Anda di halaman 1dari 109

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sangat terkenal dengan letak yang sangat strategis sehingga
memiliki tanah yang sangat subur dan sangat cocok untuk bidang pertanian.
Salah satu target pemerintah saat ini adalah menjadikan Indonesia sebagai
negara swasembada pangan. Sehingga dicanangkan berbagai program
pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut, bahkan daerah-daerah terpencil
dan tertinggal diupayakan untuk berkembang seperti Propinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) yang diketahui bahwa pertanian merupakan mata pencaharian
pokok masyarakat. Salah satu faktor yang sangat berperan dalam
meningkatkan pertanian adalah ketersediaan air.
Wilayah NTT merupakan salah satu daerah yang selalu mengalami
kekeringan dan kekurangan air. Seperti halnya yang terjadi di desa Oesao,
Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Masyarakat mengatakan
kekeringan dan kesulitan air menyebabkan hasil panen menurun setiap
tahunnya karena kegiatan pertanian hanya mengandalkan air yang tersedia
ketika musim hujan saja, selain itu tidak tersedianya Saluran Irigasi Teknis
juga mempengaruhi penyaluran air ke daerah Irigasi karena saluran irigasi
non teknis (saluran tanah) yang tersedia tidak bisa diatur untuk mengukur dan
membagikan debit air yang merata kepada masyarakat. Selain itu saluran
irigasi non teknis pun dianggap tidak efektif karena saluran tanah selalu
mengalami kebocoran sehingga debit air yang dialirkan keluar untuk mengairi
daerah irigasi banyak yang terbuang dan tidak sampai ke daerah tujuan. Hal
ini tentu berdampak pada hasil panen masyarakat, menurunnya hasil panen ini
juga berdampak pada Perekonomian masyarakat daerah setempat. Untuk
menjawab hal tersebut maka Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Satuan Kerja PJPA
melakukan Rehabilitasi jaringan irigasi, untuk meningkatkan fasilitas lahan
pertanian, baik peningkatan maupun pemeliharaan irigasi yang diharapkan

1
dapat membantu masyarakat khususnya para petani dalam mengolah lahan
pertanian untuk menghasilkan kebutuhan pangan di Desa Oesao, Kecamatan
Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan nomor
DIPA SP DIPA-033.06.1.498267/2020 dan nilai kontrak sebesar Rp.
16.463.840.000,- (Enam Belas Milyar Empat Ratus Enam Puluh Tiga
Juta Delapan Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah)
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan keterampilan maka
Politeknik Negeri Kupang melakukan pengembangan mahasiswa khususnya
pada Jurusan Teknik Sipil melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL), serta
melatih Mahasiswa untuk menjadi tenaga-tenaga profesional yang siap terjun
di dunia kerja.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis mengambil Judul
Praktek Kerja Lapangan ( PKL )sebagai berikut:
“ TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN SALURAN SEKUNDER
PADA PROYEK REHABILITASI JARINGAN IRIGASI SUB D.I
DALAM KOM D.I OESAO KECAMATAN KUPANG TIMUR,
KABUPATEN KUPANG” yang dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober s/d
19 Desember 2020.

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar Belakang diatas, adapun yang menjadi subyek dalam
peninjauan selama Praktek Kuliah Lapangan ( PKL ) yang disimpulkan
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan Saluran Sekunder pada
Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SUB D.I Dalam Kom D.I Oesao,
Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang?
2. Bagaimana Menghitung Volume pekerjaan Saluran Sekunder pada
Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SUB D.I Dalam Kom D.I Oesao,
Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang ?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini
adalah :
Untuk menjelaskan proses pelaksanaan pekerjaan Saluran
Sekunder pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SUB D.I. Dalam Kom
D.I. Oesao, Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.

1.4 Tujuan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )


Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini
adalah :
1. Mahasiswa mampu memahami proses pelaksanaan pekerjaan
yang ada di lapangan.
2. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang diperoleh sealama kuliah dalam suatu
kerja nyata dilapangan dan sebagai pengetahuan baru bagi
mahasiswa khususnya jurusan Teknik Sipil.
1.4.1. Tujuan Proyek
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Proyek antara
lain :
1. Membantu menyediakan pasokan air untuk kebutuhan sehari-
hari, untuk kebutahan pertanian dan juga untuk peternakan
masyarakat Desa Oesao pada musim kemarau.
2. Membantu dalam mengatur sistem pembagian air untuk
kebutuhan sawa masyarakat Desa Oesao.

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan


Mengingat waktu PKL yang terbatas dan item pekerjaan yang tinggal
sedikit, maka topik tinajauan yang diambil adalah Tinjauan pekerjaan Saluran
Sekunder :
 Pekerjaan Persiapan ( sudah dikerjakan )
 Pekerjaan Galian ( sudah dikerjakan )
 Pekerjaan Pengecoran lantai kerja Saluran Sekunder

3
 Pekerjaan Perakitan besih tulangan Saluran Sekunder
 Pekerjaan Pengecoran Saluran Sekunder

1.6 Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dan informasi guna penulisan laporan Praktek
Kerja Lapangan ( PKL ) maka penulis menggunakan metode :
a. Metode observasi yaitu meninjau dan mengamati secara langsung
pekerjaan yang dilaksanakan dilapangan serta melihat teknis
pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi kerja.
b. Metode wawancara yaitu penulis menanyakan secara langsung kepada
pengawas proyek dan pada pekerja mengenai data yang diperlukan.
c. Studi pustaka yaitu penulis membaca berbagai sumber buku yang
berkaitan dengan pekerjaan Saluran Sekunder.

1.7 Sistematika Laporan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.5 Ruang Lingkup PKL
1.6 Metode Pengumpulan Data
1.7 Sistematika Laporan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PELAKSANAAN

3.1 Tinjauan Umum


3.2 Menejemen Proyek
3.3 Tinjauan Khusus
3.4 Pengendalian Pelaksanaan Kerja

4
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak ( PP
Nomor 20 Tahun 2006 ). Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang
menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang
produksi pertanian (Mawardi, 2007).
Jaringan irigasi adalah kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi mulai dari pengambilan, pembagian, pemberian
dan penggunaan. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006
tentang jaringan irigasi, yang dimaksud adalah saluran, bangunan dan
bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan
untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air
irigasi, jaringan irigasi dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Jaringan Irigasi Primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran pembuangnya,
bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan
pelengkapnya.
2. Jaringan Irigasi Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang
terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangnya, bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya.

Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan


jaringan irgasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya. Sedangangkan
rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula (PP Nomor 20
tahun 2006).

6
2.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan buku Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01 Tahun 2013
tentang jaringan irigasi, cara pengaturan pengukuran aliran air dan
lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan
yakni:
1. Jaringan Irigasi Sederhana
2. Jaringan Irigasi Semiteknis, atau
3. Jaringan Irigasi Teknis.

Tabel 2.1 klasifikasi jaringan Irigasi


Klasifikasi Jaringan Irigasi
No. Jaringan Irigasi Teknis Semiteknis Sederhana

1 Bangunan Utama Bangunan Bangunan permanen Bangunan


Permanen atau semi permanen sementara

Kemampuan
bangunan dalam
2 mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit

Saluran irigasi dan Saluran


3 Jaringan saluran Saluran irigasi dan pembuang tidak irigasi dan
pembuang terpisah sepenuhnya terpisah pembuang
jadi satu

Belum Belum ada


4 Petak tersier Dikembangkan dikembangkan jaringan
sepenuhnya atau idensitas terpisah yang
bangunan tersier dikembangka
jarang n
Efisiensi secara Tinggi 50%-60% Sedang 40% – 50% Kurang <
5 keseluruhan (Ancar-ancar) 40%
(Ancar-ancar)
(Ancar-ancar)
6
Ukuran Tak ada batasan Sampai 2.000 ha Tak lebih dari
500 ha

7 Jalan Usaha Tani Ada keseluruh Hanya sebagian Cenderung


areal areal tidak ada
• Ada instansi
8 Kondisi O&P yang menangani Belum teratur Tidak ada
• Dilaksanakan
teratur O&P
(Sumber : KP 01 tahun 2013)

7
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur
fungsional pokok, yaitu:
1. Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk,
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke
petak-petak tersier,
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem
pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-
sawah dan kelebihan air ditampung didalam suatu sistem
pembuangan didalam petak tersier,
4. Sistem pembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk
membuang kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran
alamiah.
2.2.1 Jaringan Irigasi Sederhana
Didalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air
lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air itu
tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi yang sama, sehingga tidak
memerlukan keterlibatan pemerintah didalam organisasi jaringan irigasi
semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan
berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak
diperlukan teknik yang sulit untuk sistem pembagian airnya.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi tetapi
memiliki kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada
pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah
yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah
rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak penyadapan yang
memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap desa
membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan
pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen, maka umurnya mungkin
pendek ( KP 01 tahun 2013)

8
Gambar 2.1 Jaringan Irigasi Sederhana
(Sumber : KP 01 tahun 2013)

2.2.2 Jaringan Irigasi Semiteknis


Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi
sederhana dan jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan semiteknis ini
bendungnya terletak di sungai lengkap dengan bangunan pengambilan dan
bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa
bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya
serupa dengan jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa pengambilan
dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah
layanan pada jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung
oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika
bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena
diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini
Kementerian Pekerjaan Umum (KP 01 tahun 2013)

9
Gambar 2.2 jaringan irigasi semiteknis
(Sumber : KP 01 tahun 2013)

2.2.3 Jaringan Irigasi Teknis


Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah
pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini
berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai
dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran
irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang
mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah
yang kemudian akan diteruskan ke laut.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas
keseluruhan yang idealnya maksimum 50 ha, tetapi dalam keadaan tertentu
masih bisa ditolerir sampai seluas 75 ha. Perlunya batasan luas petak
tersier yang ideal hingga maksimum adalah agar pembagian air di saluran
tersier lebih efektif dan efisien hingga mencapai lokasi sawah terjauh (KP
01 tahun 2013)
Permasalahan yang banyak dijumpai di lapangan untuk petak tersier
dengan luasan lebih dari 75 ha antara lain:

10
1. dalam proses pemberian air irigasi untuk petak sawah terjauh sering
tidak terpenuhi,
2. kesulitan dalam mengendalikan proses pembagian air sehingga sering
terjadi pencurian air,
3. banyak petak tersier yang rusak akibat organisasi petani setempat yang
tidak terkelola dengan baik.

Semakin kecil luas petak dan luas kepemilikan maka semakin


mudah organisasi setingkat P3A/GP3A untuk melaksanakan tugasnya
dalam melaksanakan operasi dan pemeliharaan. Petak tersier menerima air
di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan
pembawa yang diatur oleh Institusi Pengelola Irigasi.
Pembagian air didalam petak tersier diserahkan kepada para petani.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan
air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter
dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip diatas
adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan
waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran,
pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien.
Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja
dari jaringan (pembawa) utama, hal ini akan memerlukan jumlah
bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, eksploitasi yang lebih baik
dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan apabila setiap
petani diizinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa.
Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak
akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama. Dalam hal-hal
khusus, dibuat sistem gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang
digabung). Walaupun jaringan ini memiliki keuntungan tersendiri, dan
kelemahan- kelemahannya juga amat serius sehingga sistem ini pada
umumnya tidak akan diterapkan.

11
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam
ini adalah pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan
saluran lebih rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek
dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan
semacam ini lebih sulit diatur dan dioperasikan sering banjir, lebih cepat
rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Bangunan-
bangunan tertentu didalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat
seperti bendung dan relatif mahal.

Gambar 2.3 Jaringan Irigasi Teknis


(Sumber : KP 01 tahun 2013)

2.3 Bangunan
2.3.1 Bangunan Utama
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk
membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk
keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen
yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu
atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan)

12
kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan
pelengkap.(KP 01 tahun 2013)
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori,
bergantung kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
kategori.
a. Bendung Gerak
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk
meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.
Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command
area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu
yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi
banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung
adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air
sungai untuk keperluan irigasi.
b. Bendung Karet
Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh bendung yang
terbuat dari karet dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai
dudukan tabung karet serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan
beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang dan
mengempisnya tabung karet. Bendung berfungsi meninggikan muka
air dengan cara mengembangkan tubuh bendung dan menurunkan
muka air dengan cara mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari
tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara
atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen
pengontrol udara atau air (manometer).
c. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur
tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka
air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumah air
yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.

13
d. Pengambilan dari Waduk (Reservoir)
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada
waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu
terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk
mengatur aliran sungai.
Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi
seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik,
pengendali banjir, perikanan dsb. Waduk yang berukuran lebih kecil
dipakai untuk keperluan irigasi saja.
e. Stasiun Pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan
secara gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun
ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal
kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal.

2.3.2 Jaringan Irigasi


a. Saluran Irigasi
1. Jaringan Irigasi Utama
- Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan
ke petak- petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir, lihat juga Gambar 2-1.
- Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
- Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke
jaringan irigasi primer.
- Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier
ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya.
Saluran ini termasuk dalam wewenang Dinas Irigasi dan oleh sebab
itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.

14
2. Jaringan Saluran Irigasi Tersier
- Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas
ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir.
- Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.
- Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter
sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di
lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses petani dari dan ke
sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling
ujung.
- Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar
petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan
pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili
wilayah P3A atau GP3A setempat.
3. Garis Sempadan Saluran
- Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka perlu
ditetapkan garis sempadan saluran dan bangunan irigasi yang
jauhnya ditentukan dalam peraturan perundangan sempadan
saluran.(KP 01 tahun 2013)

15
Gambar 2.4 Saluran Primer dan Sekunder
(Sumber : KP 01 tahun 2013)

b. Saluran Pembuang
1. Jaringan Saluran Pembuang Tersier
- Saluran pembuang kuarter terletak didalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut
kedalam saluran pembuang tersier.
- Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier
yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan
menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawah-
sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.
2. Jaringan Saluran Pembuang Utama
- Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer
atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah
irigasi.
- Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering
berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air
tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut (KP 01 tahun 2013)

16
2.3.3 Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi
dengan pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air
irigasi sesuai jumlah dan pada waktu tertentu (KP 01 tahun 2013)
Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-
kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan
sistem proporsional. Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat
ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama.
2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.
Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam
irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan
sistem golongan.
Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu
dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.
a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu
titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran
atau lebih.
b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau
sekunder ke saluran tersier penerima.
c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian
bangunan.
d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran
atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter).
2.3.4 Bangunan-Bangunan Pengukur dan Pengatur
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang
saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun
tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran
atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur aliran bawah (underflow).
Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur
aliran air (KP 01 tahun 2013)

17
Tabel 2.2 Alat-alat Ukur
Tipe Mengukur dengan Mengatur
Bangunan ukur ambang lebar Aliran Atas Tidak
Bangunan ukur Parshall Aliran Atas Tidak
Bangunan ukur Cipoletti Aliran Atas Tidak
Bangunan ukur Romijn Aliran Atas Ya
Bangunan ukur Crump-de Gruyter Aliran Bawah Ya
Bangunan sadap pipa sederhana Aliran Bawah Ya
Constant-Head Orifice (CHO) Aliran Bawah Ya
(Sumber : KP 01/2013)
Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan, bangunan
ukur yang dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu
banyak, dan diharapkan pula pemakaian alat ukur tersebut bisa benar-
benar mengatasi permasalahan yang dihadapi para petani. KP-04
Bangunan memberikan uraian terinci mengenai peralatan ukur dan
penggunaannya.
Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya :
- Di hulu saluran primer
Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran
dan pintu sorong atau radial untuk pengatur.
- Di bangunan bagi bangunan sadap sekunder
Pintu Romijn dan pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur
dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang
lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk
saluran primer.
- Bangunan sadap tersier
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau
jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de
Gruyter. Di petak-petak tersier kecil disepanjang saluran primer
dengan tinggi muka air yang bervariasi dapat dipertimbangkan untuk
memakai bangunan sadap pipa sederhana, di lokasi yang petani tidak
bisa menerima bentuk ambang sebaiknya dipasang alat ukur parshall
atau cut throat flume.
Alat ukur parshall memerlukan ruangan yang panjang, presisi yang

18
tinggi dan sulit pembacaannya, alat ukur cut throat flume lebih pendek
dan mudah pembacaannya.

2.3.5 Bangunan Pengatur Muka Air


Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka
air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk
dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang
dapat distel atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat
disetel dianjurkan untuk menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya.
Bangunan-bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat dimana
tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got
miring (chute). Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di
saluran dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium (trapezoidal
notch) (KP 01 tahun 2013)
2.3.6 Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas
hilir saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau
subkritis (KP 01 tahun 2013)
a. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis
Bangunan pembawa dengan aliran tempat dimana lereng medannya
maksimum saluran. Superkritis diperlukan di tempat lebih curam
daripada kemiringan maksimal saluran. (Jika ditempat dimana
kemiringan medannya lebih curam daripada kemiringan dasar
saluran, maka bisa terjadi aliran superkritis yang akan dapat
merusak saluran. Untuk itu diperlukan bangunan peredam).
1.Bangunan Terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi)
dipusatkan di satu tempat bangunan terjun bisa memiliki terjun
tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi energi mencapai
beberapa meter, maka konstruksi got miring perlu
dipertimbangkan.
2.Got Miring

19
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas
medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan
tinggi energi yang besar. Got miring berupa potongan saluran
yang diberi pasangan (lining) dengan aliran superkritis, dan
umumnya mengikuti kemiringan medan alamiah.
b. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis (bangunan silang)
1. Gorong-Gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat dimana saluran lewat
dibawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang
lewat dibawah saluran. Aliran didalam gorong-gorong umumnya
aliran bebas.
2. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran
lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-
lembah. Aliran didalam talang adalah aliran bebas.
3. Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan
gravitasi dibawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau
sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air dibawah jalan,
jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon
merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan
air secara penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan.
4. Jembatan Sipon
Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar
tinggi tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan
pendukung diatas lembah yang dalam.
5. Flum (Flume)
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
melalui situasi- situasi medan tertentu, misalnya:
- flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air disepanjang
lereng bukit yang curam.
- flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air

20
irigasi lewat diatas saluran pembuang atau jalan air lainnya.
- flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way)
terbatas atau jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat
potongan melintang saluran trapesium biasa.
Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi empat
atau setengah bulat. Aliran dalam flum adalah aliran bebas.
6. Saluran Tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu
daerah dimana potongan melintang harus dibuat pada galian yang
dalam dengan lereng-lereng tinggi yang tidak stabil. Saluran
tertutup juga dibangun di daerah-daerah permukiman dan di
daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan banjir. Bentuk
potongan melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun
adalah segi empat atau bulat. Biasanya aliran didalam saluran
tertutup adalah aliran bebas.
7. Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran
memungkinkan untuk saluran tertutup guna mengalirkan air
melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi. Biasanya aliran
didalam terowongan adalah aliran bebas.
2.3.7 Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari
luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan
air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang
berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar
saluran (KP 01 tahun 2013)
a. Bangunan Pembuang Silang
Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling
umum digunakan sebagai lindungan-luar, lihat juga pasal mengenai
bangunan pembawa.
Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil melintas saluran pembuang
yang besar. Dalam hal ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk

21
membawa air irigasi dengan sipon lewat dibawah saluran pembuang
tersebut.
Overchute akan direncana jika elevasi dasar saluran pembuang
disebelah hulu saluran irigasi lebih besar daripada permukaan air
normal di saluran.
b. Pelimpah (Spillway)
Ada tiga tipe lindungandalam yang umum dipakai, yaitu saluran
pelimpah, sipon pelimpah dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur
pelimpah diperlukan tepat di hulu bangunan bagi, di ujung hilir
saluran primer atau sekunder dan di tempat-tempat lain yang
dianggap perlu demi keamanan jaringan. Bangunan pelimpah
bekerja otomatis dengan naiknya muka air.
c. Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment Excluder)
Bangunan ini dimaksudkan untuk mengeluarkan endapan sedimen
sepanjang saluran primer dan sekunder pada lokasi persilangan
dengan sungai. Pada ruas saluran ini sedimen diijinkan mengendap
dan dikuras melewati pintu secara periodik.
d. Bangunan Penguras (Wasteway)
Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan
dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran
bila diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, bangunan ini
dapat digabung dengan bangunan pelimpah.
e. Saluran Pembuang Samping
Aliran buangan biasanya ditampung di saluran pembuang terbuka
yang mengalir pararel disebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran
ini membawa air ke bangunan pembuang silang atau, jika debit
relatif kecil dibanding aliran air irigasi ke dalam saluran irigasi itu
melalui lubang pembuang.
f. Saluran Gendong
Saluran gendong adalah saluran drainase yang sejajar dengan
saluran irigasi, berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) dari
luar areal irigasi yang masuk ke dalam saluran irigasi. Air yang

22
masuk saluran gendong dialirkan keluar ke saluran alam atau
drainase yang terdekat.
2.3.8 Jalan dan Jembatan
Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.
Masyarakat boleh menggunakan jalan- jalan inspeksi ini untuk keperluan-
keperluan tertentu saja.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya,
maka tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut.
Biasanya jalan inspeksi terletak disepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan
dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang
saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi
dengan jalan umum.
Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter
sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan
jalan petani yang rusak atau tidak ada sama sekali sehingga akses petani
dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang
paling ujung (KP 01 tahun 2013)

2.3.9 Bangunan Pelengkap


Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi
terhadap banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang
besar. Pada umumnya tanggul diperlukan disepanjang sungai disebelah
hulu bendung atau disepanjang saluran primer.
Fasilitas-fasilitas operasional diperlukan untuk operasi jaringan
irigasi secara efektif dan aman. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain
meliputi antara lain: kantor-kantor di lapangan, bengkel, perumahan untuk
staf irigasi, jaringan komunikasi, patok hektometer, papan eksploitasi,
papan duga, dan sebagainya (KP 01 tahun 2013)
Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran
meliputi:
- Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman

23
sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat;
- Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk
memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak
lereng;
- Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon dan
gorong- gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut;
- Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.
- Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara
petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian
permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembangunannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta letaknya di setiap
bangunan sadap/offtake.
2.4 Metode Pelaksanaan Teknis di Lapangan
A. PEKERJAAN SALURAN
a) Pekerjaan Pembersihan
 Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membersihkan lokasi dari segala
sesuatu yang dapat menghambat pekerjaan nantinya.
 Pekerjaan perintisan dan pembersihan (clearing an grubbing)
mencakup penebangan semak-semak dan pohon, pembongkaran akar-
akar pohon, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah yang dipadatkan
kemudian membakar atau membuang ke luar areal pekerjaan.
 Pekerjaan Kosrekan ini dilakukan untuk merapikan tanah yang sudah
dilakukan pekerjaan perintisan. Pekerjaan ini dilaksanakan pada
semua bidang areal pekerjaan dimana akan dilakukan pekerjaan
timbunan.
 Setelah lahan bersih maka areal yang akan ditimbun tersebut
dikupas dengan mengunakan buldoser, besaran kupasan dengan
tebal ± 20 cm atau sesuai spesifikasi teknik dengan persetujuan
direksi pekerjaan.
 Hasil kupasan dibuang dikanan kiri lokasi yang tidak mengganggu
pekerjaan.

24
Gambar 2.5 Pembersihan Lokasi

(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)


b) Pembongkaran Pasangan Batu/ Beton Lama
Untuk Pekerjaan pembongkaran pasangan batu/ beton existing dilakukan
dengan menggunakan alat berat excavator. Dengan metode kerjanya
sebagai berikut:

 Pembongkaran dilakukan pada bagian-bagian pasangan batu/ beton


lama yang akan direhab.
 Sebelum melakukan pembongkaran, terlebih dahulu dilakukan
pengukuran untuk mengetahui besarnya volume pembongkaran
yang akan dilaksanakan.
 Setiap hasil bongkaran (material yang tidak bisa terpakai lagi)
dibersihkan atau dibuang ke titik yang sudah ditentukan untuk
buangan hasil bongkaran.
 Pembongkaran dilakukan dengan sistematik agar tidak mengganggu
kegiatan yang lain.
 Pelaksana harus memantau setiap pekerjaan pembongkaran untuk
mengarahkan operator Excavator agar tidak terjadi kesalahan
pembongkaran yang telah ditentukan dalam gambar kerja.

25
Gambar 2.6 Pembongkaran pada struktur lama
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
c) Galian Tanah & Galian Batu termasuk Perapihan Galian
Untuk pekerjaan galian tanah biasa digunakan dengan alat berat
excavator di laksanakan pada pekerjaan galian untuk bangunan
dengan metode kerja sebagai berikut :

 Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian dengan material hasil


galian berupa tanah pada umumnya, yang dengan mudah
dapat dilaksanakan dengan mengunakan alat berat berupa
Excavator.
 Seluruh galian dikerjakan sesuai dengan batas – batas dan
kedalaman yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau sesuai dengan yang
diarahkan / ditunjukkan oleh Direksi.
 Galian tanah untuk saluran ini akan dibuat kemiringan pada sisi-
sisinya untuk menghindari tanah yang longsor. Kemiringan yang
rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki.
 Penggalian dilaksanakan secara sistematik agar tidak mengganggu
pekerjaan lain.
 Pelaksana pekerjaan harus selalu standby untuk
mengarahkan Operator excavator dalam bekerja serta memantau
kedalaman galian.
 Hasil galian dibuang disekitar lokasi yang akan dipergunakan
untuk tumbunan kembali, dimana dipilih tanah yang memenuhi

26
syarat, untuk tanah yang tidak memenuhi syarat dibuang ke tempat
pembuangan dengan persetujuan direksi pekerjaan.
 Begitu seterusnya sampai pekerjaan selesai sesuai dengan
gambar kerja dan perhitungan dalam pembuatan MC – 0%.

Gambar 2.7 Galian tanah


(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
d) Timbunan / Urugan Tanah Dipadatkan
 Pekerjaan timbunan atau urugan tanah kembali dipadatkan
dilaksanakan dengan metode kerja sesuai dengan spesifikasi teknis
yang telah ditentukan,
 Timbunan tanah dilaksanakan dengan cara dump truck yang
menumpah material timbunan kemudian dihampar oleh buldozer.
Kemudian dipadatkan dengan menggunakan Vibro roller.

Gambar 2.8 Timbunan tanah


(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
 Pemadatan dilakukan secara lapis demi lapis dan dipadatkan
dengan mengunakan Vibroroler dan stamper, semua pelaksanaan

27
timbunanan tanah ini dilaksanakan dengan ketentuan dan spesikasi dan
persetujuan direksi pekerjaan,
 Sebelum dilakukan pekerjaan ini langkah pertama yang dilakukan
adalah membuat patok profil yang menandakan batas permukaan dari
timbunan nantinya. Setelah itu maka dapat dilaksanakan pekerjaan
timbunan tanah yang didatangkan dari borrow area dengan jarak, 5 – 7
Km, 7 – 9 Km, 9 – 10 Km, 9 -10 Km, 10 – 12 Km, 12 – 14 Km,
dengan mengunakan dump truck.
 Bahan untuk timbunan ini menggunakan tanah pilihan yang homogen ,
bersih dan bebas dari lumpur , humus , akar - akar dan bahan organik
lain.
 Bahan - bahan hasil galian dari borrow dimana tanah tersebut sudah
diadakan pengujian dan disetujui oleh direksi pekerjaan.
 Pembuatan tanggul / timbunan dipadatkan menurut profil dan
ukuran yang seperti yang ditunjukan dalam gambar dalam atau yang
ditetapkan oleh Direksi.
 Bahan untuk Konstruksi tanggul / timbunan harus dihamparkan
menurut ketebalan 30 cm dan kemiringan 1 : 25 atau seperti ditunjukan
dalam gambar.
 Bahan material yang dipergunakan harus dihamparkan lapis demi lapis
menggunakan Bulldozer mendatar selebar tanggul / timbunan ,
ditambah masing - masing 40 cm diluar profil lereng tanggul timbunan
rencana untuk kemudahan dalam pekerjaan.
 Sebelum penghamparan bahan - bahan tersebut dilakukan, Pengawas
dapat menentukan agar terlebih dahulu menyiapkan lapisan awal
torehan sedalam sekitan 2 cm
 Seluruh lebar hamparan bahan tanggul / timbunan tersebut harus
dipadatkan dengan alat pemadat yang sesuai dan disetujui oleh Direksi,
sehingga mencapai kepadatan maksimum seperti ditentukan oleh
Direksi.
 Pemadatan harus dilakukan selapis demi selapis dengan hasil
kepadatan mencapai 95% atau yang disetujui Direksi. Setiap lapis harus

28
diuji kepadatannya sehingga nanti akan didapat berapa lintasan yang
dibutuhkan untuk lapis - lapis selanjutnya.
 Untuk mencapai timbunan yang direncanakan, maka harus
memperhitungkan kebutuhan tanah timbunan akibat adanya
penyusutan tanah dengan cara menambah ekstra ketinggian
secukupnya.
 Dalam pelaksanaan timbunan tanah dipadatkan dari borrow area akan
selalu dilakukan pengujian perlayer untuk memastikan hasil kepadatan
maksimal dengan cara pengujian sandcone.

Sand cone test dilakukan untuk pemeriksaan kepadatan tanah dilapangan


dengan menggunakan pasir ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang
mempunyai sifat kering, bersih, keras tidak memiliki bahan pengikat sehingga
dapat mengalir bebas.

Pasir Ottawa yang digunakan adalah lolos saringan no. 10 dan tertahan
disaringan no. 200

Peralatan yang digunakan untuk uji sand cone

 Alat untuk mencari volume lubang tanah,antar lain :


·    Botol transparan kapasitas 4 ltr

·    Corong kerucut Ø 16.51 cm dengan kran

·    Pelat ukuran 30.48 x 30.48 cm dengan lubang Ø 16.51 cm di tengahnya

·    Empat buah paku ukuran 5”

 Timbangan dengan ketelitian 1 gr


 Palu,sendok,kuas,pahat
 Peralatan pemeriksaan kadar air diantaranya krus dan oven
 Pasir ottawa lolos saringan no.10 dan tertahan di saringan no.200
 Kontainer dan ember plastic

29
Gambar 2.9 Proses pelaksanaan sand cone
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
Prosedur

 Pelaksanaan di loboratorium
Penentuan berat isi pasir

 Isi botol dengan pasir secukupnya


 Timbang berat container (w) dan hitung volumenya
 Letakkan botol dalam keadaan terbalik di atas container sehingga
corong menempel pada bagian atas kontainer
 Buka kran secar perlahan sehingga pasir dalam botol mengalir bebas
ke dalam kontainer
 Setelah kontainer penuh,tutup krandan botol diangkat
 Menentukan berat pasir dalam corong
 Botol diisi dengan pasir secukupnya dan ditimbang beserta corong
(w3)
 Letakkan botol terbalik di atas plat kaca yang kering dan bersih
 Kran dibuka perlahan hingga pasir memenuhi corong
 Semua hasil dicatat.
 Pelaksanaan di lapangan
 Isi botol dengan pasir secukupnya lalu timbang dan catat
 Ember plastik ditimbang lalu catat beratnya
 Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa

30
 Letakkan plat corong pada permukaan yang telah dikokohkan
keempat sisinya dengan paku
 Gali lubang sedalam 10 – 15 cm membentuk permukaan corong.
 Tanah galian diletakkan di ember plastik kemudian timbang
 Letakkan botol dengan posisi terbalik pada plat dasar yang telah
digali lalu kran dibuka hingga pasir memenuhi lubang galian
 Timbang botol berisi sisa pasir
 Hitung berat pasir dalam lubang dengan cara mengurangkan berat
pasir dalam (lubang + corong) dengan berat pasir dalam corong
yang telah ditimbang di laboratorium.

e) Buangan Tanah Hasil Galian


 Setelah hasil galian telah menumpuk banyak maka selanjutnya dapat
dilaksanakan pembuangan hasil galian yang tidak dapat digunakan,
dengan lokasi pembuangan sesuai petunjuk direksi pekerjaan.
 Pembuangan dilaksanakan dengan excavator yang menumpah ke
dump truk menuju kelokasi pembuangan yang sudah disetujui oleh
direksi pekerjaan.
 Pada saat truck membawa hasil galian menuju lokasi buangan
agar selalu diperhatikan jalan akses jangan sampai mengganggu warga
sekitar.
f) Pekerjaan Pembesian
 Pelaksanaan pekerjaan pembesian dilakukan sebelum pekerjaan
pengecoran beton dilakukan.
 Pabrikasi besi dan pemasangan besi dilakukan sesuai dengan gambar
bestek yang disediakan
 Pelaksana harus memantau pelaksanaan pabrikasi besi, agar tidak
terjadi kesalahan
 Sebelum pengecoran dilakukan, pemasangan besi diperiksa oleh
konsultan supervisi dan direksi. Setelah disetujui oleh pihak
konsultan dan direksi pengecoran dapat dilakukan.

31
Gambar 2.10 pemasangan besi tulangan
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)

g) Pekerjaan Beton Mutu K 100 s.d K 225


Untuk Pekerjaan Lining beton dengan mutu beton yang disyaratkan,
beton dan bekisting dikerjakan dengan metode dan tahapan pekerjaan
adalah sebagai berikut :
 Pelaksanaan cor beton dengan mutu beton yang disyaratkan dapat
dilaksankan dengan ketentuan sesuai dengan spesifikasi teknis.

 Beton yang digunakan adalah beton yang termasuk untuk pekerjaan


structural secara umum. Proporsi beton memakai mix desain
campuran (sesuai mutu beton yang akan digunakan), jika terjadi
perubahan campuran, maka penyedia jasa akan mengajukan proporsi
yang tepat dan mendapat persetujuan direksi teknis, bahan-bahan
yang dipakai seperti semen Portland dan koral/kerikil yang telah
ditentukan.
 Pada pelaksanaan pencampuran bahan-bahan beton untuk agregat
kasar dan agregat halus serta semen pada penggunaan beton mollen
kapasitas besar maka jumlah takaran / perbandingan komposisi
dilaksanakan berdasarkan perbandingan berat sesuai komposisi
yang ditentukan didalam mix desain perbandingan berat masing-
masing agregat.

32
Gambar 2.11 proses pengkuran Slump
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
 Bahan-bahan adukan beton akan diaduk didalam beton mollen
mekanis yang kapasitasnya cukup. Jumlah beton mollen harus diatur
sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengecoran.
Pengadukan setiap pencampuran dengan pencampuran berikutnya
harus diatur waktunya, sehingga tidak tersendat-sendat harus terus
menerus sampai mencapai volume yang dikehendaki. Kapasitas
beton mollen yang dipakai harus mendapat persetujuan direksi
teknis, dan akan dilarang pemakaiannya bilamana menurut direksi
teknis kapasitasnya kurang. Setiap beton mollen yang tidak
memuaskan keadaanya, harus segera diperbaiki dengan efektif kalau
tidak, harus diganti, beton mollen tidak boleh diisi melebihi
kapasitasnya. Pengadukan dilakukan terus sampai tercapai
pencampuran yang merata dan hasil warna yang seragam dan
kekentalan yang sama.
 Bagaimanapun waktu pengadukan tidak boleh kurang dari 1½
menit, setelah semua bahan dimasukkan kecuali air, direksi teknis
mempunyai hak untuk menambah waktu minimum pengadukan
bilamana pemasukan bahan dan jalannya pengadukan gagal
menghasilkan kekentalan yang seragam.
 Untuk kelengkapan pengecoran harus disediakan alat untuk
mengangkut material ketempat beton mollen dengan menggunakan
gerobak sorong, kemudian ditakar dengan bak volume yang dibuat
dari kayu yang kuat. Dalam hal pekerjaan yang tidak bisa ditunda

33
diadakan pekerjaan lembur, maka kontraktor harus menyediakan kain
terpal/plastic untuk menutup bidang pengecoran, apabila turun hujan,
sehingga pelaksanaan pengecoran tidak terganggu. Demikian pula
untuk keperluan lembur malam harus disiapkan lampu-lampu sorot
yang terang kearah pekerjaan pengecoran berlangsung.
 Guna menjaga mutu beton yang disyaratkan untuk linning saluran
akan selalu dilakukan pengambilan sample beton per 50 M3 volume
beton sebanyak 9 sample berbentuk silinder dimana masing-masing
akan digunakan untuk pengujian strength test pada hari ke tiga
sebanyak 3 sample hari ke tujuh sebanyak 3 sample dan hari ke 28
sebanyak 3 sample,
 Sample – sample tersebut sebelum dimasukkan ke dalam silinder
akan dlakukan slump test terlebih dahulu guna mengetahui kadar air
beton/kelecakan beton yang berhubungan dengan mutu beton.
 Peralatan uji Slump Test yang akan digunakan adalah kerucut
abrams dengan ukuran diameter atas 10 Cm dan diameter bawah 20
cm serta tinggi 30 cm tongkat baja dengan apanjang 60 cm dan
diameter 16 mm.
 Kerucut abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak
menyerap air (menggunakan plat baja) Kemudian adukan beton
dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kirasama tebalnya dan setiap
lapis ditusuk 25-30 kali dengan menggunakan tongkat baja supaya
adukan yang masuk dalam kerucut lebih padat.
h) Pekerjaan Begesting
 Pelaksanaan pekerjaan ini secara manual. Pekerja dan tukang
memotong dan memasang kayu dengan ukuran sesuai keperluan
perancah menggunakan alat-alat bantu seperti gergaji, pemukul,
linggis, tang dll
 Setiap akan memulai pekerjaan selalu didahului dengan permohonan
memulai pekerjaan kepada Direksi Teknik (Request of
Work).Bekisting akan dibongkar kembali setelah pekerjaan beton
selesai dan umur beton yang dikerjakan sudah terpenuhi.

34
Gambar 2.12 Bekisting
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
i) Pemasangan Joint Sealent
 Pengadaan Rubber water stop dengan ukuran 0.20-0.30 m akan
dilakukan dengan membelinya disurabaya. Pemasangan water stop
pada sambungan beton dilakukan oleh tukang, dibantu pekerja,
diawasi oleh mandor dengan petunjuk pelaksana lapangan. Alat-alat
yang dipergunakan adalah alat-alat bantu sesuai kebutuhan
dilapangan.
 Setelah bahan Rubberwater stop ukuran 0.20-0.30 m tiba dilokasi
pekerjaan, sebelum dilakukan pemasangan, maka akan diadakan
pemeriksaan bersama terhadap kesiapan lapangan antara lain
kesiapan lokasi, kesiapan tenaga kerjadan kesiapan alat-alat kerja.
 Apabila pemeriksaan bersama selesai dan Request of work sudah
mendapat persetujuan dari Direksi teknik, maka pekerjaan
pemasangan Rubber Water stop lebar 240 mm dapat dilaksanakan,
dengan petunjuk pelaksana lapangan dan pengawasan direksi teknik.

Gambar 2.13 Pemasangan joint salent


(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)

35
36
2.5 Alat Berat Yang Digunakan Dalam Pekerjaan
2.5.1 Pengertian Alat Berat
Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk
melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah, konstruksi jalan,
konstruksi bangunan, perkebunan, dan pertambangan. Alat berat dalam
ilmu teknik sipil merupakan alat yang diguanakan untuk membantu
manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu infrastruktur di
bidang konstruksi. Alat berat merupakan faktor penting dalam pelaksanaan
proyek besar yang tujuannya untuk memudahkan manusia menyelesaikan
pekerjaannya sehinggah hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih
mudah dan waktu yang relatif lebih singkat dan diharapkan hasilnya lebih
baik (Rostiyanti, 2002)

2.5.2 Jenis Jenis Alat Berat


Jenis-jenis alat berat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao, yakni
sebagai berikut:
1. Buldozer

Gambar 2.14 Bulldozer


(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
Bulldozer adalah alat berat yang umum dipakai untuk pengolah
lahan. Bulldozer digunakan sebagai alat pendorong material tanah
hasil penggalian ke dapan atau ke samping, dan juga untuk membuat
timbunan material.
Bulldozer dapat dibedakan menjadi dua, yakni bulldoser yang

37
menggunakan roda karet (Wheel Tractor Dozer) dan bulldoser yang
menggunakan roda kelabang (Crawler Tractor Dozer). Kekurangan
alat ini adalah jarak tempuhnya terlalu pendek atau tidak jauh,
namun mampu menahan beban yang sangat berat.
2. Exavator

Gambar 2.15 Excavator


(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
Alat Exavator ini berfungsi untuk:
a. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membersihkan lokasi dari
segala sesuatu yang dapat menghambat pekerjaan nantinya.
b. Pekerjaan perintisan dan pembersihan (clearing dan grubbing)
mencakup penebangan semak-semak dan pohon, pembongkaran
akar-akar pohon, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah yang
dipadatkan kemudian membakar atau membuang ke luar areal
pekerjaan.
c. Pekerjaan Kosrekan ini dilakukan untuk merapikan tanah yang
sudah dilakukan pekerjaan perintisan. Pekerjaan ini
dilaksanakan pada semua bidang areal pekerjaan dimana akan
dilakukan pekerjaan timbunan.
d. Setelah lahan bersih maka areal yang akan ditimbun tersebut
dikupas dengan mengunakan buldoser, besaran kupasan dengan
tebal ± 20 cm atau sesuai spesifikasi teknik dengan persetujuan
direksi pekerjaan.
e. Hasil kupasan dibuang dikanan kiri lokasi yang tidak
mengganggu pekerjaan.

38
3. Dump Truck

Gambar 2.16 Gambar Dump Truck


(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
Dump truck (Atau di Inggris menyebutnya umper truck) adalah
suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material pada jarak
menegah sampai jarak jauh (500 m atau lebih). Muatannya diisi oleh
alat pemuat, sedangkan untuk membongkar alat ini bekerja sendiri.
4. Water Tank Truck

Gambar 2.17 Water Tank Truck


(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
Water Tank Truck berfungsi untuk mengangkut air, dapat juga
digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat A, setelah
penghamparan material selesai kemudian dipadatkan dan disiram air
menggunakan Water Tank Truck. Water Tank Truck yang digunakan di
proyek berkapasitas 500 liter

39
5. Concrete Mixer 5 Unit

Gambar 2.18 Concrete Mixer


(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
Fungsi Concretemixer Secara Umum Sebuah Concret emixer
Merupakan alat yang menggabungkan semen secara agregat seperti
pasir atau kerikil, dan air untuk membentuk beton. Sebuah Concrete
mixer menggunakan drum berputar untuk mencampur komponen.
Untuk volume yang lebih kecil biasa menggunakan mixer beton
portable sehingga beton dapat dibuat dilokasi konstruksi.
6. Car Mix

Gambar 2.19 Truck Mixer


Mobil moleen atau Truk Molen atau dalam bahasa inggris
disebut Trux Mixer merupakan alat penting untuk menunjang sebuah
pembangunan berskala besar. Berfungsi sebagai truk untuk
mengaduk beton.

40
Pengaduk Beton sendiri merupakan mesin semi mobile ataupun
full mobile dengan mesinnya yang statis. Berbentuk seperti molen
besar ketika digunakan akan memutar secara perlahan hingga beton
tercampur dengan rata. sementara itu, untuk mempertahankan
stabilitas dari kekentalan beton cor sendiri harus melalui proses
agitasi, yakni pemutaran drum yang seperti molemini. Di bagian
dalam drum yang berbentuk molen mini terdapat pisau berbentuk
spiral yang akan bekerja secara satuarah putaran.
7. Batching Plant
Batching Plant adalah lokasi pembuatan beton readymix,
memiliki beberapa komponen untuk dicampur material-material
beton yang akan digunakan dalam pekerjaan kontruksi.

Gambar 2.20 Batching Plant

2.6 Menejemen Proyek


2.6.1 Pengertian Manajemen

41
Menurut Malayu SP. Hasibun, dalam bukunya menejemen sumbar daya
manusia mendefinisikan menejemen adalah Ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu (Hasibun,1996:259)
Menurut Husen A (2009) menejemen adalah suatu ilmu tentang seni
memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan,
perorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber
daya yang terbatas usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan
efisien.
Menejemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas:
perencanaan, perorganisasian, penggerak pelaksanaan dan pengawasan,
dengan memanfaatkan baik ilmu seni, agar dapat menyelesaikan tujuan
yang ditetapkan sebelumnya (Soewarno,1994:20)
Menurut terry G. R dalam buku Dasar-Dasar Manajemen (1992)
Menejemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Secara umum menejemen istilah mempunyai beberapa pengertian
diantaranya menejemen sebagai suatu proses rentetan urutan kegiatan dari
awal hingga akir yang melibatkan orang lain dan mengawasi usaha
individu untuk mencapai tujuan bersama (Sudinarto,19995).
2.6.2 Pengertian Proyek
Menurut Husen (2009:4), pengertian proyek adalah gabungan dari
sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya
yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai
sasaran dan tujuan.
Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2001:77), pengertian proyek
adalah mendefinisikan bahwa proyek adalah sebuah rencana yang
disiapkan dengan sebaik-baiknya untuk menangani pembuatan suatu
produk baru, atau suatu bisnis baru dari sebuah perusahaan.
Menurut Husen (2009:4), menyatakan bahwa manajemen proyek
adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara

42
teknik yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan
kerja.
Menurut Sarno (2012:1), menyatakan bahwa manajemen proyek adalah
suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan
mengontrol sumber daya perusaha dengan sasaran jangka pendek untuk
mencapai goal objective yang spesifik.
2.6.3 Pengertian Menejemen Proyek
Kerzner (1982) memberikan definisi manajemen proyek adalah
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan
sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang
telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan
sistem dan hierarki baik vertikal maupun horizontal.
Menurut Husen (2009:4), menyatakan bahwa manajemen proyek
adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara
teknik yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan
kerja.”
Menurut Sarno (2012:1), menyatakan bahwa manajemen proyek adalah
suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan
mengontrol sumber daya perusahaan dengan sasaran jangka pendek untuk
mencapai goal objective yang spesifik.
Menurut Drs. Bambang Pujiyono, M.Si. Dimaksudkan dengan
manajemen proyek adalah manajemen yang diterapkan pada suatu proyek
untuk mencapai suatu hasil tertentu, atau, manajemen proyek adalah suatu
ilmu dan seni untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengoordinasian (coordinating), dan mengadakan
pengawasan terhadap orang dan barang untuk mencapai tujuan tertentu
dari suatu proyek.

43
Dengan pengertian tersebut jelaslah bahwa semua fungsi manajemen
harus dipakai untuk mengelola suatu proyek, agar tujuan yang diinginkan
oleh proyek tersebut dapat tercapai dengan lancar. Hal ini disebabkan
karena pada dasarnya di dalam pengelolaan proyek terkandung pula ketiga
unsur manajemen yaitu :
1. ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai (tujuan diadakannya
proyek tersebut).
2. ada proses kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu tersebut.
3. ada (memerlukan) bantuan orang dalam proses kegiatan tersebut.
Dengan demikian terhadap suatu proyek diperlukan pula adanya
perencanaan proyek yang baik, adanya pengorganisasian proyek yang
baik, adanya pengarahan yang baik, adanya pengoordinasian yang baik,
serta pengawasan yang baik agar tujuan proyek bisa tercapai.
2.6.4 Fungsi-Fungsi Manajemen
Dari Berbagai rumusan Perangkat Fungsi-Fungsi George R. Terry
(sukarna, 2011:10) telah merumuskan Fungsi Menejemen sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan berarti menentukan kebijakan-kebijakan yang akan
diambil demi mencapai tujuan yang diinginkan, penentuan yang
akan diambil didasarkan pada aspe-aspek yang ada dalam kegiatan
tersebut.
2. Mengorganisasikan (Organizing)
Mengorganisasikan (Organizing) adalah untuk mengatur serta
mengalokasikan kegiatan dan sumber yang ada pada kelompok
(organisasi) agar dapat mencapai sasaran secara efisien.
Pengorganisasian yang baik sangat memungkinkan adanya kerja
sama yang solid antar pihak-pihak yang terkait pada proyek tersebut.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (Actuating) diartikan sebagai fungsi menejemen untuk
menggerakan orang-orang yang tertabung dalam organisasi agar
melakukan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam planning.
4. Pengendalian (Controlling)

44
Suatu proses yang mampu mendorong dan memberikan pengarahan,
petunjukdan bimbingan serta motivasi bagi para pekerja untuk
bekerja dengan dedikasi yang tinggi untuk mencapai keberhasilan
bersama.
2.6.5 Tujuan Manajemen Proyek
Menurut Soeharto (Ismael, 2013:48), tujuan dari adanya proses
manajemen proyek, yaitu:
1. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu, dalam hal ini
tidak terjadi keterlambatan penyelesaian proyek.
2. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi
di luar dari perencanaan biaya yang telah direncanakan.
3. Kualitas sesuai dengan persyaratan.
4. Proses kegiatan sesuai persyaratan.

2.6.6 Pihak-Pihak Dalam Menejemen Proyek


Usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap
ide hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
konstruksi dari fase perencanaan sampai dengan pelaksanaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga pihak, yaitu pihak pemilik proyek, pihak
perencana dan pihak kontraktor.
Orang/badan yang membiayai, merencanakan, dan melaksanakan
bangunan tersebut disebut unsur-unsur pelaksana pembangunan. Masing-
masing unsur tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab dan
wewenang sesuai dengan posisinya masing-masing. Dalam melaksanakan
kegiatan perwujudan bangunan, masing-masing pihak sesuai dengan
posisinya saling berinteraksi satu sama lain sesuai dengan hubungan kerja
yang telah ditetapkan (Ervianto, 2005)
a. Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pengguna jasa adalah orang atau badan yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut.

45
Hak pemilik proyek:
 Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
 Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh Penyedia jasa.
 Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang di
rencanakan dengan jalan.
 Menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.

Tugas dan tanggung jawab pemilik adalah sebagai berikut.

 Mendefinisikan proyek (kebutuhan)


 Menetapkan tujuan proyek
 Membentuk dan memilih anggota tim proyek
 Mengomunikasikan persyaratan mengenai cara proyek
dilaksanakan
 Memastikan ketersediaan dan mengelola pendanaan untuk
proyek.
Di Indonesia, terdapat dua jenis pemilik yang didasarkan dari
sektornya yaitu sektor pemerintah dan sektorswasta.
Perbedaan utama antara sector pemerintah dengan swasta adalah dari
tujuan pelaksanaan proyek tersebut. Dalam proyek konstruksi, sector
swasta akan lebih cenderung mengutamakan faktor-faktor ekonomi seperti
keuntungan, tingkat pengembalian investasi, dan risiko.
Kesuksesan proyek dilihat dari seberapa besar keuntungan yang
diperoleh. Sementara itu sector pemerintah lebih memperhatikan
kebutuhan publik. Kesuksesan proyek dilihat dari Tingkat kesejahteraan
masyarakat pada wilayah setemp atakibat dibangunnya sebuah
Infrastruktur pada wilayah tersebut. dalam pelaksanaan proyek,
pemerintah akan selalu di perhatikan oleh public sehingga segala aspirasi
dan masukan dari public harus dapat diakomodasi dengan baik.
b. Konsultan

46
Konsultan adalah individu atau badan usaha yang memiliki keahlian
dalam spesifikasi pekerjaan tertentu serta memiliki kompetensi untuk
member masukan teknis pada suatu proyek. Secara umum dalam
pembangunan proyek teknik sipil atau fasilitas fisik, konsultan dibedakan
menjadi duajenis yaitu sebagai berikut:
1. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap dan mendetail. Konsultan perencana dapat
dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan Spesialisasi
pekerjaannya.
Hak dan kewajiban Konsultan Perencana:
 Membuat perencanaan secaralengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja, syarat-syarat, hitungan struktur, dan
rencana anggaran biaya.
 Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa
dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
 Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang
hal–hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja,
dan syarat–syarat.
 Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
 Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
2. Konsultan pengawas
Konsultan ini adalah konsultan yang melakukan pengawasan terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan olehkontraktor. Pengawas Konstruksi
adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli dibidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
Undang–Undang Tentang Jasa Konstruksi ,BAB I, Pasal1, ayat11.
Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh untuk mengawasi
pelaksanaan kerja kontraktor serta mengusulkan, menyetujui, dan
menolak pekerjaan yang diusulkan oleh kontraktor.

47
Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas antara lain:
 Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
 Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodic dalam
pelaksanaan pekerjaan.
 Melakukan penghitungan prestasi pekerjaan.
 Mengkoordinas idan mengendalikan kegiatan konstruki serta
aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan
berjalan lancar.
 Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin
serta menghindari pembengkakan biaya.
 Mengatasi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang timbul
dilapangan agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang
diharapkan dengan kualitas, kuantitas, serta waktup elaksanaan
yang telah ditetapkan.
 Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
kontraktor.
 Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku.
 Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan,
bulanan).
 Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah
atau berkurangnya pekerjaan.
c. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima pekerjaan
dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
biaya yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat. kontraktor dipilih setelah melalui proses
tender yang diadakan olehpihak pemilik proyek untuk menjalankan
proyek. Kontraktor bertanggung jawab langsung kepada pemilik proyek,
dan selama melaksanakan tugasnya diawasi langsung oleh Konsultan MK.
Hak dan kewajiban kontraktor antara lain :

48
 Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan,
dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan
syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
 Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
 Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
 Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
dan bulanan.
 Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikannya sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

49
BAB III

TINJAUAN PELAKSANAAN

3.1 Tinjauan Umum


3.1.1 Lokasi Proyek
Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I. Dalam Kom D.I.
Oesao di Kabupaten Kupang. Lokasi tersebut dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan pribadi melalui jalur darat sekitar 22 Km dari
ibu kota Kupang.

Lokasi D.I.
Dalam Kom

Lokasi Pekerjaan Terletak


Lokasi Pekerjaan
Rehabilitasi Jaringan
di Desa Oesao Kecamatan
Irigasi Sub D.I. Dalam Kupang Timur.
Kom D.I. Oesao di Kupang Provinsi NTT
Kabupate KUpang

Gambar 3.1 Lokasi Proyek

(Sumber : Dokumen Kontrak)

50
3.1.2 Papan Nama Proyek

Gambar 3.2 Papan Proyek

3.1.3 Data Umum Proyek


Suatu proyek dapat terlaksana apabila telah mendapatkan
persetujuan dari pihak-pihak terkait dalam proyek tersebut. Pelaksanaan
proyek dikerjakan oleh pihak – pihak yang menang dalam proses
pelelangan atau yang dikenal dengan sebutan tender.

51
Tabel 3.1 Data umum proyek

Lokasi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I. Dalam Kom


D.I. Oesao di Kabupaten Kupang

Direktur Jenderal Sumber Daya Air

Nama Pemilik Proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat

Kontrak Nomor/ Tanggal HK.02.01/SNVT PJPA NT.II/IRR.I/304 Tanggal


27 Maret 2020

Jenis Kontrak. Kontrak Harga Satuan.

Nama Paket Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I. Dalam Kom


D.I. Oesao di Kabupaten Kupang

APBN Rupiah Murni Rp. 16.463.840.000,- (Enam


Belas Milyar Empat Ratus Enam Puluh Tiga Juta
Sumber Dana Delapan Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah)
Termasuk PPN 10%

Lokasi Proyek Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang

Jangka Waktu Pelaksanaan 280 (Dua Ratus Delapan Puluh ) Hari


Pekerjaan

SPMK Nomor dan Tanggal Kalender HK.02.01/SNVT PJPA


NT.II/IRR.I/304.1 Tanggal 27 Maret 2020

Tanggal Mulai 27 Maret 2020

Tanggal Selesai 31 Desember 2020

Jumlah Hari Masa 365 (Tiga Ratus Enam Puluh Lima) Hari Kalender
Pemeliharaan terhitung sejak Serah Terima Pertama Pekerjaan
(PHO)

Penyedia Jasa Konraktor

Nama Perusahaan PT. BRAND MANDIRI JAYA SENTOSA

(Sumber : Papan Nama Proyek)

3.1.4 Lingkup Pekerjaan Proyek


Lingkup pekerjaan pada proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub
D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di Kabupaten Kupang oleh PT. Brand

52
Mandiri Jaya Sentosa.
I. Pekerjaan persiapan
1 Mobilisasi / Demobilisasi
2 Papan Nama Proyek
3 Dokumentasi
II. Penyelenggaraan Sistem Menejemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja ( Smk3 ) Konstruksi
1. Penyiapan RK3K
2. Sosialisasi dan Promosi K3
3. Alat Pelindung Kerja
4. Alat Pelindung Diri
5. Personil K3
6. Fasiltas Sarana Kesehatan
7. Rambu - Rambu
III. Pekerjaan saluran
a. PEKERJAAN SALURAN BDK.0
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Buangan Hasil Galian
b. PEKERJAAN SALURAN BDK.0 - BDK.1
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian\
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant
c. PEKERJAAN SALURAN BDK.1 - BDK. 2A

53
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. PembesianPemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Joint Sealant
d. PEKERJAAN SALURAN BDK.2A - BDK 2
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant.
e. PEKERJAAN SALURAN BDK. 2 - BDK. 3
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah

54
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant
f. PEKERJAAN SALURAN BDK. 3 - BDK.4
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant
g. PEKERJAAN SALURAN BDK. 4 - BDK. 5
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealan
h. PEKERJAAN SALURAN BDK. 2 - BDK. 2Kr
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
4. Timbunan Tanah Kembali
5. Beton K-100

55
6. Beton K-225
7. Pembesian
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Joint Sealant
i. PEKERJAAN SALURAN BDK. 2Kr - BDK. 2Kr.M
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
4. Timbunan Tanah Kembali
5. Beton K-100
6. Beton K-225
7. Pembesian
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Joint Sealant
j. PEKERJAAN SALURAN SEKUNDER SUPLESI KOM. 2
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant

k. PEKERJAAN SALURAN BDK.2 - BKL. 1


1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian

56
3. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
4. Timbunan Tanah Kembali
5. Beton K-100
6. Beton K-225
7. Pembesian
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Joint Sealant
l. PEKERJAAN SALURAN BKL. 1 - BKL. 1M
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
IV. PEKERJAAN BANGUNAN AIR
a. BANGUNAN AIR BDK 1
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Pembesian
6. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
7. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
11. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.70 m H = 2 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 1 m h = 0.9 m H = 2.2m
13. Pemasangan Nomenklatur
b. BANGUNAN AIR BDK 2A
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225

57
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.70 m H = 2 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.8 m h = 0.9 m H = 2.2 m
14. Pemasangan Nomenklatur
c. BANGUNAN AIR BDK 2
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.60 m h = 0.90 m H = 2.2 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.4 m h = 0.7 m H = 2 m
14. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.8 m h = 0.9 m H = 2.2 m
15. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.5 m h = 0.7 m H = 2 m
16. Pemasangan Nomenklatur
d. BANGUNAN AIR BDK 3
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225

58
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.7 m h = 0.9 m H = 2.2 m
14. Pemasangan Nomenklatur
e. BANGUNAN AIR BDK 4
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.7 m h = 0.7 m H = 1.9 m
14. Pemasangan Nomenklatur
f. BANGUNAN AIR BDK 5
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir

59
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.3 m h = 0.5 m H = 1.7 m
14. Pemasangan Nomenklatur
g. BANGUNAN AIR BDK. 2Kr
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.6 m h = 0.7 m H = 1.9 m
14. Pemasangan Nomenklatur
h. BANGUNAN AIR BDK. 2Kr. Muka
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Pembesian
6. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
7. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting

60
10. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
11. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
12. Pemasangan Nomenklatur
i. BANGUNAN AIR BKL.1
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Pembesian
6. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
7. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
11. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.6 m h = 0.7 m H = 1.9 m
13. Pemasangan Nomenklatur
j. BANGUNAN AIR BKL.1M
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Pembesian
6. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
7. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
11. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
12. Pemasangan Nomenklatur
V. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP

61
a. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK.0 -
BDK. 1
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
b. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 1 -
BDK. 2A
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
c. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 2A -
BDK. 2
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian

62
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
d. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 2 -
BDK. 3
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
e. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 3 -
BDK. 4
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur

f. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 4 -


BDK. 5
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian

63
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Pembesian
5. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
6. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
7. Beton K-225
8. Pemasangan Nomenklatur
g. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS SUPLESI
KOM 2
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
h. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BKL.1
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Kembali
5. Pemasangan Pipa Besi dia. 6.00 inci, Tebal 0.50 cm
3.2 Manajemen Proyek
3.2.1 Pengertian Manajemen Proyek
Sebuah proyek dapat didefenisikan sebagai, suatu usaha dalam jangka
waktu yang ditentukan dengan sasaran yang jelas yaitu mencapai hasil
yang dirumuskan pada waktu awal pembangunan proyek akan dimulai.
Dengan demikian Manajemen Proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal

64
(gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek
secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu (Ervianto,2002)
Manajemen Konstruksi adalah usaha yang dilakukan melalui proses
manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap
kegiatan – kegiatan proyek dari awal sampai akhir dengan mengalokasikan
sumber – sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
hasil yang memuaskan sesuai sasaran yang diinginkan, Hafnidar (2016:9).
Pada proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I. Dalam Kom D.I.
Oesao di Kabupaten Kupang. termasuk proyek konstruksi teknik sipil
(Heavy Engineering Construction). Hubungan pihak pemilik proyek
(pemerintah) dan pihak kontraktor (swasta) dituangkan dalam perjanjian
pemborongan (surat perintah kerja) dengan jenis kontrak biaya
menyeluruh (Lump Sum Contract). Kontrak ini menyatakan bahwa
kontraktor akan melaksanakan proyek sesuai dengan rancangan biaya
tertentu. Jika terjadi perubahan dalam kontrak, perlu dilakukan negosiasi
antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan besarnya pembayaran
(tambah atau kurang) yang akan diberikan kepada kontraktor terhadap
perubahan tersebut.
Sasaran-sasaran utama dalam Manajemen Proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut (Nugraha dkk, 1985) :

1. Pengembangan dan penyelesaian sebuah proyek sesuai dengan


jangka waktu yang telah ditetapkan dan kualitas bangunan proyek
harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah dirumuskan.
2. Keuntungan bagi kontraktor sebab dapat mengembangkan reputasi
kualitas pekerjaannya (Workmanship) serta mempertahankannya.
3. Menciptakan organisasi di kantor pusat maupun di lapangan yang
menjamin beroperasinya pekerjaan proyek secara kelompok (team
work).
4. Terciptanya pendelegasian wewenang dan tugas yang seimbang
sampai kepada laporan manajemen yang paling bawah sehingga
proses pengambilan keputusan menjadi lebih efektif.

65
5. Menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana,
kondisi kerja, keselamatan kerja dan komunikasi timbal balik yang
terbuka antara atasan dan bawahan.
6. Menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya sehingga orang
yang bekerja akan didorong untuk memberikan yang terbaik dari
kemampuan dan keahlian mereka.

3.2.2 Hubungan Kerja Pihak-Pihak Dalam Proyek


Secara umum hubungan kontraktual dan fungsional para pihak yang
terlibat dalam suatu proyek digambarkan melalui sebuah skema hubungan
kerja sebagai berikut :

Keterangan : : Garis Komando

: Garis Koordinasi

Gambar 3.3 Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek

(Sumber : Ervianto, 2002)

Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan, dan
kontraktor diatur sebagai berikut :

a. Hubungan Konsutan dengan Pemilik Proyek


Ikatan berdasarkan kontrak.Konsultan memberikan layananan
konsultasi dimana produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar
rencana, peraturan dan syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek
memberikan biaya, jasa atau konsultasi yang diberikan oleh konsultan.

66
b. Hubungan Kontraktor dengan Pemilik Proyek
Ikatan berdasarkan kontrak.Kontraktor memberikan layanan jasa
profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan
pemilik proyek yang dituangkan dalam gambar rencana, peraturan,
syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan
biaya jasa profesional kontraktor.
c. Hubungan Konsultan dengan Kontraktor.
Ikatan berdasarkan hubungan kerja yaitu sebagai “partner” dimana
keduanya sama-sama mendapatkan pekerjaan dari pemilik proyek dan
bekerja sama dalam pelaksanaan proyek tersebut sesuai ketentuan
yang telah disepakati bersama.

3.2.3 Unsur-Unsur Dalam Manajemen Proyek


Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu
proyek dapat terealisasi dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian
sasaran dan tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau
individual, baik internal maupun eksternal yang akan berperan
mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek berlangsung.
Ini beberapa contoh pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah proyek
serta tugasnya masing-masing:
1. Kuasa Direktur
Tugas dan tanggung jawab kuasa direktur yaitu :
a. Bertanggung jawab tinggi secara umum atas semua kegiatan dan
sebab akibat yang dilakukan sehubungan perusahan yang
dipimpin.
b. Mengambil keputusan tertinggi dan perusahaan
c. Membuat keputusan dan kebijakan atas semua masalah /
persoalan yang dihadapi oleh level yang dibawahnya
d. Melaksanakan manajemen perusahan
e. Penanda tanganan terhadap seluruh yang berhubungan dengan
kontrak kerja
2. Kepala Proyek

67
Tugas dan tanggung jawab kepala proyek yaitu :
a. Memimpin dan mengkoordinasi seluruh pelaksanaan pekerjaan
agar berjalan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu
b. Terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan agar berjalan
sesuai rencana.
c. Menyiapkan metode kerja, bahan, alat dan tenaga kerja yang tepat
d. Pembinaan personil di lapangan untuk meningkatkan SDM
e. Mempelajari, menganalisa dan memahami semua perencanaan
f. proyek yang di berikan oleh pemilik proyek
g. Memimpin dan mengarahkan semua kegiatan sesuai rencana.
3. Pelaksana
Tugas dan tanggung jawab kepala proyek yaitu :
a. Membantu kepala proyek dalam mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan agar tepat quantitas sesuai dengan volume pekerjaan
dalam dokumen kontrak
b. Terlaksananya kegiatan proyek agar volume pekerjaan sesuai
rencana
c. Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan – kegiatan yang
d. berkaitan dengan pengendalian volume pekerjaan
e. Menyiapkan metode kerja, alat, bahan, dan tenaga kerja yang
tepat
f. Mempelajari, menganalisa dan memahami volume pekerjaan yang
tersedia dalam kontrak dan kebutuhan riil dalapangan
g. Membuat rencana (schedull), mengkoordinasikan dan memantau
h. pelaksanaan pekerjaan dalapangan
i. Membantu dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan guna
mendapatkan hasil sesuai yang di rencanakan.
4. Pembantu Pelaksana
Tugas dan tanggung jawab Pembantu Pelaksana yaitu:
a. Bertanggung jawab kepada pelaksana atas penyelesaian
keseluruhan maupun terhadap kebutuhan perhari
b. Membuat laporan periodik kepada pelaksana

68
c. Memahami gambar kerja dan spesifikasi teknik sebagai
d. pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja di lapangan
e. Memimpin pelaksanaan pekerja di lapangan dengan
memperhatikan biaya, mutu dan waktu.
f. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan
pengarahaan kegiatan harian pada pelaksanaan laporan harian
g. Melakukan koordinasi dengan mitra usaha di lapangan.
h. Melakukan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan di lapangan
i. Menyiapkan tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tugas tenaga
kerja tiap harian
j. Mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3)
k. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan pekerjaan
di lapangan
l. Memelihara bukti - bukti kerja
5. Petugas Administrasi Teknik
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi teknik yaitu:
a Menyelenggarakan tata usaha surat menyurat dan tata usaha
pimpinan proyek
b Menjaga dan mendata aset - aset proyek
c Melakuankoordinasi terhadap seluruh komponen proyek
d Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian di proyek
e Memelihara bukti – bukti kerja.
6. Petugas Logistik
Tugas dan tanggung jawab petugas logistik yaitu:
a. Bertanggung jawab atas seluruh bahan / material lokal maupun
non lokal yang akan digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan
sesuai mutu / spesifikasi teknik.
b. Melakukan survey dan memberi informasi kepada kepalan
proyek atau pelaksana tentang sumber dan harga bahan serta sewa
alat.

69
c. Menyelenggarakan pembelian bahan sesuai dengan jadwal
pengadaan bahan dan prosedur pembelian
d. Melaksanakan administrasi pergudangan tentang penerimaan,
penyimpanan dan pemakaian bahan ( stok gudang tetap tersedia )
7. Petugas Keuangan
Tugas dan tanggung jawab petugas keuangan yaitu:
a. Membuat laporan keuangan administrasi dan logistik proyek, ikut
manajemen penggunaan uang dan logistic
b. Menyelenggarakan verifikasi bukti pembayaran dan melakukan
pembayaran kepada pihak yang terkait
c. Melakukan koordinasi terhadap seluruh komponen proyek yang
terkait bidang keuangan
d. Membuat laporan pertanggung jawab keuangan ( berkala )
e. Memelihara bukti – bukti kerja.
8. Juru Ukur
Tugas dan tanggung jawab Juru Ukur yaitu :
a. Melakukan survey dan memberikan informasi kepada kepala
proyek atau pelaksana tentang situasi lapangan baik existing
maupun rencana
b. Mengukur, menentukan batasan – batasan yang berhubungan
dengan volume dan elevasi untuk tiap item pekerjaan selama
pelaksanaan proyek.
c. Memelihara alat ukur yang digunakan.
Pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di
Kabupaten Kupang ada pun pihak-pihak terkait antara lin:
a. Pemilik Proyek
Hak pemilik proyek:
 Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
 Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh Penyedia jasa.
 Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang di
rencanakan dengan jalan.

70
 Menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
Tugas dan tanggung jawab pemilik adalah sebagai berikut.
 Mendefinisikan proyek (kebutuhan)
 Menetapkan tujuan proyek
 Membentuk dan memilih anggota tim proyek
 Mengomunikasikan persyaratan mengena icara proyek
dilaksanakan
 Memastikan ketersediaan dan mengelola pendanaan untuk
proyek.
Jadi pemilik Proyek Rehabilitasi Jaringan Sub D.I. Dalam Kom D.I.
Oesao di Kabupaten Kupang adalah Kementrian Umum , dengan struktur
organisasi sebagai berikut :
SNVT PPMDA
NT II PROV. NTT

PT. BRAND MANDIRI JAYA


PPK IR I
SENTOSA

DIREKSI
KEPALA PROYEK
PEKERJAAN

Direksi Teknis/ PELAKSANA


Pengawas Lap. LAPANGAN

71
Gambar 3.4 Struktur Organisasi Pihak Terkait Dalam Proyek

(Sumber Dok. Kontrak)

b. Konsultan
1. Konsultan Perencana
Hak dan kewajiban Konsultan Perencana:
 Membuat perencanaan secaralengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja, syarat-syarat, hitungan struktur, dan
rencana anggaran biaya.
 Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa
dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
 Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor
tentang hal–hal yang kurang jelas dalam gambar rencana,
rencana kerja, dan syarat–syarat.
 Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
 Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
2. Konsultan Pengawas
Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas antara lain:
 Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
 Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodic
dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Melakukan penghitungan prestasi pekerjaan.
 Mengkoordinas idan mengendalikan kegiatan konstruki serta
aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan
pekerjaan berjalan lancar.
 Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin
serta menghindari pembengkakan biaya.
 Mengatasi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang
timbul dilapangan agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang
diharapkan dengan kualitas, kuantitas, serta waktup elaksanaan
yang telah ditetapkan.

72
 Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
kontraktor.
 Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku.
 Menyusun laporan kemajuan pekerjaan ( harian, mingguan,
bulanan ).
 Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah
atau berkurangnya pekerjaan.
Pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di
Kabupaten Kupang, konsultan perencana sekaligus konsultan pengawas
adalah PT. Mulya Sakti Wijaya Kso CV. Makmur Sejati Konsultan.

Berikut Struktur organisasi PT. Mulya Sakti Wijaya Kso CV. Makmur Sejati
Konsultan:

Revisi ke : 00 Praf :
Tgl. Berlaku #REF! Tgl. Kaji Ulang :

5.3. STRUKTUR ORGANISASI KERJA PT. MULYA SAKTI WIJAYA KSO CV. MAKMUR SEJATI KONSULTAN

TEAM LEADER/ Ketua Tim

QUANTITY & QUALITY ENG. CONSTRUCTION & DESIGN ENG.

SURVEYOR INSPEKTOR

73
Gambar 3.5 Struktur Organisasi PT. Mulya Sakti Wijaya Kso CV. Makmur Sejati
Konsultan

(Sumber Dok.Kontrak)
c. Kontraktor
Kontraktor adalah sebagai pelaksana proyek yang harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam kontrak.
Hak dan kewajiban Kontraktor antara lain:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAPP) dan
syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna
jasa. Membuat gambargambar pelaksanaan yang disahkan oleh
konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
b. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan
dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan
masyarakat.
c. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian,
mingguan, dan bulanan.
d. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikannya sesuai ketetapan yang telah berlaku.
Pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di
Kabupaten Kupang, Kontraktor adalah PT Brand Mandiri Jaya Sentosa.
Berikut Struktur organisasi PT Brand Mandiri Jaya Sentosa:

74
JURU UKUR

MANDOR MANDOR MANDOR MANDOR

Gambar 3.6 Struktur Organisasi PT. Brand Mandiri Jaya Sentosa

(Sumber: Dok. Kontrak)

3.2.4 Waktu Pelaksanaan Proyek


Melaksanakan suatu proyek tidak akan terarah secara jelas tanpa adanya
suatu rencana kerja. Seringkali terdapat banyak keterlambatan pekerjaan
atau masalah-masalah lain yang sering timbul, oleh karena itu tim proyek
perlu membuat jadwal pelaksanaan proyek atau time schedule (terlampir)
sehingga hal-hal tersebut bisa diatasi.
Rencana waktu pelaksanaan proyek (penjadwalan) adalah suatu
perangkat untuk menentukan aktivitas yang diperlukan dalam
menyelesaikan suatu proyek.
Tujuan dari penjadwalan tersebut antara lain :

75
1) Menentukan durasi total yang dibutuhkan uantuk menyelesaikan
proyek.
2) Menentukan waktu pelaksanaan setiap kegiatan.
3) Menentukan kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda
pelaksanaannya (kegiatan kritis).
4) Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.
5) Menjadi dasar perhitungan cashflow proyek.
6) Alat pengendalian proyek..
Sistem pengendalian waktu ini sangat berguna untuk mengatahui
kemajuan (Realisasi) suatu proyek, hal ini bertujuan untuk menghindari
keterlambatan dalam pelaksanaan proyek. Akan tetapi pada proyek ini
prestasi mengalami keterlambatan atau tidak sesuai dari perencanaan. Hal
ini menurut pengamatan di lapangan karena kurangnya tenaga pelaksana
dan peralatan yang digunakan kurang memadai.
Jadwal pelaksanaan proyek adalah cara yang dapat menunjukan kapan
berlangsungnya setiap kegiatan-kegiatan proyek. Rencana kerja yang
paling sering digunakan adalah diagram batang (bar charts) atau Gant
Charts.
Bar charts digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena
sederhana, mudah dalam pembentukannya dan mudah dimengerti oleh
pemakainya.
Bar charts adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam
kolom arah vertikal. Kolom arah horisontal menunjukan skala waktu. Saat
mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas,
sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
Proses penyusunan diagram batang dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan
yang ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan pekerjaan, dari daftar item tersebut diatas disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kagiatan yang

76
akan dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan
kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan
dari seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai
seluruh kegiatan berakhir.
Dalam hal ini waktu pelaksanaan proyek Rehabilitasi Jaringan
Irigasi Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di Kabupaten Kupang adalah
sesuai perencanaan selama 280 hari kalender terhitung mulai dari
tanggal 27 Maret 2020.

3.2.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan upaya untuk menilai atau
memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan berlandaskan
pada pengalaman dalam proses konstruksi,yang meliputi banyak hal yang
mencakup bermacam maksud dan kepentingan bagi kontraktor.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) berisi riancian anggaran biaya yang di
buat untuk setiap item pekerjaan. Perhitungan dilakukan dengan cara
menggalikan setiap item pekerjaan dengan harga satuan pekerjaannya.
Volume pekerjaan di hitung dengan melihat gambar bestek.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada Proyek Rehabilitasi Jaringan
Irigasi Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di Kabupaten Kupang. (terlampir)

3.3 Tinjauan Khusus

Adapun tinjauan khusus yang penulis lakuakan berupa pelaksanaan


pekerjaan saluran sekunder pada Jaringan Irigasi Sub D.I Dalam Kom D.I
Oesao di Kabupaten Kupang.

3.3.1 Identifikasi Pekerjaan


Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di
Kabupaten Kupang merupakan salah satu proyek yang diadakan oleh Balai
Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan
nilai kontrak sebesar Rp. 16.463.840.000,- yang berasal dari dana APBN

77
Rupiah Murni. Dalam proyek ini yang bertindak sebagai kontraktor
pelaksana adalah PT. Brand Mandiri Jaya Sentosa, dan pekerjaan yang
diteliti oleh penulis adalah pekerjaan saluran sekunder .
Dalam bagian ini penulis akan meninjau proses pelaksanaan pekerjaan
saluran sekunder yang mana adalah subyek dari masalah yang ditinjau dan
berada di lokasi pekerjaan saluran sekunder sepanjang 193,6 meter pada
item pekerjaan pengecoran lantai kerja, perakitan besi tulangan,
pemasangan bekisting, pengecoran saluran, yang mencakup aspek – aspek
sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pengecoran Lantai kerja
Pengecoran lantai kerja sepanjang 193,6 m , lebar 0,88m , dan tebal
0,1 cm.
2. Pekerjaan Perakitan Besi Tulangan
Perakitan besi tulangan sepanjang 193,6 m dengan menggunakan
tulangan pokok besi Ø 10 dan sengkang Besi Ø 12
3. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
Pekerjaan pemasangan bekisting sepanjang 193,6 m . Ada 2 tipe
bekisting yaitu bekisting tipe A dengan panjang bekisting 2,44 m
dan lebar 0,83 m dan bekisting tipe A dengan panjang 2,44 m dan
lebar 0,74 m
4. Pekerjaan Pengecoran saluran Sekunder
Pekerjaan pengecoran saluran sekunder sepanjang 193, 6 m.
Dengan dimensi saluran , panjang 193,6 m lebar saluran 0,68 m ,
tebal dinding saluran 0,14 m

Pada pekerjaan Saluran Sekunder ini dibagi menjadi 2 tahap, karena


beberapa faktor. Tahap 1 pekerjaan berjalan sampai 45 m dan tahap ke 2
sepanjang 148,6 m. Total panjang pekerjaan 45 m + 148,6 m = 193,6 m

78
III.3.2 Volume Pekerjaan

Tahap 1

1. Pekerjaan Pengecoran Lantai kerja


Lantai kerja berfungsi sebagai sarana mempermudah pekerja berdiri diatas
lahan datar lahan kerja tidak kotor dan becek dan merupakan dudukan besi
lapis bawah

Gambar. 3.7 Lantai kerja


 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Truck Mixer
 Skop
 Sendok Campuran
 Pipa kotak
 Sipat datar
B. Bahan :
Mutu beton ( K 100 )
 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Air
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 1 orang )
 Pekerja ( 6 orang )

79
 Volume :
 Dik : panjang 45 m, Lebar 0,88 m, Tebal 0,1 cm
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian :
V = Panjang x Lebar x Tebal
= 45 m x 0,88 m x 0,1 m
= 3,96 m3
 Produktivitas tenaga kerja :
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 3,96 m3 : 8 orang
= 0,495 m3 / orang
 Metode pekerjaan :
 Untuk lantai kerja dibawah saluran dibuat dengan ketebalan sesuai
rencana
 Buat adukan lantai kerja dengan campuran yang direncanakan
 Pastikan bahwa lokasi yang dipasang lantai kerja sudah terdapat
urugan pasir dengan ketebalan sesuai rencana dan telah diratakan
 Bersihkan lokasi yang akan dipasang lantai kerja dari sampah atau
kotoran
 Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai
acuan untuk menentukan ketebalan.
 Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
 Beton ready mix dituang dari mobil mixer ke area pekerjaan yang
akan dicor, disalurkan menggunakan pipa baja.
 Pengecoran diberhentikan pada batas zona pengecoran.
 setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.
 setelah beton setengah kaku angkat relat dan ratakan bekas relat
menggunakan ruskam.

80
Gambar 3.8 Pengecoran Lantai Kerja
2. Pekerjaan Perakitan Besi Tulangan
Penggunaan besi tulangan pada saluran berguna untuk memperkuat beton.

Gambar 3.9 Besi tulangan

Gambar 3.10 Detail Tulangan Sengkang ( A )

81
Gambar 3.11 Detail Tulangan Pokok ( B )

Gambar 3.12 Detail Tulangan Sengkang ( C )

 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Bar bender
 Bar Cutter
 Tang Gegep
 Meter
B. Bahan :
 Besi Ø 12
 Besi Ø 10
 Kawat ikat
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 1 orang )
 Pekerja ( 6 orang )
 Volume :
 Dik :
o panjang pekerjaan 45 m,
o Panjang 1 staf besi Ø 10 tulangan pokok 12 m
o Panjang 1 batang besi Ø 12 sengkang 1,98 m
o Untuk tulangan pokok terdapat 13 jalur
5 buah di bagaian lantai saluran

82
4 buah pada dinding saluran x 2 sisi
o Overlap 0,48 m
 Dit : total panjang tulangan pokok dan panjang tulangan sengkang
 Penyelesaian :
 panjang 1 jalur tulangan pokok Ø 10 ( A )
= (12 m x 4 staf)
= 48 m
 Sisa besi tulangan
= total panjang besi – panjang pekerjaan - 3 overlap
= 48 m – 45 m – 1,44 m
= 1,56 m
 Panjang total untuk 13 jalur
= 48 m x 13
= 624 m / 52 staf
 Panjang 1 sengkang Ø 12 = 1,98 m ( B )
Untuk jarak 1 sengkang 0,125 m
= panjang pekerjaan : jarak sengkang
= 45 m : 0,125 m
= 360 buah
= 360 x 1,98 m
= 712,8 m / 59,4 staf
 Sengkang pada sudut dasar saluran Ø 12 = 0,25 m ( C )
= 360 buah x 2 sisi
= 720 buah
= 720 x 0,25 m
= 180 m / 15 staf
 Jumlah tulangan Ø 12
= 15 staf + 59,4 staf
= 74,4 staf -> 75 staf
 Produktivitas tenaga kerja :
 Produktivitas tenaga kerja untuk besi Ø 12
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja

83
= 75 staf : 8 orang
= 9,375 staf / orang
 Produktivitas tenaga kerja untuk besi Ø 10
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 52 staf : 8 orang
= 6,5 staf / orang
 Metode pekerjaan :
 Besi diukur dan di potong mengguanakan berdasarkan ukuran alat
yang sudah di tentukan
 Besi yang sudah dipotong ,dilipat menggunakan alat berdasarkan
ukuran
 Setelah sengkang sudah selesai dibuat, lanjutkan dengan perakitan
besi utntuk badan saluran .
 Ikat besi sengkang berdasarkan jarak pada perencanaan
 Untuk sambungan antara besi tualangan pokok, mengikuti aturan
SNI.

Gambar 3.13 Perakitan Besi Tulangan

84
3. Pekerjaan Pemasangan Bekisting

Gambar 3.14 bekisting ( A ) dan ( B )


 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Pick up
 Palu
 Meter
 Gergaji kayu
B. Bahan :
 Paku
 Bekisting
 Usuk kayu 5/7
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 1 orang )
 Pekerja ( 6 orang )
 Volume :
 Dik : - panjang pemasangan 45 m
- Panjang 1 bekesting 2,44 m
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian : V = Panjang pemasangan : panjang bekisting
= 45 m : 2,44 m

85
= 18,44 buah bekesting x 4 sisi

= 73,76 buah-> 74 buah

Maka 37 buah bekisting ( A ) dan 37 buah bekisting ( B )

 Produktivitas tenaga kerja :


 Produktivitas tenaga kerja bekisting
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 74 buah : 8 orang
= 9,25 buah / orang
 Metode pekerjaan :
 Mulai dengan pengukuran panjang saluran yang akan dipasangkan
bekisting
 Perhitungkan berapa banyak bekistingyang di perlukan
 Angkut bekisting , kayu usuk , bahan dan alat-alat lain dengan pick
up atau truck pengangkut,
 Mulai dengan pengukuran ketinggian dab presisinya pemasangan
bekisting
 Jika sudah presisi dan lurus ,paku usuk kayu pada tubuh beketing
yang bertujuan menguatkan badan bekisting agak tidak bergeser
saat pengecoran

Gambar 3.14 Pemasangan Bekisting

86
4. Pekerjaan Pengecoran Saluran Sekunder
 Pengecoran Lantai Saluran

Gambar 3.15 Lantai Saluran Sekunder


 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Truck Mixer
 Skop
 Cangkul
 Sendok Campuran
 Tali untuk leveling
B. Bahan :
Mutu beton ( K 225 )
 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Air
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 1 orang )
 Pekerja ( 6 orang )
 Volume :
 Dik : panjang 45 m, Lebar 0,68 m, Tebal 0,14 cm
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian : V = Panjang x Lebar x Tebal
= 45 m x 0,68 m x 0,14 m
= 4,284 m3

87
 Produktivitas tenaga kerja :
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= m3 : 8 orang
= 0,535 m3 / orang
 Metode pekerjaan :
 Pasang besi tulangan bottom slab dan dinding
 Pemasangan bekisting bottom slab
 Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai
acuan untuk menentukan ketebalan.
 Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
 Pengecoran bottom slab menggunakan mixer dan concrete vibrator
 setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.

 Pengecoran Dinding Saluran Sekunder


Pengecoran dinding dibuat 2 segmen untuk mempermudah hitungan.

1 2
Gambar 3.16 Dinding Saluran Segmen 1 dan Segmen 2
 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Truck Mixer
 Skop
 Cangkul
 Sendok Campuran

88
 Tali untuk leveling

B. Bahan :
Mutu beton ( K 225 )
 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Air
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 1 orang )
 Pekerja ( 6 orang )
 Volume :
o untuk mempermudah perhitungan, membagi bangunan menjadi 2
segmen
a Segmen 1
 Dik : Panjang 45 m, Lebar 0,60 m, Tebal 0,14 cm
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian : V = Panjang x Lebar x Tebal
= 45 m x 0,60 m x 0,14 m
= 3,78 m3
b Segmen 2
 Dik : Panjang 45 m, alas 0,14 m, tinggi 0,14 cm
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian : V = Panjang x (1/2 alas x tinggi)
= 45 m x (1/2 x 0,14 m x 0,14 m)

= 0,441 m3

o Total Pengecoran dinding saluran


= Segmen 1 + Segmen 2
= 3,78 m3 + 0,441 m3

89
= 4,221 m3 x 2 sisi
= 8,442 m3

 Produktivitas tenaga kerja :


Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 8,442 m3 : 8 orang
= 1,055 m3 / orang
 Metode pekerjaan :
 Setelah selesai pemasangan bekisting untuk didning saluran, akan
dibuat campuran beton untuk pengecoran dinding
 Truck Mixer akan mengantarakan mortar ke tempat yang sudah
ditentukan oleh pekerja.
 Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
 Pengecoran dinding saluran menggunakan mixer dan concrete
vibrator
 setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.

Gambar 3.17 Pengecoran Saluran Sekunder

Tahap 2

1. Pekerjaan Pengecoran Lantai kerja

90
Lantai kerja berfungsi sebagai sarana mempermudah pekerja berdiri diatas
lahan datar lahan kerja tidak kotor dan becek dan merupakan dudukan besi
lapis bawah

Gambar. 3.18 Lantai kerja


 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Truck Mixer
 Skop
 Sendok Campuran
 Pipa kotak
 Sipat datar
B. Bahan :
Mutu beton ( K 100 )
 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Air
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 2 orang )
 Pekerja ( 11 orang )
 Volume :
 Dik : panjang 148,6 m, Lebar 0,88 m, Tebal 0,1 cm
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian :
V = Panjang x Lebar x Tebal

91
= 148,6 m x 0,88 m x 0,1 m
= 13,077 m3

 Produktivitas tenaga kerja :


Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 13,077 m3 : 14 orang
= 0,934 m3 / orang
 Metode pekerjaan :
 Untuk lantai kerja dibawah saluran dibuat dengan ketebalan sesuai
rencana
 Buat adukan lantai kerja dengan campuran yang direncanakan
 Pastikan bahwa lokasi yang dipasang lantai kerja sudah terdapat
urugan pasir dengan ketebalan sesuai rencana dan telah diratakan
 Bersihkan lokasi yang akan dipasang lantai kerja dari sampah atau
kotoran
 Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai
acuan untuk menentukan ketebalan.
 Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
 Beton ready mix dituang dari mobil mixer ke area pekerjaan yang
akan dicor, disalurkan menggunakan pipa baja.
 Pengecoran diberhentikan pada batas zona pengecoran.
 setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.
 setelah beton setengah kaku angkat relat dan ratakan bekas relat
menggunakan ruskam.

92
Gambar 3.19 Pengecoran Lantai Kerja

2. Pekerjaan Perakitan Besi Tulangan


Penggunaan besi tulangan pada saluran berguna untuk memperkuat beton.

Gambar 3.20 Besi tulangan

Gambar 3.21 Detail Tulangan Sengkang ( A )

93
Gambar 3.22 Detail Tulangan Pokok ( B )

Gambar 3.23 Detail Tulangan Sengkang ( C )

 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Bar bender
 Bar Cutter
 Tang Gegep
 Meter
B. Bahan :
 Besi Ø 12
 Besi Ø 10
 Kawat ikat
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 2 orang )
 Pekerja ( 11 orang )
 Volume :
 Dik :
o panjang pekerjaan 148,6 m,
o Panjang 1 staf besi Ø 10 tulangan pokok 12 m
o Panjang 1 batang besi Ø 12 sengkang 1,98 m

94
o Untuk tulangan pokok terdapat 13 jalur
5 buah di bagaian lantai saluran
4 buah pada dinding saluran x 2 sisi
o Overlap 0,48 m
 Dit : total panjang tulangan pokok dan panjang tulangan sengkang
 Penyelesaian :
 panjang 1 jalur tulangan pokok Ø 10 ( A )
= (12 m x 13 staf)
= 156 m
 Sisa besi tulangan
= total panjang besi – panjang pekerjaan - 13 overlap + sisa besi
= 156 m – 148,6 m – 6,24 m + 1,56 m
= 2,72 m
 Panjang total untuk 13 jalur
= 156 m x 13
= 2.028 m / 169 staf
 Panjang 1 sengkang Ø 12 = 1,98 m ( B )
Untuk jarak 1 sengkang 0,125 m
= panjang pekerjaan : jarak sengkang
= 148,6 m : 0,125 m
= 1.188,8 buah
= 1.188,8 x 1,98 m
= 2.353,824 m / 196,152 staf
 Sengkang pada sudut dasar saluran Ø 12 = 0,25 m ( C )
= 1.188,8 buah x 2 sisi
= 2.377,6 buah
= 2.377,6 x 0,25 m
= 594,4 m / 49,53 staf
 Jumlah tulangan Ø 12
= 49,53 + 196,15 staf
= 245,68 staf -> 246 staf
 Produktivitas tenaga kerja :

95
 Produktivitas tenaga kerja untuk besi Ø 12
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 246 staf : 14 orang
= 17,571 staf / orang
 Produktivitas tenaga kerja untuk besi Ø 10
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 169 staf : 14 orang
= 12,071 staf / orang
 Metode pekerjaan :
 Besi diukur dan di potong mengguanakan berdasarkan ukuran alat
yang sudah di tentukan
 Besi yang sudah dipotong ,dilipat menggunakan alat berdasarkan
ukuran
 Setelah sengkang sudah selesai dibuat, lanjutkan dengan perakitan
besi utntuk badan saluran .
 Ikat besi sengkang berdasarkan jarak pada perencanaan
 Untuk sambungan antara besi tualangan pokok, mengikuti aturan
SNI.

Gambar 3.24 Perakitan Besi Tulangan

96
3. Pekerjaan Pemasangan Bekisting

Gambar 3.25 beskisting ( A ) dan ( B )


 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Pick up
 Palu
 Meter
 Gergaji kayu
B. Bahan :
 Paku
 Bekisting
 Usuk kayu 5/7
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 2 orang )
 Pekerja ( 11 orang )
 Volume :
 Dik : - panjang pemasangan 148,6 m
- Panjang 1 bekesting 2,44 m
 Dit : V = ...?

97
 Penyelesaian : V = Panjang pemasangan : panjang bekisting
= 148,6 m : 2,44 m
= 60,90 buah bekesting x 4 sisi
= 243,6 buah-> 244 buah
Berarti 122 buah bekisting ( A ) dan 122 buah bekisting ( B )

 Produktivitas tenaga kerja :


 Produktivitas tenaga kerja bekisting
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 244 buah : 14 orang
= 17,43 buah / orang
 Metode pekerjaan :
 Mulai dengan pengukuran panjang saluran yang akan dipasangkan
bekisting
 Perhitungkan berapa banyak bekistingyang di perlukan
 Angkut bekisting , kayu usuk , bahan dan alat-alat lain dengan pick
up atau truck pengangkut,
 Mulai dengan pengukuran ketinggian dab presisinya pemasangan
bekisting
 Jika sudah presisi dan lurus ,paku usuk kayu pada tubuh beketing
yang bertujuan menguatkan badan bekisting agak tidak bergeser
saat pengecoran

Gambar 3.26 Pemasangan Bekisting

98
4. Pekerjaan Pengecoran Saluran Sekunder
 Pengecoran Lantai Saluran

Gambar 3.27 Lantai Saluran Sekunder


 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Truck Mixer
 Skop
 Cangkul
 Sendok Campuran
 Tali untuk leveling
B. Bahan :
Mutu beton ( K 225 )
 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Air
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 2 orang )
 Pekerja ( 11 orang )
 Volume :
 Dik : panjang 148,6 m, Lebar 0,68 m, Tebal 0,14 cm

99
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian : V = Panjang x Lebar x Tebal
= 148,6 m x 0,68 m x 0,14 m
= 14,15 m3

 Produktivitas tenaga kerja :


Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 14,15 m3 : 14 orang
= 1,01 m3 / orang
 Metode pekerjaan :
 Pasang besi tulangan bottom slab dan dinding
 Pemasangan bekisting bottom slab
 Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai
acuan untuk menentukan ketebalan.
 Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
 Pengecoran bottom slab menggunakan mixer dan concrete vibrator
 setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.

Gambar 3.28 Pengecoran Lantai Saluran

100
 Pengecoran Dinding Saluran Sekunder
Pengecoran dinding dibuat 2 segmen untuk mempermudah hitungan.

1 2
Gambar 3.29 Dinding Saluran Segmen 1 dan Segmen 2
 Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
 Truck Mixer
 Skop
 Cangkul
 Sendok Campuran
 Tali untuk leveling
B. Bahan :
Mutu beton ( K 225 )
 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Air
C. Pekerja :
 Mandor ( 1 orang )
 Kepala Tukang ( 2 orang )
 Pekerja ( 11 orang )

101
 Volume :
o untuk mempermudah perhitungan , membagi bangunan menjadi 2
segmen
a Segmen 1
 Dik : Panjang 148,6 m, Lebar 0,60 m, Tebal 0,14 cm
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian : V = Panjang x Lebar x Tebal
= 148,6 m x 0,60 m x 0,14 m
= 12,48 m3
b Segmen 2
 Dik : Panjang 148,6 m, alas 0,14 m, tinggi 0,14 cm
 Dit : V = ...?
 Penyelesaian : V = Panjang x (1/2 alas x tinggi)
= 148,6 m x (1/2 x 0,14 m x 0,14 m)
= 1,46 m3
o Total Pengecoran dinding saluran
= Segmen 1 + Segmen 2
= 12,48 m3 + 1,46 m3
= 13,94 m3 x 2 sisi
= 27,88 m3
 Produktivitas tenaga kerja :
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 27,88 m3 : 14 orang
= 1,99 m3 / orang
 Metode pekerjaan :
 Setelah selesai pemasangan bekisting untuk didning saluran, akan
dibuat campuran beton untuk pengecoran dinding
 Truck Mixer akan mengantarakan mortar ke tempat yang sudah
ditentukan oleh pekerja.
 Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
 Pengecoran dinding saluran menggunakan mixer dan concrete
vibrator

102
 setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.

Gambar 3.30 Pengecoran Dinding Saluran

3.4 Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan

Pengendalian konstruksi adalah membandingkan apa yang


direncanakan dan apa yang dibutuhkan oleh pemilik proyek dalam batasan
biaya, waktu, dan mutu yang telah disepakati dengan mutu serta faktor-faktor
lain yang berhubungan dengan kepentingan proyek.
Dalam pengendalian sebuah proyek konstruksi ada 3 aspek pengendalian
yang meliputi:
1. Pengendalian waktu
2. Pengendalian biaya
3. Pengendalian mutu
3.4.1 Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pelaksanaan pekerjaan untuk menghindari resiko keterlambatan dan
pembengkakan biaya. Untuk menghindari resiko tersebut diatas maka
kontraktor harus bekerja sesuai dengan time schedule yang telah
ditetapkan.Pengendalian waktu adalah suatu bentuk sistem pengendalian
terhadap waktu agar pelaksanaan proyek berjalan dengan baik dan tepat

103
waktu. Pengendalian waktu meliputi pengawasan secara teratur terhadap
pelaksanaan pekerjaan.
Sedikit gambaran dari Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I.
Dalam Kom D.I. Oesao memiliki sebuah kelemahan dalam proses
pengendalian waktu dimana kegiatan proyek tidak berjalan sesuai time
scedule karena keterlambatan dalam membayar upah atau gaji tenaga
pekerja, operator alat berat. Dari permasalahan ini, kedua pihak sepakat
untuk melakukan perundingan untuk segera membayar upah dan gaji serta
menambah tenaga dan jam kerja sehingga pekerjaan rampung sesuai
jadwal pelaksanaan/time scedule.
Dalam memperlancar pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Sub D.I Dalam Kom D.I. Oesao, Kabupaten Kupang maka
dilakukan penjadwalan waktu pelaksanaan pekerjaan yang di uraikan
sebagai berikut :
1) Jam 08.00 pagi – 12.00 siang
2) Jam 12.00 siang – 13.00 siang (waktu istirahat/makan)
3) Jam 13.00 siang – 17.00 sore
4) Jam 18.00 sore – 23.00 malam (waktu lembur)
3.4.2 Pengendalian Biaya
Prinsip dasar dari pengendalian biaya adalah mengetahui biaya
pekerjaan yang sedang berlangsung dan membandingkan dengan standar
yang direncanakan serta menghindari pembengkakan biaya dalam suatu
pelaksanaan pekerjaan. Manfaat pengendalian biaya adalah mengontrol
arah usaha agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengendalian biaya adalah sebagai berikut:
Rencana Anggaran Biaya (RAB), yaitu total biaya dari awal hingga
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek.
a. Membuat perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap
item pekerjaan kemudian dilakukan pengontrolan.
b. Tenaga kerja berhubungan dengan upah, upah merupakan suatu
imbalan atau gaji berupa uang yang diberikan kepada pekerja yang

104
telah memberikan jasanya kepada kontraktor. Pada umumnya,
pembagian upah pekerja dibagi menjadi:
 Upah borongan, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor
berdasarkan besarnya pekerjaan sesuai dengan perjanjian kepada
tenaga kerja.
 Upah m3 yaitu upah yang dibayarkan kontraktor berdasarkan
kubikasi pekerjaan yang telah dikerjakan.
 Upah harian, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor kepada
tenaga kerja per hari.
 Upah bulanan, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor kepada
tenaga kerja dalam jangka waktu 1 bulan, pembayaran dilakukan
satu bulan satu kali.
c. Material dan bahan, yaitu pemanfaatan material dan bahan secara
efisien serta pencatatan terhadap keluar – masuk material dan bahan
tersebut sehingga penggunaannya dapat dikontrol dengan baik.
d. Peralatan, yaitu menggunakan peralatan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan.

Pada pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi


Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao dilakukan dengan tiga metode
pembayaran antara lain :
1. Pembayaran Upah dengan Cara Borongan
Demi kelancaran pekerjaan maka sering dilakukan dengan sistem
borongan. Para pekerja dengan menggunakan sistem pembayaran
perharian oleh pemborongnya yaitu kepala tukang. Upah dengan
sistem ini kontraktor akan membayar apabila semua pekerjaan yang
diborong dianggap selesai.
2. Pembayaran Upah Harian
Dalam pembayan sistem ini upah pekerja dibayar empat kali dalam
waktu satu bulan dengan memperhitungkan pekerjaan yang
dilaksanakan selama sehari. Sistem ini sudah disepakati bersama
dengan para tukang dan pemborongnya, pembayaran upah hari ini

105
termasuk pembayaran pekerja lembur. Jenis pekerjaan sama dengan
yang dilaksanakan atau yang dikerjakan.

3. Pembayaran Upah Bulanan


Pada proses pembayaran ini dipakai untuk pekerja yang bekerja
dalam jangka waktu yang lama. Besar pembayaran upah tergantung
dari kesepakatan kedua belah pihak.

3.4.3 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu adalah suatu bentuk sistem untuk mengendalikan
mutu dari bahan-bahan yang digunakan pada pelaksanaan suatu proyek.
Tujuan dari pengendalian mutu adalah agar bahan-bahan yang digunakan
pada proyek tersebut sesuai dengan spesifikasi yang ada dalam kontrak
sehingga kualitas proyek dapat terjamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pengendalian mutu terdiri dari:
1) Pengecekan dan pengkajian, yaitu melakukan pengecekan dan
pengkajian terhadap gambar konstruksi dan perhitungan.
2) Pemeriksaan kemampuan peralatan, yaitu pemeriksaan terhadap
kemampuan fisik alat dengan melakukan uji coba pada alat tersebut.
3) Pengujian dengan pengambilan contoh, yaitu bahan yang akan
digunakan untuk suatu konstruksi sebaiknya diuji atau diperiksa
terlebih dahulu di laboratorium dan atau pengujian langsung di
lapangan untuk mengetahui karakteristik dan mutu bahan – bahan
tersebut.

106
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan Praktek Kerja Lapangan secara langsung
pekerjaan Saluran Sekunder pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SUB
D.I Dalam Kom D.I Oesao, Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur,
Kabupaten Kupang.maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Dalam proses pelaksanaan pekerjaan Saluran Sekunder ada bebrapa
tahapan, antara lain pekerjaan pengecoran lantai kerja, pekerjaan
perakitan besi tulangan dan pemasangan bekisting, dan pengecoran
saluran sekunder , mulai dari lantai saluran sampai dinding saluran
2. Keterkaitan antara teori dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan adalah
bahwasanya teori itu digunakan sebagai dasar dan standar dalam
melaksanakan suatu kegiatan, yang muncul dari hasil penelitian akan
suatu masalah yang kemudian digunakan untuk memecahkan masalah
itu sendiri.
Dalam Praktek Kerja Lapangan ini keterkaitan antara teori dan
pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder di lapangan yaitu metode-
metode pelaksanaan dan perhitungan-perhitungan yang ada pada teori
dapat digunakan dalam mengatasi masalah-masalah pelaksanan
pekerjaan di lapangan.
3. Hal-hal baru yang didapat selama Praktek Kerja Lapangan adalah :
a. Mengajarkan pentingnya membangun komunikasi yang baik dengan
rekan kerja, sehingga mampu bekerja sama dalam tim.
b. Pentingnya menumbuhkan rasa percaya diri agar dapat berkembang
dan menjadi profesional.
c. Pentingnya bersikap kritis akan suatu masalah dan mencoba untuk
memecahkan masalah dengan pertimbangan-pertimbangan.

107
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang diberikan penulis dalam laporan ini yaitu
sebagai berikut :
1. Kepada pihak lembaga Politeknik Negeri Kupang, agar kiranya tidak
menunda-nunda jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di
Jurusan Teknik Sipil, agar waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
selesai tepat pada waktunya dan tidak terkesan terburu-buru, hal ini
agar mahasiswa yang mengikuti Praktek Kerja Lapangan dapat lebih
fokus dalam penyusuan laporan, tanpa sedikit di hambat oleh tugas
kuliahnnya.
2. Kepada pihak kontraktor pelaksana, agar bisa mengatur manajemen
dalam kepengurusan agar dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan
tidak ada saling menyalahi tupoksi pekerjaan masing-masing.
3. Kepada teman-teman yang selanjutnya yang juga akan melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan, perlu di memperhatikan kesungguhan dalam
Praktek Kerja Lapangan nanti, sehingga berbagai hasil dalam tinjauan
pekerjaannya dapat di sesuaikan dengan teori di perkuliahan

108
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, 2013,


Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi,
KP-01.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, 2013,


Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bangunan Utama,
KP-02.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, 2013,


Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan,
KP-04.

Erman mawardi, 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Bandung : Alfabeta


Ervianto, W, 2003. Manajemen Proyek Kontruksi Edisi Revisi, Yogyakarta : Andi
Gandakoesuma R, 1981. Arti Irigasi pada Umumnya. Bandung: CV.
GalangPersada.
Hansen,EVoughan, dkk,1992. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. Bandung :
Erlangga.
Anwar,Syaiful,2014. World of Agriculture. http:// Saluran Irigasi ~ World of
Agriculture.htm [diakses 15 november 2020].
Technologies,GCP,Apllied,2018.https://gcpat.com/en/about/news/blog/
sustainability-guidelines-certification[diakses 03 Januari 2021].

109

Anda mungkin juga menyukai