Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KEMANTAPAN LERENG PADA KUARI BATUGAMPING

PT.SEMEN CIBINONG Tbk PABRIK CILACAP

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam pelaksanaan
kerja praktek lapangan

OLEH :
ARLINDOLY SIREGAR
92.042/TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
1998

A. JUDUL
Analisis Kemantapan Lereng Pada kuari Batu Gamping PT.Semen
Cibinong Tbk Pabrik Cilacap.
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
P.T.Semen Cibinong Tbk Pabrik Cilacap dalam melakukan aktifitas
penambangannya menggunakan sistem Surface Mining yang mempunyai pola
penambangan berjenjang. Pola yang demikian ini dapat mengakibatkan suatu
masalah yaitu keruntuhan pada jenjang itu sendiri.
Pembuatan jenjang dapat menimbulkan masalah terutama pada batuan
yang tidak kompak. Perubahan tegangan batuan yang besar dapat mengakibatkan
longsoran. Hal ini akan berbahaya

bagi pekerja yang

berada

dilokasi

penambangan dan juga mengakibatkan kerusakan pada alat-alat yang sedang


beroperasi.
Pemilihan judul ini didasarkan pada jenis batuan yang ada di lokasi
penambangan yang merupakan batugamping (limestone dan dolomit) sehingga
kemungkinan longsoran yang terjadi adalah longsoran bidang ataupun longsoran
baji.
Untuk mengatasi masalah ini perlu kita melakukan analisis kemantapan
lereng untuk rancangan geometris lereng agar dapat memperkecil bahaya
longsoran yang terjadi.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah lereng hasil proses
penambangan itu aman/stabil dan menganalisa jenis kelongsoran yang mungkin
akan terjadi, .untuk merancang geometris lereng penambangan batuan.Hal
ini bisa diketahui setelah data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan diperoleh,
yaitu berupa data-data yang akan diperoleh dari penyelidikan maupun data
penunjang lain sehingga angka faktor keamanan lereng dapat ditentukan, datadata tersebut antara lain :
-

Data litologi

Peta topografi

Peta Geologi

Data-data Geoteknik.

Data-data penunjang lainnya .

D. PERUMUSAN MASALAH
Sistem penambangan terbuka yang berjenjang biasanya akan
menimbulkan masalah yaitu pada jenjangnya. Keruntuhan pada jenjang dapat
disebabkan oleh tidak sesuainya parameter geometri lereng terhadap kekuatan
batuan itu sendiri. Sehingga parameter-parameter dan faktor lain yang
mempengaruhi kemantapan lereng perlu diketahui dan disesuaikan dengan
kekuatan batuan, sehingga rancangan geometris lereng
dibuat.

penambangan dapat

1. Mengetahui langkah-langkah penyelesaian masalah kestabilan lereng, mulai


dari

tahap

pekerjaan

persiapan,penelitian

pendahuluan

dan

penyelidikan

terincisampai penentuan faktor keamanan lereng sebagai tujuan akhir.


2. Dengan mengetahui urutan pekerjaan penelitian, didukung dengan teori dasar
yang baik serta data pendukung yang memadai maka dapat dilakukan
penyelidikan di lapangan maupun di laboratorium untuk mendapatkan sejumlah
data utama yang merupakan data-data parameter geomekanika untuk perhitungan
dan analisa kestabilan lereng.
3. Faktor keamanan/kemantapan lereng yang telah diperoleh dari perhitungan
dibandingkan dengan faktor keamanan lereng standar, maka akan dapat diketahui
apakah lereng tersebut aman atau tidak.

E. PENYELESAIAN MASALAH
1. Dasar Teori
Dengan adanya pembuatan jenjang akan mempengaruhi kemantapan
lereng dan tegangan dipermukaan. Pada batuan yang tidak kompak dengan
adanya

perubahan

tegangan

yang

besar

dapat

mengakibatkan

kelongsoran.
Jenjang yang dibuat dalam rancangannya agar stabil yang bertujuan
supaya rancangan geometri lereng dapat direalisasikan.

Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kemantapan


suatu lereng adalah:
a. Geometri Lereng
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah :

Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng

Tinggi dan kemiringan (tiap-tiap jenjang).

Lebar jenjang (Berm).


Lereng yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kondisi yang tidak

mantap dan cenderung lebih mudah longsor, demikian juga untuk sudut
lereng yang mempunyai kemiringan yang besar akan menjadikan lereng
kurang mantap.
b. Penyebaran Batuan
Macam penyebaran dan hubungan antar batuan yang terdapat didaerah
penyelidikan harus diketahui. Hal ini perlu dilakukan karena sifat fisis
dan mekanis batuan berbeda sehingga kekuatan batuan dalam
menahan bebannya sendiri juga berbeda.
c. Relief Permukaan Bumi
Faktor ini mempengaruhi laju erosi, pengendapan, menentukan arah
aliran air permukaan lebih besar dan mengakibatkan pengikisan yang
lebuh banyak. Akibatnya adalah banyak dijumpai singkapan-singkapan
yang mempercepat proses pelapukan. Batuan akan mudah lapuk dan

mempengaruhi kekuatan batuan. Pada akhirnya kekuatan batuan


menjadi kecil sehingga kemantapan lereng berkurang.
d. Struktur Geologi Regional
Struktur geologi yang perlu diketahui adalah bidang diskontinuitas atau
bidang lemah seperti sesar, kekar, perlapisan, bidang ketidakselarasan
dan sebagainya. Struktur geologi ini merupakan bidang lemah dalam
massa batuan dan dapat menurunkan kemantapan lereng.
e. Iklim dan curah hujan
Iklim

berpengaruh

mempengaruhi

terhadap

perubahan

kemantapan

temperatur.

lereng

Temperatur

karena

iklim

yang

cepat

berubahakan mempercepat proses pelapukan batuan, yang jelas


mengurangi gaya tahan dari lereng tersebut . Untuk daerah tropis
pelapukan berlangsung lebih cepat dan kelongsoran pada lereng lebih
cepat berlangsung. Degan kandungan air pada pori batuan yang lebih
besar dapat menyebakan bertambahnya gaya penggerak untuk
terjadinya kelongsoran.
f. Sifat Fisis dan Mekanis Batuan
Sifat fisis dan mekanis batuan yang diperlukan sebagai data
menganalisis kemantapan lereng adalah :

Bobot isi

Porositas

Kandungan air

Kuat geser batuan dan bidang lemah

Kuat tekan uniaksial, kuat tarik, modulus deformasi, poison ratio


Analisis kemantapan lereng untuk mengetahui sifat fisik dan
mekanik biasanya menggunakan metode numerik.

Suatu istilah umum yang digunakan untuk menyatakan suatu kemantapan


lereng adalah faktor keamanan atau faktor kemantapan. Faktor ini merupakan
perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng tetap mantapdengan
gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor. Secara matematis rumus
faktor keamanan lereng dapat dinyatakan sebagai berikut :

F=
Fp
Dimana :

F = Faktor keamanan lereng


R = Gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat
lereng tetap mantap.
F = Gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabKan lereng longsor.

Pada keadaan,

F > 1 = Lereng dalam keadaan mantap/stabil


F = 1 = Lereng dalam keadaan seimbang
F < 1 = Lereng dalam keadaan tidak mantap

Dalam keadaan proses longsoran pada batuan dibedakan menjadi 4, yaitu :

Longsoran Bidang (Plane Failure)

Longsoran Baji (Wedge Failure)

Longsoran Busur (Circulair Failure)

Longsoran Guling (Toppling Failure)

Longsoran Bidang (Plane Failure)


Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa
bidabg sesar, rekahan maupun bidang perlapisan. Syarat-syarat terjadinya
longsoran adalah :
1. Terdapatnya bidang luncur bebas, berarti kemiringan bidang luncur harus lebih
kecil dari kemiringan lereng.
2. Arah bidang luncur searah atau mendekati sejajar dengan arah lereng.
3. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalam batuan.
4. Terdapatnya bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.

Gambar 1.
GEOMETRI LONGSORAN BIDANG

Longsoran Baji (Wedge Failure)


Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu
bidang lemah yang bebas saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang
lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuan. Bidang lemah ini
dapat berupa bidang sesar, rekahan maupun bidang perlapisan. Cara longsoran

baji dapat melalui salah satu beberapa bidang lemahnya, atau melalui garis
perpotongan kedua bidang lemahnya.

Gambar 2.
GEOMETRI LONGSORAN BAJI
Longsoran Busur (Circulair Failure)

Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur disebut dengan


busur. Longsoran busur akan terjadi pada tanah atau material yang bersifat seperti
tanah, yang diantara partikel tanah tidak saling terikat satu sama lain. Dengan
demikian longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sudah lapuk dan
banyak terdapat bidang-bidang lemah maupun tumpukan batuan hancur.

Gambar 3.
KELONGSORAN BUSUS

Longsoran guling (Toppling Failure)


Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya. Keadaan

tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan diatas sebuah


bidang miring sebagai berikut :
Jika > dan X/Yn < tan, maka balok akan meluncur kemudian mengguling.
Jika < dan X/Yn < tan, maka balok akan langsung mengguling.
Berdasarkan bentuk dan poros menggulingnya, maka longsoran guling
dibedakan menjadi tiga, yaitu :

Longsoran guling setelah mengalami lenturan (Flexural Toppling)

Longsoran guling yang beruupa balok (Block Toppling)

Longsoran gabungan dari kedua longsoran diatas (Block Flexural Toppling)

2. Pengamatan Lapangan
Sebelum melakukan pengamamatan dan pengukuran tentang analisis
kemantapan, maka perlu diketahui beberapa hal terlebih dahulu, yaitu :
a. Relief permukaan bumi
b. Penyebaran batuan
c. Iklim dan curah hujan
d. Gaya-gaya luar yang mempengaruhi
Kemudian kita melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap kemantapan
lereng, yaitu:
1. Pengukuran struktur geologi

Orientasi jurus dan kemiringan kekar

Orientasi jurus dan kemiringan bidang perlapisan

Orientasi jurus dan kemiringan bidang sesar

Hal ini dilakukan untuk arah dan jenis longsoran yang akan terjadi bila jenis
longsoran sudah diketahui maka akan lebih mudah untuk menetukan
kemantapan lereng dan metode analis kemantapan lereng.
2. Pemboran
Pemboran dilakukan untuk memenuhi muka air tanah dan data litologi
batuan serta contoh batuan.
3. Pengukuran geometri lereng
Pengukuran geometri lereng dilakukan untuk mengetahui jurus dan
kemiringan lereng, ketinggian lereng, dan lebat jenjang.
4. Pengamatan sifat fisik dan mekanik batuan
Pengamatan sifat fisik dan mekanik ini dilakukan di laboratorium, meliputi
bobot isi batuan, porositas, kandungan air atau bobot isi air, kohesi batuan,
sudut geser dalam, tegangan normal, tegangan geser dan lain-lain.
Kemudian data hasil pengamatan dan pengukuran serta analisis dilapangan
dibandingkan dengan perhitungan secara teoritis.

3. Data Yang Diambil


Data-data yang diperlukan adalah :

a. Data utama yaitu data penting yang digunakan untuk membahas masalahmasalah yang dihadapi. Data utama yang perlu diambil adalah data yang
mempengaruhi kelongsoran.
b. Data pendukung yaitu data yang dapat mendukung data-data dari lapangan
guna

menganalisis

permasalahan

yang

ada

untuk

mencari

alternatif

penyelesaian masalah. Data pendukung dapat diambil dari laporan penelitian


terdahulu dari perusahaan, brosur perusahaan, dari data instansi yang terkait
dan juga dari literatur-literatur, seperti :
-

Data litologi

Peta topografi

Peta geologi

Curah hujan

4. Analisis Penyelesaian Masalah


Dalam menganalisa penyelesaian masalah sebelumnya beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Pengukuran struktur geologi regional yang ada
Adanya struktur kekar, sesar, atau patahan pada daerah tersebut.
Alat yang dipakai adalah kompas geologi.
b. Pengukuran kondisi air tanah
..
Alat yang dipakai adalah alat bor.

c. Pengukuran geometri lereng


Alat yang dipakai dalah kompas geologi dan alat ukur.
d. Pengamatan sifat fisik dan mekanik batuan
Alat yang dipakai adalah sarana laboratorium seperti neraca listrik, eskilator,
pompa vacum, oven, alat bor inti, alat pemotong batu, gerenda, jangka
sorong, dial gauge, dan mesin kuat tekan uniaksial.
Kemudian setelah hasilnya dicapai dan permasalahan dapat diketahui
dengan ditentukannya jenis longsoran kemudian permasalahan
yang timbul kita analisa. Metode yang sesuai untuk menganalisisdalam penelitian
ini penyusun akan menggunakan metode Hoek dan Bray, karena metode ini
merupakan metode yang baik dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

F. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam menyusun rencana skripsi ini penyusun akan menggabungkan antara
teori yang telah ada dengan keadaan yang ada dilapangan, sehingga dari
keduanya akan didapatkan pendekatan masalah yang baik.
Adapun aturan penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur
Studi ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang
diperoleh dari :

Instansi yang terkait

Perpustakaan

Brosur-brosur, buletin

Informasi-informasi

Peta, grafik dan tabel

2. Penelitian di lapangan
Dalam melaksanakan penelitian dilapangan akan dilakukan beberapa
tahap, yaitu :

Observasi lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung


dilapangan yang akan dibahas yang terjadi dan mencari informasiinformasi pendukung yang berkaitan dengan masalah.

Penentuan batas lokasi pengamatan.

Mencocokkan dengan perumusan masalah, yang bertujuan agar


penelitian yang dilakukan tidak meluas, data yang diambil dapat
digunakan secara efektif.

3. Pengambilan data

Mencatat keadaan yang terjadi, melakukan wawancara dan pemotretan.

Melakukan pengukuran-pengukuran

4. Akuisisi data
Akuisisi data bertujuan untuk :

Mengumpulkan data dan mengelompokkan data untuk memudahkan


analisa nantinya.

Mengolah nilai karateristik data-data yang mewakili obyek pengamatan.

Mengetahui keakuratan data, sehingga kerja menjadi lebih efisien.

5. Pengolahan data
Pengolahan data dengan beberapa perhitungan dan penggambaran,
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel, grafik atau rangkaian
perhitungan dalam menyelesaikan suatu proses tertentu.
6. Analisis pengolahan data
Analisis hasil pengolahan data dilakukan dengan tujuan memperoleh
kesimpulan sementara. Selanjutnya kesimpulan sementara tersebut akan
diolah lebih lanjut dalam bagian pembahasan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan
data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang teliti. Kesimpulan ini
merupakansuatu hasil akhir dari semua aspek yang telah dibahas.

G. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

April
No.

Jenis Waktu Kegiatan


1 2 3 4

Pengenalan lapangan

Pengambilan data

Pengolahan data

Analisis data

Mei
1 2 3 4

Juni
1 2 3 4

H. RENCANA DAFTAR PUSTAKA


1. Bowless, Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1989.
2. Hoek E. Brown E.T, Underground Excavation in Rock, The Institution of
Mining and Metallurgy, London, 1980.
3. Hok, Ever and Bray, J.W, Rock Slope Engineering, Revised Third Edition,
Institution of Mining and Metallurgy, London, 1980.
4. Lambe. William T, and Whitman, Robert V, Soil Mechanics, John Willey
And Sons inc, New york,1969.
5. Made Astawa Rai, Dr. Ir, Mekanika Batuan, Laboratorium Geoteknik, Pusat
Antar Universitas Ilmu Rekayasa ITB Bandung, 1988.
6. Soejoedi Soerachmad dan Mohammad Alam Hakim, Informasi Teknologi,
Majalah Persatuan Insinyur Indonesia (PII) no. 5/xxxiii/1985.
7. Soedarto Notosiswojo dan Partanto Prodjosumarto, Pengantar Analisis
Kemantapan Lereng, Jurusan Teknik Pertambangan, Bandung,1985.

RENCANA DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN UMUM
A. Geografi
B. Geologi
C. Iklim
D. Genesa
E. Penambangan
F. Keadaan air tanah
G. Keadaan lereng
III. TEORI KEMANTAPAN LERENG
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng.
B. Mekanika Dasar Longsoran Lereng Batuan.
C. Macam-Macam Kelongsoran Batuan.
D. Metode Analisis kemantapan Lereng
E. Penentuan Nilai Faktor Keamanan Lereng
IV. PENGAMATAN DAN LABORATORIUM
A. Pemboran Inti Dan Penampungan Lubang Bor
B. Pengambilan Contoh Batuan
C. Pengukuran Struktur Geologi
D. Pengukuran Geometri Lereng
E. Pengamatan Laboratorium
V. ANALISIS KEMANTAPAN LERENG
A. Kondisi Lapangan
B. Analisis Kemantapan Lereng

1. Metode Bishop
2. Metode Hoek dan Bray
C. Langkah Untuk Pencegahan Kelongsoran
VI. PEMBAHASAN
VII.

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai