Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PAPER ARSITEKTUR TROPIS

KEADAAN GEOGRAFI DAN IKLIM DI KOTA MATARAM

Dosen:

M. Syarif Hidayat, Dr., M.Arch

Mata Kuliah:

Arsitektur Tropis

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA


PENDAHULUAN

Kenaikan suhu bumi pada abad 21 ini dirasakan telah mengganggu aktifitas
kehidupan di belahan bumi manapun dan berdampak nyata pada perubahan iklim global

(Budiastuti,2010). Semua ini bermula dari revolusi industri inggris dan seiring berjalannya

waktu, negara – negara yang lain selain Inggris melakukan aktifitas industri dan
menambah sumbangan terhadap emissi karbon yang berada di atmosfer. Berdasarkan

laporan grup peneliti IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang telah

mengindikasikan laju dan durasi pemanasan pada abad ke-20 lebih besar daripada

beberapa abad sebelumnya. Laporan tersebut juga mengindikasikan pemanasan telah


terjadi sejak dekade 1990 dan pemanasan tertinggi tahun 1998 hingga abad milenium.

Kejadian ini terbukti terjadi pada 140 tahun dan 100 tahun yang lalu, dengan estimasi
yang terbaik telah menunjukkan kenaikan suhu rata – rata 0,2°C. Laporan ini termasuk
dengan kejadian pemanasan pada abad 20 yang terjadi akibat aktifitas manusia.

Berdasarkan skenario gas rumah kaca dan aerosol secara global yang terkini laju

pemanasan bertambah 1,4°C hingga 5,8°C, dari periode 1990 hingga 2010. Besarnya nilai

proyeksi menyebabkan berbagai para ahli fokus terhadap bagaimana untuk adaptasi,
mitigasi dan menghindari dampak dari kerusakan global dan regional.

Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, kondisi ini mengakibatkan pergeseran

periode hujan dan kemarau yang tidak lagi dapat ditentukan secara pasti dengan musim
kering yang lebih panjang dari biasanya dan dengan interval waktu yang lebih pendek (3-

4 tahun sekali dibanding 7 tahun sekali). Lembaga pemerintah non departemen Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau peningkatan ini dan

diumumkan secara periodik melalui media massa agar seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan hal itu (Pertanian, Perikanan, Peternakan, Transportasi, dan lain-

lain) benar-benar direncanakan secara matang. Berbagai forum ilmiah tingkat dunia
diadakan secara intensif untuk membahas penyimpangan iklim ini.
DESKRIPSI WILAYAH KOTA MATARAM

A. Profil Wilayah

Mataram adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kota ini

dikelilingi oleh Kabupaten Lombok Barat dan Selat Lombok. Mataram juga
merupakan kota terbesar di Pulau Lombok dengan luas daratan 61,3 km2 dan garis

pantai 9 km. Kabupaten lain di Pulau Lombok adalah: Lombok Barat, Lombok

Timur, Lombok Utara dan Lombok Tengah. Kota ini dilintasi empat sungai besar
yang berfungsi sebagai drainase alami, yaitu Sungai Jangkok, Sungai Ancar, Sungai

Brenyok dan Sungai Midang. Daerah hulu sungai ini berada di sekitar lereng

Gunung Rinjani dan mengalir ke hilir di Selat Lombok. Selain sebagai ibu kota
provinsi, Kota Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan, pendidikan,
perdagangan, industri dan jasa. Kota ini secara administratif terbagi menjadi enam

kecamatan yaitu Ampenan, Cakranegara, Mataram, Selaparang, Sekarbela dan

Sandubaya. Wilayah Mataram terdiri dari 50 desa dan 325 RT.


Dalam konteks pembangunan nasional, Kota Mataram ditetapkan sebagai

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang secara khusus berfungsi untuk mendukung

pembangunan ekonomi di Pulau Lombok terutama pada industri pariwisata,

perunggasan dan perkebunan (RPJMN 2020-2024). Lebih lanjut, Rencana Tata


Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP 2009-2029) menetapkan Mataram Metro sebagai

Kawasan Strategis Provinsi (KSP) memiliki potensi sektor ekonomi yaitu:


perdagangan, jasa, industri dan pariwisata. Wilayah Metropolitan Mataram terdiri

dari Kota Mataram dan enam kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yaitu

Batulayar, Gunungsari, Lingsar, Narmada, Labuapi dan Kediri.

B. Luas dan Batas Wilayah


Kota Mataram memiliki luas daratan 61,30 Km2 (6.130 Ha) dan 56,80 Km2

perairan laut serta garis pantai sepanjang 9 km. Luas wilayah Kota Mataram

tersebut hanya 0,30 persen dari luas Provinsi NTB secara keseluruhan yaitu
20.153,15 Km², sehingga menjadikan Kota Mataram sebagai kota dengan wilayah
terkecil dari 10 kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB. Secara administrasi Kota

Mataram terbagi dalam 6 wilayah kecamatan, 50 kelurahan dan 322 lingkungan,


dengan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Selaparang dengan luas

10,77 km² dan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Ampenan dengan luas

wilayah 9,46 km², sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

NO KECAMATAN JUMLAH JUMLAH LUAS PERSENTASE


KELURAHAN LINGKUNGAN WILAYAH (Km²) (%)
1. Ampenan 10 52 9,46 15,43

2. Cakranegara 10 72 9,67 15,77

3. Sekarbela 5 35 10,32 16,84

4. Mataram 9 55 10,76 17,55

5. Selaparang 9 61 10,77 17,57

6. Sandubaya 7 44 10,32 16,84

JUMLAH 50 322 61,30 100,00

Secara geografis wilayah Kota Mataram mempunyai luas wilayah 61,30 km dengan

batas-batas sebagai berikut :

• Batas Utara : Kabupaten Lombok Barat


• Batas Selatan : Kabupaten Lombok Barat
• Batas Timur : Kabupaten Lombok Barat
• Batas Barat : Selat Lombok

Kota Mataram terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Mataram, Ampenan dan
Cakranegara dengan 23 kelurahan dan 247 Lingkungan.

C. Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis, Kota Mataram terletak pada ujung sebelah barat Pulau
Lombok dan secara astronomis terletak pada posisi antara 08°33’ dan 08°38’

Lintang Selatan dan antara 116°04’ dan 116°10’ Bujur Timur, dengan panjang garis

pantai 9 km.

D. Topografi Kota Mataram


Bentuk topografi wilayah Kota Mataram bervariasi dari datar sampai agak

curam dengan klasifikasi sebagai berikut:


• Lereng 0–2%, bentuk wilayah datar, seluas 4.652,057 Ha (75,9 %)

• Lereng 2–8%, bentuk wilayah agak landai, seluas 1.299,147 Ha (21,20%)

• Lereng 8-15%,bentuk wilayah bergelombang, seluas 174,283 Ha (2,84 %)

• Lereng 15-25%, bentuk wilayah curam, seluas 4,568 Ha (0,07%)


Kondisi diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Mataram

merupakan hamparan datar. Sementara ketinggian tanah bervariasi yaitu

Kecamatan Cakranegara mencapai ±25 meter diatas permukaan laut (dpl),


Kecamatan Mataram ±15 meter dpl dan Kecamatan Ampenan ±5 meter dpl
termasuk daerah pantai.

E. Geologi dan Jenis Tanah

Satuan batuan yang ada di Kota Mataram terdiri dari batuan gunung api,

batuan sedimen, serta batuan terobosan yang umurnya berkisar dari jaman tersie
sampai kuarter. Formasi batuan yang terbentuk adalah Formasi Kalipalung (TQp)

yaitu anggota Selayar (TQs), Formasi Kalibalak (TQb), dan Formasi Lekopiko (Qvl)

dengan jenis batuan sebagai berikut:

• Formasi Kalipalung : Breksi gampingan dan lava.


• Anggota Selayar : Batu pasir tuffan dan batu lempung tuffan dengan
sisipan tipis karbon.
• Formasi Kalibabak : Breksi dan lava.

• Formasi Lekopiko : Tuff berbatu apung, breksi lahar, dan lava.


Qa Alluvium yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, dan pecahan

koral tersebar hampir di seluruh Kota Mataram, khususnya di daerah muara sungai.

Kota Mataram termasuk dalam Busur Bergunung Api Nusa Tenggara Barat, yang

merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah timur dan Busur Banda sebelah barat.
Busur tersebut terbentang dari Pulau Jawa ke Nusa Tenggara dan melengkung

mengitari Laut Banda.

F. Hidrologi

Kota Mataram memiliki potensi air tanah (aquifer) yang cukup besar,
tersebar di beberapa bagian wilayah Kota Mataram, seperti Kelurahan Rembiga,
Kelurahan Sayang-sayang dan Kecamatan Mataram dengan kedalaman akuifer 5-

7 meter. Sedangkan Kelurahan Monjok dan Kelurahan Dasan Agung bagian Utara

memiliki kedalaman air tanah hingga 15 meter. Titik-titik mata air tersebar di
Kelurahan Pejeruk, Karang Baru, Sayangsayang, Cakranegara Utara, Dasan Cermen,

Babakan, Mandalika, dan Pagesangan Tengah.

Kota Mataram dialiri empat sungai besar yang berfungsi sebagai drainase

alam, yaitu Sungai Jangkok (86 km dengan luas 1.712,12 Ha), Sungai Ancar (21 km
dengan luas 858,47 Ha), Sungai Brenyok (42 km dengan luas 2.277,55 Ha), dan
Sungai Midang (26 km dengan luas 562,47 Ha). Hulu sungai-sungai tersebut

berada di sekitar lereng Gunung Rinjani dan bermuara di Selat Lombok.


G. Klimatologi

Kota Mataram beriklim tropis dengan musim hujan antara bulan Oktober
sampai April dan musim kemarau antara bulan April sampai Oktober. Suhu rata-

rata mencapai 26 derajat Celsius dengan kelembapan ratarata mencapai 82%. Iklim

lokal juga dipengaruhi oleh perubahan angin. Dari bulan April sampai Oktober
biasanya angin kemarau datang dari arah Tenggara yang merupakan ciri musim

kemarau. Sedangkan pada bulan November hingga Maret, angin yang

mengandung uap air mengalir dari arah Barat Laut yang menyebabkan musim
hujan. Kecepatan angin cukup tinggi pada musim hujan dan lebih rendah pada
musim kemarau. Berikut detail Klimatologinya:

• Suhu
Musim panas berlangsung selama 1,5 bulan, dari 2 Oktober sampai 17

November, dengan suhu tertinggi harian rata-rata di atas 32°C. Bulan terpanas
dalam setahun di Kota Mataram adalah November, dengan rata-rata suhu

terendah 32°C dan tertinggi 25°C. Musim dingin berlangsung selama 2,0

bulan, dari 19 Juni sampai 18 Agustus, dengan suhu tertinggi harian rata-

rata di bawah 31°C. Bulan terdingin dalam setahun di Kota Mataram


adalah Juli, dengan rata-rata terendah 22°C dan tertinggi 31°C.

• Awan

Di Kota Mataram, persentase rata-rata langit yang tertutup awan

mengalami variasi musiman signifikan sepanjang tahun. Masa cuaca lebih

cerah setiap tahun di Kota Mataram dimulai sekitar 1 Mei dan berlangsung

selama 5,6 bulan, berakhir sekitar 21 Oktober. Bulan paling cerah dalam setahun di
Kota Mataram adalah Agustus, di mana rata-rata langit cerah, sebagian besar

cerah,atau berawan sebagian 50% saat itu. Masa lebih berawan tahun ini dimulai

sekitar 21 Oktober dan berlangsung selama 6,4 bulan, berakhir sekitar 1 Mei. Bulan

paling berawan dalam setahun di Kota Mataram adalah Januari, dengan rata-rata
langit mendung atau sebagian besar berawan 89% sepanjang waktu.
• Presipitasi

Hari basah adalah hari dengan setidaknya 1 milimeter curah hujan

cair atau setara cairan. Kemungkinan hari-hari basah di Kota Mataram

sangat bervariasi sepanjang tahun. Musim hujan berlangsung 5,4 bulan,


dari 4 November sampai 18 April, dengan lebih dari 33% kemungkinan hari

menjadi hari hujan. Bulan dengan hari paling basah di Kota Mataram

adalah Januari, dengan curah hujan rata-rata 18,4 hari dengan sedikitnya 1
milimeter.

Musim kemarau berlangsung 6,6 bulan, dari 18 April sampai 4

November. Bulan dengan hari basah paling sedikit di Kota Mataram


adalah Agustus, dengan rata-rata 1,3 hari dengan setidaknya 1

milimeter curah hujan. Di antara hari-hari basah, kami membedakan antara

hari-hari yang mengalami hujan saja, salju saja, atau campuran dari

keduanya. Bulan dengan hari paling banyak hujan saja di Kota Mataram
adalah Januari, dengan rata-rata 18,4 hari. Berdasarkan kategorisasi ini,

bentuk curah hujan paling umum sepanjang tahun adalah hujan, dengan

probabilitas tertinggi 62% pada tanggal 31 Januari.


• Curah Hujan

Untuk menunjukkan variasi dalam bulan-bulan dan bukan hanya

total bulanan, disini ditunjukkan curah hujan yang terakumulasi selama

periode 31-hari bergeser yang berpusat di sekitar setiap hari dalam setahun.
Kota Mataram mengalami variasi musiman ekstrim dalam curah hujan

bulanan.
Curah hujan sepanjang tahun in Kota Mataram. Bulan dengan curah
hujan terbanyak di Kota Mataram adalah Januari, dengan rata-rata curah

hujan 240 milimeter. Bulan dengan curah hujan paling sedikit di Kota

Mataram adalah Agustus, dengan curah hujan rata-rata 11 milimeter.


• Matahari

Matahari terbit paling awal berada pada 05.44 hari 16 November,


dan matahari terbit terakhir 47 menit lebih lambat pada

pukul 06.31 pada 15 Juli. Matahari terbenam paling awal adalah pada

pukul 18.02 tanggal 25 Mei, dan matahari terbenam paling telat adalah 41
menit lebih lambat pada pukul 18.43 tanggal 29 Januari. Penyesuaian waktu

musim panas (DST) tidak berlaku di Kota Mataram pada tahun 2022.
Gambar di bawah ini menyajikan representasi kompak dari

ketinggian matahari (sudut matahari di atas cakrawala) dan azimut


(bantalan kompasnya) untuk setiap jam setiap hari dalam periode

pelaporan. Sumbu horizontal adalah hari dalam setahun dan sumbu vertikal

adalah jam dalam sehari. Untuk hari dan jam tertentu pada hari itu, warna

latar belakang menunjukkan azimut matahari pada saat itu. Isoline hitam
adalah kontur elevasi matahari konstan.

• Bulan

Pada gambar diatas menyajikan representasi ringkas dari data bulan

utama untuk 2022. Sumbu horizontal adalah hari, sumbu vertikal adalah jam

dalam sehari, dan area berwarna menunjukkan kapan bulan berada di atas
cakrawala. Batang berwarna abu-abu vertikal (Bulan baru) dan batang

berwarna biru (Bulan penuh) menunjukkan fase utama Bulan.


• Kelembaban

Pada gambar diatas tingkat kenyamanan kelembapan dapat dilihat


berdasarkan titik embun, karena ini menentukan apakah keringat akan

menguap dari kulit, sehingga mendinginkan tubuh. Titik embun yang lebih

rendah terasa lebih kering dan titik embun yang lebih tinggi terasa lebih
lembab. Tidak seperti suhu, yang biasanya sangat bervariasi antara malam

dan siang, titik embun cenderung berubah lebih lambat, jadi meskipun suhu

bisa turun pada malam hari, hari yang lembab biasanya diikuti dengan
malam yang lembab.

Tingkat kelembaban yang dirasakan di Kota Mataram, yang diukur


dengan persentase waktu di mana tingkat kenyamanan

kelembaban lembab dan panas, menyesakkan, atau menyengsarakan, tidak


bervariasi secara signifikan sepanjang tahun, tetap dalam

rentang 3% dari 97%.


• Angin

Bagian ini membahas vektor angin rata-rata per jam dengan area

luas (kecepatan dan arah) di 10 meter di atas permukaan tanah. Angin yang
dialami di lokasi tertentu sangat bergantung pada topografi lokal dan faktor
lainnya, dan kecepatan dan arah angin seketika sangat bervariasi daripada

rata-rata per jam. Rata-rata kecepatan angin per jam di Kota Mataram

mengalami variasi musiman signifikansepanjang tahun.


Masa yang lebih berangin dalam setahun berlangsung selama 5,5

bulan, dari 13 Mei sampai 28 Oktober, dengan kecepatan angin rata-rata

lebih dari 9,9 kilometer per jam. Bulan paling berangin dalam setahun di
Kota Mataram adalah Agustus, dengan kecepatan angin rata-rata per

jam 12,2 kilometer per jam. Masa angin lebih tenang dalam setahun
berlangsung selama 6,5 bulan, dari 28 Oktober sampai 13 Mei. Bulan paling

tidak berangin dalam setahun di Kota Mataram adalah Maret, dengan


kecepatan angin rata-rata per jam 7,7 kilometer per jam.
• Suhu Air

Kota Mataram terletak di dekat perairan yang besar (mis., lautan, laut,

atau danau besar). Bagian ini melaporkan suhu permukaan rata-rata area
luas dari air tersebut. Suhu air rata-rata mengalami variasi

musiman signifikan sepanjang tahun. Waktu dalam setahun dengan air

hangat berlangsung selama 2,5 bulan, dari 8 Maret sampai 24 Mei, dengan

suhu rata-rata di atas 29°C.


Bulan dalam setahun di Kota Mataram dengan air terhangat

adalah April, dengan suhu rata-rata 29°C.Waktu dalam setahun dengan air

lebih dingin berlangsung selama 2,3 bulan, dari 14 Juli sampai 22


September, dengan suhu rata-rata di bawah 27°C. Bulan dalam setahun di

Kota Mataram dengan air terdingin adalah Agustus, dengan suhu rata-

rata 27°C.
• Tenaga Surya

Bagian ini membahas total gelombang pendek tenaga Surya harian

yang mencapai permukaan tanah di area yang luas, dengan

memperhitungkan variasi musiman panjang hari, ketinggian Matahari di


atas cakrawala, dan penyerapan oleh awan dan komponen atmosfer lainnya.

Radiasi gelombang pendek meliputi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet.

Rata-rata insiden harian tenaga surya gelombang pendek mengalami


variasi musiman kecil sepanjang tahun. Masa lebih cerah dalam setahun

berlangsung selama 2,4 bulan, dari 17 Agustus sampai 31 Oktober, dengan

insiden energi gelombang pendek harian rata-rata per meter persegi di


atas 6,4 kWh. Bulan paling terang dalam setahun di Kota Mataram

adalah September, dengan rata-rata 6,9 kWh.

Masa lebih gelap dalam setahun berlangsung selama 3,0 bulan,

dari 11 Desember sampai 11 Maret, dengan insiden energi gelombang


pendek harian rata-rata per meter persegi di bawah 4,8 kWh. Bulan paling

gelap dalam setahun di Kota Mataram adalah Januari, dengan rata-rata 4,4

kWh.
H. Data Lingkungan

• Kualitas Udara

Berdasarkan hasil pemantauan udara tahun 2019, indeks kualitas

udara Kota Mataram sebesar 88,80 menunjukkan bahwa kualitas udara


dalam kondisi sangat baik berdasarkan indeks nasional. Meski titik pantau

tidak mewakili semua kecamatan, namun lokasi pemantauan yang menjadi

sentra kegiatan masyarakat dinilai cukup mewakili kualitas udara kota.


• Kualitas Air Sungai

Pemantauan kualitas air sungai di Kota Mataram dilakukan di sungai

Jangkok pada tahun 2019. Pengambilan sampel selama satu tahun


dilakukan sebanyak empat kali di tiga lokasi (hulu, tengah dan hilir).
Pengukuran kualitas air menilai parameter berikut: Padatan Tersuspensi

Total (TSS), Oksigen Terlarut (DO), Permintaan Oksigen Kimia (COD),


Permintaan Oksigen Biologis (BOD), Fosfat, coliform total dan E. coli/fecal

coli sebagaimana diuraikan pada tabel di atas.

• Emisi Gas Rumah Kaca

Emisi GRK di Kota Mataram sangat ditentukan oleh besarnya aktivitas


perkotaan. Secara umum penyumbang terbesar emisi GRK di Kota Mataram

adalah sektor persampahan, khususnya sampah padat dan limbah cair. Ini
terkait sampah yang dihasilkan oleh permukiman, industri, perdagangan

dan jasa di Kota Mataram.

Sistem Inventarisasi GRK Nasional (SIGN SMART) menunjukkan

bahwa emisi GRK Kota Mataram pada tahun 2014 sebesar 85.187 ton CO₂
yang dihasilkan dari sektor persampahan. Emisi tertinggi GRK terjadi pada
tahun 2007 dengan sekitar 5.030.953 ton CO₂. Sumber emisi terbesar adalah

sektor penggunaan lahan, perubahan tata guna guna lahan dan kehutanan
(LULUCF) sebesar 4.926.503 ton CO₂ (97.92%). Oleh karena itu, penanganan

pengelolaan sampah sangat krusial bagi Kota Mataram, baik untuk

kesehatan lingkungan maupun pengurangan emisi GRK.

• Konsumsi Energi
Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat masyarakat

semakin bergantung pada listrik yang berdampak pada peningkatan jumlah

konsumsi listrik. Sumber listrik berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
yang melayani Pulau Lombok yaitu PLTD Ampenan, PLTD Taman dan PLTD
Paokmotong. Jumlah pelanggan listrik di Kota Mataram mencapai 865.849

pada tahun 2017 dengan 95% di antaranya merupakan pelanggan rumah


tangga, sedangkan 5% sisanya adalah Sosial/ Umum, Multiguna,

Pemerintahan, Industri, Penerangan Jalan dan Bisnis (BPS Kota Mataram,

2018) . Jumlah pelanggan listrik telah meningkat 10,65% dari tahun 2016.

Peningkatan kebutuhan listrik tentunya harus diiringi dengan peningkatan


pasokan.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah berhasil meningkatkan

produksi listrik hampir 8 kali lipat, dari 1.253,3 juta KWh menjadi 9.899,1 juta
KWh (BPS Kota Mataram, 2018). Pemerintah terus meningkatkan

elektrifikasi melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

(PLTGU) berkapasitas 150 MW yang berlokasi di Desa Tanjung Karang, Kota

Mataram. Ke depan, peningkatan kebutuhan energi menuntut inovasi dan


penyempurnaan teknologi yang ada agar kebutuhan tersebut dapat

terpenuhi. Kota Mataram telah melakukan upaya penghematan listrik pada

infrastruktur kota. Efisiensi energi dilakukan antara lain melalui penggantian


penerangan konvensional jalan umum dengan teknologi diode pancaran
cahaya (LED). LED memiliki konsumsi daya yang lebih rendah tetapi memiliki

pencahayaan yang lebih terang. Penempatan lampu ini ditemukan di


beberapa jalan utama dengan total 564 titik penerangan.

• Air Limbah

Pembangunan pesat di Kota Mataram telah menimbulkan beberapa

permasalahan termasuk pengelolaan sektor sanitasi. Berbagai aktivitas


perkotaan menghasilkan air limbah yang harus diolah dengan tepat untuk

menghindari pencemaran lingkungan. Berdasarkan sumbernya, air limbah

dibagi menjadi dua kategori, yaitu limbah domestik dari aktivitas rumah
tangga dan limbah non-domestik dari aktivitas industri, rumah sakit dan
komersial. Air limbah non-rumah tangga biasanya mengandung zat

beracun dan sangat tercemar. Ini harus diolah melalui instalasi pengolahan
air limbah milik mereka sebelum dibuang ke badan sungai atau badan air.

Air limbah domestik diolah dengan dua cara yaitu sistem pengolahan

terpusat atau desentralisasi. Sistem terpusat menggunakan serangkaian

pipa saluran pembuangan, terowongan dan pompa untuk mengumpulkan


air limbah dan mengirimkannya ke instalasi pengolahan pusat. Sementara,

sistem air limbah terdesentralisasi membawa, mengolah dan membuang air

limbah dari komunitas kecil, bangunan dan tempat tinggal ke properti


individu, publik atau pribadi. Kota Mataram tidak memiliki pengolahan air

limbah terpusat untuk melayani seluruh wilayah kota. Hanya ada sebuah

sistem terpusat untuk melayani kawasan permukiman baru dengan

kapasitas terbatas. Air limbah domestik sangat bergantung pada sistem


desentralisasi atau pengolahan air setempat, yang mencapai 98,24%

penduduk. Sebagian besar rumah tangga terhubung ke tangki septik yang

memadai di rumah masing masing.

Anda mungkin juga menyukai