Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No.

1, 2023: 238 - 244

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum Kecamatan Menyuke,


Kabupaten Landak, Kalimantan Barat

Yehezkiel Roky Paramma1*, Winardi1, dan Kiki Prio Utomo1


1.
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura
*E-mail : yehezkielparamma@student.untan.ac.id

Abstract

Menyuke District does not yet have a Drinking Water Treatment Plant. Meanwhile, the drinking
water needs of the Menyuke District community are increasing from time to time. Therefore, it is
necessary to plan a drinking water treatment installation in Menyuke District within the next 5
years (2022-2026). The raw water used comes from Mount Seraung springs. The results obtained
from testing the Mount Seraung spring water have met the class I water quality standard based on
PP No 22 of 2021 where the designation can be used for drinking water raw water, and/or other
designations. The planned drinking water management focuses on the service capacity of the
Menyuke District Capital. The need for drinking water in Menyuke District until 2026 is 4.47 l/s.
The type and type of broncaptering used is the pumping type, type IB for springs with seepage or
scattered aquifers and IIB for springs discharge > 0.8 l/s. The dimensions of the planned
broncaptering based on the water needs of Menyuke District 2026 are 3 m x 1.66 m x 1.5 m with
a broncaptering capacity of 4.023 l/s.
Keywords: Broncaptering, Drinking water , Menyuke District, Processing Capacity

Abstrak

Kecamatan Menyuke belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA Minum). Sedangkan
kebutuhan air minum masyarakat Kecamatan Menyuke, semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan instalasi pengolahan air minum di Kecamatan
Menyuke dalam kurun waktu 5 tahun ke depan (2022-2026). Air baku yang digunakan berasal
dari mata air Gunung Seraung. Hasil yang diperoleh dari pengujian sumber mata air Gunung
Seraung telah memenuhi baku mutu air kelas I berdasarkan PP No 22 Tahun 2021 dimana
peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan/atau peruntukan lain.
Pengelolaan air minum yang direncanakan berfokus pada kapasitas perencanaan bangunan
broncaptering atau bangunan penangkap dan pengumpul air baku . Kebutuhan air minum di
Kecamatan Menyuke sampai tahun 2026 adalah 4,47 l/det. Jenis dan tipe broncaptering yang
digunakan adalah jenis pemompaan. Dimensi broncaptering yang direncanakan berdasarkan
kebutuhan air Kecamatan Menyuke 2026 adalah 3 m x 1,66 m x 1,5 m dengan kapasitas
broncaptering 4.023 l/det
Kata Kunci: Air minum, Broncaptering, Kecamatan Menyuke, Kapasitas Pengolahan

238
Submitted : 19-01-2023 Revised : 21-01-2023 Accepted : 31-01-2023
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 1, 2023: 238 - 244

PENDAHULUAN
Air adalah sumber daya alam yang dibutuhkan oleh makhluk hidup baik untuk
kebutuhannya maupun untuk menghidupi dirinya. Pemanfaatan air secara umum atau
meluas dalam segala aspek kehidupan menjadi penting baik secara kuantitatif maupun
kualitatif (Chandra, 2012). Sumber air baku sangat penting untuk pengolahan air. Awal
proses pengolahan serta penyediaan air bersih disebut air baku (Nainggolan dkk, 2019).
Mata air adalah air tanah yang keluar ke permukaan tanah. Mata air tanah hampir tidak
bergantung pada musim dan memiliki kualitas yang sama dengan air bawah tanah yang
dalam. Berdasarkan cara keluarnya air dapat dibedakan menjadi sumber perkolasi, yaitu.
mata air yang keluar dari lereng, dan mata air umbul, yaitu. mata air yang keluar dari
dalam bumi. (Khoeriyah,2015).
Perlindungan mata air Kecamatan dapat dilakukan dengan menggunakan bangunan
pelindung mata air (PMA) salah satunya dengan menggunakan broncaptering (Rohim,
2006). Penelitian terdahulu di Kota Mataram (NTB) tentang Penangkap Mata Air
(broncaptering) mengungkapkan bahwa bangunan yang berfungsi menangkap dan
melindungi mata air dari pencemar dan juga dilengkapi dengan bak penampung. Tipe
Bangunan Penangkap Mata Air yang dipakai adalah Tipe IA dan Tipe IB, Tipe I A
digunakan untuk tipe yang arah aliran artesis terpusat sementara Tipe I B digunakann
untuk tipe arah aliran artesis tersebar (Teja,2008).
Kecamatan Menyuke salah satu dari Kecamatan di Kabupaten Landak yang belum
mempunyai Sistem Penyediaan Air Minum. Kekurangan sumber air bersih menjadi
permasalahan saat musim kemarau karena penduduk hanya berharap dari air hujan dan
air galon sebagai air bersih, sehingga diperlukan perencanaan instalasi pengolahan air
minum. Sumber air baku yang dapat digunakan adalah mata air Gunung Seraung. Gunus
Seraung dapat digunakan sebagai sumber air karena potensial. Perbedaan perencanaan
dari perencanaan sebelumnya adalah lokasi perencanaan dan desain bangunan
pengolahan air baku hanya menggunakan broncaptering Tipe I B karena kondisi
rembesan mata air yang tersebar dan menggunakan dan jenis broncaptering pemompaan
untuk mengalirkan ke daerah pelayanan. Tujuan dari perencanaan ini adalah menghitung
kebutuhan air Kecamatan Menyuke, menghitung kapasitas broncaptering dan
menentukan dimensi bangunan broncaptering.

METODE PENELITIAN
Perencanaan terdiri dari dua tahap yaitu pengumpulan dan pengolahan data. Data
primer yang dibutuhkan (debit air baku, sampel air baku, data koordinat lokasi mata air)
selain itu data sekunder yang digunakan yaitu data jumlah penduduk Kecamatan
Menyuke, Rencana Induk Sistem Pengolahan Air Minum Kabupaten Landak, dan Data
kondisi geografi Kecamatan Menyuke. Pengolahan data - data tersebut diolah sebagai
berikut:
1. Perhitungan debit air baku
2. Hasil pengujian air baku
3. Perhitungan kebutuhan air Kecamatan Menyuke
4. Perhitungan bangunan broncaptering

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lokasi perencanaan broncaptering terletak di mata air Gunung Seraung, Dusun
Semahu, Desa Mamek, Kecamatan Menyuke. Broncaptering direncanakan teridiri dari
bangunan penangkap atau penyadap mata air, dan bangunan pengumpul yang dilengkapi
penutup. Konstruksi bangunan pengumpul berupa beton kedap air berbentuk kubus
dilengkapi penutup.

239
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 1, 2023: 238 - 244

Sumber : Dokumentasi Pribadi,2021


Gambar 1 Peta Lokasi Bangunan Broncaptering
A. Analisa Debit Air Baku
Analisa debit air baku mata air Gunung Seraung yang dimanfaatkan sebagai air baku
bertujuan untuk mengetahui apakah debit air baku memenuhi untuk penyediaan air
minum wilayah perencanaan. Perhitungan debit air baku menggunakan data debit air baku
yang diukur langsung pada di lokasi air baku. Pengukuran debit air baku menggunakan
sekat V-notch Thompson (Wahyudin,2021). Hasil pengukuran debit air baku disajikan
Gambar 2

.
Sumber : Dokumentasi Pribadi,2021
Gambar 2 Hasil Pengukuran Sekat V-notch Thompson

Perhitungan debit mata air dengan menggunakan sekat Thompson dilakukan sebagai
berikut:
Jika h = 16 cm = 0,16 m Sudut v-notch = 900
240
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 1, 2023: 238 - 244

Q = 1,38 x h5/2
= 1,38 x 0,165/2
= 1,38 x 0,01024
= 0,0138 m3/det
= 13 l/det

B. Hasil Pengujian Air Baku


Pengujian sampel air baku dilaksanakan di laboratorium Balai Standarisasi dan
Pelayanan Jasa Industri (BSPJI).
Tabel 1 Hasil Uji Kualitas Air Baku
No Parameter Uji Satuan Kadar Maksimum yang Hasil Uji
dibolehkan (PP No 22
Tahun 2021
0
1 Suhu C Suhu udara ±30C 23
2 Warna Pt-Co 50 25
3 Kekeruhan NTU 25 0,98
4 Residu Terlarut (TDS) mg/l 500 60,0
3
5 Nitrat (NO -N) mg/l 50 0,35
6 Nitrit (NO2-N) mg/l 3 0,01
7 Derajat Keasaman (pH) - 6,5-8,5 6,26
8 Detergen Sebagai MBAS mg/l 0,05 0,034
9 Timbal (Pb) mg/l 0,01 <0,093
10 Besi (Fe) mg/l 0,3 <0,037
11 Total Coliform koloni/ml 0 0
Sumber : Baristand Kota Pontianak, 2021
Hasil uji kualitas air tersebut selanjutnya dibandingkan persyaratan Baku Mutu Air
Nasional dalam Lampiran VI bagian ke-II PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk mengetahui
kualitas air baku yang digunakan. Dari tabel di atas diketahui bahwa kelas mata air
Gunung Seraung adalah air baku kelas I yang dapat digunakan.

C. Perhitungan Kebutuhan Air Kecamatan Menyuke


Hasil proyeksi penduduk Kecamatan Menyuke 5 tahun ke depan adalah 3677 jiwa.
Kecamatan Menyuke dikategorikan sebagai desa dengan pemakaian air domestik
sambungan rumah (SR) 80 lt/org/hari dan pemakaian air hidran umum (HU) sebesar 30
lt/org/hari (Ditjen Cipta Karya,2017). Perestase pelayanan SR:HU yaitu 70:30 % faktor,
jam puncak 1,5 dan faktor hari maksimal 1,1, faktor kebocoran atau kehilangan air
sebesar 20% (Nussy dkk, 2019). Kebutuhan air non domestik dihitung sebesar 20 % dari
kebutuhan domestik (Darmayasa, 2018). Hasil perhitungan kebutuhan air pada harian
maksimum diketahui kebutuhan air Kecamatan Menyuke sebesar 4,47 l/detik yang
selanjutnya digunakan sebagai debit perencanaan broncaptering.

D. Perhitungan Bangunan Broncaptering


Perencanaan broncaptering dilakukan untuk melindungi sumber mata air, dan
sebagai tempat pengumpulan air baku. Lokasi bangunan broncaptering dibangun di
Dusun Semahu, Desa Mamek, Kecamatan Menyuke yang berada pada koordinat
0°34'38.15"N dan 109°38'55.61"E. Jenis dan tipe broncaptering yang digunakan adalah
jenis pemompaan broncaptering, tipe IB untuk tipe mata air dengan rembesan atau aquifer
tersebar dan IIB untuk debit mata air > 0,8 l/det. Bak penampung juga terdapat valve,
genset, rumah pompa, serta struktur dari bak penampung yang dibuat dengan beton
bertulang kedap air yang dilengkapi pemasangan batu kali (Ridwan dkk, 2014).
241
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 1, 2023: 238 - 244

Berikut ini adalah perhitungan perencanaan broncaptering :


1) Dimensi bangunan broncaptering
Perhitungan Bak pengumpul dilakukan sebagai berikut :
Debit mata air : 13 l/det
Debit yang dibutuhkan : 4,47 l/det
Waktu tendensi (5-15 menit) (Ditjen Cipta Karya) : 15 = 900 det
Free board atau tinggi jagaan (Ditjen Cipta Karya) : 0,5 m
Tinggi : 1,5 m (asumsi)
Lebar :2P
Broncaptering
V broncaptering = Debit Harian Maksimum x Waktu Detensi
= 4,47 l/det x 900 det
= 4.023 l/det ≈ 4 m3
Bentuk broncaptering yang digunakan adalah kubus Dengan tinggi asumsi 1,5 m dan
Berdasarkan volume broncaptering maka dapat dihitung dimensi bangunan broncaptering
sebagai berikut :
V =pxlxt
4 = L x L x 1,5
L2 = 4 / 1,5
L = √2,66
Ll = 1,6 m
Untuk menghitung panjang dilakukan sebagai berikut :
V = 1,63 x P x 1,5
P = 1,66 m
Dimensi broncaptering adalah 1,63 m x 1,66 m x 1,5 m
2) Dimensi bak pengumpul
Kebutuhan air : 4,47 l/det = 386.208 l/hari = 368,2 m3
Asumsi bak pengumpul berbentuk balok dengan :
L = 2P
T =5m
V =PxLxT
368,2 = 2L x L x 5m
10L2 = 368,2
L =6m
P = 2L = 12 m
Jadi dimensi bak pengumpul adalah 12 x 6 x 5 m .

242
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 1, 2023: 238 - 244

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021


Gambar 3 Gambar Desain Broncaptering

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan yaitu air baku yang digunakan adalah mata air
Gunung Seraung yang memenuhi standar kualitas air baku nasional sebagai air baku
(Kelas I), dengan kuantitas debit mata air 13 l/det. Hasil perhitungan kebutuhan air pada
hari maksimum diketahui kebutuhan air Kecamatan Menyuke sebesar 4,47 l/detik,
sehingga berdasarkan kuantitas mata air Gunung Seraung dapat digunakan sebagai air
baku. Perencanaan broncaptering digunakan broncaptering tipe IB dan IIB, dengan jenis
pemompaan broncaptering dengan dimensi bak penampung 1,63 m x 1,66 m x 1,5 m.

B. Saran
Perlu dilakukan analisis kembali ketersediaan air baku mata Gunung Seraung, untuk
memastikan kembali apakah kualitas, kuantitas dan kontinuitas air baku mata air Gunung
Seraung masih memenuhi syarat-syarat dalam perencanaan SPAM, mengingat
penggunaan air baku mata air dapat mengalami penurunan kuantitas dan kontinuitas
seiring waktu penggunaan mata air.

243
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 1, 2023: 238 - 244

DAFTAR PUSTAKA
Chandra, (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kedokteran EGC.
Darmayasa, I. Komang Angga, Putu Aryastana, dan Anak Agung Sagung Dewi
Rahadiani (2018). Analisis Kebutuhan Air Bersih Masyarakat Kecamatan
Petang. Paduraksa: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa 7.1 : 41-52
Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik &
Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata
Ruang. Jakarta : Departemen Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum
Sederhana.
Khoeriyah, Ari (20150. Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat. Majalah Kedokteran Bandung 47.3 :
137-143.
Nainggolan, Ajeng Ari, dkk. 2019. Alat Pengolahan Air Baku Sederhana Dengan Sistem
Filtrasi. WIDYAKALA: Journal of Pembangunan Jaya University 6 : 12-20.
Nussy, Santhy Metlyn, A. Sakliressy, dan Charles J. Tiwery (2019). Analisa Kebutuhan
Air Bersih Desa Leahari Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon. Manumata:
Jurnal Ilmu Teknik 5.2: 65-75.
Ridwan Naway, F. Halim, M. I. Jasin, L. Kawet (2013). Pengembangan Sistim Pelayanan
Air Bersih. Manado. Universitas Samratulangi.
Rohim, 2006. Analisis Penerapan Metode Kaporitisasi Sederhana Terhadap Kualitas
Bakteriologis Air PMA. Universitas Ponorogo. Semarang. 22-25
Teja Lazuardi. 2008. Studi Bangunan Penangkap Mata Air Tipe IA Dan IB Dalam
Perencanaan Sistem Peyediaan Air Minum Kota Mataram (Nusa Tenggara
Barat). Universitas Pasudan. Bandung
Wahyudin, Muhamad, Lambang Subagiyo, and Saibun Sitorus. 2021. Pengaruh Volume
Tampung Kolam Settling pond Terhadap Pengelolaan Air Limbah
Pertambangan Batubara di PT. XXX, Kalimantan Timur. Universitas
Mulawarman. Samarinda

244

Anda mungkin juga menyukai