TINJAUAN PUSTAKA
6
7
penduduk. Rincian penggunaan sumber air minum di wilayah studi dapat dilihat
pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Sumber Air Minum Wilayah Studi Tahun 2016 Menurut Rumah Tangga
Air
Air Kemasan Sungai Air
Kecamatan Sumur Ledeng Jumlah
dan Isi Ulang dan Mata Hujan
Air
Bangko Pusako 9405 3273 - 40 1180 13898
Rimba Melintang 3736 483 37 151 2094 6542
T. P. Tanjung
1080 1453 30 17 281 2861
Melawan
Jumlah 14221 5209 67 208 3555 23301
Persentase (%) 61,03 22,36 0,29 0,89 15,26
Sumber: Badan Pusat Statistika, 2017
Data yang dicantumkan adalah sumber air minum utama yang digunakan
rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan. Berdasarkan data pada Tabel 2.2
diperoleh informasi bahwa masyarakat di wilayah studi sebagian besar
menggunakan air kemasan dan isi ulang sebagai sumber air minum. Disamping itu
hanya sebagian kecil masyarakat yang menggunakan air ledeng (air sistem
perpipaan/air hasil pengolahan) sebagai sumber air minum.
2. Setiap titik menerima pasokan dari dua arah dan dengan tekanan lebih
tinggi.
3. Air tambahan dari cabang lainnya tersedia untuk pemadam kebakaran.
4. Adanya sirkulasi air sehingga polusi tidak terjadi karena stagnasi.
Sedangkan kerugian menggunakan pola loop adalah:
1. Penggunaan pipa lebih panjang dan jumlah katup yang dibutuhkan lebih
banyak sehingga ada kenaikan biaya dari konstruksi.
2. Perhitungan ukuran pipa dan tekanan kerja pada berbagai titik di sistem
distribusi lebih rumit dan sulit.
Menurut Trifunovic (2006) kedua pola loop dan branch dapat
dikombinasikan yang disebut combined network system dimana pola ini umum
digunakan pada jaringan distribusi air minum.
Alokasi kebutuhan air pada setiap titik simpul (node) jaringan sel utama dan
sel dasar dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa wilayah pelayanan kecil atau
blok-blok pelayanan;
2. Untuk wilayah pelayanan yang tipikal, alokasi kebutuhan air disetiap node
diperkirakan besarnya sesuai dengan persentase bagian luas wilayah
pelayanan;
3. Untuk daerah yang tidak tipikal secara umum, alokasi kebutuhan air harus
dihitung sesuai dengan peruntukkannya. Contohnya taman-taman umum,
industri besar, dan lain-lain;
pipa, node (sambungan pipa), pompa, katup dan tangki penyimpanan atau waduk.
EPANET melacak aliran air di setiap pipa, tekanan pada setiap node, tinggi air di
setiap tangki, dan konsentrasi zat kimia Sepanjang jaringan selama periode
simulasi terdiri dari beberapa langkah waktu. Selain zat kimia, umur air dan
sumber tracing juga bisa disimulasikan.
Pemodelan hidrolik berfitur lengkap dan akurat merupakan prasyarat untuk
melakukan pemodelan kualitas air yang efektif. EPANET berisi analisis hidrolik
mutakhir yang memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Rossman, 2000):
1. Menghitung headloss gesekan dengan menggunakan Hazen-Williams,
Darcy- Weisbach, atau Chezy-Manning formula.
2. Termasuk minor loses untuk tikungan, alat kelengkapan, dan lain-lain.
3. Model pompa dengan kecepatan konstan atau variable.
4. Menghitung energi dan biaya pemompaan.
EPANET dapat terintegrasi untuk melakukan editing dalam pemasukan
data, running simulasi dan melihat hasil running dalam berbagai bentuk (format),
termasuk kode-kode yang berwarna pada peta jaringan, tabel data-data, grafik,
serta citra kontur. Gambar 2.3. memperlihatkan tampilan ruang kerja (workspace)
pada software EPANET 2.0 yang didalamnya merupakan contoh jaringan
distribusi yang terdiri dari sumber (reservoir) yang menggunakan pompa ke dalam
pola jaringan loop. Pada contoh ini jaringan distribusi juga menggunakan pipa
yang menuju ke sebuah tangki penyimpanan pada sistem.
a. Jalur pipa, model sambungan, material pipa, diameter pipa dan lain-lain.
b. Lokasi beberapa elemen sistem seperti reservoir, tangki maupun valve.
c. Data kontur tekanan daerah layanan.
d. Elevasi tiap-tiap node.
e. Informasi dasar seperti lokasi jalan, nama jalan, zona perencanaan,
sungai, dan lain-lain.
f. Serta beberapa fasilitas lainnya.
g. Beberapa jenis data gambar yang dipakai antara lain peta topografi, as-
built drawing, peta dan gambar digital, data sistem informasi geografis
dan lain-lain.
2. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai node batas untuk kontrol awal gradien hidrolis
suatu sistem distribusi sekaligus sebagai penyuplai air dengan kapasitas
besar dan Hydraulic Grade Line (HGL) yang besar pula. Nilai HGL pada
reservoir dapat di tentukan dengan nilai konstan, dimana HGL ini diset
untuk dapat melayani seluruh area pelayanan yang mengambil air dari suplai
reservoir ini.
Dalam pemodelan jaringan sistem distribusi, reservoir ini dapat berupa:
Sumber air, clear well, Instalasi Pengolahan Air Minum, dapat juga berupa
titik injeksi air/supplai air ke dalam sistem distribusi jika dalam pemodelan
tersebut sistem mendapatkan air dari supplai pipa utama meskipun dalam
kondisi sebenarnya di lapangan tidak ada reservoir, dengan ketinggian HGL
tertentu. Dalam hal ini reservoir berfungsi sebagai titik acuan untuk
mengontrol tekanan dalam sistem.
3. Storage Tank
Dalam suatu pemodelan, storage tank ini juga berfungsi sebagai node batas,
namun yang membedakan dengan reservoir adalah HGL yang terjadi dalam
tangki ini berfluktuasi tergantung keluar masuknya air. Volume storage tank
ini umumnya terbatas, sehingga pada kondisi tertentu tangki ini dapat berisi
penuh dan dapat kosong sama sekali.
Beberapa model tangki storage yang dapat ditemui di sistem distribusi
antara lain:
a. Tangki yang terdapat pada sistem dengan kondisi langsung tersambung
pada sistem dengan permukaan yang bebas.
b. Tangki storage yang berupa tangki tekan (hydropneumatic) tersambung
dengan sistem distribusi, disini air akan mengalami peningkatan HGL
karena adanya peningkatan tekanan dalam tangki.
c. Elevated reservoir, dimana air masuk ke tangki storage dengan jalan
pemompaan, yang selanjutnya air akan masuk ke sistem distribusi
dengan cara gravitasi dengan HGL sesuai ketinggian elevated reservoir.
19
7. Valve
Data masukan untuk elemen ini berupa jenis valve/katup, besarnya bukaan
valve (status valve). Data masukan tersebut akan berpengaruh terhadap
sistem hidrolis dalam sistem distribusi. Pengontrolan valve ini disesuaikan
dengan kondisi lapangan. Peletakan valve juga disesuaikan dengan letaknya
di lapangan.
3. Tipe Simulasi
Salah satu bagian mendasar dalam topologi jaringan yang telah diketahui
untuk perbaikan dan evaluasi model tergantung pada tujuan. Ada dua tipe
simulasi dasar yang sering digunakan, yaitu:
a. Steady State Simulation
Perhitungan pemodelan dengan kondisi sistem tetap, baik itu aliran debit,
tekanan, pengoperasian pompa maupun posisi valve. Dimana
diasumsikan batasan kondisi dalam sistem tidak terjadi perubahan
terhadap waktu.
b. Extended Period Simulation
Perhitungan dalam model yang mempertimbangan perubahan dinamis
dalam sistem pada jangka waktu tertentu.
....................................................... (II.2)
Dengan:
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = Jumlah penduduk tahun dasar
Tn = Tahun ke-n
T0 = Tahun dasar
Ka = Konstanta aritmatik
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke 1
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = Tahun ke 1 yang diketahui
T2 = Tahun ke 2 yang diketahui
22
2. Metode Geometrik
Proyeksi jumlah penduduk mengunakan Metode Geometrik dapat dihitung
dengan rumus:
................................................. (II.3)
Dengan:
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = Jumlah penduduk tahun dasar
r = Laju pertumbuhan penduduk
n = Jumlah interval tahun
........................................ (II.5)
.......................................... (II.6)
........................... (II.7)
........................... (II.8)
23
Dengan:
S = Standar deviasi
Xi = Variabel independen x (jumlah penduduk)
X’ = Rata-rata x
n = Jumlah data
b. Nilai Korelasi ( r )
Pertimbangan untuk pemilihan proyeksi penduduk berdasarkan nilai
koefisien korelasi diambil dari pernyataan seberapa dekat hubungan antar
variabel X dan Y, dalam pengambilan pernyataan nilai korelasi ini
digunakan pernyataan yang menyatakan r = 1 atau mendekati 1,
Rumus koefisien korelasi:
r2 = ........................... (II.9)
Kebutuhan air non domestik mencakup kegiatan seperti sekolah, sarana ibadah,
peternakan, perkantoran, dan lain-lain. Standar kebutuhan air untuk kegiatan non
domestik dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Standar Kebutuhan Air untuk Kegiatan Non Domestik
Fasilitas Standar kebutuhan air Satuan
Pendidikan
TK 40
SD 40
SMP 50 L/orang/hari [1]
SMA 80
SMK 80
Sarana Kesehatan
Rumah sakit 350 L/bed/hari [2]
Poliklinik
1000 L/unit/hari [3]
Puskesmas
Sarana Ibadah
Masjid 2000
Surau 1500
L/unit/hari [4]
Gereja Kristen 600
Gereja katolik 600
Perindustrian
Industri kecil, mikro 25 L/orang/hari [2]
Sarana Ekonomi
Supermarket 900
L/unit/hari [5]
Minimarket 900
Restoran 5000
L/unit//hari [5]
Pasar 5000
Hotel/penginapan 180 L/bed/hari [6]
Perkantoran
Kantor 45 L/orang/hari [6]
[1] [2]
Sumber: Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 2003, Trifunofic, 2006,
[3]
The World Bank Office Manila, 2012, [4] PPSAB, Jawa Barat, [5] Direktorat
Jenderal Cipta Karya, 2007, [6] Rao, 2005
25
Dengan:
Q(max day) = pemakaian air harian maksimum (liter/detik)
f(max day) = faktor harian maksimum
Qh = pemakaian air rata-rata (liter/detik)
28
Dengan:
Q(peak hour) = pemakaian air pada jam puncak (liter/detik)
f(peak hour) = faktor jam puncak
Qh = pemakaian air rata-rata (liter/detik)
2.5. Reservoir
Menurut Fungsi dari reservoir antara lain adalah untuk menyimpan air
bersih yang siap didistribusikan, meratakan debit air dalam sistem jaringan
distribusi serta mengatur tekanan air dalam jaringan distribusi. Berdasarkan
lokasinya reservoir dibedakan menjadi (Joko Tri, 2010):
a. Elevated Reservoir
Reservoir yang penempatannya di atas menara.
b. Ground Reservoir
Reservoir yang penempatannya pada permukaan tanah.
sedang bergerak. Semakin cepat air bergerak, semakin banyak energi kinetik yang
digunakan. Energi potensial adalah hasil dari tekanan air. Energi total dalam air
adalah jumlah energi kinetik dan energi potensial. Prinsip Bernoulli menyatakan
bahwa energi total air atau fluida selalu konstan; oleh karena itu, ketika aliran air
dalam sistem meningkat, tekanannya menurun. Ketika air mulai mengalir dalam
sistem hidrolik, tekanan menurun. Ketika aliran air berhenti, tekanan kembali
naik.
Dalam sebuah sistem hidrolis dikenal istilah Energy Grade Line (EGL) dan
Hydraulic Grade Line (HGL). Energy Grade Line adalah garis yang mewakili
total energi head pada yang mengalir dalam pipa. Menurut persamaan bernoulli
total energi head adalah penjumlahan dari tiga energi head (head elevasi (z), head
tekanan (y), dan head kecepatan (v2/2g). Dimana head elevasi adalah tekanan
berdasarkan elevasi, head tekanan adalah ketinggian kolom air yang diberikan
tekanan hidrostatik, dan head kecepatan adalah energi yang muncul akibat
kecepatan air. Persamaan energi untuk aliran dalam pipa adalah (Spellman,
2009).:
...................................... (II.15)
Dengan z1 dan z2 adalah elevasi suatu tempat (m), y1 dan y2 adalah head
tekanan (m), v1 dan v2 adalah kecepatan pada pipa (m/s), g adalah percepatan
gravitasi (m/s2), hl adalah headloss atau kehilangan tekanan akibat gesekan
disepanjang pipa dan aksesoris pipa (m). Gambar 2.4 menunjukkan diagram
Energy Grade Line (EGL) dan Hydraulic Grade Line (HGL) yang mewakili dua
titik.
Gambar 2.4. Energy Grade Line (EGL) dan Hydraulic Grade Line (HGL)
Sumber: Spellman, 2009
31
Dengan:
Q = debit aliran (m3/detik)
D = diameter pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
Berdasarkan persamaan kontinuitas dapat didefenisikan bahwa debit aliran
air yang memasuki sistem sama dengan debit aliran air yang keluar.
................................................... (II.17)
................................................ (II.18)
Dengan Q adalah debit aliran (m3/detik), A adalah luas penampang pipa (m2), dan
v adalah kecepatan aliran (m/detik). Kecepatan fluida lebih besar pada penampang
yang luasnya lebih kecil atau sebaliknya kecepatan fluida lebih kecil pada
penampang yang luasnya lebih besar.
................................ (II.19)
Dengan:
hf = kehilangan tekanan (m)
L = panjang pipa (m)
Q = debit (m3/detik)
C = koefisien Hazen William untuk pipa
D = diameter pipa (m)
32
Koefisien C tidak berubah terhadap kecepatan. Nilai C bergantung pada jenis pipa
dan usia. Berdasarkan penelitian, umumnya nilai faktor C menurun 1 setiap
tahunnya.
Menurut Dharmasetiawan (2004) nilai koefisien C Persamaan Hazen-
William untuk pipa High Density Poly Ethylene (HDPE) adalah 130. Nilai C yang
tinggi menggambarkan kondisi pipa yang halus, sedangkan nilai C yang rendah
menggambarkan kondisi pipa yang kasar (Spellman, 2003).