Anda di halaman 1dari 33

HALAMAN JU

ANALISIS BREAK EVEN STRIPPING RATIO BLOK H


PADA KEGIATAN PENAMBANGAN PT. KONUTARA
SEJATI KABUPATEN KONAWE UTARA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PROPOSAL PENELITIAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH :

RENI
R1D115136

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
JANUARI 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

Analisis Break Even Stripping Ratio Pada Kegiatan Penambangan


Blok H PT. Konutara Sejati Kabupaten Konawe Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara

Diajukan Oleh:

RENI
R1D115136

Telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Erwin Anshari, S.Si., M. Eng. Wd. Rizky Awaliah Nafiu, ST., M.T.
NIP. 19880828201504100 NIP. 19900608201903217

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Erwin Anshari, S.Si., M. Eng.


NIP. 19880828201504100

i
BAB IENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini dengan berkembangnya teknologi dan industri, telah memicu
kenaikan kebutuhan akan sumberdaya mineral dalam rangka mendukung
pembangunan nasional yang berkesinambungan. Hal tersebut berdampak pada
kenaikan harga komoditi mineral di pasar dunia. Kondisi tersebut sangat
dirasakan oleh negara-negara maju maupun negara berkembang sehingga
berdampak pada kegiatan usaha pencarian mineral terutama pada sektor
pertambangan (Nugroho, 2017). Salah satu sumberdaya mineral yang diburu
selain emas dan tembaga ialah nikel. Indonesia memiliki potensi sumberdaya
nikel laterit yang telah lama dimanfaatkan dan menjadikan salah satu negara
pemasok nikel di pasaran dunia (Maurizot dkk., 2019).
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pertambangan nikel
adalah PT Konutara Sejati Site Tobimeita. Pertambangan bijih nikel ini dilakukan
dalam bentuk sistem tambang terbuka. Perusahaan ini memiliki Izin Usaha
Pertambangan (IUP), dimana operasi produksi sekitar ± 40 Hektar (Ha) yang
secara administratif terletak di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe
Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Setelah cadangan nikel ditemukan dan dinyatakan layak oleh suatu
perusahaan, maka diperlukan suatu perencanaan dan perancangan tambang yang
matang agar diperoleh kinerja dan keuntungan yang maksimal. Salah satu aspek
yang harus diperhatikan dalam penambangan nikel baik dari segi perencanaan
maupun operasional adalah Stripping Ratio (SR) atau nisbah pengupasan. Pada
penelitian ini akan dilakukan analisis perhitungan terhadap SR yaitu perhitungan
Break Even Stripping Ratio (BESR). Metode BESR yaitu perbandingan antara
biaya penggalian endapan bijih (ore) dengan biaya pengupasan tanah penutup atau
merupakan perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan penambangan
terbuka (Prakoso dkk., 2019).

1
2

Pentahapan kemajuan tambang merupakan bagian yang sangat penting


dalam suatu kegiatan penambangan. PT. Konutara Sejati Site Tobimeita telah
beroperasi beberapa tahun terakhir. Agar perusahaan ini dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat yang dapat menghasilkan laba setiap saatnya dan
mampu melaksanakan perencanaan, koordinasi dan pengendalian biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan ini. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai analisis Break Even Stripping Ratio (BESR) pada kegiatan
penambangan untuk mengetahui biaya dari hasil penjualan dan biaya yang
dikeluarkan selama produksi dengan membandingkan biaya pengupasan tanah
penutup pada kegiatan penambangan Blok H PT. Konutara Sejati Site Tobimeita
Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah berapa nilai Break Even
Stripping Ratio (BESR) pada Blok H PT. Konutara Sejati Kabupaten Konawe
Utara Provinsi Sulawesi Tenggara?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai Break Even Stripping
Ratio (BESR) pada Blok H PT. Konutara Sejati Kabupaten Konawe Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.4. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk usaha
pertambangan nikel pada Blok H PT. Konutara Sejati Kabupaten Konawe Utara
Sulawesi Tenggara.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu rekomendasi


untuk perencanaan tambang yang dilakukan PT.Konutara Sejati kedepannya dan
memberikan masukan kepada perusahaan ini mengenai nilai Break Even Stripping

2
3

Ratio (BESR) untuk mendapatkan kegiatan penambangan yang optimal. Serta


bagi mahasiswa penelitian ini dapat menjadi acuan atau sumber bagi para peneliti
dalam ilmu pertambangan khususnya dalam bidang ilmu pertambangandalam
menganalisis Nilai Break Even Stripping Ratio (BESR) pada suatu kegiatan
penambangan.

3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kegiatan Penambangan dan Operasi Produksi


Tambang terbuka adalah metode eksplorasi mineral dimana sebaran bahan
galian dengan membentuk lubang besar yang biasa disebut dengan open pit mine,
untuk mengangkat bahan galian keatas permukaan. Tahap penambangan awal
dimulai dengan membentuk lubang kecil, dan kemudian berkembang menjadi
bukaan yang lebih besar berdasarkan bentuk sebaran endapannya. Hasil akhir dari
bukaan tambang bisa disebut batas akhir penambangan (ultimate pit limit)
(Sattarvand dan Delius 2013).
Kegiatan awal sebelum penambangan (tahap eksploitasi) adalah tahap
eksplorasinya itu usaha untuk memastikan suata endapan mineral berdasarkan
data hasil eksplorasi. Pada tahapan ini, semua data yang akan diperlukan dalam
proses penambangan dikumpulkan, terutama yang erat kaitannya dengan
cadangan dan kadar kemudian dianalisa. Tahap berikutnya adalah perencanaan
berupa metode penambangan yang akan digunakan, pemilihan alat, umur
tambang, jenis pengolahannya dan termasuk pembuatan block model ini adalah
suatu cara untuk mengetahui penyebaran deposit. Data yang digunakan untuk
pembuatan block model berasal dari sampel coring pemboran eksplorasi. Sistem
yang dilakukan pada tambang ini dengan metode tambang terbuka yaitu open pit
mine (Sattarvand dan Delius, 2013).
Proses penambangan sistem terbuka pada prinsipnya dimulai dengan
membersihkan permukaan tanah, kemudian mengupas tanah penutup, menggali
bahan tambang, dan mengangkut bahan tambang ke tempat penampungan
(stockyard) untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Alur
kegiatan penambangan selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Pembersihan lahan dari vegetasi yang menutupi lapisan tanah permukaan
(clearing and grubing) dilakukan dengan Bulldozer dan Excavator.

4
5

b. Pengupasan tanah penutup. Tanah penutup dikupas dan diangkut ke


tempatpenimbunan sementara, atau ditata dan disebar di area pembuangan
akhir.
c. Penggalian dan pengambilan bahan tambang (ore) dengan alat gali muat (ore
getting). Ore diangkut keluar melewati jalan tambang ke Export Transite Ore
(ETO) dan Export Final Ore (EFO) di dekat pelabuhan.
d. Penimbunan kembali kolong bekas galian dengan tanah penutup. Setiap selesai
penambangan, tanah penutup dan tanah sisa penambangan ditimbun kembali di
area bekas galian sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
e. Penanaman kembali tanaman penutup tanah agar tidak terjadi kerusakan
lingkungan yang lebih be sar dan dipulihkan kembali kondisi ekosistemnya
sekurang-kurangnya seperti kondisi sebelumnya (Subowo 2011).

2.2. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)


Nisbah pengupasan didefinisikan sebagai nisbah dari jumlah material pen
utup (waste) terhadap jumlah material bijih (ore). Pada tambang bijih nisbah ini
biasanya dinyatakan dalam ton waste/ton ore.

Waste (ton)
SR = (2.1)
Ore (ton)

2.3. Break Even Stripping Ratio (BESR)

Nisbah pengupasan didefiniskan sebagai nisbah dari jumlah material


penutup (waste) terhadap jumlah material bijih (ore). Untuk suatu geometri
penambangan yang telah ditetapkan, nisbah pengupasan merupakan fungsi dari
kadar batas. Konsep nisbah pengupasan pulang pokok atau break even stripping
ratio (BESR) adalah me mbandingkan jumlah keuntungan bersih hasil
penambangan bijih dengan jumlah tanah penutup yang dapat dikupas.
( 1-X ) l-Ct
BESR= (2.2)
Csw

Keterangan :
l = Harga jual bijih per ton
6

x = Iuran produksi
Ct = Biaya produksi bijih per ton
Csw = Biaya pengupasan material penutup per BCM

Setelah nilai BESR diperoleh kemudian diterapkan untuk mengetahui batas


tambang yang optimal. Batas tambang yang optimal diharapkan dapat
memberikan cadangan dengan nilai Net Present Value (NPV) maksimum (Wijaya
dkk., 2012).

2.4. Perhitungan Alat Mekanis

Peralatan tambang merupakan suatu hal yang paling penting dalam


melakukan penambangan, dalam perhitungannya kebutuhan alat penambangan
tersebut akan menjadi patokan utama dalam mencapai target produksi yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Dalam merencanakan kebutuhan alat tambang harus
direncanakan dari awal penambangan sebagai patokan penentuan rencana
produksi penambangan (Ferdian dan Ansosry, 2017).

2.4.1 Produktivitas Alat Gali Muat (Excavator)

Secara umum kemampuan produksi alat gali muat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan nomor 2.3
60
Qm= × Cm ×F × S f ×E (2.3)
CT m

Keterangan:
Qm = Produktivitas alat muat (BCM /jam)
Cm = Kapasitas bucket (m3)
F = Faktor pengisian bucket
Sf = Faktor pengembangan
CTm = Waktu edar alat muat (menit)
E = Faktor koreksi (Ichsannuddin dkk., 2019)

Untuk menghitung waktu edar alat gali muat dapat menggunakan


persamaan nomor 2.4
CTE= DgT + SLT + DpT + SET (2.4)

Keterangan
CTE = Waktu siklus/cycle time ( detik)
7

DgT = Waktu penggalian/digging time (detik)


SLT = Waktu ayun bermuatan/swing load time (detik)
DpT = Waktu penumpahan material/possing time (detik)
SET = Waktu ayun kosong/swing empty time (detik) (Prasmoro dan Hasibuan
2018).

2.4.2 Produktivitas Alat Angkut ( Dump Truck)

Kemampuan produksi alat angkut dump truck dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan nomor 2.5
q x 60 x E
Q = (2.5)
CT

Keterangan:
Q = Produktivitas alat angkut (BCM/jam)
q = Kapasitas actual bak alat angkut (m3) : q = n x q1 x F
n = Jumlah pengisian bucket alat muat untuk penuhi bak alat angkut
CT = Waktu edar alat angkut (menit)
q1 = Kapasitas bucket alat gali muat (m3 )
F = Faktor pengisian bucket
E = Faktor koreksi (%) (Pratama dkk., 2019).

Untuk menghitung waktu edar alat angkut dapat menggunakan persamaan


nomor 2.7
C ta = LT + HLT + SDT + DT + RT + SLT (2.6)

Keterangan:
Cta = Waktu siklus (detik)
LT = Waktu pemuatan material (loading time) (detik)
HLT = Waktu pergi bermuatan (hauling time) (detik)
SDT = Waktu manuever sebelum menumpah (spotting time) (detik)
DT = Waktu menumpahkan material (dumping time) (detik)
RT = Waktu kembali tanpa muatan (returning time) (detik)
SLT = Waktu manuever sebelum muatan (spotting time) (Prasmoro dan
Hasibuan 2018)

2.4.3. Penentuan faktor koreksi


a. Faktor Pengisian Bucket ( Bucket Fill Faktor )
Faktor pengisian mangkuk biasanya disebut sebagai bucket fill factor.
Faktor pengisian merupakan perbandingan dari kapasitas aktual pada alat muat
dengan kapasitas teoritis alat muat yang dinyatakan dalam bentuk persen.
8

Semakin besar nilai faktor pengisian maka semakin besar pula kemampuan aktual
dari alat muat tersebut (Feermanda dkk., 2020).
Tabel 2.1. Tinggi Rendahnya bucket fill factor
Spesifikasi Faktor Pengisian
Baik sekali 90 – 100 %
Baik 85 – 90 %
Sedang 75 – 85 %
Buruk 75
Sumber: (Feermanda dkk., 2020).

b. Faktor Efisiensi Waktu


Efisiensi waktu merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan
dalam penentu taksiran produksi alat yang digunakan yang dinilai
berdasarkan kondisi pekerja.
Tabel 2.2. Efisiensi waktu berdasarkan kondisi kerja
Efisiensi Waktu
Kondisi kerja Eisiensi
Baik 0,9 - 1
Normal 0,83
Buruk 0,75
Sumber : Komatsu, 2019).
c. Faktor Efisiensi Kerja Alat
Sebagaimana efisiensi waktu, efisiensi kerja pun mutlak diperhitungkan
untuk menentukan taksiran produksi alat dengan memperhatikan keadaan medan
dan keadaan alat.
9

Tabel 2.3. Nilai efisiensi kerja alat


Keadaan Keadaan alat
medan
Memuaskan Bagus Biasa Buruk
Memuaskan 0,84 0,81 0,76 0,70
Bagus 0,78 0,75 0,71 0,65
Biasa 0,72 0,69 0,65 0,60
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52
Sumber : ( Komatsu, 2009).
d. Faktor efisiensi operator
Seperti efisiensi waktu dan kerja, efisiensi mutlak harus diperhitungkan
dalam penentu taksiran produksi alat. Nilai efisiensi disini sangat
dipengaruhi oleh keterampilan operator yang mengoperasikan alat
bersangkutan.
Tabel 2.4. Nilai efisiensi operator
Efisiensi operator
Kondisi kerja efisiensi
Baik 0,90 – 1,00
Normal 0,61 – 0,89
Buruk 0,50 – 0,60
Sumber : (Komatsu, 2009).
2.4.4 Waktu Pengangkutan ( Haulling Time )
Menurut Ichhsannudin dkk. (2019), truk dapat melewati tanjakan dengan
baik apabila rimpull yang tersedia pada truk sama atau lebih besar dari pada
rimpull yang dibutuhkan untuk mengatasi tahanan gulir (rolling resistance),
tanjakan (grade resistance), dan percepatan. Besar kecilnya rimpull tergantung
pada kecepatan atau gear yang dipakai.
a. Tahanan gelinding ( Rolling Resistance )

Tahanan gelinding merupakan suatu gaya yang terjadi akibat gesekan roda
alat yang sedang bergerak dengan permukaan tanah. Besar tahanan ini akan
10

berbeda pada setiap jenis dan kondisi permukaan tanah atau jalan dan juga sangat
bergantung dari tipe roda alat berat. Diperkirakan diperlukan tahanan gelinding
alat sebesar 1,5 sampai 2,0 % berat alat agar alat tersebut dapat bergerak.
Besarnya tahanan gelinding berdasarkan jenis permukaan tanah dan tipe roda
yang dapat dilihat pada Ta bel 2.5.

Tabel 2.5. Harga tahanan gelinding (Sumber : Putra dan Kasim, 2017)
Harga Tahanan Gelinding
Kondisi Jalan Angkut
(lb/ton)
Jalan keras dan licin 40
Jalan yang diaspal 45 – 60
Jalan keras dengan permukaan
45-70
terpelihara baik
Jalan yang sedang diperbaiki dan
85-100
terpelihara
Jalan yang kurang terpelihara 85-120
Jalan berlumpur dan tidak terpelihara 165-120
Jalan berpasir dan berkerikil 240-275
Jalan berlumpur dan sangat lunak 290-370

b. Grade Resistance
Grade resistance adalah besarnya gaya berat yang melawan atau
membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilewati
oleh kendaraan tersebut. Pengaruh kemiringan terhadap harga GR adalah
naik untuk kemiringan positif (akan memperbesar rimpull) dan turun
untuk kemiringan negatif (akan memperkecil rimpull) dan turun untuk
kemiringan jalan (%) dan berat kendaraan tersebut (ton). Besarnya GR
dinyatakan rata-rata 20 lb dari rimpull untuk setiap gross berat kendaraan
beserta isinya pada setiap kemiringan 1 % (Putra dan Kasim, 2017).
Kemiringan (grade) jalan produksi dinyatakan dalam persen (%) yang
merupakan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak mendatar.
Perhitungan untuk kemiringan jalan menggunakan persamaan nomor
Δh
Grade= ×100 %
Δx
Keterangan :
∆h = Beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m)
∆x =Jarak horizontal dari 2 titik yang diukur (m) (Maharani dan
Sumarya.,2018)
11

Rimpull untuk mengatasi tanjakan dapat dihitung dengan persamaan nomor 2.

RP=W × Dt × K 2.10

Keterangan:

RP = Rimpull untuk mengatasi tanjakan (lb)

W = Berat kendaraan (ton)

Dt = Rimpull yang dibutuhkan tiap % kemiringan (20lb/ton)

K = Kemiringan

c. Total tahanan (total resistance)


Rimpull adalah besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin
atau ban penggerak yang menyentuh permukaan jalur jalan dari suatu kendaraan.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam satuan kg atau lbs. Rimpull tidak dapat
dihitung pada roda rantai (Crawler), istilah yang dipakai penggantinya adalah
draw pull bar (DPB). (Franicha, dkk 2017).
Menurut Ichhsannudin dkk. (2019), truk dapat melewati tanjakan dengan
baik apabila rimpull yang tersedia pada truk sama atau lebih besar dari pada
rimpull yang dibutuhkan untuk mengatasi tahanan gulir (rolling resistance),
tanjakan (grade resistance), dan percepatan. Besar kecilnya rimpull tergantung
pada kecepatan atau gear yang dipakai. Rimpull yang tersedia dapat dihitung
dengan p ersamaan nomor 2.8
375 × HP × EM
RP= (2.8)
V

Keterangan :
RP = Rimpull (lb)
HP = Kapasitas mesin (HP)
EM = Efisiensi mekanis (%)
v = Kecepatan truk (mph)

Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan gulir (rolling resistance) yaitu:


12

RP = W × Dr (2.9)

Keterangan:
RP = Rimpull (lb)
W = Berat kendaraan (ton)
Dr = Tahanan gulir (lb/ton)

Rimpull untuk mengatasi tanjakan dapat dihitung dengan persamaan:

RP = W × Dt × K (2.10)

Keterangan:
RP = Rimpull untuk mengatasi tanjakan (lb)
W = Berat kendaraan (ton)
Dt = Rimpull yang dibutuhkan tiap % kemiringan (20 lb/ton)
K = Kemiringan (%)

Total tahanan merupakan jumlah dari tahanan gelinding dan tahanan


kelandaian, dengan rumus (Kholil, 2012).
TR = RR ± GR

(2.11)

Nilai GR akan berubah berdasarkan keadaan permukaan jalan, pada jalan


naik arah GR sama dengan arah RR sehingga rumus menjadi (Kholil, 2012):
TR = RR + GR (2.12)

Sementara itu, pada jalan menurun arah GR berlawanan dengan arah RR


sehingga rumus menjadi (Kholil, 2012):
TR = RR-GR

(2.13)

Ketrerangan:
TR = Total resistance (lb/ton)
RR = Rolling resistance (lb/ton)
GR = Grade resistance (lb/ton)

Untuk menentukan waktu pengangkutan dapat menggunakan persamaan


nomor 2.14
13

D
HLT= ¿4)
V
Keterangan:
HLT = Waktu pergi bermuatan (hauling time) (menit)
D = Jarak angkut (meter)
v = Kecapatan (meter/menit) (Sokop dkk., 2018).

Untuk menghitung besarnya kecepatan dapat menggunakan persamaan


nomor 2.15

s
v = (2.15)
t

Keterangan:
v = kecepatan (m/detik)
s = jarak yang ditempuh (m)
t = waktu tempuh (detik) (Sepriadi dan Webisono., 2017)
Pada saat alat berat bergerak dipermukaan yang menarik maka selain
tahanan gelinding ada gaya yang menahan alat tersebut. Gaya tersebut dinamakan
tahanan kelandaian. Untuk kenaikan 1 % diperlukan tahanan sebesar 10 kg untuk
setiap 1 ton berat alat agar alat tersebut dapat bergerak naik.
Kemiringan (grade) jalan angkut produksi dinyatakan dalam persen (%)
merupakan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak mendatar
Perhitungan untuk kemiringan jalan menggunakan persamaan nomor 2.16
h
Grade = X 100 % (2.1
x
6)
Keterangan :
∆h = Beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m)
∆x =Jarak horizontal dari 2 titik yang diukur (m) (Maharani dan
Sumarya.,2018)

2.4.4. Teori antrian

Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian
atau baris penungguan. Teori antrian berkenaan dengan seluruh aspek dari situasi
pelanggan (baik orang maupun barang) harus antri untuk mendapatkan suatu
layanan. Sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayan, dan aturan
14

yang mengatur kedatangan para pelanggan. Tujuan penggunaan teori antrian


adalah untuk merancang fasilitas pelayanan, dalam mengatasi permintaan
pelayanan yang berfluktuasi secara random dan menjaga keseimbangan antara
biaya (waktu menganggur) pelayanan dan biaya (waktu) yang diperlukan selama
antrian (Octavia, dkk 2019).
Menurut (Aguayo, dkk 2021), sistem dump truck telah mengalami
beberapa perbaikan dari waktu ke waktu. Salah satu perbaikan ini melibatkan
optimalisasi rute perjalanan, dimana rute yang paling efisien untuk sistem dipilih
melalui produksi dan analisis topografi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
waktu siklus, biaya transportasi, dan meningkatkan produktivitas kegiatan
penambangan seperti ditinjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.Siklus sistem antrian alat muat dan dump truck (Aguayo dkk., 2021).

2.4.4.1. Penentuan tingkat pelayanan

Persamaan untuk menentukan tingkat pelayanan alat angkut yaitu

sebagai b erikut.

µ i=
1
(unit
Tpi menit ) (2.17)

Keterangan :
15

mi = Tingkat pelayanan tahap ke-i


Tpi = Waktu total pelayanan tahap ke-i (Safitri dan Murad., 2018)

2.4.4.2. Probabilitas keadaan antrian

Proses pemecahan masalah menggunakan metode antrian yang kemudian


dilakukan perhitungan pada tahapan yang akan terjadi antrian, selanjutnya
dilakukan perhitungan probabilitas keadaan antrian kemudian untuk mengetahui
jumlah alat angkut yang mengantri, waktu tunggu, kebutuhan alat angkut, dan
produktivitas dari alat angkut menurut teori antrian persamaan yang digunakan
ialah sebagai berikut (Lestari dkk, 2019).

|K+M-1
K |=
( K+M-1 ) !
( M-1 ) !K!
(2.17)

Selanjutnya probabilitas keadaan antrian putaran untuk 4 (empat) tahap


dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Ercelebi dan Bascetin 2016).
K-n1
μ1
P ( n1 , n2 , n 3 , n 4 ) = n2 n3 n4
P ( K,0,0,0 ) (2.18)
n 2 ! μ 2 μ3 n4 ! μ 4

Keterangan:
µ = Tingkat pelayanan rata-rata dalam satu sistem dalam unit/jam
K = Jumlah populasi dalam banyak unit
M = Tahap-tahap dalam antrian
n = Jumlah individu dalam sistem pada suatu waktu dalam unit

2.4.4.3. Rata-rata jumlah alat angkut menunggu dalam antrian

Menurut Asri dan Gusman (2017) terdapat beberapa tahap, tahap 1 Yaitu
pada saat Dump Truck menunggu untuk dimuati Backhoe dengan ketentuan
keadaan n1> 1 sehingga rata-rata Dump Truck yang menunggu pada Backhoe
(Asri dan Gusman, 2017).
L q1 =1×∑(probabilitas keadaan n 1 >1) (2.19)

Tahap 3 Yaitu pada saat Dump Truck menunggu untuk menumpahkan


muatan ke unit penimbunan, dengan ketentuan keadaan n3> 1, sehingga rata-rata
Dump Truck yang menunggu untuk menumpahkan muatan adalah
16

L q3 =1×∑(probabilitas keadaan n 3 > 1) (2.20)

2.4.4.4. Rata-rata waktu tunggu alat angkut dalam antrian

Menurut (Safitri dan Murad 2018), tingkat kesibukan sebuah exacavator


dapat dihitung dengan menggunakan persamaan nomor 2.21
η1 =1- ∑ P(0, n 2 , n 3 , n4 )

(2.21)

Jumlah pelanggan yang dapat terlayani pada tiap-tiap tahapnya adalah:

Ɵ= ηi × μi (2.22)

2.4.4.5. Waktu edar alat angkut

Berdasarkan penerapan teori antrian maka waktu edar alat angkut setiap
retase atau sekali putar (Safitri dan Murad 2018). Waktu edar alat angkut
dapatditentukandengan persamaan nomor 2.23
1 1 1 1
total CTt=( + + + +W q1 +W q 3 ) (2.23)
μ1 μ 2 μ3 μ 4

2.4.5. Keserasian kerja alat gali muat dan angkut

Faktor keserasian biasanya digunakan untuk mengetahui jumlah alat angkut


yang sesuai (serasi) untuk melayani satu unit alat gali muat. Beberapa faktor yang
diperhatikan dalam menghitung keserasian kerja alat gali muat dan angkut adalah:
1. Jumlah alat gali muat dan alat angkut yang dipakai
2. Waktu edar (cycle time) dari alat gali muat dan dari alat angkut
3. Jumlah penetuan alat gali muat ke dalam alat angkut
Keserasian alat gali muat dan angkut dapat dirumuskan sebagai berikut
Nax n x Ctm
MF= (2.24)
NmxCta

Keterangan:
17

MF = Faktor kesesuaian (match factor)


Na = jumlah alat angkut
Nm = Jumlah alat gali muat
Cta = Waktu edar alat angkut
Ctm = Waktu edar alat gali muat
n = Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut (Setyawan, dkk 2020)
Nilai atau harga MF menentukan kriteria dari keserasian alat muat dan alat
angkut yaitu:
1. MF < 1 artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut
bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena
menunggu alat angkut yang belum datang.
2. MF = 1 artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi
waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
3. MF > 1 artinya alat emuat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja
kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut .

2.4.6. Penentuan Jumlah Alat


Pengaturan peralatan pengupasan overburden dan ore getting rancangan
berdasarkan produktivitas alat yang diperoleh dari cycle time rata-rata alat dan
pengaturan peralatan pengupasan overburden dan ore getting standar berdasarkan
produktivitas alat yang diperoleh dari cycle time standar alat dengan
memperhatikan jam jalan alat dan match factornya. Dari masing-masing
perencanaan peralatan pengupasan overburden dan ore getting ini dapat
ditentukan pengaturan peralatan pengupasan overburden dan ore getting yang
paling efektif dan ekonomis.
Untuk menentukan jumlah alat yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan
target produksi dalam merencanakan peralatan ore getting yang akan dibuat dapat
dihitung menggunakan persamaan (epi, dkk 2017).

Jumlah Alat=
Target produksi ( )
ton
jam
(2.25)
Produktivitas Alat (
jam )
ton
18

2.4.7. Biaya Operasi Penambangan

Biaya produksi tambang adalah biaya yang dikeluarkan dari operasional


tambang yang dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi
depresiasi, bunga dan perpajakan. Biaya variabel meliputi biaya bahan bakar,
biaya perbaikan, dan biaya pekerja. Secara umum biaya produksi dapat diukur
dengan biaya total dibagi dengan produksi yang dihasilkan, yang biasanya dengan
satuan USD/BCM (Mohutsiwa dan Musingwini 2015).
Setiap proses penambangan membutuhkan biaya-biaya yang sangat besar,
seperti biaya langsung, biaya tidak langsung, biaya overhead, dan lain-lain. Oleh
karena itu diperlukan perhitungan yang tepat untuk dapat mengetahui harga jual
dari setiap ton bahan galian yang dihasilkan agar perusahaan memperoleh
keuntungan. Harga pokok produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam memproduksi satu unit produk sehingga dapat ditentukan
berapa harga penjualan dari sebuah produk dengan mempertimbangkan
keuntungan yang diinginkan. Perhitungan harga pokok produksi
mempertimbangkan berbagai aspek, seperti biaya operasional, biaya material
biaya tenaga kerja, baik tenaga kerja tetap maupun yang borongan sehingga dapat
menentukan harga pokok produksi yang tepat (Dewi, 2011).

Dalam teori biaya menunjukkan cara yang berbeda untuk mengatur biaya
kedalam kelompok yang berbeda seperti biaya langsung dan biaya tidak langsung,
atau biaya modal (biaya investasi), biaya operasi, umum dan biaya administrasi,
dan lain–lain. Dalam rangka untuk menentukan tingkat mana operasi tambang
akan layak, biaya ini harus diperkirakan akurat, atas dasar informasi yang tersedia
dari proyek serupa sebelumnya (Jalil dan Raza 2019).

2.4.7.1. Bahan bakar

Biaya bahan bakar merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk


mengoperasikan alat gali-muat dan alat angkut, masing-masing jenis alat gali-
muat dan alat angkut memiliki fuel consumption yang berbeda-beda.Untuk
19

menghitung berapa estimasi berapa biaya bahan bakar perjam dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Monika dan Murad, 2017).
Fuel = Kebutuhan Fuel × Harga Fuel Perliter (2.26)

2.4.7.2. Pelumas

Perhitungan penggunaan pelumas per jam biasanya berdasarkan jumlah


waktu operasi dan lamanya pergantian pelumas.
Biaya Pelumas = Kebutuhan Pelumas/jam x Harga Pelumas/liter (2.27)

2.4.7.3. Roda

Salah satu komponen penting dari alat gali-muat dan alat angkut, terutama
alat alat angkut adalah komponen ban. Usia pakai dari ban itu sendiri juga dapat
diperhitungkan, menyesuaikan dengan kondisi permukaan jalan yang dilalui. Usia
pakai ban dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.2.Usia pakai ban
Kondisi Usia pakai Keterangan
Beroperasi dijalanan tanah atau
Easy condition 4000-6000 jam
lempung yang terawatt
Medium Beroperasi dijalanan tanah atau
2000-4000 jam
condition lempung yang berbatu
Beroperasi dijalanan yang banyak
Severe condition 1000-2000 jam
terdapat potongan batu
(Sumber: Monika dan Murad, 2017)

Untuk menghitung berapa estimasi biaya ban perjam dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Sandeir dan Prabowo, 2018):
Harga ban
Ongkos perbaikan ban= (2.28)
Umur ban

2.4.7.4. Pemelirahaan dan Perawatan Alat

Perbedaan mendasar dari pemeliharaan dan perawatan adalah pada


besarnya pekerjaan. Perbaikan besar (major repair) akan mempengaruhi nilai
depresiasi alat dan umur alat. Perbaikan besar ini dihitung pada alat. Di lain sisi,
20

perbaikan kecil (minor repair) merupakan pemeliharaan normal yang dihitung


pada pekerjaan tersebut.

2.4.7.5. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat

Mobilisasi adalah pengadaan alat ke proyek konstruksi dan demobilisasi


adalah pengembalian alat dari proyek setelah alat tersebut tidak digunakan
kembali. Jadi biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut alat
antara proyek dan garasi atau tempat penyimpanan alat. Biaya ini perlu
diperhitungkan karena alat-alat berat umumnya tidak berjalan sendiri menuju
lokasi proyek tetapi menggunakan lowbed trailer (rostiyanti, 2008).

2.4.1. Upah tenaga kerja

Upah tenaga kerja mengacu kepada standar gaji/upah tenaga kerja


langsung.Perhitungan upah pekerja khususnya operator biasanya dihitung
menggunakan satuan waktu sebagai berikut (Bahar, 2015).

( orang
L= 1
jam )
xU (2.29)

Keterangan:
L : Biaya operator/supir (Rp)
M : Biaya pembantu operator (Rp)
U : Upah/gaji operator/supir (Rp/jam)
BAB IIIMETODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurun waktu ± 2 bulan pada Blok
H PT. Konutara Sejati Site Tobimeita. Lokasi penelitian secara administratif
terletak pada Kecamatan Langgikima Desa Sarimukti, Kabupaten Konawe Utara.
Waktu tempuh dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara ke lokasi penelitian
kurang lebih 5 jam dengan jarak ± 175 km.
Perjalanan ke Langgikima dapat ditempuh dengan perjalanan darat dari
ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari menuju ibukota
Kabupaten Konawe Utara (Asera) dengan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan.
Selanjutnya, perjalanan dari Asera menuju Kecamatan Langgikima Desa
Sarimukti (PT. Konutara Sejati) ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam
perjalanan menggunakan kendaraan umum roda empat maupun roda dua. Lokasi
penelitian ini berada di daerah operasi penambangan PT. Konutara Sejati. Total
seluruh wilayah operasi produksi PT. Konutara Sejati yaitu 1.923 Ha (Gambar
3.1).

3.2. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.Penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang menggunakan format terstruktur dengan pengumpulan data
berdasarkan pengamatan secara langsung.Sedangkan jenis peneliitan kualtitatif
adalah melakukan analisis penelitian berdasarkan data kuantitatif.

21
Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

23
20

3.3. Instrumen Penelitian

Adapun alat dan bahan atau instrumen yang dibutuhkan dalam


melaksanakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1.Instrumen Penelitian
No Nama Alat Kegunaan
1. ATK Untuk menulis hasil pengamatan dilapangan
2. Kamera Untuk dokumentasi kegiatan pengamatan dilapangan
3. Laptop Untuk membantu pengolahan data dan pembuatan
laporan
4. Roll Meter Untuk menghitung jarak
5 Stopwatch Untuk menghitung waktu

3.4. Prosedur Penelitian

Penelitian ini agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan tentunya


memiliki prosedur atau tahapan-tahapan dari awal sampai akhir. Adapun
prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut ini:

3.4.1. Studi Literatur

Kegiatan pada tahapan ini adalah mengumpulkan literatur atau


referensi-referensi yang mendukung kegiatan penelitian seperti yang
terkait dengan perencanaan tambang, produktivitas alat dan biaya
produksi, biaya investasi.

3.4.2. Pengamatan Lapangan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan atau observasi terhadap kondisi


lapangan agar dapat memperoleh gambaran awal tentang lokasi dan
kegiatan penelitian.

3.4.3. Pengambilan dan Pengumpulan Data

Data yang dimaksud pada penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang dimana cara pengambilannya
dilakukan langsung di lapangan seperti data waktu edar excavator berupa
21

waktu gali, waktu swing bermuatan, waktu tumpah, dan waktu swing tanpa
muatan, waktu edar dump truck berupa waktu pemuatan material, waktu
pergi bermuatan, waktu pergi manuever sebelum menumpah, waktu
tumpah material, waktu kembali tanpa muatan, waktu manuever sebelum
muatan. Sedangkan yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang
dapat diperoleh langsung dari perusahaan seperti, data blok model dan
desain jalan, densitas ore, target pengupasan overburden, harga jual
ore/ton, waktu kerja efektif, biaya sewa alat, harga bahan bakar, gaji
operator, dan spesifikasi alat.

3.4.4. Pengolahan dan Analisa Data

Secara garis besar, tahapan pengolahan data yang akan dilakukan


terbagi atas:
a. Pengolahan data primer dan data sekunder menggunakan laptop
b. Menghitung cycle time alat gali muat (exacator) dan alat angkut (dump truck)
c. Menghitung rimpull
d. Menghitung teori antrian
e. Menentukan jumlah alat gali-muat dan angkut yang dibutuhkan serta
menentukan biaya sewa dan operasional dalam kegiatan pengupasan
overburden dan ore getting.
f. Menentukan total biaya pendapatan dari hasil penjualan.

dafffa febbi ukhtyjsdkl iljkljkl


lihkjkl Hijlk;jihuuy jkhuh dvjzopkrogpk
ijlkjkllji ikjhkjh jkhiuygire kdfjresgi
klfjkgjo rkgjklgjk Idsriog9 fijefiorjgo
22

3.5. Diagram Alir Penelitian (Flow chart)

Mulai

Studi literatur

Pengumpulan data

Data Primer :
Waktu edar excavator:
Waktu gali Data Sekunder :
Waktu swing bermuatan Data block model dan
Waktu tumpah desain jalan
Waktu swing tanpa muatan Target pengupasan
Waktu edar dump truck: overburden
Waktu pemuatan material Densitas ore
Waktu pergi bermuatan Target produksi dan waktu
Waktu manuever sebelum kerja efektif
menumpah Harga sewa alat, harga
Waktu tumpah material bahan bakar, gaji operator
Waktu kembali tampa muatan dan Spesifikasi alat
Waktu manuever sebelum Harga jual ore/ton dan iuran
muatan tetap produksi
Penggunaan solat alat gali
muat dan alat angkut.
Daftar gaji operator
Harga bahan bakar
23

Pengolahan Data
1. Menghitung waktu tempuh dump truck kosong dan bermuatan
berdasarkan perhitungan rimpull
2. Menghitung teori antrian

Analisis Data
1. Menghitung jumlah cadangan overburden dan ore dengan
menggunakan aplikasi Surpac 6.3
2. Menghitung produktivitas alat gali muat ( excavator )
3. Menghitung produktivitas alat angkut dumpt truck
4. Menghitung jumlah alat gali muat dan angkut berdasarkan
teori antrian
5. Menghitung besar biaya sewa dan biaya operasional alat gali
muat dan alat angkut dalam kegiatan pengupasan overburden
dan ore getting
6. Menghitung total keuntungan bersih dari hasil penjualan ore

Hasil
Break Even Stripping Ratio blok H PT.
Konutara Sejati Kabupaten Konawe Utara
Provinsi Sulawei Tenggara

Selesai
24

Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Aguayo, I.A.O., Nehring, M., dan Ullah, G.M.W. 2021. Optimising Productivity and
Safety of the Open Pit Loading and Haulage System with a Surge Loader,
Journal of Mining, 1(1), p.167-179.
Bahri, S.B. 2015. Analisis Alat Berat Pada Pekerjaan Pengaspalan Jalan Lapis
Penetrasi Macadam Di Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara. Extrapolasi,
Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya, 8(1), p. 39-48, ISSN: 1693-8259.
Dewi, P.C. 2011. Analisis Perhitungan Biaya Penambangan Batu Silika Pada
Departemen Tambang PT. Semen Padang. Journal Optimasi Sistem Industri,
10(1) April 2011, p. 93-104, ISSN 2088-4842.
Epi., Handayani, H.E., dan HAK, A, 2017, Re Desain Peralatan Coalgetting Untuk
Memenuhi Target Produksi Desember 2016, JP, 8(1), p. 39-48, ISSN2449-1008.
Ercelebi, S.G dan Bascetin, A. 2009. OPtimation Of Shovel-truck System For Surface
Mining. The Journal of The Southern Agrican Institute of Mining and
Metallurgy, Volume 109, p.433-439, SSN 0038-223X/3.00+0.00.
Feermanda, S., Purwoko, B., dan Herlambang, Y. 2020. Kajian Produktivitas
Penambangan Batu Granodiorit Pt Bina Ardi Lestari Desa Peladis Kecamatan
Anjongan Melancar Kabupaten Mempawah, jurnal untan 7(2).
Ferdian, Y., dan Ansosry. 2017. Estimasi Kebutuhan Peralatan Tambang Batubara
untuk Mencapai Target Produksi Pada Tahun 2017 PT. Partner Resource
Indonesia Jobsite Sungai Lilin, Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal Bina
Tambang 3(3), p. 1024-1033, ISSN:2302-3333.
Franicha, F., Hidayat, S dan Iskandar, T. 2017. Mining Equipment Analysis to Reach
Target Production on Overburden in Kutai Kertanegara East Borneo,
Engineering Research and Application, 7(2), p. 36–44, ISSN:2248-9622.
Ichsannudin., Purwoko, B., dan Herlambang, Y. 2019. Kajian Teknis Produktivitas
Alat Gali Muat (Excavator) Hitachi ZX210-5 dan Alat Angkut (Dump Truck)
Mitsubishi FN 527 ML untuk Mencapai Target Produksi Penambangan Batu
Granit di PT. Hasindo Mineral Persada Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten
Mempawah Provinsi Kalimantan Barat, Jurnal Untan, 6(1), p. 133-141.
Jalil, K., dan Raza, S. 2019. Cost Estimation for Bench Drilling Phase of Diamond
Wire Sawing Technique for Granite Mining. International Journal of Scientific
and Research Publications. 9(3), p. 455-465, ISSN 2250-3153.
Kholil, A, 2012, Alat Berat, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lestari, T., Nurhakim., dan Riswan, 2019. Aplikasi Teori Antrian Dalam Penentuan
Alat Angkut Untuk Mencapai Target Pemindahan Overburden Di PT. Rimau
Energi Mining, Jurnal Himasapta, 4(2), p. 41-44, E-ISSN:2527-4619.
Maharani, F., dan Surmaya. 2018. Evaluasi Pengaruh Geometri Jalan Angkut
Terhadap Produktivitas Dump Truck Mitsubishi Fuso 220 PS Dari Front
Penambangan Menuju Unit Crusher Pada Penambangan Batu Andesit PT Koto
Alam Sejahtera .” Jurnal Bina Tambang 3(4), p.1492-1501, ISSN:2302-3333.
Maurizot, P., Sevin, B., dan Iseppi, M. 2019. Nickel-Bearing Laterite Deposits in
Accretionary Context and the Case of New Caledonia: From the Large-Scale
Structure of Earth to Our Everyday Appliances, The Geology Society of
America, 29(5).
Mohutsiwa, M., dan Musingwini, C. 2015. Parametric Estimation of Capital Costs
for Establishing a Coal Mine: South Africa Case Study, Journal of the Southern
African Institute of Mining and Metallurgy, 115(8), ISSN:2225-6253.
Monika, I., dan Murad, 2018, Analisis Investasi Pengadaan Alat Berat Untuk
Mencapai Targe t Produksi Batu Gamping 240.000 Ton/Tahin Dengan Metode
NPV Dan IRR Di PT. Anugrah Halaban Sepakat, Jurnal Bina Tambang, 3(3),
p.1014-1023, ISSN:2302-3333
Octavia, G.Y.,Yosomulyono, S., dan Herlambang, Y. 2019. Penerapan Teori
Antrian Pada Sistem Produksi Alat Muat Dan Alat Angkut Di Tambang Andesit
PT. Bukit Labu Mining, Jurnal PWK, Laut, Sipil Tambang, 6(1), p.160-167.
Prakoso, R.A.A., Yuliadi., dan Zaenal. 2019, Perancangan ( Design ) Pit Dan
Pentahapan ( Sequence ) Pada Penambangan Batu Andesit Di PT Tarabatuh
Manunggal , Desa Cipinang , Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor , Provinsi
Jawa Barat, Prosiding Teknik Pertambangan 5(1) p.216.
Prasmoro, A.V., dan Hasibuan, S. 2018. Optimasi Kemampuan Produksi Alat Berat
Dalam Rangka Produktivitas Dan Keberlanjutan Bisnis Pert ambangan
Batubara: Studi Kasus Area Pertambangan Kalimantan Timur. Operations
Excellence, 10(1): 3.
Pratama, O., Rahman. A., dan Purbasari. D. 2019. Evaluasi Produktivitas Alat Gali
Muat Dan Angkut Terhadap Ketidaktercapaian Produksi Batubara Di Pit 2a
Kabupaten Lahat , Sumatera Selatan, Jurnal Pertambangan 3(1), p. 10-15,
ISSN:2549-1008.
Safitri, Y., dan Murad, M.S. 2018. Analisis Manajemen Fleet Pada Kegiatan Produksi
Batu Andesit Dalam Penerapan Metode Antrian Di PT Koto Alam Sejahtera,
Jurnal Bina Tambang, 3(3), p. 1482-1491, ISSN:2302-3333.
Sandeir, E., dan Prabowo, H, 2018, Evaluasi Kebutuhan dan Estimasi Biaya Alat
Muat Kobelco 380 dan Hitachi 350 Dengan Alat Angkut Scania P360 dan
Mercedez Actroz 4043 Pada Pengupasan Overburden PT. Caritas Energi
Indonesia Jobsite KBB, Sarolangun, Jurnal Bina Tambang, 3(3), p. 1091-1100,
ISSN: 2302-3333.
Sattarvand, J., dan Delius, C.N, 2013, A New Metaheuristic Algorithm for Long
Term Open-Pit Production Planning.” Archives of Mining Sciences 58(1), p.107-
118.
Sepriadi, dan Webisono, K, 2017, Evaluasi Geometri Jalan Angkut Terhadap
Produktifitas Overburden Di Pit Mt 4 Penambangan Air Laya PT Bukit Asam
(Persero), Tbk, Jurnal Teknik Patra Akademika 8(2), p. 1-9, ISSN:2089-5925.
Setyawan, S., Rahmawati, D., dan Atmaja, G.D,. 2020, Kajian Teknis Alat Gali-Muat
Dan Alat Angkut Pada Tambang Batu Andesit PT. Rangga Eka Pratama,
Kabupaten Dompu, Jurnal Ulul Albab, 24(1), P. 13-19, ISSN:2621-7716.
Sokop, R.M., Arsjad, T.T., dan Malingkas, G, 2018, Analisa Perhitungan
Produktivitas Alat Berat Gali-Muat (Excavator) Dan Alat Angkut (Dump Truck)
Pada Pekerjaan Pematangan Lahan Perumahan Residence Jordan Sea, Jurnal
Tekto, (16), p. 83-88, ISSN:0215-9617.
Subowo. 2011. “Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan Dan Upaya
Reklamasi Pasca Tambang Untuk Memperbaiki Kualitas Sumber Lahan Dan
Hayati Tanah.” jurnal sumberdaya lahan 5(2): 85.
Rostiyanti, S.F, 2008, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, ISBN: 978-979-24.
Wijaya, K.G., Sasongko, W., dan Idrus, A, 2012, Analisis Break Even Stripping
Ratio Dan Desain Pit Tambang Batubara PT. X . Proceedings PIT IAGI
Yogyakarta 2012, The 41 IAGI Annual Convection & Exhibition, p.486,
ISBN:978-979-24

Anda mungkin juga menyukai