PENDAHULUAN
1
dapat membantu masyarakat khususnya para petani dalam mengolah lahan
pertanian untuk menghasilkan kebutuhan pangan di Desa Oesao, Kecamatan
Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan nomor
DIPA SP DIPA-033.06.1.498267/2020 dan nilai kontrak sebesar Rp.
16.463.840.000,- (Enam Belas Milyar Empat Ratus Enam Puluh Tiga
Juta Delapan Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah)
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan keterampilan maka
Politeknik Negeri Kupang melakukan pengembangan mahasiswa khususnya
pada Jurusan Teknik Sipil melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL), serta
melatih Mahasiswa untuk menjadi tenaga-tenaga profesional yang siap terjun
di dunia kerja.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis mengambil Judul
Praktek Kerja Lapangan ( PKL )sebagai berikut:
“ TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN SALURAN SEKUNDER
PADA PROYEK REHABILITASI JARINGAN IRIGASI SUB D.I
DALAM KOM D.I OESAO KECAMATAN KUPANG TIMUR,
KABUPATEN KUPANG” yang dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober s/d
19 Desember 2020.
2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini
adalah :
Untuk menjelaskan proses pelaksanaan pekerjaan Saluran
Sekunder pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SUB D.I. Dalam Kom
D.I. Oesao, Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
3
Pekerjaan Perakitan besih tulangan Saluran Sekunder
Pekerjaan Pengecoran Saluran Sekunder
BAB I PENDAHULUAN
4
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak ( PP
Nomor 20 Tahun 2006 ). Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang
menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang
produksi pertanian (Mawardi, 2007).
Jaringan irigasi adalah kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi mulai dari pengambilan, pembagian, pemberian
dan penggunaan. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006
tentang jaringan irigasi, yang dimaksud adalah saluran, bangunan dan
bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan
untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air
irigasi, jaringan irigasi dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Jaringan Irigasi Primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran pembuangnya,
bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan
pelengkapnya.
2. Jaringan Irigasi Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang
terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangnya, bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya.
6
2.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan buku Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01 Tahun 2013
tentang jaringan irigasi, cara pengaturan pengukuran aliran air dan
lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan
yakni:
1. Jaringan Irigasi Sederhana
2. Jaringan Irigasi Semiteknis, atau
3. Jaringan Irigasi Teknis.
Kemampuan
bangunan dalam
2 mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
7
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur
fungsional pokok, yaitu:
1. Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk,
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke
petak-petak tersier,
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem
pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-
sawah dan kelebihan air ditampung didalam suatu sistem
pembuangan didalam petak tersier,
4. Sistem pembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk
membuang kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran
alamiah.
2.2.1 Jaringan Irigasi Sederhana
Didalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air
lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air itu
tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi yang sama, sehingga tidak
memerlukan keterlibatan pemerintah didalam organisasi jaringan irigasi
semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan
berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak
diperlukan teknik yang sulit untuk sistem pembagian airnya.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi tetapi
memiliki kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada
pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah
yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah
rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak penyadapan yang
memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap desa
membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan
pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen, maka umurnya mungkin
pendek ( KP 01 tahun 2013)
8
Gambar 2.1 Jaringan Irigasi Sederhana
(Sumber : KP 01 tahun 2013)
9
Gambar 2.2 jaringan irigasi semiteknis
(Sumber : KP 01 tahun 2013)
10
1. dalam proses pemberian air irigasi untuk petak sawah terjauh sering
tidak terpenuhi,
2. kesulitan dalam mengendalikan proses pembagian air sehingga sering
terjadi pencurian air,
3. banyak petak tersier yang rusak akibat organisasi petani setempat yang
tidak terkelola dengan baik.
11
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam
ini adalah pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan
saluran lebih rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek
dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan
semacam ini lebih sulit diatur dan dioperasikan sering banjir, lebih cepat
rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Bangunan-
bangunan tertentu didalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat
seperti bendung dan relatif mahal.
2.3 Bangunan
2.3.1 Bangunan Utama
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk
membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk
keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen
yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu
atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan)
12
kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan
pelengkap.(KP 01 tahun 2013)
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori,
bergantung kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
kategori.
a. Bendung Gerak
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk
meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.
Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command
area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu
yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi
banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung
adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air
sungai untuk keperluan irigasi.
b. Bendung Karet
Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh bendung yang
terbuat dari karet dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai
dudukan tabung karet serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan
beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang dan
mengempisnya tabung karet. Bendung berfungsi meninggikan muka
air dengan cara mengembangkan tubuh bendung dan menurunkan
muka air dengan cara mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari
tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara
atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen
pengontrol udara atau air (manometer).
c. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur
tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka
air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumah air
yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.
13
d. Pengambilan dari Waduk (Reservoir)
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada
waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu
terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk
mengatur aliran sungai.
Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi
seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik,
pengendali banjir, perikanan dsb. Waduk yang berukuran lebih kecil
dipakai untuk keperluan irigasi saja.
e. Stasiun Pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan
secara gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun
ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal
kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal.
14
2. Jaringan Saluran Irigasi Tersier
- Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas
ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir.
- Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.
- Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter
sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di
lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses petani dari dan ke
sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling
ujung.
- Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar
petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan
pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili
wilayah P3A atau GP3A setempat.
3. Garis Sempadan Saluran
- Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka perlu
ditetapkan garis sempadan saluran dan bangunan irigasi yang
jauhnya ditentukan dalam peraturan perundangan sempadan
saluran.(KP 01 tahun 2013)
15
Gambar 2.4 Saluran Primer dan Sekunder
(Sumber : KP 01 tahun 2013)
b. Saluran Pembuang
1. Jaringan Saluran Pembuang Tersier
- Saluran pembuang kuarter terletak didalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut
kedalam saluran pembuang tersier.
- Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier
yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan
menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawah-
sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.
2. Jaringan Saluran Pembuang Utama
- Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer
atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah
irigasi.
- Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering
berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air
tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut (KP 01 tahun 2013)
16
2.3.3 Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi
dengan pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air
irigasi sesuai jumlah dan pada waktu tertentu (KP 01 tahun 2013)
Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-
kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan
sistem proporsional. Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat
ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama.
2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.
Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam
irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan
sistem golongan.
Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu
dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.
a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu
titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran
atau lebih.
b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau
sekunder ke saluran tersier penerima.
c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian
bangunan.
d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran
atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter).
2.3.4 Bangunan-Bangunan Pengukur dan Pengatur
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang
saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun
tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran
atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur aliran bawah (underflow).
Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur
aliran air (KP 01 tahun 2013)
17
Tabel 2.2 Alat-alat Ukur
Tipe Mengukur dengan Mengatur
Bangunan ukur ambang lebar Aliran Atas Tidak
Bangunan ukur Parshall Aliran Atas Tidak
Bangunan ukur Cipoletti Aliran Atas Tidak
Bangunan ukur Romijn Aliran Atas Ya
Bangunan ukur Crump-de Gruyter Aliran Bawah Ya
Bangunan sadap pipa sederhana Aliran Bawah Ya
Constant-Head Orifice (CHO) Aliran Bawah Ya
(Sumber : KP 01/2013)
Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan, bangunan
ukur yang dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu
banyak, dan diharapkan pula pemakaian alat ukur tersebut bisa benar-
benar mengatasi permasalahan yang dihadapi para petani. KP-04
Bangunan memberikan uraian terinci mengenai peralatan ukur dan
penggunaannya.
Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya :
- Di hulu saluran primer
Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran
dan pintu sorong atau radial untuk pengatur.
- Di bangunan bagi bangunan sadap sekunder
Pintu Romijn dan pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur
dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang
lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk
saluran primer.
- Bangunan sadap tersier
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau
jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de
Gruyter. Di petak-petak tersier kecil disepanjang saluran primer
dengan tinggi muka air yang bervariasi dapat dipertimbangkan untuk
memakai bangunan sadap pipa sederhana, di lokasi yang petani tidak
bisa menerima bentuk ambang sebaiknya dipasang alat ukur parshall
atau cut throat flume.
Alat ukur parshall memerlukan ruangan yang panjang, presisi yang
18
tinggi dan sulit pembacaannya, alat ukur cut throat flume lebih pendek
dan mudah pembacaannya.
19
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas
medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan
tinggi energi yang besar. Got miring berupa potongan saluran
yang diberi pasangan (lining) dengan aliran superkritis, dan
umumnya mengikuti kemiringan medan alamiah.
b. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis (bangunan silang)
1. Gorong-Gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat dimana saluran lewat
dibawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang
lewat dibawah saluran. Aliran didalam gorong-gorong umumnya
aliran bebas.
2. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran
lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-
lembah. Aliran didalam talang adalah aliran bebas.
3. Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan
gravitasi dibawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau
sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air dibawah jalan,
jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon
merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan
air secara penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan.
4. Jembatan Sipon
Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar
tinggi tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan
pendukung diatas lembah yang dalam.
5. Flum (Flume)
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
melalui situasi- situasi medan tertentu, misalnya:
- flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air disepanjang
lereng bukit yang curam.
- flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air
20
irigasi lewat diatas saluran pembuang atau jalan air lainnya.
- flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way)
terbatas atau jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat
potongan melintang saluran trapesium biasa.
Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi empat
atau setengah bulat. Aliran dalam flum adalah aliran bebas.
6. Saluran Tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu
daerah dimana potongan melintang harus dibuat pada galian yang
dalam dengan lereng-lereng tinggi yang tidak stabil. Saluran
tertutup juga dibangun di daerah-daerah permukiman dan di
daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan banjir. Bentuk
potongan melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun
adalah segi empat atau bulat. Biasanya aliran didalam saluran
tertutup adalah aliran bebas.
7. Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran
memungkinkan untuk saluran tertutup guna mengalirkan air
melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi. Biasanya aliran
didalam terowongan adalah aliran bebas.
2.3.7 Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari
luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan
air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang
berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar
saluran (KP 01 tahun 2013)
a. Bangunan Pembuang Silang
Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling
umum digunakan sebagai lindungan-luar, lihat juga pasal mengenai
bangunan pembawa.
Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil melintas saluran pembuang
yang besar. Dalam hal ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk
21
membawa air irigasi dengan sipon lewat dibawah saluran pembuang
tersebut.
Overchute akan direncana jika elevasi dasar saluran pembuang
disebelah hulu saluran irigasi lebih besar daripada permukaan air
normal di saluran.
b. Pelimpah (Spillway)
Ada tiga tipe lindungandalam yang umum dipakai, yaitu saluran
pelimpah, sipon pelimpah dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur
pelimpah diperlukan tepat di hulu bangunan bagi, di ujung hilir
saluran primer atau sekunder dan di tempat-tempat lain yang
dianggap perlu demi keamanan jaringan. Bangunan pelimpah
bekerja otomatis dengan naiknya muka air.
c. Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment Excluder)
Bangunan ini dimaksudkan untuk mengeluarkan endapan sedimen
sepanjang saluran primer dan sekunder pada lokasi persilangan
dengan sungai. Pada ruas saluran ini sedimen diijinkan mengendap
dan dikuras melewati pintu secara periodik.
d. Bangunan Penguras (Wasteway)
Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan
dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran
bila diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, bangunan ini
dapat digabung dengan bangunan pelimpah.
e. Saluran Pembuang Samping
Aliran buangan biasanya ditampung di saluran pembuang terbuka
yang mengalir pararel disebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran
ini membawa air ke bangunan pembuang silang atau, jika debit
relatif kecil dibanding aliran air irigasi ke dalam saluran irigasi itu
melalui lubang pembuang.
f. Saluran Gendong
Saluran gendong adalah saluran drainase yang sejajar dengan
saluran irigasi, berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) dari
luar areal irigasi yang masuk ke dalam saluran irigasi. Air yang
22
masuk saluran gendong dialirkan keluar ke saluran alam atau
drainase yang terdekat.
2.3.8 Jalan dan Jembatan
Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.
Masyarakat boleh menggunakan jalan- jalan inspeksi ini untuk keperluan-
keperluan tertentu saja.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya,
maka tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut.
Biasanya jalan inspeksi terletak disepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan
dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang
saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi
dengan jalan umum.
Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter
sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan
jalan petani yang rusak atau tidak ada sama sekali sehingga akses petani
dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang
paling ujung (KP 01 tahun 2013)
23
sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat;
- Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk
memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak
lereng;
- Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon dan
gorong- gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut;
- Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.
- Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara
petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian
permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembangunannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta letaknya di setiap
bangunan sadap/offtake.
2.4 Metode Pelaksanaan Teknis di Lapangan
A. PEKERJAAN SALURAN
a) Pekerjaan Pembersihan
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membersihkan lokasi dari segala
sesuatu yang dapat menghambat pekerjaan nantinya.
Pekerjaan perintisan dan pembersihan (clearing an grubbing)
mencakup penebangan semak-semak dan pohon, pembongkaran akar-
akar pohon, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah yang dipadatkan
kemudian membakar atau membuang ke luar areal pekerjaan.
Pekerjaan Kosrekan ini dilakukan untuk merapikan tanah yang sudah
dilakukan pekerjaan perintisan. Pekerjaan ini dilaksanakan pada
semua bidang areal pekerjaan dimana akan dilakukan pekerjaan
timbunan.
Setelah lahan bersih maka areal yang akan ditimbun tersebut
dikupas dengan mengunakan buldoser, besaran kupasan dengan
tebal ± 20 cm atau sesuai spesifikasi teknik dengan persetujuan
direksi pekerjaan.
Hasil kupasan dibuang dikanan kiri lokasi yang tidak mengganggu
pekerjaan.
24
Gambar 2.5 Pembersihan Lokasi
25
Gambar 2.6 Pembongkaran pada struktur lama
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
c) Galian Tanah & Galian Batu termasuk Perapihan Galian
Untuk pekerjaan galian tanah biasa digunakan dengan alat berat
excavator di laksanakan pada pekerjaan galian untuk bangunan
dengan metode kerja sebagai berikut :
26
syarat, untuk tanah yang tidak memenuhi syarat dibuang ke tempat
pembuangan dengan persetujuan direksi pekerjaan.
Begitu seterusnya sampai pekerjaan selesai sesuai dengan
gambar kerja dan perhitungan dalam pembuatan MC – 0%.
27
timbunanan tanah ini dilaksanakan dengan ketentuan dan spesikasi dan
persetujuan direksi pekerjaan,
Sebelum dilakukan pekerjaan ini langkah pertama yang dilakukan
adalah membuat patok profil yang menandakan batas permukaan dari
timbunan nantinya. Setelah itu maka dapat dilaksanakan pekerjaan
timbunan tanah yang didatangkan dari borrow area dengan jarak, 5 – 7
Km, 7 – 9 Km, 9 – 10 Km, 9 -10 Km, 10 – 12 Km, 12 – 14 Km,
dengan mengunakan dump truck.
Bahan untuk timbunan ini menggunakan tanah pilihan yang homogen ,
bersih dan bebas dari lumpur , humus , akar - akar dan bahan organik
lain.
Bahan - bahan hasil galian dari borrow dimana tanah tersebut sudah
diadakan pengujian dan disetujui oleh direksi pekerjaan.
Pembuatan tanggul / timbunan dipadatkan menurut profil dan
ukuran yang seperti yang ditunjukan dalam gambar dalam atau yang
ditetapkan oleh Direksi.
Bahan untuk Konstruksi tanggul / timbunan harus dihamparkan
menurut ketebalan 30 cm dan kemiringan 1 : 25 atau seperti ditunjukan
dalam gambar.
Bahan material yang dipergunakan harus dihamparkan lapis demi lapis
menggunakan Bulldozer mendatar selebar tanggul / timbunan ,
ditambah masing - masing 40 cm diluar profil lereng tanggul timbunan
rencana untuk kemudahan dalam pekerjaan.
Sebelum penghamparan bahan - bahan tersebut dilakukan, Pengawas
dapat menentukan agar terlebih dahulu menyiapkan lapisan awal
torehan sedalam sekitan 2 cm
Seluruh lebar hamparan bahan tanggul / timbunan tersebut harus
dipadatkan dengan alat pemadat yang sesuai dan disetujui oleh Direksi,
sehingga mencapai kepadatan maksimum seperti ditentukan oleh
Direksi.
Pemadatan harus dilakukan selapis demi selapis dengan hasil
kepadatan mencapai 95% atau yang disetujui Direksi. Setiap lapis harus
28
diuji kepadatannya sehingga nanti akan didapat berapa lintasan yang
dibutuhkan untuk lapis - lapis selanjutnya.
Untuk mencapai timbunan yang direncanakan, maka harus
memperhitungkan kebutuhan tanah timbunan akibat adanya
penyusutan tanah dengan cara menambah ekstra ketinggian
secukupnya.
Dalam pelaksanaan timbunan tanah dipadatkan dari borrow area akan
selalu dilakukan pengujian perlayer untuk memastikan hasil kepadatan
maksimal dengan cara pengujian sandcone.
Pasir Ottawa yang digunakan adalah lolos saringan no. 10 dan tertahan
disaringan no. 200
29
Gambar 2.9 Proses pelaksanaan sand cone
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
Prosedur
Pelaksanaan di loboratorium
Penentuan berat isi pasir
30
Letakkan plat corong pada permukaan yang telah dikokohkan
keempat sisinya dengan paku
Gali lubang sedalam 10 – 15 cm membentuk permukaan corong.
Tanah galian diletakkan di ember plastik kemudian timbang
Letakkan botol dengan posisi terbalik pada plat dasar yang telah
digali lalu kran dibuka hingga pasir memenuhi lubang galian
Timbang botol berisi sisa pasir
Hitung berat pasir dalam lubang dengan cara mengurangkan berat
pasir dalam (lubang + corong) dengan berat pasir dalam corong
yang telah ditimbang di laboratorium.
31
Gambar 2.10 pemasangan besi tulangan
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
32
Gambar 2.11 proses pengkuran Slump
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
Bahan-bahan adukan beton akan diaduk didalam beton mollen
mekanis yang kapasitasnya cukup. Jumlah beton mollen harus diatur
sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengecoran.
Pengadukan setiap pencampuran dengan pencampuran berikutnya
harus diatur waktunya, sehingga tidak tersendat-sendat harus terus
menerus sampai mencapai volume yang dikehendaki. Kapasitas
beton mollen yang dipakai harus mendapat persetujuan direksi
teknis, dan akan dilarang pemakaiannya bilamana menurut direksi
teknis kapasitasnya kurang. Setiap beton mollen yang tidak
memuaskan keadaanya, harus segera diperbaiki dengan efektif kalau
tidak, harus diganti, beton mollen tidak boleh diisi melebihi
kapasitasnya. Pengadukan dilakukan terus sampai tercapai
pencampuran yang merata dan hasil warna yang seragam dan
kekentalan yang sama.
Bagaimanapun waktu pengadukan tidak boleh kurang dari 1½
menit, setelah semua bahan dimasukkan kecuali air, direksi teknis
mempunyai hak untuk menambah waktu minimum pengadukan
bilamana pemasukan bahan dan jalannya pengadukan gagal
menghasilkan kekentalan yang seragam.
Untuk kelengkapan pengecoran harus disediakan alat untuk
mengangkut material ketempat beton mollen dengan menggunakan
gerobak sorong, kemudian ditakar dengan bak volume yang dibuat
dari kayu yang kuat. Dalam hal pekerjaan yang tidak bisa ditunda
33
diadakan pekerjaan lembur, maka kontraktor harus menyediakan kain
terpal/plastic untuk menutup bidang pengecoran, apabila turun hujan,
sehingga pelaksanaan pengecoran tidak terganggu. Demikian pula
untuk keperluan lembur malam harus disiapkan lampu-lampu sorot
yang terang kearah pekerjaan pengecoran berlangsung.
Guna menjaga mutu beton yang disyaratkan untuk linning saluran
akan selalu dilakukan pengambilan sample beton per 50 M3 volume
beton sebanyak 9 sample berbentuk silinder dimana masing-masing
akan digunakan untuk pengujian strength test pada hari ke tiga
sebanyak 3 sample hari ke tujuh sebanyak 3 sample dan hari ke 28
sebanyak 3 sample,
Sample – sample tersebut sebelum dimasukkan ke dalam silinder
akan dlakukan slump test terlebih dahulu guna mengetahui kadar air
beton/kelecakan beton yang berhubungan dengan mutu beton.
Peralatan uji Slump Test yang akan digunakan adalah kerucut
abrams dengan ukuran diameter atas 10 Cm dan diameter bawah 20
cm serta tinggi 30 cm tongkat baja dengan apanjang 60 cm dan
diameter 16 mm.
Kerucut abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak
menyerap air (menggunakan plat baja) Kemudian adukan beton
dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kirasama tebalnya dan setiap
lapis ditusuk 25-30 kali dengan menggunakan tongkat baja supaya
adukan yang masuk dalam kerucut lebih padat.
h) Pekerjaan Begesting
Pelaksanaan pekerjaan ini secara manual. Pekerja dan tukang
memotong dan memasang kayu dengan ukuran sesuai keperluan
perancah menggunakan alat-alat bantu seperti gergaji, pemukul,
linggis, tang dll
Setiap akan memulai pekerjaan selalu didahului dengan permohonan
memulai pekerjaan kepada Direksi Teknik (Request of
Work).Bekisting akan dibongkar kembali setelah pekerjaan beton
selesai dan umur beton yang dikerjakan sudah terpenuhi.
34
Gambar 2.12 Bekisting
(Sumber : Dokumen Metode Pelaksanaan)
i) Pemasangan Joint Sealent
Pengadaan Rubber water stop dengan ukuran 0.20-0.30 m akan
dilakukan dengan membelinya disurabaya. Pemasangan water stop
pada sambungan beton dilakukan oleh tukang, dibantu pekerja,
diawasi oleh mandor dengan petunjuk pelaksana lapangan. Alat-alat
yang dipergunakan adalah alat-alat bantu sesuai kebutuhan
dilapangan.
Setelah bahan Rubberwater stop ukuran 0.20-0.30 m tiba dilokasi
pekerjaan, sebelum dilakukan pemasangan, maka akan diadakan
pemeriksaan bersama terhadap kesiapan lapangan antara lain
kesiapan lokasi, kesiapan tenaga kerjadan kesiapan alat-alat kerja.
Apabila pemeriksaan bersama selesai dan Request of work sudah
mendapat persetujuan dari Direksi teknik, maka pekerjaan
pemasangan Rubber Water stop lebar 240 mm dapat dilaksanakan,
dengan petunjuk pelaksana lapangan dan pengawasan direksi teknik.
35
36
2.5 Alat Berat Yang Digunakan Dalam Pekerjaan
2.5.1 Pengertian Alat Berat
Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk
melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah, konstruksi jalan,
konstruksi bangunan, perkebunan, dan pertambangan. Alat berat dalam
ilmu teknik sipil merupakan alat yang diguanakan untuk membantu
manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu infrastruktur di
bidang konstruksi. Alat berat merupakan faktor penting dalam pelaksanaan
proyek besar yang tujuannya untuk memudahkan manusia menyelesaikan
pekerjaannya sehinggah hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih
mudah dan waktu yang relatif lebih singkat dan diharapkan hasilnya lebih
baik (Rostiyanti, 2002)
37
menggunakan roda karet (Wheel Tractor Dozer) dan bulldoser yang
menggunakan roda kelabang (Crawler Tractor Dozer). Kekurangan
alat ini adalah jarak tempuhnya terlalu pendek atau tidak jauh,
namun mampu menahan beban yang sangat berat.
2. Exavator
38
3. Dump Truck
39
5. Concrete Mixer 5 Unit
40
Pengaduk Beton sendiri merupakan mesin semi mobile ataupun
full mobile dengan mesinnya yang statis. Berbentuk seperti molen
besar ketika digunakan akan memutar secara perlahan hingga beton
tercampur dengan rata. sementara itu, untuk mempertahankan
stabilitas dari kekentalan beton cor sendiri harus melalui proses
agitasi, yakni pemutaran drum yang seperti molemini. Di bagian
dalam drum yang berbentuk molen mini terdapat pisau berbentuk
spiral yang akan bekerja secara satuarah putaran.
7. Batching Plant
Batching Plant adalah lokasi pembuatan beton readymix,
memiliki beberapa komponen untuk dicampur material-material
beton yang akan digunakan dalam pekerjaan kontruksi.
41
Menurut Malayu SP. Hasibun, dalam bukunya menejemen sumbar daya
manusia mendefinisikan menejemen adalah Ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu (Hasibun,1996:259)
Menurut Husen A (2009) menejemen adalah suatu ilmu tentang seni
memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan,
perorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber
daya yang terbatas usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan
efisien.
Menejemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas:
perencanaan, perorganisasian, penggerak pelaksanaan dan pengawasan,
dengan memanfaatkan baik ilmu seni, agar dapat menyelesaikan tujuan
yang ditetapkan sebelumnya (Soewarno,1994:20)
Menurut terry G. R dalam buku Dasar-Dasar Manajemen (1992)
Menejemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Secara umum menejemen istilah mempunyai beberapa pengertian
diantaranya menejemen sebagai suatu proses rentetan urutan kegiatan dari
awal hingga akir yang melibatkan orang lain dan mengawasi usaha
individu untuk mencapai tujuan bersama (Sudinarto,19995).
2.6.2 Pengertian Proyek
Menurut Husen (2009:4), pengertian proyek adalah gabungan dari
sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya
yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai
sasaran dan tujuan.
Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2001:77), pengertian proyek
adalah mendefinisikan bahwa proyek adalah sebuah rencana yang
disiapkan dengan sebaik-baiknya untuk menangani pembuatan suatu
produk baru, atau suatu bisnis baru dari sebuah perusahaan.
Menurut Husen (2009:4), menyatakan bahwa manajemen proyek
adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara
42
teknik yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan
kerja.
Menurut Sarno (2012:1), menyatakan bahwa manajemen proyek adalah
suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan
mengontrol sumber daya perusaha dengan sasaran jangka pendek untuk
mencapai goal objective yang spesifik.
2.6.3 Pengertian Menejemen Proyek
Kerzner (1982) memberikan definisi manajemen proyek adalah
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan
sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang
telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan
sistem dan hierarki baik vertikal maupun horizontal.
Menurut Husen (2009:4), menyatakan bahwa manajemen proyek
adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara
teknik yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan
kerja.”
Menurut Sarno (2012:1), menyatakan bahwa manajemen proyek adalah
suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan
mengontrol sumber daya perusahaan dengan sasaran jangka pendek untuk
mencapai goal objective yang spesifik.
Menurut Drs. Bambang Pujiyono, M.Si. Dimaksudkan dengan
manajemen proyek adalah manajemen yang diterapkan pada suatu proyek
untuk mencapai suatu hasil tertentu, atau, manajemen proyek adalah suatu
ilmu dan seni untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengoordinasian (coordinating), dan mengadakan
pengawasan terhadap orang dan barang untuk mencapai tujuan tertentu
dari suatu proyek.
43
Dengan pengertian tersebut jelaslah bahwa semua fungsi manajemen
harus dipakai untuk mengelola suatu proyek, agar tujuan yang diinginkan
oleh proyek tersebut dapat tercapai dengan lancar. Hal ini disebabkan
karena pada dasarnya di dalam pengelolaan proyek terkandung pula ketiga
unsur manajemen yaitu :
1. ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai (tujuan diadakannya
proyek tersebut).
2. ada proses kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu tersebut.
3. ada (memerlukan) bantuan orang dalam proses kegiatan tersebut.
Dengan demikian terhadap suatu proyek diperlukan pula adanya
perencanaan proyek yang baik, adanya pengorganisasian proyek yang
baik, adanya pengarahan yang baik, adanya pengoordinasian yang baik,
serta pengawasan yang baik agar tujuan proyek bisa tercapai.
2.6.4 Fungsi-Fungsi Manajemen
Dari Berbagai rumusan Perangkat Fungsi-Fungsi George R. Terry
(sukarna, 2011:10) telah merumuskan Fungsi Menejemen sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan berarti menentukan kebijakan-kebijakan yang akan
diambil demi mencapai tujuan yang diinginkan, penentuan yang
akan diambil didasarkan pada aspe-aspek yang ada dalam kegiatan
tersebut.
2. Mengorganisasikan (Organizing)
Mengorganisasikan (Organizing) adalah untuk mengatur serta
mengalokasikan kegiatan dan sumber yang ada pada kelompok
(organisasi) agar dapat mencapai sasaran secara efisien.
Pengorganisasian yang baik sangat memungkinkan adanya kerja
sama yang solid antar pihak-pihak yang terkait pada proyek tersebut.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (Actuating) diartikan sebagai fungsi menejemen untuk
menggerakan orang-orang yang tertabung dalam organisasi agar
melakukan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam planning.
4. Pengendalian (Controlling)
44
Suatu proses yang mampu mendorong dan memberikan pengarahan,
petunjukdan bimbingan serta motivasi bagi para pekerja untuk
bekerja dengan dedikasi yang tinggi untuk mencapai keberhasilan
bersama.
2.6.5 Tujuan Manajemen Proyek
Menurut Soeharto (Ismael, 2013:48), tujuan dari adanya proses
manajemen proyek, yaitu:
1. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu, dalam hal ini
tidak terjadi keterlambatan penyelesaian proyek.
2. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi
di luar dari perencanaan biaya yang telah direncanakan.
3. Kualitas sesuai dengan persyaratan.
4. Proses kegiatan sesuai persyaratan.
45
Hak pemilik proyek:
Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh Penyedia jasa.
Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang di
rencanakan dengan jalan.
Menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
46
Konsultan adalah individu atau badan usaha yang memiliki keahlian
dalam spesifikasi pekerjaan tertentu serta memiliki kompetensi untuk
member masukan teknis pada suatu proyek. Secara umum dalam
pembangunan proyek teknik sipil atau fasilitas fisik, konsultan dibedakan
menjadi duajenis yaitu sebagai berikut:
1. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap dan mendetail. Konsultan perencana dapat
dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan Spesialisasi
pekerjaannya.
Hak dan kewajiban Konsultan Perencana:
Membuat perencanaan secaralengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja, syarat-syarat, hitungan struktur, dan
rencana anggaran biaya.
Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa
dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang
hal–hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja,
dan syarat–syarat.
Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
2. Konsultan pengawas
Konsultan ini adalah konsultan yang melakukan pengawasan terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan olehkontraktor. Pengawas Konstruksi
adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli dibidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
Undang–Undang Tentang Jasa Konstruksi ,BAB I, Pasal1, ayat11.
Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh untuk mengawasi
pelaksanaan kerja kontraktor serta mengusulkan, menyetujui, dan
menolak pekerjaan yang diusulkan oleh kontraktor.
47
Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas antara lain:
Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodic dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Melakukan penghitungan prestasi pekerjaan.
Mengkoordinas idan mengendalikan kegiatan konstruki serta
aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan
berjalan lancar.
Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin
serta menghindari pembengkakan biaya.
Mengatasi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang timbul
dilapangan agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang
diharapkan dengan kualitas, kuantitas, serta waktup elaksanaan
yang telah ditetapkan.
Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
kontraktor.
Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku.
Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan,
bulanan).
Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah
atau berkurangnya pekerjaan.
c. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima pekerjaan
dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
biaya yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat. kontraktor dipilih setelah melalui proses
tender yang diadakan olehpihak pemilik proyek untuk menjalankan
proyek. Kontraktor bertanggung jawab langsung kepada pemilik proyek,
dan selama melaksanakan tugasnya diawasi langsung oleh Konsultan MK.
Hak dan kewajiban kontraktor antara lain :
48
Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan,
dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan
syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
dan bulanan.
Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikannya sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
49
BAB III
TINJAUAN PELAKSANAAN
Lokasi D.I.
Dalam Kom
50
3.1.2 Papan Nama Proyek
51
Tabel 3.1 Data umum proyek
Jumlah Hari Masa 365 (Tiga Ratus Enam Puluh Lima) Hari Kalender
Pemeliharaan terhitung sejak Serah Terima Pertama Pekerjaan
(PHO)
52
Mandiri Jaya Sentosa.
I. Pekerjaan persiapan
1 Mobilisasi / Demobilisasi
2 Papan Nama Proyek
3 Dokumentasi
II. Penyelenggaraan Sistem Menejemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja ( Smk3 ) Konstruksi
1. Penyiapan RK3K
2. Sosialisasi dan Promosi K3
3. Alat Pelindung Kerja
4. Alat Pelindung Diri
5. Personil K3
6. Fasiltas Sarana Kesehatan
7. Rambu - Rambu
III. Pekerjaan saluran
a. PEKERJAAN SALURAN BDK.0
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Buangan Hasil Galian
b. PEKERJAAN SALURAN BDK.0 - BDK.1
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian\
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant
c. PEKERJAAN SALURAN BDK.1 - BDK. 2A
53
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. PembesianPemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Joint Sealant
d. PEKERJAAN SALURAN BDK.2A - BDK 2
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant.
e. PEKERJAAN SALURAN BDK. 2 - BDK. 3
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
54
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant
f. PEKERJAAN SALURAN BDK. 3 - BDK.4
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant
g. PEKERJAAN SALURAN BDK. 4 - BDK. 5
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealan
h. PEKERJAAN SALURAN BDK. 2 - BDK. 2Kr
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
4. Timbunan Tanah Kembali
5. Beton K-100
55
6. Beton K-225
7. Pembesian
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Joint Sealant
i. PEKERJAAN SALURAN BDK. 2Kr - BDK. 2Kr.M
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
4. Timbunan Tanah Kembali
5. Beton K-100
6. Beton K-225
7. Pembesian
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Joint Sealant
j. PEKERJAAN SALURAN SEKUNDER SUPLESI KOM. 2
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
3. Bongkaran Pasangan Batu / Beton Lama
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Beton K-100
7. Beton K-225
8. Pembesian
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Joint Sealant
56
3. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
4. Timbunan Tanah Kembali
5. Beton K-100
6. Beton K-225
7. Pembesian
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Joint Sealant
l. PEKERJAAN SALURAN BKL. 1 - BKL. 1M
1. Pembersihan/ Pengupasan
2. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
IV. PEKERJAAN BANGUNAN AIR
a. BANGUNAN AIR BDK 1
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Pembesian
6. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
7. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
11. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.70 m H = 2 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 1 m h = 0.9 m H = 2.2m
13. Pemasangan Nomenklatur
b. BANGUNAN AIR BDK 2A
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
57
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.70 m H = 2 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.8 m h = 0.9 m H = 2.2 m
14. Pemasangan Nomenklatur
c. BANGUNAN AIR BDK 2
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.60 m h = 0.90 m H = 2.2 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.4 m h = 0.7 m H = 2 m
14. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.8 m h = 0.9 m H = 2.2 m
15. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.5 m h = 0.7 m H = 2 m
16. Pemasangan Nomenklatur
d. BANGUNAN AIR BDK 3
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
58
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.7 m h = 0.9 m H = 2.2 m
14. Pemasangan Nomenklatur
e. BANGUNAN AIR BDK 4
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.7 m h = 0.7 m H = 1.9 m
14. Pemasangan Nomenklatur
f. BANGUNAN AIR BDK 5
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
59
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.3 m h = 0.5 m H = 1.7 m
14. Pemasangan Nomenklatur
g. BANGUNAN AIR BDK. 2Kr
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Beton K-225
6. Pembesian
7. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
8. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
10. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
11. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
13. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.6 m h = 0.7 m H = 1.9 m
14. Pemasangan Nomenklatur
h. BANGUNAN AIR BDK. 2Kr. Muka
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Pembesian
6. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
7. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
60
10. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
11. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
12. Pemasangan Nomenklatur
i. BANGUNAN AIR BKL.1
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Pembesian
6. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
7. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
11. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
12. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.6 m h = 0.7 m H = 1.9 m
13. Pemasangan Nomenklatur
j. BANGUNAN AIR BKL.1M
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Beton K-175
5. Pembesian
6. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
7. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
9. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
10. Pemasangan Peil Scale w = 0.12 m
11. Pemasangan Pintu Sorong b = 0.40 m h = 0.50 m H = 1.7 m
12. Pemasangan Nomenklatur
V. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP
61
a. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK.0 -
BDK. 1
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
b. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 1 -
BDK. 2A
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
c. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 2A -
BDK. 2
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
62
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
d. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 2 -
BDK. 3
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
e. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BDK. 3 -
BDK. 4
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
63
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Timbunan Tanah Kembali
4. Pembesian
5. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
6. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
7. Beton K-225
8. Pemasangan Nomenklatur
g. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS SUPLESI
KOM 2
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Termasuk Pemadatan
5. Timbunan Tanah Kembali
6. Pembesian
7. Pemasangan Dan Pembongkaran Perancah
8. Pemasangan Dan Pembongkaran Bekisting
9. Beton K-225
10. Pemasangan Nomenklatur
h. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP RUAS BKL.1
1. Galian Tanah Termasuk Perapihan Hasil Galian
2. Pasangan Batu Kali / Gunung 1 Semen : 3 Pasir
3. Plesteran 1 Semen : 3 Pasir
4. Timbunan Tanah Kembali
5. Pemasangan Pipa Besi dia. 6.00 inci, Tebal 0.50 cm
3.2 Manajemen Proyek
3.2.1 Pengertian Manajemen Proyek
Sebuah proyek dapat didefenisikan sebagai, suatu usaha dalam jangka
waktu yang ditentukan dengan sasaran yang jelas yaitu mencapai hasil
yang dirumuskan pada waktu awal pembangunan proyek akan dimulai.
Dengan demikian Manajemen Proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal
64
(gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek
secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu (Ervianto,2002)
Manajemen Konstruksi adalah usaha yang dilakukan melalui proses
manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap
kegiatan – kegiatan proyek dari awal sampai akhir dengan mengalokasikan
sumber – sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
hasil yang memuaskan sesuai sasaran yang diinginkan, Hafnidar (2016:9).
Pada proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I. Dalam Kom D.I.
Oesao di Kabupaten Kupang. termasuk proyek konstruksi teknik sipil
(Heavy Engineering Construction). Hubungan pihak pemilik proyek
(pemerintah) dan pihak kontraktor (swasta) dituangkan dalam perjanjian
pemborongan (surat perintah kerja) dengan jenis kontrak biaya
menyeluruh (Lump Sum Contract). Kontrak ini menyatakan bahwa
kontraktor akan melaksanakan proyek sesuai dengan rancangan biaya
tertentu. Jika terjadi perubahan dalam kontrak, perlu dilakukan negosiasi
antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan besarnya pembayaran
(tambah atau kurang) yang akan diberikan kepada kontraktor terhadap
perubahan tersebut.
Sasaran-sasaran utama dalam Manajemen Proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut (Nugraha dkk, 1985) :
65
5. Menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana,
kondisi kerja, keselamatan kerja dan komunikasi timbal balik yang
terbuka antara atasan dan bawahan.
6. Menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya sehingga orang
yang bekerja akan didorong untuk memberikan yang terbaik dari
kemampuan dan keahlian mereka.
: Garis Koordinasi
Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan, dan
kontraktor diatur sebagai berikut :
66
b. Hubungan Kontraktor dengan Pemilik Proyek
Ikatan berdasarkan kontrak.Kontraktor memberikan layanan jasa
profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan
pemilik proyek yang dituangkan dalam gambar rencana, peraturan,
syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan
biaya jasa profesional kontraktor.
c. Hubungan Konsultan dengan Kontraktor.
Ikatan berdasarkan hubungan kerja yaitu sebagai “partner” dimana
keduanya sama-sama mendapatkan pekerjaan dari pemilik proyek dan
bekerja sama dalam pelaksanaan proyek tersebut sesuai ketentuan
yang telah disepakati bersama.
67
Tugas dan tanggung jawab kepala proyek yaitu :
a. Memimpin dan mengkoordinasi seluruh pelaksanaan pekerjaan
agar berjalan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu
b. Terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan agar berjalan
sesuai rencana.
c. Menyiapkan metode kerja, bahan, alat dan tenaga kerja yang tepat
d. Pembinaan personil di lapangan untuk meningkatkan SDM
e. Mempelajari, menganalisa dan memahami semua perencanaan
f. proyek yang di berikan oleh pemilik proyek
g. Memimpin dan mengarahkan semua kegiatan sesuai rencana.
3. Pelaksana
Tugas dan tanggung jawab kepala proyek yaitu :
a. Membantu kepala proyek dalam mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan agar tepat quantitas sesuai dengan volume pekerjaan
dalam dokumen kontrak
b. Terlaksananya kegiatan proyek agar volume pekerjaan sesuai
rencana
c. Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan – kegiatan yang
d. berkaitan dengan pengendalian volume pekerjaan
e. Menyiapkan metode kerja, alat, bahan, dan tenaga kerja yang
tepat
f. Mempelajari, menganalisa dan memahami volume pekerjaan yang
tersedia dalam kontrak dan kebutuhan riil dalapangan
g. Membuat rencana (schedull), mengkoordinasikan dan memantau
h. pelaksanaan pekerjaan dalapangan
i. Membantu dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan guna
mendapatkan hasil sesuai yang di rencanakan.
4. Pembantu Pelaksana
Tugas dan tanggung jawab Pembantu Pelaksana yaitu:
a. Bertanggung jawab kepada pelaksana atas penyelesaian
keseluruhan maupun terhadap kebutuhan perhari
b. Membuat laporan periodik kepada pelaksana
68
c. Memahami gambar kerja dan spesifikasi teknik sebagai
d. pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja di lapangan
e. Memimpin pelaksanaan pekerja di lapangan dengan
memperhatikan biaya, mutu dan waktu.
f. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan
pengarahaan kegiatan harian pada pelaksanaan laporan harian
g. Melakukan koordinasi dengan mitra usaha di lapangan.
h. Melakukan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan di lapangan
i. Menyiapkan tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tugas tenaga
kerja tiap harian
j. Mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3)
k. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan pekerjaan
di lapangan
l. Memelihara bukti - bukti kerja
5. Petugas Administrasi Teknik
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi teknik yaitu:
a Menyelenggarakan tata usaha surat menyurat dan tata usaha
pimpinan proyek
b Menjaga dan mendata aset - aset proyek
c Melakuankoordinasi terhadap seluruh komponen proyek
d Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian di proyek
e Memelihara bukti – bukti kerja.
6. Petugas Logistik
Tugas dan tanggung jawab petugas logistik yaitu:
a. Bertanggung jawab atas seluruh bahan / material lokal maupun
non lokal yang akan digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan
sesuai mutu / spesifikasi teknik.
b. Melakukan survey dan memberi informasi kepada kepalan
proyek atau pelaksana tentang sumber dan harga bahan serta sewa
alat.
69
c. Menyelenggarakan pembelian bahan sesuai dengan jadwal
pengadaan bahan dan prosedur pembelian
d. Melaksanakan administrasi pergudangan tentang penerimaan,
penyimpanan dan pemakaian bahan ( stok gudang tetap tersedia )
7. Petugas Keuangan
Tugas dan tanggung jawab petugas keuangan yaitu:
a. Membuat laporan keuangan administrasi dan logistik proyek, ikut
manajemen penggunaan uang dan logistic
b. Menyelenggarakan verifikasi bukti pembayaran dan melakukan
pembayaran kepada pihak yang terkait
c. Melakukan koordinasi terhadap seluruh komponen proyek yang
terkait bidang keuangan
d. Membuat laporan pertanggung jawab keuangan ( berkala )
e. Memelihara bukti – bukti kerja.
8. Juru Ukur
Tugas dan tanggung jawab Juru Ukur yaitu :
a. Melakukan survey dan memberikan informasi kepada kepala
proyek atau pelaksana tentang situasi lapangan baik existing
maupun rencana
b. Mengukur, menentukan batasan – batasan yang berhubungan
dengan volume dan elevasi untuk tiap item pekerjaan selama
pelaksanaan proyek.
c. Memelihara alat ukur yang digunakan.
Pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di
Kabupaten Kupang ada pun pihak-pihak terkait antara lin:
a. Pemilik Proyek
Hak pemilik proyek:
Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh Penyedia jasa.
Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang di
rencanakan dengan jalan.
70
Menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
Tugas dan tanggung jawab pemilik adalah sebagai berikut.
Mendefinisikan proyek (kebutuhan)
Menetapkan tujuan proyek
Membentuk dan memilih anggota tim proyek
Mengomunikasikan persyaratan mengena icara proyek
dilaksanakan
Memastikan ketersediaan dan mengelola pendanaan untuk
proyek.
Jadi pemilik Proyek Rehabilitasi Jaringan Sub D.I. Dalam Kom D.I.
Oesao di Kabupaten Kupang adalah Kementrian Umum , dengan struktur
organisasi sebagai berikut :
SNVT PPMDA
NT II PROV. NTT
DIREKSI
KEPALA PROYEK
PEKERJAAN
71
Gambar 3.4 Struktur Organisasi Pihak Terkait Dalam Proyek
b. Konsultan
1. Konsultan Perencana
Hak dan kewajiban Konsultan Perencana:
Membuat perencanaan secaralengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja, syarat-syarat, hitungan struktur, dan
rencana anggaran biaya.
Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa
dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor
tentang hal–hal yang kurang jelas dalam gambar rencana,
rencana kerja, dan syarat–syarat.
Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
2. Konsultan Pengawas
Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas antara lain:
Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodic
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Melakukan penghitungan prestasi pekerjaan.
Mengkoordinas idan mengendalikan kegiatan konstruki serta
aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan
pekerjaan berjalan lancar.
Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin
serta menghindari pembengkakan biaya.
Mengatasi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang
timbul dilapangan agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang
diharapkan dengan kualitas, kuantitas, serta waktup elaksanaan
yang telah ditetapkan.
72
Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
kontraktor.
Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku.
Menyusun laporan kemajuan pekerjaan ( harian, mingguan,
bulanan ).
Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah
atau berkurangnya pekerjaan.
Pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di
Kabupaten Kupang, konsultan perencana sekaligus konsultan pengawas
adalah PT. Mulya Sakti Wijaya Kso CV. Makmur Sejati Konsultan.
Berikut Struktur organisasi PT. Mulya Sakti Wijaya Kso CV. Makmur Sejati
Konsultan:
Revisi ke : 00 Praf :
Tgl. Berlaku #REF! Tgl. Kaji Ulang :
5.3. STRUKTUR ORGANISASI KERJA PT. MULYA SAKTI WIJAYA KSO CV. MAKMUR SEJATI KONSULTAN
SURVEYOR INSPEKTOR
73
Gambar 3.5 Struktur Organisasi PT. Mulya Sakti Wijaya Kso CV. Makmur Sejati
Konsultan
(Sumber Dok.Kontrak)
c. Kontraktor
Kontraktor adalah sebagai pelaksana proyek yang harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam kontrak.
Hak dan kewajiban Kontraktor antara lain:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAPP) dan
syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna
jasa. Membuat gambargambar pelaksanaan yang disahkan oleh
konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
b. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan
dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan
masyarakat.
c. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian,
mingguan, dan bulanan.
d. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikannya sesuai ketetapan yang telah berlaku.
Pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di
Kabupaten Kupang, Kontraktor adalah PT Brand Mandiri Jaya Sentosa.
Berikut Struktur organisasi PT Brand Mandiri Jaya Sentosa:
74
JURU UKUR
75
1) Menentukan durasi total yang dibutuhkan uantuk menyelesaikan
proyek.
2) Menentukan waktu pelaksanaan setiap kegiatan.
3) Menentukan kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda
pelaksanaannya (kegiatan kritis).
4) Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.
5) Menjadi dasar perhitungan cashflow proyek.
6) Alat pengendalian proyek..
Sistem pengendalian waktu ini sangat berguna untuk mengatahui
kemajuan (Realisasi) suatu proyek, hal ini bertujuan untuk menghindari
keterlambatan dalam pelaksanaan proyek. Akan tetapi pada proyek ini
prestasi mengalami keterlambatan atau tidak sesuai dari perencanaan. Hal
ini menurut pengamatan di lapangan karena kurangnya tenaga pelaksana
dan peralatan yang digunakan kurang memadai.
Jadwal pelaksanaan proyek adalah cara yang dapat menunjukan kapan
berlangsungnya setiap kegiatan-kegiatan proyek. Rencana kerja yang
paling sering digunakan adalah diagram batang (bar charts) atau Gant
Charts.
Bar charts digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena
sederhana, mudah dalam pembentukannya dan mudah dimengerti oleh
pemakainya.
Bar charts adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam
kolom arah vertikal. Kolom arah horisontal menunjukan skala waktu. Saat
mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas,
sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
Proses penyusunan diagram batang dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan
yang ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan pekerjaan, dari daftar item tersebut diatas disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kagiatan yang
76
akan dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan
kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan
dari seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai
seluruh kegiatan berakhir.
Dalam hal ini waktu pelaksanaan proyek Rehabilitasi Jaringan
Irigasi Sub D.I. Dalam Kom D.I. Oesao di Kabupaten Kupang adalah
sesuai perencanaan selama 280 hari kalender terhitung mulai dari
tanggal 27 Maret 2020.
77
Rupiah Murni. Dalam proyek ini yang bertindak sebagai kontraktor
pelaksana adalah PT. Brand Mandiri Jaya Sentosa, dan pekerjaan yang
diteliti oleh penulis adalah pekerjaan saluran sekunder .
Dalam bagian ini penulis akan meninjau proses pelaksanaan pekerjaan
saluran sekunder yang mana adalah subyek dari masalah yang ditinjau dan
berada di lokasi pekerjaan saluran sekunder sepanjang 193,6 meter pada
item pekerjaan pengecoran lantai kerja, perakitan besi tulangan,
pemasangan bekisting, pengecoran saluran, yang mencakup aspek – aspek
sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pengecoran Lantai kerja
Pengecoran lantai kerja sepanjang 193,6 m , lebar 0,88m , dan tebal
0,1 cm.
2. Pekerjaan Perakitan Besi Tulangan
Perakitan besi tulangan sepanjang 193,6 m dengan menggunakan
tulangan pokok besi Ø 10 dan sengkang Besi Ø 12
3. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
Pekerjaan pemasangan bekisting sepanjang 193,6 m . Ada 2 tipe
bekisting yaitu bekisting tipe A dengan panjang bekisting 2,44 m
dan lebar 0,83 m dan bekisting tipe A dengan panjang 2,44 m dan
lebar 0,74 m
4. Pekerjaan Pengecoran saluran Sekunder
Pekerjaan pengecoran saluran sekunder sepanjang 193, 6 m.
Dengan dimensi saluran , panjang 193,6 m lebar saluran 0,68 m ,
tebal dinding saluran 0,14 m
78
III.3.2 Volume Pekerjaan
Tahap 1
79
Volume :
Dik : panjang 45 m, Lebar 0,88 m, Tebal 0,1 cm
Dit : V = ...?
Penyelesaian :
V = Panjang x Lebar x Tebal
= 45 m x 0,88 m x 0,1 m
= 3,96 m3
Produktivitas tenaga kerja :
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 3,96 m3 : 8 orang
= 0,495 m3 / orang
Metode pekerjaan :
Untuk lantai kerja dibawah saluran dibuat dengan ketebalan sesuai
rencana
Buat adukan lantai kerja dengan campuran yang direncanakan
Pastikan bahwa lokasi yang dipasang lantai kerja sudah terdapat
urugan pasir dengan ketebalan sesuai rencana dan telah diratakan
Bersihkan lokasi yang akan dipasang lantai kerja dari sampah atau
kotoran
Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai
acuan untuk menentukan ketebalan.
Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
Beton ready mix dituang dari mobil mixer ke area pekerjaan yang
akan dicor, disalurkan menggunakan pipa baja.
Pengecoran diberhentikan pada batas zona pengecoran.
setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.
setelah beton setengah kaku angkat relat dan ratakan bekas relat
menggunakan ruskam.
80
Gambar 3.8 Pengecoran Lantai Kerja
2. Pekerjaan Perakitan Besi Tulangan
Penggunaan besi tulangan pada saluran berguna untuk memperkuat beton.
81
Gambar 3.11 Detail Tulangan Pokok ( B )
Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
Bar bender
Bar Cutter
Tang Gegep
Meter
B. Bahan :
Besi Ø 12
Besi Ø 10
Kawat ikat
C. Pekerja :
Mandor ( 1 orang )
Kepala Tukang ( 1 orang )
Pekerja ( 6 orang )
Volume :
Dik :
o panjang pekerjaan 45 m,
o Panjang 1 staf besi Ø 10 tulangan pokok 12 m
o Panjang 1 batang besi Ø 12 sengkang 1,98 m
o Untuk tulangan pokok terdapat 13 jalur
5 buah di bagaian lantai saluran
82
4 buah pada dinding saluran x 2 sisi
o Overlap 0,48 m
Dit : total panjang tulangan pokok dan panjang tulangan sengkang
Penyelesaian :
panjang 1 jalur tulangan pokok Ø 10 ( A )
= (12 m x 4 staf)
= 48 m
Sisa besi tulangan
= total panjang besi – panjang pekerjaan - 3 overlap
= 48 m – 45 m – 1,44 m
= 1,56 m
Panjang total untuk 13 jalur
= 48 m x 13
= 624 m / 52 staf
Panjang 1 sengkang Ø 12 = 1,98 m ( B )
Untuk jarak 1 sengkang 0,125 m
= panjang pekerjaan : jarak sengkang
= 45 m : 0,125 m
= 360 buah
= 360 x 1,98 m
= 712,8 m / 59,4 staf
Sengkang pada sudut dasar saluran Ø 12 = 0,25 m ( C )
= 360 buah x 2 sisi
= 720 buah
= 720 x 0,25 m
= 180 m / 15 staf
Jumlah tulangan Ø 12
= 15 staf + 59,4 staf
= 74,4 staf -> 75 staf
Produktivitas tenaga kerja :
Produktivitas tenaga kerja untuk besi Ø 12
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
83
= 75 staf : 8 orang
= 9,375 staf / orang
Produktivitas tenaga kerja untuk besi Ø 10
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 52 staf : 8 orang
= 6,5 staf / orang
Metode pekerjaan :
Besi diukur dan di potong mengguanakan berdasarkan ukuran alat
yang sudah di tentukan
Besi yang sudah dipotong ,dilipat menggunakan alat berdasarkan
ukuran
Setelah sengkang sudah selesai dibuat, lanjutkan dengan perakitan
besi utntuk badan saluran .
Ikat besi sengkang berdasarkan jarak pada perencanaan
Untuk sambungan antara besi tualangan pokok, mengikuti aturan
SNI.
84
3. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
85
= 18,44 buah bekesting x 4 sisi
86
4. Pekerjaan Pengecoran Saluran Sekunder
Pengecoran Lantai Saluran
87
Produktivitas tenaga kerja :
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= m3 : 8 orang
= 0,535 m3 / orang
Metode pekerjaan :
Pasang besi tulangan bottom slab dan dinding
Pemasangan bekisting bottom slab
Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai
acuan untuk menentukan ketebalan.
Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
Pengecoran bottom slab menggunakan mixer dan concrete vibrator
setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.
1 2
Gambar 3.16 Dinding Saluran Segmen 1 dan Segmen 2
Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
Truck Mixer
Skop
Cangkul
Sendok Campuran
88
Tali untuk leveling
B. Bahan :
Mutu beton ( K 225 )
Semen
Pasir
Kerikil
Air
C. Pekerja :
Mandor ( 1 orang )
Kepala Tukang ( 1 orang )
Pekerja ( 6 orang )
Volume :
o untuk mempermudah perhitungan, membagi bangunan menjadi 2
segmen
a Segmen 1
Dik : Panjang 45 m, Lebar 0,60 m, Tebal 0,14 cm
Dit : V = ...?
Penyelesaian : V = Panjang x Lebar x Tebal
= 45 m x 0,60 m x 0,14 m
= 3,78 m3
b Segmen 2
Dik : Panjang 45 m, alas 0,14 m, tinggi 0,14 cm
Dit : V = ...?
Penyelesaian : V = Panjang x (1/2 alas x tinggi)
= 45 m x (1/2 x 0,14 m x 0,14 m)
= 0,441 m3
89
= 4,221 m3 x 2 sisi
= 8,442 m3
Tahap 2
90
Lantai kerja berfungsi sebagai sarana mempermudah pekerja berdiri diatas
lahan datar lahan kerja tidak kotor dan becek dan merupakan dudukan besi
lapis bawah
91
= 148,6 m x 0,88 m x 0,1 m
= 13,077 m3
92
Gambar 3.19 Pengecoran Lantai Kerja
93
Gambar 3.22 Detail Tulangan Pokok ( B )
Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
Bar bender
Bar Cutter
Tang Gegep
Meter
B. Bahan :
Besi Ø 12
Besi Ø 10
Kawat ikat
C. Pekerja :
Mandor ( 1 orang )
Kepala Tukang ( 2 orang )
Pekerja ( 11 orang )
Volume :
Dik :
o panjang pekerjaan 148,6 m,
o Panjang 1 staf besi Ø 10 tulangan pokok 12 m
o Panjang 1 batang besi Ø 12 sengkang 1,98 m
94
o Untuk tulangan pokok terdapat 13 jalur
5 buah di bagaian lantai saluran
4 buah pada dinding saluran x 2 sisi
o Overlap 0,48 m
Dit : total panjang tulangan pokok dan panjang tulangan sengkang
Penyelesaian :
panjang 1 jalur tulangan pokok Ø 10 ( A )
= (12 m x 13 staf)
= 156 m
Sisa besi tulangan
= total panjang besi – panjang pekerjaan - 13 overlap + sisa besi
= 156 m – 148,6 m – 6,24 m + 1,56 m
= 2,72 m
Panjang total untuk 13 jalur
= 156 m x 13
= 2.028 m / 169 staf
Panjang 1 sengkang Ø 12 = 1,98 m ( B )
Untuk jarak 1 sengkang 0,125 m
= panjang pekerjaan : jarak sengkang
= 148,6 m : 0,125 m
= 1.188,8 buah
= 1.188,8 x 1,98 m
= 2.353,824 m / 196,152 staf
Sengkang pada sudut dasar saluran Ø 12 = 0,25 m ( C )
= 1.188,8 buah x 2 sisi
= 2.377,6 buah
= 2.377,6 x 0,25 m
= 594,4 m / 49,53 staf
Jumlah tulangan Ø 12
= 49,53 + 196,15 staf
= 245,68 staf -> 246 staf
Produktivitas tenaga kerja :
95
Produktivitas tenaga kerja untuk besi Ø 12
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 246 staf : 14 orang
= 17,571 staf / orang
Produktivitas tenaga kerja untuk besi Ø 10
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 169 staf : 14 orang
= 12,071 staf / orang
Metode pekerjaan :
Besi diukur dan di potong mengguanakan berdasarkan ukuran alat
yang sudah di tentukan
Besi yang sudah dipotong ,dilipat menggunakan alat berdasarkan
ukuran
Setelah sengkang sudah selesai dibuat, lanjutkan dengan perakitan
besi utntuk badan saluran .
Ikat besi sengkang berdasarkan jarak pada perencanaan
Untuk sambungan antara besi tualangan pokok, mengikuti aturan
SNI.
96
3. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
97
Penyelesaian : V = Panjang pemasangan : panjang bekisting
= 148,6 m : 2,44 m
= 60,90 buah bekesting x 4 sisi
= 243,6 buah-> 244 buah
Berarti 122 buah bekisting ( A ) dan 122 buah bekisting ( B )
98
4. Pekerjaan Pengecoran Saluran Sekunder
Pengecoran Lantai Saluran
99
Dit : V = ...?
Penyelesaian : V = Panjang x Lebar x Tebal
= 148,6 m x 0,68 m x 0,14 m
= 14,15 m3
100
Pengecoran Dinding Saluran Sekunder
Pengecoran dinding dibuat 2 segmen untuk mempermudah hitungan.
1 2
Gambar 3.29 Dinding Saluran Segmen 1 dan Segmen 2
Sumber Daya
A. Alat yang diguanakan :
Truck Mixer
Skop
Cangkul
Sendok Campuran
Tali untuk leveling
B. Bahan :
Mutu beton ( K 225 )
Semen
Pasir
Kerikil
Air
C. Pekerja :
Mandor ( 1 orang )
Kepala Tukang ( 2 orang )
Pekerja ( 11 orang )
101
Volume :
o untuk mempermudah perhitungan , membagi bangunan menjadi 2
segmen
a Segmen 1
Dik : Panjang 148,6 m, Lebar 0,60 m, Tebal 0,14 cm
Dit : V = ...?
Penyelesaian : V = Panjang x Lebar x Tebal
= 148,6 m x 0,60 m x 0,14 m
= 12,48 m3
b Segmen 2
Dik : Panjang 148,6 m, alas 0,14 m, tinggi 0,14 cm
Dit : V = ...?
Penyelesaian : V = Panjang x (1/2 alas x tinggi)
= 148,6 m x (1/2 x 0,14 m x 0,14 m)
= 1,46 m3
o Total Pengecoran dinding saluran
= Segmen 1 + Segmen 2
= 12,48 m3 + 1,46 m3
= 13,94 m3 x 2 sisi
= 27,88 m3
Produktivitas tenaga kerja :
Produktivitas = Volume : Jumlah tenaga kerja
= 27,88 m3 : 14 orang
= 1,99 m3 / orang
Metode pekerjaan :
Setelah selesai pemasangan bekisting untuk didning saluran, akan
dibuat campuran beton untuk pengecoran dinding
Truck Mixer akan mengantarakan mortar ke tempat yang sudah
ditentukan oleh pekerja.
Pasang batas pengecoran dengan menggunakan pembatas.
Pengecoran dinding saluran menggunakan mixer dan concrete
vibrator
102
setelah itu mortar diratakan dengan sendok campuran atau kayu
perata sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan.
103
waktu. Pengendalian waktu meliputi pengawasan secara teratur terhadap
pelaksanaan pekerjaan.
Sedikit gambaran dari Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sub D.I.
Dalam Kom D.I. Oesao memiliki sebuah kelemahan dalam proses
pengendalian waktu dimana kegiatan proyek tidak berjalan sesuai time
scedule karena keterlambatan dalam membayar upah atau gaji tenaga
pekerja, operator alat berat. Dari permasalahan ini, kedua pihak sepakat
untuk melakukan perundingan untuk segera membayar upah dan gaji serta
menambah tenaga dan jam kerja sehingga pekerjaan rampung sesuai
jadwal pelaksanaan/time scedule.
Dalam memperlancar pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Sub D.I Dalam Kom D.I. Oesao, Kabupaten Kupang maka
dilakukan penjadwalan waktu pelaksanaan pekerjaan yang di uraikan
sebagai berikut :
1) Jam 08.00 pagi – 12.00 siang
2) Jam 12.00 siang – 13.00 siang (waktu istirahat/makan)
3) Jam 13.00 siang – 17.00 sore
4) Jam 18.00 sore – 23.00 malam (waktu lembur)
3.4.2 Pengendalian Biaya
Prinsip dasar dari pengendalian biaya adalah mengetahui biaya
pekerjaan yang sedang berlangsung dan membandingkan dengan standar
yang direncanakan serta menghindari pembengkakan biaya dalam suatu
pelaksanaan pekerjaan. Manfaat pengendalian biaya adalah mengontrol
arah usaha agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengendalian biaya adalah sebagai berikut:
Rencana Anggaran Biaya (RAB), yaitu total biaya dari awal hingga
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek.
a. Membuat perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap
item pekerjaan kemudian dilakukan pengontrolan.
b. Tenaga kerja berhubungan dengan upah, upah merupakan suatu
imbalan atau gaji berupa uang yang diberikan kepada pekerja yang
104
telah memberikan jasanya kepada kontraktor. Pada umumnya,
pembagian upah pekerja dibagi menjadi:
Upah borongan, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor
berdasarkan besarnya pekerjaan sesuai dengan perjanjian kepada
tenaga kerja.
Upah m3 yaitu upah yang dibayarkan kontraktor berdasarkan
kubikasi pekerjaan yang telah dikerjakan.
Upah harian, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor kepada
tenaga kerja per hari.
Upah bulanan, yaitu upah yang dibayarkan kontraktor kepada
tenaga kerja dalam jangka waktu 1 bulan, pembayaran dilakukan
satu bulan satu kali.
c. Material dan bahan, yaitu pemanfaatan material dan bahan secara
efisien serta pencatatan terhadap keluar – masuk material dan bahan
tersebut sehingga penggunaannya dapat dikontrol dengan baik.
d. Peralatan, yaitu menggunakan peralatan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan.
105
termasuk pembayaran pekerja lembur. Jenis pekerjaan sama dengan
yang dilaksanakan atau yang dikerjakan.
106
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan Praktek Kerja Lapangan secara langsung
pekerjaan Saluran Sekunder pada Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SUB
D.I Dalam Kom D.I Oesao, Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur,
Kabupaten Kupang.maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Dalam proses pelaksanaan pekerjaan Saluran Sekunder ada bebrapa
tahapan, antara lain pekerjaan pengecoran lantai kerja, pekerjaan
perakitan besi tulangan dan pemasangan bekisting, dan pengecoran
saluran sekunder , mulai dari lantai saluran sampai dinding saluran
2. Keterkaitan antara teori dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan adalah
bahwasanya teori itu digunakan sebagai dasar dan standar dalam
melaksanakan suatu kegiatan, yang muncul dari hasil penelitian akan
suatu masalah yang kemudian digunakan untuk memecahkan masalah
itu sendiri.
Dalam Praktek Kerja Lapangan ini keterkaitan antara teori dan
pelaksanaan pekerjaan saluran sekunder di lapangan yaitu metode-
metode pelaksanaan dan perhitungan-perhitungan yang ada pada teori
dapat digunakan dalam mengatasi masalah-masalah pelaksanan
pekerjaan di lapangan.
3. Hal-hal baru yang didapat selama Praktek Kerja Lapangan adalah :
a. Mengajarkan pentingnya membangun komunikasi yang baik dengan
rekan kerja, sehingga mampu bekerja sama dalam tim.
b. Pentingnya menumbuhkan rasa percaya diri agar dapat berkembang
dan menjadi profesional.
c. Pentingnya bersikap kritis akan suatu masalah dan mencoba untuk
memecahkan masalah dengan pertimbangan-pertimbangan.
107
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang diberikan penulis dalam laporan ini yaitu
sebagai berikut :
1. Kepada pihak lembaga Politeknik Negeri Kupang, agar kiranya tidak
menunda-nunda jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di
Jurusan Teknik Sipil, agar waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
selesai tepat pada waktunya dan tidak terkesan terburu-buru, hal ini
agar mahasiswa yang mengikuti Praktek Kerja Lapangan dapat lebih
fokus dalam penyusuan laporan, tanpa sedikit di hambat oleh tugas
kuliahnnya.
2. Kepada pihak kontraktor pelaksana, agar bisa mengatur manajemen
dalam kepengurusan agar dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan
tidak ada saling menyalahi tupoksi pekerjaan masing-masing.
3. Kepada teman-teman yang selanjutnya yang juga akan melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan, perlu di memperhatikan kesungguhan dalam
Praktek Kerja Lapangan nanti, sehingga berbagai hasil dalam tinjauan
pekerjaannya dapat di sesuaikan dengan teori di perkuliahan
108
DAFTAR PUSTAKA
109