Anda di halaman 1dari 55

26

DOKUMEN PETA
Contak

: molbekimol@gmail.com

MK. PERENCANAAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

27

BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Pangkep


1. Arahan Kebijakan pembangunan
a. Tinjauan RTRW Kabupaten Pangkep terhadap Pulau Balang Lompo
Berdasarkan kondisi dan karakteristik wilayah Kabupaten Pangkep, maka
strategi pengembangan wilayah yang dilakukan adalah dengan membagi
wilayah pengembangan dalam tiga kategori. Pembagian satuan wilayah
pengembangan didasari atas potensi dan sumberdaya yang dimiliki masingmasing wilayah, serta peranan dan kedudukannya dalam konteks regional
Kabupaten Pangkep. Adapun satuan wilayah pengembangan di Kabupaten
Pangkep, sebagai berikut:

Satuan Wilayah Pengembangan Kepulauan, yang terdiri dari Kecamatan


Liukang Tupabiring, Liukang Kalmas, dan Liukang Tangaya, dengan
pusat pengembangan di Kota Balang Lompo Ibukota Kecamatan Liukang
Tupabiring, dengan fungsi utama sebagai pusat pengembangan perikanan
laut dan prospek pengembangan pariwisata.

Satuan Wilayah Pembangunan Daratan Rendah, yang terdiri dari


Kecamatan Pangkajene, Minasa Tene, Bungoro, Labakkang, Marang,
Segeri dan Mandalle, dengan pusat pengembangan di Kota Pangkajene
sekaligus sebagai Ibukota Kabupaten, dengan fungsi sebagai pusat
pengembangan tanaman pangan, perikanan darat, peternakan, jasa dan
perdagangan.

Satuan Wilayah Pengembangan daratan tinggi dan pegunungan, terdiri dari


Kecamatan Balocci dan Tondong Tallasa, dengan pusat pengembangan di
Kota Baleanging Ibukota Kecamatan Balooci, dengan fungsi yang dapat
diembang adalah pengembangan kawasan industri dengan basis bahan
baku tersedia dan prospek pengembangan pariwisata pegunungan.
Dengan konsep pengembangan wilayah tersebut, maka lebih lanjut untuk

dapat memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat dan memberikan


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

28

zonasi antara kawasan budidaya perkotaan dan budidaya perdesaan, maka


ditentukan tingkat kekotaan setiap wilayah kecamatan, dengan tujuan
menentukan orde atau tingkatan pelayanan dari setiap kota.
b. Tinjauan RZWP-3K Kabupaten Pangkep, terhadap Pulau Balang Lompo
berada dalam Zona pemamfaatan umum,
Proses analisis perencanaan pola ruang kawasan minapolitan Kabupaten
Pangkep, dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor pertimbangan,
yaitu: Kondisi eksisting pemanfaatan ruang pesisir dan laut; Kondisi sosial
ekonomi masyarakat; Kondisi dan potensi biofisik dan ekosistem pesisir dan
laut; dan kebijakan serta rencana penegmbangan ruang sebagaimana yang
terdapat dalam RZWP3K Kabupaten Pangkep dan Draft RTRW Kabupaten
Pangkep, serta dokumen lain yang terkait dengan paenataan ruang.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kabupaten Pangkep merupakan perwujudan Rencana Zonasi Rinci Kawasan
MInapolitan

yang

dijabarkan

ke

dalam

penataan/pengembangan kawasan minapolitan

indikasi

program

utama

Kabupaten Pangkep dalam

jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun. Arahan pemanfaatan ruang ini


disusun dengan maksud sebagai bahan acuan bagi para pemangku kebijakan
dan pemangku kepentingan dalam melakukan pemanfaatan, pengembangan
dan pengendalian serta penyusunan program kegiatan yang terkait dengan
ruang dan sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Pangkep khususnya di
kawasan minapolitan.
Pengembangan Rencana Zonasi Rinci Kawasan Minapolitan Kabupaten
Pangkep secara fisik diarahkan pada lahan kawasan potensial pesisir. Kawasan
potensial pesisir adalah kawasan dimana berdasarkan hasil analisis
kemampuan atau kesesuaian lahan potensial untuk dikembangkan sebagai
sentra produksi dan sentra minapolis di wilayah pesisir dan laut Kabupaten
Pangkep.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

29

2. Kondisi Fisik wilayah dan pantai


Kabupaten Pangkep merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan yang terletak pada antara 4040 LS sampai 8000 LS dan di antara
1100 BT sampai 11904867 BT atau terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan
dengan batas-batas administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Kabupaten Barru

Sebelah Selatan

: Kabupaten Maros

Sebelah Timur

: Kabupaten Bone

Sebelah Barat

: Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Madura, Pulau

Nusa Tenggara, dan Pulau Bali.


Wilayah Kabupaten Pangkep pada tahun 2013 mempunyai luas sekitar 159,06
km2 yang terdiri dari 13 kecamatan. Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian
wilayah administratif di Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel3-1.
Pembagian Wilayah Administratif di Kabupaten Pangkep Tahun 2013
No.

Kecamatan

Luas Daratan
(km2)

Liukang Tangaya
47,71
Liukang Kalmas
35,89
Liukang Tupabbiring
2,03
Liukang Tupabbiring
2,80
Utara
47,39
5. Pangkajene
76,48
6. Minasa Tene
143,48
7. Balocci
111,20
8. Tondong Tallasa
90,12
9. Bungoro
97,48
10. Labakkang
75,12
11. Marang
78,28
12. Segeri
40,16
13. Mandalle
Jumlah
848,14
Sumber: Kabupaten Pangkep dalam Angka 2013
1.
2.
3.
4.

Luas
Perairan(km2)
72,29
55,61
52,41
82,76
0
0
0
0
0
0,98
0,10
0
0
264,15

Luas
Wilayah
(Km2)
120
91,50
54,44
85,56

Persentase
(%)

47,39
76,48
143,48
111,20
90,12
98,46
75,22
78,28
40,16
1.112,29

12,82
6,85
5,66
6,92
6,20
5,51
12,90
10,21
4,90
3,82
7,32
10,51
6,38
100

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan kabupaten yang struktur


wilayah terdiri atas 2 bagian utama yang membentuk kabupaten ini, yaitu :

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

30

a. Wilayah Daratan
Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
ditandai dengan bentang alam wilayah dari derah dataran rendah sampai
pegunungan, dimana potensicukup besar juga terdapat pada wilayah daratan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu ditandai dengan terdapatnya
Sumber daya alam berupa hasil tambang, seperti batu bara, marmer, dan
semen. Disampingitu potensi pariwisata alam yang`mampu menambah
pendapatan daerah.
Kecamatan yang terletak pada wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan yaitu terdiri dari : Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Balocci,
Kecamatan

Bungoro,

Kecamatan

Labakkang,

Kecamatan

Marang,

Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Tene Kecamatan Tondong Tallasa,


dan Kecamatan Mandalle.
Karakteristik fisik wilayah merupakan nilai potensial yang perlu digali dan
dikembangkan untuk kepentingan dan dukungan terhadap pembangunan
daerah secara menyeluruh. Kondisi fisik wilayah meliputi :
1) Topografi dan kelerengan,
Kabupaten Pangkep mempunyai kondisi topografi yang relatif
bervariasi, secara garis besar dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu;
(i) daerah pegunungan, sebagian besar terdapat di Kecamatan Balocci
dan Tondong Tallasa atau pada bagian Timur Kabupaten Pangkep, (ii)
dataran tinggi, terletak di sebagian Kecamatan Balocci, Tondong Tallasa,
Segeri, Marang, dan Mandalle, terutama di bagian Utara, (iii) dataran
rendah, sebagian besar terletak di Kecamatan Pangkajene, Minasa Tene,
Bungoro, Labakkang, Marang, Segeri, dan Mandalle, dan (iv) daerah
pesisir terletak di bagian Barat Kabupaten Pangkajene, terutama
kecamatan Pangkajene, Labakkang, Marang, Segeri, dan Mandalle.
Secara parsial, maka zona-zona ketinggian terbagi dalam lima zona
parsial ketinggian.
Secara garis besar kondisi morfologi kemiringan lereng Kabupaten
Pangkep, mempunyai relief yang mempunyai permukaan kemiringan dari
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

31

Timur ke Barat, dimana pada bagian Timur merupakan daerah dataran


tinggi bahkan sampai bergunung, sedangkan pada bagian Tengah ke Barat
merupakan dataran rendah sampai datar pada daerah pesisir, bahkan ada
beberapa daerah di bawah permukaan air laut, sehingga sering terjadi
genangan.

Potongan melintang relief bumi dari Timur Ke Barat

memperlihatkan suatu grafik yang mempunyai kemiringan 0 - 40%


2) Hidrologi dan klimatologi,
Adanya sungai-sungai besar yang melintasi dengan sistem hidrologis
alamiah.

Keberadaan

sungai

tersebut

merupakan

peluang dalam

melakukan berbagai kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat,


disamping sebagai sumber dari air baku untuk air bersih. Adapun jumlah
sungai besar yang ada di Kabupaten Pangkep sebanyak 5 sungai.
Tabel3-2.
Nama Sungai. Panjang Sungai dan Kecamatan yang Dilintasi
N
o
1

Tabo-Tabo

Panjang Sungai
(Km)
50,00

Segeri

33.50

Pangkajene, Bungoro, Minasate'ne,


Labbakkang
Segeri

Leang Lonrong

8,00

Baloccin, Minasatene

Bantimala

8,00

Tondong Tallasa, Bungoro

Nama Sungai

Kecamatan Yang Dilintasi

Binanga Sangkara
5,00
Minasatene
(Kalibone)
Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013.
5

Keseluruhan wilayah pada dataran yang dilalui oleh Daerah Aliran


Sungai bermuara ke Selat Makassar.
Sedangkan kondisi klimatologi dimana curah hujan wilayah sekitaran
Stasiun Tabo-tabo memperlihatkan bahwa Hujan tertinggi dalam kurun
waktu tahun 2012 terjadi pada bulan Desember, Mei,

Januari, dan

Nopember, yakni masing-masing sebesar 190, 129, 112 dan 108 mm.
Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari, yakni
sebanyak 27 hari dan terendah pada bulan Maret sebanyak 10 hari.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

32

Tabel3-3.
Rata-rata Curah Hujan Setiap Bulan di Stasiun Tabo-Tabo Tahun 2012
Hujan
Jumlah
Hari
Maksimum
Perbulan
Hujan
112
942
27
1 Januari
69
318
20
2 Februari
50
96
10
3 Maret
55
299
14
4 April
129
386
21
5 Mei
33
135
16
6 Juni
65
167
12
7 Juli
36
159
13
8 Agustus
67
342
22
9 September
42
241
21
10 Oktober
108
460
16
11 Nopember
190
643
22
12 Desember
Jumlah
956
4188
224
Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013
No

Bulan

Suhu udara selama tahun 2012 memperlihatkan bahwa suhu udara ratarata terjadi antara 27-34 derajat celcius. Sedangkan kelembaban udara
rata-rata terjadi antara 1,47 -12,50% dikarenakan wilayahnya berada pada
iklim sub tropis
Tabel3-4.
Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Setiap Bulan Tahun 2012
No

Bulan

Suhu Udara RataKelembaban RataRata (oC)


Rata (%)
Januari
27.9
1.86
1
Februari
29.75
3.05
2
Maret
28.85
5.88
3
April
29.7
4.1
4
Mei
34.05
2.55
5
Juni
31.25
6.9
6
Juli
30.5
12.5
7
Agustus
31
9.68
8
September
30
5.38
9
Oktober
31
7.69
10
Nopember
29.5
2.86
11
Desember
31
1.47
12
Jumlah
364
63.92
Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013

Tekanan udara dan kecepatan angin di wilayah Kabupaten Pangkep,


memperlihatkan bahwa tekanan udara rata-rata sebesar 4,5-5,4 mb.
Sedangkan kecepatan angin rata-rata mencapai 0.03 0,25 knot.
Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Januari.Untuk lebih jelasnya
mengenai tekanan udara dan kecepatan angin dapat dilihat pada Tabel 3.5.
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

33

Tabel3-5.
Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Setiap Bulan Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bulan
Tekanan Udara (mb) Kecepatan Angin (knot)
Januari
4.5
0.25
Februari
5.4
0.03
Maret
5.4
0.03
April
5.4
0.03
Mei
5.4
0.03
Juni
5.4
0.03
Juli
5.4
0.03
Agustus
5.4
0.03
September
5.4
0.03
Oktober
5.4
0.03
Nopember
5.4
0.03
Desember
5.4
0.03
Jumlah
63.9
0.355
Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013

3) Geologi dan jenis tanah,


Bentuk lahan (land form), kabupaten pangkep terdiri dari dataran
alluvial, dataran antar perbukitan, dataran estuarin, dataran illuvio-marin,
dataran karst, delta estuarin, lahan koluvial, lereng curam, lereng koluvial,
pegunungan karst, pegunungan vulkanik tua, perbukitan intrusi, perbukitan
karst, perbukitan tektonik,perbukitan vulkanik tua dan bentuk lainnya.
Landform kabu. Pangkep didominasi oleh bentuk perbukitan karst (23,3%)
dan dataran iluvio-marin (19,8%) dan dataran aluvial (14,3%).Bahan induk
penyusun lahan kabupaten Pangkep terdiri dari aluvium/marin, basal dan
ultra basal, batu gamping, broksi, lava dan tula, endapan liat dan pasir,
endapan undak, koluvium breksi-lava, kolovium-aluvium dan trachit.
Bahan induk utama penyusun lahan di kabupaten Pangkep adalah
aluvium/marin (33,5%) dan batu gamping (31,9%). Satuan tanah dari
kabupaten Pangkep terdiri dari kompleks aquic haplustaifs, kompleks
dystric haplustept, kompleks lthic haplustalfs, kompleks lithic haplustoils,
komplek singkapan batuan, kompleks typic haplustefs, kompleks typic
sulfaquepts, kompleks sulfic endoaquepts, kompleks aquic haplustefs dan
typic haplustefs. Satuan tanah di kabupaten Pangkep didominasi oleh jenis
kompleks lithic haplustefs (19,8%) dan kompleks sulfics endoaquefts yang

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

34

tesebar disepanjang pesisir hingga 8 kilometer dari garis pantai kearah


daratan (17,3%).
4) Tata guna lahan
Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Pangkep dapat dibedakan
atas lahan permukiman, persawahan, tegalan, perkebunan, kebun
campuran, hutan, dan penggunaan lainnya. pemanfaatan lahan untuk
keperluan pertanian/sawah (31,65%), sedangkan pemanfaatan lahan
terbesar selanjutnya adalah untuk keperluan perkebunan/kebun campuran
(11%). untuk keperluan tambak (baik tambak tidak operasional)
merupakan pemanfaatan dominan (9,25%), dan
Tabel3-6.
Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10

Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Hutan Rakyat
345,19
Tanaman Lahan Kering
10.350,52
Tanaman Lahan Basah
28.433,80
Tanaman Lahan Tahunan 9.880,67
Permukiman
2.288,53
TN Babul
16.680,83
Hutan Produksi Tetap
2.733,25
Hutan Produksi Terbatas
2.939,98
Hutan Lindung
707,71
Tambak
8.307,12
Lain-Lain
5.135,86
Jumlah
89829,00
Sumber: RTRW Kabupaten Pangkep Tahun 2011

%
0,38
11,52
31,65
11,00
2,55
18,57
3,04
3,27
7,87
9,25
0,89
100,00

b. Wilayah Kepulauan
Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan merupakan
wilayah yang memiliki kompleksitas wilayah yang sangat urgen untuk
dibahas, wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki
potensi wilayah yang sangat besar untuk dikembangkan secara lebih optimal,
untuk mendukung perkembangan wilayah Kabupaten Pangkejene dan
Kepulauan.
Kecamatan yang terletak di wilayah Kepulauan Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan yaitu : Kec. Liukang Tuppabiring, Liukang Tupabbiring Utara,
Kecamatan Liukang Kalmas dan Kecamatan Liukang Tangayya.
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

35

Karakteristik fisik pantai


1) Kedalaman pantai,

Pada jarak 0 hingga 1 mil dari garis pantai menuju arah lautan,
kemiringan pantai antara 20-30 % dengan kedalaman laut antara 05
meter. Substrat dasar pada perairan pantai di daerah ini didominasi
oleh lumpur berpasir.

Pada jarak 14 mil, kemiringan pantai cendrung agak landai dengan


sudut kemiringan rata-rata 5 % dengan kedalaman 510 meter.

pada jarak 4 mil lebih kearah lautan, kemiringan pantai mulai agak
terjal dengan sudut kelerengan 45-50 %, dengan kedalaman 10-20
meter

Pada perairan laut di dekat kecamatan Labakkang terdapat 3 (tiga)


pulau yaitu pulau bangko-bangkoang, pulau kulambing, secara
administratif

ketiga

pulau

tersebut

masuk

kedalam

wilayah

asministrasi kecamatan Liukang Tuppabiring

Pada daerah ini masih dijumpai hamparan ekosistem terumbu karang


terutama pada perairan dekat dengan pulau bangko bangkoang dan
pulau kulambing.

2) Kecepatan dan pola arus,


Kecepatan arus cenderung sedang hingga kuat yaitu berkisar antara
0,03 0,2 m/dtk dan mengarah ke selatan dengan kecepatan rata-rata 0,1
m/dtk. Kecepatan arus yang tinggi dijumpai di barier reef Spermonde
yaitu berkisar 2,0 6,0 m/detik. Arus bergerak dari utara menuju selatan
dengan kecepatan berkisar antara 0,038 1,3 meter/detik. Rata-rata BOD
pada perairan pesisir mulai dari 0 2 mil berada pada nilai dibawah 5
mg/lt sedangkan pada perairan di atas 2 mil nilai BOD rata-rata di atas 5
mg/lt. Kecerahan perairan pesisir mulai 0 2 mil berada pada kisaran 20
30 persen, sedangkan kecerahan perairan di atas 2 4 mil berada pada
kisaran 70 80 persen.
3) Pasang surut,

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

36

Pasang surut di wilayah pesisir Kabupaten Pangkep, bahwa kisaran


pasang surut maksimum adalah 1,5 meter yang berarti daerah tersebut
termasuk lokasi yang baik untuk pertambakan lereng endapan tidak lebih
dari 25 persen. Tambak memerlukan pasok air baik jumlah maupun mutu
air laut dan air tawar dari sumber yang baik, bersih, jernih, bebas dari
pencemaran fisik, kimiawi, dan jasad renik yang berbahaya. Fluktuasi
pasang surut menjadi penting dalam pemilihan lokasi tambak, karena
berperan dalam menentukan tinggi pematang dan kedalaman tambak.
4) Ekosistem pantai dan
Ekosistem mangrove terdapat di daerah pesisir daratan utama
Kabupaten Pangkep yang merupakan sisa-sisa hutan mangrove yang
tumbuh secara alami, atau di tanam oleh masyarakat di sekitar
permukiman dan areal tambak. Luas hutan mangrove di wilayah pesisir
daratan utama dan Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep
adalah 1.764 Ha
Pada perairan Kabupaten Pangkep rata-rata persentase tutupan karang
di wilayah pesisir adalah 61,38 % dimana tutupan karang tersebut
didominasi oleh hard coral (38,15 %) ditemukan 176 jenis karang. Jenis
terumbu karang yang banyak ditemukan adalah Acropora spp sebanyak 16
jenis, Montipora 15 jenis, Porites spp 11 jenis, dan Favia spp 6
jenis. Pada umumnya terumbu karang ditemukan pada kedalaman 1-10 m,
sekalipun demikian di Pulau Langkadea terumbu karang juga ditemukan
pada kedalaman 25 m. Adapun persentase tutupan karang di perairan
Kabupaten

Pangkep

bervariasi

antara

1-64%.

Berdasarkan

data

COREMAP 2005, kondisi terumbu karang di Kabupaten Pangkep 74,26%


dalam kondisi rusak dan hanya 25,74% dalam kondisi baik dari total luas
keseluruhan terumbu karang sebesar 27.027,71 ha. Jenis ikan karang yang
ditemukan di perairan ini sebanyak 218 jenis, diantara Lencam
(Pentapodus spp dan Scolopsis spp.), ikan Pakol (Achanthurus spp), Ekor
Kuning (Caesio spp).

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

37

Persentase tutupan lamun sangat bervariasi dari satu lokasi ke lainnya.


Luas padang lamun di wilayah pesisir daratan utama dan Kecamatan
Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep sekitar 3.857 Ha.

3. Kondisi Sosial dan Kependudukan


a. Sosial Budaya Penduduk
Pembangunan di bidang sosial dan kependudukan adalah merupakan titik
sentral pembangunan secara umum. Salah satu fokus penting dalam
pembangunan sosial dan kependudukan adalah pembangunan kualitas sumber
daya manusia.
Dalam konteks pengembangan kawasan, maka

sumber daya manusia

beserta elemen pendukungnya memegang peranan yang cukup penting dan


strategis dalam mendorong perkembangan berbagai aktivitas dalam kawasan.
Di samping itu, bahwa perencanaan adalah program berbagai tindakan untuk
menuju kesejahtraan masyarakat. Defenisi ini sangatlah sederhana namun
tidak demikian halnya dalam menyusun rencana kota itu sendiri. Pada
prinsipnya, perencanaan disusun dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan mengedepankan pada pemenuhan kebutuhan dasar tanpa
mengesampingkan

kelestarian

lingkungan

dalam

upaya

menciptakan

pembangunan yang berkelanjutan.


Salah satu konsepsi dasar dalam perencanaan pembangunan adalah dengan
menemukenali karakteristik penduduk secara keseluruhan baik dalam skala
kota maupun skala wilayah dan daerah. Terlepas dari hal tersebut maka aspek
sosial perlu diperhatikan untuk kelancaran suatu pembangunan wilayah baik
secara lokal maupun regional.
b. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan
merupakan sebuah indikator yang penting untuk diketahui. Penduduk
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan hingga tahun terakhir yaitu tahun 2013
tercatat sebanyak 312.676 jiwa, dimana pola penyebaran penduduk di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tersebar secara tidak merata dalam 13
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

38

kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Kecamatan Labakkang


merupakan Kecamatan yang jumlah penduduk terbanyak yaitu sebanyak
43.645 jiwa dengan tingkat kepadatan 443 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 3.7
Tabel3-7.

Jumlah Penduduk dan pertumbuhan Penduduk % tahun terakhir di Kabupaten


Pangkejene dan Kepulauan dirinci Perkecamatan.
Tahun
2008
2009
2010
Liukang Tangayya
16,498
16,713
17,916
1
Liukang Kalmas
11,376
12,471
12,705
2
Liukang Tupabbiring
30,364
29,680
30,458
3
Liukang Tupabbiring Utara
4
Pangkajene
38,714
38,525
39,879
5
Minasatene
29,424
30,395
31,079
6
Balocci
16,294
16,463
16,617
7
Tondong Tallasa
9,533
9,611
9,687
8
Bungoro
35,878
38,350
40,857
9
40,988
46,497
46,797
10 Labakkang
31,401
32,179
32,646
11 Marang
19,833
19,840
19,897
12 Segeri
12,918
12,150
12,444
13 Mandalle
Jumlah
293,221 302,874 310,982
Sumber : BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,Tahun 2012
No

Kecamatan

2011
18,403
12,743
17,756
13,855
39,866
31,017
15,727
9,813
42,282
46,983
32,888
19,929
12,735
313,997

2012
18,214
12,931
17,583
13,888
41,601
33,183
15,812
9,959
39,007
43,645
32,919
20,054
13,880
312,676

c. Distribusi Penduduk
Hasil catatan registrasi yang diperoleh, tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berdasarkan klasifikasinya dibedakan
atas 3 (tiga) bahagian yaitu; kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kepadatan
tertinggi berada di wilayah Kecamatan Pangkajene dengan kepadatan
penduduk sebesar 78 jiwa/km2, kepadatan sedang berada pada Kecamatan
Segeri dengan tingkat kepadatan penduduk 256 Jiwa/Km2, kepadatan
penduduk terendah berada di Kecamatan Tondong Tallasa dengan jumlah
sebesar 90 jiwa/km2. Demikian pula halnya dengan pola penyebaran
penduduk terjadi secara tidak merata. Data yang diperoleh menunjukkan pola
penyebaran penduduk di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan secara umum
terakumulasi di pusat kota dan pusat-pusat pertumbuhan kota. Perkembangan

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

39

jumlah penduduk, dan kepadatan dirinci menurut kecamatan di Kabupaten


Pangkajene dan Kepulauan pada Tabel 3.8 berikut :
Tabel3-8.
Kepadatan Penduduk Kabupaten Pangkajene & Kepulauan
Dirinci Menurut Kecamatan
No

Kecamatan

Jumlah Penduduk
(Jiwa)

Luas
Wilayah
(Km2)
120,00
91,50
66,00

Liukang Tangayya
18,214
Liukang Kalmas
12,931
Liukang Tupabbiring
17,583
Liukang
Tupabbiring
13,888
74,00
Utara
Pangkajene
41,601
47,39
4
Minasatene
33,183
76,48
5
Balocci
15,812
143,48
6
Tondong Tallasa
9,959
111,20
7
Bungoro
39,007
90,12
8
Labakkang
43,645
98,46
9
32,919
75,22
10 Marang
20,054
78,28
11 Segeri
13,880
40,16
12 Mandalle
Jumlah
312,676
1.129,29
Sumber : Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan Dalam Angka, 2013
1
2
3
4

Kepadatan
Penduduk
(Km2)
152
141
323
162
878
434
110
90
433
443
438
256
346
281

d. Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Penduduk menurut usian di wilayah Kabupaten Pangkep tahun 2012
memperlihatkan bahwa golongan usia penduduk terbanyak adalah usia 10-14
tahun, yakni sebanyak 38.028 jiwa atau 12,16%, kemudian usia penduduk
antara 5-9 tahun sebanyak 33.333 jiwa atau 10,66%. Sedangkan jumlah
penduduk menurut usia terendah adalah usia 60-64 tahun sebanyak 7.641 jiwa
atau 2,44%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel3-9.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pangkep
Tahun 2012
No

Kelompok Usia

1
2
3
4
5
6
7

04
59
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34

Jumlah Penduduk (jiwa)


Laki-Laki Perempuan
16,636
14,145
16,968
16,365
21,013
17,015
14,131
15,891
11,274
14,305
11,622
11,541
9,494
11,056

Jumlah

30,781
33,333
38,028
30,022
25,579
23,163
20,550

9.84
10.66
12.16
9.60
8.18
7.41
6.57

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

40

35 39
10,360
12,335
22,695
7.26
40 44
10,844
13,510
24,354
7.79
45 49
6,814
8,381
15,195
4.86
50 54
6,261
6,945
13,206
4.22
55 59
4,691
6,735
11,426
3.65
60 64
3,111
4,530
7,641
2.44
65 +
6,922
9,781
16,703
5.34
Jumlah
150,141
162,535
312,676 100.00
Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013
8
9
10
11
12
13
14

15
9,84

10,66

12,16
9,6

10

8,18 7,41

7,79
6,57 7,26
4,86 4,22
3,65

5,34
2,44

0
04

5 9 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 +

Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis


Kelamin di Kabupaten Pangkep Tahun 2013
Tingkat perkembangan jumlah penduduk yang ada di 13 wilayah
kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan turut mempengaruhi
struktur kehidupan masyarakat secara umum. Jika pertumbuhan jumlah
penduduk dalam keadaan konstan akan mengakibatkan berlakunya hukum
ekonomi (supply and demand) terutama yang tergolong dalam usia kerja.
Rasio jenis kelamin di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dapat dilihat
pada Tabel 3.10 berikut.
Tabel3-10.
Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci Berdasarkan Kecamatan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No

Kecamatan

1
2
3
4
4
5
6
7
8

Liukang Tangayya
Liukang Kalmas
Liukang Tupabbiring
Liukang Tupabbiring Utara
Pangkajene
Minasatene
Balocci
Tondong Tallasa
Bungoro

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Laki-Laki Perempuan
8902
9312
6307
6624
8601
8982
6457
7431
20121
21480
15895
17288
7826
7986
4813
5146
19054
19953

Jumlah

Sex Rasio

18214
12931
17583
13888
41601
33183
15812
9959
39007

96
95
96
87
94
92
98
94
95

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

41

Labakkang
Marang
Segeri
Mandalle
Jumlah

9
10
11
12

20442
15665
9511
6547
148.121

23203
17254
10543
7333
162.861

43645
32919
20054
13880
310.982

88
91
90
89
92

Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam Angka, 2013

4. Kondisi Perekonomian
a. Produk Domestik Regional Bruto
Pembangunan perekonomian Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
selama kurun waktu 2002-2009, telah mengalami kemajuan yang berarti, hal
tersebut diperlihatkan dari hasil perhitungan dan penyusunan PDRB di daerah
ini.
Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan pada tahun 2008 nilai PDRB atas dasar harga berlaku telah
mencapai 3.826,20 miliyar rupiah sedang pada tahun 2001 baru mencapai
sebesar 1,623,14 miliyar rupiah atau naik 2,36 kali. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 3.11 berikut.
Tabel3-11.
PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan atas Dasar Harga Konstan serta Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Pangkep Tahun 2002-2009.
Tahun

PDRB Harga Berlaku


(Miliyar RP)
1,623,14
1,763,97
1,936,94
2,145,41
2,381,01
2,735,86
3,153,30
3,826,20

PDRB Harga Konstan


(Miliyar RP)
1,572,60
1,624,19
1,656,41
1,758,99
1,857,73
1,967,63
2,088,63
2,237,50

2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Ratarata
Sumber : BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Tahun 2009

Pertumbuhan
(%)
12,91
3,28
1,98
6,19
5,61
5,92
6,12
7,16
6,01

Dari tabel diatas bisa kita lihat bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan selama periode 2002-2009 sebesar 6,01
% dimana laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002 yakni sebesar
12,91 % kemudian pada tahun 2009 sebesar 7,16 %, untuk tahun 2009
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mengalami
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

42

peningkatan dibanding tahun sebelumnya yakni sebesar 7,16 % sedang tahun


2007 sebesar 6,12 %.

b. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Kerja


Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas
jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih
besar dari pada tahun sebelumnya. Untuk melihat sejauh mana pertumbuhan
ekonomi menurut lapangan usaha di kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
digambarkan pada tabel 3.12
Memasuki tahun 2013 ini laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
keadaan tahun sebelumnya. Kalau pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tumbuh sebesar 9,61%, maka pada
tahun 2008 perekonomian Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tumbuh
sebesar 8,29 %.
Tabel3-12.

Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Kontan (Juta Rp)


Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun 2008-2012 (%)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lapangan usaha
2008 2009 2010
Pertanian
8,29
4,87
5,87
Pertambangan & Penggalian
12,10 0,11
9,91
Industri Pengolahan
3,78
7,20 10,84
Listrik, Gas, dan Air bersih
1,88
4,85
5,86
Bangunan
6,68
7,21
9,58
Perdagangan, Restoran & Hotel
9,32
7,70
7,96
Angkutan & Komunikasi
6,61
7,63 11,95
Keuangan, Persewandaan Jasa perusahaan 9,90 12,61 8,87
Jasa-jasa
8,22
4,27
3,56
Produk Domestik Regional Bruto
8,29 4,87 5,87
Sumber : BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Tahun 2013

2011
2,36
2,40
12,35
6,78
20,70
10,77
9,14
14.60
3,32

2012
6,17
7,96
6,68
8,7
16,76
9,51
3,8
14,13
5,12

9,17

9,61

c. PDRB Perkapita
Salah satu ukuran yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat
kemakmuran penduduk suatu daerah/wilayah adalah PDRB perkapita.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan telah dapatn
meningkatkan PDRB perkapita Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
menjadi 7.581.230 rupiah pada tahun 2013 (berdasarkan harga konstan).
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

43

Tabel3-13.
Rata-Rata PDRB Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Dan Sulawesi Selatan Tahun 2007-2013 (%)
Kabupaten Pangkep
Tahun

Berlaku

Konstan

Sulawesi selatan
Berlaku

Konstan

6.602.203 6.079.039 4.730.028 4.132.855


2007
7.198.371 6.155.791 5.150.214 4.257.334
2008
7.916.742 6.490.823 5.746.545 4.414.727
2009
8.031.746 6.266.589 6.943.005 4.859.319
2010
9.455.459 6.800.365 7.982.347 5.094.273
2011
10.817.285
7.163.130 8.996.055 5.367.669
2012
12.964.161
7.581.230 10.998.767 5.707.840
2013*)
Sumber : BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Tahun 2013

Pada tabel 3.13 dapat dkilihat bahwa PDRB perkapita Kabupaten


Pangkajene dan Kepulauan dari tahun 2007 hingga tahun 2013 terus
meningkat. Kalau pada tahun 2007 PDRB perkapita Kabupaten Pangkajene
dan kepulauan baru mencapai 6.602.203 rupiah maka pada tahun 2013
meningkat menjadi 12.964.161 rupiah (berdasarkan harga berlaku).
Dibandingkan dengan pendapatn perkapita Sulawesi Selatan, yang
mencapai 10.998.767 rupiah pada tahun 2012, maka PDRB perkapita
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan lebih tinggi sebab mencapai
12.964.1621 rupiah (berdasarkan harga berlaku).

5. Kondisi Sumber Daya Alam


a. Potensi Sumber daya alam
Sumber daya pesisir dan laut yang memiliki nilai penting bagi ekologi laut
maupun ekonomi masyarakat pesisir. Secara ekologis, terumbu karang
berfungsi sebagai; Tempat berlindung dan bermain serta tempat memijah bagi
biota laut; Meredam energi gelombang sehingga melindungi padang lamun
dan mangrove hingga mencegah pantai dari abrasi yang disebabkan oleh
terjangan ombak. Semua manfaat dari terumbu karang tersebut, menjadikan
terumbu karang sebagai ekosistem yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup dan keseimbangan ekosistem pesisir dan laut. Kondisi terumbu karang
yang baik akan menyediakan cadangan biota laut (ikan-ikan) yang dapat
meningkatkan kesejahteraan bagi para nelayan dan pembudidaya ikan
(khususnya budidaya laut).
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

44

b. Sumberdaya alam yang belum diolah


Sampai saat ini jenissumber daya alam dengan bahan galian yang belum
masih banyak. Potensi sumberdaya bahan galian yang terkandung di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, diperkirakan terdiri dari; batu kaolin,
basalt, batu sabak, batu bara, trakit, propilit, diorit, pasir-batu kali,
minerallogam, mineral radio aktif.
Pertambangan dan galian yang terdapat di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan terdiri dari tambang galian golongan A, B dan C dan beberapa
jenis potensi tambang lainnya. Berikut uraian potensi jenis tambang yang
terdapat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Tabel3-14.
Potensi Jenis Tambang di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Bahan Tambang Tipe A
N
o
1

Nama Bahan
Galian
BATUBARA

Lokasi

Lapangan Batubara Lanne


Daerah Lanne Dan Bonto
Desa Biranne Kecamatan
Tondong Tallasa
Lapangan Batubara Minggi
Daerah Lereng Bulu Tanah Dusun
Minggi
(Menge) Desa Tompobulu
Kecamatan Balocci
Lapangan Batubara Cole-Cole
Sungai Cole-Cole Dusun
Bantimurung
Desa Bantimurung Kecamatan
Tondong Tallasa
Lapangan Batubara Bacu-Bacu
Daerah Bacu-Bacu Di Sungai
Kadiyeng Dusun
Bacu-Bacu Desa Baring
Kecamatan Segeri
MINERAL
Sekitar Bulun Erada Desa
RADIO AKTIF Mangilu
Kecamatan Bungoro
TOTAL CADANGAN

Luas
Penyebaran (m)
1.500.000

Jumlah
Cadangan (m)
3.750.000

1.000.000

3.000.000

1.500.000

3.000.000

500.000

750.000

10.000

14.500.000

10.500.000

Luas
Penyebaran (m)
-

Jumlah
Cadangan (m)
-

Bahan Tambang Tipe B


N
O
1

Nama Bahan
Galian
KROM

Lokasi
Dusun Mare-Mare Segeri

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

45

KRISTAL
KUARSA
EMAS

Mandalle
Dusun Bonton Panno Desa
Tondong
Kura Kecamatan Tondong Tallasa
Kecamatan Bungoro Dan
Kecamatan
Tondong Tallasa

600.000

Bahan Tambang Tipe C


N
Nama Bahan
o
Galian
1 BATU
GAMPING(BD.
2.67)

LEMPUNG(jenis
Lempung
Mallawa(BD.2.2)

LEMPUNG(jenis
lempung Undak)

TRAKIT

PASIR
KWARSA

PRPILIT(BD.2.5
)

KAOLIN(DB.2.5
)
FELDSPAR(BD.
2.5)

Lokasi
Bulu Tempe Desa Bowong
Cindea
B. Biringere Desa Biring Ere
Kecamatan Bungoro
Kampung Siliro Desa Mangilu
Kecamatan Bungoro
Kampung Lanne Desa Biranne
Kec. Tondong Tallasa
Kampung Botto Desa Biranne
Kec. Tondong Tallasa
B. Campaagi Kel. Tonasa Kec.
Bungoro
B. Rumbia Kec. Balocci
Kampung
Parenreng
Desa
Parenreng
Kecamatan
Bungoro
Dan
Tondong Tallasa
Kelurahan Tonasa
Desa Bantimala
Desa Tabo-Tabo Kecamatan
Bungoro
Kelurahan Kalabbrang
Kecamatan Pangkajene
- Kelurahan Bonto
Mate'ne
Kecamatan
Segeri
Mandalle
Desa Tabo-Tabo Dan Desa
Mangilu
Kecamatan Bungoro Sampai Desa
Bantimala Kec. Tondong Tallasa
B. Korong Desa Biring SegeriMandalle Tonasa Kelurahan
Tonasa
Bonto Tengae Desa Tabo-Tabo
Lanne Desa Biranne
Tonasa Kelurahan Tonasa
Daerah Tondongkura Dusun
Lanne Desa Biranne Kecamatan
T. Tallasa
Bukit Panetekan
Desa Siloro Desa
Kecamatan Bungoro

Mangilu

Luas
Penyebaran (m)
500.000

Jumlah
Cadangan (m)
6.237.000.000

2.250.000
1.750.000
3.250.000
1.875.000
3.750.000
2.500.000
2.000.000
1.250.000

36.610.000

8.250.000
8.750.000
92.250.000

1.141.124.000

18.119.349
13.000.000

343.200.000

2.000.000

4.000.000

8.250.000
10.750.000
7.500.000
3.500.000

16.000.000
20.000.000
14.000.000
46.200.000

12.500.000

3.300.000

3.000.000

3.168.000

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

46

Sungai
Lampe
Kecamatan
Bungoro
Desa
Biranne
Kecamatan
9 DIORIT
Tondong Tallasa
Kecamatan Tondong Tallasa
10 BASAL
Kecamatan Balleangin Sampai
11 MARMER
Kelurahan
Balocci
Baru
Kecamatan Balocci
Desa Mangilu Sampe Desa TaboTabo Kecamatan Bungoro
Lanne Desa Biranne Kecamatan
12 TRASS
Tondong Tallasa
RIJANG
Sungai
Patteceng
Daerah
13
Bantimurung
Desa Biranne Desa Bantimala
14 BATU
SABAK(SLATE Desa Tondongkura Kec. T.
BD.2.2)
Tallasa
Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Pangkep, 2009
8

SIRTU

326.250
2.500.000

33.000.000

7.375.000
6.125.000

97.350.000
63.125.000

6.500.000

2.640.000

1.000.000

2.640.000

250.000

1.500.000

12.750.000

3.366.000

B. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian


Kelurahan Mattiro Sompe yang terbagi atas 2 pulau yaitu Pulau Balang lompo
dan Panammbungan, yang dulunya bersatu dengan kelurahan Matiro Bintang
(Pulau Balang Caddi dan Langkadea) pada tahun 2010. Lokasi penelitian ini
dikhususkan pada pulau Balang Lompo dimana letaknya antara 119 2345.02
BT dan 4.5640.50 LS sampai dengan 11923 42.44 BT,dan 45643.50 LS
atau terletak di Pantai barat Sulawesi Selatan dengan batas-batas administrasi
sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Langkadea
Sebelah Selatan berbatasab dengan Kota Makassar
Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Balang Caddi
Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Sanane
Pulau Balang lompo terdiri dari 1 lingkungan, 4 RW dan 16 RT, dengan luas
wilayah 8 Ha dan berjarak 51 km dari kota Makassar, Ibu Kota Propinsi Sulawesi
Selatan. Untuk pembahasan lebih lanjut akan dijelaskan lebih rinci pada halaman
selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada peta
1. Aspek fisik dasar, antara lain :
a. Keadaan Klimatologi dan Hidrologi

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

47

Pulau yang seluas 8 ha memamfaatkan potensi kondisi air dalam tanah


dan curah hujan, tidak memiliki sungai. Kedalaman air tanah tawar hanya
mencapai 1-3 m, jika lebih dalam mengakibatkan terhisapnya air asin.
Sedangkan kondisi klimatologi dimana curah hujan wilayah sekitaran
pulau balang Lompo sama halnya pada kondisi umum Kabupaten Pangkep
memperlihatkan bahwa curah hujan mencapai 956 mm/tahun dengan hari
hujan selama 224 hari, Maka intensitas curah hujan sebesar 4,26 mm/hari.
Suhu udara di rata-rata pulau selama tahun 2013 memperlihatkan bahwa
suhu udara rata-rata terjadi antara 30-34 derajat celcius. Sedangkan
kelembaban udara rata-rata terjadi antara 1,47 -12,50% dikarenakan
wilayahnya berada pada iklim sub tropis
Tekanan udara dan kecepatan angin di pulau Balang Lompo,
memperlihatkan bahwa tekanan udara rata-rata sebesar 4,5-5,4 mb.
Sedangkan kecepatan angin rata-rata mencapai 0.03 0,25 knot.
b. Keadaan Topografi dan Kemiringan Lereng
Kondisi topografi yang relatif pada daerah pesisir berkisar 0-8 mdpl
dengan morfologi datar (100%) bahkan ada beberapa daerah di bawah
permukaan air laut, sehingga sering terjadi genangan. Kelerengan lahan di
kabupaten Pangkep berkisar antara 1 hingga lebih dari 3%, dimana
dominasi kelerengan lahan adalah kurang dari 3%.
c. Keadaan geologi dan struktur tanah
Bahan induk penyusun lahan pulau balang lompo terdiri dari
aluvium/marin (33,5%) pasir (50%). Satuan tanah dari pulau balang lompo
terdiri dari, kompleks aquic haplustefs dan sulfics endoaquefts yang
tesebar disepanjang pesisir hingga 8 kilometer dari garis pantai kearah laut
(17,3%).

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

48

Gambar 3.2 Lokasi Penelitian


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

49

Gambar 3.3 Curah Hujan


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

50

Gambar 3.4 Topografi


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

51

Gambar 3.5 Kemiringan Lereng


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

52

Gambar 3.6 Geologi


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

53

Gambar 3.7 Jenis Tanah


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

54

d. Keadaan Fisik Pantai


1) Kedalaman pantai
Pada jarak 0 hingga 1 mil dari garis pantai menuju arah lautan,
kemiringan pantai antara 20-30 % dengan kedalaman laut antara 010
meter. Substrat dasar pada perairan pantai di daerah ini didominasi
oleh lumpur berpasir. Pada perairan laut di dekat kecamatan liukang
tupabiring masih dijumpai hamparan ekosistem terumbu karang
terutama pada perairan dekat dengan pulau bangko bangkoang dan
pulau kulambing.
2) Besaran fisik ombak,
Fisik ombak yang menyebabkan besaran gelombang merupakan
gaya luar dapat mempengaruhi tingkat suspensi sedimen dasar daerah
pantai. Gelombang yang menuju daerahpantai/estuaria merupakan
penyebab utama transpor sedimen di daerah litoral.
Data gelombang pada dokumen RZWP3K

tercatat dilakukan

secara visual dan tertulis bahwa keadaan laut selama pengamatan baik.
Tinggi gelombang diperairan sekitar kawasan Pantai Pulau Balang
lompo relatif kecil yaitu berkisar antara 0,1sampai 0,6 meter dengan
tinggi maksimum 1 meter di perairan yang dikelilingi pulau-pulau.
3) Kecepatan dan pola arus,
Kecepatan arus pada umumnya sama dengan kondisi kabupaten
pangkep dimanan kondisi kecepatan arus cenderung sedang hingga
kuat yaitu berkisar antara 0,03 0,2 m/dtk dan mengarah ke selatan
dengan kecepatan rata-rata 0,1 m/dtk. Rata-rata BOD pada perairan
pesisir pulau mulai dari 0 2 mil berada pada nilai dibawah 5 mg/lt.
Kecerahan perairan pesisir mulai 0 2 mil berada pada kisaran 20 30
persen.
4) Pasang surut,
Pasang surut di wilayah pulau balang lompo, bahwa kisaran pasang
surut maksimum adalah 1,5 meter. Fluktuasi pasang surut menjadi
penting dalam pemilihan pengembangan pulau, karena berperan dalam
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

55

menentukan bagaimana kondisi pulau, apakah akan tenggelam pada


beberapa tahun kemudian.
5) Dinamika proses pantai
Proses dinamis pantai sangat di pengaruhi oleh littoral transport,
yang di definisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai
(nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu transport sepanjang pantai
(longshore transport) dan transport tegak lurus pantai (onshoreoffshore transport). Material (pasir) yang di transport di sebut dengan
littoral drift. Transport tegak lurus pantai terutama ditentukan oleh
kemiringan gelombang, ukuran sedimen, dan kemiringan pantai. Pada
umumnya gelombang engan kemiringan besar menggerakan material
kea rah laut, dan gelombang kecil dengan periode panjang
menggerakan material kea rah laut.
Pada saat gelombang pecah sedimen di dasar pantai terangkat
(terabrasi) yang selanjutnya terangkut oleh dua macam gaya
penggerak, yaitu komponen energy gelombang dalam arah sepanjang
pantai dan arus sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh gelombang
pecah. Arah transport sepanjang pantai sesuai dengan arah gelombang
datang dan sudut antara puncak gelombang selalu berubah maka arah
transpor juga berubah dari musim ke musim, hari ke hari, dan dari jam
ke jam.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

56

Gambar 3.8 Bathimetry


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

57

Gambar 3.9 Pola Arus Pasang


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

58

Gambar 3.10 Pola Arus Surut


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

59

Gambar 3.11 Kecepatan Arus Pasang


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

60

Gambar 3.12 Keepatan Arus Surut


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

61

6) Ekosistem pantai
Kondisi ekosistem mangrove sudah tidak terdapat di daerah pesisir
pulau balang lompo. Di sekitar pantai hanya berbatasan langsung dengan
permukiman kurang lebih 0-3 meter dari garis panatai.
Pada perairan sekitar pulau balang diidentifikasi rata-rata persentase
tutupan karang di wilayah pesisir adalah 30,38 % dimana tutupan karang
tersebut didominasi oleh hard coral (15 %). Pada umumnya terumbu
karang ditemukan pada kedalaman 1-10 m, sekalipun demikian di Pulau
Langkadea terumbu karang juga ditemukan pada kedalaman 25 m.
Berdasarkan data COREMAP 2005, kondisi terumbu karang di Kabupaten
Pangkep 74,26% dalam kondisi rusak dan hanya 25,74% dalam kondisi
baik dari total luas keseluruhan terumbu karang. Jenis ikan karang yang
ditemukan di perairan ini diantara Lencam (Pentapodus spp dan Scolopsis
spp.), ikan Pakol (Achanthurus spp), Ekor Kuning (Caesio spp).
7) Tipologi pengembangan kawasan pantai.
Penanganan kawasan pantai dilakukan dengan pertimbangan tipologi
pantai. Pembagian tipe pantai kawasan perencanaan didasarkan pada
klasifikasinya tipologi pantai yang di susun oleh Direktorat Bina Tata
Perkotaan dan Pedesaan Departemen Pekerjaan Umum, tahun 1997, secara
garis besar dapat di klasifikasikan kedalam tipe D, Karena memiliki
kemiringan dasar yang landai ( 0,01 < s < 1 ) dan terbentuk dari pasir,
memiliki lingkungan muara, tinggi ombak datang di antara 1 < H 1/3 )
< 2 meter, kecepatan arus di antara 0,5 dan 1 m/detik. Namun perlu di
lakukan budidaya air payau, hutan rawa, pengembangan ekoturisme,
peningkatan penjelajahan hutan pantai dan melihat flora dan fauna langka,
serta pemukiman.

2. Karakteristik penduduk Kawasan Pulau Balang Lompo Kabupaten Pangkep,


sosial, dan kebudayaan, antara lain :
a. Jumlah dan pertumbuhan penduduk

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

62

Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan


merupakan sebuah Indikator yang penting untuk diketahui. Penududuk pulau
balang lompo hingga tahun 2012 berjumlah 3.047 Jiwa. Tingkat
perkembangan jumlah penduduk yang ada di 13 wilayah kecamatan di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan turut mempengaruhi struktur
kehidupan masyarakat secara umum. Jika pertumbuhan jumlah penduduk
dalam keadaan konstan akan mengakibatkan berlakunya hukum ekonomi
(supply and demand) terutama yang tergolong dalam usia kerja.
Tabel3-15.
Perkembangan Jumlah Penduduk tahun 2008-2012
No

Lokasi
2008
4.438

2009
4.530

Tahun
2010
2.885

Pulau Balang
lompo
Perkembangan
92
-1645
Sumber: Kantor BPS Dalam Angka Kab. Pangkep, Tahun 2012
1

2011
2.892

2012
3.047

155

3.050
3.000
Column1

2.950
2.900
2.850
2.800

2010

2011

2012

Gambar 3.13 Perkembangan Jumlah Penduduk Pulau Balng Loompo

b. penyebaran kepadatan penduduk


Tabel3-16.
Kepadatan Penduduk Pulau Balang Lompo
No
1

Lokasi

Jumlah Penduduk
(Jiwa)

Pulau Balang
3.047
Lompo
Sumber : Monografi Kelurahan 2013

Luas
Wilayah
(Ha)
8

Kepadatan
Penduduk
(J/Ha)
380

c. Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin


Penduduk menurut usia di pualau balang tahun 2012 memperlihatkan
bahwa golongan usia penduduk terbanyak adalah usia 10-14 tahun, yakni
sebanyak 38.028 jiwa atau 12,16%, kemudian usia penduduk antara 5-9 tahun
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

63

sebanyak 33.333 jiwa atau 10,66%. Sedangkan jumlah penduduk menurut usia
terendah adalah usia 60-64 tahun sebanyak 7.641 jiwa atau 2,44%. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.17.

Tabel3-17.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin di Pulau Balang
Lompo Tahun 2012
No

Kelompok Usia

Jumlah Penduduk (jiwa)


Laki-Laki Perempuan

04
101
59
156
10 14
179
15 19
114
20 24
116
25 29
131
30 34
110
35 39
100
40 44
93
45 49
77
50 54
85
55 59
83
60 64
31
65 +
60
1.512
Jumlah
Sumber : Monografi Kelurahan 2013
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

15
10,63
10

7,06

112
167
190
125
127
142
121
111
104
88
96
94,5
42
71
1.553

Jumlah

215
324
370
241
245
274
232
213
199
167
182
179
74
132
3.047

7,06
10,63
12,14
7,91
8,04
8,99
7,61
6,99
6,53
5,48
5,97
5,87
2,43
4,33
100

12,14
7,91 8,04

8,99

7,61 6,99
6,53

5,48 5,97 5,87

4,33
2,43

0
04

5 9 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 +

Gambar 3.14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis


Kelamin di pulau Balang Lompo Tahun 2013
Rasio jenis kelamin di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

dapat

dilihat pada Tabel 3.18 berikut.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

64

Tabel3-18.
Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci pulau balang lompo
No

Lokasi

Pulau balang Lompo

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Laki-Laki Perempuan
1.512
1.553

Jumlah

Sex Rasio

3.047

96

acuan

utama

Sumber : Monogarafi Kelurahan 2012

3. Tata guna lahan.


Komposisi

penggunaan

lahan

merupakan

dalam

mengarahkan sebaran lokasi kegiatan dan pola pemanfatan ruang dalam


menyusun rencana. Berbagai faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan
ruang, yaitu faktor internal dan eksternal wilayah. penggunaan lahan.
Jenis penggunaan lahan di pualau balang lompo pada tahun 2012 dapat di
kategorikan dalam beberapa jenis penggunaan. Penggunan yang luas adalah
Pemukiman seluas 4,49 Ha atau sebesar 56,18% dari total luas lahan
sedangkan yang tersempit adalah penggunaan lahan dermaga seluas 0,09 Ha
atau sebesar 1,08% dari total luas lahan. Sebaran dari penggunaan lahan di
pulau balang lompo di pengaruhi oleh kondisi fisik dasar, dimana dan ruang
terbuka sebahgian besar terletak di bagian tengah, sedangkan lahan
penggunaan energi perkantoran sebahgian besar terletak di bahgian barat yaitu
pada wilayah pesisir, untuk penggunaan lahan pendidikan berada di bagian
tengah.. Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi penggunaan lahan.
Tabel3-19.
Penggunaan Lahan
No

Penggunaan Lahan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Dermaga
Energi
Kesehatan
Lapangan
Pasir
Pemakaman
Pemukiman
Pendidikan
Peribadatan
Perkantoran
Semak-semak

Luas Wilayah
(Ha)
0,09
0,18
0,08
0,28
0,55
0,55
4,49
0,42
0,10
0,12
1,14

Persen %
1,08
2,27
0,99
3,44
6,93
6,88
56,18
5,24
1,30
1,48
14,21

Sumber : Luasan Arcgis tahun 2014

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

65

Gambar 3.15 KawasanLindung


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

66

Gambar 3.16 Penggunaan Lahan


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

67

4. Sebaran Fasilitas
Penyebaran fasilitas merupakan penyebaran atau distribusi fasilitas yang
ada di suatu wilayah, dimana merupakan salah kebutuhan yang sangat urgen
serta digunakan sebagai indikator tumbuh dan berkembangnya suatu wilayah.
Ketersediaan fasilitas di kawasan yang memadai merupakan salah satu hal
yang sangat penting dalam mendukung kegiatan dan aktivitas manusia yang
ada di suatu wiayah. Bagian sub bahasan ini, akan diuraikan sumberdaya
buatan di pulau Balang Lompo. Untuk lebih jelasnaya, sebagaimana pada
pembahasan berikut;
a. Fasilitas Permukiman
Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni manusia
meliputi segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupannya yang
menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan (Sumaatmadja
1988). Dengan demikian berdasarkan jumlah penduduk 3047 jiwa serta
kepadatan penduduk 380 jiwa di pulau Balang Lompo pada tahun 2012, maka
yang mendominasi penggunaan lahan di Pulau Balang Lompo ialah fasilitas
permukiman sebagaimana pada pembahasan sebelumnya pada tabel tataguna
lahan.
b. Fasilitas Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya merupakan bekal manusia untuk mampu
bertahan hidup dan bersaing dalam berbagai ilmu pengetahuan. Pendidikan
dapat diperoleh melalui cara formal maupun informal baik dari lingkungan
keluarga dan maupun sekolah sekolah. Fasilitas pendidikan yang maju dan
berkembang dapat dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana yang ada
untuk mendukung kegiatan pendidikan dalam meningkatkan pengetahu yang
lebih baik dan luas.
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila di segi lain bertujuan untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air agar dapat

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

68

menciptakan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya


sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Sehubungan dengan itu Pemerintah pulau Balang Lompo selalu berupaya
untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh wilayahnya
untuk berbagai jenjang pendidikan. Pada tahun 2013 jumlah TK di Pulau
Balang Lompo sebanyak 1 sekolah dengan 39 orang murid, SD negeri dan
swasta berjumlah 2 sekolah, SMP 1 sekolah, SMA 1 sekolah

Gambar 3.17 Sarana Pendidikan

c. Fasilitas Perkantoran
Dalam meningkatkan mutuh tenaga kerja dalam suatu perkantoran maka
sangat di perlukan ketersediaan fasilitas perkantoran yang merupakan sarana
penunjang untuk kelancaran aktivitas pekerjaan perkantoran sehingga
melahirkan tenaga-tenaga kerja yang berkualitas dalam bidang keahlian
pekerjaan masing-masing dengan berbagai fasilitas seperti telepon, faksimile,
komputer, internet dan sebagainya (Keyshia Azarine's Site)
Di Pulau Balang Lompo mempunyai 6 kantor yaitu kantor Kecamatan,
kantor kelurahan, Polisi, Kodim, KUA dan Kantor PLN.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

69

Gambar 3.18 Sarana Pemerintahan


d. Fasilitas Perdagangan
Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan
perekonomian di suatu wilayah. Giatnya aktivitas perdagangan di suatu
wilayah menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi
tolok ukur tingkat perekonomian wilayah itu sendiri. Sehingga bisa dibilang
perdagangan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah. Melalui
perdagangan pula suatu wilayah bisa menjalin hubungan diplomatik dengan
wilayah-wilayah sekitarnya sehingga secara tidak langsung perdagangan juga
berhubungan erat dengan dunia politik. Sarana perdagangan yang terdapat di
Pulau Balang Lompo antara lain 11 buah toko, 23 buah Warung.

Gambar 3.19 Sarana Perdagangan dan jasa

e. Fasilitas Kesehatan
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan
Nasional bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan merupakan kebutuhan mendasar
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

70

dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Jumlah fasilitas kesehatan di


Pulau Balang Lompo sampai dengan tahun 2013 antara lain 1 Unit puskesmas,
4 unit posyandu.

Gambar 3.20 Sarana Kesehatan


f. Fasilitas Peribadatan
Pembangunan fasilitas peribadatan memiliki peran penting dalam
mewujudkan kepribadian yang baik atau moral, etika, serta spiritual bangsa
Indonesia. Pembangunan agama merupakan salah satu upaya pemenuhan hak
dasar rakyat dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
Sebagaimana diatur UU 1945 yang menegaskan bahwa negara berdasarkan
atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaannya itu. Pembangunan fasilitas peribadatan
bukan hanya usaha untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan,
pemahaman, serta pengamalan ajaran agama, melainkan juga ditujukan untuk
membangun masyarakat yang memiliki kesadaran akan adanya realitas sosial
tentang nilai-nilai keberagaman (atau kebhinnekaan) dan memahami makna
kemajemukan sosial.

Berdasarkan data tahun 2012, dimana banyaknya

fasilitas peribadatan di Pulau Balang Lompo adalah 1 unit Masjid 2 unit


mushollah.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

71

Gambar 3.21 Sarana Peribadatan

g. Fasilitas Olahraga
Sarana prasarana olah raga adalah semua sarana prasarana olah raga yang
meliputi semua lapangan dan bangunan olah raga beserta perlengkapannya
untuk melaksanakan program kegiatan olahraga. (Seminar Prasarana Olah
Raga Untuk Sekolah dan Hubungannya dengan Lingkungan (1978).
Pengembangan olahraga

wilayah ini harus dilaksanakan secara

berkesinambungan, terprogram, dan menuntut kerja keras agar tercapainya


prestasi dan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yang

memiliki

tingkat

kesehatan

dan

kebugaran

yang

baik.

Pembinaan olahraga dimulai sejak usia dini baik pada lembaga non formal
maupun lembaga formal, karena telah dirasakan bahwa olahraga akan dapat
memberikan

sumbangan

yang

berarti

terhadap

seluruh

elemen

kehidupan manusia. Dengan demikian berdasarkan pengertian tersebut diatas,


bahwa fasilitas olahraga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
masyarakat sehingga berdasarkan hasil survey yang kami lakukan dilapangan
bahwa ketersediaan fasilitas olahraga di Pulau Balang Lompo harus dijaga dan
perlu peningkatan pelayanan fasilitas olahraga guna meningkatkan kualitas
hidup masyarakat baik di Pulau Balang Lompo maupun diwilayah sekitarnya.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

72

Gambar 3.22 Sarana Olahraga


5. Kondisi Prasarana
Prasarana

merupakan

bagian

penting

dalam

menemukenali

perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Semakin baik kondisi prasarana,


penyebaran, tingkat pelayanan, akan mendorong tersebut untuk tumbuh dan
berkembang serta berinteraksi dengan daerah lain, baik dalam skala ekonomi,
sosial dan politik. Untuk itu akan dibahas prasarana wilayah seperti; Jaringan
Jalan, jaringa Listrik, jaringan telepon, system persampahan,

jaringan air

bersih dan jaringan drainase. Dengan demikian untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada pembahasan berikut;
a. Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi yang menunjang
kegiatan masyarakat yang ada suatu wilayah, meningkatkan perekonomian
suatu wilayah, memudahkan mobilitas penduduk baik dari desa ke kota atau
sebaliknya dan memperlancar lalu lintas barang dan manusia dari satu daerah
kedaerah lainnya. Dengan demikian kondisi jaringan jalan di pulau Balang
Lompo secara keseluruhan cukup baik, dimana fungsi jalan sebagai jalan local
dan lingkungan yang hanya dilalui oleh kendaraan roda 2 dan pejalan kaki.
Jenis permukaan jalan berupa rabat beton maupun tanah

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

73

Gambar 3.23 Jaringan Jalan


b. Jaringan Listrik
Dalam menunjang kemajuan suatu daerah keberadaan energi listrik
sangatlah diperlukan, oleh karena dapat memberikan konstribusi yang sangat
besar dalam kegiatan perekonomian. Dengan demikian berdasarkan hasil
survey dilapangan menunjukkan bahwa kondisi jaringan listrik di Pulau Balang
Lompo sudah terjangkau akan tetapi masih terbatas dan perlu ditingkat
pelayanan kebutuhannya sumber energy listri kebanyakan masyarakat
menggunakan tenaga PLN yaitu dari mesin diesel yang menyala pada waktu
malam hari mulai jam 06.00-03.00 subuh hari, dan menggunakan tenaga surya
pada jam 10.00-04.00,

hal tersebut dapat mengganggu menyamanan

masyarakat setempat karena sumber daya listrik kurang memadahi.

Gambar 3.24 Jaringan Listrik


c. Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi adalah segenap perangkat telekomunikasi yang
dapat menghubungkan pemakaiannya (umumnya manusia) dengan pemakai
lain, sehingga kedua pemakai tersebut dapat saling bertukar informasi (dengan
cara bicara, menulis, menggambar atau mengetik ) pada saat itu juga.
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

74

berdasarkan hasil survey dilapangan bahwa kondisi jaringan telepon di Pulau


Balang Lompo kondisinya baik, karena sebagian besar masyarakat di Pulau
Balang Lompo sudah menggunakan telepon genggam, jaringan yang tersedia
cukup bagus dan menjangkau provider baik GSM (telkomsel, Indosat) maupun
CDMA (Telkom, Smartfren)

Gambar 3.25 Menara Tower


d. Jaringan Persampahan
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di
buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam
yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi
yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.Berasarkan hasil
survey di lapangan bahwa, ketersediaan jaringan persampahan di Pulau Balang
Lompo masi belum maksimal yang di akibatkan oleh bertambahnya jumlah
penduduk dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat sehingga sampah
yang dihasilkanpun semakin bertambah. Adapun proses pengolahan sampah
yang ada di Pulau Balang Lompo dengan cara menimbun dan membakar
sampahnya masing-masing, serta ada yang membuang kelaut.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

75

Gambar 3.26 Pengeloaan sampah


e. Jaringan Air Bersih dan sanitasi
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini
menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber
daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk
mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan
pengaturan hak atas air. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin
meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan
fungsi

sosialnya.

Kondisi

tersebut

berpotensi

menimbulkan

konflik

kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan


sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar
pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta
dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan
tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap
kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip
pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial,
lingkungan hidup, dan ekonomi.
Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa kondisi air bersih di Pulau
Balang Lompo sebagian besar menggunakan air tanah dalam. Hal ini
sebenarnya unik dimana kita ketahui lokasi berupa pulau kecil yang berukuran
8 ha memiliki sumber air bersih dengan menggali kedalaman 2-3 meter sudah
PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

76

terdapat air tawar. Dengan menelusuri berbagai penelitian pustaka, bahwa


keberadaan air tawar ini disebabkan karena adanya pohon baka yang mampu
menyimpan air didalam tanah. Ini menjawab perlu menjaga pohon agar dapat
dimamfaatkan. Sumber air lainnya berupa penyulingan air asin dengan
kapasitas kecil denganpenadahan air hujan. Kondisi sanitasi pun perlu
diperhatikan agar tidak mengotori sumber air bersih. Kondisi dilapangan air
pembuangan yang brada disetiap rumah warga berupa selokan alami yang
berukuran kecil.

Gambar 3.27 Sanitasi dan Air bersih

6. Kemudahan hubungan antar kegiatan (aksesibilitas)


Sistem aksesbilitas terbagi atas transportasi darat dan transportasi air yang
akan dibahas adalah semua sarana dan prasarana transportasi yang ada dalam
lingkup wilayah pulau balang lompo, yakni meliputi; pola jaringan jalan, kondisi
jaringan jalan, volume barang dan penumpang dan seterusnya. Sedangkan pada
sarana dan prasarana transportasi air yang ada masih relatif terbatas, baik
kualitasnya maupun kuantitasnya.
a. Pola Jaringan Jalan
Pulau Balang Lompo terbagi atas jaringan jalan local dan lingkungan
Dengan kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola jaringan jalan yang ada,
yaitu cenderung berkembang secara linier mengelilingi pulau balang lompo.
b. Kondisi Jaringan Jalan
Panjang jalan secara keseluruhan di pulau balang lompo pada tahun 2013
sepanjang 555 m. Kondisi jalan tersebut terdiri dari jalan beton, tanah, dan
jalan setapak. Panjang jalan beton dengan prosentase 32,7 % atau sepanjang
181

m, sedangkan jalan tanah 48 % atau sepanjang 221 m. Tingkat


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

77

pertumbuhan jaringan jalan dari tahun ke tahun sangat rendah, hal tersebut
dikarenakan luas lahan yang terbatas.
c. Asal dan Tujuan Pergerakan Barang dan Penumpang
Pergerakan barang dan penumpang yang terjadi di pulau balang lompo
terjadi dalam dua bentuk, yaitu terjadi secara akumulasi dan distribusi, baik
pada sistem transportasi darat maupun pada sistem transportasi laut. Data yang
baku mengenai asal dan tujuan pergerakan barang dan penumpang di pulau
balang lompo, nampaknya belum terdata dengan baik, sehingga yang dapat
digambarkan adalah hasil pengamatan di lapangan.
Dengan adanya 2 dermaga sebagai antar moda, maka memberikan
aksesibilitas yang sangat tinggi terhadap pergerakan barang dan penumpang.
Sedangkan secara lokal kabupaten, terjadi pergerakan arus barang berupa
bahan-bahan kelontongan terkumpul di Kota Pangkajenedan makassar, lalu
kemudian terdistribusi ke pelosok-pelosok pulau-pulau, sedangkan hasil-hasil
perikanan terjadi sebaliknya terakumulasi di Kota Pangkajene lalu kemudian
dipasarkan baik lokal maupun regional.
Arus pergerakan barang dan penumpang juga terjadi antar moda, yaitu
moda sistem transportasi darat dan sistem transportasi laut. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan setidaknya terdapat 2 (empat) lokasi yang menjadi
tempat perpindahan moda dari dan ke daerah kepulauan; yaitu di Kalibone,
Kota Pangkep (depan pasar sentral, Marang (pinggir jalan poros) dan
pelabuhan paotere makassar. Namun sarana dan prasarana sistem transportasi
air nampaknya masih kurang memadai.
Asal dari pelayaran yang terjadi adalah pada dasar ada dua kategori; (i)
pelayaran antara pulau di wilayah kepulauan, dan (ii) pelayaran antara kotakota yang ada di tiga kecamatan kepulauan dengan dengan wilayah daratan.
Kategori pertama pergerakan yang terjadi sangat rendah disebabkan karena
antara pulau yang satu dengan yang lainnya relatif jauh, sehingga hanya kapal
yang berbobot besar yang dapat melakukan pelayaran. Begitupun juga dengan
pelayaran atau pergerakan antara wilayah daratan dan wilayah kepulauan
relatif terbatas, karena asal dan tujuan pergerakan terbatas pada kampungPERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

78

kampung nelayan yang relatif ramai dan tujuan di wilayah daratan juga tertentu
yaitu pada daerah yang relatif mudah mencapai lokasi pasar atau kawasan
perdagangan.
d. Jumlah dan Jenis Alat Angkut
Jenis alat angkut pada sistem transportasi darat di pulau balang lompo
dapat dibagi menurut; (i) jenis yang diangkut, (ii) menurut fungsinya, dan (iii)
menurut penggeraknya. Jenis alat angkut menurut apa yang diangkut terdiri
dari penumpang dan barang, jenis angkutan barang mengangkut hasil-hasil
pertanian dan perikanan serta jasa angkutan industri. Jenis alat angkut menurut
fungsinya, terdiri dari angkutan umum laut melayani rute antar kota Makassar
dan pulau balang lompo serta kota pangkep. Jenis angkutan menurut alat
penggeraknya, terdiri dari; alat angkut tanpa motor (kapal dayung) dan alat
angkut bermotor (kapal bermotor). Namun semua jenis alat angkut tersebut
tidak terdata secara rinci.
Jenis alat angkutan air, masih berupa kapal kayu dengan ukuran 5 10
GT. Dengan bobot kapal yang relatif masih rendah, sehingga berakibat
terhadap rendah aksesibilitas ke dan dari wilayah kepulauan. Selama ini alat
angkut tersebut dimiliki oleh swasta ataupun perorangan, sehingga kualitas
kapal relatif rendah dan kuantitas kapal dari tahun ke tahun sepertinya tidak
bertambah, sedangkan

disisi lain jumlah penumpang dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Pengusaha jasa transportasi kapal penumpang


terkadang mendapat banyak untung ketika bamyak penumpangnya. Akan tetapi
kendala terhadap cuaca yang menjadi hambatan. Pengusaha jasa transportasi
ini hanya terdapat 2 unit, dimana jadwal keberangkatan 1 kali pada jam 6 pagi
dan kembali jam 11 pada siang hari.

Gambar 3.28 Alat Transportasi laut


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

79

e. Jenis dan Lokasi dermaga


Pada prinsip jenis dermaga yang ada masih berupa dermaga skalanya
masih kecil. Berdasarkan pengamatan di lapangan sudah ada yang dermaganya
permanen.

Gambar 3.28 Kondisi Dermaga

7. Isu Pengelolaan pesisir dan pulau Balang Lompo


a. Erosi/Abrasi
Erosi disebabkan karena terganggunya keseimbangan transportasi
sedimen

sejajar pantai (longshore sediment transport) atau tidak adanya

peredam energi gelombang. Yang terjadi di pulau balang lompo sudah terlihat
nampakerosi yang telah terjadi akibat disebabkan oleh gerakan gelombang
pada pantai terbuka. Disamping itu, karena keterkaitan ekosistem maka
perubahan hidrologis dan oseanografis juga dapat mengakibatkan erosi
kawasan pesisir. . Pembangunan tanggul untukmencegah terjadinnya
pengikisan garis pantaiyang lebih dalam sehinggah mengurangi luasan pulau
balang lompo.
b. Banjir ROB
Kondisi pemanasan global bisa saja mengakibatkan banjir ROB di pulau
balang lompo karena topografi pulau yang masuk dalam kategori datar. pada
daerah potensi banjir yang didalam kawasan tersebut terdapat permukiman
penduduk, aset-aset milik masyarakat, fasilitas umum,
c.

Gelombang Tinggi dan Angin Kencang


Kondisi gelombang tinggi yang dapat mengiki panta (Erosi) serta agin

kencang yang menimbulkan tinnginya ombak di pulau balang lompo terjadi


PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

80

pada bagian timur. Angina kencang juga mengakibatkan pohon-pohon


tumbang yang mengancam pemukiman masyarakat.

8. Potensi Pulau
a. Sektor Air Bersih
Sumberdaya air baku yang cukup tersedia, sehingga dalam pengelolaan
dan pemanfaatannya yang berkelanjutan.
b. Energi Listrik
Terdapat beberapa sumber energi yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi listrik dalam memenuhi kebutuhan akan energi listrik Balang
Lompo
c. Perikanan tangkap
Rata-rata pencarian masyarakat sebagai nelayan tangkap. Dimana kapal
yang mereka gunakan dilengkapi jaring untuk menangkap. Pada umumya
nelayan keluar 1-2bulan untuk mencari ikan.
d. Industri
Terdapat 2 industri rumah tangga yang mengelolan hasil tangkapan.
Kondisi pekerja pemasaran maupun modal yang menjadi hambatan untuk
pengembangan industri ini. Pemasaran yang kurang baik sehingga menjadikan
perputaran ekonomi yang lambat
e. Transportasi
Pengusaha jasa transportasi kapal penumpang terkadang mendapat
banyak untung ketika bamyak penumpangnya. Akan tetapi kendala terhadap
cuaca yang menjadi hambatan. Pengusaha jasa transportasi ini hanya terdapat 2
orang, dimana jadwal keberangkatan 1 kali pada jam 6 pagi dan kembali jam
11 pada siang hari.

PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

Anda mungkin juga menyukai