Anda di halaman 1dari 37

SISTEM PENYEDIAN AIR MINUM (TL631333)

Perencanaan Sistem Penyedian Air Minum di Kecematan Pahandut Kota Palangkaraya


Kalimantan Tengah dengan Periode Perencanaan 20 Tahun

Dosen Mata Kuliahh :


Ricka Aprillia, S.T.,M.T

Disusun Oleh :
Noor Wahidah (T0218002)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN BARAT
2020/2021
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI
DAFTAR TABLE
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Perencannaan
1.3 Ruang Lingkup Perencanaan
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan
kehidupan manusia. Oleh karenanya air minum mutlak harus tersedia dalam kuantitas
dan kualitas yang memadai, namun upaya untuk menyediakan air minum yang memadai
menghadapi berbagai isu dan masalah. Isu dan masalah strategis terkait penyedian air
minum yang ada saat ini cukup rumit, namun kesemuanya itu harus dilihat sebagai suatu
tantangan untuk mencapai target pelayanan air minum baik.
“Kota Palangkaraya sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah memiliki laju
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dengan ratarata pertumbuhan penduduk per
tahunnya. Pada waktu yang akan datang pemenuhan akan air bersih akan selalu
mengalami peningkatan. Keadaan layanan air bersih pada tahun 2020 sebesar sambungan
rumah (SR) dan hidran umum / kran umum (HU/KU) sebanyak 15 unit, Dengan sumber
air Sungai Kahayan yang memiliki debit 180 lt/dt masih cukup memungkinkan untuk
pengembangan sistem distribusi air bersih di tahun-tahun mendatang. Dari hasil analisa
diperoleh peningkatan pelayanan air bersih dari 44% pada tahun 2001 menjadi 64% pada
tahun 2011 atau sama dengan penambahan sebanyak sambungan rumah (SR) dan
HU/KU sebanyak 0 unit. Peningkatan porsentase pelayanan ini tidak terlalu besar
dikarenakan pertimbangan sumber air yang tersedia. Untuk mampu mendistribusikan air
bersih direncanakan kapasitas reservoir sebesar.68,7 m 3 dengan demensi 4m x 16m x
5m. Selain itu, juga diperlukan pengembangan jaringan pipa distribusi untuk memenuhi
kebutuhan air bersih di Kota Palangkaraya.” (Hirijianto Dosen Teknik Pengairan FTSP
ITN Malang, 2019 : Nomor 1 Volume VI ).
1.2 Tujuan Perencanaan
Maksud dan tujuan dalam penulisan laporan ini yaitu untuk merencanakan sistem
penyedian air bersih di Kota Palangkaraya, Kecamatan Pahandut.
1.3 Ruang Lingkup Perencanaan
Adapun ruang lingkup perencanaan Di Kecamatan Pahandut Kota Palangkraya
Kalimantan Tengah.
 Proyeksi kebutuhan air bersih
 Rancangan sistem dan bangunan pengambilan air
 Rancangan pipa transmisi dan reservoir air bersih
 Rancangan sistem distribusi air bersih
 Perkiraan anggaran biaya pelaksanaan pekerjaan
 Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan pekerjaan
 Peta dan gambar rancangan
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN

2.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi


Panarung adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Bandar Udara Tjilik Riwut yang sebelumnya
bernama Bandar Udara Panarung terletak di kelurahan ini. Secara Adminstratif, Kota
Palangka Raya dibagi menjadi 5 Kecamatan dan 30 Kelurahan yang terdiri :
a. Sebelah utara, berbatasan dengan Kelurahan Langkai, Pahandut dan Tanjung Pinang.
b. Sebelah selatan, berbatasan dengan Kelurahan Sabaru Kecamatan Sebangau.
c. Sebelah barat, berbatasan dengan Kelurahan Langkai.
d. Sebelah timur, berbatasan dengan Kelurahan Kalampangan Kecamatan Sebangau dan
Kelurahan Tanjung Pinang.
Secara geografis, Kota Palangka Raya terletak pada : 113 o30’ – 114o07’ Bujur Timur dan
1o35’ – 2o24’ Lintang Selatan. Wilayah administrasi Kota Palangka Raya terdiri dari atas
lima wilayah yaitu Kecamatan Pahandut, Sebangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan
Rakumpit yang terdiri dari 30 Kelurahan.

Gambar 2.1.1 Peta Batas Administrasi Kota Palangka Raya


2.2 Kondisi Fisik Dasar
Kondisi fisik dasar sangat erat kaitannya dengan kualitas tanah yang menggambarkan
mengenai keadaan wilayah baik berupa kelerengan / kemiringan tanah (topografi), tekstur
dan jenis tanah (geologi), kondisi air tanah (hidrologi), klimatologi dan lain sebagainya.
2.2.1 Keadaan Topografi
Keadaan fisik suatu wilayah dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan wilayah tersebut. Secara topografi, seluruh wilayah Kota Palangka Raya
berada di bawah 100 mdpl. Kecamatan dengan wilayah tertinggi adalah Kecamatan
Rakumpit dengan ketinggian ±75 mdpl, sedangkan kecamatan dengan wilayah terendah
adalah Kecamatan Sebangau dengan ketinggian kurang dari 20 mdpl. Berdasarkan tingkat
kemiringan lahan, Kota Palangka Raya merupakan wilayah dengan tingkat kemiringan
datar hingga landai. Di wilayah utara kota ini, tingkat kemiringan lahan sebesar ≤40%,
sedangkan di wilayah selatan tingkat kemiringan lahan berkisar antara 0–8% dan berada
pada tingkat ketinggian 16–25 mdpl.
Tabel 2.2.1.1 Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kelurahan di
Kecamatan Pahandut, 2019

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya


2.2.2 Keadaan Georgrafis
Geologi Formasi geologi yang ada di wilayah Kota Palangka Raya tersusun atas
formasi Aluvium (Qa) (tersusun daribahan-bahan liat kaolinit dan debu bersisipan pasir,
gambut, kerakal dan bongkahan lepas, merupakan endapansungai dan rawa) dan formasi
Batuan Api (Trv) (tersusun dari batuan breksi gunung api berwarna kelabukehijauan
dengan komponennya terdiri dari andesit, basalt dan rijang. Selain kedua formasi tersebut,
wilayahKota Palangka Raya juga termasuk ke dalam formasi Dahor (TQd) (tersusun atas
sebagian besar pasir kuarsadengan dasar lempung, pada beberapa tempat terdapat sisipan
konglomerat yang komponennya berupa batuanmalihan, granit dan lempung).
Iklim Badan Meterologi dan Geofisika Kota Palangka Raya melakukan pengamatan
dan perekaman terhadap kondisi iklim di Kota Palangka Raya. Sepanjang tahun 2017
temperatur rata-rata di Kota Palangka Raya adalah 27,28°C, temperatur minimum 21,4°C
pada terjadi bulan Juli dan maksimum 35,2°C pada bulan September. Kelembaman udara
berkisar antara 65—95% dengan kelembaman rata-rata tahunan sebesar 82,89%. Curah
hujan tahunan di wilayah Kota Palangka Raya pada tahun 2017 yang tercatat sebagai
yang tertinggi adalah 168 mm dengan rata -rata 16,7 mm. Hasil pencatatan ini
menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan catatan pada beberapa tahun
sebelumnya. Kecepatan angin di Kota Palangka Raya sepanjang tahun 2017 berada di
kisaran 2—22 knot dengan rata-rata tahunan sebesar 5,3 knot. Kecepatan angin yang
cukup besar terjadi pada bulan Agustus dan November yang mencapai kecepatan sampai
22 knot. Kejadian ini merupakan bagian dari kondisi cuaca ekstrim yang melanda wilayah
Kalimantan Tengah dalam tahun 2017.
Tanah Jenis tanah yang ada di wilayah Kota Palangka Raya juga mengikuti pola
kondisi topografinya. Di bagian selatan, jenis tanah yang dominan adalah tanah Gambut
dan tanah Aluvial, terutama pada bagian selatan Kota Palangka Raya dengan kondisi
drainase yang kurang bagus. Sedangkan jenis tanah yang ada di sebelah utara wilayah Ko
ta Palangka Raya didominasi oleh tanah podsolik merah kuning, podsol dan alluvial. Pada
daerah-daerah pinggir sungai umumnya didominasi oleh tanah aluvial yang berasal dari
endapan sungai. Di wilayah Kota Palangka Raya terdapat tiga sungai/anak sungai besar,
yaitu Sungai Kahayan, Sungai Rungan dan Sungai Sabangau. 
2.3 Aspek Kependudukan
Tabel 2.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Agama/ Aliran Kepercayaan dan Kelurahan di
Kecamatan Pahandut, 2019
Katoli Konghuc Aliran
Kelurahan Islam Kristen Hindu Budha
k u Kepercayaan
1. Pahandut 23.882 1.360 104 63 94 0 3
2. Penarung 20.702 4.535 237 113 33 0 0
3. Langkai 17.984 8.937 570 307 88 0 0
4. Tumban 676 75 0 0 0 0 3
g
Rungan
5. Pahandut 4.588 120 7 13 0 0 0
Seberang
6. Tanjung 3.523 555 49 31 0 0 0
Pinang
Pahandut 71.401 15.582 1.003 527 215 0 3
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya

2.4 Sumber Air Baku


Untuk Kota Palangka Raya sediri lebih tepatnya di Kecamatan Pahandut sumber air baku
yang digunakan yaitu air tanah dan air sungai. Air Tanah diperoleh dari tanah yang dibor
menggunakan mesin hingga kedalaman ± 12 – 30 meter untuk kondisi air nya memiliki
warna yang jernih tidak berbau dan tidak asam, sedangan untuk air sungai sendiri
dialirkan Mmelalui PDAM, untuk kondisi air nya memiki warna kecoklatan, tidak berbau
dan tidak asam.
2.5 Fasilitas Umum
2.5.1 Fasilitas Peribadahan
Fasilitas tempat peribadahan yang ada masjid, beberapa mushalla atau langar dan
gereja
2.5.2 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas tempat Pendidikan yan dijumpai di Kawasan Kecamatan Pahandut mulai dari
tingkat taman kanak – kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) sampai Sekolah Menengah Umum / Kejuruan (SMU/SMK)
serta banyaknya jumlah murid dan jumlah guru.
2.5.3 Fasilitas kesehahtan
Sedangkan jenis fasilias kesehatan yang tersedia di Kecamatan Pahandut adalah
Rumah Sakit, Klinik, dan Bidan serta Posyandu.
2.5.4 Fasilitas perkantoran
Sedangkan fasilitas perkantoran lebih pada ketersediaan pelayananan administrasi
kepada masyarakat di Kawasan Kecamatan Pahandut. Fasilitas perkantoran yang ada
meliputi, Kantor Kelurahan, Kantor Dinas Pendidikan dan Olahraga, Kantor
Kementrian Agama, Perpustakaan, dan Kantor BPJS
2.5.5 Fasilitas Sanitasi & Persampahan
Sedangkan untuk sanitasi terutama untuk keperluan buangan limbah rumah tangga
baik berupa sampah maupun buangan tinja rumah tangga, masyarakat di Kawasan
Kecamatan Pahandut membuang sampah ke tempat permbuangan akhir yang telah
disediakan pemerintah. Adapun buangan tinja dan limbah rumah tangga masyarakat
di masing – masing rumah tersedia untuk tiap rumahnya.
2.5.6 Jaringan Air Bersih
Sampai saat ini sebagian masyarakat yang ada di Kawasan Kecamatan Pahandut
dalam memenuhi kebutuhan air, baik untuk mencuci, mandi dan keperluan lain saat
ini menggunakan air yang berasal dari air tanah ataupun air sungai yang dialitkan
melalui PDAM. Untuk minum dan keperluan memasak menggunakan air baku dari
penggunungan yang dijual tiap galonnya.
2.5.7 Fasilitas Listrik dan Telepon
Untuk penerangan seluruh rumah tangga di Kawasan Kecamatan Pahandut dilayani
dan dijangkau oleh pelayanan PLN. Sedangkan jaringan pelayanan telepon saat ini
sudah sepenuhnya terlayani oleh jaringan telepon PT. Telkom dan beberapa operator
lainnya. Namun kedepannya pelayanan jaringan telepon akan dikembangkan lebih
baik lagi untuk kualitas jaringan telepon seluler maupun jaringan kabel telepon.
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN

3.1 Bangunan Intake


Intake atau bangunan penangkap air adalah bangunan penyadap air atau alat yang
berfungsi untuk mengambil air dari sumbernya. Pada dasarnya intake dilengkapi dengan
kisi – kisi atau saringan dimana air baku msih dapat melewatinya. Fungsi dari bangunan
penangkap air adalah untuk menampung air sementara sebelum dialirkan melalui pipa
transmisi. Hal ini untuk menjamin kuantitas air bersih sesuai dengan kebutuhan kota.
Dalam perencanaan bangunan penangkap air perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Topografi sumber
 Debit yang akan diambil
 Faktor teknis dan ekonomis
Dalam penentuan loksi intake ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar intake dapat
berfungsi dengan baik, yaitu:
 Tersedia air baku yang memenuhi syarat kualitas air baku
 Tidak terancam arus deras
 Kuantitas mencukupi (sampai akhir batas perencanaan)
 Mudah diambil dan dicapai
 Lokasi intake sebaiknya di bagian hulu (sebelum tercemar oleh kegiatan masyarakat)

3.2 Perencanaan Bangunan Penangkap Air (Intake)


Bangunan Intake memiliki berbagai lokasi seperti Sungai, Danau / Reservoir, Sumber
Air Tanah dan Mata Air. Untuk Kota Palangka Raya sendiri penimbulan lokasi intake,
pembuatan 2 buah jembatan (50 – 60 m) dan pengadaan pemasangan pipa berdiameter 160
mm sepanjang 4,5 km mulai dari intake PDAM sampai Kota Palangkaraya. Total Panjang
seluruhnya mencapai sekitar 6 km. Saat ini, sedang ditangani 4,3 km dan sisanya akan
dikerjakan pada tahap selanjutnya, dan untuk pembangunan intake untuk air tanah belum
direncanakan karna pada dasarnya air tanah yang digunakan masyarakat kurang memenuhi
untuk jangkau waktu Panjang dan pada saat musim kemarau mengalami kekurangan air.
Jadi saya sendiri lebih memilih perencanaan bangunan penangkap air (Intake)
menggunakan air sungai karena pada musim kemarau air sungai ataupun air tanah
terdampak terhadap musim kemarau berkepanjangan. Pada bangunan penangkap air
(Intake) menggunakan Reservoir Intake (Intake Tower) dimana reservoir distribusi dibuat
karena tinggi elevasi pada bak penampungan lebih rendah dari konsumen. Reservoir
distriburi dibangun dengan elevasi lebih tinggi dari permukiman sehingga dapat
mengalirkan air ke konsumen dengan sistem gravitasi. Selanjutnya pendistribusian air ke
konsumen akan menggunakan jaringan pipa bertekanan dengan memanfaatkan gaya
gravitasi dan penggunaan booster. Sungai Kahayan memiliki luas mencapai 81,648 km2,
Panjang 600 km, lebar 450 m, kedalamannya mencapai 7 m.
Kriteria perencanaan intake :
 Saluran masuk/pengaruh aliran
 Struktur/ bangunan pelindung
 Saringan/ strainer
 Katup pengaman dan katup penguras
 Tapak/ pondasi yang baik ( untuk intake terapung memiliki tambatan yang baik)
 Ruang pompa jika menggunakan pompa
3.3 Standar Kualitas Air
Standardisasi kualitas air menurut Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup melalui
3 parameter utama sebagai berikut:
1. Syarat Fisika
Air berkualitas perlu memenuhi beberapa syarat fisika seperti:
 Jernih alias tidak keruh – umumnya disebabkan oleh butiran koloid tanah liat.
 Tidak berwarna dan tidak mengandung bahan-bahan berbahaya pada kesehatan.
 Tawar – apabila secara fisik air memiliki rasa asin, manis atau pahit, dapat
diartikan bahwa air tidak layak konsumsi.
 Tidak berbau – kondisi air yang bau mengindikasikan adanya penguraian bahan
organik oleh mikroorganisme air.
 Suhu normal – memastikan suhu air tidak panas yang kerap disebabkan oleh
pelarutan zat kimia pada saluran pipa dan berujung pada resiko kesehatan. 
 Nilai kandungan Total Dissolve Solid atau disingkat TDS (zat padat) tidak
melebihi 1000 untuk air bersih dan 100 untuk air minum.
2. Syarat Kimiawi
Ada pula beberapa syarat kimiawi yang perlu diperhatikan yakni:
 pH (derajat keasaman) – tingkat keasaman pada air umumnya dikarenakan adanya
pelarutan gas oksida (karbon dioksida), sehingga disyaratkan kandungan pH
mencapai 6 hingga 8 agar senyawa kimia tidak berubah menjadi racun yang
mengganggu kesehatan.
 Besi (Fe) – kondisi air yang memiliki kandungan besi lebih dari 0,1 mg dapat
dicirikan dengan warna air yang cenderung kuning dan rasa khas seperti logam.
Hal ini dapat beresiko pada gangguan dalam tubuh.
 Kesadahan – kesadahan ditimbulkan oleh adanya kandungan sulfat dan karbonat,
klorida dan nitrat dari magnesium, kalsium,  besi dan aluminium. Tingkat
kesadahan dalam air dipastikan tidak melebihi 500 mg/l karena dapat
menimbulkan terbentuknya lapisan kerak putih pada alat dapur, korosifitas pada
pipa air hingga kondisi perut mual.
 Nitrat dan Nitrit – pencemaran kedua zat ini bersumber dari tanah maupun
tanaman, yang apabila terkandung pada air dalam jumlah berlebihan akan
menghalangi aliran oksigen di dalam tubuh.
 Timbal (Pb) – pencemaran air dapat ditimbulkan oleh logam timbal (Pb) yang
kemudian memicu resiko gangguan ginjal, hati, otak hingga kematian sehingga
patut untuk dihindari.
3. Syarat Mikrobiologi
Memastikan air minum tidak terkontaminasi oleh bakteri E.coli (Escherichia Coli)
yang merupakan bakteri patogen penyebab gangguan pencernaan seperti diare dan
muntaber. Beberapa Coliform lain yang patut dihindari adalah Salmonella Typhi
yang memicu terjadinya demam typoid (tifus). Bila bakteri ini masuk melalui mulut
dan tersebar di dalam tubuh, hal ini dapat berujung pada gangguan pencernaan yang
ditandai dengan gejala seperti demam, sakit kepala, sakit perut dan penurunan nafsu
makan.
3.4 Persyaratan Kualitas Air Minum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyarakat Kualitas Air Minum yaitu sebagai berikut:
 Parameter Wajib
No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum
Yang Dibolehkan
1 Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
Parameter Biologi
 E.Coli Jumlah per 100 0
ml sampel
 Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 0
ml sampel
Kimia An-organik
 Arsen mg/l 0,01
 Fluoride mg/l 1,5
 Total Kromium mg/l 0,05
 Cadmium mg/l 0,003
 Nitrit (Sebagai NO2) mg/l 3
 Nitrit (Sebagai NO3) mg/l 50
 Sianida mg/l 0,07
 Selenium mg/l 0,01
2 Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan
Parameter Fisik
 Bau Tidak Berbau
 Warna TCU 15
 Total Zat Padat mg/l 500
Terlarut (TDS)
 Kekeruhan NTU 5
 Rasa Tidak Terasa
 Suhu C Suhu ± 3
Parameter Kimiawi
 Alumunium mg/l 0,2
 Besi mg/l 0,3
 Kesadahan mg/l 500
 Kharolida mg/l 250
 Mangan mg/l 0,4
 pH 6,5 – 8,5
 Seng mg/l 3
 Sulfat mg/l 250
 Tembaga mg/l 2
 Ammonia mg/l 1,5

 Parameter Tambahan
No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang
Diperbolehkan
1 Kimiawi
Bahan Anorganik
 Air Raksa mg/l 0,001
 Antimon mg/l 0,02
 Barium mg/l 0,7
 Boron mg/l 0,5
 Molybdenum mg/l 0,07
 Nikel mg/l 0,07
 Sodium mg/l 200
 Timbal mg/l 0,01
 Uranium mg/l 0,015
Bahan Organik
 Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
 Deterjen mg/l 0,05
 Chrolinated Alkanes
Carbon Tetrachloride mg/l 0,004
Dichloromethane mg/l 0,02
1,2-Dichloroethane mg/l 0,05
 Chrolinated Ethenes
1,2-Dichloroethane mg/l 0,05
Trichloroethene mg/l 0,02
 Aromatic Hydrocarbons
Benzene mg/l 0,02
Toluene mg/l 0,7
Xylenes mg/l 0,5
Ethylbenzene mg/l 0,3
Styrene mg/l 0,02
 Chlorinated Benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2- mg/l 1
DCB)
1,4-Dichlorobenzene (1,4- mg/l 0,3
DCB)
 Lain – lain
Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/l 0,008
Acrylamide mg/l 0,0005
Epichlorohydrin mg/l 0,0004
Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006
Ethylenediaminetetraacetic
mg/l 0,6
acid (EDTA)
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0,2
BAB IV
ANALISA KEBUTUHAN AIR

4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih


Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk di Kota Palangka Raya adalah 0,04% per
tahun, maka kebutuhan rata-rata air bersih Kota Palangka Raya tahun 2014 sebesar
107,83 liter/detik yang meliputi 5 kecamatan, dan untuk mengejar target pelayanan 100%
dengan periode perencannan 20 tahun kedepan dibutuhkan peningkatan kerja pelayanan
teknis untuk menyediakan air bersih.
Tabel 4.1.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kota Palangka Raya Kecamatan PahandutTahun
2014 - 2019
Tahun Proyeksi
Daerah Proyeksi
2014 2015 2016 2017 2018 2019
89.01 92.57 104.13
Jumlah Penduduk (Jiwa) 96.278 100.129 108.300
5 5 5
Tingkat Pelayanan (%) 60% 65% 70% 80% 90% 100%
53.40 60.17
Penduduk Terlayani (Jiwa) 67.395 80.103 93.721 108.300
9 4
10.02
Jumlah SR (1 SR = 6 Jiwa) 8.901 11.232 13.521 15.620 18.050
9
Standar Kebutuhan Domestik
120 120 120 120 120 120
(L/Orang/Hari)

Kebutuhan Non-domestik 26,21 29,53 33,08 39,31 46,00 53,15


((L/dtk)
Kebutuhan Domestik + Non-
5,24 5,91 6,62 7,86 9,20 10,63
domestik (L/dtk)
Kebutuhan Domestik + Non-
31,46 35,4 39,69 47,18 55,20 63,78
domestik (L/dtk)
Kehilangan Air (L/dtk) 6,29 7,09 7,94 9,44 11,04 12,76
Kebutuhan Rata-rata (L/dtk) 37,75 42,53 47,63 56,61 66,24 76,54
Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan sehari – hari atau rumah tangga seperti :
untuk minum, memasak, kesehatan individu, menyiram tanaman, penggangkutan air
buangan. Jumlah kebutuhan didasarkan banyaknya penduduk, presentase yang diberi air dan
cara pembagian air yaitu dengan sambungan rumah atau melalui kran umum.
 Rumah Permanen.
Kebutuhan air untuk rumah permanen adalah 150 L/orang/hari. Pertumbuhan jumlah
penduduk dan peningkatan taraf perekonomian akan meningkatkan jenis permukiman
yang ada khususnya jenis permanen yang bertambah secara linear sesuai dengan
pertumbuhan penduduk. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan air bersih yang
sebanding dengan peningkatan jenis permukiman.
 Rumah Semi Permanen
Kebutuhan air untuk rumah semi permanen adalah 90 L/orang/hati. Rumah semi
permanen mengalami penurunan secara linear karena pertumbuhan tingkat ekonomi
desa yang meningkat. Namun pertumbuhan tingkat ekonomi desa yang meningkat.
Namun kebutuhan pelayanan yang ada mengalami peningkatan secara linier sebab
kemelaratan pertumbuhan ekonomi yang terjadi yang berpengaruh pada tingkat
kebutuhan air.
 Rumah Non Permanen
Kebutuhan air untuk rumah non permanen adalah 30 L/orang/hari. Pertumbuhan
ekonomi menyebabkan peningkatan taraf hidup masyarakat sehingga populasi rumah
non permanen cenderung akan mengalami penurunan pelayanan yang ada nyaris sama
dengan rumah semi permanen karrena tingkat pertumbuhan ekonomi yang relative
rendah.
Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan yang dimiliki oleh fasilitas desa dalam perkembangan ekonomi, sosial dan
budaya. Kebutuhan air untuk keperluan non domestic dilihat dari tata guna lahan dan ruang di
desa tersebut. Keperluan non domestic terdiri dari kebutuhan untuk kantor desa, sekolah,
masjid, polindes, dan pertokoan/pasar. Persen pelayanan diasumsikan 100% karena
kebutuhan ini menyangkut kebutuhan banyak orang.
1. Kebutuhan Air Kantor Desa
Kebutuhan air untuk sekolah adalah 15 – 30 L/orang/hari jumlah murid diasumsikan
bertambah secara linear secara tidak langsung peningkatkan jumlah murid pun
dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk desa.
2. Kebutuhan Air Sekolah
Kebutuhan air untuk sekolah adalah 15 – 30 L/orang/hari jumlah murid diasumsikan
bertambah secara linier secara tidak langsung peningkatan jumlah murid pun
dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk desa.
3. Kebutuhan Air Mesjid/Sarana Ibadah
Kebutuhan air bersih untuk masjid/sarana ibadah adalah 20 L/m2/hari. Pertumbuhan
penduduk akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan sarana ibadah dapat dilihat
dari pertumbuhan luas bangunan tempat ibadah. Kebutuhan air diasumsikan tetap.
4. Kebutuhan Air Polindes
Kebutuhan air untuk adalah 100 L/tt/hari. Penigkatan fasilitas terjadi seiring dengan
pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat secara
linier.
5. Kebutuhan Air Pertokoan/pasar
Kebutuhan air untuk pertokoan/pasar adalah 1,2 L/m 2/hari. Pertumbuhan tingkat
ekonomi akan ditandai dengan peningkatan jumlah pasar sehingga kebutuhan air
untuk pasar juga akan mengalami peningkatan. Peningkatannya secara linier dan
kebutuhan airnya tetap. Peningkatan kebutuhan air tergantung pada luas bangunan
pasar yang makin bertambah.
4.2 Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk merupakan perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan darang.
Proyeksi yang baik adalah proyeksi yang menghasilkan penyimpangan antara hasil ramalan
dan kenyataan sekecil mungkin. Perhitungan proye ksi penduduk dapat dilakukan dengan 3
metode, yaitu metode geometric, metode aritmatik, dan metode eksponensial.
Jadi pada perhitungan proyeksi penduduk yang digunakan yaitu dengan menggunakan
metode geometri. Alasan mengapa saya menggunakan metode ini karena metode ini
didasarkan pada angka kenaikan jumlah penduduk rata-rata dalam setiap tahunnya.
Menggunakan data dimasa lampau, lalu menggambarkan kurva sehingga terbentuk satu garis
regresi. Metode geometri sangat cocok untuk pertumbuhan kota yang tidak teralu naik tiap
tahunnya dan pada perhitungan standar deviasi metode geometri yang memiliki nilai yang
rendah

Grafik 4.2.1 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Pahandut Tahun 2020-


2040
350000

300000 291028

250000
229995
200000
181762
150000 143644
113520
100000

50000

2020
0 2025 2030 2035

Column3 Column1

Tabel Pertumbuhan Penduduk


4.2.1 Metode Aritmatik Metode Geometri
Proye
ksi
Pertu
mbuh
an
Pend
uduk
Keca Jumlah penduduk ( Jiwa)
mata
n
Paha
ndut
Tahu
n
2019-
2039X
Tahun r P r P
2010 70899 70899 70899
2011 75869 75055 74316
2012 80350 79210 77898
2013 84666 83366 81653
2014 89015 87522 85588
6% 5%
2015 92575 91677 89713
2016 96278 95833 94037
2017 100129 99989 98569
2018 104135 104144 103320
2019 108300 108300 108300
Standar Deviasi 12582   12578
Correl 1   1
2020     113520
2025     143644
2030     181762
2035     229995
2040     291028

4.3 Fluktuasi Pemakaian Air


 Pemakaian Hari Maksimum : Jumlah pemakaian air terbanyak dalam satu hari
selama 1 tahun. Debit pemakaian debit maksimum digunakan sebagai awal dalam
memilih sistem transmisi air baku air minum.
Debit Pemakaian Hari Maksimum
fm=
Debit Rata−Rata
fm : Faktor Maksimum
 Pemakaian Jam Puncak : menunjukan besarnya pengaliran maksimum oada saat
jam puncak. Dengan mengetahui nilai pemakaian jam maksimum maka
pengoperasian sistem distribusi diharapkan diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan ini.
Debit Pemakaian Jam Maksimum
fp¿
Debit Rata−Rata
fp : Faktor Puncak
penentua kapasitas reservoir dan sistem jaringan distribusi memerlukan data
fluktuasi pemakaian air minum. Fluktuasi dapat dilihat dari debit rata-rata, debit
maksimum dan debit puncak nilai Q diperoleh dari perhitungan, Q max: pemakaian
terbanyak dalam 1 hari untuk periode 1 tahun, dan Qpuncak: pengaliran maksimum
pada saat jam puncak.
4.4 Proyeksi Bangunan
4.4.1 Rumah Penduduk
Rumah penduduk, diasumsikan jumlah rumah penduduk selalu meningkat 10% tiap
10 tahun.
Tabel 4.4.1 Proyeksi Rumah Penduduk
Tahun Jumlah Rumah
2020 22704
2030 36352
2040 58205
4.4.2 Bangunan Sekolah
Luas tanah Min Langkai Kota Palangkarata yaitu sebesar 6,450 m2
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2009 Tanggal 23
Januari 2009. Standar/ spesifikasi Teknik Pembanguanan/Rehabilitasi Gedung
Sekolah Dasar.
Persyaratan teknik ukuran ruang yaitu sebagai berikut :
 Ruang kelas = 7.00 m x 8.00 m dengan kebar teras 1.80-2.00
 Ruang perpustakaan = 7.00 m x 8.00 m
 Ruang UKS =3mx4m
Ruangan yang ada di Min Langakai Kota Palangkaraya sebagai berikut :
 Ruang kelas = 12 (Jadi, diasumsikan luas bangunan kelas yaitu
sebesar 70 m2 x 12 = 840 m2 )
 Perpustakaan = 1 (Jadi, diasumsikan luas bangunan perpustakaan
yaitu sebesar 56 m2)
 UKS = 1 (Jadi, diasumsikan luas UKS yaitu sebesar 12 m2)
 TU = 1 (Jadi, diasumsikan untuk panjang dan lebar TU
yaitu 10m2 x 10 m2. Jadi luas dari TU yaitu 100 m2)
Maka luas bangunan yang ada di Min Langkai Kota Palangkaraya sebesar 1008 m2.
Bangunan sekolah, diasumsikan mengalami penambahan bangunan 10% tiap 10
tahun.
Tabel 4.4.2.1 Proyeksi Rumah Penduduk
Tahun Lokasi Luas Bangunan (m3)
2020 Min Langkai Kota 1008
2030 1108
2040 Palangkaraya 1219

Luas tanah SMPN 1,SMPN 2 dan MTSN 1 Kota Palangka Raya yaitu sebesar
7,075m2.
Bengunan sekolah, disumsikan mengalami bangunan 10% tiap 10 tahun
Persyaratan teknik ukuran ruang yaitu sebagai berikut :
 Ruang kelas = 7.00 m x 8.00 m dengan kebar teras
1.80-2.00
 Ruang perpustakaan = 7.00 m x 8.00 m
 Ruang UKS =3mx4m
Ruangan yang ada di SMPN 1, SMPN2 dan MTSN 1 Kota Palangkaraya sebagai
berikut:
 Ruang Kelas = 21 (Jadi, diasumsikan lus bangunan
kelas yaitu sebesar 70 m2 x 21 = 1470 m2)
 Perpustakaan = 1 (Jadi, diasumsikan luas bangunan
perpustakaan yaitu sebesar 56 m2)
 UKS = 1 (Jadi, diasumsikan luas UKS yaitu
sebesar 12 m2)
 TU = 1 (Jadi, diasumsikan unyuk panjang
dan lebar TU yaitu 10 m2 x 10 m2. Jadi luas dari TU yaitu 100 m2)
Tabel 4.4.2.2 Proyeksi Bangunan Sekolah Menengah Pertama
Tahun Lokasi Luas Bangunan (m3)
2020 7075
2030 SMPN 1 7782
2040 8560
2020 7075
2030 SMPN 2 7782
2040 8560
2020 7075
2030 mMTSN 1 7782
2040 8560

Luas tanah SMAN 1SMAN 2 dan SMA ISEN MULANG Kota Palangka Raya yaitu
sebesar 11,171m2.
Bengunan sekolah, disumsikan mengalami bangunan 10% tiap 10 tahun
Persyaratan teknik ukuran ruang yaitu sebagai berikut :
 Ruang kelas = 7.00 m x 8.00 m dengan kebar teras
1.80-2.00
 Ruang perpustakaan = 7.00 m x 8.00 m
 Ruang UKS =3mx4m
Ruangan yang ada di SMAN 1, SMAN 2, dan SMA ISEN MULANG Kota
Palangkaraya sebagai berikut:
 Ruang kelas = 36 (Jadi diasumsikan luas bangunan
kelas yaitu sebesar 70 m2 x 36 = 2520 m2)
 Perpustakaan = 1 (Jadi diasumsikan luas bangunan
perpustakaan yaitu sebesar 56 m2)
 UKS = 1 (Jadi diasumsikan luas UKS yaitu
sebesar 12 m2)
 TU = 1 (Jadi diasumsikan untuk panjang dan
lebar TU yaitu 10 m2 x 10 m2. Jadi luas dari TU yaitu 100 m2)

Tabel 4.4.2.3 Proyeksi Bangunan Sekolah Menengah Atas


Tahun Lokasi Luas Bangunan (m3)
2020 11171
2030 SMAN 1 12288
2040 13516
2020 11171
2030 SMAN 2 12288
2040 13516
2020 11171
2030 SMA ISEN MULANG 12288
2040 13516

Luas tanah SMKN 1, SMKN 2, SMKN 3 Kota Palangka Raya yaitu sebesar
32,714m2.
Bengunan sekolah, disumsikan mengalami bangunan 10% tiap 10 tahun
Persyaratan teknik ukuran ruang yaitu sebagai berikut :
 Ruang kelas = 7.00 m x 8.00 m dengan kebar teras
1.80-2.00
 Ruang perpustakaan = 7.00 m x 8.00 m
 Ruang UKS =3mx4m
Ruangan yang ada di SMKN 1, SMKN 2 dan SMKN 3 Kota Palangkaraya Sebagai
berikut:
 Ruang kelas = 36 (Jadi diasumsikan luas bangunan
kelas yaitu sebesar 70 m2 x 36 = 2520 m2)
 Perpustakaan = 1 (Jadi diasumsikan luas bangunan
perpustakaan yaitu sebesar 56 m2)
 UKS = 1 (Jadi diasumsikan luas UKS yaitu
sebesar 12 m2)
 TU = 1 (Jadi diasumsikan untuk panjang dan
lebar TU yaitu 10 m2 x 10 m2. Jadi luas dari TU yaitu 100 m2)
Tabel 4.4.2.4 Proyeksi Bangunan Sekolah Menengah Kejuruan
Tahun Lokasi Luas Bangunan (m3)
2020 32714
2030 SMKN 1 35985
2040 39583
2020 32714
2030 SMKN 2 35985
2040 39583
2020 32714
2030 SMKN 3 35985
2040 39583

4.4.2 Bangunan Kantor


Tabel 4.4.2.1 Proyeksi Bangunan Kantor Perpustakaan
Tahun Luas Bangunan (m2)
2020 157983
2030 173781
2040 191159

Tabel 4.4.2.2 Proyeksi Bangunan Kantor Dinas Pendidikan


Tahun Luas Bangunan (m2)
2020 284250
2030 312675
2040 343942

Tabel 4.4.2.3 Proyeksi Bangunan Kantor Kementrian Agama


Tahun Luas Bangunan (m2)
2020 2678
2030 2945
2040 3240

Tabel 4.4.2.4 Proyeksi Bangunan Kantor Kelurahan


Tahun Luas Bangunan (m2)
2020 284250
2030 312675
2040 343942

4.4.3 Bangunan Rumah Sakit & Puskesmas


Tabel 4.4.3.1 Proyeksi Bangunan Kantor Perpustakaan
Tahun Luas Bangunan (m2)
2020 284250
2030 312675
2040 343942
4.5 Perhitungan Standar Kebutuhan Air
4.5.1 Perhitungan Untuk Kebutuhan Domestik
 Untuk rumah permanen, diasumsikan jumlah yang terlayani sebanyak 75%.
Kebutuhan air 150 L/orang/hari.
Tabel
4.5.1.
1
Kebu
tuhan
Dome
Persentase
stik Jumlah Penduduk Kebutuhan Air (L/orang/hari) Proyeksi Kebutuhan Air
Pelayanan
Rum
ah
Perm
anen
XTah
un
2020 113520 12771000
2025 143644 16159950
2030 181762 75% 150 20448225
2035 229995 25874438
2040 291028 32740650
Total 107994263

 Untuk rumah semi permanen diasumsikan persentase jumlah s yang terlayani


sebanyak 75%. Kebutuhan air: 90 L/orang/hari.
Untuk tahun 2020:

Tahu Persentase
Jumlah Penduduk Kebutuhan Air (L/orang/hari) Proyeksi Kebutuhan Air
n Pelayanan

2020 113520 7662600


2025 143644 9695970
2030 181762 75% 90 12268935
2035 229995 15524663
2040 291028 19644390
Total 64796558
Tabel 4.5.1.2 Kebutuhan Domestik Rumah Semi Permanen
 Untuk non permanen, diasumsikan persentase jumlah yang terlayani sebanyak
75%. Kebutuhan air 30 L/orang/hari.

Tahu Persentase
Jumlah Penduduk Kebutuhan Air (L/orang/hari) Proyeksi Kebutuhan Air
n Pelayanan

2020 113520 2554200


2025 143644 3231990
2030 181762 75% 30 4089645
2035 229995 5174888
2040 291028 6548130
Total 21598853

Tabel 4.5.1.3 Kebutuhan Domestik Non Permanen

Tahu Persentase
Jumlah Penduduk Kebutuhan Air (L/orang/hari) Proyeksi Kebutuhan Air
n Pelayanan

2020 113520 2554200


2025 143644 3231990
2030 181762 75% 30 4089645
2035 229995 5174888
2040 291028 6548130
Total 21598853

Setelah mengetahui kebutuhan total permanen, semi permanen, dan non permanen, maka
dapat diketahui bahwa total kebutuhan domestic setiap tahunnya.
Tabel 4.5.1.4 Total Kebutuhan Air Domestik

Tahun Total Kebutuhan

2020 22987800
2025 29087910
2030 36806805
2035 229995
2040 58933170
Total 148045680

4.5.2 Perhitungan Untuk Kebutuhan Non Domestik


 Perhitungan air perkantoran, diasumsikan jumlah pegawai naik 5% tiap 5 tahun,
kebutuhan air tetap perorangnya tidak mengalami kenaikan (60 L/orang/hari).
Untuk tahun 2020:
Tabel 4.5.2.1 Perhitungan Air Perkantoran
Kebutuhan Air
Tahun Lokasi Jumlah Pegawai
L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 100 6000 0,0644444
2025 105 6300 0,07291667
2030 Perpustakaan 110 60 6600 0,07638889
2035 116 6960 0,08055556
2040 122 7320 0,08472222
Total 553   33180 0,37902774
Kebutuhan Air
Tahun Lokasi Jumlah Pegawai
L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 135 8100 0,09375
2025 141 8460 0,09791667
Dinas
2030 148 60 8880 0,1027778
Pendidikan
2035 156 9360 0,1083333
2040 164 9840 0,1138889
Total 744   44640 0,51666667
Kebutuhan Air
Tahun Lokasi Jumlah Pegawai
L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 225 13500 0,15625
2025 236 14160 0,16388889
Kementrian
2030 248 60 14880 0,17222222
Agama
2035 260 15600 0,18055556
2040 273 16380 0,18958333
Total 1242   74520 0,8625
Kebutuhan Air
Tahun Lokasi Jumlah Pegawai
L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 100 6000 0,0644444
2025 105 6300 0,07291667
2030 Kelurahan 110 60 6600 0,07638889
2035 116 6960 0,08055556
2040 122 7320 0,08472222
Total 553   33180 0,37902774

 Kebutuhan air sekolah diasumsikan jumlah murid naik 5% tiap tahunnya.


Kebutuhan air perorangnya tidak mengalami kenaikan (30 L/orang/hari).
Tabel 4.5.2.2 Tabel Perhitungan Kebutuhan Air Sekolah
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 300 18000 0,20833333
2025 315 18900 0,21875
2030 Min Langkai 330 30 19800 0,22916667
2035 347 20820 0,24097222
2040 362 21720 0,25173611
Total 1654   99240 1,14895833
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 672 40320 0,46666667
2025 705 42300 0,48958333
2030 SMPN 1 740 30 44400 0,51388889
2035 777 46620 0,53958333
2040 816 48960 0,56666667
Total 3710   222600 2,57638889
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 672 40320 0,46666667
2025 705 42300 0,48958333
2030 SMPN 2 740 30 44400 0,51388889
2035 777 46620 0,53958333
2040 816 48960 0,56666667
Total 3710   222600 2,57638889
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 672 40320 0,46666667
2025 705 42300 0,48958333
2030 MTSN 1 740 30 44400 0,51388889
2035 777 46620 0,53958333
2040 816 48960 0,56666667
Total 3710   222600 2,57638889
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 1080 64800 0,75
2025 1134 68040 0,7875
SMAN 1 30
2030 1190 71400 0,826638889
2035 1250 75000 0,86805556
2040 1312 78720 0,91111111
Total 5966   357960 4,143305559
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 1080 64800 0,75
2025 1134 68040 0,7875
2030 SMAN 2 1190 30 71400 0,826638889
2035 1250 75000 0,86805556
2040 1312 78720 0,91111111
Total 5966   357960 4,143305559
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 1080 64800 0,75
2025 SMA ISEN 1134 68040 0,7875
30
2030 MULANG 1190 71400 0,826638889
2035 1250 75000 0,86805556
2040 1312 78720 0,91111111
Total 5966   357960 4,143305559
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 1080 32400 0,375
2025 1134 34020 0,39375
2030 SMKN 1 1190 30 35700 0,41319444
2035 1250 37500 0,86805556
2040 1312 39360 0,43402778
Total 5966   178980 2,48402778
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 1080 32400 0,375
2025 1134 34020 0,39375
2030 SMKN 2 1190 30 35700 0,41319444
2035 1250 37500 0,86805556
2040 1312 39360 0,43402778
Total 5966   178980 2,48402778
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 1080 32400 0,375
2025 1134 34020 0,39375
2030 SMKN 3 1190 30 35700 0,41319444
2035 1250 37500 0,86805556
2040 1312 39360 0,43402778
Total 5966   178980 2,48402778
Tahu Jumlah Kebutuhan Air
Lokasi
n Murid L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 1080 32400 0,375
2025 1134 34020 0,39375
SMK ISEN
2030 1190 30 35700 0,41319444
MULANG
2035 1250 37500 0,86805556
2040 1312 39360 0,43402778
Total 5966   178980 2,48402778

 Kebutuhan air rumah sakit, diasumsikan jumlah tempat tidur naik 5% tiap tahunnya.
Kebutuhan air pertempat tidur mengalami kenaikan (200 l/tt/b).
Tabel 4.5.2.3 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Dirumah Sakit
Tahu Jumlah Tempat Kebutuhan Air
Lokasi
n Tidur L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 357 10710 0,12395833
2025 374 11220 0,12986111
RS. Doris
2030 393 200 11790 0,13645833
Slylvanus
2035 413 12390 0,14340278
2040 433 12990 0,15034722
Total 1970   59100 0,68402777
Tahu Jumlah Tempat Kebutuhan Air
Lokasi
n Tidur L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 138 4140 0,04791667
2025 144 4320 0,05
RS.
2030 152 200 4560 0,05277778
Bhayangkara
2035 159 4770 0,05520833
2040 167 5010 0,05798611
Total 760   22800 0,26388889
Tahu Jumlah Tempat Kebutuhan Air
Lokasi
n Tidur L/ orang/hari L/hari L/ detik
2020 31 930 0,0107693
2025 32 960 0,011111
2030 Puskesmas 34 200 1020 0,01180556
2035 36 1080 0,0125
2040 40 1200 0,01388889
Total 0,01076   5190 0,06007475

 Kebutuhan air mesjid/serana ibadah. Disumsikan lus bangunan naik 10% tiap 10
tahun, kebutuhan air per luas bangunan tidak mengalami kenaikan (20 l/orang/hari).
Tabel 4.5.2.4 Proyeksi Perhitungan Kebutuhan Air Mesjid
Luas Bangunan Kebutuhan Air
Tahun Lokasi 2
(m ) 2
L/m /hari L/hari L/detik
2020 6000 1200000 13,88888889
2025 6300 1260000 145,8333333
2030 Masjid I 6615 200 1323000 15,3125
2035 6945 1389000 16,07638889
2040 7293 1458600 16,88194444
33153   6630600 207,9930556
Luas Bangunan Kebutuhan Air
Tahun Lokasi 2
(m ) 2
L/m /hari L/hari L/detik
2020 256 51200 0,59259259
2025 267 53400 0,61805556
2030 Masjid II 283 200 56600 0,65509259
2035 297 59400 0,6875
2040 311 62200 0,71990741
1414   282800 3,27314815
Luas Bangunan Kebutuhan Air
Tahun Lokasi 2
(m ) 2
L/m /hari L/hari L/detik
2020 2422 484400 5,60648148
2025 2543 508600 5,88657407
2030 Masjid III 2670 200 534000 6,18055556
2035 2803 560600 6,48842593
2040 2943 588600 6,8125
13381   2676200 30,97453704
BAB V
PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN
Rancangan air bersih akan disesuaikan dengan proyeksi kebutuhan air sesuai dengan
masing-masing jenis pelayanan dan disesuaikan dengan rancangan pengembangan wilayah
pada jangka panjang. Rencana daera pelayanan air bersih ini bertepatan di lokasi Kecamatan
Pahandut Kota Palangkaraya, dimana lokasi studi yang akan dilayani oleh perpipaan meliputi
daerah/wilayah yang potensial dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pusat
permungkiman, perdagangan, pertokoan dan fasilitas sosial masyakat.
5.1 Unit Pengambilan Air Baku
Sumber air baku yang dapat dikembangkan diKecamatan Pahandut adalah air
permukaan yang berasal dari sungai. Kondisi air permukaan di sekitar Kecamatan Pahandut
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitarnya yang banyak terdapat lahan gambut
dan sungai. Pengkajian terhadap sumber-sumber air yang ada di Kota Palangkaraya
diperlukan sebelum sumber tersebut digunakan pada sistem penyedian air bersih. Pengkajian
dilakukan terhadap kapasitas sumber yang ada, serta lokasi strategis bagi pemanfaatannya
untuk kepentingan mendesak. Unit pelayanan menurut Permen PU No. 18 Tahun 2007 adalah
serana untuk mengambil air minum langsung oleh masyarakat yang terdiri dari sambungan
rumah, hidran/kran umum dan hidran kebakaran. Jadi disini saya mengambil perencanaan
pengambilan air baku menggunakan sambungan rumah. Sambungan Rumah (SR) adalah
jenis sambungan pelanggan yang mensuplai air minum langsung ke rumah-rumah, biasanya
sambungan pipa-pipa distribusi melalui meter air dan instansi pipanya didalam rumah.
Sambungan rumah adalah rangkaian pipa yang menjembatani kepentingan pelanggan air
minum dengan perusahaan air minum. Dalam sambungan ini biasanya digunakan pipa
diameter ¾” atau ½” dari jeni GI untuk bagian yang tertanam didalam tanah. Fungsi utama
dari sambungan rumah adalah:
 Meningkatkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen
 Untuk mengetahui jumlah air yang dialirkan ke konsumen
Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah yaitu:
 Bagian penyadapan pipa
 Meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor
 Katup pembuka/ penutup aliran air
 Pipa dan pelengkapnya

5.2 Jaringan Transmisi


5.3 Jaringan Distribusi
Perencanaan lay-out jaringan pipa distribusi ditentukan berdasarkan pertimbangan:
 Situasi jaringan jalan di wilayah pelayanan, jalan-jalan yang tidak saling
menyambung sistem cabang. Jalan-jalan yang saling berhubungan membentuk jalur
jalan melingkar atau tertutup, cocok untuk sistem tertutup kecuali bila konsumen
jarang.
 Kepadatan konsumen, makin jarang konsumen lebih baik dipilih lay-out pipa
berbentuk cabang
Keadaan topografi dan batas alam wilayah pelayanan dan tata guna lahan wilayah
pelayanan
Jadi pada jaringan distribusi ini saya menggunakan sistem pengaliran gravitasi dimana
sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan berada jauh diatas elevasi
daerah pelayanan dan sistem ini dapat memberikan energi potensial yang cukup tinggi hingga
pada daerah pelayanan terjauh. Sistem ini merupakan sistem yang paling menguntungkan
karena biaya dan operasionalnya mudah.
Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang dijinkan adalah sebesar 0,3 – 2,5 m/det pada debit
jam puncak. Kecepatan yang terlalu kecil menyebabkan endapan yang ada dalam pipa tidak
dapat terdorong sehingga dapat menyumbat aliran pada pipa. Selain itu juga merupakan
pemborosan biaya, karena diameter pipa yang digunakan besar. Sedangkan kecepatan yang
terlalu besar dapat mengakibatkan pipa cepat aus dan mempunyai headloss yang tinggi,
sehingga pembuatan elevated reservoir diperlukan.
Sistem distribusi air menggunakan sistem sesaat yaitu air minum yang ada akan disuplai
dan didistribusikan kepada konsumen hanya selama beberapa jam dalam satu harinya tidak
penuh selama 24 jam. Sistem ini biasanya diterapkan bila kuantitas dan tekanan air yang
cukup tidak tersedia dalam sistem.
Keuntungan:
 Pemakaian air cenderung lebih hemat
 Bila ada kebocoran maka air yang terbuang relatif kecil
Kerugian:
 Bila terjadi kebakaran pada saat tidak beroperasi maka air untuk pemadam kebakaran
tidak tersedia
 Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang cukup agar kebutuhan
air dalam sehari dapat disimpan
Sistem jaringan distribusi induk menggunakan sistem melingkar, pada sistem ini jaringan
pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain membentuk lingkaran-
lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati (dead end) dan air akan mengalir ke
suatu titik yang dapat melalui beberapa arah. Sistem ini diterapkan pada:
 Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
 Daerah dengan perkembangan kota cenderung ke segala arah
 Keadaan topografi yang relatif datar
Keuntungan:
 Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan kotoran dan
pengendapan lumpur dapat dihindarii (air dapat disirkulasi dengan bebas)
 Bila terjadinya kerusakan, perbaikan atau pengambilan air untuk pemadam kebakaran
pada bagian tertentu, maka suplai air pada bagian sistem lainnya tidak terganggu.
Kerugian:
 Sistem perpipaan rumit
 Perlengkapan pipa yang dipergunakan sangat banyak
Kehilangan tekanan air dalam pipa (Hr) terjadi akibat adanya friction antara fluida dengan
fluida dan antara fluida dengan permukaan dalam pipa yang dilaluinya. Kehilangan tekanan
maksimal 10 m/km panjang pipa. Kehilangan ada dua tingkat yaitu:
 Mayor Losses, yaitu kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus, dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Hazen-William
 Minor Losses, yaitu kehilangan tekanan yang terjadi pada tempat-tempat yang
memungkinkan adanya perubahan karakteristik aliran, misalnya pada belokan, valve,
dan aksesoris lainnya.
Pengaturan kehilangan tekanan aliran dapat diusahakan dengan pemilihan diameter. Untuk
mengetahi tekanan dan kecepatan aliran yang ada dalam pipa, selain besarnya debit aliran dan
perpanjang pipa, diperlukan juga penentuan elevasi tanah pada titik-titik tertentu dari daerah
pelayanan.
Nilai sisa tekanan minimum pada setiap titik jaringan pipa induk yang direncanakan adalah
sebesar 10 m kolom air. Hal ini dimaksudkan agar air dapat sampai di konsumen dnegan
tekanan yang cukup. Untuk mendapatkan tekanan minuman ini dapat dengan cara antara lain
dengan menaikan elevated reservoir, mengatur nilai kecepatan aliran dalam pipa serta
headloss total.

Ketentuan besarnyaa tekanan air minimum di jaringan pipa distribusi adalah sebagai berikut:
 Jaringan pipa primer 15-20 m
 Jaringan sekunder 11 m
 Sambungan pelanggan 7,2 m
Diukur pada permukaan tanah sedangkan pada sambungan pelanggan diukur pada
sambungan pipa pelayanan
Jenis pipa yang umum digunakan dalam perencanaan sistem perpipaan air minum adalah:
 Polivinil Chlorida (PVC), Karakteristik PVC adalah bebas dari korosi, ringan,
sehingga mempermudah dalam pengangkutan, mudah dalam penyambungan dan
mempunyai umur relatif lama.
 Ductile Iron Pipe (DIP), merupakan kombinasi antara daya tahan korosi CIP dan sifat
mekanik dari pipa baja.
 Galvanozed Pipe Iron (GIP), merupakan kombinasi antara daya tahan korosi DIP dan
sifat mekanik dari pipa baja
 Cast Iron Pipe (CIP), Karakteristik CIP adalah mempunyai kekuatan tinggi dan
sangat cocok dipasang di daerah yang sulit, serta dapat disambung dengan berbagai
cara.
 Asbes Cement Pipe (ACP), karakteristik ACP adalah sangat rigan sehingga mudah
dalam pemotongan dan penyambungan.
Dalam sistem distribusi air minum perlu diperhatikan hal-hal berikut:
Pemilihan Bahan Pipa yang akan dipakai dan dipasang tergantung pada faktor-faktor
tekanan air dalam sistem,mkorosifitas terhadap air tanah, kondisi lapangan (beban lalu lintas,
letak saluran air kotor, dan kepadatan daerah permukiman).
Kedalaman dan peletakan pipa, tergantung oleh karakteristik pipa itu sendiri sesuai dengan
spesifikasi dari pabrikan pipa.
Jenis Pipa yang digunakan:
 Pipa primer atau pipa induk, merupakan pipa yang berfungsi membawa air minum
dari induk instalasi pengolahan dari reservoar distribusi ke suatu daerah pelayanan.
Pipa primer ini mempunyai diameter yang relatif besar.
 Pipa sekunder merupakan pipa yang disambung langsung pada pipa primer dan
mempunyai diameter yang sama atau kurang dari diameter pipa primer.
 Pipa tersier, pemasangan langsung pipa servis pada pipa primer tidak menguntungkan
mengingat dapat terganggunya pengaliran air dalam pipa dan lalu lintas di daerah
pemasangan. Untuk mengatasinya, pipa tersier dapat disambungkan langsung pada
pipa sekunder.
 Pipa pelayanan, merupakan pipa sekunder atau tersier yang dihubungkan pada
sambungan rumah konsumen. Pipa servis ini mempunyai diameter yang relatif kecil.
Perlengkapan Pipa:
 Katub / Gate Valve, berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa
serta berfungsi untuk mengontrol aliran dalam pipa. Gate vaalve dapat menutup suplai
air ataupun membagi air didalam jaringan distribusi katup.
 Katup Pembuan Lumpur (Wash out/ Blow off valve), dipasang pada tempat-temapt
yang relatif rendah sepanjang jalur pipa, ujung jalur pipa yang mendatar dan menurun
dan titik awal jembatan serta pada setiap titik mati atau titik terendarh dari suatu jalur
pipa. Berfungsi untuk mengelurkan kotoran-kotoran yang mengendap dalam pipa
serta untuk mengeluarkan air bila ada perbaikan.
 Katup Udara (Air Valve), berfungsi untuk yang selalu ada dalam aliran. Air release
valve ini dipasang pada titik tertinggi di sepanjang pipa distribusi, dijembatan pipa
dengan peletakan % panjang bentang pipa dari arah aliran, pada jalur lurus setiap
jarak tertentu dan mempunyai tekanan lebih dari 1 atm, karena udara cenderung.
 Check Valve ( Non return Valve) dipasang bila pengaliran air di dalam pipa
diinginkan dalam satu arah. Biasanya check vale dipasang pada pipa tekan diantara
pompa dan gate valve dengan tujuan menghindari pukulan akibat arus balik yang
dapat merusak pompa saat pompa mati.
 Fire Hidrant (Hidrant Kebakaran) adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang
disediakan untuk mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam
kebakaran atau pengurasan pipa. Unit pillar hydrant pada umumnya dipasang pada
setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan
kepadatan bangunannya.

Reservoir, diperlukan dalam sistem distribusi air minum karena komsumsi air yang
berfluktuasi oleh konsumen. Pada saat pemakaian air dibawah konsumsi air rata-rata maka
suplai air yang berlebih akan ditampung dalam reservoir, yaitu untuk mengimbangi
pemakaian air yang besar pada waktu puncak dari pemakaian rata-rata kebutuhan konsumen.
Pada perancanaan ini saya menggunakan ground reservoir disebabkan kedalaman sungai
tidak melebihi dari 7 m. Ground reservoir amat tergantung pada pompa dalam memperoleh
sisa tekan yang diinginkan. Karena letaknya dibawah permukaan tanah maka reservoir ini
dipengaruhi oleh fluktuasi permukaan air.

Dimensi dan Panjang Pipa Distribusi


 Diameter pipa
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak
dengan sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan
pipa mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah hidran
kebakaran masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran
maksimum 300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata terhitung pada jumlah
penduduk wilayah terlayani.
 Panjang Pipa Primer
Panjang pipa primer maksimum antar node pelayanan dalam 1 (satu) PC, tidak
melebihi 1.500 m.
 Panjang Pipa Sekunder
Panjang pipa sekunder dibatasi oleh luas area pelayanan di dalam satu zona
elementer.
 Panjang Pipa Tersier
Panjang pipa tarsier dibatasi oleh kehilangan tekanan maksimum yang terjadi
sepanjang pipa saat terjadi pemakaian secara bersama, yaitu sebesar 3,5 m dengan
perhitungan kehilangan, yang terjadi sebesar :
Pada pipa tersier atau feeder 100 mm 1m
Pada pipa tersier atau feeder 75 mm 1m
Pada pipa tersier 1 m

5.4
https://palangkaraya.go.id/selayang-pandang/geografis/

Anda mungkin juga menyukai