Pekerjaan
[1]
KERANGKA ACUAN KERJA
Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten Luwu
1. LATAR BELAKANG
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka mendukung pemantapan ketahanan pangan nasional, maka Pemerintah
Indonesia telah melaksanakan serangkaian usaha secara terus menerus yang bertitik tolak pada
sektor pertanian. Untuk menunjang pembangunan sektor pertanian perlu pembangunan fasilitas
jaringan irigasi guna penyediaan kebutuhan air yang diperlukan untuk meningkatkan produksi
tanaman utamanya beras.
Guna lebih mengoptimalkan keberhasilan kegiatan tersebut diatas serta mengupayakan
keberlangsungan sistem irigasi maka hal tersebut perlu tetap ditumbuh kembangkan.
Tersedianya infrastruktur yang memadai dan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat mulai
tahapan perencanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi sangat diperlukan.
Bendung Rada mengairi
mengairi 1500 Ha sawah yang terletak
terletak di Kabupaten
Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi
Selatan. Sumber air untuk Irigasi ini disuplai dari bendung yang dibuat oleh pemerintah
kabupaten Luwu. Tetapi kondisi bendung tersebut telah mengalami kerusakan sehingga
fungsinya tidak optimal. Perlu dilakukan kembali review terhadap desain bendungnya..
Berkaitan dengan hal tersebut, maka BBWS Pompengan Jeneberang pada tahun 2018
melakukan pekerjaan Review Desain Bendung DI Rada Kabupaten Luwu.
B. NAMA PEKERJAAN
Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten Luwu
[2]
KERANGKA ACUAN KERJA
Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten Luwu
1. LATAR BELAKANG
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka mendukung pemantapan ketahanan pangan nasional, maka Pemerintah
Indonesia telah melaksanakan serangkaian usaha secara terus menerus yang bertitik tolak pada
sektor pertanian. Untuk menunjang pembangunan sektor pertanian perlu pembangunan fasilitas
jaringan irigasi guna penyediaan kebutuhan air yang diperlukan untuk meningkatkan produksi
tanaman utamanya beras.
Guna lebih mengoptimalkan keberhasilan kegiatan tersebut diatas serta mengupayakan
keberlangsungan sistem irigasi maka hal tersebut perlu tetap ditumbuh kembangkan.
Tersedianya infrastruktur yang memadai dan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat mulai
tahapan perencanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi sangat diperlukan.
Bendung Rada mengairi
mengairi 1500 Ha sawah yang terletak
terletak di Kabupaten
Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi
Selatan. Sumber air untuk Irigasi ini disuplai dari bendung yang dibuat oleh pemerintah
kabupaten Luwu. Tetapi kondisi bendung tersebut telah mengalami kerusakan sehingga
fungsinya tidak optimal. Perlu dilakukan kembali review terhadap desain bendungnya..
Berkaitan dengan hal tersebut, maka BBWS Pompengan Jeneberang pada tahun 2018
melakukan pekerjaan Review Desain Bendung DI Rada Kabupaten Luwu.
B. NAMA PEKERJAAN
Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten Luwu
[2]
2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud pekerjaan ini adalah melakukan identifikasi kerusakan-kerusakan bendung DI Rada termasuk
menginvestigasi penyebab kerusakannya serta membuat detail desain rehabilitasi bendung dan
saluran utama serta sekunder. yang sesuai dengan kriteria perencanaan irigasi.
irigasi.
Tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu dokumen yang dapat dijadikan pedoman pada saat
pelaksanaan konstruksi yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB), serta memberikan informasi kelayakan Rehabilitasi Daerah Irigasi Kelara dari segi ekonomis.
3. SASARAN
Sasaran pekerjaan ini adalah untuk meningkatkan kinerja jaringan dan mengembalikan fungsi semula
jaringan irigasi
irigasi DI Rada sehingga
sehingga produksi pertanian
pertanian bisa dioptimalkan.
dioptimalkan.
4. LOKASI KEGIATAN
Lokasi Pekerjaan adalah Daerah Irigasi Rada yang terletak di Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi
Selatan.
5. SUMBER PENDANAAN
Untuk Pelaksanaan Kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 985.810.000,- (Sembilan Ratus
Delapan Puluh Lima Juta Delapan Ratus Sepuluh Ribu Rupiah) termasuk PPN yang dibiayai APBN
Rupiah Murni Tahun Anggaran 2018.
8. STANDAR TEKNIS
Standar teknis yang digunakan sesuai dengan Kriteria Perencanaan Irigasi dan Norma, Standar,
Pedoman, Manual (NSPM).
Standart teknis yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Rehabiltasi Daerah Irigasi mulai dari
kegiatan survey sampai kegiatan
kegiatan penggambaran hasil
hasil desain seperti penjelasan
penjelasan berikut ini :
A. SURVEY
1). Topografi Trase Saluran
Kegiatan pengukuran dan pemetaan meliputi pengukuran trase saluran dan bangunan-
bangunan pelengkap, yang mengacu pada KP Irigasi. Kegiatan analisis topografi meliputi
[3]
analisis kerangka horizontal dan koordinat, analisis ketinggian/waterpass, analisis situasi detail
dan cross section dan penggambaran, yang mengacu pada PT-02, KP irigasi.
2). Pertanian
Menentukan pola tanam akhir (definitif).
3). Hidrologi
Kegiatan ini berupa perhitungan akhir untuk laporan perencanaan.
4). Penyelidikan Mekanika Tanah
Kegiatan penyelidikan mekanika tanah detail meliputi bor tangan bila diperlukan untuk
mengetahui daya dukung tanah terhadap lokasi bangunan utama, saluran, bangunan
pelengkap, sumber bahan galian dan timbunan, mengacu pada KP Irigasi Bagian Geoteknik.
Kegiatan analisis laboratorium mekanika tanah untuk keperluan detail desain pembangunan
irigasi, meliputi analisa berat jenis tanah, berat isi tanah, kadar air, batas plastis tanah, batas
cair, batas susut tanah, gradasi butiran, triaxial test, consolidation test, permeability test,
compaction test mengacu pada
* SNI 03- Metode Pengujian Berat Jenis Tanah
* SNI 03-Metode Pengujian Kadar Air Tanah
* SNI 03-Metode Pengujian Batas Plastis
* SNI 03-Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
* SNI 03-Metode Pengujian Batas Susut Tanah
* RPT0 Pd T- Bagian-4 Analisis Geologi Teknik/Mekanika Tanah.
* Pd T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-2 : Pengujian Lapangan dan
Laboratorium.
B. ANALISIS HIDROLOGI
C. Analisis Hidrolika
Analisis profil muka air mengacu pada SNI 03-2830-1992 tentang Metode Perhitungan Tinggi Muka
Air dengan Cara Pias berdasarkan Rumus Manning.
Detail desain saluran dan bangunan Irigasi dan bangunan pelengkapnya.
1) Saluran primer, sekunder, dan tersier
(a) Tanpa pasangan
(1) Potongan Melintang
• Geometri
Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan dangkal dengan
perbandingan b/h sampai 10 atau lebih. Saluran yang lebih lebar mempunyai variasi muka
air sedikit saja dengan debit yang berubah-ubah, sehingga mempermudah pembagian air.
Pada saluran yang lebar, erosi atau pengikisan talud saluran tidak terlalu berakibat serius
terhadap kapasitas debit.
• Kemiringan talud saluran
Besarnya kemiringan talud saluran dipengaruhi oleh jenis tanah, ketinggian daerah, dan
juga oleh kestabilan tanahnya. Kemiringan minimum talud saluran dapat dilihat pada KP
03. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.
[5]
• Lengkung saluran
Jari-jari minimum lengkung untuk saluran tanpa pasangan diambil tujuh (7) kali lebar
permukaan air. Maksud dibangunnya lengkung saluran adalah untuk menghindari
terjadinya penggerusan di dasar sungai. Ketentuan mengenai besarnya jari-jari lengkung
saluran dapat dilihat pada KP 03. Tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.
• Tinggi jagaan
Tinggi jagaan adalah suatu ruangan antara puncak tanggul dan muka air maksimum.
Besarnya tinggi jagaan dipengaruhi oleh debit saluran. Ketentuan mengenai besarnya
tinggi jagaan saluran dapat dilihat pada KP 03. tentang Kriteria Perencanaan Bagian
Saluran.
• Lebar tanggul
Digunakan untuk tujuan ekploitasi, pemeliharaan dan inspeksi. Besarnya lebar minimum
tanggul dapat dilihat di dalam KP 03. , tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.
• Kemiringan memanjang
Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi, kemiringan saluran
akan sebanyak mungkin mengikuti garis muka tanah pada trase yang dipilih.
- Kemiringan minimum
Diperlukan untuk usaha pencegahan terjadinya sedimentasi melalui kemiringan tanah
dan harga I√R yang diperbesar ke arah hilir.
- Kemiringan maksimum
Untuk mencegah terjadinya erosi maka kecepatan maksimum aliran harus dibatasi.
Kecepatan rencana pada tanah-tanah kohesif umumnya lebih rendah daripada
kecepatan maksimum yang diijinkan untuk tanah. Kecepatan maksimum yang diijinkan
dapat dilihat pada KP 03. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.
[6]
* Kemiringan minimum saluran primer garis tinggi, untuk menghindari pengendapan
sedimen. Harga Iba√R yang dipakai untuk saluran primer harus lebih besar dari
harga Iba√R kantong lumpur dalam keadaan penuh.
* Saluran sekunder dengan kemiringan medan kecil, maka harga Iba√R sebaiknya
paling tidak sama dengan harga ruas saluran hulu.
2) Saluran pembuang
[8]
(c) Bangunan sadap
4) Bangunan pengukur
Rekomendasi penggunaan bangunan ukur tertentu didasarkan pada factor penting, antara lain :
• Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit.
• Ketelitian pengukuran di lapangan
• Bangunan yang kokoh, sederhana, dan ekonomis.
• Rumus debit sederhana dan teliti
• Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah
• Pemeliharaan sederhana dan murah.
Berdasarkan urutan bangunan yang lebih dianjurkan digunakan, maka jenis-jenis bangunan
pengukur itu adalah sebagai berikut :
(a) Bangunan Ukur
Bangunan Ukur Ambang Lebar Horizontal dan Ujung Hulu Bulat, mengacu pada SNI 03-
6467.1-2000 tentang Tata cara pengukuran aliran benda cair pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur ambang lebar horizontal dan ujung hulu bulat.
(b) Alat ukur Romijn
Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur dan
mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Dapat digunakan sebagai bangunan sadap
tersier dan juga dipakai sebagai bangunan sadap sekunder. Gambar alat ukur dan tabel
harga-harga besaran debit berdasarkan dimensi yang dianjurkan dapat dilihat di dalam KP
04 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan.
(c) Alat ukur Crump De Gruyter
Alat ukur ini dipakai dengan berhasil jika keadaan muka air di saluran selalu mengalami
fluktuasi atau jika orifis harus bekerja pada keadaan muka air rendah di saluran. Untuk
mengetahui karakteristik alat ukur ini dapat dilihat pada KP 04. SK DJ Pengairan No.
185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan.
[9]
(d) Bangunan Ukur Debit Cipoletti
Bangunan Ukur Debit Cipoletti mengacu pada SNI 03-6381-2000 tentang Metode
pengukuran debit pada saluran terbuka dengan bangunan ukur Cipoletti.
5) Bangunan pelengkap
Bangunan pelengkap atau bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan untuk
membawa aliran air di tempat-tempat dimana tidak mungkin dibuat potongan saluran biasa
tanpa pasangan, bangunan-bangunan tersebut adalah sebagai berikut:
• Siphon
• Terjunan
• Gorong-gorong
• Got miring
• Talang
Keputusan mengenai tipe bangunan yang akan dipilih tergantung pada besar kecilnya biaya
pelaksanaan. Semua hal yang berkaitan dengan bangunan pelengkap harus mengacu pada KP
08 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Pelengkap.
D. Penggambaran Desain
Penggambaran hasil kegiatan detail desain meliputi gambar hasil pengukuran dan pemetaan,
layout saluran irigasi dan bangunan pelengkapnya, potongan memanjang dan melintang saluran
irigasi, detail bangunan utama dan bangunan penunjang saluran irigasi. Penggambaran mengacu
dan berpedoman pada KP-07, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran, dan
BI- 01 dan BI-02
9. STUDI TERDAHULU
Laporan dari studi dan desain terdahulu dapat diperoleh pada Balai Besar Wilayah Sungai
Pompengan-Jeneberang dan atau instansi terkait lainnya.
[10]
10. REFERENSI HUKUM
a. Undang Undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan
b. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
c. Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
d. Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2011 tentang Sungai
e. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
f. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang RI No 2 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang Undang No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
g. PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
h. Peraturan Presiden No 99 tahun 2014 tentang perubahan kedua atas pertauran Presiden No 71
/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
Umum.
i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan
dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 31/PRT/M/2007 tentang pedoman Mengenai Komisi
Irigasi
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi
Pemeliharaan Irigasi
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 33/PRT /2007 tentang Pedoman Pemberdayaan
P3A/GP3A/IP3A
n. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 390 /KPTS/M /2007 tentang Penetapan Status
Daerah Irigasi Yang Pengelolaannya Menjadi Wewenang Dan Tanggung Jawab Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
o. KepMen PU No 293/KPTS/M/2014 tentang Pembagian Kewenangan Daerah Irigasi
[11]
Tabel Metode Pelaksanaan Rehabilitasi Daerah Irigasi Mengacu Pada Lima Pilar
No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang Ket
diserahkan
1 2 3 4 5 6
1. Rehabilitasi Menyiapkan peta petak Kalau peta petak masih ada cukup Peta petak irigasi 1:5.000
Umum jaringan irigasi 1:5.000 disempurnakan, kalau nggak ada ukur
dan gambar ulang.
Inventory jaringan irigasi Melakukan inventory kerusakan saluran Tabel kerusakan saluran Dimensi diukur ulang,
dan bangunan dan bangunan irigasi dimensi dibawah tanah
lengkap dengan sket dan berdasar gambar as built
foto-foto drawing terdahulu
Strip survey saluran irigasi Melakukan pengukuran sepanjang Gambar strip survey, cros
saluran, cros memanjang dan melintang memanjang dan melintang
skala (lihat PT 02)
Gambar saluran Menggambar saluran memanjang, Gambar saluran Bagian bangunan yang di
memanjang, saluran saluran melintang, semua bangunan memanjang, saluran rehab ditandai dengan
melintang, semua bangunan melintang, semua bayangan (shadow)
bangunan
2. Pilar I: Desain tampungan air Analisa hidrologis tentang Rekomendasi pembuatan Kalau penurunan debit
ketersediaan air tambahan kecenderungan debit andalan dan debit tampungan/reservoir, andalan melebihi 5% dalam
puncak 10 th terakhir dengan data 20 disertai Perencanaan 10 tahun terakhir, perlu
tahun terkhir dasar (Basic desain) dibuat tampungan air
tambahan
Kajian hubungan hulu dan Melakukan penjajagan ke masyarakat Kajian harmonisasi Contoh di Cidanau
hilir petani pemanfaat mengumpulkan iuran hubungan hulu dan hilir
untuk lingkungan/vegetasi, yang
dimanfaatkan untuk perbaikan vegetasi
bag hulu
3. Pilar II: Lapisan kedap air Melakukan pengamatan untuk Lokasi lapisan kedap air Untuk mengurangi
Infrastruktur menseleksi lokasi yang harus di lining kehilangan air
Irigasi saluran
[12]
No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang Ket
diserahkan
1 2 3 4 5 6
Penggantian Pintu air Melakukan inspeksi lapangan untuk Gambar desain pintu dan
mengganti stop log yang > 1,50 m pintu elekromekanik
menjadi pintu sliding. Pintu sliding yang
pelayanan > 2000 Ha diberi
elektromekanikal
Atap pelindung pintu Melakukan desain atap pelindung pintu Gambar atap pelindung Semua bangunan bagi dan
pintu bagi sadap
Balai petani Melakukan desain balai petani terbuka Gambar type Satu type
pada setiap bangunan bagi ukuran 3 x 4
m2
Bangunan pengeluar Melakukan kajian pemilihan lokasi dan Gambar tipe bangunan
sedimen (sedimen excluder) tipe bangunan pengeluar sedimen pengeluar sedimen dan
lokasinya
Patok batas sempadan Mengidentifikasi patok batas lama, dan Gambar lokasi patok batas
saluran irigasi mengusulkan patok batas yang baru saluran
sesuai Permen PU
Patok Km dan Hm Menetapkan posisi patok Km dan Hm Gambar patok dan
lokasinya
Fasilitas OP: Kantor, rumah Mendesain dan penentuan lokasi Gambar kantor dan rumah
Pengamat, Juru, POB
Fasilitas dan peralatan OP; Melakukan kajian dan mengusulkan Usulan fasilitas dan
transportasi, kebutuhan fasilitas dan perlatan OP, peralatan OP:
komunikasi,furniture dan antara lain: transportasi, transportasi,
perlatan kantor, ATK, komunikasi,furniture dan perlatan komunikasi,furniture dan
compakror, pemotong kantor, ATK, compakror, pemotong perlatan kantor, ATK,
rumput dll rumput dll compakror, pemotong
rumput dll
Pemasangan sipatan lining Mendesain dan menentukan lokasi Gambar dan lokasi sipatan
sipatan lining lining
[13]
No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang Ket
diserahkan
1 2 3 4 5 6
Penggantian Pintu air Melakukan inspeksi lapangan untuk Gambar desain pintu dan
mengganti stop log yang > 1,50 m pintu elekromekanik
menjadi pintu sliding. Pintu sliding yang
pelayanan > 2000 Ha diberi
elektromekanikal
Atap pelindung pintu Melakukan desain atap pelindung pintu Gambar atap pelindung Semua bangunan bagi dan
pintu bagi sadap
Balai petani Melakukan desain balai petani terbuka Gambar type Satu type
pada setiap bangunan bagi ukuran 3 x 4
m2
Bangunan pengeluar Melakukan kajian pemilihan lokasi dan Gambar tipe bangunan
sedimen (sedimen excluder) tipe bangunan pengeluar sedimen pengeluar sedimen dan
lokasinya
Patok batas sempadan Mengidentifikasi patok batas lama, dan Gambar lokasi patok batas
saluran irigasi mengusulkan patok batas yang baru saluran
sesuai Permen PU
Patok Km dan Hm Menetapkan posisi patok Km dan Hm Gambar patok dan
lokasinya
Fasilitas OP: Kantor, rumah Mendesain dan penentuan lokasi Gambar kantor dan rumah
Pengamat, Juru, POB
Fasilitas dan peralatan OP; Melakukan kajian dan mengusulkan Usulan fasilitas dan
transportasi, kebutuhan fasilitas dan perlatan OP, peralatan OP:
komunikasi,furniture dan antara lain: transportasi, transportasi,
perlatan kantor, ATK, komunikasi,furniture dan perlatan komunikasi,furniture dan
compakror, pemotong kantor, ATK, compakror, pemotong perlatan kantor, ATK,
rumput dll rumput dll compakror, pemotong
rumput dll
Pemasangan sipatan lining Mendesain dan menentukan lokasi Gambar dan lokasi sipatan
sipatan lining lining
[13]
No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang Ket
diserahkan
1 2 3 4 5 6
Jalan inspeksi pada saluran Mendesain jalan inspeksi pada saluran Gambar jalan inspeksi
drainase drainase pada saluran drainase
4. Pilar III: Sistem Manual OP daerah irigasi Melakukan kajian dan menyiapkan Manual OP daerah irigasi Manual yang cocok untuk
pengelolaan air manual khusus untuk daerah irigasi khusus daerah irigasi yang
nyang bersangkutan bersangkutan
Kehilangan air di tingkat Melakukan pengamatan dengan uji Laporan kajian kehilangan Alternatife 2 metode uji coba:
Primer, sekunder, dan coba lapangan kehilangan air di primer air di primer, sekunder, penggenangan atau
tersier dan skunder. Melakukan pengamatan dan tersier pengukuran inflow dan out
dengan perkiraan kehilangan air di flow
petak tersier.
Kandungan sedimen di Melakukan pengamatan dengan sample Laporan pengamatan
sungai dan saluran irigasi dan uji coba laborat kandungan kandungan sedimen di
sedimen di sungai dan primer dan sungai, primer, dan
sekunder. sekunder
Penyempurnaan Alokasi air Melakukan kajian dan petunjuk cara Petunjuk tata cara Alokasi cara lama: unit
irigasi mengalokasikan air irigasi berdasar mengalokasikan air irigasi kebutuhan air diperkirakan
kebutuhan nyata air yang diperlukan berdasar kebutuhan nyata secara global
tanaman (consumptive used) , Yaitu air yang diperlukan
Evapotranspiration potensial (ETp), tanaman (consumptive
perkolasi (P), hujan efektif (Re) used)
Produktivitas air (Kg Melakukan kajian dan menyiapkan tata Tata cara monitoring
GKG/m3 air) cara monitoring produktivitas air produktivitas air
5. PIlar IV: Institusi pengelola OP Melakukan kajian dan menyiapkan Laporan institusi pengelola Ada tambahan baru: sub unit
Penguatan daerah irigasi institusi pengelola OP sejak dari OP Penyuluh irigasi, Sub unit
Institusi pengamat, juru, sub unit Penyuluh Pengaman irigasi, Sub unit
irigasi, Sub unit Pengaman irigasi, Sub Pemeliharaan mobile
unit Pemeliharaan mobile, PPA, POB,
dan pekarya serta staf. Termasuk
struktur, tupoksi, koordinasi, dan tugas
[14]
No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang Ket
diserahkan
1 2 3 4 5 6
Jalan inspeksi pada saluran Mendesain jalan inspeksi pada saluran Gambar jalan inspeksi
drainase drainase pada saluran drainase
4. Pilar III: Sistem Manual OP daerah irigasi Melakukan kajian dan menyiapkan Manual OP daerah irigasi Manual yang cocok untuk
pengelolaan air manual khusus untuk daerah irigasi khusus daerah irigasi yang
nyang bersangkutan bersangkutan
Kehilangan air di tingkat Melakukan pengamatan dengan uji Laporan kajian kehilangan Alternatife 2 metode uji coba:
Primer, sekunder, dan coba lapangan kehilangan air di primer air di primer, sekunder, penggenangan atau
tersier dan skunder. Melakukan pengamatan dan tersier pengukuran inflow dan out
dengan perkiraan kehilangan air di flow
petak tersier.
Kandungan sedimen di Melakukan pengamatan dengan sample Laporan pengamatan
sungai dan saluran irigasi dan uji coba laborat kandungan kandungan sedimen di
sedimen di sungai dan primer dan sungai, primer, dan
sekunder. sekunder
Penyempurnaan Alokasi air Melakukan kajian dan petunjuk cara Petunjuk tata cara Alokasi cara lama: unit
irigasi mengalokasikan air irigasi berdasar mengalokasikan air irigasi kebutuhan air diperkirakan
kebutuhan nyata air yang diperlukan berdasar kebutuhan nyata secara global
tanaman (consumptive used) , Yaitu air yang diperlukan
Evapotranspiration potensial (ETp), tanaman (consumptive
perkolasi (P), hujan efektif (Re) used)
Produktivitas air (Kg Melakukan kajian dan menyiapkan tata Tata cara monitoring
GKG/m3 air) cara monitoring produktivitas air produktivitas air
5. PIlar IV: Institusi pengelola OP Melakukan kajian dan menyiapkan Laporan institusi pengelola Ada tambahan baru: sub unit
Penguatan daerah irigasi institusi pengelola OP sejak dari OP Penyuluh irigasi, Sub unit
Institusi pengamat, juru, sub unit Penyuluh Pengaman irigasi, Sub unit
irigasi, Sub unit Pengaman irigasi, Sub Pemeliharaan mobile
unit Pemeliharaan mobile, PPA, POB,
dan pekarya serta staf. Termasuk
struktur, tupoksi, koordinasi, dan tugas
[14]
No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang Ket
diserahkan
1 2 3 4 5 6
masing2 petugas.
Institusi pemanfaat air irigasi Melakukan kajian dan menyiapkan Laporan kajian,
(P3A/GP3A/IP3A) pemberdayaan dan pengembangan pemberdayaan, dan
Institusi pemanfaat air irigasi pengembangan Institusi
(P3A/GP3A/IP3A) pemanfaat air irigasi
(P3A/GP3A/IP3A)
Sistem pembiayaan OP Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian besarnya
irigasi besarnya pembiayaan OP irigasi pembiayaan OP irigasi.
6. Pilar V: Kajian kebutuhan tenaga OP Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian kebutuhan
Pemberdayaan dari segi Kualitas dan kebutuhan tenaga petugas OP, tenaga OP
SDM kuantitas sekaligus kuantitas yang diperlukan dan
kualitas yang disyaratkan.
Kajian kebutuhan pelatihan Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian dengan
petugas OP kebutuhan akan diklat (KAD) bagi analisis kebutuhan
petugas OP
Sistem penggajian petugas Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian besarnya
OP besarnya penggajian petugas OP penggajian petugas OP
Kompetensi dan sertifikasi Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian dengan
petugas OP tentang kompetensi dibutuhkan petugas analisis tentang
OP dan sertifikasinya kompetensi dibutuhkan
petugas OP dan
sertifikasinya
[15]
No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang Ket
diserahkan
1 2 3 4 5 6
masing2 petugas.
Institusi pemanfaat air irigasi Melakukan kajian dan menyiapkan Laporan kajian,
(P3A/GP3A/IP3A) pemberdayaan dan pengembangan pemberdayaan, dan
Institusi pemanfaat air irigasi pengembangan Institusi
(P3A/GP3A/IP3A) pemanfaat air irigasi
(P3A/GP3A/IP3A)
Sistem pembiayaan OP Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian besarnya
irigasi besarnya pembiayaan OP irigasi pembiayaan OP irigasi.
6. Pilar V: Kajian kebutuhan tenaga OP Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian kebutuhan
Pemberdayaan dari segi Kualitas dan kebutuhan tenaga petugas OP, tenaga OP
SDM kuantitas sekaligus kuantitas yang diperlukan dan
kualitas yang disyaratkan.
Kajian kebutuhan pelatihan Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian dengan
petugas OP kebutuhan akan diklat (KAD) bagi analisis kebutuhan
petugas OP
Sistem penggajian petugas Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian besarnya
OP besarnya penggajian petugas OP penggajian petugas OP
Kompetensi dan sertifikasi Melakukan kajian dengan analisis Laporan kajian dengan
petugas OP tentang kompetensi dibutuhkan petugas analisis tentang
OP dan sertifikasinya kompetensi dibutuhkan
petugas OP dan
sertifikasinya
[15]
A. LINGKUP KEGIATAN
Pekerjaan Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada dibagi dalam lima kegiatan pokok
sebagai berikut :
Kegiatan (A) :
Pengumpulan data, pembuatan dan penyempurnaan peta dasar daerah irigasi dan peta ikhtisar.
Kegiatan (B):
Pengumpulan data-data hasil survei (Penelusuran Aset Irigasi) dan kerusakan jaringan irigasi dan
usulan perbaikannya, pembuatan skema jaringan irigasi termasuk skema bangunan (existing),
pengukuran dan penggambaran saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan yang ada
maupun lokasi survei untuk yang direncanakan, serta pengumpulan data pendukung Operasi dan
Pemeliharaan (termasuk kalibrasi dan perbaikan bangunan ukur), hidrometri dan hidrologi.
Kegiatan ( C ) :
Pembuatan Laporan Sistem Planning termasuk daftar usulan pekerjaan Konstruksi untuk
Rehabiltasi yang melibatkan P3A.
Kegiatan (D) :
Pembuatan Desain rinci didahului konsep desain, Rencana Anggaran Biaya, dilengkapi data untuk
12. LINGKUP KEGIATAN DAN METODOLOGI
A. LINGKUP KEGIATAN
Pekerjaan Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada dibagi dalam lima kegiatan pokok
sebagai berikut :
Kegiatan (A) :
Pengumpulan data, pembuatan dan penyempurnaan peta dasar daerah irigasi dan peta ikhtisar.
Kegiatan (B):
Pengumpulan data-data hasil survei (Penelusuran Aset Irigasi) dan kerusakan jaringan irigasi dan
usulan perbaikannya, pembuatan skema jaringan irigasi termasuk skema bangunan (existing),
pengukuran dan penggambaran saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan yang ada
maupun lokasi survei untuk yang direncanakan, serta pengumpulan data pendukung Operasi dan
Pemeliharaan (termasuk kalibrasi dan perbaikan bangunan ukur), hidrometri dan hidrologi.
Kegiatan ( C ) :
Pembuatan Laporan Sistem Planning termasuk daftar usulan pekerjaan Konstruksi untuk
Rehabiltasi yang melibatkan P3A.
Kegiatan (D) :
Pembuatan Desain rinci didahului konsep desain, Rencana Anggaran Biaya, dilengkapi data untuk
analisa ekonomi, data harga satuan upah, bahan dan sewa alat bantu dilokasi proyek serta
menyiapkan dokumen lelang untuk konstruksi Rehabilitasi, serta pembuatan Petunjuk Operasi dan
Pemeliharaan, dan Buku Data Daerah Irigasi.
Kegiatan ( E ) :
Pertemuan Konsultasi Masyarakat.
B. METODOLOGI
B.1 Umum
Pekerjaan perencanaan rehabilitasi diperlukan untuk mendapatkan dokumen dalam rangka
pelaksanaan rehabilitasi suatu jaringan yang sesuai degan Standar Mutu dan memenuhi
kebutuhan pemakai air dari hasil kesepakatan dengan P3A / Gabungan P3A, Pemerintah Daerah,
dan institusi terkait lainnya.
[16]
B.2.2. Mencari Penyebab Kerusakan.
Tahap awal suatu perencanaan rehabilitasi adalah mencari penyebab kerusakan saluran dan
bangunan. Penyebab kerusakan harus dicari akar permasalahan yang sebenarnya sebagai sebab
penyakit.
Pecahnya sayap hilir bendung mungkin disebabkan kualitas pasangan , fondasi jelek atau gerusan
lokal. Kalau kualitas pasangan baik dan fondasi cukup kuat maka tentu gerusan local
penyebabnya. Gerusan lokal terjadi karena kolam pemecahenergi kurang berfungsi ; yang terakhir
ini mungkin disebabkan banjir rencana salah hitung atau dimensi kolam olak kurang memadai .
Kalau masalahnya banjir rencana tentu masalah hidrologi sebagai akar masalah pecahnya sayap.
[17]
B.3. Tata Laksana Perencanaan Rehabilitasi.
Seperti dijelaskan diatas bahwa perencanaan rehabilitasi adalah penyempurnaan terhadap
perencanaan sebelumnya, maka untuk keperluan efisiensi (ditinjau dari segi waktu, biaya dan
teknis) tidak perlu melakukan pengulangan secara utuh proses perencanaan lama.
Perencanaan rehabilitasi cukup dilakukan dengan menyempurnakan gambar lama, yang memang
dengan maksud untuk penyempurnaan fungsi jaringan perlu tambahan perencanaan. Tentunya
tetap bisa memenuhi kebutuhan untuk manajemen pengelola jaringan, yaitu :
Sebagai dasar untuk perhitungan volume pekerjaan dengan pihak pelaksana konstruksi.
Sebagai dasar untuk keperluan O&P.
Tata Laksana berikut akan menjelaskan tentang pengukuran dan penggambaran dalam
perencanaan rehabilitasi.
Dalam hal ini tata laksana perencanaan rehabilitasi akan dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu
perencanaan rehabilitasi yang:
Gambar lama tersedia lengkap.
Gambar lama tidak tersedia (hilang)
Gambar lama tersedia tetapi tidak lengkap (sebagian hilang).
[18]
B.3.2. Gambar lama tidak tersedia (hilang)
Mengingat gambar lama tidak ditemukan, maka kita kehilangan bahan dasar untuk perbaikan
perencanaan rehabilitasi. Tidak ada jalan lain kecuali melakukan pengukuran dan penggambaran
ulang secara komplit dan menyeluruh, dengan berpedoman pada sistim jaringan yang telah ada.
Pelaksanaan pekerjaan seperti diuraikan pada bagian B.4.
B.4.1.2.a. Pembuatan atau penyempurnaan Peta Dasar (jika peta lama tidak ada atau ada
tetapi tidak lengkap).
Peta dasar (skala 1:2000 atau 1:5000) akan memperlihatkan tata letak jaringan irigasi, jaringan
drainase, jaringan jalan dan tata guna tanah (sawah, tegalan, pemukiman dan lain-lain), batas-
batas petak tersier yang tepat dan batas-batas lain.
Pengukuran luas petak tersier akan didasarkan atas peta ini.
[19]
Areal potensial yang dicantumkan harus diukur dengan alat planimeter dari peta dasar, skala
1:2.000 atau1:5.000.
6. Tata guna lahan dalam jaringan irigasi.
7. Jalan (Propinsi, Kabupaten, Desa), dan jalan inspeksi.
8. Titik-titik triangulasi dan lokasi BM dan garis rangka(grid).
9. Waduk, sungai dan sumber air lain disertai nama, makam, monumen/bangunan lain ditengah
areal persawahan dicantumkan dalam bentuk simbol.
10. Skala garis numeris dan petunjuk arah utara.
11. Keterangan notasi gambar sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi (KP-07).
12. Pada setiap lembar peta dasar skala 1 : 2000 atau 1 :5000 dilengkapi dengan gambar
referensi tiap lembar untuk memudahkan membaca peta tersebut.
[21]
o Batas areal irigasi untuk pemetaan termasuk kemungkinan tambahan perluasan
areal.
o Nama, panjang dan lokasi jaringan irigasi bangunan serta jaringan pembuang
yang harus diukur.
o Data-data yang diperlukan.
2. Pemasangan Patok dan BM.
Pelaksanaan pemasangan patok dan BM sbb:
Patok terbuat dari kayu ukuran 5/7 atau bambu bulat, panjang ± 50 cm, ditanam
40 cm dan bagianatasnya ± 10 cm diberi cat merah dan paku payung.
Patok dipasang sepanjang / melingkupi batas areal irigasi yang berfungsi sebagai
kerangka pengukuran. Apabila kerangka ini terlalu besar agar dibuat menjadi beberapa
loop sesuai petunjuk Direksi.
Patok dipasang setiap jarak ±100 m untuk pengukuran sungai dan ± 50 m untuk
pengukuran saluran atau sesuai kebutuhan.
BM harus dipasang sebelum dilaksanakan pengukuran. BM dipasang di tempat yang
stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat diskripsinya,
diberi nomor dan kode sesuai petunjuk Direksi.
Pada BM dimana dilakukan pengamatan matahari harus dipasang azimuth mark sebagai
acuan azimuth.
Pemasangan BM harus direncanakan kerapatannya dan mendapat persetujuan Direksi,
sehingga memenuhi persyaratan :
o Pengukuran situasi setiap 500 ha
o Pada kerangka setiap 2,5 km dan pada tiap titik simpul.
o Bentuk dan konstruksi BM sesuai ketentuan yang berlaku (KP).
3. Pengukuran Kerangka Horisontal.
Pelaksanaan pengukuran kerangka horisontal adalah sebagai berikut:
Metode pengukuran adalah Polygon.
Alat ukur adalah Theodolite T-2 atau alat lain yang sejenis.
Alat ukur jarak yang digunakan adalah EDM atau rollmeter baja.
Jalur pengukuran polygon mengikuti jalur kerangka pengukuran.
Sudut horisontal diukur 1 (satu ) seri lengkap (B,LB).
Perbedaan sudut horisontal hasil bacaan biasa dan luar biasa ≤5”.
Untuk orientasi arah kontrol ukuran sudut harus dilakukan pengamatan matahari sesuai
petunjuk Direksi.
Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali atau bolak balik, perbedaannya harus ≤ L/7500 ( L =
jarak rata-rata).
Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 km, dan setiap ujungnya ditandai
dengan BM.
4. Pengukuran Kerangka Vertikal.
Pelaksanaan pengukuran kerangka vertikal adalah sbb.:
Menggunakan metode pengukuran sipat datar /waterpass.
[22]
Alat yang digunakan harus alat waterpass otomatis dan rambu ukur yang dilengkapi
dengan nivo.
Ketinggian / elevasi setiap titik polygon dan BM ditentukan dengan pengukuran waterpass.
Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan checking garis bidik.
Metode pengukuran waterpass adalah double stand atau pergi-pulang.
5. Pengukuran Situasi Detail.
Menggunakan metode pengukuran Tachymetri.
Alat ukur yang digunakan minimal adalah Theodolite T-0 atau yang sejenis.
Posisi titik detail ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak.
Kerapatan elevasi pada sawah maksimum tiap ± 100m.
Batas-batas petak tersier di lapangan harus diukur.
Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia harus diukur (jaringan
saluran irigasi, pembuang, jalan kampung dan lain-lain).
Pengukuran harus diikatkan pada titik tetap (BM).
6. Ketelitian Pengukuran.
Pengukuran Polygon.
i. Salah penutup polygon 10” √ N, N = jumlah titik poligon.
ii. Salah linier poligon 1 : 7.500.
Pengukuran waterpass / sipat datar.
i. Perbedaan beda tinggi antara stand I dan stand II ≤ 2 mm.
ii. Salah penutup beda tinggi 10 √D mm, D = total jarak dalam Km.
7. Uji Petik
Uji petik pengukuran polygon dan waterpass harus dilakukan dan jalurnya dipilih
memotong jalur pengukuran Konsultan.
Uji petik ketinggian sawah minimal 3 (tiga) titik perpetak tersier dengan metode tachymetri.
B.4.1.5. Penggambaran
1. Peta dasar pendahuluan skala 1 : 2.000 atau 1 : 5.000 harus memperlihatkan keadaan pada
saat dilakukan pengukuran.
2. Peta harus digambar di atas kertas kalkir 80/85 mg ukuran A1 (594 x 841 mm) dengan tata
laksana penggambaran sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi.
3. Untuk arsiran agar menggunakan kertas litratone (siloete).
4. Ukuran tulisan, angka dan ketebalan garis harus sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi
(KP-07).
5. Dari peta dasar skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000 tersebut diperkecil menjadi Peta Ikhtisar skala
1 : 10.000 atau 1 : 20.000 dengan ukuran kertas A1 (594 x 841mm). Apabila tidak tercakup
dalam satu lembar kertas A1, arah panjang boleh ditambah sesuai dengan kebutuhan tetapi
arah lebar tetap.
[23]
B.4.1.6. Persetujuan Peta dan Dokumen.
1. Peta dasar harus mencerminkan kondisi lapangan yang ada dan sebelum diserahkan harus
dibahas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Direksi/Pemberi Pekerjaan/Pemilik
pekerjaan.
2. Buku Pengukuran dan Buku Diskripsi BM harus diperiksa oleh Staf Pengawas (Supervisor
Pengukuran).
[24]
masalah air. Alternatif yang mungkin adalah meningkatkan saluran tersier menjadi saluran
sekunder atau saluran muka, atau pemindah sebagian areal ke bangunan sadap lain.
Sebaliknya jika saluran kecil yang melayani kurang dari 100ha harus dicatat untuk
direklasifikasikan sebagai saluran tersier / saluran muka kalau sekarang dianggap sebagai
saluran sekunder. Setelah dibahas dengan P3A/GabunganP3A, perubahan-perubahan
tersebut harus dimasukkan kedalam skema irigasi baru.
5. Melakukan survei dan membuat daftar yang memuat lokasi, ukuran dan type serta prakiraan
luas layanan dari bangunan sadap liar, dan memplotnya padakonsep peta dasar skala 1 :
5.000 atau 1 : 2.000 sesuai dengan pembahasan bersama P3A dan gabungan P3A.
6. Terhadap bangunan sadap liar perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
Diadakan survei lebih detail mengenai bangunan liar ini, identifikasi sebab-sebabnya
sadap liar dibuat oleh petani.
Kemudian didiskusikan dengan P3A dan gabungan P3A, untuk menetapkan usulan
apakah bangunan sadap liar tersebut ditutup sama sekali ataukah dilegalisir dengan
dibuatkan bangunan sadap tersier baru. Usulan tersebut kemudian akan ditegaskan dan
diputuskan dalam rapat System Planning.
Dalam hal bangunan sadap liar dilegalisir, Konsultan diharuskan melakukan pengukuran
untuk rencana bangunan sadap baru.
Tempat sadap yang telah disahkan harus diberi nama dan dimasukkan bersama-sama
dengan sadap lainnya d alam gambar dengan catatan “bangunan baru”. Kalau belum
diambil keputusan, sadap liar harus digambardengan garis putus-putus diatas gambar
peta dasar,skema dan potongan memanjang saluran.
7. Dalam inventarisasi ini, tim konsultan harus menyiapkan blanko usulan tentang kondisi saluran
dan bangunan. Dari hasil catatan lapangan akan disusun laporan inventarisasi yang memuat:
foto, sketsa saluran dan bangunan, lokasi sketsa, dimensi, uraian kerusakan dan draft usulan
pekerjaan.
Hal-hal yang perlu diinformasikan/ didapat dari inventarisasi ini adalah:
o Sistim jaringan yang ada (suplesi, interkoneksi) termasuk main sistim, tertiary system dan
drainage.
o Kerusakan saluran dan bangunan
o Usulan perbaikan
o Fasilitas OP yang ada
o Organisasi P3A
o Biaya OP serta prosedur pelaksanaan OP
o Usulan P3A
o Hasil wawancara/ kuesioner (bila perlu)
o Foto-foto dokumentasi
o Sketsa saluran dan bangunan
o Skema jaringan dan bangunan existing
o Data-data hidrologi/ hidrometri dan OP
[25]
o Petak tersier meliputi luas, perubahan dan permasalahan.
Hasil kegiatan ini akan diperoleh dengan input data lapangan kedalam format inventarisasi dan
formulir isian kurang lebih seperti berikut ini :
B.4.2.2. Pengumpulan Data Pendukung O&P, serta Data Hidrologi dan Hidrometri.
Meninjau dan mengamati sistem operasi yang selama inidijalankan dan mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menyusun Laporan system Planning serta Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
sebagai berikut ini:
[26]
B.4.2.3. Pembuatan Skema Jaringan Irigasi (existing).
Dibutuhkan 2 (dua) skema :
1. Skema Irigasi (saluran pembawa dan pembuang)
2. Skema bangunan.
B.4.2.7. Pengukuran Saluran dan Bangunan (jika data lama tidak tersedia atau tersedia
tetapi tidak lengkap)
Pekerjaan ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pemasangan BM dan CP.
a. Pemasangan Bench Mark (BM)
[28]
Menambah BM baru jika jarak BM yang ada lebih besar dari 2.000 m pada satu jalur
saluran.
b. Pemasangan CP.
Pada bangunan lama yang penting pada setiap dekzerk agar dipasang baut kuningan dan
diukur posisi (x,y,z), dipasang marmer dan diberi notasi / no.CP. Pada Rencana bangunan
baru agar supaya dipasang patok CP( Control Point) sesuai gambar standar dari Direksi
Pekerjaan.
2. Koordinat dan elevasi BM baru/lama diukur kembali.
3. Pemasangan patok BM baru harus sesuai dengan spesifikasi Standar Perencanaan Irigasi,
tanda-tanda nomenklatur harus dipasang dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
Konsultan bertanggungjawab atas pemasangan BM baru.
4. Membuat Diskripsi BM baru yang menunjukkan posisi letak(X,Y) dan ketinggian (Z) serta
sketsa peta lokasinya.
Deskripsi BM harus dilengkapi dengan lokasi, elevasi,referensi sipat datar BM
bersangkutan.Posisi BM diplot padapeta skala 1 : 5.000 dan dilampirkan pada halaman muka
Deskripsi BM.
Dibuat daftar koordinat + elevasi BM baru/lama dan CPbaru/lama.
Setiap perbedaan elevasi antara BM baru dan BM lama harus dijelaskan dalam bab tentang
survai dalam laporan akhir, BM yang tidak berlaku dikeluarkan dari deskripsi BM., letak patok
harus diplot dalam skema pengukuran untukmengetahui jarak secara planimetris.
5. Elevasi ambang bangunan bagi dan sadap, ketinggian mercu bangunan pengukur debit dan
elevasi bangunan saluran sebelah udik dan sebelah hilir (bangunan,pengatur, terjun, siphon
dll.) harus disipat datar dengan tepat. Untuk tujuan pengukuran sipat datar ini lokasi harus
bersih dari endapan lumpur. Semua elevasi ini akan dimasukkan di tampang memanjang
saluran.
6. Semua elevasi sawah tertinggi pada setiap petak tersier harus diukur untuk penentuan elevasi
muka air (jika diperlukan) di saluran tersier, sekunder dan induk.
7. Semua tanda muka air pada saluran (warna coklat) yang membekas agar dicatat, juga bekas
muka air pada bangunan, harus diidentifikasi guna memberikan informasi dalam menentukan
muka air yang tepat untuk pekerjaan Desain Hidrolik.
8. Mengukur dan menyipat datar tampang memanjang dan melintang dari :
Saluran Induk dan Sekunder
Saluran Suplesi.
Saluran pembuang.
Tiap Pembuang lainnya, saluran pembuang alami atau sungai yang dianggap perlu
diperbaiki dalam Program Rehabilitasi / Upgrading.
Saluran tersier yang akan ditingkatkan menjadi saluran sekunder (berdasarkan hasil
kesepakatan baik sebelum atau sesudah diskusi system planning)
9. Tampang Memanjang.
a. Tampang memanjang saluran pembawa diukur denganjarak patok @ 50 m, diukur mulai
pintu pangkal saluran primer / sekunder.
[29]
b. Setiap 500 m sepanjang saluran pembawa dipasang patok dari kayu, ukuran 5x7x120 cm
atau kayu bundardengan Ø7 cm, yang nantinya diganti dengan patok beton selama
pelaksanaan konstruksi pekerjaan rehabilitasi / upgrading.
Catatan : Pemasangan patok beton ini bukan tugas TimDesain Konsultan, kecuali Patok
BM dan CP dipasangKonsultan.
c. Penyipatan datar harus diakhiri pada bangunan terakhirdi saluran dan untuk drainase di
titik tempat masuknya drainase itu ke dalam drainase induk atau sungai.
d. Pengukuran tampang memanjang harus diikat dengan BM yang ada di sepanjang saluran.
e. Patok dipasang tiap 50 m pada bagian yang lurus dan 25 m pada belokan, atau menurut
kebutuhan.
f. Bangunan-bangunan sepanjang saluran diukur terhadap patok-patok yang mengapitnya.
g. Pengukuran harus dilakukan pergi-pulang dan doublestand.
10. Tampang Melintang.
a. Diukur setiap jarak profil 100 m untuk saluran pembawa dan 200 m untuk ruas saluran
pembuang yang lurus.Jika terdapat patahan atau ke rusakan lain pada saluranyang perlu
ditambah profil khusus untuk ketepatan kerusakan dan perhitungan volume pekerjaan.
b. Drainase gendong sepanjang saluran harus diperlakukan sebagai bagian dari tampang
melintang saluran dandisipat datar serta diplot bersama-sama dengan tampang saluran,
dalam gambar yang sama.
c. Lebar profil melintang yang diukur adalah 10 m ke kiridan 10 m ke kanan dari tepi saluran
dan dari kaki tanggulluar (jika ada tanggul) baik pada saluran pembawamaupun
pembuang. Untuk butir (b) di atas lebar profilmelintang disesuaikan seperlunya.
d. Setiap perubahan trace, tampang saluran harus diukur.
11. Persyaratan-persyaratan lain :
Alat yang digunakan penyipat datar otomatik Ni-2, NAK-1,NAK-2 atau yang setara. Jika
kondisi tidak memungkinkan dapat digunakan T-0.
Jarak diukur dengan optis dan pita ukur baja.
[31]
B.4.2.10. Pembuatan Buku Data Pendukung
1. Buku Data Pendukung O&P
Suatu Buku Pendukung Data O&P harus disusun, yang berisi data yang dikumpulkan dari
kegiatan B (B.4.2.2.) yang dibutuhkan untuk membuat / menyusun Laporan System Planning
dan Petunjuk O&P.
2. Buku Data Hidrologi dan Hidrometri
Untuk membuat/menyusun Laporan System Planning dan Buku Data Daerah Irigasi.
diperlukan pendukung Buku Data Hidrologi dan Hidrometri. Buku ini harus disusun, berisi data
yang dikumpulkan dalam kegiatan B (Bab. B.4.2.2. di atas) antara lain :
a. Data Hidrologi (Data curah hujan dan klimatologi, dll.)
b. Data Hidrometri (data debit sungai dan catatan banjir)
[32]
d. Penjajagan status pengembangan tersier, pengecekan bersama P3A dan gabungan P3A
adanya sadap baru / petak tersier baru.
e. Peninjauan dan dokumentasi cara operasi sekarang, dengan perhatian atas hal-hal
sebagai berikut :
Pembagian petak golongan pemberian air sesuai dengan ketersediaan air dan
pembagian kelompok pemakai air dalam sistem jaringan irigasi.
Mengatur / menetapkan areal layanan dan tempat penyadapan (tidak boleh ada
sadapan liar).
Menetapkan pola tanam dalam jaringan irigasi sesuai ketersediaan air dan tanaman.
Menentukan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan lainnya.
Peran serta petani P3A dan gabungan P3A dalam membantu pengelolaan O&P
irigasi.
f. Identifikasi masalah pemeliharaan dan sebab kerusakan bangunan dan sebagainya, yang
berulang-ulang untuk mengembangkan pemecahan perbaikan dengan
mempertimbangkan perhitungan hidrolis yang tepat.
g. Identifikasi kekurangan jumlah personil dan fasilitas O&P (perumahan karyawan,
komunikasi,transportasi) dan menentukan kebutuhan-kebutuhan tambahan.
h. Persiapan rencana Pemeliharaan termasuk pemakaian peralatan berat untuk
pemeliharaan.
i. Peninjauan Daftar Usulan Perbaikan Jaringan Irigasi oleh P3A dan gabungan P3A.
[33]
e. Penentuan kebutuhan air irigasi dan kebutuhan lainnya dihitung dengan memperhatikan
data pemberian air yang dipakai selama ini.
f. Perhitungan debit kemampuan (kapasitas) saluran sekarang dan penyesuaian pada
desain saluran.
g. Peninjauan rencana tanam yang ada dan revisi kalau perlu, termasuk rencana golongan,
rencana pengeringan saluran dan lain-lain.
h. Peninjauan prosedur operasi yang sekarang dan penyusunan prosedur yang tepat untuk
kondisi jaringan dengan memakai pertunjuk-petunjuk tentang prosedur operasi jaringan
irigasi.
i. Peninjauan desain jaringan irigasi untuk pengaturan dan pengukuran debit untuk
memenuhi kebutuhan operasi, dengan mempertimbangkan tersedianya staf dan fasilitas
O&P. Pada tiap batas kerja pengelolaan jaringan irigasi harus diberi fasilitas pengukur
debit.
Untuk rencana sadap tersier yang mengairi <10 ha bila tidak memungkinkan tidak perlu
memakai alat ukur.
Untuk menentukan rencana lokasi bangunan ukur dan cara mengukur air, perlu dibuat
suatu skema pengukuran dan pengaturan air yang memperlihatkan dengan jelas lokasi
bangunan-bangunan ukur ( lama dan rencana baru ) sertabangunan pengatur air. Skema
tersebut harus dibuat berdasarkan Skema Irigasi yang lengkap dengan luas petak-petak
tersier serta luas layanan tiap saluran induk / sekunder.
j. Penambahan bangunan baru dan penyempurnaan jaringan irigasi termasuk peningkatan
status saluran tersier menjadi saluran sekunder serta fasilitaslainnya seperti bangunan
terjun, lining saluran,pengatur/pengukur debit, kantor/rumah dinas dan sebagainya harus
dalam batas-batas biaya rehabilitasi dan harus dibuktikan bahwa hal tersebutmemang
benar-benar dibutuhkan.
k. Revisi nomenklatur bangunan agar sesuai denganpedoman yang berlaku.
l. Penilaian kebutuhan pegawai O&P untuk jaringanirigasi yang bersangkutan.
m. Penyusunan daftar kebutuhan fasilitas O&P termasukkantor / rumah dinas, transportasi
dan alatkomunikasi.
n. Penyusunan daftar kebutuhan fasilitas O&P P3A dangabungan P3A termasuk kantor dan
ruang pertemuan.
[34]
2. Perbaikan, peningkatan dan atau penambahanbangunan-bangunan air di saluran primer &
sekunder,seperti bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan bagisadap, bangunan / alat ukur
dan gorong-gorong, dll.
3. Perbaikan dan atau peningkatan saluran pembawaprimer dan sekunder termasuk
kemungkinan adanyaperubahan saluran tersier menjadi saluran sub sekunderatau sekunder.
4. Perbaikan dan atau penyempurnaan saluran pembuangberikut bangunan-bangunan
pelengkapnya.
5. Perbaikan dan/atau penambahan bangunan-bangunanpelengkap lainnya seperti jembatan
kendaraan / orang,tempat mandi hewan, jalan inspeksi, kantor& rumahdinas, gudang untuk
keperluan O&P dll.
6. Perbaikan dan atau penambahan pintu-pintu air.
7. Perubahan petak tersier (penggabungan / pemecahan petak tersier).
Dalam hal terjadinya perubahan kebutuhan pekerjaan rehabilitasi pada saat / setelahdilakukannya
detail desain, makaKonsultan diwajibkan merevisi daftar kebutuhan pekerjaanrehabilitasi sesuai
dengan gambar desain yang telah disetujui,sebagai salah satu pekerjaan dalam kegiatan D.
[35]
B.4.4. Uraian Kegiatan D.
Tugas-tugas dibawah ini adalah pembuatan desain rinci,perhitungan volume pekerjaan (BOQ) dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB), persiapan dokumen tender untuk rehabilitasi dan penyusunan
Pedoman O&P dan Buku Data DI.
B.4.4.1.Desain
Desain didasarkan pada gambar-gambar situasi, tampang memanjang dan melintang saluran
pembawa dan pembuang. Item-item yang didesain meliputi:
1. Perbaikan pada bangunan utama dan bangunan pelengkap.
2. Desain saluran primer dan sekunder serta bangunan ukur.
3. Melakukan perhitungan stabilitas.
[36]
a. Bangunan baru dan yang ada dimana adapekerjaan konstruksi dibawah Rehabilitasi.
b. Bangunan tanpa pekerjaan konstruksi.
Bangunan yang tidak memerlukan pekerjaan konstruksi/ rehabilitasi harus dijilid dalam satu
album terpisah dandiserahkan.
9. Selain gambar-gambar bangunan air tersebut harusdibuat juga gambar-gambar rencana
bangunan gedungbaru atau perbaikan. Lokasi semua bangunan agardigambarkan pada Peta
DI.
10. Gambar bangunan utama, bangunan besar lainnya &system irigasi termasuk perhitungan
design yangmempunyai masalah khusus harus didiskusikan terlebihdahulu bersama Direksi
Pekerjaan / Pejabat Dinas PSDAPropinsi / Proyek sebelum dilakukan finalisasi gambar.
[37]
B.4.4.5. Persetujuan Desain.
1 Draft Gambar Desain sebelum disetujui direksi dilakukan pengecekan di lapangan.
2 Seluruh detail desain dan gambar harus didiskusikan dandiasistensikan dengan Tim Direksi.
Setelah selesai, desain dan gambar-gambar diperiksa dan disetujui oleh Direksi dan Pemberi
Pekerjaan (PPK).
3 Hasil pekerjaan desain dapat diterima setelah seluruhnyadisetujui oleh Direksi dan Pemberi
Pekerjaan (PPK).
[38]
B.4.4.7. Penyusunan Dokumen Tender.
Produk Kegiatan D
1. Dokumen Tender untuk Pekerjaan Rehabilitasi.
a. Album gambar yang berisi :
Peta Daerah Irigasi skala 1:5.000
Peta Ikhtisar skala 1:10.000 atau 1:20.000
Skema Irigasi
Skema bangunan yang memperlihatkan lokasipekerjaan bangunan.
Gambar bendung/bangunan utama
Gambar-gambar tampang memanjang danmelintang saluran
Gambar-gambar bangunan air dan gedung
Gambar detail standar
b. Spesifikasi Teknis (khusus)
c. Volume Pekerjaan (BOQ),
d. Buku Daftar Pekerjaan Rehabilitasi.
2. Rencana Anggaran Biaya (RAB).
3. Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan.
4. Buku Data DI.
14. PERSONIL
Kegiatan ini memerlukan tenaga ahli nasional sekitas 15 Orang-Bulan dan tenaga pendukung sekitar
19 Orang-Bulan seperti yang ditunjukkan pada tabel 01 dengan kualifikasi yang dibutuhkan seperti
yang ditunjukkan dalam tabel 02.
[39]
Tabel 01 Kebutuhan Personil
Waktu
Jumlah Penugasan Jumlah Orang
No Uraian
Personil Bulan
Bulan
Tenaga Ahli
1 Team Leader 1 6 6
2 Ahli Bangunan Air 1 1 1
3 Ahli Hidrologi 1 2 2
4 Ahli Geodesi 1 2 2
5 Ahli Geologi/Mekanika Tanah 1 2 2
6 Ahli Estimasi Biaya 1 1 1
7 Ahli Sosial dan Ekonomi 1 1 1
Jumlah 15
Tenaga Subprofesional
1 Asisten Ahli Bangunan Air 1 1 1
2 Asisten Ahli Hidrologi 1 1 1
3 Asisten Ahli Geodesi 1 1 1
Jumlah 3
Tenaga Pendukung
1 Surveyor 1 2 2
2 CAD Operator 1 2 2
3 Administrasi 1 6 6
4 Tenaga Lokal 3 2 6
Jumlah 16
Kualifikasi
No. Posisi
Pendidikan Keahlian Pengalaman
1 Ketua Tim/Ahli minimal berpendidikan memiliki sertifikat Ahli berpengalaman profesional
Sarjana Teknik Madya minimal 2 minimal 6 (enam) tahun
Irigasi
Sipil/Pengairan (dua) tahun di bidang dalam pelaksanaan
(S1),Lulusan universitas Sumber Daya Air pekerjaan
negeri atau yang telah yang dikeluarkan oleh perencanaan/detail desain
disamakan LPJK irigasi dan/atau bendung
dan/atau
bendungan/waduk/embung,
Berpengalaman sebagai
Ketua Tim
[40]
Kualifikasi
No. Posisi
Pendidikan Keahlian Pengalaman
2 Ahli Bangunan Air Minimal Sarjana Teknik memiliki sertifikat Ahli berpengalaman
Sipil/Pengairan(S1), Muda minimal 2 tahun professional dalam
Lulusan universitas negeri di bidang Sumber pelaksanaan pekerjaan
atau yang telah Daya yang perencanaan / detail desain
disamakan dikeluarkan oleh irigasi dan/atau bendung
LPJK. dan/atau bendungan/
waduk/embung, Minimal 4
(enam) tahun
6. Ahli Operasi dan Pemeliharaan Bendung, memiliki tugas dan tanggung jawab:
- Bertanggung jawab Terhadap Kegiatan Yang Menyangkut Aspek Operasional Pemeliharaan
- Membantu Team Leader dalam membuat laporan-laporan dan/atau diskusi
- Melakukan Pemeriksaan Terhadap Tingkat Kesulitan masing-masing item pekerjaan
- Menghitung kebutuhan sumber daya
- Melaksanakan pekerjaan perawatan komponen-komponen bangunan
- Mengkoordinir pelaksanaan pengujian kelayakan hasil pekerjaan perawatan
- Membuat laporan pekerjaan
[43]
15. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini berupa laporan-laporan yang secara rinci
tercantum dibawah ini.
b. Laporan Pendahuluan
Konsultan diwajibkan menyerahkan Laporan Pendahuluan yang memuat:
Hasil Peninjauan lapangan
Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh.
Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya.
Jadual kegiatan penyedia jasa.
Kondisi topografi
Referensi
Data-data sekunder
Kurva S dan jadwal matriks
Tata guna lahan dari pemda setempat (Bappeda dan BPS)
Konsep Laporan Pendahuluan diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan. Konsep Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 20 (dua puluh) buku laporan untuk
didiskusikan. Hasil perbaikan setelah diskusi Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
buku laporan untuk diserahkan.
c. Laporan Bulanan
Konsultan diwajibkan menyerahkan Laporan Bulanan yang memuat:
Kemajuan pekerjaan periode sebelumnya.
Permasalahan yang dihadapi.
Rencana kegiatan bulan berikutnya.
Lampiran-lampiran lain yang dibutuhkan, seperti foto-foto pelaksanaan dan daftar hadir
personil.
Laporan ini harus diserahkan setiap akhir bulan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
[44]
d. Laporan Antara/Interim
Konsultan diwajibkan menyerahkan Laporan Antara yang memuat:
Kemajuan pekerjaan.
Hasil data primer
Analisis data.
Usulan system planning.
Hasil sementara pelaksanaan pekerjaan dilaporkan paling lambat pada akhir periode pertengahan
masa proyek. Konsep Laporan Pertengahan dibuat sebanyak 20 (dua puluh) buku laporan untuk
didiskusikan. Hasil perbaikan setelah diskusi Laporan Pertengahan dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
buku laporan untuk diserahkan.
g. Laporan Akhir
Laporan Akhir diserahkan setelah diadakan perbaikan sesuai hasil diskusi Konsep Laporan Akhir.
Laporan Akhir diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan pada akhir masa kontrak bersama-
sama dengan:
1. Laporan Penunjang masing-masing terdiri dari:
a) Laporan Ringkasan = 10 Rangkap
b) Laporan topografi = 5 Rangkap
c) Laporan deskripsi BM = 5 Rangkap
d) Laporan Hidrologi = 5 Rangkap
e) Laporan Nota Desain = 5 Rangkap
f) Laporan MekanikaTanah = 5 Rangkap
g) Dokumen Tender / Spesifikasi Teknis/Metode Pelaksanaan = 5 Rangkap
h) Laporan Rencana Anggaran Biaya dan Harga Satuan = 5 Rangkap
i) Laporan Sosial Ekonomi = 5 Rangkap
j) Laporan Manual OP dan PROM = 5 Rangkap
k) Laporan Gambar dan Peta :
- Kalkir Gambar Desain ukuran A1 = 5 Rangkap
- Copy Gambar Desain ukuran A1 = 5 Rangkap
- Copy Gambar Desain ukuran A3 (diperkecil = 5 Rangkap
- Kalkir Peta skala 1 : 10.000 ukuran A1 = 5 Rangkap
- Copy Peta skala 1 : 10.000 ukuran A1 = 5 Rangkap
- Kalkir Peta situasi skala 1 : 2.000 ukuran A1 = 5 Rangkap
[45]
16. Technical Meeting
Setiap penyedia jasa wajib mengikuti technical meeting sebelum melakukan survei pendahuluan.
17. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen
i) Peralatan, Akomodasi dan Ruang Kantor
Pemilik pekerjaan tidak menyediakan peralatan, akomodasi dan ruangan kantor serta
perlengkapannya sehingga perlu disediakan sendiri oleh Penyedia Jasa.
ii) Laporan dan Data
Laporan dan data yang berkaitan dengan pekerjaan ini dapat diperoleh informasi melalui
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Dinas PSDA Provinsi Sulawesi Selatan, Cipta Karya
Provinsi atau proyek/instansi terkait lainnya.
iii) Personil
Pemilik pekerjaan akan menunjuk pejabat/petugas selaku Direksi dan Supervisi Pekerjaan yang
akan mendampingi dan mengawasi secara langsung pelaksanaan pekerjaan jasa konsultansi.
iv) Fasilitas yang disediakan oleh pemilik pekerjaan yang dapat digunakan oleh Penyedia Jasa.
Pemilik pekerjaan akan membantu kebutuhan data yang tersedia bila ada, bila tidak ada dapat
mencari sendiri pada instansi/lembaga terkait.
[46]