,12 - 11,27 38,87 - 45,74 36,39 - 39,89 0,12 - 0,52 5.123 - 5.366 65 - 89 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
8 H 42,06 - 47,56 17,91 - 19,89 10,34 - 11,96 38,07 - 42,54 37,45 - 42,16 0,09 - 0,58 5.245 - 5.485 56 - 75 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.

Bab I. Pendahuluan I-3


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Berwarna hitam kecoklatan,


9 I 35,27 - 45,65 15,67 - 20,18 10,95 - 12,10 36,77 - 40,45 35,67 - 41,79 0,20 - 0,56 5.188 - 5.234 60 - 78 kilap kusam, mengandung
pirit, resin, agak keras.
Berwarna hitam kecoklatan,
kilap kusam, sebagian
10 J 36,56 - 48,20 15,12 - 18,90 10,34 - 12,15 38,76 - 44,23 35,82 - 40,89 0,33 - 0,57 5.488 - 5.287 65 - 84
pecah-pecah, mengandung
pirit, agak keras.
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa , 2019
Keterangan :
TM ( Total Moisture ), IM ( Inherent Moisture), ASH (Abu), VM ( Volatile Matter), FC ( Fixed Carbon), TS (Total
Sulphur), CV ( Calorific Value), HGI (High Grindability Hardgrove).

c. Sumberdaya, Cadangan dan Produksi Batubara


1) Perhitungan Sumberdaya Batubara
Pada Tahun 2012, untuk estimasi atau perhitungan sumberdaya batubara
telah mengikuti persyaratan yang tercantum dalam SNI No. 5015 Tahun 2011,
seperti pada Tabel 1.4 berikut.
Tabel 1.4. Jumlah Sumberdaya Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa
Sumberdaya
Seam Tereka Terunjuk Terukur Total
(ton) (ton) (ton) (ton)
A 878,037.04 2,048,753.12 2,926,790.16 5,853,580.32
B 1,317,055.56 3,073,129.68 4,390,185.24 8,780,370.48
C 1,218,276.39 2,842,644.95 4,060,921.35 8,121,842.69
D 1,536,564.82 3,585,317.96 5,121,882.78 10,243,765.56
E 834,135.19 1,946,315.46 2,780,450.65 5,560,901.30
F 1,289,616.90 3,009,106.15 4,298,723.05 8,597,446.10
G 910,963.43 2,125,581.36 3,036,544.79 6,073,089.58
H 1,360,957.41 3,175,567.34 4,536,524.75 9,073,049.50
I 548,773.15 1,280,470.70 1,829,243.85 3,658,487.70
J 1,081,083.11 2,522,527.28 3,603,610.38 7,207,220.77
Total 36,584,877.00 25,609,414.00 10,975,463.00 73,169,754.00
Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

2) Cadangan Batubara
Cadangan batubara adalah bagian sumberdaya batubara yang datanya lebih
lengkap seperti dimensi, sebaran, kuantitas dan kualitasnya, serta telah dikaji
kelayakannya dan dinyatakan ekonomis untuk ditambang, sehingga
memungkinkan untuk dibuat desain atau perencanaan tambang secara rinci.
Cadangan dihitung dengan menggunakan isopach overburden (garis sama
tebal), dengan interval isopach overburden (jarak garis sama tebal) adalah 10
meter. Cadangan batubara dihitung dengan kriteria sebagai berikut:
a) Penambangan dilakukan dengan perhitungan stripping ratio
(perbandingan antara volume masa batuan) adalah 1 : 3.8.
b) Perhitungan cadangan dimulai dari ketebalan seam > 0,5 m.
c) Perhitungan cadangan digunakan isopach overburden dengan cara
menghitung luas antar interval overburden dikalikan dengan tebal
batubara dan berat jenis batubara.
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diperoleh perhitungan sumberdaya

Bab I. Pendahuluan I-4


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

dan cadangan batubara pada daerah rencana tambang PT. Bumi Laksana Perkasa
sebagai berikut: Sumberdaya sebesar 73.169.754 Ton, Cadangan sebesar
50.750.000 Ton, SR 1 : 3,8 dan OB : 192.850.000 bcm.
Tabel 1.5 Total Cadangan Sumberdaya PT. Bumi Laksana Perkasa
Estimasi Cadangan
Seam Total
Terkira Terbukti
A 1.624.000,30 2.436.999,00 4.060.000,10
B 2.435.999,80 3.653.950,00 6.089.999,50
C 2.235.300,40 3.379.950,00 5.633.251,00
D 2.842.000,20 4.263.000,00 7.105.000,50
E 1.542.799,70 2.314.200,00 3.856.999,90
F 2.385.250,40 3.577.875,60 5.963.126,00
G 1.684.900,10 2.527.349,50 4.212.249,60
H 2.517.200,40 3.775.800,60 6.293.001,00
I 1.014.999,70 1.522.498,80 2.537.498,50
J 1.999.549,00 2.999.324,90 4.998.873,90
Total 20.300.000,00 30.450.000,00 50.750.000,00
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019.

3) Kapasitas Produksi
Rencana produksi Penambangan Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa
merencanakan kegiatan penambangan akan dimulai dengan tingkat produksi
tahun pertama ± 1.000.000 Ton, kemudian tahun kedua ± 2.500.000 Ton, tahun
ketiga sampai tahun tiga belas sebesar ± 4.000.000 Ton/tahun. Untuk tahun
empat belas rencana produksi sudah mengalami penurunan dan berada dalam
masa akhir tambang. Adapun rencana produksi pada akhir penambangan
rencana produksi batubara pada level terbawah dengan tonase batubara
800.000. Batubara akan dipasarkan 30 % untuk dalam negeri atau akan mengacu
kepada peraturan pemerintah yang berlaku. Rencana produksi lebih lengkapnya
dapat dilihat di Tabel 1.6 berikut;
Tabel 1.6. Rencana Produksi Tambang PT. Bumi Laksana Perkasa

Tahun Batubara (Ton) Overburden (BCM) SR Rata-rata Lokasi Penambangan

2020 1,000,000.00 3,800,000.00 3.8 Pit Sayap Barat


2021 2,500,000.00 9,500,000.00 3.8 Pit Sayap Barat
2023 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Barat
2024 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Barat
2024 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Barat
2025 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Tengah
2026 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Tengah
2027 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Tengah
2028 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Tengah
2029 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Tengah
2030 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Timur
2031 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Timur
2032 4,000,000.00 15,200,000.00 3.8 Pit Sayap Timur
2033 2,450,000.00 9,310,000.00 3.8 Pit Sayap Timur

Bab I. Pendahuluan I-5


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tahun Batubara (Ton) Overburden (BCM) SR Rata-rata Lokasi Penambangan

2034 800,000.00 3,040,000.00 3.8 Pit Sayap Timur


Total 50,750,000.00 192,850,000.00
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

2. Geoteknik
Kajian yang dilakukan pada penyelidikan geoteknik PT. Bumi Laksana Perkasa
adalah analisis kemantapan lereng serta analisis kemampugaruan dan kemampugalian.
Analisis kemantapan lereng meliputi analisis kemantapan lereng tunggal
(individual/single slope) dan lereng keseluruhan (overall slope), baik lereng highwall
maupun lowwall serta lereng timbunan. Sedangkan analisis kemampugaruan dan
kemampugalian dilakukan untuk mengetahui karakterisktik material kaitannya dengan
aktivitas penggalian dan penggaruan.
Kajian geoteknik ini berisi analisis data pemboran, data hasil uji, analisis
kemantapan lereng penambangan, rekomendasi dimensi lereng, serta analisis
kemampugalian dan kemampugaruan dan rekomendasi kriteria penggalian. Hasil
pengamatan yang dirangkum dari deskripsi penampang bor eksplorasi, substruktur
daerah penyelidikan terbagi dalam 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan atap, lapisan
batubara (seam), lapisan pengapit dan lapisan dasar yang masing-masing dapat
diuraikan sebagai berikut :
a) Lapisan Atap
Lapisan atap adalah lapisan yang posisinya terletak diantara
permukaan tanah dengan lapisan batubara. Tebal lapisan atap cukup bervariasi,
tergantung pada posisi (elevasi) bor, bentuk morfologi/topografi dan kemiringan
bidang lapisan. Secara umum lapisan atap di daerah penyelidikan terbagi dalam
2 (dua) sub lapisan yaitu : tanah penutup dan batuan atap.
Tanah penutup atau soil terdapat di bagian paling atas terbentuk dari hasil
pelapukan batuan dasar. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, maka tanah
penutup di daerah penyelidikan digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu lempung
lanauan, lanau, dan pasir lempungan.
Batuan atap daerah penyelidikan umumnya mempunyai tingkat pelapukan
rendah (slightly weathered) sampai segar (fresh). Perubahan tingkat pelapukan pada
batuan atap ini relatip dangkal (< 5,00 meter), umumnya dipengaruhi oleh
sementasi dan jenis tanah penutup. Hasil pengamatan beberapa lokasi titik bor
menunjukkan, bahwa batuan atap terdiri dari 3 (tiga) jenis batuan sedimen, yaitu
satuan batulempung, batulanau (paling dominan) dan batupasir. Ketebalan
perlapisan ketiga batuan ini sangat bervariasi mulai dari yang tipis sampai sangat
tebal (> 6 meter) dan berselang seling.
b) Lapisan Batubara
Secara umum ciri fisik seam batubara berwarna hitam kecoklatan, kusam
sampai mengkilap, kekuatan lemah sampai sedang (weak to moderately strong)

Bab I. Pendahuluan I-6


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

bersifat rapuh – sangat rapuh (mudah patah/getas serta pecah-pecah). Jarak


bidang pecah relatif sangat rapat (< 20 mm).
c) Lapisan pengapit (interburden)
Lapisan pengapit terletak diantara seam dengan ketebalan bervariasi. Secara
umum batuannya terdiri dari batulempung, batupasir dan batulanau. Berdasarkan
hasil pengamatan dari lubang bor, batulanau paling dominan diantara ketiganya,
kemudian disusul batupasir dan batulempung.
d) Lapisan Alas (Floor)
Lapisan alas terletak di bawah seam, umumnya berupa perselingan batupasir
dan lempung, atau berupa batupasir halus sampai sedang dengan fragmen
batulempung. Secara fisik bersifat cukup pejal dengan tingkat konsistensi rendah
sampai sedang.

a. Analisis Perhitungan Kemantapan Lereng


Analisis perhitungan kemantapan lereng baik lereng keseluruhan (overall
slope), maupun lereng tunggal (individual slope), dihitung sesuai dengan
kedalaman setiap lokasi pemboran (kedalaman maksimum).
Lereng Tunggal (Individual Slope)
1) Pendekatan Analisis
Pendekatan analisis dalam perhitungan lereng tunggal adalah:
a) Variasi material dianggap homogen dan mempunyai kekuatan geser sisa (Cres,
res). Hal ini dikarenakan kondisi material pada lereng tunggal diasumsikan
sudah terganggu oleh kegiatan penambangan.
b) Tinggi muka air tanah diasumsikan mengikuti permukaan lereng.
c) Dalam melakukan perhitungan tersebut diasumsikan longsoran berbentuk
busur.
d) Nilai Faktor Keamanan yang diijinkan ≥1,3
2) Parameter Batuan
Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap hasil uji laboratorium (Tabel
1.7), maka parameter batuan yang akan digunakan untuk analisis kemantapan
lereng tunggal seperti terlihat pada Tabel 1.7. berikut.
Tabel 1.7. Parameter Batuan untuk Analisis Lereng Tunggal
Material sat (ton/m3) Cres (MPa) res (Deg)
Sandstone 2.32 0.07 15.40
Claystone 2.09 0.05 11.45
Siltstone 2.23 0.07 14.17
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa , 2019

3) Perhitungan Yang Dilakukan


Perhitungan kemantapan lereng dilakukan untuk tiap jenis material
pembentuk lereng yaitu sandstone, claystone dan siltstone. Perhitungan
dilakukan melalui studi parametrik dengan menggunakan dua parameter:

Bab I. Pendahuluan I-7


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

a) Tinggi lereng tunggal (h) : 10 m, 15 m, dan 20 m


b) Sudut lereng tunggal () : 30o – 85o
Contoh model penampang lereng tunggal untuk material claystone dengan
tinggi 10 m dan kemiringan 60o dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Model Penampang Lereng Tunggal Material Claystone


dengan Tinggi 10 m dan Kemiringan 60o

4) Hasil Analisis
Analisis kemantapan lereng tunggal dihitung berdasarkan data material
pada masing-masing penampang. Dari hasil perhitungan angka Faktor
Keamanan (FK) dengan menggunakan program Slide, diperoleh faktor keamanan
lereng tunggal yang masih diijinkan yaitu ≥ 1,3.

Lereng Keseluruhan (Overall Slope)


Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis lereng keseluruhan:
a. Analisis kemantapan lereng keseluruhan highwall dan lowwall dilakukan pada
4 lintasan penampang geoteknik tegak lurus jurus batubara.
b. Karakteristik batuan yang digunakan adalah karakteristik hasil uji laboratorium
dari pemboran pada lokasi tersebut serta pengukuran langsung di lapangan.
c. Kondisi perlapisan batuan didekati dengan mengikuti perlapisan batubara dari
masing-masing titik pemboran.
d. Variasi material dianggap mempunyai kekuatan geser puncak (Cpeak dan
peak).
e. Tinggi muka air tanah mengikuti permukaan lereng.
f. Faktor Keamanan yang diijinkan adalah ≥ 1,5

Bab I. Pendahuluan I-8


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Parameter Batuan
Parameter batuan yang digunakan untuk masing-masing penampang dapat dilihat
pada Tabel 1.8. berikut.
Tabel 1.8. Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan
Material sat (ton/m3) Cpeak (MPa) peak (Deg)
Sandstone 2.32 0.12 26.10
Claystone 2.09 0.09 19.64
Siltstone 2.23 0.12 24.33
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa , 2019

1) Perhitungan Yang Dilakukan


Perhitungan kemantapan lereng dilakukan untuk setiap penampang
geoteknik. Perhitungan dilakukan melalui studi parametrik dengan
menggunakan dua parameter:
a) Tinggi lereng keseluruhan (h) : 60 m, 80 m, dan 120 m
b) Sudut lereng keseluruhan () : 20o – 45o
Contoh model yang digunakan untuk analisis kemantapan lereng
keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.2. berikut.

Gambar 1.2. Model lereng Highwall dengan tinggi 120 m dan


Kemiringan 25o

Bab I. Pendahuluan I-9


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Gambar 1.3. Model lereng Lowwall dengan tinggi 120 m dan


Kemiringan 17o

Gambar 1.4. Sketsa Bidang Gelincir Dalam Permodelan

2) Hasil Analisis
Hasil perhitungan Faktor Keamanan (FK) lereng keseluruhan Highwall dan
Lowwall untuk setiap penampang geoteknik terlihat pada Tabel 1.6.

Bab I. Pendahuluan I-10


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.9. Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan

Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

Bab I. Pendahuluan I-11


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

b. Lereng Timbunan
Pendekatan analisis yang digunakan dalam perhitungan lereng timbunan
adalah sebagai berikut:
1) Untuk analisis kemantapan lereng timbunan digunakan nilai kekuatan geser
material senilai 50% dari nilai kekuatan geser sisa setiap material.
2) Density material yang digunakan adalah density jenuh (sat).
3) Tinggi muka air tanah diasumsikan mengikuti tinggi lereng.
4) Faktor keamanan ≥ 1,5.
Parameter Batuan
Parameter material timbunan yang digunakan untuk analisis lereng timbunan yaitu
diasumsikan mempunyai nilai kekuatan geser material sebesar 50% dari nilai
kekuatan geser sisa material pembentuk lereng tambang.
Tabel 1.10. Data Material Untuk Analisis Kemantapan Lereng Timbunan
Material sat (ton/m3) C* (MPa) * (Deg)

Sandstone 2.32 0.06 13.76


Claystone 2.09 0.04 10.12
Siltstone 2.23 0.06 12.74
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019
Keterangan : * 50% kekuatan geser sisa material pembentuk lereng tambang

Perhitungan
Perhitungan kemantapan lereng timbunan dilakukan menggunakan Chart 5 Hoek &
Bray (1981) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.5. Perhitungan kemantapan lereng
dilakukan untuk tiap jenis material, yaitu untuk sandstone, claystone dan siltstone.
Parameter geometri yang digunakan untuk perhitungan analisis lereng timbunan
adalah tinggi lereng dan kemiringan lereng.

Gambar 1.5. Circular Failure Chart Chart 5 Hoek & Bray (1981)

Bab I. Pendahuluan I-12


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Hasil Perhitungan
Berdasarkan perhitungan kemantapan lereng timbunan, maka dimensi lereng
timbunan aman untuk FK 1.5 dapat dilihat pada Tabel 1.11.
Tabel 1.11. Geometri Lereng Timbunan Aman

Ketinggian Kemiringan (o)


(m) Sandstone Claystone Siltstone
5 80 72 80
10 45 23 51
15 25 11 25
20 15 <10 15
25 12 13
30 10 10
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

3. Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Lapisan Penutup (Burden)


a. Kemampugaruan
Pemilihan alat garu yang sesuai tidak lepas dari studi lapangan dan uji
laboratorium mengenai sifat-sifat material, terutama kekuatan batuan. Di
lapangan selalu dijumpai material dengan ragam kekuatan. Oleh sebab itu, ada
material yang sangat mudah digaru, mudah digaru, sulit digaru, sangat sulit digaru
atau bahkan tidak dapat digaru.
Kemampugaruan merupakan suatu ukuran apakah material dapat digaru,
yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemudahan penggaruan.
Kemampugaruan didasarkan pada sifat-sifat material dan kondisi geologi, seperti
kekerasan, kecepatan seismik, struktur, pelapukan dan air tanah, yang diperoleh
dari studi lapangan dan uji laboratorium.
Banyak ilmuwan yang mengusulkan sistem klasifikasi kemampugaruan
dengan ragam metode dan parameter yang digunakan. Meskipun begitu, para
peneliti setuju bahwa kekuatan batuan dan karakteristik diskontinue memiliki
peranan yang penting dalam menentukan metode penggalian. Dalam rekayasa
batuan, menentukan sifat fisik dan mekanik batuan merupakan inti dalam
memperkirakan perilaku suatu massa batuan. Pengaruh sifat batuan tidak hanya
digunakan pada pemilihan alat yang sesuai namun juga pada tahap operasi.
1) Tipe Batuan
Tipe batuan tertentu memilki karakteristik tersendiri, maka identifikasi
tipe batuan menjadi hal pertama yang mungkin dilakukan untuk memperoleh
petunjuk tentang perilaku batuan. Pada umumnya, penggaruan sering
dilakukan pada batuan sedimen, yang merupakan batuan yang terbentuk dari
partikel-partikel batuan yang sudah ada, baik dari batuan beku, metamorf
maupun batuan sedimen itu sendiri.

Bab I. Pendahuluan I-13


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

2) Kekuatan Batuan
Kekuatan mekanik batuan merupakan sifat kekuatan terhadap gaya luar.
Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi dari mineralnya
yang terkandung di dalam batuan.
Penggaruan maupun metode penggalian lainnya sangat dipengaruhi oleh
kekuatan batuan. Pada proses penggaruan, batuan terbongkar karena adanya
gaya compressive dan tensile yang bekerja sehingga dalam penaksiran
kemampugaruan tidak lepas dari uji kekuatan batuan. Kuat tarik dianggap
memilki peranan lebih penting daripada kuat tekan dalam klasifikasi
kemampugaruan batuan (Singh dkk, 1986).
3) Abrasivitas
Parameter yang sering diabaikan dalam evaluasi kemampugaruan batuan
adalah abrasivitas. Abrasivitas merupakan sifat batuan dalam menggores
permukaan material lain. Sifat ini umumnya digunakan sebagai parameter
yang mempengaruhi keausan matabor (bit) dan batang bor. Parameter ini
sangat penting hubungannya dengan keekonomisan penggunaan alat garu.
Dalam estimasi biaya, pengeluaran terbesar terletak pada penggunaan shank
dan tip. Karena komponen ini bekerja dengan kontak langsung dan melawan
kekuatan batuan saat proses pembongkaran batuan.
4) Tingkat Pelapukan
Pelapukan batuan terjadi karena adanya pengaruh hydrosphere dan
atmosphere. Pelapukan bisa terjadi karena disintegrasi mekanis maupun
dekomposisi kimia atau keduanya. Pelapukan yang terjadi karena disintegrasi
mekanis dapat dilihat dengan adanya retakan batuan atau kekar dan retakan
pada belahan (cleavage) butir mineral. Sedangkan pelapukan kimia
menghasilkan perubahan kimia pada mineralnya. Karena adanya pelapukan,
maka kekuatan, densitas dan stabilitas volumetrik batuan akan menurun,
sedangkan deformabilitas dan porositas akan meningkat. Oleh sebab itu,
tingkat pelapukan merupakan parameter sangat berpengaruh pada kekuatan
batuan hubungannya dengan proses penggalian.
5) Struktur Batuan
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku massa batuan
adalah struktur seperti kekar, bidang perlapisan, laminasi, belahan dan
patahan. Struktur batuan berupa ketidakmenerusan dapat menggambarkan
gangguan mekanis pada sifat batuan. Parameter kekar yang harus diukur
hubungannya dengan pengaruhnya terhadap kemampugaruan batuan antara
lain orientasi kekar, spasi, keteresak dan material pengisi.

Bab I. Pendahuluan I-14


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

6) Densitas Material
Densitas juga merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam penaksiran
kemampugaruan batuan. Tingkat sementasi, sortasi, kekompakan dan ukuran
butir dapat ditaksir melalui densitas. Semakin tinggi densitas maka semakin
sedikit pori dalam batuan dan kekuatan ikat antar butir mineral semakin
tinggi.
7) Kemas Batuan (Rock Fabric)
Kemas (fabric) merupakan suatu ukuran untuk menggambarkan struktur
mikro dan tekstur material batuan. Para peneliti mengemukakan bahwa
kemas batuan berpengaruh terhadap kemampugaruan. Batuan berbutir kasar
(ukuran butir > 5 mm) seperti pegmatite dan batupasir bisa digaru dengan
lebih mudah daripada batuan berbutir halus (ukuran butir < 1 mm) seperti
quartzite, basalt dan batugamping.
8) Kecepatan Seismik
Metode dengan menggunakan parameter kecepatan seismik telah
banyak digunakan secara luas untuk memprediksi tingkat kemampugaruan
batuan. Kecepatan gelombang seismik tergantung pada densitas, porositas,
kadarair dan tingkat pelapukan batuan (Singh dkk, 1986). Semakin tinggi
kecepatan seismik pada batuan maka penggaruan akan relatif lebih sulit.
Secara umum batuan dengan kecepatan seismik 1950 m/s termasuk batuan
yang mudah digaru, 1950 – 2250 m/s termasuk sulit digaru dan > 2250 m/s
tidak mungkin digaru. Namun banyak peneliti yang mengemukakan bahwa
metode ini kurang akurat (Kramadibrata, 1998; Singh dkk, 1986; Kirsten, 1982).
9) Topografi
Topografi dari suatu massa batuan yang akan digali merupakan faktor
penting yang perlu dievaluasi sebelum menerapakan metode penggalian.
Meskipun begitu, faktor ini tidak masuk dalam pertimbangan para peneliti
sebelumnya. Penggaruan biasanya dilakukan di daerah yang datar, namun
apabila dijumpai slope atau batuan yang menonjol tidak beraturan, maka
akan menjadi problema tersendiri.
10) Bidang Perlapisan dan Batas Pelapukan
Perbedaan tingkat pelapukan pada perlapisan batuan memiliki pengaruh
penting hubungannya dengan perfomance penggaruan. Para peneliti
menemukan bahwa material dengan kekuatan rendah (low strength), akan
mudah digaru apabila material tersebut‘berdiri sendiri’, namun akan sulit
digaru apabila material tersebut tersisip diantara material yang tidak bisa
digaru (unrippable). Selain itu, penggaruan pada material dengan banyak
perlapisan menyebabkan perfomance penggaruan tidak menentu dimana
kekerasan tiap perlapisan dapat saling berbeda satu dengan lainnya.

Bab I. Pendahuluan I-15


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

b. Kemampugalian Alat Gali Mekanik


Parameter yang digunakan adalah kecepatan ultrasonik material, kemudian
berdasarkan nilai RQD dirubah menjadi kecepatan seismik massa batuan. Analisis
terhadap data kecepatan seismik ini dilakukan dengan kriteria Weaver (1975) dan
grafik hubungan kecepatan seismik terhadap kemampugaruan ripper catteripillar
D9R. Dalam analisis terhadap data kecepatan seismik ini dilakukan dengan kriteria
Weaver, beberapa parameter yang tidak dapat diperoleh datanya secara langsung
diasumsikan dengan kondisi marginal/moderat. Parameter yang dimaksud adalah
tingkat pelapukan, kemenerusan kekar, gouge kekar, dan orientasi kekar.
Rekapitulasi analisis kemampugaruan berdasarkan kriteria Weaver dapat dilihat
pada Tabel 1.12. Sebagai pembanding analisis kemampugaruan digunakan grafik
hubungan kecepatan seismik terhadap kemampugaruan Ripper Caterpillar D9R.
Menurut kriteria Weaver, dengan nilai kecepatan seismik antara 655 m/s
sampai dengan 1900 m/s, nilai RQD antara 60 - 95, dan kuat tekan antara 0.15 -
9.43 MPa maka material di wilayah PT. Bumi Laksana Perkasa umumnya termasuk
dalam kriteria material yang mudah digaru sampai dengan susah digaru. Jenis alat
garu yang disarankan adalah dengan daya kuda > 270 HP atau setara dengan
ripper catteripillar D9R. Dengan nilai kecepatan seismik antara 600 m/s sampai
dengan 1900 m/s maka produksinya dapat bervariasi dari 500 BCM/jam sampai
dengan 1800 BCM/jam bergantung pada kondisi kerjanya.
Tabel 1.12. Kriteria Kemampugaruan Weaver Geoteknik Bor DH-04T
Kode UCS RQD Vlab Vlap
No Kedalaman Rekomendasi
Contoh (Mpa) (%)
m/s m/s
1 DH-04T-01 01.70 - 02.33 0,3
2 DH-04T -02 11.65 - 12.29 0,6
3 DH-04T -03 16.05 - 16.61 0,7 402,51 389,84 Gali bebas
4 DH-04T -04 22.42 - 22.99 0,9 456,81 425,57 Gali bebas
5 DH-04T -05 29.40 - 29.99 1,1 461,89 452,84 Gali bebas
6 DH-04T -06 36.12 - 36.77 2,6 70 479,30 457,46 Gali bebas
7 DH-04T -07 45.55 - 46.15 3,5 88 528,14 461,83 Gali bebas
8 DH-04T -08 53.20 - 53.75 6,9 85 1.023,09 938,86 Gali bebas
9 DH-04T -09 57.10 - 57.66 7,4 83 2.282,99 2.194,58 Peledakan
10 DH-04T -10 60.21 - 60.77 7,8 90 2.391,79 2.287,75 Peledakan
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa , 2019

Bab I. Pendahuluan I-16


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.13. Kriteria Kemampugaruan Weaver Geoteknik Bor DH-27


Kode UCS RQD Vlab Vlap
No Kedalaman Rekomendasi
Contoh (Mpa) (%)
m/s m/s
1 DH-27-01 01.50 - 02.30 0,3
2 DH-27-02 10.30 - 11.20 0,6
3 DH-27-03 14.00 - 15.25 0,7
4 DH-27-04 20.40 - 20.99 0,9 356,91 325,60 Gali bebas
5 DH-27-05 28.52 - 29.95 1,3 60 471,89 452,84 Gali bebas
6 DH-27-06 35.25 - 36.75 2,9 85 489,30 459,46 Gali bebas
7 DH-27-07 45.50 - 46.15 4,7 88 558,14 491,83 Gali bebas
8 DH-27-08 55.10 - 57.75 6,0 72 1.423,09 1.298,60 Peledakan
9 DH-27-09 60.25 - 63.65 8,5 90 2.382,87 2.296,58 Peledakan
10 DH-27-10 67.15 - 71.58 11,4 88 2.499,59 2.377,85 Peledakan
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa , 2019

Kegiatan penambangan batubara PT. Bumi Laksana Perkasa dibagi kedalam


empat tahap yaitu: tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan
tahap pasca operasi. Jadwal dan uraian kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.14.

Bab I. Pendahuluan I-17


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.14. Jadwal Kegiatan Penambangan Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa

Bab I. Pendahuluan I-18


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

1.1.1. Tahap Pra Konstruksi


a. Sosialisasi Rencana Kegiatan
Sosialisasi rencana kegiatan dilakukan untuk memberikan informasi pada
masyarakat tentang rencana kegiatan dan dampaknya, sehingga masyarakat
mengetahui tentang kegiatan yang dilakukan dan dampak yang mungkin akan
terjadi pada masyarakat. Selain itu juga memperoleh masukan, saran dan informasi
kondisi lingkungan hidup yang ada di lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya serta
tanggapan masyarakat tentang rencana kegiatan. Kegiatan ini mengacu kepada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin
Lingkungan. Sosialisasi rencana kegiatan akan dilakukan oleh pihak pemrakarsa
pada tahap awal sebelum dilakukannya kegiatan di lapangan. Materi sosialisasi
terdiri dari bagaimana penanggulangan dampak negatif dan teknologi apa yang
akan digunakan. Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan dilakukan pada tanggal 20
Mei 2019 di Kantor Kecamatan Muara Wahau. Aspirasi dari masyarakat sekitar yaitu:
(a) Komunikasi dan kerjasama antara pihak perusahaan dengan masyarakat harus
dilaksanakan secara terbuka dan terus menerus
(b) Penerimaan tenaga kerja sangat diharapkan mengutamakan tenaga
lokal/setempat.
(c) Penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan penambangan harus betul-
betul diperhatikan oleh perusahaan.
(d) Untuk peningkatan mutu sumberdaya manusia baik anak sekolah maupun yang
dewasa perlu bantuan perusahaan, termasuk pelatihan bagi generasi muda.
(e) Untuk peningkatan aspek ekonomi dan kesehatan masyarakat meminta
perhatian serius dari perusahaan berkoordinasi dengan pemerintah setempat
baik melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM)
maupun lewat kemitraan dengan masyarakat setempat.
b. Pembebasan Lahan dan Ijin Pinjam Pakai Kawasan
Berdasarkan rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Timur di wilayah
PKP2B PT. Bumi Laksana Perkasa untuk seluas 11,330 Ha termasuk Kawasan
Budidaya Non Kehutanan (KBNK) dengan luas 4384 Ha, Kawasan Budidaya
Kehutanan (KBK) dengan luas 6946 Ha, kawasan perkebunan, kawasan pedesaan.
Rencana lahan yang akan dilakukan penambangan seluas 316,27 Ha dari total
luasan PKP2B sebesar 11.330 Ha Penggunaan lahan berdasarkan data dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kutai Timur, di dalam lingkup wilayah PKP2B
PT. Bumi Laksana Perkasa dengan luas areal 11.330 Ha terdapat HGU yang dimiliki
oleh Group Astra Agro Lestari, yaitu atas nama PT. Karyanusa Ekadaya dengan SK
nomor : 43/HGU/BPN/1999 dengan luas areal ± 1.905 Ha dan proses HGU atas
nama PT. Karyanusa Ekadaya dengan luas areal ± 7.741 Ha. Total luas areal HGU
dalam wilayah PKP2B PT. Bumi Laksana Perkasa adalah ± 9.646 Ha.
Sebelum kegiatan pembebasan lahan ini dilakukan, terlebih dahulu akan

Bab I. Pendahuluan I-19


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

dilakukan inventarisasi dan pengukuran mengenai ijin lokasi, letak tanah, luas tanah,
pemilik sah lahan/tanah dan data tanam tumbuh yang dibebaskan oleh tim
inventarisasi yang dibentuk di tingkat kecamatan (terutama areal APL). Kemudian
hasilnya akan diumumkan di kantor Kecamatan, Desa dan RT, agar semua pihak
mengetahuinya dan dapat mempertanyakan jika ada hal-hal yang dianggap tidak
sesuai dengan kenyataan di lapangan. Setelah data yang terhimpun sudah cukup
valid dan diprakirakan tidak akan ada permasalahan tumpang tindih kepemilikan
lahan, maka dilakukan negosiasi harga selanjutnya dilakukan pembayaran.
Pembebasan lahan dilakukan secara bertahap, agar bagian yang telah dibebaskan
langsung dapat dikerjakan untuk kegiatan selanjutnya.
Mengenai nilai untuk ganti rugi atas tanah dan tanam tumbuh tersebut akan
disesuaikan dengan kesepakatan antara kedua belah pihak (PT. Bumi Laksana
Perkasa dan pemilik lahan) serta tidak menggunakan perantara/calo, selanjutnya
melibatkan pihak pemerintah hingga tingkat kecamatan dan Kabupaten. Adapun
mekanisme proses pembebasan lahan : ijin lokasi, letak tanah, luas tanah, pemilik
sah lahan/tanah dan data tanam tumbuh yang akan diinventarisasi oleh instansi tim
teknis pemerintah Kabupaten. Pembebasan lahan harus mengacu kepada Standar
Operasional Prosedur Pembebasan Lahan PT. Bumi Laksana Perkasa yang telah
ditandatangani oleh Direksi PT. Bumi Laksana Perkasa. Untuk areal KBK, pinjam
pakai kawasan hutan akan mengikuti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P 27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan. Semua izin yang berkaitan dengan rencana penambangan
batubara PT. Bumi Laksana Perkasa, harus diselesaikan sebelum operasi
penambangan. Izin yang dimiliki oleh PT. Bumi Laksana Perkasa masih IPPKH
eksplorasi, setelah izin IUP operasi produksi PT. Bumi Laksana Perkasa akan
mengurus IPPKH operasi produksi.
c. Penerimaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasional disesuaikan
dengan rancangan tambang yang telah dihasilkan dalam perhitungan Studi
Kelayakan. Untuk Perekrutan tenaga kerja akan diumumkan secara terbuka melalui
Disnakertrans, Kecamatan, dan Desa dan mengikuti peraturan yang berlaku serta
tenaga kerja wajib diikutsertakan dalam BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan UU No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tenaga kerja yang tidak langsung
berhubungan dengan operasi penambangan jumlahnya akan meningkat selama
umur penambangan, sedangkan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
operasi penambangan, terutama untuk operator alat berat, disesuaikan dengan
jumlah alat yang harus dioperasikan dengan memperhatikan jumlah shift dan target
produksi. Penerimaan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
berdasarkan kualifikasi tingkat pendidikan dan keterampilan. Berikut ini katagori
tenaga kerja yang akan digunakan dalam kegiatan operasi penambangan ini
sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan I-20


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

a. Tenaga Kerja Tetap.


b. Tenaga Kerja Tidak Tetap.
c. Tenaga kerja dari Kontraktor/sub kontraktor.
Untuk menjalankan kegiatan penambangan dengan produksi antara 1 hingga 4
juta ton per tahun diperlukan tenaga kerja secara keseluruhan sekitar 168 orang
baik pekerja pada PT. Bumi Laksana Perkasa maupun kontraktor/sub kontraktor.
Sistem kerja yang dijalankan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa menggunakan sistem
kontrak penambangan batubara, sehingga tenaga kerja yang bekerja pada proyek
penambangan terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Tenaga kerja yang bekerja pada PT. Bumi Laksana Perkasa berjumlah 168 orang
(kondisi stabil). Yang terdiri dari tenaga kerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) 68 orang dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) 100 orang.
2) Tenaga kerja yang bekerja pada kontraktor berjumlah 1.452 orang pada produksi
puncak.
Penggunaan karyawan dalam hubungan kerja PKWT dan PKTT mengacu
kepada UU No. 13 Tahun 2003 , Kep Menakertrans No 100 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
Operator-operator dan teknisi yang terampil dan berpengalaman pada operasi
penambangan akan diutamakan bekerja pada PT. Bumi Laksana Perkasa telah
dipertimbangkan bahwa para karyawan tersebut akan datang dari luar Kabupaten
Kutai Timur mengingat tenaga kerja lokal kurang berpengalaman dalam operasi
penambangan. Perusahaan perlu memaksimalkan tenaga kerja lokal pada bidang
pekerjaan yang ada. Oleh sebab itu pelatihan bagi tenaga kerja lokal untuk menjadi
operator dan teknisi akan diprioritaskan. Perbandingan antara tenaga kerja lokal
dan tenaga kerja dari luar Kabupaten Kutai Timur yang bekerja di Area PT. Bumi
Laksana Perkasa adalah 60% : 40%, berlaku juga untuk tenaga kerja tetap dan sub
kontraktor. Adapun teknis pelaksanaannya menggunakan sistem scoring dimana
seseorang yang lahir di setempat Kecamatan atau kabupaten dari sekolah SD, SMP,
SLTA setempat nilainya 100 demikian seterusnya ada pengurangan apabila tidak
sesuai kriteria .
Penentuan jumlah tenaga kerja untuk masing-masing pola kerja, didasarkan
pada pertimbangan :
a. Alokasi personil manajemen dan supervisor untuk menangani jadwal kerja di
tiap bidang tugas.
b. Operator yang diperlukan untuk mengoperasikan tiap bagian dari peralatan
sesuai dengan jadwal.
c. Personil pemeliharaan/perawatan untuk merawat peralatan tambang,
memperbaiki peralatan sesuai dengan perkiraan perawatan tahunan.
Struktur organisasi dan ketenagakerjaan yang akan dibutuhkan untuk
mengatur, mengawasi dan menangani semua pekerjaan yang berkaitan dengan
proses penambangan dan transportasi. Saat ini PT. Bumi Laksana Perkasa telah
mengembangkan struktur organisasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang

Bab I. Pendahuluan I-21


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

berlaku. Struktur organisasi ini mencakup:


1) Direktur Utama
2) Direktur Operasi, Direktur Pemasaran dan Direktur Keuangan, serta
3) Struktur Managerial Operasional di tambang
Dalam rencana penyiapan man power dikaitkan dengan target-target tersebut,
PT. Bumi Laksana Perkasa telah menyiapkan prosedur penerimaan karyawan yang
cukup fleksibel sehingga jumlah karyawan yang diterima bisa disesuaikan dengan
target batubara yang akan dijual. Diharapkan pada saat target maksimum penjualan
tercapai, jumlah karyawan akan sesuai dengan total tenaga kerja yang telah
direncanakan di struktur organisasi.
Organisasi penambangan batubara di daerah kawasan penambangan
PT. Bumi Laksana Perkasa dipimpin oleh Manager Tambang atau KTT yang
menangani Mine Division, Administration & Finance Division, Marketing Division,
dan Safety & Environtment Divison yang bertanggung jawab kepada Direktur
Operasi. Manager departemen ini membawahi superintendent, dimana
superintendent membawahi supervisor.
General Manager Mining yang sekaligus sebagai Kepala Teknik Tambang
merupakan penanggung jawab tertinggi operasional penambangan di seluruh
wilayah PT. Bumi Laksana Perkasa , termasuk di dalamnya aspek Safety, Healthy dan
Environment.
Penentuan jumlah tenaga kerja didasarkan pada pertimbangan: alokasi personil
manajemen dan supervisor untuk menangani jadwal kerja di tiap bidang tugas,
operator yang diperlukan untuk mengoperasikan tiap bagian dari alat sesuai
dengan jadwal, personil pemeliharaan/perawatan untuk merawat alat tambang,
memperbaiki alat sesuai dengan jadwal perawatan tahunan, personil layanan antara
lain sebagai pengelolaan gudang, petugas kebersihan dan pekerja lain yang
dialokasikan sesuai dengan pekerjaan. Penerimaan karyawan dilaksanakan dengan
memprioritaskan masyarakat lokal. Jika nantinya penerimaan tenaga kerja
masyarakat lokal tidak terpenuhi dengan adanya pembatasan kualifikasi
pengalaman kerja, maka perusahaan berkomitment untuk melakukan training
terlebih dahulu terhadap para pekerja yang belum memenuhi kualifikasi tersebut.
Jumlah hari kerja di tambang batubara PT. Bumi Laksana Perkasa, direncanakan
sesuai dengan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lainnya di Indonesia,
yaitu 7 hari setiap minggu, 2 shift perhari, dan 8 jam per shift. Bila pekerjaan
dilakukan di luar jam kerja yang telah ditetapkan, maka karyawan akan menerima
insentif yang besarnya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di lingkup PT.
Bumi Laksana Perkasa.
Uraian tugas dan tanggung jawab tiap klasifikasi Sub Division:
a) Direktur Operasi
Bertanggung jawab atas keseluruhan operasi tambang dan aspek manajerial
tambang.

Bab I. Pendahuluan I-22


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

b) Manager Operasi Tambang


Bertanggung jawab atas operasi dilokasi tambang baik perencanaan dan operasi
produksi. Serta memastikan pelaksanaan operasi penambangan dan pelaksanaan
terkait lingkungan dan K3.
c) Mine Planning Superintendent
Bertanggung jawab terhadap berjalannya perencanaan tambang dengan baik.
d) Production Superintendent
Bertanggung jawab terhadap pencapaian target – target produksi.
e) Healthy dan Safety Superintendent
Bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan kerja.
f) Environtment Superintendent
Bertangung jawab atas pengelolaan lingkungan, hubungan masyarakat dan
infrastruktur. Sub divisi terdiri dari : Laboratorium & Nursery, Pengembangan
dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), pengelolaan & pemantauan lingkungan,
dan Safety & Occupational Health dan Infrastructure Development.
g) Manager Pengembangan Tambang
Membantu pengembangan usaha yang berkaitan dengan pengembangan
sumberdaya dan cadangan batubara.
h) Mine Planning Sr. Engineer
Bertanggung jawab terhadap rencana lokasi tambang yang ekonomis untuk
ditambang.
i) Geologist
Bertanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya alam baru yang layak
untuk ditambang.
j) Geotech & Hydrogeology Engineer
Bertanggung jawab dalam membantu perencanaan tambang yang baik dan
aman.

Bab I. Pendahuluan I-23


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.15. Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Bumi


TABEL Laksana
11.1. RENCANA Perkasa
TENAGA KERJA YANG DIBUTUHKAN PT. BUMI LAKSANA PERKASA

RENCANA TAHUN 2020 RENCANA TAHUN 2021 RENCANA TAHUN 2022 RENCANA TAHUN 2023 RENCANA TAHUN 2024 RENCANA TAHUN 2025 RENCANA TAHUN 2026

KUALIFIKASI TENAGA
LATAR & JENJANG JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA
NO KLASIFIKASI JABATAN KERJA
PENDIDIKAN
TKI TKI TKI TKI TKI TKI TKI

NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA
LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL
LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL

A. PERUSAHAAN PEMEGANG PKP2B

Direktur utama, Direktur


Operasi, Direktur
Pemasaran, Diretur
Keuangan, Manajer
1 MANAJEMEN Sarjana 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 -
Tambang/KTT, Mine
Manager, Manajer
Keuangan &
Administrasi, dll

Kadiv.
Penambangan&Pengolah
an, Kadiv. Pengawasan,
2 PROFESIONAL Kadiv. Lingkungan dan Sarjana,Diploma 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 -
K3, Kadiv. Administrasi
dan Umum, Kadiv.
Akuntansi dan Keuangan

Mine Technical, Mine


Production, Mine
Geologist, CPP engineer,
Surveyor, Pengawas
Shipping, Pengawas
3 TEKNISI
Electrical & Mechanical,
Diploma, SMK, SMA 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 -
Pengawas Consultant
Maintenance, Safety
Officer, IT Coordinator,
dll

Sekretaris, Accountant,
HRD, Tax, Payroll,
4 ADMINISTRASI SMK, SMA 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 -
Purchasing, Messing,
Office Admin

Operator Alat Berat,


5 TERAMPIL Operator Komputer, SMK, SMA 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 -
Driver, dll

6 TIDAK TERAMPIL Juru Masak, Security, dll SD, SMP 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 -

SUBTOTAL A 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 -

B. SUBKONTRAKTOR 254 109 363 665 242 907 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452

SUBTOTAL B 254 109 363 0 665 242 907 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0

TOTAL A+B 392 139 531 - 803 272 1075 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 -

Bab I. Pendahuluan I-24


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.15. (lanjutan) TABEL 11.1. RENCANA TENAGA KERJA YANG DIBUTUHKAN PT. BUMI LAKSANA PERKASA

RENCANA TAHUN 2027 RENCANA TAHUN 2028 RENCANA TAHUN 2029 RENCANA TAHUN 2030 RENCANA TAHUN 2031 RENCANA TAHUN 2032 RENCANA TAHUN 2033 RENCANA TAHUN 2034

KUALIFIKASI TENAGA
LATAR & JENJANG JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH TENAGA KERJA
NO KLASIFIKASI JABATAN KERJA
PENDIDIKAN
TKI TKI TKI TKI TKI TKI TKI TKI
JLH JLH JLH JLH JLH
NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON JLH TKI TKA NON TKA NON TKA NON TKA NON TKA NON TKA
LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL TKI LOKAL TKI LOKAL TKI LOKAL TKI LOKAL TKI
LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL LOKAL

A. PERUSAHAAN PEMEGANG PKP2B

Direktur utama, Direktur


Operasi, Direktur
Pemasaran, Diretur
Keuangan, Manajer
1 MANAJEMEN Sarjana 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 - 5 2 7 -
Tambang/KTT, Mine
Manager, Manajer
Keuangan &
Administrasi, dll

Kadiv.
Penambangan&Pengolah
an, Kadiv. Pengawasan,
2 PROFESIONAL Kadiv. Lingkungan dan Sarjana,Diploma 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 - 9 12 21 -
K3, Kadiv. Administrasi
dan Umum, Kadiv.
Akuntansi dan Keuangan

Mine Technical, Mine


Production, Mine
Geologist, CPP engineer,
Surveyor, Pengawas
Shipping, Pengawas
3 TEKNISI
Electrical & Mechanical,
Diploma, SMK, SMA 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 - 6 10 16 -
Pengawas Consultant
Maintenance, Safety
Officer, IT Coordinator,
dll

Sekretaris, Accountant,
HRD, Tax, Payroll,
4 ADMINISTRASI SMK, SMA 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 - 7 0 7 -
Purchasing, Messing,
Office Admin

Operator Alat Berat,


5 TERAMPIL Operator Komputer, SMK, SMA 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 - 95 6 101 -
Driver, dll

6 TIDAK TERAMPIL Juru Masak, Security, dll SD, SMP 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 - 16 0 16 -

SUBTOTAL A 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 - 138 30 168 -

B. SUBKONTRAKTOR 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 1066 386 1452 665 242 907 244 95 339

SUBTOTAL B 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 1066 386 1452 0 665 242 907 0 244 95 339 -

TOTAL A+B 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 1204 416 1620 - 803 272 1075 - 382 125 507 -

Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa , 2019

Bab I. Pendahuluan I-25


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Direktur Utama

Copp Legal & Copt Audit Sekertaris

Direktur Operasi Direktur pemasaran Direktur Keuangan

Manager Operasi Tambang ManagerPengembangan Manager Pemasaran, Manager Akunting


Tambang Commercial & Manager HRGA Keungan dan IT
Pengembangan Bisnis

Mine Planning Mine Planning Sr. engineer


Superrintendent Finance & budget section
Marketing & Commercial General affair section Head Head
Section Head
Production Geologist
Superrintendent Accounting & Tax Section
Coal Sourcing Section Human Resources section head
Head Head
Healthy and Safety Geotech & Hydrogeology
Superrintendent Engineer IT & SOP Section Head
Business Development
Section Head
Environtment
Superrintendent

Gambar 1.6. Struktur Organisasi Tambang Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa

Bab I. Pendahuluan I-26


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

1.1.2. Tahap Konstruksi


a. Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi alat merupakan kegiatan membawa masuk atau membawa
peralatan ke dalam area kegiatan PT. Bumi Laksana Perkasa. Mobilisasi alat yang
akan digunakan dalam operasional kegiatan ini akan dilakukan secara bertahap dan
akan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan serta memperhatikan umur teknis
dari alat tersebut. Mobilisasi peralatan akan dilakukan melewati jalur darat (untuk
masuk ke lokasi proyek), setelah PT. Bumi Laksana Perkasa mendapat izin dari Dinas
Perhubungan, Kabupaten Kutai Timur, berkaitan dengan kelas jalan yang akan
dilalui sesuai Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan, pada pasal 29 ayat (1) bahwa setiap
alat berat wajib mengajukan permohonan ijin, sedangkan pada ayat (2) bahwa
permohonan terkait dengan i) Jenis alat berat yang diangkut, ii) Tempat pemuatan,
jalan yang akan dilalui dan tempat pembongkaran, iii) Waktu dan jadwal
pengangkutan. Jalan yang akan dilintasi untuk mobilisasi peralatan merupakan jalan
provinsi. Mobilisasi alat berat dari Kota Balikpapan menuju Kota Samarinda selama 3
jam, setelah sampai Kota Samarinda langsung menuju Kecamatan Muara Wahau
selama 5 jam perjalanan, setelah tiba di Kecamatan Muara Wahau langsung menuju
Site lokasi PT. Bumi Laksana Perkasa selama 1 jam. Berbagai peralatan utama dan
peralatan penunjang untuk operasi tambang akan disiapkan sesuai dengan
kapasitas/target produksi tiap tahunnya.
Peralatan tambang utama yang digunakan antara lain Bulldozer, Excavator dan
Dump Truck. Selain peralatan tambang utama tersebut, juga dibutuhkan peralatan
bantu motor grader. Peralatan pit dewatering, penerangan, kendaraan ringan untuk
operasional petugas, peralatan pemantauan dan komunikasi, peralatan pemetaan,
eksplorasi dan pengembangan cadangan serta peralatan pendukung lainnya.
Peralatan penunjang selain peralatan tambang utama tersebut, untuk
menunjang kelancaran operasional penambangan batubara dibutuhkan beberapa
peralatan penunjang antara lain : fuel truck yang diperlukan dalam pengisisan
bahan bakar di lokasi tambang; lube truck yang digunakan untuk membantu
pelumasan peralatan tambang, water truck untuk penyiraman debu; serta water
pump multiflow 358 yang dipergunakan dalam penirisan tambang.
Tabel 1.16. Rencana Peralatan Pemindahan Overburden dan Peralatan
Pendukung PT. Bumi Laksana Perkasa
Tahun
Description
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Loader 3 6 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 3 2
PC 1250 2 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 0 0
OB PC 300 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
Removal Hauler 9 16 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 14 12
HD465 6 12 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
Nissan CWB 3 4 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

Bab I. Pendahuluan I-27


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.16 (Lanjutan)


Tahun
Description
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Coal PC 300 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1
Getting HINO FM 260 11 20 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 25 12
GD 705 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
D115 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0
D85ESS 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
PC 200 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
Fuel Truck 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
Support
Lube Truck 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
Water Pump
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1
Multiflow 358
Water Truck 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
Tower Lamp 6 10 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 6 4
Jumlah 43 69 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 97 56 40
Sumber . Studi Kelayakan PT. BLP, 2019

b. Pembersihan Lahan Non Tambang


Pembersihan lahan non tambang bertujuan untuk menyiapkan tempat kerja,
baik yang akan digunakan untuk infrastruktur penunjang kegiatan penambangan
batubara PT. Bumi Laksana Perkasa. Adapun kegiatan pembersihan dari vegetasi
penutup tanah pada kegiatan ini akan dilaksanakan secara mekanis. Vegetasi hasil
dari pembersihan lahan tersebut akan dikumpulkan serta dirapikan bersama hasil
tebangan pepohonan pada tempat yang telah ditentukan. Untuk mencegah
terjadinya kebakaran pada tumpukan pepohonan akan dijaga kelembaban kondisi
tumpukan hasil tebangan agar tidak mudah terbakar. Sebaiknya tumpukan
pepohona akan dipelihara selama 8 bulan.
Jika ada kayu produksi (hasil produksi hutan) akibat hasil pembersihan lahan,
akan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim.
Kayu yang berpotensi, maka dalam pemanfaatan kayunya akan memperhatikan
Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 62 Tahun 2015 tanggal 24 November 2015
Tentang Ijin Pemanfaatan Kayu. Dimana IPK pada areal HPK yang telah dikonversi
atau tukar menukar kawasan hutan diberikan oleh Gubernur yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi atas nama
Gubernur.
c. Pembangunan Prasarana dan Sarana Penunjang
Prasarana penunjang adalah semua sarana yang diperlukan selama dalam masa
persiapan penambangan untuk menunjang kelancaran kegiatan penambangan
batubara. Beberapa prasarana dan sarana yang akan disediakan di areal PT. Bumi
Laksana Perkasa adalah berikut :
a. Kantor dan Perumahan/Mess Karyawan
Untuk menunjang kebutuhan karyawan, PT. Bumi Laksana Perkasa membangun
beberapa kantor dan perumahan bagi karyawan seluas 2,79 Ha. Selain itu
terdapat pula kantor dan perumahan kontraktor di area penambangan.

Bab I. Pendahuluan I-28


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

b. Gudang
Gudang merupakan sarana penunjang operasi, yang digunakan baik untuk
menyimpan peralatan, suku cadang maupun barang-barang yang diperlukan
selama operasi penambangan berlangsung. Gudang di bangun seluas 0,24 Ha
Gudang penyimpanan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku untuk bidang
pertambangan. Gudang penyimpanan handak ini sesuai dengan peraturan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
c. Bengkel
Perbengkelan (Workshop) merupakan tempat perbaikan dan perawatan alat-alat
berat dan kendaraan operasional lainnya. Bangunan bengkel akan disesuaikan
dengan jumlah dan ukuran alat yang dipergunakan. Panjang, lebar dan tinggi
minimal bengkel sama dengan 3 kali ukuran alat tambang yang terlebar
(backhoe PC 1250) ditambah kantor bengkel dan gudang dengan luas 1,68 Ha.
Gudang berfungsi menyimpan suku cadang dan peralatan yang digunakan.
Bangunan gudang ini biasanya satu bangunan dengan bengkel dan luasnya rata-
rata sepertiga luas bengkel. Pemilihan lokasi bengkel ini diusulkan dekat dengan
kegiatan penambangan (di dalam daerah penambangan) agar memudahkan
dalam perawatan dan perbaikan peralatan yang rusak.
d. Tangki Bahan Bakar Cair
Selama kegiatan penambangan beroperasi, memerlukan bahan bakar cair untuk
menunjang operasional kegiatan. Untuk itu PT. Bumi Laksana Perkasa dan Sub.
Kontraktor membutuhkan tempat penyimpanan bahan bakar cair. Untuk tempat
tangki bahan bakar cair memiliki luasan 0,58 Ha. Untuk menjaga keamanan
tangki bahan bakar, maka tangki tersebut diletakkan di atas pondasi semen.
Disekeliling tangki dibuatkan saluran air untuk menjaga agar tangki tersebut
senantiasa bebas dari rendaman air yang dapat menimbulkan korosi, dan harus
memenuhi persyaratan kementerian ESDM RI. Kebutuhan bahan bakar minyak
(BBM), oli dan lainnya akan disuplay atau didatangkan dari wilayah Kabupaten
Kutai Timur (Sangatta) melalui agen-agen resmi BBM yang ada. BBM diangkut
menggunakan tangki minyak menuju areal pertambangan batubara PT. Bumi
Laksana Perkasa . Kapasitas BBM yang akan dibangun adalah sebesar 500.000
liter. Tangki penimbunan BBC harus sesuai dengan Kepmen Pertambangan dan
Energi No. 1827.K/30/MEM/2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Pondasi tangki harus di buat dari kontruksi beton
2) Dibangun tanggul sekeliling bangunan tangki sebagai pengaman bila
terjadi kebocoran tangki untuk satu tangki dapat menampung kapasitas
tangki + 20 cm dan lebih dari satu tangki dapat menampung setengah dari
total kapasitas tangki-tangki + 20 cm

Bab I. Pendahuluan I-29


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

3) Dibangun pagar kawat pengaman sekeliling bangunan tangki yang


berjarak 5 m dari tanggul pengaman dan jarak aman minimum terhadap
lingkungan.
4) Jika dibangun lebih dari satu tangki, jarak jarak antara tangki berjarak 10 m
dan apabila kurang setiap tangki harus dipasang instalasi penyemprot air
5) Jarak aman tangki terhadap lingkungan
6) Tangki penimbunan bahan bakar cair dilengkapi alat penangkal petir
7) Tahanan dari hantaran pembumian maximum yang di izinkan 5 ohm
8) Pada atap dinding tangki dilengkapi saluran pembuangan gas yang
dilengkapi 3 lapis kawat kasa kuningan
9) Disediakan tabung pemadam api
10) Pada lokasi tangki penimbunan bahan bakar cair harus terpasang tanda-
tanda larangan
11) Pada lokasi tangki penimbunan bahan bakar cair harus terpasang
penerangan yang kedap udara
e. Kebutuhan Air
Sumber air bersih (kuantitas dan kualitas) yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan karyawan dan perkantoran direncanakan berasal dari air Sungai
Embung. Pengambilan air dari Sungai Embung menggunakan pompa air,
kemudian air dari Sungai Embung di tampung didalam WTP (Water Treatment
Plant) untuk di olah air tersebut agar bisa digunakan. Untuk memenuhi
kebutuhan semua karyawan, maka kebutuhan air bersih sekitar 60
liter/individu dewasa/ hari, atau membutuhkan jumlah air bersih sekitar 93.000
liter/ hari atau setara dengan 93 m3/hari (sumber : Peraturan Mentri Pekerjaan
Umum No ; 14/PRT/M/2010, Lampiran II). Kebutuhan air bersih untuk pekerja
PT. Bumi Laksana Perkasa sebanyak 168 orang dan pekerja kontraktor
sebanyak 1452 orang.
f. Penggunaan Energi Listrik
Untuk menunjang operasional PT. Bumi Laksana Perkasa akan menggunakan
mesin genset yang digunakan sebagai sumber energi listrik bagi base camp,
kantor, dll.

Bab I. Pendahuluan I-30


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tangki BBM
Kapasitas 24.000.000 Liter
Kapasitas 500.000 Liter
Oil
Trap

Pagar Kawat

Gambar 1.7. Gambar Tangki Bahan Bakar Minyak (BBM)

Tabel 1.17. Kebutuhan BBM dan Oli Untuk Kegiatan Penambangan Batubara
PT. Bumi Laksana Perkasa
Pemakaian Bahan Bakar Oli / Pelumas
Nama Alat Sub‐ Pemakaian Jam Kerja Jumlah Pemakaian Jam Kerja Jumlah Jumlah
Jumlah (Liter/Jam) (Jam/Hari) (Liter) (Liter/Jam) (Jam/Hari) (Liter) (Liter)
Exacavator PC 300 2 15 18 540 1,07 18 540 39
DT 20 8 18 2 ,880 0,57 18 2 ,880 206
Generator 5 20 18 1 ,800 1,43 18 1 ,800 129
Pompa air 5 10 18 900 0,71 18 900 64
Mobil Tangki 1 15 18 270 1,07 18 270 19
Mobil Jeep 4WD 5 5 18 450 0,36 18 450 32
Mobil Pickup 2 5 18 180 0,36 18 180 13
Sumber PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

g. Pengolahan Batubara
Fasilitas pengolahan batubara di stockpile meliputi peralatan jembatan
timbang (weigth bridge) kapasitas maksimum sampai 100 ton, magnetic
separator, semi automatic sampling devices, crushing plant dengan kapasitas
maksimum 1.500 ton/jam, radial conveyor, barge loading conveyor kapasitas
maksimum 2.000 ton/jam.
h. Penumpukan Batubara (Stockpile)
Penumpukan batubara terdiri dari dua macam, yaitu ROM Stockpile seluas
11,2 ha dengan kapasitas 100.000 ton raw material dan port stockpile yang
direncanakan adalah 300.000 ton batubara produk.
i. Pembangunan jalan angkut
Fasilitas pengangkutan batubara PT. Bumi Laksana Perkasa dari PIT menuju
ke ROM stockpile berupa pembangunan akses jalan sejauh + 0,5 s/d 2,2 km
dengan lebar 14 - 17 m, kemiringan jalan maksimum 8% yang akan dilewati oleh
truk yang berkapasitas 60 ton. Ukuran lebar jalan angkut sebesar 3,5 m.
Spesifikasi jalan angkut adalah sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan I-31


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Jalan tambang yang disiapkan untuk dua jalur pengangkutan dump truck
berkecepatan maksimum 40 km/jam. Kecepatan dump truck bermuatan
ditikungan tidak boleh lebih dari 25 km/jam.
Akses jalan yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan batubara ke
stockpile menggunakan akses jalan buatan PT. Bumi Laksana Perkasa dari pit ke
penimbunan/stockpile. Secara umum kondisi jalan angkut yang digunakan untuk
operasi pengangkutan batubara, sudah sesuai dengan persyaratan-persyaratan
standar jalan angkut yaitu :
(a) Lebar jalan lurus minimum : 20 meter
(b) Lebar bahu jalan dan parit : 1,5 x 2 meter
(c) Lebar jalan tikungan minimum : 25 meter

1) Lebar Jalan Angkut Minimum pada Jalan Lurus


Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih
menurut “AASHTO Manual Rural High-Way Design”adalah :
L = n. Wt + (n + 1) (0,5. Wt)

Keterangan :
L = Lebar jalan angkut minimum (meter)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar truk jungkit (meter)

Gambar 1.8. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur

2) Lebar Jalan Angkut Minimum Pada Tikungan


Lebar jalan angkut minimum pada tikungan selalu lebih besar daripada
jalan angkut pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar
jalan angkut minimum pada belokan adalah :
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
Keterangan:
U = Jarak jejak terluar roda depan dengan jejak terluar roda belakang
kendaraan, meter
Fa = Jarak roda depan dengan sisi samping terluar truck dikalikan sinus

Bab I. Pendahuluan I-32


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

sudut penyimpangan roda, meter


Fb = Jarak roda belakang dengan sisi samping terluar truck dikalikan sinus
sudut penyimpangan roda, meter
Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan, meter
C = Jarak antara dua truck yang akan bersimpangan, meter

Gambar 1.9. Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Belokan

3) Jari-jari tikungan/belokan
Besarnya jari-jari belokan jalan angkut harus sesuai dengan kosntruksi
sudut penyimpangan alat angkut, dimana sudut lingkaran yang dibentuk oleh
jalan sama dengan sudut depan alat angkut. Jari-jari belokan lintasan roda
dapat ditentukan dengan rumus perhitungan jari-jari belokan :
R = 7,43 meter
Keterangan :
R = Jari-jari belokan (meter)
Wb = Jarak poros depan dengan belakang (meter)
θ = Sudut penyimpangan roda depan

Gambar 1.10. Sudut Penyimpangan Maksimum Jalan

Bab I. Pendahuluan I-33


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Pembuatan dan pengelolaan operasional jalan angkut disesuaikan dengan


peraturan atau kebutuhan, teknis, dan prosedur keselamatan. Teknis pengelolaan
operasional jalan angkut yang memotong jalan umum akan dimasukkan dalam
RKL-RPL. Untuk jalan angkutan dari lokasi stockpile menuju pelabuhan akan
dikaji dalam dokumen tersendiri. Pada lokasi penambangan PT. Bumi Laksana
Perkasa tidak ada jalan yang bersimpangan dengan sungai, namun terdapat
crossing jalan yang berbatasan/bersimpangan dengan perkebunan kelapa sawit.
j. Pembangunan Emulsion Plant dan Depo Emulsion
Emulsion plant dan depo emulsion terintegrasi dengan gudang Ammonium
Nitrat. Pada fasilitas tersebut juga akan ditambahkan fasilitas untuk mengelola
limbah oli bekas sebagai bahan pencampur dalam pembuatan ANFO. Pada tahap
awal, oli bekas yang dipakai sebagai campuran pembuatan ANFO akan
didatangkan dari site PT. Bumi Laksana Perkasa yang lain, dimana pada site
tersebut akan diurus izin pengolahan oli bekas dalam pembuatan ANFO.
Pemanfaatan oli bekas mengacu kepada PP 101 tahun 2014 tentang pemanfaatan
limbah B3, SNI No 7642 Tahun 2010 Tentang Tata cara pemanfaatan oli bekas
untuk campuran amonium nitrat dengan fuel oil pada tambang terbuka. Alih
energy dari solar menjadi oli bekas untuk pembuatan ANFO memiliki beberapa
manfaat yaitu dapat mengurangi limbah yang dikeluarkan dari aktifitas
penambangan (recycle), melakukan efiensi penggunaan solar (energy conserve),
dan mengurangi resiko pencemaran saat handling oli bekas pada saat pengiriman
ke luar tambang. Dari aspek legal mengacu kepada Peraturan Kapolri Nomor 2
Tahun 2008 tentang Pengawasan Pengendalian dan Pengamanan Bahan Peledak
Komersial. Pembuatan campuran ANFO ini akan mengikuti prosedur SNI 7642
tahun 2010 tentang tata cara pemanfaatan oli bekas untuk campuran amonium
nitrat dengan fuel oil pada tambang terbuka. Untuk campuran persen (%)
pembuatan ANFO maka campuran oli bekas yang digunakan 80%.
Pengumpulan oli bekas dari unit menggunakan truk tangki pengumpul kemudian
dibawa menuju fasilitas emulsion plant untuk ditampung dalam tangki
penyimpanan pelumas bekas. Setelah tangki penyimpanan penuh maka dilakukan
analisa kualitas pelumas bekas untuk memastikan parameter pada oli bekas
tersebut sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup. Dokumen kajian teknis akan dibuat dalam dokumen tersendiri
sebagai bahan pertimbangan dalam permohonan izin di Kementerian Lingkungan
Hidup. Rencana pembangunan prasarana dan sarana penunjang dapat dilihat
pada Tabel 1.18 berikut.

Bab I. Pendahuluan I-34


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.18. Rencana Pembangunan Prasarana dan Sarana Penunjang


Rencana Pembangunan Sarana dan
Jenis Prasarana & Sarana Prasarana Tambang
No
Penunjang Luas Jumlah
Kapasitas
(m2) (Unit)
1 ROM Stockpile 112.000 100.000 Ton
2 Workshop & Warehouse 12.600
Workshop A2B 525 1
Gudang (Warehouse) 525 1
Gudang (Warehouse) + Office 360 1
Tempat Penyimpanan Sementara 72 1
Limbah B3
3 Power House 4.200 3 1.000 KVA
4 Gudang bahan bakar cair 5.760 1 500 KL
5 Office, Kantin, Pos Secutity, Parkir 27.900 1
Area dan Sarana Ibadah
6 Nursery 35.800 1
7 Rumah Pompa Hydrant & 16 1
Cleaning
8 Gudang Handak 2.400
Gudang Ammonium Nitrate 1.300 1 432 Ton
Gudang Dynamit 400 1 11.000 Kg
Gudang Detonator, dll. 400 1 48.000 Pcs
Emulsion plant 90 1
Depo Emulsion 45 1
Pos Security 65 1
Parkir Area 100 1
9 Kolam Sedimen /WMP Tambang 75.000 6
Sumber : PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

Tabel 1.19. Rencana Penggunaan Lahan Efektif PT. Bumi Laksana Perkasa
No. Alokasi Lahan Luas (Ha)
1 Pit Tambang
1. Sayap Barat 105,57
2. Sayap Tengah 108,67
3. Sayap Timur 102,08
2 Disposal 7,07
3 Top Soil 2,49
4 Settling Pond 5,86
5 ROM 11,2
6 Jalan Tambang 18,49
7 Kantor/Mess 2,79
8 Nursery/Persemaian 3,58
9 Gudang Handak 0,24
10 Workshop, Warehouse, Power House dan Rumah Pompa 1,68
11 Gudang Bahan Bakar Cair (BBC) 0,58
Total Alokasi Lahan Terganggu 391,11
Total Luas IUP PKP2B PT. BLP 11.330
Total Lahan Tidak Terganggu 10.938,89
Sumber : PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

Bab I. Pendahuluan I-35


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Pada lahan yang tidak terganggu seluas 10.938,89 Ha, lahan ini direncanakan sebagai
area eksplorasi lanjutan.

Gambar 1.11. Lay Out Gudang Handak PT. Bumi Laksana Perkasa

Bab I. Pendahuluan I-36


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Peta 1.1. Peta Prasarana dan Sarana

Bab I. Pendahuluan I-37


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

1.1.3. Tahap Operasi


a. Pembukaan dan Pembersihan Lahan Tambang
Sebelum dilakukan kegiatan penambangan batubara, maka terlebih dahulu
dilakukan pembersihan lahan yang akan dilaksanakan pada lahan yang potensial
untuk dilakukan penambangan. Pembersihan lahan bertujuan untuk menyiapkan
kegiatan penambangan.
Rencana pembersihan lahan diberikan setiap bulan untuk periode masa
clearing 3 bulan ke depan. Pembersihan lahan harus dilakukan pada daerah yang
telah dipasangi batas oleh bagian produksi. Pada pelaksanaannya harus benar-
benar bersih untuk mengurangi pencemaran lingkungan hidup dan memudahkan
tim survei dalam melakukan pengukuran. Jika ada kayu produksi (hasil produksi
hutan) akibat hasil pembersihan lahan, maka kayu tersebut harus dikumpulkan pada
tempat yang telah ditentukan. Kayu yang berpotensi, maka dalam pemanfaatan
kayunya akan memperhatikan Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 62 Tahun 2015
Tentang Ijin Pemanfaatan Kayu. Dimana IPK pada areal HPK yang telah dikonversi
atau tukar menukar kawasan hutan diberikan oleh Gubernur yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas Provinsi atas nama Gubernur.
Untuk jenis tanaman yang dilindungi/langka, serta tanaman obat akan
dilakukan inventarisasi. Hal tersebut dilakukan agar jenis-jenis tanaman tersebut
tidak punah. Selanjutnya luas pembersihan lahan setiap tahun dapat dilihat pada
Tabel 1.20. berikut ini.
Tabel 1.20. Luas Pembersihan Lahan Tambang Tiap Tahun
Luas Bukaan
Luas Bukaan Luas Bukaan
Outpit Dump
Periode Tambang (Ha) Stock Soil (Ha)
(Ha)
Per Tahun Pertahun Pertahun
Tahun 2020 6,73 6,07 2,49
Tahun 2021 10,37 - -
Tahun 2022 30,96 - -
Tahun 2023 29,72 - -
Tahun 2024 27,79 - -
Tahun 2025 15,04 - -
Tahun 2026 16,89 - -
Tahun 2027 27,17 - -
Tahun 2028 32,21 - -
Tahun 2029 17,36 - -
Tahun 2030 13,88 - -
Tahun 2031 15,07 - -
Tahun 2032 23,82 - -
Tahun 2033 27,81 - -
Tahun 2034 21,45 - -
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

Bab I. Pendahuluan I-38


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

b. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)


Pada kegiatan ini akan dilakukan pengupasan tanah pucuk ( top soil) pada lahan
yang potensial untuk dilakukan penambangan. Pengupasan tanah pucuk tersebut
akan menggunakan Excavator. Tanah pucuk yang akan dikupas rata-rata setinggi
0,8 – 1,2 m dari permukaan tanah (tergantung ketebalan top soil sesuai hasil dari
data pemboran) yang dilakukan dengan cara mendorong tanah tersebut dan
dikumpulkan pada lokasi tertentu, dengan menggunakan hydraulic backhoe
menuju ke truck pengangkut. Tanah pucuk (top soil) merupakan bagian dari tanah
dan batuan penutup yang mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan (vegetasi) sehingga dalam penanganannya perlu dilakukan secara
tersendiri, yang nantinya akan digunakan kembali dalam kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan. Dalam tahap awal penempatan tanah pucuk di tempatkan pada
tempat tersendiri (top soil area), dan sesuai kemajuan penambangan maka tanah
pucuk nantinya akan langsung ditebarkan pada daerah“Overburden dump” yang
telah selesai dilakukan reshaping/recontouring ataupun bekas-bekas bukaan
tambang (Pit) yang telah di lakukan backfilling. Lokasi tempat timbunan tanah
pucuk (top soil area) bersebelahan dengan tempat timbunan overburden, pekerjaan
pengaturan dan penataan timbunan tanah pucuk dilakukan sebaik mungkin,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan revegetasi atau penyemaian tanaman.
Pengupasan dan penebaran tanah pucuk (top soil) akan dilakukan pada saat tidak
hujan, agar unsur haranya dapat terjaga dan menghindari terjadinya erosi
(manajemen top soil).
Hasil tanah pucuk yang dikupas ada yang langsung ditebarkan pada lokasi yang
sudah selesai ditata, sedangkan sisanya ditempatkan di stockpile terlebih dahulu
sampai penjadwalan mengijinkan untuk diangkut menuju dump area. Pada tahapan
ini, terdapat dua kegiatan antara lain : 1) pengupasan tanah pucuk, dan 2)
penanganan tanah pucuk. Kegiatan pengupasan dan penanganan tanah pucuk ( top
soil), diprakirakan akan dapat menimbulkan dampak berupa peningkatan debit
aliran permukaan, erosi tanah, sedimentasi dan penurunan kualitas air,
berkurangnya kesuburan tanah dan perubahan biota air di sungai.
Jika jarak pengupasan dan penimbunan sudah terlalu jauh untuk diatasi oleh
bulldozer dapat digunakan dump truck.
Dalam perhitungan volume penggalian dan penimbunan tanah, volume tanah
pucuk digabungkan dengan tanah penutup karena akan ditimbun pada tempat
yang sama tetapi penanganan masing-masing berbeda. Tanah pucuk akan disebar
di bagian atas timbunan.

Bab I. Pendahuluan I-39


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

c. Penggalian, Pengangkutan dan Penimbunan Tanah Penutup (Overburden)


Tahap pengupasan overburden (batuan/tanah penutup) dikerjakan sampai
lapisan batubara yang akan ditambang menjadi terbuka sehingga bebas dari
kotoran (batuan penutup). Pembongkaran overburden dapat menggunakan 2 cara :
a. Penggalian Langsung (Gali Bebas)
Gali bebas dilakukan pada material overburden yang relatif lunak, material yang
relatif lunak biasanya terdapat di bagian atas dekat lapisan tanah penutup. Salah
satu cara pengupasan tanah penutup adalah penggalian bebas dengan
menggunakan metode direct dozing.
b. Peledakan
Pembongkaran dengan menggunakan peledakan dilakukan apabila tanah penutup
yang ingin dibongkar cukup keras untuk digali menggunakan alat gali, sehingga
penggunaan alat gali akan menurunkan produktivitas pembongkaran tanah
penutup. Berdasarkan informasi geologi yang tersedia berkisar antara 0,33% s/d 5 %
dari overburden memerlukan peledakan sebelum dapat dimuat.
Pekerjaan Peledakan di PT. Bumi Laksana Perkasa dilakukan oleh Personil yang
kompeten dan telah memiliki kompetensi Juru Ledak Kelas 2 yang dikeluarkan oleh
Kementrian ESDM. ANFO dan Emulsion merupakan blasting agent yang efektif dari
segi biaya dan cocok digunakan untuk pekerjaan ini. Untuk inisiasinya digunakan
detonator non elektrik, Lead In Line ataupun Detonator Non Elektronik (nonel).
Desain peledakan yang digunakan :
1) Burden : 9 m ; Spacing : 13,5 m; kedalaman lubang bor 15 m.
2) Diameter lubang ledak 9 inch
3) Powder factor : 0,13 kg ANFO / Emulsion per BCM burden
Pembongkaran dengan menggunakan gali bebas maupun peledakan tetap
memperhatikan pertimbangan geoteknik, sehingga harus tetap mengikuti
konfigurasi pit yang telah ditetapkan berdasarkan analisa geoteknik. Bench bagian
atas yang berupa material yang tidak terkonsolidasi dapat digali dengan lebih
efisien tanpa menggunakan peledakan, sedangkan pada pembongkaran bench
bagian bawah yang terdiri dari sandstone keras dan shale, sebelum dikupas. Hal lain
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode pembongkaran tanah
penutup selain sifat mekanik material harus tetap mempertimbangkan produktivitas
alat yang digunakan. Peralatan utama dan penunjang beserta kapasitasnya yang
digunakan untuk pekerjaan pembongkaran overburden adalah sebagai berikut :
1) Alat bor diameter 9 inch
2) Truk ANFO / Emulsion kapasitas 5 dan 16 ton
3) Bahan dan peralatan peledakan meliputi
a) Base Charge berupa ANFO (Amonium Nitrat Fuel Oil), Emulsion dan powder
factor sebesar 0,13 kg/m³
b) Accessories :
(1) Inhole delay : Downline 500 MS 18m, 12m, 9m, 7,2m, 6m.

Bab I. Pendahuluan I-40


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

(2) Snapline 17 MS, 25 MS, 42MS, 65MS, 67MS, 75MS, 100 MS, dan 109MS.
(3) Lead In Line
(4) Detonator Elektronik
Hasil perhitungan parameter geometri peledakan dapat ditunjukkan ke dalam
sketsa geometri peledakan seperti terlihat pada Gambar 1.12, baik untuk lubang
ledak vertikal maupun lubang miring.
CE
FA
EE Keterangan :
FR
B
S
B = Burden
T = Steming
T S = Spacing
H
L
H = Tinggi Jenjang/Lereng
J = Sub drilling
PC
L = Kedalaman Lubang Ledak
J
Pe = Panjang isian bahan peledak
a. Parameter pada geometri
peledakan vertikal

CE
FA
EE
FR
S
B

H
T
H 

L

PC

J
b. Parameter pada geometri
peledakan miring 

Gambar 1.12. Sketsa


 geometri peledakan vertikal dan miring

Berdasarkan kajian dampak terhadap fly rock masih aman di jarak rata-rata di
bawah 200 mtr dari lokasi peledakan terhadap alat / bangunan, untuk Air Blast saat
ini masih berada dibawah baku mutu SNI dengan durasi rata-rata dibawah 2 (dua)
menit dari peledakan berlangsung dalam setiap peledakan. Dengan kombinasi
penerapan geometri peledakan yang sesuai, pemadatan pada proses stemming dan
penggunaan detonator dengan kombinasi waktu tunda yang sesuai.
Untuk meminimalkan tingkat getaran dari sebuah peledakan maka dilakukan
peledakan tunda (delay blasting) yaitu suatu teknik peledakan dengan cara
meledakkan sejumlah muatan bahan peledak tidak sebagai satu muatan (single
charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih kecil. Getaran yang
dihasilkan dari peledakan tunda merupakan kumpulan dari getaran-getaran kecil
dan bukan satu getaran besar. Peledakan tunda mengurangi tingkat getaran sebab
setiap waktu tunda menghasilkan masing-masing gelombang seismik yang kecil
dan terpisah. Dalam prosesnya penggunaan detonator non elektrik pada kegiatan
peledakan dengan nominal waktu tunda yang bervariasi berfungsi untuk memisah
gelombang seismik yang dihasilkan sehingga mengurangi resiko dan dampak
terhadap bangunan sekitar atau di pemukiman. Acuan dasar yang digunakan oleh
PT. Bumi Laksana Perkasa terkait Getaran Peledakan yaitu KepMen LH No. 49 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Getaran dan untuk Tingkat Kebisingan yaitu SNI 7570 :
2010. PT. Bumi Laksana Perkasa akan melakukan mekanisme peledakan sesuai

Bab I. Pendahuluan I-41


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

dengan SOP yang berlaku. Berdasarkan Kepmen ESDM no 555 K Tahun 1995 Jarak
aman operasi peledakan dengan manusia dan pemukiman minimal 500 m.
Secara periodik kegiatan peledakan dilakukan proses monitoring menggunakan
alat monitoring peledakan untuk mengetahui kesesuaian baku mutu dengan
perolehan hasil getaran dan kebisingan aktual dari kegiatan peledakan.
Pemuatan dan pengangkutan overburden pada sistem tambang terbuka yang
diterapkan PT. Bumi Laksana Perkasa menggunakan kombinasi antara excavator
(alat gali muat) dan truk (alat angkut). Hydraulic excavator digunakan untuk
menggali overburden dan interburden pada bench. Truk pengangkut memuat dari
level yang sama atau 1 bench di bawah alat gali muat. Selain alat utama juga
digunakan dozer yang berfungsi untuk membantu alat gali muat dengan menggaru
batuan yang keras pada daerah yang tidak membutuhkan peledakan, memotong
jalan dan ramp untuk akses, dan membersihkan daerah yang akan digunakan untuk
memuat. Tempat penimbunan lapisan penutup batubara atau lokasi outpit dump,
direncanakan maksimum berjarak ± 1 km dari lokasi penambangan pada awal
dibukanya sebuah pit untuk memudahkan pengangkutan dan menekan biaya
operasi.
Rencana peledakan di PT. Bumi Laksana Perkasa, seperti yang telah diuraikan
pada rancangan peledakan sebelumnya, akan menerapkan pola peledakan hole by
hole, artinya setiap lubang meledak pada waktu yang berbeda. Dengan demikian
getaran yang muncul hanya disebabkan oleh sebuah lubang ledak. Apabila
diasumsikan jarak terdekat (R) antara sumber peledakan dengan pemukiman 1.000
m, maka perhitungan SRSD adalah :
R 1.000
SRSD = = = 84,40 m/kg1/2
W 1/2
140,5 1/2

Perhitungan SRSD akan menghasilkan suatu angka tertentu yang digunakan untuk
memperkirakan tingkat getaran peledakan, apabila tidak ada pengukuran seismic
secara langsung di lapangan. Menurut Nicholls, Johnson, dan Duval dalam“Buletin
USBM, 656 (1971)”, SRSD yang disarankan sebagai batas aman adalah minimal 50
ft/lb1/2, setara dengan 22,62 m/kg1/2, jika alat seismograf tidak dipergunakan atau
tidak tersedia. Tingkat getaran pada SRSD tersebut berkisar antara 0,08 – 0,15 ips
atau setara dengan 2 – 3,8 mm/det. Secara umum harga SRSD yang besar dari 22,62
m/kg1/2 menunjukkan kondisi getaran yang aman atau kerusakan yang terjadi kecil.
Perusahaan akan mengupayakan teknologi dalam meminimalisir dampak dari
penggunaan bahan peledak, dan perusahaan harus melakukan sosialisasi lanjutan
berkaitan dengan penggunaan blasting dengan melibatkan masyarakat sekitar
rencana penambangan. Output yang diharapkan nantinya adalah persepsi dan
sikap masyarakat terhadap penggunaan blasting.
Tempat penimbunan lapisan penutup batubara atau lokasi outpit dump,
direncanakan maksimum berjarak ± 1 km dari lokasi penambangan pada awal
Bab I. Pendahuluan I-42
ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

dibukanya sebuah pit untuk memudahkan pengangkutan dan menekan biaya


operasi.
Beberapa peralatan yang akan dipergunakan dalam kegiatan ini antara lain :
a) Bulldozer
Bulldozer akan dipergunakan untuk membantu operasional pengupasan
overburden, penimbunan overburden maupun di stockpile batubara. Bulldozer
yang digunakan adalah Bulldozer Komatsu D 155 atau sejenis (kapasitas blade
4,9 m3) dan D85ESS atau sejenisnya (kapasitas blade 3,4 m3) yang berfungsi
untuk menggaru dan menggusur tanah penutup dan batubara ke lokasi kerja.
Di stockpile, bulldozer digunakan untuk pengumpan wheel loader agar efisiensi
loader dapat ditingkatkan.
b) Excavator
Excavator digunakan untuk memuat material (baik tanah penutup maupun
batubara) ke dalam dump truck serta berfungsi juga untuk memadatkan tanah
di lokasi penimbunan tanah penutup. Excavator yang direncanakan akan
digunakan yang terbesar adalah jenis PC-1250 (kapasitas 5,2 m3), dan yang
terkecil adalah Komatsu PC 300-6 (kapasitas 1.19 m3), sedangkan untuk support
digunakan PC-200.
c) Dump Truck
Dump Truck yang digunakan untuk pengangkutan tanah penutup ke lokasi
timbunan adalah Dump Truck, HD 465-5 dan Nissan CWB, sedangkan untuk
pengangkutan batubara dari lokasi penambangan ke temporary stockpile
digunakan Dump Truck dan Hino FM 260.
d) Grader
Untuk perawatan jalan, baik jalan angkut OB maupun batubara digunakan
grader komatsu GD 705 atau sejenis (panjang blade 4,32 m)
Tabel 1.21. Kebutuhan Bahan Peledak Berdasarkan Rencana Target Produksi
Lapisan Penutup Batubara
Volume Batuan Diledakkan Kebutuhan Bahan Peledak Powder Factor
Periode
(m3) (kg) (PF)
Tahun 2020 12,666.00 1,644.50 0.13
Tahun 2021 31,667.00 4,036.50 0.13
Tahun 2022 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2023 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2024 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2025 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2026 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2027 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2028 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2029 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2030 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2031 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2032 50,667.00 6,279.00 0.12
Tahun 2033 31,003.00 4,036.50 0.13
Tahun 2034 10,133.00 1,345.50 0.13
Sumber : FS PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

Bab I. Pendahuluan I-43


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

d. Penambangan dan Pengangkutan Batubara


a. Sistem dan Metoda Penambangan
Kegiatan penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Bumi Laksana
Perkasa adalah dengan sistim tambang terbuka (open pit mining).
Penambangan yang diterapkan adalah dengan benching sistem, dimana tinggi
jenjang 10 meter dan lebar berm 5 m dengan sudut kemiringan 630 untuk
lereng tunggal dan 470 untuk lereng keseluruhan.

Gambar 1.13. Bagan Alir Penambangan

Dalam menetapkan spesifikasi produk tambang batubara PT. Bumi Laksana


Perkasa, maka dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Ranking kualitas batubara PT. Bumi Laksana Perkasa yang relatif rendah,
dan bervariasi, dicirikan dengan nilai kalori antara 4908 – 5526 Kcal/Kg,
kandungan TM 31,86%- 48,2%, kandungan sulfur juga bervariasi antara
0,07 – 0,58%.
2) Optimalisasi potensi batubara yang ada
3) Kelangsungan tambang jangka panjang
4) Perkembangan demand pasar batubara khususnya dalam negeri kedepan.
5) Pertimbangan cash flow

b. Rencana Penambangan Commented [WU1]: Diambil Dari study kelayakan

Berdasarkan data penyebaran batubara pada kajian geologi tambang maka


dipilihlah daerah yang mempunyai kemungkinan untuk ditambang. Penentuan
urutan blok tambang dari tahun 1 dan seterusnya didasarkan atas rencana
jumlah produksi pertahun dan mempertimbangkan variasi kualitas masing
masing seam batubara, agar diperoleh produk yang memenuhi spesifikasi pasar
setelah dilakukan pencampuran. Dengan mempertimbangkan hal tersebut
maka pit-pit tambang untuk 15 tahun rencana penambangan adalah sebagai
berikut :

Bab I. Pendahuluan I-44


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.22. Jumlah Pemindahan Tanah Pucuk, Tanah Penutup (Overburden) dan Produksi Batubara Setiap Tahun

Luas Jumlah Lokasi Penempatan Overburden


Jumlah Coal Stripping Void
Tahun Lokasi Tambang PIT Overburden
(MT) Ratio (Ha)
(Ha) (BCM)
Out Pit Luas Luas Top Soil Luas
In Pit Dump
Dump (Ha) (Ha) Area (Ha)
2020 Pit Sayap Barat 6.73 3,800,000.00 1,000,000.00 3.8 3,800,000.00 6.07 - - 33,650.00 2.49 -
2021 Pit Sayap Barat 10.37 9,500,000.00 2,500,000.00 3.8 9,500,000.00 - - - 51,850.00 - -
2022 Pit Sayap Barat 30.96 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 1,540,000.00 - 10,780,000.00 17.10 154,800.00 - -
2023 Pit Sayap Barat 29.72 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 30.96 148,600.00 - -
2024 Pit Sayap Barat 27.79 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 29.72 138,950.00 - -
2025 Pit Sayap Tengah 15.04 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 27.79 75,200.00 - -
2026 Pit Sayap Tengah 16.89 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 15.04 84,450.00 - -
2027 Pit Sayap Tengah 27.17 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 16.89 135,850.00 - -
2028 Pit Sayap Tengah 32.21 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 27.17 161,050.00 - -
2029 Pit Sayap Tengah 17.36 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 32.21 86,800.00 - -
2030 Pit Sayap Timur 13.88 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 17.36 69,400.00 - -
2031 Pit Sayap Timur 15.07 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 13.88 75,350.00 - -
2031 Pit Sayap Timur 23.82 15,200,000.00 4,000,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 18.30 119,100.00 - -
2032 Pit Sayap Timur 27.81 9,310,000.00 2,450,000.00 3.8 - - 15,200,000.00 24.78 139,050.00 - -
2033 Pit Sayap Timur 21.45 3,040,000.00 800,000.00 3.8 - - 9,310,000.00 33.79 107,250.00 - 2.3

Total 316.27 192,850,000.00 50,750,000.00 3.80 6.07 304.99 2.49 2.3


Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

Bab I. Pendahuluan I-45


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

1) Rencana Penambangan Tahun ke 2020


Tahun 2020 penambangan akan dilakukan di areal pit sayap barat.
Untuk mengupas tanah penutup dilakukan dengan blasting (peledakan).
Adapun material penutup akan diangkut menuju disposal dengan volume
tanah penutup 3.800.000 Bcm dan produksi batubara 1.000.000 Ton.
2) Rencana Penambangan Tahun ke 2021
Tahun 2021 penambangan masih dilakukan pada pit sayap barat.
Pada tahun kedua rencana produksi mulai ditingkatkan menjadi 2,500,000
Ton dan volume tanah penutup masih ditimbun di disposal dengan
volume 9.500.000 Bcm.
3) Rencana Penambangan Tahun ke 2022
Tahun ke 2022 penambangan masih dilakukan pada pit sayap
barat. Pada tahun ke 2022 rencana produksi mulai ditingkatkan menjadi
4.000.000 Ton dan volume tanah penutup masih ditimbun di disposal
dengan volume 15.200.000 Bcm. Volume yang berada pada
penambangan tahun pertama dan kedua sudah dilakukan penimbunan,
dan mula dilakukan pembongkaran disposal.
4) Rencana Penambangan Tahun ke 2023 sampai Tahun ke 2032
Pada tahun ke 2023 sampat tahun 2032 kegiatan penambangan sudah
mencapai produksi puncak yaitu 4.000.000 Ton/Tahun, dengan volume
tanah penutup 15.200.000 Bcm. Tiap pit tambang diperkirakan dilakukan
lima tahun penambangan. Pada tahun ke 2023 sampai tahun 2032,
kegiatan backflling, reklamasi dan revegetasi akan dilakukan secara pararel
mengikuti alur atau pola penambangan. Adapun jenis tanaman yang
digunakan pada kegitan reklamasi adalah jenis tanaman cepat tumbuh
seperti karet, jabon, akasia sengon dan disisipi tanaman lokal sebagai
tanaman sisipan.
5) Rencana Penambangan Tahun ke 2033
Pada tahun ke 2023 penambangan sudah dilakukan pada pit sayap
timur. Terjadinya penurunan produksi seiring dengan berakhir kegiatan
penambangan. Adapun rencana produksi yang akan ditambang pada
tahun 2023 yaitu 2.450.000 Ton dengan volume tanah penutup 9.310.000
Bcm. Pada kegiatan ini bisa disebut gambaran rona akhir penambangan.
Dimana pihak management sudah mulai mengatur mekanisme
penambangan dan beberapa alat berat sudah dikembalikan ke kontaktor.
Pada tahun ke-empat belas diharapkan kegiatan reklamasi sudah mencapai
75% dari areal yang terganggu selama kegiatan operasional
penambangan.

Bab I. Pendahuluan I-46


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

6) Rencana Penambangan Tahun ke 2034


Pada tahun ini merupakan tahun 2034 kegiatan operasional
penambangan. Yang mana yang ditambang adalah sisa dari kegiatan
penambangan sebelumnya. Adapun rencana penambangan batubara pada
tahun ke lima belas yaitu 800.000 Ton dengan volume tanah penutup
3.040.000 Bcm. Pada akhir tahun ini akan terjadi void areal yang belum
bisa tertimbun sebesar 2,3 Ha, dikarenakan pada tahun ke 2020, 2021,
dan 2022 hasil material penutup akan diangkut menuju disposal. Pada
tahun ke 23 – 2034 baru dilakukan kegiatan backfilling. Void ini akan
dikelola mulai dari kegiatan penambangan sampai berakhir kegiatan
penambangan. Sementara untuk penggunaanya akan
dilakukan/dikerjakaan saat kegiatan pasca tambang.

c. Pengangkutan Batubara
Pengangkutan yang dikerjakan dalam penambangan batubara ini meliputi
pengangkutan batubara, pengangkutan tanah penutup/overburden, dan
perlengkapan penambangan yang lain. Pengangkutan tanah penutup dilakukan
dengan menggunakan dump truck dari lokasi bukaan tambang ke tempat
penimbunan overburden pada tempat area lokasi tambang yang telah
ditentukan. Untuk batubara pengangkutannya dilakukan dari lokasi tambang ke
tempat stockpile batubara.
Untuk pengangkutan batubara ke pelabuhan melalui jalur darat dengan
jarak yang akan ditempuh adalah sejauh 144 km dan jalan didesain untuk
mengakomodasi truck sampai dengan kapasitas hingga 60 ton. Jalur
transportasi darat akan menghubungkan langsung lokasi penambangan PT.
Bumi Laksana Perkasa menuju ke barge loading site di pelabuhan PT. Indexim
Coalindo yang berada di Desa Sekrat Kecamatan Kaliorang. Pengangkutan
batubara ini akan dikaji dalam dokumen terpisah.

d. Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Pada prinsipnya kegiatan penambangan metode tambang terbuka (open
pit) adalah menggali material dan memindahkannya ke lokasi lain. Kegiatan ini
mengakibatkan penurunan permukaan tanah dan merupakan tempat
berkumpulnya air. Air yang terkumpul dapat berasal dari air tanah (rembesan)
maupun air hujan. Air asam tambang bukan hanya berpengaruh pada pit saja,
namun air asam tambang juga dapat dihasilkan akibat aliran runoff pada
disposal yang tidak masuk pit. Disamping itu bila air asam tambang yang
dihasilkan dari pit dan disposal dapat berpengaruh terhadap lingkungan (flora-
fauna dan kesehatan masyarakat) apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan
baik.

Bab I. Pendahuluan I-47


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Daerah penambangan yang tergenang air akan menyulitkan alat-alat


tambang beroperasi bahkan dapat terhenti. Untuk mengatasi masalah
genangan air ini diperlukan suatu sistem penirisan tambang.
Penanganan terhadap air yang masuk ke dalam area penambangan dapat
diatasi dengan membuat :
(1) Saluran di sekeliling pit, berfungsi untuk mencegah air yang berasal dari
luar tambang masuk ke dalam tambang. Aliran air akan diarahkan menuju
daerah yang lebih rendah di luar pit, sehingga perlu diperhatikan
morfologi daerah sekitar pit.
(2) Open sump di daerah penambangan yang memiliki elevasi terendah, agar
air terkumpul dan dapat dipompa keluar daerah penambangan.
Air limbah dari proses penambangan yang mengandung lumpur dan
batubara halus akan dialirkan dan diendapkan dalam kolam pengendap
dengan ukuran panjang 60 m, lebar atas kolam 24 m, lebar dasar kolam 21 m,
dan kedalaman 3 m. Kolam pengendap terdiri dari dua jenis, yaitu kolam
pengendap yang terdapat di dasar pit (sump) dan kolam pengendap yang
terdapat areal pengolahan batubara (stockpile dan crushing plant). Air limbah
dari proses penambangan akan dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke badan air agar tidak mencemari badan air tersebut. Pembuangan
akhir dan jarak dari masing-masing settling pond bemuara ke badan sungai
terdekat tergantung letak dan aluran sungai yang ada di lokasi penambangan.

24 m

3m

21 m

Gambar 1.14. Dimensi Penampang Melintang Rekomendasi


Pembuatan Settling Pond

Bab I. Pendahuluan I-48


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tempat Parkir

Akses Jalan Masuk 6m

A
Pintu
Air
10 m 10 m
6m

Kolam Kolam
Pengering Pengering
Lumpur Lumpur

24 m 10 m 24 m 10 m 24 m

Kolam 1 Kolam 2 Kolam 3

Inlet settling pond

6m
Akses ke gudang kapur

Saluran
Penghubung
Gudang Antar Kolam
Kapur

Gambar 1.15. Desain Minimum untuk Pembuatan Settling Pond

Bab I. Pendahuluan I-49


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Peta 1.2. Peta Rencana Penambangan

Bab I. Pendahuluan I-50


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

e. Pengolahan dan Penimbunan Batubara


Cara pengolahan batubara Run Of Mine (ROM) dari areal penambangan
PT. Bumi Laksana Perkasa dilakukan dengan cara memperkecil ukuran fragmen
batubara di Stockpile. Proses ini dilakukan di Coal Processing Plant (CPP) yang
terletak di sekitar area pelabuhan PT. Indexim Coalindo.
Dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain keadaan kualitas
batubara dan permintaan pasar batubara, proses pengolahan dilakukan dengan
ruang lingkup sebagai berikut :
1. Melakukan reduksi ukuran (size reduction) melalui penggerusan (crushing)
2. Melakukan pemisahan/pengelompokkan ukuran (classification) melalui
pengayakan (screening)
3. Melakukan pencampuran (blending) batubara
4. Melakukan penumpukkan batubara (stockpilling)
5. Melakukan penanganan limbah air (water polution treatment) dengan
pengadaan ‘settling pond’.
Karakteristik kualitas batubara pada area Prospek PT. Bumi Laksana Perkasa
sesuai hasil studi dari laboratorium PT. Geoservice Samarinda adalah sebagai
berikut :
1. Total Moisture (TM) : 31,86 % - 48,20 % (AR)
2. Inherent Moisture (IM) : 13,97 % - 20,18 % (ADB)
3. Ash Content (AC) : 10,09 % - 12,22 % (ADB)
4. Volatile Matter (VM) : 37,12 % - 45,74 % (ADB)
5. Fixed Carbon (FC) : 35,08 % - 42,16 % (ADB)
6. Total Sulphur (TS) : 0,07% - 0,58 % (ADB)
7. Calorific Value (CV) : 4.908 Kcal/kg – 5.526 Kcal/kg (AR)

a. Proses Pengolahan Batubara


Kapasitas produksi proses pengolahan batubara yang direncanakan harus
dapat mencapai atau memenuhi rencana tingkat produksi batubara PT. Bumi
Laksana Perkasa. Fasilitas pengolahan batubara yang rencana dibangun oleh
PT. Bumi Laksana Perkasa adalah fasilitas crushing plant dengan kapasitas 600
ton/jam.
Adapun tahapan-tahapan dari proses pengolahan dapat digambarkan
sebagai berikut :
1) Umpan (feed) sebagai masukan
Sebagai umpan (feed) proses pengolahan batubara yang direncanakan
adalah batubara produksi kegiatan penambangan (ROM) yang telah ada atau
dikumpulkan pada stockpile. Batubara ini direncanakan maksimum 500 mm,
maka terlebih dahulu harus diremukkan secara manual dengan gigi excavator,
sampai memiliki ukuran yang lebih kecil.
Proses pengolahan batubara dilakukan dengan cara mereduksi ukuran
Bab I. Pendahuluan I-51
ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

ROM Coal sampai pada ukuran yang diinginkan oleh pasar. Peralatan yang
digunakan adalah crusher sebagai alat peremuk batubara dan screen untuk
mendapatkan ukuran batubara yang relatif sama. Proses pengolahan adalah
sebagai berikut :
b) Batubara dari tambang ataupun stockpile diangkut bisa secara langsung
oleh dump truck 20 ton dari tambang ataupun oleh wheel loader dari
stockpile dan dicurahkan ke hopper yang merupakan tempat penampung
material. Hopper ini menyatu dengan Vibrating Grizzly Feeder yang akan
berfungsi sebagai pengatur ukuran umpan yang akan masuk ke dalam
primary crusher. Ukuran grizzly feeder 600 mm.
c) Peremukan tahap I dengan umpan dari batubara yang lolos grizzly feeder.
Primary crusher menggunakan alat Roll Crusher dan mempunyai ukuran
close setting 150 mm dengan reduction ratio 4. Batubara yang dihasilkan
akan menjadi umpan vibrating screen I.
d) Pengayakan/penyaringan tahap I dengan umpan dari batubara hasil
peremukan. Pengayakan/penyaringan batubara menggunakan alat
Vibrating screen I yang mempunyai ukuran 150 mm, batubara yang lolos
dari proses pengayakan I (undersize) akan menjadi umpan secondary
crusher, sedangkan batubara yang tidak lolos (oversize) vibrating screen I
dikembalikan menjadi umpan primary crusher.
e) Peremukan tahap II dengan umpan dari batubara yang lolos (undersize)
vibrating screen I. Secondary crusher menggunakan Roll Crusher dan
mempunyai ukuran close setting 50 mm dengan reduction ratio 3.
Batubara yang dihasilkan menjadi umpan vibrating screen II.
f) Pengayakan/penyaringan tahap II dengan umpan dari batubara hasil
peremukan tahap II. Pengayakan/penyaringan batubara menggunakan alat
Vibrating screen II yang mempunyai ukuran 50 mm, batubara yang lolos
dari proses pengayakan II (undersize) merupakan batubara produk,
sedangkan batubara yang tidak lolos (oversize) vibrating screen II
dikembalikan menjadi umpan secondary crusher.
g) Fungsi dari screen adalah untuk memisahkan undersize (produk ukuran –
50 mm) dengan oversize (produk ukuran + 50 mm). Batubara yang tidak
lolos dari screen yang merupakan produk oversize akan dikembalikan ke
primary crusher (roll crusher).

b. Penanganan Batubara Produk “Crushing Plant”


Batubara produk (-50 mm) ditangani dalam dua cara antara lain :
 batubara yang ditimbun di stockpile produk akan di muatkan ke“coal
hauling truck”dengan menggunakan wheel loader untuk ditransport ke
pelabuhan pemuatan batubara,

Bab I. Pendahuluan I-52


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

 Batubara produk dari crushing plant dimasukkan ke bin dan


melewati“chute”dibawahnya langsung ditumpahkan ke atas bak “coal
hauling truck” tersebut.

c. Proses Pencampuran Batubara (Blending)


Batubara produk yang dihasilkan dari proses pengolahan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu “high grade coal” dan “low
grade coal”.
Proses blending batubara bertujuan untuk mendapatkan kualitas batubara
yang diinginkan dari berbagai variasi kualitas yang ada. Untuk menentukan perlu
tidaknya dilakukan blending batubara yang ada di “raw coal stockpile”.
Apabila permintaan pasar akan batubara dengan kriteria-kriteria yang masih
dapat dipenuhi dengan persediaan batubara yang ada, maka proses
“blending” tidak diperlukan.
Untuk dapat melakukan proses blending, maka proses dilakukan sebelum
masuk ke unit pengolahan, bisa dengan alat wheel loader yang mengambil
timbunan-timbunan stockpile di raw coal stockpile yang berbeda spesifikasinya
atau langsung dicurahkan oleh dump truck 20 ton dari tambang atau kombinasi
dari kedua sistem di atas.
Dengan menggunakan sistem blending seperti di atas, maka pengaturan
variabel-variabel yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dapat lebih baik
dilakukan. Distribusi jumlah batubara dengan kualitas-kualitas tertentu dalam
pelaksanaan blending dilakukan dengan mengatur kecepatan pengumpanan
(speed feeder).

d. Proses Penumpukan Batubara (Stockpiling)


Stockpile batubara adalah tempat yang digunakan untuk tempat
penampungan atau penyimpanan batubara sementara, setelah selesainya satu
tahap operasi sebelum dilanjutkan ke tahap operasi selanjutnya. Di unit
pengolahan batubara ini direncanakan dua macam stockpile batubara, yaitu :
1) Stockpile batubara ROM
Stockpile ini digunakan untuk menampung sementara batubara hasil
operasi penambangan dari lokasi penambangan, sebelum batubara tersebut
digunakan sebagai umpan dalam proses pengolahan.
Stockpile ini juga bermanfaat untuk menghindari terhentinya operasi unit
pengolahan akibat terganggunya operasi penambangan pada lokasi
penambangan.
2) Stockpile batubara produk
Stockpile ini digunakan untuk menampung sementara batubara hasil
operasi pengolahan, sebelum digunakan dalam operasi pengangkutan ke
pelabuhan muat batubara juga berfungsi apabila pemuatan langsung melalui

Bab I. Pendahuluan I-53


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

“bin” mengalami hambatan.


Pada kedua stockpile di atas, pada bagian dasarnya dilapisi batubara
setebal 0,5 – 1,0 m untuk menghindari terjadinya pengotoran oleh material
lain pada batubara di stockpile.

e. Peralatan Pengolahan Batubara


Proses pengolahan batubara dilakukan dengan cara mereduksi ukuran
batubara sampai pada ukuran yang diinginkan oleh pasar. Peralatan yang
digunakan adalah crusher sebagai alat peremuk batubara dan screen untuk
mendapatkan ukuran batubara yang relatif sama. Rencana penggunaan
peralatan untuk pengolahan batubara disajikan dalam Tabel 1.23.
Tabel 1.23. Peralatan Pengolahan Batubara
No. Jenis/Type Kapasitas Jumlah Lokasi
1. Hopper 1000 tpj 2 unit Crushing Plant
2. Vibrating Grizzly Feeder 1000 tpj 2 unit Crushing Plant
3. Primary Crusher 1000 tpj 2 unit Crushing Plant
4. Vibrating Screen 1000 tpj 4 unit Crushing Plant
5. Secondary Crusher 1000 tpj 2 unit Crushing Plant
6. Transfer Conveyor Panjang 20 m 2 unit Crushing Plant
7. Stacking Conveyor Panjang ± 200m 2 unit Produck Stockpile
8. Belt feeder 1000 tpj 2 unit Produck Stockpile
9. Feeding Conveyor Panjang ± 37m 2 unit Produck Stockpile
11. Wheel loader WA-500 Komatsu 2 unit Produck Stockpile
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana perkasa, 2019

Bab I. Pendahuluan I-54


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

ROM
(Raw coal)
Stockpile
500 tph
Recirculating load-1
125 tph
Feed = 625 tph

GRIZZLY
Grizzly Oversize Hammer
Opening : 300 mm +300 mm
breaking
Undersize -300mm = 500 tph

Feed = 625 tph

1
Peremukan tahap-1
Primary crushing Recirculating load-2
Reduction ratio = 2
125 tph

Pengayakan tahap-1 Oversize


Opening : 150 mm Vibrating +150 mm

screen-1
Undersize -150mm = 500 tph

Feed = 625 tph

2
Peremukan tahap-2
Reduction ratio = 3 Secondary crushing Recirculating load-2

125 tph

Pengayakan tahap-2 Vibrating Oversize


Opening : 50 mm screen-2 +50 mm

Undersize -50mm = 500 tph

Finish
product

Gambar 1.16. Bagan Alir Pengolahan Batubara

Bab I. Pendahuluan I-55


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

f. Reklamasi dan Revegetasi Lahan


Pada saat operasi penambangan berlangsung, akan terdapat blok-blok
tambang yang sudah selesai penambangannya dan telah ditimbun kembali dengan
lapisan penutup dan tanah pucuk (top soil) dan sub soil sehingga dapat dilakukan
reklamasi dan revegetasi. Untuk daerah blok pertambangan yang telah selesai
ditambang untuk ditutup/diisi dengan tanah penutup (overburden) yang berasal
dari kegiatan pengupasan tanah penutup dari lahan tambang berikutnya
(backfilling), kemudian pada bagian atas timbunan tanah penutup tersebut ditebari
tanah pucuk (top soil). Manajemen backfilling didahului dengan penataan material
Overburden yang mengandung asam (PAF) dilanjutkan dengan NAF dan dilapisi
tanah dengan ketebalan minimal 1,25 m dan, hal tersebut untuk menjamin
keberhasilan pertumbuhan revegetasi. Penentuan jenis dosis pupuk organik dan
pupuk organik sangat penting untuk keberhasilan reklamasi. Setelah penentuan
jenis dosis, selanjutnya persiapan tanaman LCC (benih, lubang tanam, penaburan &
pencampuran pupuk organik dgn tanah sekitar lubang tanam, pupuk dasar dll),
selanjutnya penanaman dan penyulaman LCC jika ada yang mati. Perawatan LCC
seperti penyiraman, pembersihan dan pemupukan). Beberapa langkah untuk
persiapan tanaman kayu dan tanaman lokal (Ulin, Kayu, Tengkawang, Cempedak,
Durian Hutan) :
1. Penetapan Jenis Tanaman yang akan ditanam
2. Jarak tanam dan ukuan lubang
3. Jenis dan dosis pupuk organik dan anorganik
4. Persiapan tanaman (pengajiran, pembuatan lubang, pupuk dasar)
5. Penanaman, perawatan dan penyulaman , dll.
Kegiatan revegetasi dilakukan segera dengan penanaman tanaman
Leguminoceae Cover Crop (CC) dan pioneer (fast growing species) serta untuk
tanaman sisipan (long life species) dengan jenis tanaman sesuai status lahan dan
peruntukkannya dengan waktu penanaman maximum pada tahun ke-3 setelah
penanaman pioneer, dan dilanjutkan dengan pemeliharaan tanaman.
Kegiatan reklamasi dan revegetasi ini dapat berjalan seiring dengan operasi
penambangan di Blok lain. Pelaksanaan reklamasi mengacu pada Peraturan
Pemerintah No.78 Tahun 2010 dan Permen ESDM No. 7 Tahun 2014. Sebelum
kegiatan revegetasi dimulai terlebih dahulu lahan yang telah direklamasi di
treatment dengan penambahan kapur, pupuk organik dan pupuk anorganik dengan
tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penambahan kapur dengan
melakukan beberapa cara seperti berikut :
1. Kapur digunakan khususnya untuk mengatyur pH akan tetapi dapat
jugamemperbaiki struktur tanah.
2. Pengaturan pH dapat merangsang tersedianya zat hara untuk tanaman dan
mengurangi zat-zat racun.
3. Kapur biasanya digunakan dalam bentuk tepung batu hamping, kapur dolomit,
Kapur tohor (hydrated lime) jarang digunakan.

Bab I. Pendahuluan I-56


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

4. Kapur atau batu gamping giling kasar (coarsely crushed) dan kapur dolomit
mempunyai daya kerja yang lebih lambat akan tetapi pengaruhnya dalam
menetralisir pH lebih lama dibandingkan dengan kapur tohor.
5. Penggunaan gamping secara bertahap mungkin diperlukan jika kesinambungan
kenaikan pH dibutuhkan.
6. Kapur tohor akan berpengaruh menurunkan kemampuan jenis pupuk yang
mengandung nitrogen. Karena itu penggunaannya harus terpisah.
7. Ss Tingkat penyesuaian pH akan bergantung dari tingkat keasaman, jenis
tanahdan kualitas batu gamping. Sebagai contoh, penggunaan kapur sebanyak
2,5 – 3,5 ton/ha per tahun yang memiliki pH > 5,0 akan menaikkan pH lebih dari
0,5.
Setelah itu baru ditanami dengan jenis tanaman penutup (LCC) seperti
Centrosema pubescens (CP), Calopogonium mucunoides (CM), Pueraria javanica
(PJ), Mucuna prurience (MP), Crostalaria saramoensis, Seruni, dll yang dipilih sesuai
kondisi tanah dan jenis tanah, serta jenis tanaman pioneer seperti Paraserianthes
falcataria (sengon). Tanaman hasil revegetasi ini akan dilakukan pemeliharaan,
pemupukan untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman dan akan dilakukan
penyulaman bila ada tanaman yang mati. Pemilhan jenis tanaman akan dilakukan
sesuai dengan rona awal. Tanaman yang akan ditanam pada lahan KBK dan KBNK
akan dilakukan setelah ada reklamasi dan penyesuaian dengan jenis tanah. Untuk
penilaian keberhasilan reklamasi pada kawasan KBK mengacu pada Permenhut RI
No. P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan
dan Permenhut RI No. P.4/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Lahan.
Kebutuhan bibit tanaman pioneer (fast growing species) dipenuhi dari produksi
bibit di persemaian yang dimiliki dan dikelola oleh PT. Bumi Laksana Perkasa,
sedangkan pemenuhan bibit tanaman sisipan (long life species) dapat dipenuhi oleh
persemaian PT. Bumi Laksana Perkasa atau masyarakat lingkar tambang dengan
pola kerjasama pengadaan bibit dan pembinaan untuk menjaga kualitas bibit
sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat PT. Bumi Laksana Perkasa.
Rekapitulasi pelaksanaan reklamasi disajikan pada Tabel 1.24. berikut.

Bab I. Pendahuluan I-57


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.24. Rencana Reklamasi Lahan Per Tahun


Rencana Bukaan Lahan (ha)
No Deskripsi Tahun Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Lahan yang dibuka
A. Daerah tambang / Pit (Ha) 7,73 10,13 30,49 30,81 29,16 16,98 16,69 31,21 36,00 22,2 14,57 16,73 24,63 28,53 23,37 337.23
B. Daerah di luas tambang
- Timbunan tanah penutup
7,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7,07
(disposal area)
- Timbunan tanah pucuk (top soil) 2,49 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,49
- Jalan transportasi / tambang 18,49 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 18,49
- Kolam pengendap (settling
5,86 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5,86
pond)
- Area penumpukan (run of mine) 11,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11,20
- Kantor, bengkel dan fasilitas lain 6,60 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6,60
Total Bukaan Lahan 50,76 10,13 30,49 30,81 29,16 30,49 16,69 31,21 36,00 22,2 14,57 16,73 24,63 28,53 23,37 391,11
2 Reklamasi
a. Daerah tambang (ha) 0,00 5,80 10,00 29,30 23,15 30,80 20,90 28,00 31,60 35,00 25,30 25,00 25,00 25,40 20,40 335,65
b. Daerah diluar tambang
- Timbunan tanah penutup 0,00 0,00 0,00 3,00 4,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7,07
- Timbunan tanah pucuk 0,00 0,00 0,00 2,49 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,49
- Settling pond 0,00 0,00 0,12 0,00 0,75 1,25 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,72 0,00 0,00 2,29 5,86
- Area penumpukan (run of mine) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11,20 11,20
- Kantor, bengkel dan fasilitas lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6,60 6,60
- Jalan transportasi / tambang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 18,49 18,49
Total Lahan Reklamasi 0,00 5,80 10,12 34,79 27,98 32,05 20,90 28,00 31,60 35,00 25,30 25,72 25,00 25,40 58.98 388.81
Sumber : Studi Kelayakan PT. Bumi Laksana Perkasa, 2019

Bab I. Pendahuluan I-58


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Peta 1.3. Peta Rencana Reklamasi Lahan

Bab I. Pendahuluan I-59


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

g. Kegiatan Perbengkelan dan Genset


a. Perbaikan dan pemeliharaan kendaraan
Kegiatan perbaikan dan pemeliharaan kendaraan dan alat mesin dapat
menghasilkan limbah cair seperti ceceran BBM, oli/pelumas bekas, filter bekas,
majun bekas, accu dan barang terkontaminasi limbah B3 yang perlu penanganan
lebih hati-hati karena bahan-bahan tersebut merupakan bahan yang berbahaya
dan beracun (B3). Kegiatan pengelolaan ditujukan terhadap timbulan limbah B3.
Bangunan bengkel (workshop) akan dilengkapi dengan unit bak perangkap oli
(oil trap) apabila ada ceceran oli yang terbawa air hujan.

Limbah
bukan dari
proses

Masukan Berupa
Air Limbah

Pipa PVC  4” Dinding Pasangan Batu /


(Elbow) Beton

BBM Keluaran air


BBM yg sisa
mengapung BBM yg bersih dari
mengapung IPAL
2m

Kolam Kolam Kolam Perangkap Pipa PVC


Perangkap Perangkap Ketiga
 4”
Pertama Kedua
(Elbow)

Pipa untuk
Keluar Air
Bersih
Air mengalir melalui tiga tingkatan kolam perangkap
BBM
Sungai
Pemisahan secara fisik antara air dengan oli berdasarkan
perbedaan berat jenis dalam kolam perangkap BBM

Gambar 1.17. Desain Bak Perlakuan Oli (Oil Treatment/Oil Trap)

Bab I. Pendahuluan I-60


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

7,00 m
0,50
m

1,50 m

4,00

4,50
m

m
2,50 m

Gambar 1.18. Desain Rumah Genset (Tampak Depan)


7,00 m
0,50 m

4,00 m

4,50 m
Pipa Diamater 8 inch GENSET

Tiang Penyangga

4,75 m 1,25 m

Gambar 1.19. Desain Rumah Genset (Tampak Samping)

Lantai bengkel/workshop dan gudang penyimpanan oli dibuat permanen


dan kedap air serta sedemikian rupa agak miring kearah parit keliling yang
selanjutnya mengarah ke bak perangkap oli dan akan dilakukan pengecekan cara
periodik.
Filter terkontaminasi B3, hose terkontaminasi B3, majun terkontaminasi B3,
sludge B3, material lain terkontaminasi B3, dilakukan penyimpanan di Tempat
Penampungan Sementara (TPS) limbah B3, selanjutnya limbah B3 tersebut diolah
oleh pihak ketiga yang telah memiliki izin melalui pengumpul limbah B3 yang
berizin. Perusahaan juga berusaha mencari teknologi ramah lingkungan terkait
pengelolaan limbah B3 termasuk menerapkan produksi bersih (clean
production).

Bab I. Pendahuluan I-61


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Gambar 1.20. Lay Out Gudang TPS – Limbah B3

Gambar 1.21. Gudang TPS – Limbah B3 (Tampak Depan)

Bab I. Pendahuluan I-62


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

1 1
Tangki

Tempat Parkir

Workshop Bengkel
Trap
Oli 5
3

Gambar 1.22. Lay out workshop

Keterangan :
1 = Pos jaga
2 = kantor Administrasi = Sumur Pantau
3 = Bak Penampung
= Pagar Pengaman
4 = Fasilitas penyimpan Limbah B3
5 = Ruang Genset = Arus Kendaraan
= Saluran pembuangan

Spesifikasi Bangunan :
1) Sebagian workshop dindingnya tembok untuk tempat peralatan, sedangkan tempat service
tidak berdinding
2) Lantai bangunan tembok plester tidak retak
3) Lantai bagian dalam melandai turun kearah bak penampung dengan kemiringan maksimum
1%
4) Workshop dilengkapi 1 unit alat pemadam kebakaran

Workshop bengkel ini akan dilengkapi dengan apar, eye wasth, penangkal
petir, talang pemisah antara air hujan dan ceceran oli.
Prosedur penanganan minyak pelumas bekas ini mengacu kepada peraturan
yang dikeluarkan oleh Bapedal, yaitu Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
persyaratan Teknik Penyimpanan dan pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun serta pengelolaan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 101
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain Oli Bekas, accu bekas,
kemasan bekas dari oli. Penyimpanan limbah B3 dilakukan sebelum limbah B3
tersebut diolah/diserahkan pada pihak ketiga yang memiliki izin dengan segera.
Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya

Bab I. Pendahuluan I-63


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

limbah B3 ke lingkungan hidup sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan


lingkungan hidup dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya,
maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.
Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya
perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga dapat disimpan dengan aman.

Gambar 1.23. Sirkulasi Udara dalam ruang penyimpanan limbah B3

Gudang sementara penyimpanan limbah B3 terbuat dari dinding beton yang


dilengkapi dengan kawat. Untuk jenis oli bekas selain diolah oleh pihak ketiga
juga dimanfaatkan untuk pencampuran ANFO (Amonium Nitrat Fuel Oil) sebagai
material kegiatan peledakan (blasting). Rumah genset ini akan dilengkapi
dengan APAR, penutup telinga, penangkal petir, lobang pengambilan sampel
emisi udara pada cerobong asap dan oil trap. Untuk gudang TPS Limbah B3 agar
dilengkapi dengan penangkal petir, APAR, bel tanda bahaya, penerangan yang
cukup, papan nama TPS, papan SOP dan papan/book Nat stok LB3.

Gambar 1.24. Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3

Bab I. Pendahuluan I-64


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Selain limbah B3 yang dihasilkan, terdapat Limbah padat (limbah domestik) dari
hasil kegiatan rumah tangga base camp, kantor, bengkel, pengadaan
pembekalan, dan lain-lain akan dikumpulkan dan dibuang pada lokasi
pembuangan akhir yang akan ditentukan. Limbah domestik ini akan melakukan
pengelolaan dengan mengacu kepada PermenLHK No : P.68 Tahun 2016.
Pembuangan limbah padat domestik akan di buang ke TPS (tempat
penampungan sementara), akan menuju ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). PT.
Bumi Laksana Perkasa akan bekerja sama dengan pihak – pihak terkait masalah
limbah domestik.

h. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)


Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 1824
K/30/MEM/2018 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Masyarakat (PPM), setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang
pengelolaan sumber daya alam, maka perusahaan wajib menyusun program
rencana induk PPM, pihak perusahaan harus mempunyai kepedulian atau rasa
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
Sebagai wujud nyata kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat sekitar, maka perusahaan melakukan usaha-usaha agar
dampak sosial, ekonomi, dan budaya yang positif dari usaha pertambangan dapat
dimaksimalkan, sedangkan dampak negatifnya dapat diminimalkan. Salah satu
upaya yang akan dilakukan adalah dengan cara mengembangkan masyarakat di
sekitar usaha pertambangan yaitu berupa program terencana dan
berkesinambungan yang dijabarkan dan dilembagakan dalam bentuk program
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang di sesesuaikan dan
sejalan dengan program pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah setempat.
Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang dimaksud
berupa kegiatan pengembangan komunitas/masyarakat di sekitar areal tambang
PT. Bumi Laksana Perkasa yang diarahkan untuk memperbesar akses bagi
komunitas di sekitar usaha pertambangan untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan
usaha pertambangan. Diharapkan dengan adanya program ini, masyarakat di
sekitar usaha kegiatan pertambangan PT. Bumi Laksana Perkasa menjadi lebih
mandiri dan tidak bergantung pada keberadaan usaha pertambangan baik selama
perusahaan beroperasi maupun sesudah selesai. Dalam pelaksanaan program ini,
PT. Bumi Laksana Perkasa menyesuaikan dengan kebutuhan prioritas yang
dibutuhkan masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan dan anggaran yang
dimiliki oleh perusahan. Dengan penentuan strategi ini maka dalam pelaksanaannya
kelangsungan program dan kelangsungan hidup perusahaan dapat berjalan
beriringan. Rencana lokasi dampingan program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat (PPM) PT. Bumi Laksana Perkasa meliputi 7 (tujuh) desa yakni Desa
Bab I. Pendahuluan I-65
ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Benhes, Desa Diak Lay, Desa Dabeg (ring 1), Desa Jak Luay, Desa Karya Bhakti, Desa
Long Wehea dan Desa Muara Wahau, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Fokus program kerja PPM direncanakan mengacu pada BluePrint PPM Provinsi
Kalimantan Timur yang bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan
program pemerintah. Bentuk-bentuk kegiatannya adalah:
a. Pendidikan
Peningkatan kualitas pendidikan melalui pelatihan guru dan pendekatan
manajemen berbasis sekolah. Untuk pendidikan non formal, berupa
peningkatan pada pelatihan kejuruan, yaitu perbaikan otomotif, pengelasan,
keterampilan komputer, bahasa Inggris, dan perbaikan listrik. Kemudian, sektor
pendidikan informal juga menekankan pada pemberantasan buta huruf, dan
penguatan kelembagaan kelompok mitra. Selain itu, program pengembangan
masyarakat di bidang pendidikan juga meliputi pembangunan infrastruktur
pendidikan, pelatihan, bantuan peralatan pendidikan, perpustakaan serta
beasiswa. Biaya pelatihan untuk pendidikan yang disediakan oleh PT. Bumi
Laksana Perkasa sebesar RP. 284.000.000.
b. Kesehatan
Memberikan batuan kesehatan kepada masyarakat sekitar lokasi tambang
meliputi pemberantasan penyakit malaria, program kesehatan ibu dan anak, air
dan sanitasi, pencegahan TBC dan Penyakit Menular Seksual, pendirian
Posyandu dan Puskesmas, serta penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Biaya
kesehatan yang disediakan sebesar Rp. 170.328.600.
c. Tingkat Pendapatan Riil Atau Pekerjaan
Program perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat disekitar tambang dan menyediakan lapangan kerja yang
mengutamakan tenaga kerja masyarakat sekitar tambang sesuai dengan
kompetensi yang diperlukan oleh perusahaan PT. Bumi Laksana Perkasa.
Adapun rencana program menurut profesi yang akan direncanakan adalah
sebagai berikut:
1) Perdagangan
2) Perkebunan
3) Pertanian
4) Peternakan
5) Perikanan
6) Kewirausahaan
Alokasi dana yang disediakan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa sebesar Rp.
383.329.350.

Bab I. Pendahuluan I-66


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

d. Kemandirian Ekonomi
Upaya yang direncanakan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa untuk
meningkatkan usaha lokal sebagai motor pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Bantuan meliputi usaha jahit menjahit, pabrik paving block,
perbaikan bengkel, peralatan penggergajian, pertanian dan produk perikanan
dan Hortikultura meliputi berbagai buah-buahan, sayur-sayuran, madu dan
lain-lain, dan jasa kontrak termasuk pelatihan keterampilan keuangan mikro
dan pelatihan keterampilan usaha. Dana yang disediakan oleh PT. Bumi Laksana
Perkasa sebesar Rp. 212.910.750.
e. Bantuan Sosial dan Budaya
Bantuan Sosial Aspek lain dari bantuan PT. Bumi Laksana Perkasa kepada
masyarakat adalah bantuan langsung. Bantuan utama meliputi bantuan bagi
upaya penanggulangan musibah oleh pemerintah setempat, Keagamaan,
kegiatan kemasyarakatan dan budaya, pelatihan dan pendidikan, kegiatan
keagamaan, seminar dan konferensi, program LSM dan pengembangan usaha
kecil. PT. Bumi Laksana Perkasa akan membentuk kepanitia bantuan sosial
mencakup beberapa anggota manajemen PT. Bumi Laksana Perkasa,
Pemerintah Daerah dan Lembaga Kemasyarakatan. Bantuan sosial yang
dianggarkan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa sebesar Rp. 127.746.450.
f. Pembentukan kelembagaan komonitas masyarakat dalam menunjang
kemandirian PPM.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu unsur penting dalam
pengembangan masyarakat. PT. Bumi Laksana Perkasa berusaha
menumbuhkan partisipasi komunitas lokal dalam upaya pengembangan
masyarakatnya dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengelola sendiri sumber dayanya. Oleh karena itu, didirikanlah yayasan yang
dikelola oleh Perusahaan dengan melibatkan anggota masyarakat. Alokasi dana
yang disiapkan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa Rp. 42.582.150 dan
Rp. 56.776.200.
g. Pembangunan Infrastruktur Yang Menunjang PPM
Rencana pembangunan Infrastruktur dalam Program PT. Bumi Laksana
Perkasa meliputi:
1) Perbaikan jalan dan drainase,
2) Perbaikan dan Pembangunan gedung sekolah,
3) Pembangunan Klinik,
4) Bantuan pemasangan listrik, sarana air bersih, irigasi, pembangunan tempat
sampah dan pasar tradisional. Semua kegiatan infrastruktur dilakukan atas
kerja sama dengan masyarakat dan pemerintah setempat.
Pelaksanaan program-program PPM tersebut akan dikoordinasikan dengan
kepala desa, camat dan pemerintah setempat agar tepat sasaran, bermanfaat

Bab I. Pendahuluan I-67


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders) serta tidak tumpang


tindih dengan program pemerintah. Dalam penentuan program PPM yang
tepat sasaran, PT Bumi Laksana Perkasa dapat menjalin pula kerjasama dengan
para ahli terkait sehingga diperoleh pilihan-pilihan program yang lebih
berkelanjutan. Rencana biaya pembangunan infrastruktur yang disediakan oleh
PT. Bumi Laksana Perkasa sebesar Rp.141.940.500.

1.1.4. Tahap Pasca Operasi


a. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Lanjutan
Reklamasi lahan bekas tambang ditujukan untuk memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Pada tahap ini masih terdapat areal bekas tambang yang belum selesai direklamasi
atau direhabilitasi pada tahap operasi termasuk di dalamnya penanaman kembali
(revegetasi).
Metode pengelolaan lahan bekas tambang menggunakan metode gali-isi (back
fill), dengan maksud untuk meminimalisir luas bukaan lahan untuk kegiatan
penambangan dan lokasi penimbunan tanah penutup yang baru, sekaligus untuk
mempermudah pelaksanaan pengelolaan lahan bekas tambang. Jumlah void yang
akan dilakukan reklamasi seluas 2,3 Ha dengan 4 (empat) pengelolaannya:
a. Stabiltas Lereng
Stabilitas lereng bekas lubang tambang (void) akan diusahakan sesuai dengan
acuan stabilitas lereng dari data rekomendasi perencanaan geoteknik.
b. Pengamanan Lubang Bekas Tambang (Void)
Pengamanan lubang bekas tambang direncanakan yaitu dengan memberikan
penahan berupa batuan berdiameter ± 20 cm pada bagian dinding – dinding
atas.
c. Pemulihan dan Pemantauan Kualitas Air
Untuk menjaga kualitas air yang bersih dan agar bisa dimanfaatkan sesuai
peruntukannya yaitu dengan pemulihan dan pemantauan kualitas air.
d. Pemeliharaan Lubang Bekas Tambang (Void)
Pemeliharaan lubang bekas tambang tentunya akan selalu menjadi perhatian
bagi perusahaan.
Dilakukannya metoda penambangan seperti ini, diharapkan pelaksanaan
reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang dapat segera direalisasikan. Area
bekas tambang yang telah di-backfill dan penataan lahan kemudian di laksanakan
kegiatan penebaran tanah pucuk (top soil spreading).
Kegiatan penanaman diawali dengan menanam tanaman penutup tanah (cover
crop) pada area reklamasi dan area lereng yang bertujuan untuk mengurangi atau
mencegah kerusakan akibat erosi maupun longsor. Selain itu pada lokasi dengan
kelerengan terjal yang tidak memungkinkan dilakukan penanaman secara
konvensional, akan dilakukan penanaman dengan metode Hydroseeding, dengan

Bab I. Pendahuluan I-68


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

teknik ini diharapkan lahan yang terbuka karena kelerengan yang cukup tinggi
dapat ditutup dan erosi dapat ditekan menjadi serendah mungkin.
Secara keseluruhan terdapat 3 jenis tanaman yang akan ditanam secara
bertahap, yaitu :
a). Cover crops, yaitu tanaman penutup tanah yang dapat mengembalikan unsur
hara tanah berupa pengikatan Nitrogen tanah seperti jenis CM (Calopogonium
sp), CP (Centrosema pubescens), MP (Mucuna prurience), Seruni
(Chrysanthemum sp), dll
b). Fast growing species, yaitu tanaman yang memiliki kemampuan tumbuh
dengan cepat, yaitu : Wood trees (tanaman berkayu) : Gliricidia sp (gamal),
Samanea saman (Trembesi), Paraserianthes Falcataria (Sengon), Cassia siamea
(Johar), Enterolobium cyclocarpum (Sengon Buto).
c). Long Life Species lokal akan di lakukan setelah kondisi area sudah layak (iklim
mikro di bawah tajuk sudah ideal) untuk di lakukan pengayaan dengan tanaman
lokal (2 – 3 tahun dari waktu penanaman tanaman jenis Fast Growing sesuai
peruntukan lahan.
Semua jenis bibit tersebut diatas telah dikembangkan beberapa jenis di rumah
pembibitan (nursery) PT. Bumi Laksana Perkasa, kecuali benih tanaman penutup
(cover crop) yang masih dipasok dari luar. Beberapa langkah untuk persiapan
tanaman kayu dan tanaman lokal (Ulin, Kayu, Tengkawang, Cempedak, Durian
Hutan) :
1. Penetapan Jenis Tanaman yang akan ditanam
2. Jarak tanam dan ukuan lubang
3. Jenis dan dosis pupuk organik dan anorganik
4. Persiapan tanaman (pengajiran, pembuatan lubang, pupuk dasar)
5. Penanaman, perawatan dan penyulaman , dll
Penanaman tanaman pioneer menggunakan jarak tanam jarak tanam 4 X 4 atau
625 batang tanaman per hektar. Untuk mengatasi terhambatnya pertumbuhan awal
tanaman akibat pemadatan tanah dan kurangnya bahan organik, maka PT. Bumi
Laksana Perkasa menerapkan manajemen lubang tanam (hole management) yaitu
dengan membuat lubang tanam berukuran 40 X 40 X 40 cm (ruang minimal
pertumbuhan akar dan penyediaan makanan bagi tanaman) kemudian mengisi
dengan tanah gembur yang sudah dicampur dengan Pupuk dasar kompos atau
pupuk kandang (3 – 3,5) Kg dari campuran dan penambahan kapur dolomite untuk
mengontrol keasaman tanah/media tanam.
Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan berurutan dimulai dari kegiatan
untuk membebaskan tanaman dari gulma (piringan, tebas jalur), perbaikan struktur
tanah disekitar areal perakaran (dangir) dan pemberian unsur hara (pemupukan
jenis NPK, Green Farm, Urea, Dolomit). Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dua kali
dalam setahun dan pemupukan menggunakan pupuk organik lambat urai (slow
release), dimana dosis pemberian disesuaikan dengan umur tanaman. Pupuk

Bab I. Pendahuluan I-69


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

organik lambat urai (slow release) merupakan jenis pupuk yang mampu menjamin
ketersidaan nutrisi bagi tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama, contohnya
seperti ureacote. Penggunaan jenis pupuk tersebut dimaksudkan agar pemberian
unsur hara pada tanaman lebih optimal karena pelepasan unsur hara yang secara
bertahap dan terhindar dari pencucian unsur hara yang sering terjadi pada areal
reklamasi bekas tambang.
Kriteria vegetasi yang akan ditanam kembali dalam areal bekas penambangan
adalah vegetasi lokal yang mempunyai daya adaptasi tinggi, kecepatan
pertumbuhan yang tinggi, dan merupakan habitat yang disukai satwa serta
merupakan tanaman yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat
dan kawasan hutan tanaman industri. Vegetasi yang dianggap memenuhi kriteria
tersebut adalah Ulin, Kapur, Tengkawang, Cempedak, Durian Hutan, DLL..
Selanjutnya akan dikembangkan tanaman-tanaman lokal sesuai peruntukkan lahan
pascatambang.
b. Demobilisasi Alat
Dengan berakhirnya kegiatan penambangan batubara pada tahap pasca
operasi maka kegiatan demobilisasi alat (alat-alat berat) dari lokasi proyek ke luar
lokasi proyek akan dilakukan melalui jalan darat diangkut dengan menggunakan
mobil pengangkut khusus (trailer) yang melewati ruas jalan raya yang ada.
c. Rasionalisasi Tenaga Kerja
Berakhirnya operasional penambangan batubara, maka rasionalisasi tenaga
kerja akan dilakukan oleh PT. Bumi Laksana Perkasa sesuai peraturan yang berlaku
dengan berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sebelum
dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), PT. Bumi Laksana Perkasa akan
melakukan sosialisasi dan pelatihan keterampilan kepada tenaga kerja yang akan di
PHK. Dengan kegiatan tersebut diharapkan tenaga kerja dapat mandiri ataupun
mampu bekerja di tempat lain dengan pengetahuan tambahan yang diperolehnya.
PT. Bumi Laksana Perkasa akan memberikan uang pesangon sesuai dengan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.
d. Penutupan Tambang dan Penyerahan Lahan Bekas Tambang
Berakhirnya kegiatan penambangan pada tahap pasca operasi akan dilanjutkan
dengan kegiatan penutupan tambang yang meliputi pembongkaran fasilitas
tambang, reklamasi lahan bekas fasilitas tambang, pembongkaran fasilitas
penunjang, reklamasi lahan bekas fasilitas penunjang sesuai dengan rencana pasca
tambang yang telah disetujui. Adapun bangunan-bangunan prasarana dan sarana
dari perusahaan yang masih bisa digunakan akan diserahkan pengelolaannya
kepada Pemerintah Kabupaten Kutai Timur.
Program penutupan tambang PT. Bumi Laksana Perkasa merupakan suatu
proses kegiatan yang bertahap dan memerlukan integrasi yang saling berkaitan
dengan tujuan-tujuan lingkungan, sosial dan teknis.

Bab I. Pendahuluan I-70


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Penduduk desa yang terdapat dilingkungan PT. Bumi Laksana Perkasa,


merupakan masyarakat dengan mata pencaharian pokok adalah usaha pertanian,
perkebunan, peternakan dan lain sebagainya. Bagi kelompok masyarakat yang
memiliki kecenderungan akan menekuni bidang pertanian pangan dan perkebunan,
akan dikaitkan dengan ketersediaan sumberdaya lahan pada areal PT. Bumi Laksana
Perkasa disesuaikan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 8 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Pascatambang. Void yang tersisa
pada akhir tambang selain dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan perikanan, juga
dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan sarana olahraga dengan kajian
terlebih dahulu terkait baku mutu air dan faktor keamanan void. Penyerahan lahan
bekas tambang kepada pemerintah terutama status lahan KBK akan dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bab I. Pendahuluan I-71


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Peta 1.4. Peta Rona Akhir Tambang

Bab I. Pendahuluan I-72


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

1.2. Alternatif-alternatif Yang Akan Dikaji Dalam AMDAL


Studi AMDAL ini merupakan kajian kelayakan lingkungan hidup, yang merupakan
bagian dari kajian kelayakan secara komprehensif. Rencana kegiatan, selain layak secara
teknis dan ekonomis juga layak secara ekologis. Pada saat dilakukan kajian kelayakan
lingkungan hidup (AMDAL), kajian tekno dan ekonomi telah dibuat dan telah disetujui oleh
instansi terkait.

1.3. Ringkasan Dampak Penting Hipotetik yang Ditelaah/Dikaji


Tahap awal penentuan Dampak Penting Hipotetik adalah dengan melakukan
identifikasi dampak potensial dengan maksud untuk mengidentifikasi segenap dampak
lingkungan hidup yang secara potensial akan timbul sebagai akibat dari rencana kegiatan
pertambangan batubara dan fasilitas penunjangnya PT. Bumi Laksana Perkasa. Dampak
potensial ini diperoleh dari obervasi lapangan dan diskusi dengan masyarakat terutama
yang berkaitan dengan sosialisasi rencana kegiatan.
Selanjutnya melakukan evaluasi dampak potensial dengan tujuan untuk
menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak
penting, sehingga diperoleh daftar dampak penting hipotetik yang dipandang perlu dan
relevan yang ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL ini. Namun demikian dampak
yang dianggap tidak pentingpun dilakukan pengelolaan. Metode yang digunakan untuk
melakukan evaluasi dampak potensial ini adalah interaksi kelompok dalam Tim Studi
ANDAL dengan mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar, instansi
yang bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan terutama masukan-
masukan dari masyarakat pada saat sosialisasi rencana kegiatan.
Di bawah ini akan diuraikan evaluasi terhadap dampak potensial yang diprakirakan
menjadi dampak penting hipotetik, disajikan pada Tabel 1.25. Matriks evaluasi dampak
potensial disajikan pada Tabel 1.26.
Bagan alir pelingkupan rencana usaha dan/atau kegiatan kegiatan pertambangan
batubara dan fasilitas penunjangnya PT. Bumi Laksana Perkasa disajikan pada Gambar
1.25.

Bab I. Pendahuluan I-73


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Gambar 1.25. Bagan Alir Pelingkupan

Bab I. Pendahuluan I-74


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.25. Ringkasan Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang PT. Bumi Laksana
Perkasa

Bab I. Pendahuluan I-75


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.26. Matriks Evaluasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Penambangan


Batubara PT. Bumi Laksana Perkasa

Bab I. Pendahuluan I-96


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

1.4. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian


1.4.1. Batas Wilayah Studi
Penetapan batas wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi AMDAL
sesuai hasil pelingkupan dampak penting dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya,
waktu dan tenaga serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang berkepentingan.
Batas wilayah studi untuk studi AMDAL rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan
batubara PT. Bumi Laksana Perkasa, meliputi :
a. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan
melakukan kegiatan pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Dari ruang rencana
usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Berdasarkan kriteria tersebut batas proyek PT. Bumi Laksana Perkasa adalah seluas 11,330 ha
yang berada di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
b. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara) dan atau menurut timbulnya
kerusakan sumberdaya alam, dimana proses-proses alami yang berlangsung di dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah
ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak
terhadap kegiatan penambangan batubara. Batas ekologis air didasarkan pada aliran Sungai
Telen, Sungai Sual dan Sungai Embung sebagai batas satuan ekologis perairan dan darat.
Untuk batas ekologis dengan asumsi terjadinya perubahan mendasar di lokasi sungai dengan
jarak 8 km sampai ke hilir dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan.
Sedangkan untuk perubahan kualitas udara diprakirakan sekitar 500 m dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.
c. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha/dan atau kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial) sesuai dengan proses dinamika sosial
ekonomi dan budaya suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan atau kegiatan. Batas sosial rencana
usaha dan/atau kegiatan penambangan batubara PT. Bumi Laksana Perkasa adalah Desa
Benhes, Desa Diak Lay dan Desa Dabeg Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur.
Pemukiman penduduk terdekat dengan rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan
diperkirakan 3,9 km.
d. Batas Administratif
Yang dimaksud batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa

Bab I. Pendahuluan I-97


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam ruang tersebut. Secara administrasi lokasi wilayah studi
termasuk wilayah Desa Benhes, Desa Diak Lay dan Desa Dabeg, Kecamatan Muara Wahau
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
e. Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi adalah kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun penentuannya
disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data,
seperti waktu, biaya, tenaga, teknik dan metode telaahan. Dengan demikian, ruang lingkup
wilayah studi memang bertitik tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegiatan,
kemudian diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif yang lebih luas.
Adapun Peta Batas Wilayah Studi rencana usaha dan/kegiatan penambangan batubara PT.
Bumi Laksana Perkasa disajikan pada Peta 1.5. berikut.
1.4.2. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak
dalam kajian ANDAL ini dan juga merupakan batas waktu dalam melakukan penentuan terjadinya
perubahan rona lingkungan hidup tanpa adanya kegiatan dengan adanya perubahan rona
lingkungan hidup akibat adanya rencana usaha dan/kegiatan penambangan batubara PT. Bumi
Laksana Perkasa adalah ditetapkan selama jangka waktu usaha dan/kegiatan penambangan
batubara PT. Bumi Laksana Perkasa berlangsung yang terdiri dari atas 4 (empat) tahapan
kegiatan yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi yang diprakirakan
selama 15 (lima belas) tahun dari Tahun 1 hingga Tahun 15. Penentuan batas waktu ini dimasa
datang mungkin terjadi perubahan kondisi lingkungan hidup maupun aspek kegiatan yang
mendasar yang dapat menyebabkan analisis dampak lingkungan hidup saat ini tidak relevan lagi.

Bab I. Pendahuluan I-98


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Tabel 1.27. Batas Waktu Kajian


Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
Tahap Pra Konstruksi
1. Sosialisasi Persepsi dan sikap Perubahan persepsi DPH a. Desa Benhes, Desa Tahun 2019
Rencana masyarakat dan sikap Diaklay, Desa
Kegiatan masyarakat Dabeg Kec. Muara
Wahau
b. Lokasi tapak proyek
2. Pembebasan Kesempatan / Terbukanya DPH c. Desa Benhes, Desa Tahun 2019
Lahan dan Izin Peluang Berusaha Peluang berusaha Diaklay, Desa hingga Tahun
Pinjam Pakai Dabeg Kec. Muara 2022
Kawasan Wahau
Lokasi tapak proyek
Status pengelolaan Perubahan persepsi DPH a. Desa Benhes, Desa Tahun 2019
lahan oleh dan sikap Diaklay, Desa hingga Tahun
masyarakat dan masyarakat Dabeg Kec. Muara 2022
Status Kawasan Wahau
(Tata Ruang) b. Lokasi tapak proyek
Konflik sosial Timbulnya potensi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2019
konflik Diaklay, Desa Dabeg hingga Tahun
Kec. Muara Wahau 2022

3. Penerimaan Kesempatan kerja Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Diperkirakan


Tenaga Kerja kesempatan kerja Diaklay, Desa Dabeg Tahun 2020,
Kec. Muara Wahau namun
menyesuaikan
dengan kegiatan
operasional.
Pendapatan Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Diperkirakan
masyarakat dan pendapatan Diaklay, Desa Dabeg Tahun 2020 dan
pekerja pekerja/masyarakat Kec. Muara Wahau sepanjang
tenaga kerja
yang terlibat
masih bekerja
pada PT. Bumi
Laksana Perkasa
Persepsi dan sikap Perubahan persepsi DPH Desa Benhes, Desa Diperkirakan
masyarakat dan sikap Diaklay, Desa Dabeg Tahun 2020 dan
masyarakat Kec. Muara Wahau pada tahun
berikutnya jika
ada penerimaan
tenaga kerja
Potensi Konflik Timbulnya konflok DPH Desa Benhes, Desa Diperkirakan
Diaklay, Desa Dabeg Tahun 2020 dan
Kec. Muara Wahau pada tahun
berikutnya jika
ada penerimaan
tenaga kerja
Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Lalulintas Gangguan lalulintas DPH Sepanjang jalan yang Tahun 2020
Peralatan umum dilalui saat kegiatan
mobilisasi
2. Pembukaan Kualitas udara Penurunan kualitas Disimpulkan
lahan Non ambien dengan udara ambien tidak DPH
tambang parameter debu

Bab I. Pendahuluan I-99


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)

Kebisingan Meningkatnya Disimpulkan


kebisingan tidak DPH

Vegetasi/Flora Hilangnya vegetasi Disimpulkan


Darat /flora darat penutup tidak DPH
lahan
Fauna Darat Terganggunya Disimpulkan
fauna darat/satwa tidak DPH
liar
Debit aliran Peningkatan Debit DPH Lokasi pembangunan Tahun 2020
permukaan Aliran Permukaan prasarana dan sarana hingga Tahun
(run-off) 2021
Erosi tanah Peningkatan laju Disimpulkan
erosi Tanah tidak DPH
Sedimentasi Peningkatan Disimpulkan
Sedimentasi tidak DPH
Kualitas air Penurunan kualitas Disimpulkan
permukaan air permukaan tidak DPH
Biota perairan Terganggunya biota Disimpulkan
perairan tidak DPH
3. Pembangunan Kesempatan kerja Meningkatanya DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Prasarana dan kesempatan kerja Diaklay, Desa Dabeg hingga Tahun
Sarana Kec. Muara Wahau 2021
Penunjang

Peluang berusaha Meningkatanya DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020


peluang berusaha Diaklay, Desa Dabeg hingga Tahun
Kec. Muara Wahau 2021
Pendapatan Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
masyarakat pendapatan Diaklay, Desa Dabeg hingga Tahun
pekerja/masyarakat Kec. Muara Wahau 2021
Tahap Operasi
1. Pembukaan Kualitas udara Penurunan kualitas Disimpulkan
dan ambien dengan udara ambien tidak DPH
Pembersihan parameter debu
Lahan
Tambang
Kebisingan Meningkatnya Disimpulkan
Kebisingan tidak DPH
Flora darat Hilangnya flora DPH a. Lokasi Tahun 2020
darat Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil
Keberadaan fauna Terganggunya DPH a. Lokasi Tahun 2020
darat fauna darat Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)

Bab I. Pendahuluan I-100


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
b. Disposal Area dan
Top Soil
Debit aliran Peningkatan debit DPH a. Lokasi Tahun 2020
permukaan aliran permukaan Penambangan (Pit hingga Tahun
(run-off) Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil
Erosi tanah Peningkatan laju DPH a. Lokasi Tahun 2020
erosi tanah Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil
Sedimentasi Peningkatan DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
sedimentasi Embung dan Sungai hingga Tahun
Sual 2024
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
permukaan air permukaan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2024
Biota Perairan Terganggunya biota DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
perairan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2024
2. Pengupasan Kualitas udara Penurunan kualitas DPH a. Lokasi Tahun 2020
Tanah Pucuk ambien dengan udara ambien Penambangan (Pit hingga Tahun
(Top Soil) parameter debu Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Top Soil Area
Kebisingan Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2020
kebisingan Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Top Soil Area
Debit aliran Peningkatan Debit DPH a. Lokasi Tahun 2020
permukaan Aliran Permukaan Penambangan (Pit hingga Tahun
(run-off) Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Top Soil Area
Erosi tanah Peningkatan laju DPH a. Lokasi Tahun 2020
erosi tanah Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2024
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Top Soil Area
Sedimentasi Peningkatan DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
Sedimentasi Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2024
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
permukaan dengan air permukaan Sual dan Sungai hingga Tahun
parameter Embung 2024

Bab I. Pendahuluan I-101


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
kekeruhan TDS dan
TSS.
Kesuburan tanah Penurunan DPH Top Soil Area Tahun 2020
kesuburan tanah hingga Tahun
2024
Biota perairan Terganggunya biota DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
perairan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2024
Kesehatan Gangguan DPH a. Tapak proyek Tahun 2020
masyarakat kesehatan b. Permukiman hingga Tahun
masyarakat terdekat (Desa 2024
Benhes, Desa
Diaklay dan Desa
Dabeg)
3. Penggalian, Kualitas udara Penurunan kualitas DPH a. Lokasi Tahun 2020
Pengangkuta ambien dengan udara ambien Penambangan (Pit hingga Tahun
n dan parameter debu Sayap Timur, Pit 2034 (selama 15
Penimbunan Sayap Tengah dan tahun)
Tanah Pit Sayap Barat)
Penutup b. Disposal Area
Kebisingan Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2020
kebisingan Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2034 (selama 15
Sayap Tengah dan tahun)
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area
Getaran Tingkat getaran DPH Lokasi Penambangan Tahun 2020
(Pit Sayap Timur, Pit hingga Tahun
Sayap Tengah dan Pit 2034 (selama 15
Sayap Barat) tahun)
Bentang lahan Perubahan bentang DPH a. Lokasi Tahun 2020
lahan Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2034 (selama 15
Sayap Tengah dan tahun)
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area
Debit aliran Peningkatan Debit Disimpulkan
permukaan Aliran Permukaan tidak DPH
(run-off)
Erosi tanah Peningkatan laju Disimpulkan
erosi tanah tidak DPH
Sedimentasi Peningkatan DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
Sedimentasi Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2034 (selama 15
tahun)
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
permukaan air permukaan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2034 (selama 15
tahun)
Kesehatan Gangguan DPH a. Tapak proyek Tahun 2020
masyarakat kesehatan b. Permukiman hingga Tahun
masyarakat terdekat (Desa 2034 (selama 15
Benhes, Desa tahun)
Diaklay dan Desa
Dabeg)

Bab I. Pendahuluan I-102


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
4. Penambanga Kualitas udara Penurunan kualitas DPH Lokasi Penambangan Tahun 2020
n dan ambien udara ambien (Pit Sayap Timur, Pit hingga Tahun
Pengangkuta Sayap Tengah dan Pit 2034 (selama 15
n Batubara Sayap Barat) tahun)
Kebisingan Peningkatan DPH Lokasi Penambangan Tahun 2020
Kebisingan (Pit Sayap Timur, Pit hingga Tahun
Sayap Tengah dan Pit 2034 (selama 15
Sayap Barat) tahun)
Debit aliran Peningkatan Debit Disimpulkan
permukaan Aliran Permukaan tidak DPH
(run-off)
Erosi tanah Laju erosi tanah Disimpulkan
tidak DPH
Sedimentasi Peningkatan Disimpulkan
Sedimentasi tidak DPH
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
permukaan air permukaan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2034 (selama 15
tahun)
Lalulintas Gangguan laulintas DPH Lokasi penambangan, Tahun 2020
Pemukiman Penduduk hingga Tahun
terdekat (Desa Benhes) 2034 (selama 15
dan Pengguna Jalan tahun)
Blok Perkebunan
Kelapa Sawit
Biota Perairan Terganggunya biota DPH Sungai Telen, Sungai Tahun 2020
perairan Sual dan Sungai hingga Tahun
Embung 2034 (selama 15
tahun)
Persepsi dan Sikap Timbulnya Persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Masyarakat dan Sikap Positif Diaklay, Desa Dabeg hingga Tahun
Masyarakat Kec. Muara Wahau 2034 (selama 15
tahun)
Kesehatan Gangguan DPH a. Tapak proyek Tahun 2020
masyarakat kesehatan b. Permukiman hingga Tahun
masyarakat terdekat (Desa 2034 (selama 15
Benhes, Desa tahun)
Diaklay dan Desa
Dabeg)
5. Pengolahan Kualitas udara Penurunan kualitas DPH ROM Stockpile Tahun 2020
dan ambien udara ambien hingga Tahun
Penimbunan 2034 (selama 15
Batubara tahun)
Kebisingan Peningkatan DPH ROM Stockpile Tahun 2020
kebisingan hingga Tahun
2034 (selama 15
tahun)
Kualitas air Penurunan kualitas DPH Sungai disekitar lokasi Tahun 2020
permukaan air permukaan kegiatan (Sungai hingga Tahun
Embung) 2034 (selama 15
tahun)
Peningkatan PAD Peningkatan DPH Kab. Kutai Timur Tahun 2020
dan PDRB Pendapatan Daerah hingga Tahun
dan PDRB 2034 (selama 15
tahun)

Bab I. Pendahuluan I-103


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
6. Reklamasi Bentang lahan Perubahan bentang DPH a. Lokasi Tahun 2021
dan lahan Penambangan (Pit hingga Tahun
Revegetasi Sayap Timur, Pit 2034
Lahan Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil Area
Flora Darat Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2021
struktur dan Penambangan (Pit hingga Tahun
tegakan Sayap Timur, Pit 2034
vegetasi/flora darat Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil Area
Fauna Darat Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2021
populasi satwa liar Penambangan (Pit hingga Tahun
atau fauna darat Sayap Timur, Pit 2034
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area dan
Top Soil Area
Kesuburan tanah Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2021
kesuburan tanah Penambangan (Pit hingga Tahun
Sayap Timur, Pit 2034
Sayap Tengah dan
Pit Sayap Barat)
b. Disposal Area
Kesempatan Meningkatnya DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2021
berusaha kesempatan Diaklay dan Desa hingga Tahun
berusaha Dabeg Kec. Muara 2034
Wahau
Pendapatan Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2021
masyarakat Pendapatan Diaklay dan Desa hingga Tahun
Masyarakat Dabeg Kec. Muara 2034
Wahau
Persepsi dan sikap Perubahan persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2021
masyarakat dan sikap Diaklay dan Desa hingga Tahun
masyarakat Dabeg Kec. Muara 2034
Wahau
7. Kegiatan Limbah B3 Peningkatan limbah DPH Lokasi Kegiatan Tahun 2020
Perbengkelan B3 Perbengkelan dan hingga Tahun
dan Genset Genset 2034 (selama 15
tahun)
8. Program Kesempatan Meningkatnya DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Pengembang Berusaha Kesempatan Diaklay dan Desa hingga Tahun
an dan Berusaha Dabeg Kec. Muara 2034 (selama 15
Pemebrdayaa Wahau tahun)
n Masyarakat
(PPM)
Prasarana dan Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Sarana Umum Prasarana dan Diaklay dan Desa hingga Tahun
Sarana Umum Dabeg Kec. Muara 2034 (selama 15
Wahau tahun)

Pendapatan Peningkatan DPH Kab. Kutai Timur Tahun 2020

Bab I. Pendahuluan I-104


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
Daerah dan PDRB Pendapatan Daerah hingga Tahun
dan PDRB 2034 (selama 15
tahun)
Persepsi dan Sikap Perubahan Persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2020
Masyarakat dan Sikap Diaklay dan Desa hingga Tahun
Masyarakat Dabeg Kec. Muara 2034 (selama 15
Wahau tahun)
Potensi Konflik Timbulnya Timbulnya DPH Desa Benhes,
potensi Desa Diaklay,
konflik Desa Dabeg Kec.
Muara Wahau

Tahap Pasca Operasi


1. Reklamasi Flora Darat Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2034
dan struktur dan Penambangan (Pit (Akhir
Revegetasi tegakan Sayap Timur, Pit Penambangan)
Lahan vegetasi/flora darat Sayap Tengah dan Dan
Lanjutan Pit Sayap Barat) Tahun 2035 s/d
b. Disposal Area dan tahun 2037
Top Soil Area (pemeliharaan
tanaman melalui
pemantauan
secara berkala
selama 3 tahun
setelah
penambangan
berakhir)
Fauna Darat Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2034
populasi satwa liar Penambangan (Pit (Akhir
atau fauna darat Sayap Timur, Pit Penambangan)
Sayap Tengah dan Dan
Pit Sayap Barat) Tahun 2035 s/d
b. Disposal Area dan tahun 2037
Top Soil Area (pemeliharaan
tanaman melalui
pemantauan
secara berkala
selama 3 tahun
setelah
penambangan
berakhir)
Kesuburan Tanah Peningkatan DPH a. Lokasi Tahun 2034
Kesuburan Tanah Penambangan (Pit (Akhir
Sayap Timur, Pit Penambangan)
Sayap Tengah dan Dan
Pit Sayap Barat) Tahun 2035 s/d
b. Disposal Area dan tahun 2037
Top Soil Area (pemeliharaan
tanaman melalui
pemantauan
secara berkala
selama 3 tahun
setelah
penambangan
berakhir)

Bab I. Pendahuluan I-105


ANDAL Kegiatan Pertambangan Batubara dan Fasilitas Penunjang
PT. Bumi Laksana Perkasa

Dampak
Komponen Pelingkupan
Sumber Penting Batas Waktu
No Lingkungan Pelingkupan Wilayah Studi
Dampak Hipotetik Kajian
Terkena Dampak Dampak Potensial
(DPH)
Kesempatan Meningkatnya DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2034
berusaha Kesempatan Diaklay dan Desa (Akhir
Berusaha Dabeg Kec. Muara Penambangan)
Wahau Dan
Tahun 2035 s/d
tahun 2037
(pemeliharaan
tanaman melalui
pemantauan
secara berkala
selama 3 tahun
setelah
penambangan
berakhir)
Ekonomi Peningkatan DPH Desa Benhes, Desa Pada Akhir
Masyarakat Pendapatan Diaklay dan Desa Penambangan
Masyarakat Dabeg Kec. Muara (Pasca Tambang)
Wahau
Persepsi dan sikap Perubahan Persepsi DPH Desa Benhes, Desa Pada Akhir
Masyarakat dan Sikap Diaklay dan Desa Penambangan
Masyarakat Dabeg Kec. Muara (Pasca Tambang)
Wahau
2. Demobilisasi Lalulintas umum Gangguan lalulintas DPH Sepanjang jalan pada Tahun 2036
Alat umum saat kegiatan
demobilisasi
3. Rasionalisasi Kesempatan kerja Hilangnya DPH a. Karyawan PT. Bumi Tahun 2036
Tenaga Kerja Kesempatan kerja Laksana Perkasa (Akhir
b. Desa Benhes, Desa Penambangan)
Diaklay dan Desa
Dabeg
Kesempatan Menurunnya Disimpulkan
berusaha kesempatan tidak DPH
berusaha
Pendapatan Menurunnya DPH a. Karyawan PT. Bumi Tahun 2036
masyarakat/pekerja Pendapatan Laksana Perkasa (Akhir
pekerja/masyarakat b. Desa Benhes, Desa Penambangan)
Diaklay dan Desa
Dabeg
Persepsi dan sikap Perubahan persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2035 s/d
masyarakat dan sikap Diaklay dan Desa 2036 (Akhir
masyarakat Dabeg Kec. Muara Penambangan)
Wahau
4. Penutupan Persepsi dan sikap Perubahan persepsi DPH Desa Benhes, Desa Tahun 2036
Tambang dan masyarakat dan dan sikap Diaklay dan Desa hingga Tahun
Penyerahan pemerintah masyarakat Dabeg Kec. Muara 2037 (setelah
Lahan Bekas Wahau penambangan
Tambang berakhir)

Bab I. Pendahuluan I-106

Anda mungkin juga menyukai