2, Oktober 2019
http://agritech.unhas.ac.id/ojs/index.php/at
https://doi.org/10.20956/at.v0i0.217
ISSN Online : 2656-2413
ISSN Print : 1979-7362
ABSTRAK
Evaluasi merupakan kesatuan sistem manajemen baik itu perencanaan, pelaksanaan, maupun
monitoring. Bendung merupakan salah satu dari sekian banyak aset negara yang seringkali
dilakukan evaluasi guna mengetahui kondisi asset tersebut. Evaluasi tingkat pelayanan
Bendung Tomatoppe dilakukan untuk mengetahui tingkat pelayanan Daerah Irigasi Bajo
dengan membandingkan tingkat pelayanan rencana atau desain awal pada tahun 2009/2010
dan tingkat pelayanan pada tahun 2016 dan 2018. Di Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan
Bajo Kabupaten Luwu sebagian besar mayoritas penduduknya merupakan petani, untuk
menjamin ketersediaan air di daerah mereka pada tahun 2010 Pemerintah Pusat telah
melakukan membangun Bendung Tomatoppe yang berpotensi mengaliri lahan persawahan
sebesar 5.829 Ha yang tersebar di beberapa Kecamatan. Prosedur evaluasi dilakukan dengan
pengamatan dan pengambilan debit pada saluran primer, sekunder dan tersier terpilih guna
mengetahui perbedaan debit rencana dan debit evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan
pelayanan Bendung Tomatoppe pada tingkat luas tanam dengan jumlah maksimum sebesar
5.691 Ha. Hal ini berbeda dengan rencana awal pembangunan pada tahun 2009 sebesar 5.829
ha. Perubahan nilai debit penelitian dengan dengan debit rencana dapat di sebabkan oleh
beberapa faktor yaitu adanya proses sedimentasi, kehilangan air irigasi yang di sebabkan oleh
penguapan (evaporasi), serta adanya perubahan desain awal terhadap saluran dan luas area
layanan.
94
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (2): 94-101
https://doi.org/10.20956/at.v0i0.217
95
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (2): 94-101
https://doi.org/10.20956/at.v0i0.217
𝑁𝐹𝑅
𝐼𝑅 = Menghitung kebutuhan air irigasi pada tanaman padi
𝑒
Keterangan: Menghitung debit aliran saluran primer sekunder dan tersier
IR = Kebutuhan air irigasi (mm/hari)
NFR =Kebutuhan bersih air di sawah Menganalisa Data Luas Tanam dan Panen Sawah Irigasi pada
(mm/hari) Daerah Irigasi sebelum dan setelah dioprasionalkan bendungan Bajo
e =Efisiensi irigasi secara
keseluruhan
Melakukan evaluasi tingkat pelayanan dengan membandingkan
5. Menghitung debit aliran air pada saluran tingkat pelayanan saat ini
primer, sekunder dan tersier pada daerah
irigasi sebagai berikut:
a. Saluran Irigasi Primer Bajo Selesai
96
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (2): 94-101
https://doi.org/10.20956/at.v0i0.217
24°C sampai 27°C, rata-rata hujan tahunan 0 0.624 1.248 1.872 2.496 3.12
0
2.341 mm atau berkisar antara 1.143 mm
0.05
sampai 4.623 mm. Sumber air utama untuk
0.1
daerah irigasi Bajo adalah sungai Bajo
0.15
(Sungai Suso), dengan beberapa anak
0.2
sungai seperti Salu Ranteballa, Salu Bone,
0.25
dan Salu Kompi yang bersumber dari
0.3 0.33
pegunungan Latimojong. 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34
97
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (2): 94-101
https://doi.org/10.20956/at.v0i0.217
3.02
2.15 2.15 juni periode pertama. Hal tersebut terjadi
1.56
2 1.33 1.43 1.37
1.47
1.51 karena adabya faktor klimatologi dimana
1.09 1.34 1.43 1.08
1.31 0.68 0.66
0.42
0.77
0.25 0.42
0.22
0.46 pada bulan September terjadi kekurangan
0.07
0 air hal ini terlampir pada gambar 6,
2-Nov
1-Nov
1-Jul
1-Jun
2-Jun
2-Jul
1-Dec
2-Dec
1-Oct
2-Oct
2-Feb
1-Feb
1-Sep
2-Sep
1-Jan
2-Jan
1-Mar
2-Mar
1-May
2-May
1-Apr
2-Apr
1-Aug
2-Aug
98
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (2): 94-101
https://doi.org/10.20956/at.v0i0.217
perhitungan lapangan pada tahun 2016 di yang tidak tertanam disebabkan karena
peroleh data yang berbeda dari data dari kurangnya pasokan air untuk lahan
kantor pengelolaan pada tahun 2015. Hasil persawahan warga sehingga hasil produksi
perhitungan debit yang di peroleh dari tanaman pun tidak optimal.
pengambilan data lapangan adalah sebagai Berbeda dengan tahun-tahun setelah
berikut: berdirinya bendung, dapat dilihat dari luas
Tabel 3. Debit Aliran Saluran Penelitian luas daerah panen tidak berbedah jauh
Nama Saluran Debit (m3/s) dengan luas tanam dengan luas daerah
Februari Maret panen berkisar 99-96 % dari luas tanam.
2015* 2016** Adanya perbedaan luas tanam dan luas
Saluran Primer Bajo 3,240 4,141 panen diakibatkan kondisi iklim yang buruk
BBj. 2 seperti angin kencang dan hama penyakit
Saluran Sekunder 1,734 1,207 yang menyerang tanaman padi.
Langkiddi BL.2 Ketersediaan air untuk persawahan dapat di
Saluran Tersier 0,019 0,055 penuhi meskipun pada tahun-tahun yang
Langkiddi BL.4 Ki memiliki kemarau panjang (curah hujan
Saluran Tersier 0,018 0,069 rara-rata terendah) terlihat pada curah hujan
Langkiddi BL.4 Ka 1 rata-rata dengan menggunakan metode
Saluran Sekunder Jambu 0,605 2,990 Polygon Thiessen pada tahun 2018.
BJ.2
Peningkatan luas tanam dan luas penen
Saluran Tersier Jambu 0,015 0,031
membawa dampak positif bagi masyarakat
J.2 Ka
daerah setempat yang mendukung
Saluran Tersier Jambu 0,042 0,104
peningkatan produksi pangan.
J.3 Ka
6,000
Dari semua data diatas dapat dilihat 5,000
Luas Area (Ha)
99
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (2): 94-101
https://doi.org/10.20956/at.v0i0.217
100
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (2): 94-101
https://doi.org/10.20956/at.v0i0.217
DAFTAR PUSTAKA
101