Anda di halaman 1dari 29

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya alam merupakan potensi ekonomi yang terdapat alam dan

mempunyai sifat tak terbarukan. Disamping itu, sumberdaya mineral mempunyai sifat terikat pada ruang tertentu, yaitu setiap lokasi sebaran akan berbeda karateristiknya dengan lokasi lain. Oleh karena itu pemanfaatannya memerlukan penanganan secara tepat dan bijaksana agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk mencapai hasil yang optimal perlu dilakukan dengan perencanaan yang matang. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Demikian pula dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di semua bidang, terlebih dahulu harus dilakukan proses perencanaan yang sistematis, terpadu dan terarah, agar yang menjadi tujuan dapat dicapai dan sesuai dengan harapan. Potensi sumberdaya mineral khususnya bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan cukup melimpah dan sebagian telah dilakukan penambangan. Dalam kebijakan ruang daerah, sektor pertambangan belum di alokasikan secara jelas, sehingga sering terjadi benturan atau tumpang tindih dalam pemanfaatan ruang. Sehubungan dengan latar belakang di atas untuk kegiatan Tahun Anggaran 2006/2007 Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Selatan menyoroti satu permasalahan yang mendasar khususnya bagi dinas yang terkait dengan melakukan Zonasi Kawasan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang dianggap prospek untuk pembangunan menuju Good Government

1.2 Tujuan dan Sasaran


Secara umum tujuan dari studi Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan dalam tata ruang wilayah adalah penentuan alokasi lahan tambang yang sesuai dengan karateristik fisik dan selaras dengan kebijakan tata ruang daerah. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah agar dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan pemanfaatan ruang yang akan diimplementasikan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Selain itu pengembangan bahan galian pada lokasi lahan terpilih diharapkan dapat memicu pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangka Selatan.

1.3 Ruang Lingkup kegiatan


Secara teritorial wilayah, yang menjadi daerah penelitian dibatasi berdasarkan wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan. Adapun subtansi kegiatannya meliputi :

Executive Summary

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya mineral serta daya dukung lingkungannya. Menentukan parameter dan kriteria lokasi lahan usaha tambang. Mengkaji aspek fisik lingkungan, kebijakan ruang daerah dan keekonomian. Menganalisis peruntukan lahan usaha tambang. Menentukan prioritas pengembangan bahan galian. Pembuatan Laporan.

1.4 Metodologi
Dalam penyusunan penelitian ini digunakan metoda-metoda analisis fisik (tumpang tindih) dan analisis non fisik yaitu penentuan prioritas pengusahaan melalui metoda statistik. Adapun tahap-tahap kegiatan yang ditempuh yaitu : a. Pengumpulan Data Dalam studi ini data yang diperlukan berupa data primer (lapangan) dan data sekunder antara lain sebagai berikut : pengamatan geologi, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi geologi daerah dan data literatur atau kajian-kajian terdahulu dan peta-peta pendukung pada daerah penelitian untuk menjadi acuan dalam analisis dan pembahasan. b. Pengolahan dan analisis data Pengolahan data dalam studi ini dilakukan dengan analisis fisik ( spasial), yaitu dengan melakukan proses tumpang tindih pemotongan (superimpose) dan proses analisis dilakukan dengan menggunakan software Mapinfo Profesional Version 6. Langkah pertama dalam analisis ini dengan terlebih dahulu merubah data tekstual berupa peta-peta yang menjadi objek analisis ke dalam data digitasi dengan menggunakan perangkat komputer. Adapun untuk menentukan prioritas pengusahaan bahan galian dilakukan analisis faktor melalui pendekatan statistik, yaitu menggunakan S oftware Statistical Package for Social Science (SPPS). - Metoda Tumpang Tindih Metoda ini dilakukan untuk mengetahui lokasi dan luas sebaran bahan galian terpilih setelah dilakukan pemotongan dengan peta-peta tematik yang menjadi kendala dengan adanya kegiatan usaha tambang. Hal ini dilakukan dengan cara memotong peta-peta tematik yang berkaitan dengan kepentingan peruntukan lahan, dimana sebagai dasarnya adalah peta-peta sebaran bahan galian. - Analisis faktor Analisis ini dilakukan untuk mengetahui skala prioritas dari beberapa lokasi lahan terpilih ditinjau dari beberapa aspek. Informasi tentang prioritas pengusahaan sangat diperlukan bagi calon investor, apabila ingin menanamkan modalnya pada sektor ini. Analisis faktor adalah suatu teknik pengurangan atau penggabungan dari sekumpulan perubah (variable) ke dalam satu faktor. Nilai pembobotan digunakan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan variabel-variabel

Executive Summary

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

pengamatan, antara lain untuk menentukan pilihan lokasi dan jenis bahan galian (tambang) yang diperkirakan memiliki peluang untuk diusahakan dengan mempertimbangkan berbagai kondisi daerah dan karateristik dari jenis bahan galian itu sendiri. - Analisis Perekonomian Wilayah Location Quotient ( LQ ) Merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah di dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberikan kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji dan ditinjau kembali melalui teknik analisis yang lain yang dapat menjawab apakah kesimpulan di atas terbukti kebenarannya. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Shift and Share Digunakannya metode analisis ini adalah untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan dan pergeseran suatu sektor apabila ditinjau dengan masa lalu dan dibandingkan dengan lingkup yang lebih luas (provinsi). Adapun bagian dari metode ini meliputi adalah : Total Shift, Shift. Proportionality Shift dan Defferential

Executive Summary

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

2. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


2.1 Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bangka Selatan
Kabupaten Bangka Selatan merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pembentukannya berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 2003,tentang pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Belitung Timur. Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran yang dari Kabupaten Bangka yang terletak di bagian Selatan Pulau Bangka dan secara administratif wilayahnya meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Payung, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Toboali dan Kecamatan Lepar Pongok; 3 (tiga) kelurahan, dan 45 (empat puluh lima) desa. Secara umum wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bangka Tengah. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Selat Bangka. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka, dan Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar.

Luas wilayah Kabupaten Bangka Selatan lebih kurang 3.607,08 km 2 atau 360.708 Ha dengan di pimpin oleh Bupati dengan Ibukota Kabupaten Bangka Selatan adalah Kota Toboali yang berjarak kurang lebih 125 kilometer dari Kota Pangkalpinang, ibukota Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah penduduk 149.610 jiwa dengan tingkat kepadatan 41 jiwa per km2, dan tingkat pertumbuhan sekitar 1.75%. Kecamatan Toboali berpenduduk 59.558 jiwa (39.8%) merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Bangka Selatan, kemudian Air Gegas berpenduduk 34.282 jiwa (22.91%), selanjutnya diikuti oleh Payung berjumlah 25.594 jiwa (17.11%), Simpang Rimba berjumlah 19.262 jiwa (12.87%) dan Lepar Pongok hanya 10.884 jiwa atau 7.27 % nya saja (sumber BPS Kabupaten Bangka Selatan). Kabupaten Bangka Selatan termasuk kabupaten yang memiliki kekayaan

sumberdaya alam yang sangat potensial dan beragam jenisnya. Kegiatan ekonomi yang menopang perekonomian daerah antara lain: hasil perikanan laut, perikanan budidaya, pertanian, perkebunan, kehutanan dan hasil-hasilnya, pertambangan (timah, kaolin dll) serta pariwisata. Salah satu tempat wisata yang bisa dilihat adalah Gedung Nasional Toboali. Keadaan alam Kabupaten Bangka Selatan sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan serta perbukitan, memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lahan agroindustri (pertanian dan perkebunan). Sebagai daerah

Executive Summary

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

kepulauan, Kabupaten Bangka Selatan dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau kecil, memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata bahari dan perikanan laut.

Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi hujan antara 23,10 hingga 357,30 mm tiap bulan, dengan curah hujan terendah pada bulan September. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan bervariasi antara 26 0 hingga 280C, sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 75 hingga 88%. Intensitas sinar matahari rata-rata bervariasi antara 3.5 hingga 7.2%, tekanan udara antara 1008,7 hingga 1011,3 MBS. Tahun 2005 bulan kering terjadi pada bulan September dengan ratarata hari hujan 11 hari perbulan, terjadi pada Bulan Januari sampai dengan bulan April dan bulan Oktober sampai bulan Desember. Sungai-sungai di Bangka Selatan berhulu pada daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di Selat Bangka dan Laut Jawa. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sistem drainase dan belum dimanfaatkan untuk pertanian maupun perikanan, karena nelayan lebih cenderung mencari ikan di laut. Berdasarkan data dari BAPPEDA, Kabupaten Bangka Selatan diketahui bahwa penggunaan tanah yang terdapat di daerah ini dapat dirinci sebagai berikut: - Tanah Sawah, merupakan lahan pertanian tanah basah yang ditanami padi irigasi teknis dan tadah hujan. Luas areal tanah sawah ini pada tahun 2002 mencapai luas 14.440,22 Ha atau 4,00% dari luas seluruh penggunaan lahan yang ada. - Tanah Kering, merupakan lahan pertanian tanah kering yang ditanami palawija, sayuran dan buah-buahan. Luas areal tanah kering ini pada tahun 2002 mencapai luas 47.225.50 Ha atau 13.09% dari luas seluruh pengunaan lahan yang ada. - Perkebunan, terbagi atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Produksi komoditas perkebunan ini terdiri dari antara lain lada, karet, kelapa, cengkeh, kelapa sawit, aren dan kemiri. Luas areal perkebunan mencapai 74.682.72 Ha atau 20.70% dari pengunaan lahan yang ada. - Hutan, luas kawasan hutan di Kabupaten Bangka Selatan seluas 131.725,57 Ha yang terdiri dari hutan produksi tetap seluas 122.745.50 Ha atau 30,20% dari pengunaan lahan yang ada, hutan rakyat seluas 3.147,15 Ha atau 0,87% dari pengunaan lahan yang ada dan kawasan lindung seluas 59.784.50 Ha atau 5,45% dari pengunaan lahan yang ada. - Peternakan, luas peruntukan penggembalaan sapi yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan sebesar 131,43 Ha atau 0,04% dari luas Kabupaten Bangka Selatan. - Pemukiman, luas pemukiman penduduk yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan sebesar 24.735,29 Ha atau 6,86% dari luas Kabupaten Bangka Selatan. - Pertambangan, lahan usaha pertambangan saat ini luasanya sebesar 63.047,68 Ha atau 17,48% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.

Executive Summary

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

- Penggunaan tanah lainnya, terdiri dari sungai, saluran air, jalan raya dan sebagainya, lokasinya tersebar di seluruh wilayah dengan luasnya 10.010,04 Ha atau 2,78% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.

2.2 Keadaan Ekonomi


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah pada periode tertentu. Nilai pada PDRB tersebut berdasarkan nilai berlaku (pada tahun tersebut) dan atas dasar harga konstan (pada tahun tertentu). Berdasarkan data statistik tahun 2004, Nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bangka Selatan sebesar Rp 1.168.359.000.000,naik sebesar 12,62% dibandingkan dengan kondisi tahun 2003 sebesar atau Rp

1.037.474.000.000,-. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami kenaikan, yaitu dari 813.171.000.000,- pada tahun 2003 menjadi Rp. 842.801.000.000,- pada tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan secara umum sektor-sektor perekonomian mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2005 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 4.89% tanpa memasukkan komponen timah walaupun komponen timah merupakan sektor andalan di Kabupaten Bangka Selatan. Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi yang ada agar dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2004 sebesar 3,64% atau mengalami penurunan 0,74% dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 sebesar 4,38% Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk dan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Berdasarkan data statistik tahun 2004 pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bangka Selatan atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 6.312.428,- atau naik sebesar 10,26% dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila dilihat selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2004, perdapatan per kapita penduduk tiap tahun cenderung meningkat, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mendominasi selain sektor pertambangan/penggalian dan industri di Kabupaten Bangka Selatan. Sektor pertanian memiliki potensi untuk dikembangkan secara profesional guna mendatangkan keuntungan dan devisa bagi pemerintah daerah. Upaya pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melaksanakan pembangunan perekonomian rakyat pada sektor pertanian Executive Summary 6

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan pemerataan pembangunan pedesaan, yaitu dengan menerapkan program intensifikasi, deversifikasi dan rehabilitasi. Hasil produksi pertanian Kabupaten Bangka Selatan memiliki potensi pertanian tanaman pangan yang meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Potensi kehutanan Kabupaten Bangka Selatan 690.093 hektar, dimana di dalamnya terdapat hasil-hasil hutan bukan hanya kayu, tetapi juga hasil hutan non-kayu seperti gaharu, sarang burung walet serta berbagai hasil hutan lainnya. Khusus mengenai hutan dan pemanfaatan hasil hutan berupa kayu banyak menimbulkan persoalan seperti adanya illegal logging, perusakan areal hutan

karena penambangan timah liar (Tambang Inkonvensional = TI), yang sulit untuk diatasi dan memerlukan penanganan yang lebih serius dari seluruh aparat terkait dan masyarakat sekitar hutan. Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu produsen utama bahan galian tambang di Indonesia. Potensi bahan galian tambang tersebut tersebar secara merata di seluruh kecamatan. Berbagai jenis bahan tambang galian dan mineral yang ada antara lain : timah, pasir kwarsa kaolin, granit, batu gunung, tanah liat dan biji besi. Ketersediaan sumberdaya mineral di Kabupaten Bangka Selatan merupakan potensi daerah yang perlu dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan aspek-aspek kelestarian llingkungan hidup agar terjadi keseimbangan alam dan ekosistem. Kondisi perekonomian Kabupaten Bangka Selatan menunjukkan perkembangan yang positif dan fluktuatif selama periode tahun 2000 2003. Diketahui bahwa sejak tahun 2001 2004, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan mengalami fluktuasi. Hal tersebut terjadi karena pengaruh dari sistim ekonomi terbuka, sehingga kinerja perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh faktor situasi politik daerah dan berbagai kebijakan di bidang keuangan baik fiskal maupun moneter seperti tingkat suku bunga, inflasi, maupun nilai tukar rupiah. Perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2004 masih di topang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing sebesar 22.28% dan 16.16%. Sedangkan pada sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bangka Selatan yaitu 28.50%. Secara riil Kabupaten Bangka Selatan memiliki kekuatan yang akan mempercepat laju pembangunan daerah sekaligus memiliki kelemahan yang kemungkinan besar akan menghambat kemajuan daerah atau rencana pembangunan yang sudah disusun. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan tersebut sejak dini diharapkan seluruh jajaran Executive Summary 7

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

pemerintah khususnya dan daerah pada umumnya mendayagunakan kekuatan dan mengantisipasi berbagai kelemahan yang ada.

2.3 Prasarana Wilayah


Aspek prasarana merupakan aspek dasar yang sangat diperlukan untuk

melakukan kegiatan pada berbagai aspek subsektor, yaitu prasarana jalan untuk jalur transportasi, sumber energi terutama listrik dan potensi air bersih. Kondisi prasarana tersebut di wilayah Kabupaten Bangka Selatan sampai saat ini masih belum secara optimal melayani kebutuhan masyarakat. Jalan Dari segi kuantitas secara umum jalan di sekitar wilayah pesisir Bangka Selatan saat ini tergolong baik. Hampir semua akses jalan sudah tersedia, sehingga dapat menghubungkan jalur transportasi dari suatu daerah pesisir ke daerah lain. Kondisi ini sangat mendukung upaya pemasaran, walaupun dari segi kualitas perlu ditingkatkan. Dengan demikian, semua kondisi ini akan berdampak bagi daya tarik penanaman investasi bidang ekonomi.

Sumber Energi Listrik Untuk wilayah tertentu, yaitu Kecamatan Toboali Tenaga Listrik saat ini dilayani dari PLN setempat, sumber dari listrik tersebut berupa PLTD. Sedangkan untuk wilayah potensi pengembangan kawasan industri termasuk pertambangan di kecamatan lain saat ini, yaitu Sadai, Simpang Rimba, dan Permis sebagian sumber energi listrik yang permanen seperti PLN belum ada. Hal ini merupakan faktor penghambat bagi pengembangan kawasan terpadu, terutama bagi daya tarik penanaman investasi bidang pertambangan. Di daerah tersebut masih mengandalkan sumber energi dari diesel atau genset swadaya masyarakat.

Potensi Air Bersih Secara umum potensi sarana air bersih di kawasan pengembangan pembangunan kawasan industri terpadu di Kabupaten Bangka Selatan saat ini cukup memadai, walaupun belum dikelola secara optimal.

2.4 Kebijakan Ruang Tata Wilayah


Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan telah menetapkan kebijakan pemanfaatan ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pada hakekatnya Rencana Tata Ruang Wilayah menetapkan Rencana Pemanfaatan Ruang yaitu kawasan hutan lindung dan budidaya. Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan untuk fungsi utama budaya kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan (UU 24 Th 1992). Sedangkan kawasan dikembangkan untuk kegiatan budidaya yaitu antara lain, pertanian, pemukiman, pariwisata, pertambangan, industri dan sebagainya. Executive Summary 8

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Sasaran kebijakan pemanfaatan ruang kawasan pertambangan : - Pemanfaatan dan pengendalian kegiatan pertambangan agar tidak mengganggu fungsi lindung. - Pengembangan fungsi lindung atau rehabilitasi tanah pada kawasan bekas Kuasa Pertambangan. - Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya. - Pembatasan pemberian izin usaha pertambangan baru dan hanya diperkenankan pada yang sudah terlanjur di berikan izin usaha dengan pengawasan yang ketat. Melalui pendekatan ini, maka di harapkan perkembangan wilayah yang terjadi pada masa mendatang akan memberikan dampak yang positif pada pemanfaatan ruang, perekonomian wilayah serta daya dukung lingkungan yang ada

Executive Summary

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

3. KONDISI GEOLOGI & POTENSI BAHAN GALIAN


3.1 Kondisi Geologi
Proses dan kondisi geologi sangat mempengaruhi terbentuknya potensi

sumberdaya bahan galian di suatu tempat/daerah. Proses geologi tersebut diantaranya berupa intrusi magma, tektonik, perlipatan, pelapukan, pengayaan (leaching), erosi dan pengendapan. Berdasarkan keadaan geologisnya Pulau Bangka dan wilayah sekitarnya berada pada Paparan Sunda atau bagian tepi dari kerak benua ( craton) Asia. Oleh karena itu, batuan dasar penyusun daerah ini selain batuan malihan adalah batuan inti benua yang berupa batuan beku asam atau bersifat granitik. Dilihat dari posisi waktu terbentuknya batuan beku granitik tersebut merupakan bagian dari busur magmatik yang terbentuk pada umur Trias hingga Jura (230 s/d 135 juta tahun lalu). Kondisi geologi wilayah Kabupaten Bangka Selatan telah digambarkan oleh U. Margono, dkk (1995) dalam Peta Geologi Lembar Bangka Selatan. Batuan tertua yang tersingkap di Kabupaten Bangka Selatan adalah batuan yang termasuk dalam Komplek Malihan Pemali (CPp) yang memiliki umur Karbon-Perem. Komplek ini terdiri dari filit, sekis, dan kuarsit. Filit berwarna abu-abu kecoklatan, struktur mendaun dan berurat kuarsa. Sekis berwarna abu-abu kehijauan, struktur mendaun, terkekarkan, setempat rekahannya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan kuarsit; Kuarsit putih kecoklatan, keras, tersusun oleh kuarsa dan feldspar berukuran halus sedang (U. Margono, dkk 1995). Komplek Malihan Pemali tersebar di bagian Barat Daya Air bara dan sebelah Timur Ranggas. Tidak selaras di atas Komplek Malihan Pemali (CPp) diendapkan Formasi Tanjung Genting (TRt) yang terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir dan batulempung dengan lensa batugamping, setempat di jumpai oksida besi. Batuan-batuan pada formasi ini umumnya berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan. Di dalam batugamping di jumpai fosil Montlivaultia Molukkana J. Wanner, Peronidella G. Wilkens, Entrochus sp, dan Enricrinus sp, yang menunjukkan umur Trias dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Formasi Tanjung Genting (TRt) tersebar luas mulai dari bagian utara, tengah dan selatan Kabupaten Bangka Selatan. Granit Klabat (TRJkg) menerobos batuan/formasi yang lebih tua yaitu Formasi Tanjung Genting (TRt) dan Kompleks Malihan Pemali (CPp), terdiri dari granit biotit, granodiorit dan granit genesan,. Granit biotit mempunyai tekstur porfiritik dengan ukuran kristal sedang-kasar, fenokris feldspar, memperlihatkan struktur foliasi. Granit genesan berwarna abu-abu dan berstruktur mendaun.

Executive Summary

10

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Umur Granit Klabat berdasarkan pentarikan dengan metoda K-Ardan Rb-Sr adalah Trias Akhir-Jura Awal, tersebar cukup banyak meliputi seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bangka Selatan.

Di atas formasi batuan yang telah disebutkan terdahulu diendapkan secara tidak selaras Formasi Ranggam (TQr) yang terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat. Batupasir berwarna putih kekuningan sampai dengan kecoklatan, berbutir haluskasar, menyudut-membundar tanggung, berlapis baik, memiliki struktur sedimen silang siur, perairan sejajar dan perlapisan bersusun, mengandung lensa tipis batubara dan pasir timah sekunder. Batulempung mengandung bahan organik dan lensa gambut. Konglomerat mengandung fragmen granit, kuarsa dan batuan malihan.

Fosil yang ditemukan pada formasi ini adalah Turritella terebra, Amonia sp, Triloculina sp, yang menunjukkan umur pengendapan Miosen Akhir-Plistosen Awal di lingkungan fluvial. Formasi Ranggam (TQr) terdapat di Lesat Formasi Ranggam (TQr) diendapkan (selatan Kepoh) dan Mangkapas. Di atas endapan kuarter berupa Pasir Kuarsa

(Qak),berwarna putih, berbutir kasar sedang, membundar tanggung membundar. Endapan rawa (Qs), Lumpur, lanau dan pasir. Aluvium (Qa) berupa lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal, yang keterdapatannya sebagai endapan sungai, rawa dan pantai.

3.2 Sumber Daya Bahan Galian


Kabupaten Bangka Selatan mempunyai sumberdaya mineral yang banyak dan beragam, mulai dari bahan galian seperti timah serta bahan galian industri antara lain kasiterit, monasit/xenotime, oksida besi, pirit, granit, diabas, kaolin, batupasir dan pasir kuarsa, pasir bangunan, tanah liat. Akan tetapi, pemasukan dari pertambangan dan penggalian ini belum optimal walaupun kontribusinya terhadap PDRB cukup, dan merupakan sumber utama bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan data geologi, hampir di semua wilayah baik di darat maupun di laut mempunyai cadangan bijih timah yang dikenal dengan istilah Worlds tin belt (sabuk timah dunia). Dengan struktur tanah yang mempunyai pH rata-rata di bawah 5, di dalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kuarsa, kaolin, batu granit dan lain sebagainya. Sampai dengan tahun 2004 eksploitasi timah untuk kuasa pertambangan (KP) timah PT. Tambang Timah di Bangka Selatan yang berada di darat dengan luas areal 92.401,74 Ha. Sedangkan yang berada di laut seluas 14.985 Ha. Luas KK timah PT. Koba Tin sebesar 19.340,74 Ha. Jumlah perusahaan golongan C yang dilengkapi izin di Kabupaten Bangka Selatan sampai dengan tahun 2006 tercatat 8 (delapan) buah dengan luas areal 368,1 Ha. Sumberdaya bahan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari 10 jenis Executive Summary 11

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

mineral/ bahan galian, yaitu: granit, pasir kuarsa, kaolin, bijih timah, bijih besi, zircon, monasit, tanah liat, tanah urug, dan ilmenit. a. Granit Granit adalah jenis batuan beku berwarna putih/terang dengan komposisi utama orthoklas (K-feldspar) dan kuarsa yang disertai dengan sedikit kandungan biotit, mika, dan amfibol. Granit di wilayah Kabupaten Bangka Selatan terbentuk melalui pembekuan magma pada zaman Trias-Jura.

Berdasarkan variasi komposisi mineral penyusunannya, kadar silika, dan adanya kenaikan tekanan dan/temperatur setelah pembentukan granit, maka di Kabupaten Bangka Selatan dapat dibedakan 3 jenis granit, masing-masing granit biotit, granodiorit, dan granit genesen. Ketiga jenis granit di atas adakalanya terdapat pada suatu lokasi yang sama seperti yang dijumpai di G. Namak. Di Kabupaten Bangka Selatan, granit yang termasuk ke dalam kelompok Granit Klabat tersebar cukup banyak, yaitu masing-masing di G.Muntai, G.Toboali, G.Namak, Pantai Pasir Putih, Tanjung RU, Tanjung Kubu, dan Tanjung (Kecamatan Toboali); Bukit Murup, Bukit Trubuk manawar, G.Gebang, Bukit Burang, Bukit Keledang, G.Neneh, dan G.Berah (Kecamatan Payung); Bukit Nangka dan Tanjung Berdaun (Kecamatan Simpang Rimba); dan P. Lepar (Kecamatan Lepar Pongok). Potensi cadangan/sumberdaya granit di Kabupaten Bangka Selatan sangat besar, seluruhnya memiliki luas penyebaran 663.125.000 m2. Berdasarkan keadaan batuan, bentuk mineral, komposisi, dan hasil kuat tekan dengan nilai rata-rata > 340 kg/cm 2, maka granit di Kabupaten Bangka Selatan dapat digunakan sebagai batu ornamen, lantai, dinding, dan dinding bangunan. Granit di daerah ini belum banyak diusahakan, sebagian kecil digali oleh penduduk untuk bahan pengeras jalan dan pondasi rumah. Vegetasi yang menutupi sebaran granit pada umumnya berupa hutan primer, sekunder dan lahan pertanian/kebun penduduk. b. Pasir Kuarsa Pasir kuarsa adalah jenis bahan terdiri dari butiran-butiran kuarsa yang berukuran 0,06 2,0 mm. Butiran-butiran kuarsa tersebut memiliki kadungan Si0 2 (>90%). Bahan galian ini terjadi dari hasil pelapukan batuan yang banyak mengandung kuarsa, feldsdpatic, dan sebagainya yang tercuci atau terbawa air/angin dan diendapkan di sekitar sungai, pantai, atau di tempat yang rendah. Di Kabupaten Bangka Selatan pasir kuarsa terbentuk dari hasil pelapukan granit yang kaya akan kuarsa dan K-felspar serta dari formasi-formasi batuan lainnya yang memiliki kandungan kuarsa. Penggunaan pasir kuarsa terutama sebagai bahan baku utama atau bahan tambahan dalam industri gelas-kaca, refraktori, pengecoran logam, pembuatan

Executive Summary

12

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

ferro silicon, silicon karbida, ampelas, penyaring, bahan baku semen dan lain-lain. Di samping itu, tidak tertutup kemungkinan memanfaatkan pasir kuarsa untuk penggunaan lainnya, yakni mencapai dengan memenuhi persyaratan spesifikasi penggunaannya. tersebut sering dilakukan pengolahan/pencucian Untuk guna spesifikasi

menghilangkan zat-zat/mineral pengotor serta meninggikan kadar Si0 2. Sebaran pasir kuarsa di Kabupaten Bangka Selatan sangat luas, meliputi hampir seluruh kecamatan yang ada, terutama di sekitar pantai, sungai dan tempat yang rendah/rawa. Luas sebaran pasir kuarsa di Kabupaten Bangka Selatan diperkirakan mencapai 4.143.68 Ha dengan ketebalan yang sangat bervariasi antara 2-6 meter sehingga potensi cadangannya mencapai 200.000.000 m 3. Potensi pasir kuarsa di Kabupaten Bangka Selatan telah ada yang mengusahakan oleh suatu perusahaan yang berizin dengan menambang endapan pasir kuarsa yang terdapat di sekitar Tanjung Kubu. Pasir kuarsa tersebut tanpa melalui proses pengolahan dan pencucian terlebih dahulu langsung dikirim ke Jakarta dengan kapal Tongkang melalui dermaga pantai.

c. Kaolin Kaolin adalah bahan galian yang tersusun dari lempung kualitas tinggi, mempunyai komposisi kimia hydrous aluminium silicate Al20 3, 2Si02.2H20, berukuran butir sangat halus dan bersifat lunak. Kaolin terdiri dari hasil pelapukan dan dekomposisi batuan feldpatic dimana mineral-mineral potash alumunium silicate dan feldspar berubah menjadi kaolin. Endapan kaolin di Kabupaten Bangka Selatan terbentuk dari hasil pelapukan dan dekomposisi batuan granit yang banyak mengandung K-feldspar. Endapan Kaolin di Kabupaten Bangka Selatan dijumpai pada beberapa tempat di antaranya di daerah Parit 3 dan tepi jalan raya Toboali Sadai. Kaolin ini berwarna putih, berbutir halus, lunak dan lengket apabila basah, sebagian bersifat pasiran. Luas penyebaran kaolin ini pada dua lokasi tersebut di atas sekitar 4.42 Ha. Tebal kaolin belum dapat diketahui dengan pasti, namun diperkirakan tidak lebih dari 3 m. demikian, potensi cadangan kaolin diperkirakan mencapai 120.000 m.
3

Dengan Kaolin

dipergunakan pada industri karet, kertas, tekstil, keramik, refraktori, kimia, cat, pasta gigi, bahan pemutih pada industri gula, makanan, obat-obatan dan sebagainya. Tiap-tiap penggunaan kaolin memerlukan spesifikasi tersendiri, misalnya untuk bahan pelapis kertas digunakan mineral lempungnya jenis kaolinit, berukuran <2 mikron sebanyak 80%, daya tukar kation 5-15 mili ekuivalen/100 gr dan sebagianya. Penambang kaolin biasanya dilakukan dengan sistem tambang terbuka dengan membersihkan lahan di permukaannya terlebih dahulu menggunakan bulldozer. Selanjutnya penggalian dapat dilakukan dengan shovel. Kaolin yang telah di tambang perlu diolah terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan atau spesifikasi penggunaannya.

d. Bijih Timah

Executive Summary

13

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Mineralisasi timah di wilayah Pulau Bangka dan sekitarnya merupakan bagian dari sabuk timah (tin belt) di Asia Tenggara yang memanjang mulai dari Yunan (cina), Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia sampai ke Indonesia. Tipe endapan timah yang terdapat pada sabuk timah Asia Tenggara tersebut dapat dibagi atas lima tipe endapan kasiterit (Sn02) yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Magmatic Dissemination Pegmantit dan Apliet Cebakan Kontak Metamorfosa Cebakan Hidroternal Endapan Skunder.

Endapan Bijih Timah di Pulau Bangka, terdiri dari 2 macam, yaitu : berupa mineralisasi pada batuan granit dan berupa endapan sekunder baik di darat maupun di lepas pantai. Dalam pengamatan lapangan kali ini jumlah cadangan timah di Kabupaten Bangka Selatan belum dapat ditentukan, baik yang tergolong timah primer berupa uraturat timah pada batuan granit maupun yang tergolong endapan sekunder di darat dan lepas pantai. Namun demikian, PT. Timah, Tbk telah melakukan eksplorasi bijih timah di wilayah ini, sehingga jumlah dan kualitas cadangannya telah terdata. Endapan bijih timah tersebar luas di Kabupaten Bangka Selatan, sehingga sebagian kelompok masyarakat telah mengembangkannya sebagai kegiatan usaha pertambangan bijih timah. Meskipun legalitas pertambangan belum dilengkap,i namun beberapa lokasi penggalian tetap berjalan, baik di darat maupun di perairan pantai.

e. Besi Endapan besi yang berupa batu besi di Kabupaten Bangka Selatan ditemukan di sebelah barat Bukit Pelawan (Kecamatan Payung). Endapan besi tersebut berasal dari pengisian oksida besi pada rekahan-rekahan batuan Formasi Tanjung Genting. Batu besi berwarna abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, berupa magnetit, hematite, limonit, berasosiasi dengan psilomelan dan urat kuarsa, bersifat berat dan bereaksi dengan magnet. Jumlah cadangan teridikasi batu besi di Bukit Pelawan adalah sebesar 58.785,25 ton dengan kadar Fe = 45,24% (Direktorat Sumber Daya Mineral, 1998). Endapan bijih besi yang berupa batu besi di Kabupaten Bangka Selatan di temukan di sebelah Barat Bukit Pelawan (Kecamatan Payung). Endapan bijih besi tersebut berasal dari pengisian oksida besi pada rekahan-rekahan batuan Formasi Tanjung Genting. Batu besi berwarna abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, berupa magnetit, hematite, limonite, berasosiasi dengan psilomelan dan urat kuarsa, bersifat berat dan bereaksi dengan magnet. Direktorat Sumber Daya Mineral (1998) memperkirakan jumlah cadangan terindikasi batu besi di Bukit Pelawan adalah sebesar 58.785.25 ton dengan kadar Fe = 45.24%. Namun demikian dalam pengamatan lapangan Executive Summary 14

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

kali ini luas sebarannya kurang dari 1 Ha dan jumlah cadangan tersebut telah berukuran. Pengurangan tersebut diperkirakan karena telah terjadi penggalian di lokasi tersebut.

f. Zirkon Zirkon terbentuk sebagai mineral ikutan pada batuan yang mengandung Nafelspar seperti granit dan syenit dan batuan malihan jenis genes dan sekis. Secara ekonomis zircon dijumpai dalam bentuk butiran (pasir) baik yang terdapat pada sedimen sungai maupun sedimen pantai, berasosiasi dengan mineral berat dan kasiterit. Zirkon di Kabupaten Bangka Selatan diperkirakan terdapat bersamaan dengan endapan timah sekunder, baik berupa endapan sungai maupun endapan pantai. Butirannya yang halus dan warna yang bening agak sulit dibedakan dari butiran kuarsa yang banyak dijumpai di seluruh wilayah Bangka Selatan. Sebagaimana endapan timah, untuk mengetahui potensi zirkon ini perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi lebih lanjut.

g. Monasit Monasit banyak dijumpai berupa endapan sekunder bersama-sama dengan zircon dan kasiterit, berupa dengan endapan sungai dan pantai. Selain itu monasit ditemukan juga pada batuan granit berupa endapan primer. Hingga saat ini belum banyak penelitian tentang monazite di Indonesia, baik jumlah cadangan maupun kualitasnya. Endapan Monasit di Kabupaten Bangka Selatan ditemukan di Gunung Muntai Kecamatan Toboali. Menurut Direktorat Sumber Daya mineral (Peta sebaran Mineral Logam P. Sumatera Bagian Selatan, 1998) monasit di Gunung Muntai memiliki cadangan terukur sebesar 182.9 ton. Selanjutnya dalam pengamatan lapangan di Gunung Muntai dijumpai banyak singkapan batu granit yang diduga mengandung Monazit di bagian pinggang dan puncak gunung, namun secara megaskopis sangat sulit mengetahui kandungan mineral.

h. Tanah Liat Bahan galian ini banyak ditemukan di beberapa daerah terutama di sekitar lokasi penambangan timah. Ketebalannya bervariasi berkisar antara 1-3 meter, berwarna coklat kemerahan dan lengket pada saat basah. Selain itu, endapan tanah liat juga banyak dijumpai di daerah Parit Tiga dan lokasi pembangunan kantor bupati dengan luas sekitar 200 Ha. Meskipun kualitas tanah liat ini tidak sebaik ballclay, namun jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku : gerabah, batu bata dan genteng.

i. Tanah Urug Tanah urug merupakan jenis material yang sebelumnya tidak pernah di kategorikan sebagai bahan galian. Jenis bahan galian ini telah banyak dimanfaatkan masyarakat pada pembangunan berbagai sarana dan prasarana publik. Namun demikian, di wilayah Bangka Selatan belum dikembangkan dengan baik meskipun cadangannya Executive Summary 15

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

cukup besar. Secara umum tanah urug adalah material bahan galian yang tidak diolah atau diproses lebih lanjut, namun langsung digunakan sebagai filling material, seperti pengurugan untuk bangunan: jalan, bendungan, gedung, dan fasilitas publik lainnya.

3.3 Perijinan Pertambangan


Pada saat ini kegiatan usaha pertambangan yang dikeluarkan oleh Pertambangan dan Energi, Kabupaten Bangka Selatan kuarsa dan timah. Dari 15 perusahaan yang diberikan ijin terdiri dari Dinas terdiri dari bahan galian pasir 8 Perusahaan Pasir

Kuarsa dengan luas keseluruhan 368,1 Ha dan 9 Perusahaan Timah dengan luas keseluruhan 3.442,06 Ha. Dari 17 perusahaan tersebut tersebar di Kecamatan Toboali, Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Air Gegas.

Executive Summary

16

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

4. ANALISIS KAWASAN PERTAMBANGAN


Pada hakekatnya kegiatan pertambangan akan mengakibatkan berubahnya bentang alam maupun kondisi fisik lainnya. Perubahan ini dapat berdampak posistif maupun negatif terhadap kondisi lingkungan. Untuk mengurangi ataupun meminimalisasi dampak tersebut, perlu dilakukan penataan kawasan pertambangan dengan harapan kegiatan pertambangan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya maupun daerah serta terciptanya pengembangan wilayah. Dalam kegiatan pertambangan harus berorientasi pada kelestarian lingkungan maupun konservasi lahan, di mana potensi sumber daya mineral yang terkandung di perut bumi dapat diambil dan dimanfaatkan, sedangkan lahan bekas tambang dilakukan penataan untuk dapat dimanfaatkan kembali sesuai peruntukannya. Tahapan dalam melakukan analisis kawasan pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan antara lain : - Menentukan kawasan yang dikembangkan untuk kegiatan pertambangan. - Menentukan prioritas pengembangan. - Menentukan tipologi untuk arahan pengembangan wilayah.

4.1 Zonasi Kawasan Pertambangan


Zonasi kawasan pertambangan adalah suatu daerah atau kawasan yang mempunyai potensi bahan galian yang dengan berbagai pertimbangan keruangan diperuntukkan untuk kegiatan pertambangan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dimaksudkan untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor atau meminimalisasi resiko yang akan terjadi apabila kegiatan pertambangan berjalan. Untuk menentukan lokasi kawasan pertambangan perlu memperhatikan beberapa parameter yang terkait. Parameter ini antara lain kebijakan ruang daerah, kondisi fisik wilayah, jenis penggunaan lahan dan resiko bencana alam. A. Dalam Kebijakan Ruang Daerah kebijakan penataan ruang daerah Kabupaten Bangka Selatan telah

diklasifikasikan arahan pengembangan lahan yang terbagi menjadi 2 (dua) kawasan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan yang telah dialokasikan untuk fungsi lindung, tidak diperuntukkan untuk kawasan budidaya termasuk kegiatan pertambangan (Keppres 32 Th. 1990). Potensi bahan galian yang keberadaannya pada kawasan lindung diarahkan tidak dikembangkan untuk kegiatan pertambangan. Sedangkan potensi bahan galian yang berada pada kawasan budidaya dapat diarahkan untuk dikembangkan dengan memperhatikan pemanfaatan lahannya. Kawasan lindung yang ada di wilayah Kabupaten Bangka Selatan antara lain : - Kawasan lindung yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya yaitu merupakan kawasan hutan lindung yang terdapat di Gunung Permisan

Executive Summary

17

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Kecamatan Simpang Rimba, Gunung Muntai Kecamatan Toboali, Bukit Bebuluh (Pegunungan Panding) Kecamatan Air Gegas dan hutan lindung di bagian timur Pulau Lepar Kecamatan Lepar Pongok. - Kawasan sempadan pantai yaitu terdapat pada wilayah perairan/laut. - Kawasan sempadan sungai yaitu terdistribusi pada seluruh kecamatan, ditetapkan selebar 100 meter kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai. - Kawasan sekitar waduk/kolong bekas tambang timah, untuk melindungi waduk/kolong dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air waduk/kolong, ditetapkan 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. - Kawasan suaka alam dan cagar budaya. - Kawasan rawan bencana banjir, longsor, amblas, rawan petir dan kawasan rawan angin Puting Beliung. yang menghadap ke

Executive Summary

18

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

B.

Kondisi Fisik Lingkungan Kondisi fisik lingkungan sangatlah penting untuk menjadi parameter penentuan terhadap

kawasan pertambangan. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bahan galian tanah.

kondisi fisik dasar, yaitu antara lain morfologi daerah, kondisi geologis dan kemampuan

Keadaan morfologis daerah mencakup antara lain ketinggian tempat dan kemiringan tanah. Lokasi sebaran yang keberadaannya pada daerah yang mempunyai ketinggian lebih besar dari 500 meter dpl diarahkan tidak sebagai daerah pertambangan. Pada daerah berketinggian seperti ini sangat rentan untuk kegiatan pertambangan, karena daerahnya berkemiringan sangat curam dan pencapaiannya relatif sulit. Selain itu, fungsi lahan pada daerah ini pada umumnya merupakan daerah konservasi dan lindung. Lokasi sebaran bahan galian yang keberadaannya pada daerah yang

berkemiringan lebih dari 40% diarahkan tidak untuk kegiatan pertambangan terkecuali untuk sebaran granit. Apabila di daerah ini lakukan kegiatan pertambangan model tambang terbuka, maka daerahnya sangat rentan terjadinya longsor atau bencana. Daerah yang terdapat sesar atau patahan yang masih aktif, sangat berbahaya apabila digunakan sebagai tempat tinggal maupun daerah pengembangan pertambangan. Oleh karena itu, faktor sesar ini menjadi salah satu parameter kendala pengembangan kegiatan pertambangan. Untuk menghindari resiko terjadi bencana, sebaiknya lokasi kegiatan pertambangan berada minimal 500 meter dari sisi sesar. Daerah yang terindikasi rawan terjadi bencana seperti bahaya banjir, tanah longsor maupun potensial terjadi gerakan tanah, diarahkan tidak untuk kegiatan pertambangan. Pemanfaatan bahan galian yang keberadaannya di sungai diupayakan agar tidak mengganggu pola aliran sungai maupun badan sungai dan tidak berada pada kelokan luar sungai. Selain itu juga terjaganya kualitas maupun kuantitas air sungai tersebut serta sumber mata air yang ada. Penambangan tidak diperkenankan pada daerah degradasi, tikungan/belokan sungai luar, tebing dan bagian-bagian sungai yang kritis serta di sekitar bangunan-bangunan sungai. Selain itu aktivitas penambangan pasir di sungai tidak mengganggu fungsi sungai tersebut. C. Penggunaan Tanah Penggunaan tanah merupakan kondisi pemanfaatan lahan yang terjadi pada saat ini. Pemanfaatan lahan tersebut antara lain meliputi persawahan, perkebunan, hutan, semak belukar, kebun campuran, tegalan dan pemukiman. Pemanfaatan potensi bahan galian yang direkomendasikan pemukiman, untuk dikembangkan mengganggu minimal maupun berjarak 100 meter dari areal dari karena akan membahayakan penghuni

Executive Summary

19

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

pemukiman tersebut. Pengembangan potensi sumber daya mineral pada areal hutan harus mendapatkan rekomendasi penambangan dari instansi terkait. Pada areal persawahan yang dalam pengelolaannya merupakan daerah beririgasi teknis, diarahkan tidak dikembangkan sebagai lahan usaha tambang. Hal ini lebih dipengaruhi oleh faktor non-teknis yaitu berdasarkan kebijakan, di mana daerah tersebut telah dialokasikan untuk pengembangan areal persawahan dan telah banyak investasi yang ditanam untuk pengembangan areal tersebut. D. Infrastruktur/Prasarana Prasarana merupakan sarana pendukung untuk aktivitas manusia dalam

menjalankan kehidupan, yaitu antara lain jalan, jembatan, bangunan sungai, tempat ibadah, tempat sekolah, pasar, dan sebagainya. Prasarana-prasarana tersebut tidak dikenankan untuk diganggu maupun dirusak, karena akan mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Untuk mengamankan fungsi prasarana tersebut perlu ditentukan batasan daerah pengembangan kegiatan pertambangan. Batasan yang aman untuk pengembangan kegiatan pertambangan yang

berdekatan dengan prasarana jalan, yaitu : 100 meter terhadap jalan kabupaten/provinsi dan 200 meter dari jalan arteri/utama/negara. Kegiatan pertambangan minimal berjarak 100 meter terhadap saluran irigasi atau bangunan irigasi. Penambangan di sungai yang diperkenankan adalah 500 meter ke arah hulu atau 1000 meter ke arah hilir bangunan sungai (jembatan, dam/pintu air). Penetapan kawasan untuk fungsi pertambangan perlu memperhatikan beberapa parameter di atas yang menjadi faktor kendala. Hal ini agar kegiatan pertambangan selaras dengan kebijakan daerah, tidak terjadi tumpang tindih antarkegiatan atau menimbulkan bahaya maupun kerusakan lingkungan. memperhatikan berbagai pertimbangan. Untuk menentukan kawasan ini dilakukan dengan pendekatan analisis tumpang tindih dan pemilahan, yaitu dari peta sebaran bahan galian dengan peta tematik yang menjadi pertimbangan untuk menentukan lokasi pertambangan terhadap parameter yang menjadi batasan. Untuk melakukan analisis ini digunakan komputer yang telah dilengkapi software MapInfo Version 6,0. Untuk melakukan analisis ini data/peta-peta tersebut harus dibangun secara digital dengan menggunakan perangkat keras digitaizer dan dilengkapi atribut yang menjadi informasi dari peta tersebut. Berdasarkan identifikasi dan inventarisasi potensi bahan galian yang ada di Kabupaten Bangka Selatan terdapat 11 jenis bahan galian, yaitu : kaolin, bijih besi, lempung dan pasir mengandung besi, batuan mika klorit dan talk sekis, tanah urug, pasir kuarsa, batuan granit, alluvium, granit, batuan pasir serta pasir dan lempung berselang seling (Distamben Bangka Selatan, 2004). Potensi bahan galian ini tersebar di seluruh kecamatan yang ada Executive Summary dengan luas sebaran 360.675 ha. Dari potensi 20 Pada hakekatnya kawasan pertambangan adalah kawasan yang dialokasikan untuk kegiatan pertambangan dengan

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

tersebut pada umumnya belum dikembangkan atau ditambang oleh masyarakat sekitar maupun investor, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan alokasi atau penataan pengusahaan pertambangan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, bahan galian kaolin dan bijih besi lokasi sebarannya tidak dapat dikembangkan sebagai kawasan tambang, karena berada pada daerah yang berkendala. Untuk sebaran mika khlorit dan talk skis, pasir kuarsa, tanah urug, alluvium dan batuan granit keberadaannya sebagian besar berkendala, sehingga luasan yang dikembangkan sebagai daerah pertambangan tinggal 1,54%, 10,99, 17,42%, 31,13 dan 34,07% dari luas sebaran. Sebaran lempung dan pasir mengandung besi keberadaannya tidak banyak mengalami kendala, sehingga sebagian besar dapat dikembangkan sebagai daerah pertambangan (67,56%). Berdasarkan parameter pertimbangan alokasi lahan pertambangan, aspek

kawasan lindung dan kawasan pertambangan telah memberikan andil yang cukup besar sebagai daerah kendala dalam pengembangan lahan pertambangan. Sedangkan aspek lainnya, keberadaan sebaran tidak berada di kawasan ini, sehingga tidak terlalu besar menjadi kendala pengembangan. Dengan menggunakan beberapa pendekatan parameter, analisis sebaran tersebut potensi di atas dan dengan yang

mempertimbangkan

bahan

galian

diperuntukkan untuk kegiatan pertambangan seluas 148.587,96 ha atau 40,61% dari luas sebaran. Dari kawasan yang dialokasikan tersebut terinci dalam 161 satuan lahan dan 8 jenis bahan galian. Berdasarkan luasan sebaran bahan galian yang dialokasikan sebagai kawasan pertambangan tersebut terdistribusi pada seluruh kecamatan, yaitu yang terluas di Kecamatan Air Gegas (49.242,35) ha dan yang terkecil di Kecamatan Simpang Rimba (19.798,60 ha). Dengan demikian, Kecamatan Air Gegas cukup kaya akan sumber daya mineral karena sebarannya cukup luas, sehingga dapat diarahkan untuk pengembangan kegiatan pertambangan. Wilayah Kecamatan Toboali dan Air Gegas mempunyai jenis sebaran bahan galian yang dialokasikan sebagai kawasan pertambangan cukup beragam, sedangkan Kecamatan Lepar Pongok yang kurang beragam bahan galian yang ada alluvium, batuan granit dan pasir lempung berselang seling. Sebaran bahan galian yang telah dialokasikan ini perlu dikaji lebih lanjut menentukan arahan pengusahaan. Pendekatan yang digunakan dalam menentukan arahan pengembangan, yaitu dengan menentukan prioritas pengusahaan bahan galian. Selain itu, perlu dipertimbangkan juga aspek legalitas, teknis penambangan dan pengelolaan lingkungan pasca-tambang. Wilayah Kepulauan Bangka terkandung potensi timah yang sangat melimpah dan dijumpai hampir pada seluruh wilayah, termasuk di wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Potensi ini sebagian telah diusahakan oleh investor

Executive Summary

21

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

dalam negeri maupun asing dalam bentuk Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK). Dengan potensi timah yang melimpah dan membaiknya harga timah dunia, telah memberikan harapan kepada masyarakat dengan ikut melakukan penambangan timah di daerah ini, yaitu berupa

Tambang Inkonvensional (TI). Jumlah TI ini kian hari semakin bertambah dan cenderung tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah pertambangan, yaitu yang terkait dengan lokasi penambangan, perizinan maupun pengelolaan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap TI, yaitu terkait dengan lokasi, model penambangan dan upaya pengelolaan lingkungan pascatambang. Pengelolaan lokasi yaitu dengan mengalokasikan pada tempat tertentu yang dinamakan Wilayah Pertambangan Timah Rakyat (WPTR). Penentuan lokasi ini adalah lahan yang berpotensi bahan galian, tidak tumpang tindih dengan sektor lain maupun tidak berada pada areal KP PT. Timah atau KK PT. Koba Tin serta diarahkan untuk kegiatan pertambangan (RTRW Bangka Selatan). Berdasarkan pertimbangan tersebut, kawasan yang ditetapkan untuk WPR seluas 23.916,7 Ha yang terdistribusi pada 4 kecamatan, yaitu Kecamatan S. Rimba, Payung, Air Gegas dan Toboali. Diharapkan dengan adanya alokasi lahan untuk WPTR tersebut masyarakat dapat melakukan penambahan, tingkat kerusakan lingkungan maupun tumpang tindih antar sektor dapat diminimalkan. Untuk mencapai hal tersebut di atas, Pemerintah Daerah harus secara berkala melakukan pemantauan maupun pengawasan aktivitas penambangan di daerah tersebut.

4.2 Prioritas Pengembangan


Pada umumnya pengusahaan pertambangan bahan galian membutuhkan banyak modal dengan resiko kerugian yang cukup besar atau, namun demikian apabila dilakukan dengan teliti dan perhitungan yang matang akan mendatangkan banyak keuntungan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi Sektor Pertambangan dilakukan analisis skala prioritas pengusahaan. Melalui analisis ini dapat ditentukan jenis bahan galian unggulan yang prospek untuk diusahakan dan prioritas lokasi bahan galian untuk ditambang. Analisis prioritas pengusahaan dilakukan berdasarkan karakteristik/variabel yang dimiliki oleh setiap daerah di mana terdapat potensi bahan galian. Karakteristikkarakteristik atau variabel yang menjadi pertimbangan dalam menentukan prioritas pengembangan antara lain aksesibilitas, luas sebaran, penggunaan tanah, nilai ekonomi dan prospek ekonomi. Masing-masing kriteria diberi nilai pembobotan sesuai dengan kondisi dan keberadaannya. Selanjutnya pengelompokan menggunakan metode analisis faktor. Executive Summary 22 variabel ke dalam faktor sangat ditentukan oleh besarnya korelasi antara keduanya yang dihitung dengan

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Untuk mengetahui jenis bahan galian yang menjadi prioritas pengembangan, ditentukan berdasarkan 5 variabel. Data-data yang telah diberi bobot tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan model analisis faktor. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, ternyata faktor F1 berkorelasi secara signifikan dan berderajat tinggi dengan variabel penggunaan tanah (X2) dan luas sebaran (X3) Hal ini dapat dilihat dari total varians F1 sebesar 63,98%, artinya bahwa F 1 mampu memuat (loading factor) ke tiga faktor tersebut. Sedangkan faktor F2 berkorelasi tinggi dengan variabel-variabel aspek jalan (X1), nilai ekonomi (X4), dan prospek ekonomi (X5) dengan total varians sebesar 36,02%. Nilai eigenvalue setiap faktor ternyata lebih besar dari 1, artinya bahwa dua

pengelompokan variabel cukup diwakili oleh dua faktor tersebut dan berpengaruh terhadap penentuan prioritas pengusahaan bahan galian. Faktor 1 : merupakan kelompok perekonomian yang mampu mewakili variabel-variabel variabel penggunaan lahan (X2), dan luas sebaran (X3) korelasi masing-masing sebesar 99,73% Faktor 2 : merupakan kelompok fisik yang mampu menggambarkan variabel-variabel aspek jalan (X1), nilai ekonomi (X4), dan prospek ekonomi (X5) dengan tingkat korelasi masing-masing sebesar 32,95%, 76,86 dan 66,77%. Analisis berikutnya adalah menentukan setiap individu dari sel variabel baru dengan menghitung skor dari kedua faktor di atas. Skor faktor ini mencerminkan keadaan karakteristik individu yang diwakili oleh kedua faktor, hasil perhitungannya. Dengan kata lain, bahwa semakin tinggi nilai skor individu dari faktor tersebut, maka akan semakin mencerminkan pula karakteristik individu tersebut dalam faktor yang mewakilinya. Dengan demikian, karakteristik individu tersebut akan menjadi prioritas utama yang dipilih untuk mewakili individu lainnya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skor faktor yang menentukan prioritas pengembangan usaha, prioritas pengembangan ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut : Apabila nilai skor jumlahnya memiliki nilai satu atau lebih, maka bahan galian tersebut memiliki prioritas utama untuk diusahakan. Apabila nilai skor jumlahnya antara 0 sampai dengan kurang dari satu, maka bahan galian tersebut memiliki prioritas kedua untuk diusahakan. Apabila nilai skor jumlahnya kurang dari 0 (nol), maka memiliki prioritas ketiga untuk diusahakan. Berdasarkan kriteria tersebut, ternyata bahwa bahan galian yang memiliki prioritas utama untuk dikembangkan adalah : Batu granit di Kecamatan Air Gegas (kode 3.8, 3.9, 3.10, 3.12, 3.16, 3.17, dan 3.26), Toboali (kode 3.19, 3.20, 3.23, 5.30), Simpang Rimba (kode 3.1) dan Lepar Executive Summary 23 bahan galian tersebut dengan tingkat

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Pongok (3.24) karena selain memiliki nilai jual tinggi juga karena cadangannya terletak di lahan kebun campuran. Batuan pasir di Kecamatan Toboali (kode 5.32). Aluvium, pasir dan lempung berselang seling di Kecamatan Simpang Rimba (kode 1.3, 2.1). Bahan galian yang mempunyai peluang dengan kategori prioritas kedua adalah : Batuan pasir di Kecamatan Payung (5.3, 5.4, 5.5), Air Gegas (5.16, 5.18, 5.20, 5.21, 5.26, dan 5.29), karena tambak. Batuan granit di Kecamatan Payung (3.3 dan 3.6) dan Toboali (3.21 dan 3.22). Aluvium di Kecamatan Air Gegas (1.25, 1.26, 1.27), Toboali (1.28), dan Simpang Rimba (1.1 dan 1.2). lokasinya berada di lahan perkebunan campuran dan

Pasir dan lempung berselang-seling di Kecamatan Air Gegas (2.12, 2.13, 2.18), Toboali (2.19, 2.21, 2.22), dan Lepar Pongok (2.24, 2.25). Batuan Mika Khlorit dan Talk Skis di Kecamatan Toboali (7.1, 7.2).

Bahan galian yang mempunyai peluang dengan kategori prioritas ketiga adalah : Alluvium di Kecamatan Air Gegas (1.29, 1.30, 1.31, 1.32, 1.36, 1.38, 1.39), Toboali (1.40, 1.41, 1.42, 1.43, 1.47), Lepar Pongok (1.56). Batuan pasir di Kecamatan Payung (5.11) dan Simpang Rimba (5.1). Pasir dan lempung berselang-seling di Kecamatan Air Gegas (2.14, 8.10), Payung (2.11), Toboali (2.20).

4.3 Analisis Perekonomian Wilayah Kabupaten Bangka Selatan


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Produk Domestik Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui perkembangan perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan struktur PDRB tersebut, akan dikaji karakteristik perekonomian daerah secara sektoral. Hal ini untuk mengetahui sektor-sektor potensial dan non potensial yang dimiliki oleh daerah tersebut. Untuk melakukan hal tersebut digunakan pendekatan teknik analisis Location Quetient (LQ) dan Shift-Share. Pada analisis perekonomian wilayah ini akan dilihat kondisi tiap-tiap sektor seperti, pertumbuhan dan perkembangan serta pergeseran perekonomian wilayah yang terjadi di Kabupaten Bangka Selatan dengan memperhatikan kondisi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada kurun waktu tahun 2003 dan 2004. Analisis LQ merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah pada tiap-tiap sektor. Hasil yang diperoleh merupakan salah satu kesimpulan sementara dan masih harus dilakukan pengujian lebih lanjut. Model analisis shift-share merupakan media untuk menguji lebih lanjut. Selain itu, analisis shift-share ini dapat 24

Executive Summary

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

untuk mengetahui tipologi perkembangan wilayah pada tiap-tiap sektor terhadap daerah yang lebih luas pada kurun waktu tertentu dan untuk mengetahui kecenderungan yang terjadi pada tiap-tiap sektor atau lapangan usaha. Pada kurun waktu tahun 2003 dan 2004 di Kabupaten Bangka Selatan terjadi peningkatan pada hampir seluruh sektor/lapangan usaha, terkecuali pada Sektor Jasajasa. Rata-rata laju perkembangan yang terjadi selama kurun waktu tahun 2003 dan 2004 sebesar 0,036. Nilai laju perkembangan di Kabupaten Bangka Selatan relatif lebih kecil dibanding laju perkembangan wilayah yang lebih luas (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung), yaitu sebesar 0,042. Hal ini menunjukkan bahwa pada kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terjadi perkembangan yang lebih pesat. Laju pertumbuhan pada Sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan, Hotel dan Restoran berkembang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ini sangat potensial dan prospek untuk dikembangkan. Sedangkan pada Sektor

Pertambangan terjadi kecenderungan peningkatan cukup baik, yaitu sebesar 0,040. Ini berarti potensi bahan galian yang ada telah dikembangkan, meskipun belum optimal. Ditinjau dari kontribusi tiap-tiap sektor pada tahun 2004 di Kabupaten Bangka Selatan, menunjukkan bahwa Sektor Pertanian dan Pertambangan sangat berperan dalam menggerakkan perekonomian daerah, yaitu sebesar 47,86% dan 21,90%. Pada kedua sub-sektor ini juga telah memberikan andil yang cukup signifikan dalam penyerapan tenaga kerja, baik sebagai petani maupun pekerja tambang. Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap struktur PDRB di daerah ini masih sangat kecil yaitu hanya 1,77%. Menurut hasil perhitungan LQ dari nilai PDRB tahun 2003 maupun tahun 2004, menunjukkan bahwa Sektor-sektor Pertanian, Pertambangan dan Bangunan, merupakan sektor yang menonjol peranannya (dalam kontribusi) dibandingkan wilayah yang lebih luas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ tersebut menunjukkan adanya lebih besar dari 1 (>1). Pada sektor-sektor kegiatan usaha dan berpotensi spesialisasi

pengembangan dibandingkan sektor yang lainnya. Berdasarkan hasil perhitungan pergeseran keseluruhan (total shift) di Kabupaten Bangka Selatan menunjukkan bahwa perkembangan Sektor Pertanian, Pertambangan dan Jasa-jasa relatif lambat dibandingkan dengan rata-rata perkembangan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini disebabkan karena perkembangan yang terjadi sektor-sektor tersebut di wilayah ini menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan pada perkembangan yang diharapkan pada wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan demikian, secara regional (provinsi) terjadi perkembangan Executive Summary 25

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

perekonomian yang cukup pesat pada sektor-sektor tersebut. Sedangkan sektor lainnya berkembang lebih cepat dibandingkan perkembangan di tingkat provinsi. Ditinjau dari perbandingan pergeseran (proportionality shift) tiap-tiap sektor di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terlihat bahwa pada Sektor-sektor Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Pengangkutan dan Komunikasi mempunyai laju pertumbuhan lebih besar dari rataratanya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut telah memberikan kontribusi cukup baik dibandingkan sektor-sektor lainnya dan terlihat adanya spesialisasi kegiatan usaha pada sektor-sektor tersebut. Hasil perhitungan perbedaan pergeseran (defferential shift) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan pada Sektor-sektor Pertambangan, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi serta Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di kabupaten ini perkembangannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat perkembangan wilayah lebih luas (provinsi). Hal ini berarti bahwa Kabupaten Bangka Selatan pada sektor -sektor tersebut telah memberikan peranan yang besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan dari hasil analisis LQ dan Shift-Share, dapat ditentukan tipologi wilayah berdasarkan kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan wilayah dibandingkan wilayah yang lebih luas, yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Executive Summary

26

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

5. KESIMPULAN
ditarik beberapa kesimpulan dan saran dalam menentukan

DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat zonasi kawasan pertambangan. Hal ini sangat penting untuk pengembangan maupun pengusahaan bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan masa depan.

5.1 Kesimpulan
1. Di Kabupaten Bangka Selatan terdapat 11 jenis bahan galian yaitu : kaolin, bijih besi, lempung dan pasir mengandung besi, batuan mika klorit dan talk sekis, tanah urug, pasir kuarsa, batuan granit, alluvium, granit, batuan pasir serta pasir dan lempung berselang seling. 2. Potensi bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan belum dimanfaatkan Secara optimal, sehingga keberadaannya belum banyak memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat maupun kontribusi terhadap penerimaan daerah. 3. Dalam pengembangan potensi bahan galian perlu dilakukan penataan kawasan pertambangan, yaitu dengan mengalokasikan lahan yang berpotensi bahan galian untuk kegiatan pertambangan. Hal ini sangat penting untuk mengurangi dampak kegiatan pertambangan dan menghindari tumpang tindih penggunaan lahan dengan sektor lain. 4. Dalam menentukan kawasan pertambangan dilakukan dengan teknik pendekatan melalui analisis tumpang tindih (superimpose) dan pemilahan, yaitu dari peta sebaran bahan galian dengan peta tematik yang menjadi pertimbangan untuk

Executive Summary

27

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

menentukan pengembangan lokasi pertambangan terhadap parameter yang menjadi batasan dengan perangkat komputer yang dilengkapi software Map Info. 5. Berdasarkan identifikasi dan analisis kesesuaian maupun daya dukung lahan, potensi bahan galian kaolin dan bijih besi tidak dapat diusahakan lahannya karena berkendala. 6. Lahan yang berpotensi bahan galian luasnya 360.708 ha, setelah dilakukan

analisis zonasi kawasan pertambangan, lahan yang dapat diarahkan untuk pengembangan kegiatan pertambangan seluas 148.587,96 ha (41,19 %), yang terdiri dari 161 satuan lahan terpilih. 7. Berdasarkan Analisis prioritas pemanfaatan bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan dapat ditentukan prioritas pengembangan bahan galian yaitu : A B Prioritas Utama : Adalah sebaran bahan galian batuan granit, batuan pasir, alluvium dan pasir lempung berselang-seling yaitu terdapat pada 28 lokasi. Prioritas Kedua : Adalah sebaran bahan galian batuan pasir, batuan granit, aluvium, pasir lempung berselang-seling dan batuan mika khlorit dan talk Skis,yaitu terdapat pada 52 lokasi.

Prioritas Ketiga : Adalah sebaran bahan galian alluvium, batuan pasir dan pasir lempung berselang-seling, yaitu terdapat pada 81 lokasi 8. Berdasarkan analisis perekonomian wilayah, sektor pertambangan telah

memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas (provinsi), sektor pertambangan perkembangannya relatif lambat dibandingkan kabupaten lainnya. 9. Laju pertumbuhan sektor pertambangan di tingkat propinsi relatif kecil

dibandingkan sektor lain, sedangkan di tingkat kabupaten justru berkembang lebih baik dibandingkan sektor lain.

5.2 Saran
1. Dalam mengembangkan potensi bahan galian Kabupaten Bangka Selatan perlu dilakukan penelitian detail dengan melakukan pengukuran topografi, koordinat dan pemboran untuk mengetahui luas sebaran, tebal, volume, kuantitas dan kualitas bahan galian.

Executive Summary

28

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

2. Sebelum melakukan penambangan bahan galian perlu diperhatikan

tiga aspek

utama, yaitu : teknik penambangan, ekonomi, dan lingkungan. Aspek teknik, menyangkut teknik/metoda penambangan, jumlah tenaga kerja, jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan. Aspek ekonomi, meliputi biaya/ongkos produksi, investasi, pengolahan, pengangkutan, pemasaran, dan harga jual bahan galian. Aspek lingkungan, meliputi usaha yang dilakukan selama dan setelah penambangan berakhir untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif dari usaha pertambangan.

Executive Summary

29

Anda mungkin juga menyukai