Anda di halaman 1dari 30

i

LAPORAN KERJA PRAKTEK

STUDI SISTEM PENAMBANGAN NIKEL LATERIT PADA


PT. TAMBANG BUMI SULAWESI (TBS), DESA
PONGKALAERO, KECAMATAN KABAENA SELATAN, KABUPATEN
BOMBANA
3 APRIL – 24 APRIL 2019

OLEH :

MUH. AKBAR IDRIS


R1D1 15 063

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

STUDI SISTEM PENAMBANGAN NIKEL LATERIT PADA


PT. TAMBANG BUMI SULAWESI (TBS), DESA
PONGKALAERO, KECAMATAN KABAENA SELATAN, KABUPATEN
BOMBANA
3 APRIL – 24 APRIL 2019

Oleh :

MUH. AKBAR IDRIS

R1D115063

Kendari, April 2019

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Pembimbing Lapangan

Erwin Anshari,S.Si.,M.Eng Erwin


NIP:198806282015041001 NIK: MP/ TBS/009

ii
iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
limpahan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini berjudul “Studi Sistem
Penambangan Nikel Laterit, pada PT. Tambang Bumi Sulawesi (TBS)” yang
disusun sebagai prasyarat untuk melulusi mata kuliah Kerja Praktek.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat
beberapa kesulitan serta hambatan.Namun berkat dukungan, motivasi serta
bantuan dari berbagai pihak sehinga hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena
itu, dengan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Erwin Anshari,S.Si.,M.Engselaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Halu Oleo
2. Bapak Wahab, S.Si., MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Halu Oleo
3. Bapak Zulkifli Suleman, ST selaku Kepala Teknik Tambang PT. Tambang
Bumi Sulawesi
4. Bapak Erwin, dan Bapak Alfon selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan arahan dan masukkan kepada penulis.
5. Bapak Asri , Bapak Ajun yang telah memberikan arahan dan masukkan
kepada penulis dalam melaksanakan Kerja Praktek
6. Seluruh Karyawan, serta Staff PT. Tambang Bumi Sulawesi, atas segala
bantuan dan dukungannya selama proses kegiatan Kerja Praktek.
7. Ucapan terima kasih pula kepada pihak-pihak terkait lainnya yang telah
banyak membantu baik itu untuk pelaksanaan Kerja Praktek maupun
dalam penyelesaian laporan Kerja Praktek.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,

iii
iv

kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat dibutuhkan demi
menyempurnakan laporan ini khususnya bagi pribadi penulis.

Kabaena, April 2019

Penulis,

iv
v

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL..........................................................................................i
LEMBARPENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek.....................................................2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................3
2.1 Endapan Nikel Laterit ........................................................................3
2.2 Profil Endapan Nikel Laterit................................................................6
2.2.1 Lapisan Tanah Penutup......................................................................6
2.2.2 Zona limonit....................................................................................6
2.2.3 Zona Saprolit..................................................................................6
2.2.4 Bedrock..........................................................................................7
BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN............................................8
3.1 Profil Perusahaan.....................................................................................8
 Visi dan Misi Perusahaan..........................................................8
 Tujuan Utama ...........................................................................9
3.2 Lokasi Kesampaian Daerah......................................................................9
3.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktek..............................................................10
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................11
4.1 Metode.................................................................................................11
4.2 Hasil.....................................................................................................11
4.2.1 Pengupasan Tanah Penutup (OB)...........................................................11
4.2.2 Kegiatan Ore Getting...............................................................................12

v
vi

4.2.3 Pemuatan dan Pengangkutan...................................................................13


4.2.4 Proses Preparasi sampel...........................................................................16
 Pengerjaan SampelProduksi...........................................16
4.2.5Pemuatan dan Pengangkutan di Tongkang...............................................20
BAB V PENUTUP..........................................................................................21
5.1 Kesimpulan...................................................................................215.2
Saran...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

vi
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi PT. Tambang Bumi Sulawesi..................................9


Gambar 3.2Peta Pembagian Blok...................................................................10
Gambar 4.1Kegiatan OB Removal di Front Penambangan............................11
Gambar 4.2Kegiatan Ore Getting di Front Penambangan..............................12
Gambar 4.3Kegiatan Pengambilan Sampel SSM............................................13
Gambar 4.4 Kegiatan Pemuatan Ore ke Dump Truck di Pit...........................14
Gambar 4.5 Kegiatan Hauling.........................................................................14
Gambar 4.6Cheker sedang mencatat waktu edar untuk setiap DT.................15
Gambar 4.7Pengambilan sampel di Stockpile................................................15
Gambar 4.8Sampel Produksi...........................................................................17
Gambar 4.9 Sampel Produksi si tuang ke ayakan...........................................17
Gambar 4.10Pembuatan matriks 4x5..............................................................17
Gambar 4.11 Proses Oven...............................................................................18
Gambar 4.12Pengayakan sampel sebelum dikemas ke mini pulp.................18
Gambar 4.13Sampel setelah diayak menggunakan Mesh 200........................18
Gambar 4.14Sampel yang telah siap dianalisis kadar Ni dan Fe nya.............19
Gambar 4.15Proses analisa Kadar Ni dan Fe untuk setiap mini pulp.............19
Gambar 4.16Kegiatan Pemuatan Ore ke Dump Truck...................................20
Gambar 4.17 Kegiatan Blending di Tongkang...............................................20

vii
viii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nikel merupakan salah satu hasil tambang yang digunakan untuk bahan
campuran logam-logam bukan besi, baja tahan karat, baja jenis lain, pelapis
logam-logam, campuran tahan listrik dan suhu tinggi, besi tuang, katalisator,
keramik, magnet dan sebagainya, sedangkan laterit berasal dari bahasa latin yaitu
later, yang artinya bata. Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil pelapukan
lateritic batuan ultramafik yang mengandung Ni dengan kadar tinggi. Proses ini
berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di
permukaan bumi.
Pertambangan merupakan suatu kegiatan pengambilan endapan mineral
berharga dari dalam kulit bumi, baik penggaliannya dilakukan di permukaan
maupun di bawah permukaan.Mengingat bahan galian yang diambil merupakan
kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui dan karena terjadinya suatu endapan
bahan galian memerlukan waktu yang cukup lama, maka dalam pemanfaatannya
diusahakan semaksimal mungkin.PengolahanBahanGalian adalah kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kadar atau mempertinggi mutu bahan galian yang
dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan
atau sebagai bahan baku untuk industri lain.Keuntungan lain dari kegiatan ini
adalah mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga dapat mengurangi
ongkos pengangkutan.
Kegiatan Kerja Praktek yang dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana
kegiatan sistem penambangan yang terjadi di PT. Tambang Bumi
Sulawesi.dimana dimulai dari tahapPengupasan Overburden, Pengambilan
Ore,Tahap Preparasi Sampel, hingga Pengapalan

viii1
2ix

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akandibahas
dalam Kerja Praktek iniyaitu bagaimana sistempenambangannya bijih nikel yang
ada pada PT. Tambang Bumi Sulawesi ?
1.3 Tujuan & Manfaat Kerja Praktek
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan Kerja Praktek ini adalahuntuk
mengetahui bagaimana sistempenambangannya bijih nikel yang ada pada PT.
Tambang Bumi Sulawesi.

Adapun Manfaat yang diharapkan dari kegiatan Kerja Praktek ini adalah
sebagai berikut :
1. Menambah pemahaman dan pengetahuan dalam proses penambangan
bijih nikel..
2. Memperoleh ilmu dan pengalaman nyata tentang kondisi suatu industri
baik manajemen, sarana fisik, maupun peralatan yang digunakan secara
praktis.

ix
x

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Endapan Nikel Laterit


Nikel terbentuk dari batuan yang berkomposisi kimia basa atau dikenal juga
sebagai batuan peridotit.Berdasarkan teori tektonik lempeng, daerah yang banyak
batuan peridotit terutama di zona tumbukan lempeng benua dan samudera.
Melalui proses pelapukan, batuan ultrabasa mengurai dalam bentuk mineral yang
terlarut (koloid) seperti (magnesium, besi, nikel, kobalt, silikat, dan magnesium
oksida) dan tidak terlarut (residu) seperti (besi, aluminium, mangan, sebagian
nikel, sebagian kobalt, berbagai oksida dan senyawa nikel kobalt).
Jenis sifat dan komposisi mineral laterit sangat tergantung dari batuan
asalnya misalnya lateritic bauksit sebagai bahan dasar pembuatan aluminium
berasal dari pelapukan batuan granit, sedangkan lateritic nikel berasal dari hasil
pelapukan batuan ultrabasa, peridotit, yang secara umum terbentuk di dalam jalur
tektonik di kawasan benua (Sudrajat A,1999).
Evans (1989) pernah menyatakan bahwa kebanyakan laterit terbentuk dari
batuan yang kaya akan besi seperti hematite dan geothit yang berwarna merah,
kuning atau coklat. Tanah Laterit mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Reaksi tanah masam,
2. Kadar lempung meningkat
3. Kejenuhan basa dan kapasitas pertukaran kation rendah,
4. Mineral dapat lapuk rendah
5. Kadar bahan organik taah sangat rendah.
Laterit terutama terdapat di wilayah beriklim tropis dan subtropik yang
memiliki suhu tinggi dan curah hujan yang cukup. Akibatnya laterit banyak
ditemukan di Brasil, Filipina, India, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan
Indonesia (daerah Sulawesi Tenggara) serta beberapa wilayah lain yang memiliki
iklim tropis dan subtropis.

x
xi

xi
4

Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan


ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung
olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil
dan mudah mengalami proses pelapukan. Faktor kedua sebagai media transportasi
Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal
dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai mineral-mineral yang terkandung
dalam batuan harzburgit tersebut. Kandungan olivin, piroksen, magnesium silikat,
besi, nikel dan silika akan terurai dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan
yang telah terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa dengan oksida dan
mengendapsebagaiferro hidroksida.
Menurut Ahmad (2006) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan deposit nikel laterit, antara lain :
a. Batuan Induk. Adanya batuan induk merupakan syarat utama untuk
terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan
ultrabasa. Dalam hal ini pada batuan ultrabasa tersebut : terdapat elemen Ni
yang paling banyak diantara batuan lainnya, mempunyai mineral-mineral
yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin,
mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan
lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
b. Iklim. Pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis,
dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah
proses atau reaksi kimia pada batuan.
c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen
kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu
mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang
peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus
menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan dan erat
kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan
5

mengakibatkan : penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan
mengikuti jalur akar pohon-pohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak,
humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana
hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat
berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
d. Struktur yang sangat dominan adalah struktur kekar (joint) dibandingkan
terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai
porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat
sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan
masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
e. Topografi. setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-
reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan
sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan
sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur
lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan
kurang intensif.
f. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
Nikel laterit mempunyai keterbatasan untuk diproses prekonsentrasi secara
konvensional, seperti dense media separation, gravity separation, magnetic
separation, electrostatic separation, roasting, maupun flotasi. Tidak satupun di
antara proses tersebut yang dinilai mampu memberikan nilai tambah yang
potensial jika dihitung dan dibandingkan terhadap modal yang harus dikeluarkan
untuk operating dan investment cost(Quast). Proses rekoveri pada bijih nikel
laterit sangat sulit dikarenakan sifat mineraloginya yang kompleks serta
keterbatasan teknologi yang telah ada saat ini (Canterford). Beberapa penelitian
telah dilakukan untuk mengolah nikel laterit menjadi logamnya dengan
6

menggunakan beberapa variasi proses yaitu: variasi jenis reduktor, aditif,


temperatur reduksi(Altin, 2011).
2.2 Profil endapan Nikel Laterit
2.2.1 Lapisan Tanah Penutup
Lapisan tanah penutup atau top soil biasanya disebut
ironcapping,merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik
lainnya.Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur.Kadar
nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam dalam penambangan.
Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua,
merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai
kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-
mineral hematite, chromiferous.Tanah residu berwarna merah tua yang
merupakan hasil oksidasi yang terdiri dari masa hemati, geotit, dan limonit. Kadar
besi yang terkandung sangat tinggi dengan kelimpahan unsur Ni yang sangat
rendah.
2.2.2 Zona Limoit
Zona limonit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan seperti geothit, dan
magnetit.Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. dalam limonit dapat dijumpai
adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil.
Kemunculan bongkah-bongkah batuanbeku ultrabasa pada zona ini tidak dominan
atau hamper tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa
telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas
2.2.3 Zona Saprolit
Zona Saprolit adalah lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa
bongkah-bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur
dan tekstur batuan asal masih terlihat.Pada zona menajdi zona pengayaan unsure
Ni. Komposisinya berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit
dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m.
kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan pada pada rekahan-rekahan
7

batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierite. Bongkah


batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan Mgo yang
tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus,
limonit, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, dan
mangan.
2.2.4 Bedrock
Batuan dasar (Bedrock) merupakan bagian terbawah dari profil laterit.
Tersusun atas atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan
dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam
sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan
asal dari nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu
hazburgit dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%,
garnierite minor dan silica >35% (Endarto D, 2015)
8

BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil Perusahaan


PT. Tambang Bumi Sulawesi didirikan berdasarkan Akta Notaris Asbar
Imran, SH pada tanggal 15 Mei 2007 yang berkedudukan di Kendari dan
selanjutnya disyahkan oleh menkumham Nomor : AHU-04047.AH.01.01. Tahun
2008 dengan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham oleh Notaris R.
Johanes Sarwono, SH yang berkedudukan di Jakarta No. 17 tanggal 9 Agustus
2012 dalam mendapatkan pengesahan MENKUMHAM No.AHU-
13284.AH.01.02.Tahun 2013 tentang Persetujuan Anggaran Dasar Perseroan
tanggal 15 Maret 2013.
 Visi dan Misi Perusahaan
PT. Tambang Bumi Sulawesi selaku pemegang IUP Operasi Produksi bjih
Nikel menjadi perusahaan yang handal dan professional dalam menjalankan
kegiatan usaha pertambangan dan akan tumbuh secara menguntungkan sebagai
penghasil bijih nikel yang dapat diandalkan.
Kami memiliki komitmen kepada:
 Karyawan kami, dengan memastikan bahwa tempat kerja mereka aman,
sehat dan memberi imbalan yang baik.
 Pelanggan kami, dengan memenuhi kewajiban kami yang berkenaan
dengan mutu, biaya dan pengiriman dari pengolahan produk kami.
 Penanaman modal, melalui sasaran kami terhadap pertumbuhan
keuntungan yang berkesinambungan dan jangka panjang.
 Masyarakat, dengan menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta
menangani lingkungan hidup dengan baik.
 Pemerintah, berkomitmen dalam memenuhi aspek peraturan perundang-
undangan dan segala kewajiban kepada Negara.

8
9

 Tujuan Utama
1. Memberikan keuntungan yang berkesinambungan dan kompetitif bagi
pemegang saham melalui kegiatan produksi bijih nikel yang
menguntungkan.
2. Mengoperasikan lingkungan kerja yang aman dan sehat mencerminkan
pemeliharaan lingkungan yang bertanggungjawab
3. Secara aktif berkomunikasi dengan para pihak, termasuk pemegang saham,
karyawan, masyarakat sekitar, pemerintah, pelanggan dan pemasok, untuk
memastikan hubungan baik yang berkelanjutan.
3.2 Lokasi Kesampaian Daerah
Untuk sampai ke lokasi IUP Operasi Produksi PT. Tambang Bumi Sulawesi
dapat dilakukan dengan rute perjalanan dari Kota Kendari melewati Kabupaten
Konawe Selatan ke Kabupaten Bombana (Pelabuhan Kasipute) dengan jarak ±
155 km dengan kisaran waktu tempuh ± 3,5 jam, setelah itu dilanjutkan dengan
menggunakan perjalanan laut dari (Pelabuhan Kasipute) menuju Pulau Kabaena
yaitu Kecamatan Kabaena Selatan (Pelabuhan batuawu) dengan waktu tempuh ±
2,5jam, dan dari desa batuawu akan dilakukan perjalanan menggunakan jalur
darat menuju ke wilayah IUP Eksplorasi PT. Tambang Bumi Sulawesi (TBS)
yang tepatnya berada pada wilayah desa pongkalaero, kecamatan kabaena selatan
dengan waktu tempuh yang digunakan ± 15menit.

Gambar 3.1Peta Lokasi PT. Tambang Bumi Sulawesi


10

3.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktek


PT. Tambang Bumi Sulawesi secara administratif terletak pada wilayah
Kepulauan Kabaena, Kecamatan Kabaena Selatan, Kabupaten Bombana, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Adapun desa-desa yang masuk ke dalam wilayah IUP Operasi
Produksi PT. Tambang Bumi Sulawesi antara lain Desa Batuawu, Desa Pu’ununu
dan Desa Pongkalaero.
Izin usaha pertambangan operasi produksi PT. Tambang Bumi Sulawesi
seluas 1.553 Ha. Luasan izin usaha pertambangan tersebut dibagi dalam 3 blok.
Blok 1 atau blok Pongkalaero dengan luasan area 343,5 Ha. Blok 2 atau blok
Puu’nunu dengan luas area 537,5 Ha. Blok 3 atau blok Batuawu dengan luasan
area 652 Ha.

Gambar 3.2Peta Pembagian Blok

Kegiatan kerja praktek dilakukan selama 21 hari.Waktu pelaksanaan Kerja


Praktek dimulai dari tanggal 3 April sampai dengan 24 April 2019.
11

BAB IV
METODE DAN HASIL

4.1 Metode
Adapun untuk pemilihan metode dalam suatu kegiatan penambangan dapat
dilihat bagaimana endapan bahan galian tersebut tersebar, dikarenakan
keterdapatannya yang berada di daerah datar atau lembah, maka metode tambang
terbuka jenis Open Pit yang cocok untuk digunakan.
4.2 Hasil
4.2.1 Pengupasan Tanah Penutup (Overburden)/ OBRemoval
Tanah penutup (over burden) adalah material bagian atas yang menutupi
bijih berkadar tinggi (kadar bijih yang memenuhi kebutuhan pabrik atau ekspor).
Pengupasan yang dilakukan terhadap tanah penutupmenggunakan alat berat
seperti excavator, setelah proses penumpukannya selesai dan kemudian dimuat
menggunakan Dump Truck ke area disposal dan nantinya material nya dapat
digunakan atau difungsikan kembali pada tahap kegiatan reklamasi .
Pada PT. Tambang Bumi Sulawesi, untuk operasi pekerjaan pengupasan
overburden digunakan Excavator Komatsu PC 300 sebagai alat gali muat nya.

Gambar4.1 Kegiatan OB Removal di Front Penambangan

4.2.2 Kegiatan Ore Getting (Pengambilan Ore)

11
12

Setelah semua overburden dikupas maka tahapan selanjutnya adalah


penggalian material dengan menggunakan alat seperti gali nuat jenis Komatsu,
Hitachi, dan Cobelco. Pada PT. Tambang Bumi Sulawesi, proses pengambilan ore
dapat dikatakan komplit/ finish, jika sudah terhitung hingga 10 increment, dimana
1 increment bernilai 12 bucket jadi total 120 bucket baru ia dikatakan finish dan
setelah itu baru dapat bergeser di tempat sekitarnya untuk melakukan
pengambilan ore lagi. Proses penggalian ore pada PT. Tambang Bumi Sulawesi
yaitu dengan mengacu pada hasil sampel yang telah diambil(sample selective
mining) oleh seseorang yang disebut dengan sample man, cara pengambilan
sampel nya di tiga titik berbeda .
DiPT. Tambang Bumi Sulawesi pengambilan sampelnya dilakukan tiap kali
6 bucket di tumpahkan dan setelah itu di sekop dengan jumlah yang tidak begitu
banyak dan kemudian di simpan kedalam karung sampel hingga komplitnya terisi
10 karung. Sebelum nantinya di bawa ke ruangan lab preparasi, terlebih dahulu
karung sampel tersebut di berikan kode atau penomoran di salah satu
karungnya.Sebagai contoh (SSM TBS 84,/12-05-2019, PIT 1A,10 INC ).
Kegiatan ore getting diawasi langsung oleh seorang GC (Grade Control).

Gambar 4.2 Kegiatan Ore Getting di Front Penambangan


13

Gambar4.3Kegiatan PengambilanSampel SSM (Sample Selective Mining)


4.2.3 Pemuatan Dan Pengangkutan
Dalam kegiatan pemuatandan pengangkutan ore selain mengetahuitipe alat
yang digunakan penting juga untuk mengetahui bagaimana kondisi medan jalan,
seberapa jauhnya jarak dari pit ke stockpile, hal tersebut penting diketahui agar
pada proses hauling berlangsung dapat meminimalisir resiko terjadinya
bahaya.Kegiatan loading pada PT. TBS di salah satu pit (pit 1) menggunakan alat
berat yakni Excavator tipe komatsu PC 200 , berdasarkan spesifikasi alat komatsu
PC 200 adalah 0,93 m3 dengan rata-rata pengisian untuk satu Dump Truck
adalah sekitar 9-10 bucket dengan perbandingan nya 1:1, artinya 1 bucket bernilai
1 ton. dan juga jarak tempuh yang di butuhkan dari loading point hingga di
stockpile berjarak sekitar 2 km.
Kegiatan hauling pada PT. TBS menggunakan Dump Truck Hino 500 M
260 JD.
Untuk kondisi jalan hauling yang menanjak dan berkelok serta agak jauh,
digunakan excavator tipe PC 330 atau PC 300. Dimana jumlah bucket PC 330
yang dimuat kedalam DT sebanyak 3 bucket atau lebih, memiliki perbandingan
1:3, artinya 1 bucket bernilai 3 ton, jadi PC 330 memuat 9 ton atau lebih ke Dump
Truck. Kemudian jika jarakantaraloading point ke stockpile tidak begitu jauh dan
kondisi jalannyaminim beresiko, tipe alat gali muat yang kemungkinan
14

dapatdigunakan adalahexcavator PC 200 dimana jumlah bucket yang dapat di


muat ke DT berjumlah hingga 9 -10 bucket, dengan perbandingan nya 1:1, artinya
1 bucket nya bernilai 1 ton.
Dalam kegiatan hauling, seorang cheker bertugasuntuk mencatat cycle
time(waktu edar) Dump Truck, yakni waktu yang di butuhkan dari loading point
menuju ke stockpile lalu kembali lagi ke loading point, dan juga mencatat jumlah
ret untuk tiap DT nya. Seorang cheker biasanya menangani kegiatan hauling
untuk satu lokasi penambangan tapi boleh juga menangani sekaligus hauling
untuk dua lokasi penambangan tetapi harus saling berkoordinasi sama orang yang
berada di stockpile agar ketika sudah di stockpile mudah diarahkan untuk di
tumpah di titik mana ore nya berdasarkan presentase kadar yang dimiliki.

Gambar 4.4 Kegiatan Pemuatan Ore ke Dump Truck di Pit

Gambar4.5 Kegiatan Hauling


15

Gambar 4.6Cheker sedangmencatat waktu edar untuksetiap Dump Truck

Gambar4.7Pengambilan Sampel di Stockpile


16

4.2.4 Proses Pengerjaan Sampel di Lab Preparasi


Labpreparasi merupakan bagian hal yang sangat penting dalamskema
kegiatan penambangan, dimana orang – orang yang bekerja pada kegiatan
preparasi memiliki tugas dari di mulai nya kegiatan di pengambilan ore hingga
tahap pengapalan. Baik berupa sampel produksi maupun sampel kegiatan
eksplorasi semua di kerjakan pada lab preparasi. Pengerjaan sampel hasil
produksi dan eksplorasi di lab, tidak begitu jauh berbeda, baik dari segi proses
hingga alat dan bahan yang di gunakan.
 Pengerjaansampel produksi
Ketika sampel produksi telah berada di lab.Sampel tersebut kemudian di
buka dan di tuang/ di hambur ke atas ayakan yang berukuran 1x1 cm tujuannya
untuk mendapatkan ukuran material yang lebih kecil. Adapun material yang
tertahan/ tidak lolos ayakan kemudian di remas/di remukkan dengan
menggunakan kedua tangan, jika masih sukar halus material kasar tersebut
kemudian di hancurkan menggunakan sebuah palu kecil. Ketika material
nyadianggap sudah lumayan halus selanjutnya dibuatkan matriks berukuran
4x5.Setelah dibuatkan matriks atau kotak-kotak ukuran 4x5, lalu disekop tiap
kotak nya menggunakan sekop kecil ukuran 4D ke dalam talang yang sudah di
beri ID. Talang yang telah terisi material tadi kemudian di masukkan ke dalam
oven dengan tujuan untuk menurunkan kadar air nya, lama waktu proses oven nya
kurang lebih 20 menit. Setelah di oven, selanjutnya di lakukan proses
penumbukan untuk menghaluskan materialnya dengan menggunakan lesung.
Ketika material halusnya diperoleh, lalu di homogenkan ke dalam toples atau
botol. Setelah di homogenkan, material tersebut baru dapat di kemas ke dalam
wadah yang di sebut dengan mini pulp. Setelah material tadi di mini pulp
selanjutnya dianalisis menggunakan alat Niton XL2. Proses analisa untuk satu
sampel di lakukan sebanyak 4 kali. Kemudian setelah kadar Ni dan Fe nya muncul
hasilnya di catat lalu di hitung rata-rata nya. Setelah mendapatkan nilai rata-
ratanya kemudian hasil analisa tersebut di sampaikan kepada grade control yang
mengawasi kegiatan produksi untuk setiap nilai Ni dan Fe dari SSM hasil
produksi.
17

Gambar 4.8Sampel Produksi

Gambar4.9Sampel Produksi dituang ke ayakan

Gambar4.10Pembuatan matriks 4x5


18

Gambar4.11Proses Oven

Gambar 4.12PengayakanSampel sebelum dikemas kedalam minipulp

Gambar 4.13 Sampel setelah di ayak menggunakan Mesh 200


19

Gambar 4.14Sampel yang telah siap dianalisis kadar Ni dan Fe nya

Gambar 4.15Proses analisakadar Ni dan Fe untuk setiap minipulp


20

4.2.5 Pemuatan dan Pengangkutan di Tongkang


Tahap akhir dari suatu kegiatan penambangan yaitu proses pengapalan,
dimana proses pemuatan dan pengangkutan ore di lakukan dari stockpile di angkut
ke jetty/ tongkang setelah di angkut ke tongkang maka ore tersebut akan di
blending. Blending adalah kegiatan pencampuran ore dengan tujuan untuk
mencapai kadar yang diinginkan. Jumlah material yang akan diblending
disimulasikan agar mencapai kadar dan jumlah yang diinginkan. Kegiatan
blending berlangsung saat pemuatan ore di Tongkang.
Kadar ore yang ditetapkan oleh PT. TBS adalah 1,8%. Alat berat yang
digunakan untuk mengangkut ore dari stockpile ke jetty adalah DT 6 roda.

Gambar 4.16Kegiatan Pemuatan Ore ke Dump Truck

Gambar 4.17 Kegiatan Blending di Tongkang


21

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang didapatkan pada saat turun kelapangan, dapat disimpulkan bahwa
tahapan kegiatan penambangan yang dilakukan pada PT. TBS yaitu terdiri atas
kegiatan : pengupasan Overburden, penggalian nickel ore, pemuatanserta
pengangkutan nickel ore, preprasi dan pengapalan.Untuk penetapan % kadar Ni
PT. TBSyakni 1.8%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya dalam melakukan
seluruh kegiatan penambangan lebih memperhatikanStandar Operasional Prosedur
(SOP)seperti penggunaan helm safety, banyak membuat sedimentpond dilokasi
yang sesuai peruntukannya, membuat safety bump, menambahi rambu-rambu
jalan, kegiatan penyiraman tanah dengan water truck harus sering dilakukan untuk
mengurangi polusi debu.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,W. 2006. Laterite : Mine Geology at PT. International Nickel Indonesia.


Sorowako. South Sulawesi : PT. International Nickel Indonesia
Altin, M. 2011. Identifikasi sebaran Nikel Laterit dan Volume Bijih Nikel.PT.
Vale Indonesia
Endarto, D. 2005. Pengantar Geologi Dasar. UNS. Surakarta
Evans, A.M. 1989. Pengantar Geologi Bijih. Dewan Bahasa dan Pustaka.
Kementerian Pendidikan Malaysia : Kuala Lumpur
Sudrajat, A. 1999. Teknologi dan Manajemen Sumberdaya Mineral. Bandung :
ITB

22

Anda mungkin juga menyukai