Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

QC DAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KEAIRAN

SOFYAN SANGKALA

POLITEKNIK NEGERI AMBON


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN PROYEK
KONSTRUKSI
2021
KATA PENGANTAR

Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan
kualitas pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan


kebutuhan terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang
dipersyaratkan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar
tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar
mutu, metode kerja dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang
diinginkan adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
menggeluti perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan
sumber daya air maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.

Mata kuliah QC dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Keairan merupakan satu


kesatuan yang utuh yang diperlukan sebagai landasan pengetahuan sistem control mutu,
terhadap suatu pekerjaan dibidang di bidang Sumber Daya Air.

Namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan guna
perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Ambon, 25 Mei 2021

Penyusun
Daftar Isi

Lembaran Judul ………………………………………………………………….. i


Kata Pengantar …...………………………………………………………………. iii
Daftar Isi …………………………………………………………………………. iv
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
1.1. Rumusan Masalah
………………………………………………………… 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Irigasi…………….. ………………………….…………….. 4
2.2.Sistem Irigasi……………….... ………………………………………... 5
2.3.Klasifikasi Jaringan Irigasi ……………………………………………. 7
2.4.Bangunan Irigasi ………………………………………………………. 8
2.5.Saluran Irigasi …………………………………………………………. 9
2.6. Bangunan Ukur Debit Air Jaringan Irigasi …………………………… 12
2.7. Perhitungan Pintu Air ………………………………………………… 14
BAB III. PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan Saluran Sekunder ………………………………………… 24
4.2. Perhitungan Kekuatan Pintua Air …………………………………….. 27
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan …………………………………………………………….. 29
5.2. Saran …………………………………………………………………… 30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Irigasi Way Geren merupakan irigasi yang berada di aliran sungai Way Geren
di Kabupaten Buru, yang alirannya melintasi Desa Geren dan Kecamatan Wae Apu.
Daerah Irigasi Way Geren di bangun pada tahun 2003 dan telah berusia kurang lebih 15
tahun. Sistem irigasi berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik
regional maupun nasional. Salah satu bagian dari sisitim irigasi adalah pintu air yang
berfungsi untuk mengatur tinggi muka air dan mengendalikan aliran air ke petak sawah,
juga untuk menahan gaya hidrostatis. Pintu air pada jaringan irigasi terdiri dari pintu
pengambilan bebas, pintu bagi, dan pintu sadap. Saluran irigasi terdiri dari saluran
pimer, saluran sekunder dan saluran tersier yang berfungsi untuk mengalirkan air ke
petak sawah.
Proses pengaliran air yang dialirkan ke petak sawah, bukan saja terdiri dari air
tetapi juga ada endapan lumpur dan sedimentasi. Faktor–faktor ini sangat berpotensi
untuk mempengaruhi penurunan pelayanan jaringan irigasi, salah satunya adalah
terjadinya penurunan kapasitas serta fungsinya. Penurunan ini berpengaruh pada
kondisi debit air banjir yang maksimum. Akibat dari penumpukan sedimentasi
mengakibatkan kerusakan pada pintu air seperti yang terlihat pada Gambar 1, dimana
terjadi kerusakan pada Pintu Air B.Ge.2 Saluran Sekunder

Gambar 1. Pintu Air B.Ge.2 Saluran Sekunder D.I Way Geren, P.Buru
Kerusakan pintu air B.Ge.2, sangat mempengaruhi sistim jaringan sehingga
tidak optimal dalam operasionalnya yang mempengaruhi terhadap hasil produksi, oleh
sebab itu sangat di perlukan Penerapan Sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance)
Bidang Pengairan di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk
meyakinkan bahwa apa yang dikerjakan baik berupa pembangunan prasarana dan sarana
dasar bidang pengairan maupun pelayanan jasa penyediaan Air bagi masyarakat, benar-
benar telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan disepakati. Tujuannya adalah
untuk menunjang program kerja Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam
mengupayakan peningkatan mutu pekerjaan pembangunan Bidang Pengairan dapat
terpenuhi kebutuhan sesuai dengan yang disyaratkan dan dijanjikan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dihadapi dalam membagi alir sungai
sesuai kebutuhan maka rumusan masalah untuk penulisan ini adalah :
a. Bagaimana cara mengendalikan suatu produk jelaskan tahapan-tahapannya.
b. Bagaimana tanggung jawab seorang QA dan QC.
c. Bagaimana penerapan ISO untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan bangunan air.

pg. 1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Irigasi

Irigasi secara umum adalah ilmu yang mengatur air yang cakupannya
meliputi bidang drainase, reklame (pembukaan lahan), pengendalian banjir dan
pengaturan banjir, juga merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk
tanaman mulai dari tumbuh sampai panen. Air diambil dari sumbernya, dibawa
melalui saluran, dan dibagikan di areal tanaman yang memerlukan secara teratur,
dan setelah air tersebut terpakai, sisanya dibuang melalui saluran pembuang menuju
ke sungai. Fungsi irigasi sangat penting dalam kondisi:
a) bila jumlah curah hujan lebih kecil dari pada kebutuhan tanaman;
b) bila jumlah curah hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah hujan
tidak bersamaan dengan waktu yang dikehendaki.

2.2 Sistem Irigasi

Sistem irigasi Indonesia yang tergantung pada cara pengambilan air sungai,
untuk mengairi persawahan dibedakan atas irigasi pedesaan dan irigasi pemerintah.
Perbedaannya berdasarkan penggolongan sistim organisasi irigasi Indonesia. Sistem
organisasi pedesaan bersifat komunal dan tidak menerima bantuan dari pemerintah
pusat. Pembangunan dan pengelolaan seluruh jaringan irigasi dilakukan seluruhnya
oleh masyarakat. Sedangkan sistem irigasi yang tergantung pada bantuan pemerintah
dibagi dalam 3 kategori yaitu irigasi teknis, semi teknis dan sederhana.
2.3 Klasifikasi Jaringan Irigasi

a. Petak Tersier

Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini
menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier
yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan
airnya ke saluran tersier. Pada petak tersier, pembagian air, eksploitasi dan
pemeliharaan menjadi tanggung jawab para petani. di bawah bimbingan pemerintah.
Hal ini menentukan ukuran petak tersier. Petak yang kelewat besar akan
mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien.
Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi dalam proses pembagian air adalah
jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah-daerah yang
ditanami padi luas petak tersier idealnya maksimum 50ha, tapi dalam keadaan
tertentu dapat ditolelir sampai seluas 75ha. Ke sesuaian dengan kondisi topografi dan
kemudahan eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan
lebih mudah. Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya
parit, jalan, batas desa dan batas perubahan bentuk medan (terrain fault). Petak tersier
dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas kurang lebih 8- 15ha.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran
primer. Apabila petak-petak tersier tidak secara langsung berbatasan dengan saluran
primer dan saluran sekunder maka di sepanjang jaringan saluran irigasi utama,
memerlukan saluran tersier untuk membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini
harus dihindari. Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500m, tetapi dalam
kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500m. Panjang saluran
kuarter lebih baik di bawah 500m, tetapi kenyataannya kadang-kadang sampai 800m.
(Drs. Erman Mawardi, Dipl. AIT 2006)

b. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh
satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi
yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas petak sekunder pada umumnya

pg. 1
berupa tanda-tanda topografi yakni saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa
berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah saluran sekunder. Saluran ini terletak
pada punggung medan yang mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang.
Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi
lereng lereng medan yang lebih rendah. (Drs. Erman Mawardi, Dipl. AIT 2006).

c. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil
airnya langsung dari sumber air sungai. Sebahagian proyek irigasi mempunyai dua
saluran primer yang menghasilkan dua petak primer. Daerah di sepanjang saluran
primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari
saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah
saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer. (Drs.
Erman Mawardi, Dipl. AIT 2006).

2.4. Saluran Irigasi

a. Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke


petak- petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
c. Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) kejaringan
irigasi primer.
d. Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke
petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini
termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.
Bentuk penampang saluran pada muka tanah umumnya ada beberapa macam
bentuk seperti trapesium, empat persegi panjang, segitiga, setengah lingkaran.
Beberapa bentuk saluran dan fungsinya dijelaskan pada tabel berikut ini;

Tabel 1. Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya

Selain bentuk-bentuk yang tertera dalam tabel, masih ada bentuk-bentuk


penampang lainnya yang merupakan kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut, misalnya
kombinasi antara empat persegi panjang dan setengah lingkaran, yang mana empat
persegi panjang pada bagian atas yang berfungsi untuk mengalirkan debit maksimum
dan setengah lingkaran pada bagian bawah yang berfungsi untuk mengalirkan debit
minimum.

2.5. Definisi & Prinsip – Prinsip Mutu (Quality)

Berikut ini adalah definisi – definisi yang terkait dengan sistem manajemen
mutu seperti yang tercantum pada ISO 8402 : 1986 – Quality Vocabulary. Agar relevan
maka penjelasan dan penafsirannya disesuaikan dengan konteks pekerjaan konstruksi
a. Quality (Mutu) Gambaran & karakteristik dari produk : jasa yang menunjukkan
kemampuan dari produk jasa tersebut dalam memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan dan diinginkan Definisi tersebut diatas concern pada pemenuhan
kepuasan pelanggan (Customer) yang ditetapkan dan diinginkan Sebagai contoh
untuk pekerjaan konstruksi bangunan maka yang dimaksud sebagai pelanggan
pg. 1
(customer) adalah si pemberi tugas (owner), penyewa atau penghuni bangunan .
Masing-masing mempunyai keinginan-keinginan yang harus dipenuhi. Pada
literatur yang lain Mutu didefinisikan sebagai bebas dari cacat, zero defects, do
it right first time (kerjakan sekali dan benar) dsb. Definisi – definisi ini ber-
orientasi pada target dari perusahaan, yang kontras dengan definisi yang tersebut
diatas dimana orientasinya adalah kepuasan pelanggan.
b. Quality Control (QC) Teknik-teknik dan kegiatan-kegiatan operasional yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan mutu hasil pekerjaan Semua ini
adalah teknik-teknik dan kegiatan pengendalian untuk menjamin bahwa produk /
jasa memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, dimana termasuk didalamnya adalah
kegiatan pemeriksaan desain, tes / pengujian selama masa pelaksanaan
konstruksi, pengujian atas sample material, kalibrasi dsb. Quality Control
diperlukan untuk memberikan indikator pada berbagai tahapan pelaksanaan
pekerjaan yang menunjukkan bahwa persyaratan dan spesifikasi telah dipenuhi
c. Quality Assurance (QA) Tindakan sistematis dan terencana guna mencapai
tingkat mutu yang diinginkan Dimana filosofinya adalah : Write what you do.
Do what write. Record what you did. Check the result. Act on the difference.
Maksudnya adalah bahwa semua kegiatan yang dikerjakan, mulai dari kegiatan
perencanaan, proses pelaksanaan, pengecekan (control), pemeriksaan (audit) dan
perbaikan (tindak turun tangan / action) haruslah dicatat / tertulis serta
didokumentasikan secara tertib dan teratur.
d. Quality Management (Manajemen Mutu) Salah satu aspek dari fungsi
manajemen secara keseluruhan yang menetapkan dan mengimplementasikan
kebijakan mutu Manajemen Mutu (Quality Management) memerlukan
komitmen serta keterlibatan dari Top Manajemen secara konsisten dan terus
menerus. Termasuk didalamnya adalah menetapkan mutu sebagai bagian dari
tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh perusahaan, menetapkan strategi dan
standard mutu, mengalokasikan sumber daya yang tepat dan memadai dan
menetapkan Sistem Mutu (Quality System).
e. Quality System (Sistem Mutu) Struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur,
proses dan sumber daya untuk menunjang penerapan Manajemen Mutu Tujuan
(objectives) dari Sistem Mutu ini adalah untuk memberi kesempatan kepada
masing-masing petugas / karyawan memahami apa – apa yang menjadi tugas
dan tanggung jawabnya. Hal ini bisa dicapai melalui tersedianya manual dan
prosedur yang benar serta pelatihan yang memadai bagi para petugas / karyawan

2.6. Manfaat Manajemen Mutu (Quality Management)

Beberapa manfaat dari Manajemen Mutu (Quality Management) yang


aplikasinya adalah menerapkan dan memelihara sistem mutu agar tetap efektif dan
efisien, antara lain sebgai berikut :
a. Meningkatkan efisiensi melalui perampingan operasional perusahaan.
Menerapkan do it right first time akan menghemat biaya pelaksanaan, sehingga
cost saving akan meningkat karena rendahnya cost of non – conformity.
b. Sebagai salah satu cara dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan yang sistematis
dan berkesinambungan.
c. Keyakinan pelanggan akan terpenuhinya keinginan – keinginannya oleh penyedia jasa
mendorong untuk pelanggan untuk meminta penyedia jasa tersebut untuk
mengerjakan proyek yang lainnya lagi, dan bahkan mendapatkan pelanggan baru
karena prestasinya.
d. Moral yang tinggi dari seluruh jajaran diperusahaan (ditandai dengan didapatkannya
sertifikat dari badan sertifikasi) akan meningkatkan citra perusaha
2.7 Tahapan Pengembangan Suatu Sistem Mutu (Quality System) – ISO 9000

Untuk lebih mengenal dan memahami tentang ISO 9001:2008 berikut ini
dijabarkan pengertian, tujuan, manfaat, dan proses mendapatkan sertifikat ISO
9001:2008 bagi kontraktor. 2.2.1 Pengertian ISO 9001:2008 ISO (The Intarnational
Organization for Standardization) adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk
meningkatkan perdagangan international yang berkaitan dengan perubahan bahan dan
jasa. ISO merupakan organisasi international khusus dalam hal standarisasi. Saat ini,
ISO adalah sebuah organisasi international yang terdiri dari 130 negara yang
berkedudukan di Jenewa, Swiss.

pg. 1
Organisasi international itu terdiri dari lembaga standar nasional, meliputi
anggota Masyarakat Ekonomi Eropa dan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa, Amerika
Serikat, Jepang, China, Singapura dan lain-lain (Suardi, 2004). ISO 9001 merupakan
standar internasional yang mengatur tentang sistem manajemen mutu (Quality
Management System), oleh karena itu seringkali disebut sebagai “ISO 9001, QMS”
adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi, maka ISO 9001:2008 adalah sistem
manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. Secara garis besar ISO 9001:2008
tidak jauh berbeda dengan versi pendahulunya yaitu versi ISO 9001:2000. Adapun
perbedaan antara versi 2000 dan 2008 secara signifikan lebih menekankan pada
efektifitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut (Syukur, 2010). ISO
9001:2008 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan
penilaian dari suatu manajemen mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi
akan memberikan produk (barang/jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Persyaratan-persyaratan tersebut dapat merupakan kebutuhan spesifik dari


pelanggan. Organisasi yang dikontrak itu 9 bertanggung jawab untuk menjamin mutu
dari produk-produk tertentu atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana
ditentukan oleh organisasi. ISO 9001:2008 bukan merupakan standar produk, karena
tidak menyertakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk
(barang/jasa). Tidak ada kriteria penerimaan produk dalam ISO 9001:2008, sehimgga
kita tidak dapat menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk. ISO
9001:2008 hanya merupakan standar sistem manajemen mutu. Dengan demikian apabila
ada perusahaan yang mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi standar
internasional, itu adalah hal yang keliru, karena seyogyanya manajemen perusahaan
hanya boleh menyatakan bahwa sistem manajemen mutunya yang telah memenuhi
standar internasional, karena tidak ada kriteria pengujian produk dalam ISO 9001:2008
(Gaspersz, 2001).
2.8. Tujuan ISO 9001:2008

Tujuan ISO 9001:2008 adalah mengembangkan dan mempromosikan standar-


standar untuk umum yang berlaku secara international. Tujuan utama dari ISO 9001:2008
adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2001) :

1. Organisasi dapat mencapai dan mempertahankan mutu produk atau jasa


yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi
kebutuhan para pembeli.

2. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya


sendiri bahwa mutu yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat
dipertaankan.

3. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa


mutu yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa
yang dijual.

2.9. Manfaat Penerapan ISO 9001:2008


Manfaat dari penerapan ISO 9001:2008 telah diperoleh banyak
perusahaan. Beberapa manfaatnya adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2001) :

1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan


mutu yang terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO
9001:2008 menunjukan bahwa kebijakan, prosedur, dan instruksi yang
berkaitan dengan mutu telah direncanakan dengan baik.

2. Perusahaan yang telah bersetifikat ISO 9001:2008 diijinkan untuk


mengiklankan pada media masa bahwa Sistem Manejemen Mutu dari
perusahaan telah diakui secara internasional. Hal ini berarti meningkatkan
citra perusahaan serta daya saing dalam memasuki pasar global.

3. Audit Sistem Manajemen Mutu dari perusahaan telah memperoleh


sertifikat ISO 9001:2008 dilakukan secara periodik oleh registar dari
lembaga registrasi, sehingga pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem

pg. 1
manajmen mutu. Hal ini akan menghemat biaya dan mengurangi duplikasi
audit sistem mutu oleh pelanggan.

4. Perusahaan yang telah bersetifikat ISO 9001:2008 diijinkan untuk


mengiklankan pada media masa bahwa Sistem Manejemen Mutu dari
perusahaan telah diakui secara internasional. Hal ini berarti meningkatkan
citra perusahaan serta daya saing dalam memasuki pasar global.

5. Perusahaan telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 secara otomatis


terdaftar pada lembaga registrasi, sehingga apabila pelanggan potensial
ingin mencari perusahaan bersertifikat ISO 9001:2008, akan menghubungi
lembaga registrasi. Jika nama perusahaan telah terdaftar pada lembaga
registrasi bertaraf internasional, maka hal itu berarti terbuka kesempatan
pasar baru.

6. Meningkatkan kualitas dan produktifitas dari manajemen melalui


kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, sistem penegndalian yang
konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena
oprasional menjadi lebih baik.

7. Meningkatkan kesadaran mutu dalam perusahaan.

8. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan


manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang
terdefenisi secara baik.

9. Terjadi perubahan positif dalam hal kultur kualitas dari anggota organisasi,
karena manajemen dan karyawan terdorong untuk mempertahankan
sertifikat ISO 9001:2008 yang umumnya hanya berlaku 3 tahun.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Cara Mengendalikan Kualitas Produk

Menurut Edward Deming, proses pengendalian kualitas bisa dilakukan dengan


proses Plan, Do, Check, Action atau disingkat PDCA. Proses tersebut biasanya digunakan
untuk menguji dan menerapkan perubahan guna membenahi kinerja produk serta sistem di
masa mendatang. Berikut tahapan siklus PDCA:

a. Plan
Dalam tahapan ini, terjadi pengembangan rencana mulai dari rencana dan penentuan
standar yang baik, serta memberikan wawasan pada karyawan mengenai pentingnya
mutu. Pelaksanaan pengendalian kualitas berkelanjutan.
b. Do
Pada tahap ini, rencana yang sudah dibuat diterapkan sedikit demi sedikit dengan
berskala kecil dan pembagian tugas pada karyawan secara merata sesuai kapasitas dan
potensi mereka.Lakukan pengendalian selama rencana dilaksanakan agar rencana
tersebut berjalan sesuai dengan tujuannya.
c. Check
Lakukan pemeriksaan pada rencana yang telah dijalankan apakan susah sesuai dan
apakan sudah ada kemajuan. Bandingkan mutu produk yang dihasilkan dengan
standar yang berlaku, apabila ada kegagalan maka segera pelajari penyebab kegagalan
tersebut.
d. Action
Setelah melakukan analisa, bisa dilakukan penyesuaian apabila diperlukan. Hal ini
berkaitan dengan standarisasi prosedur baru agar terhindar dari kemunculan masalah
yang sama atau penentuan target baru perbaikan selanjutnya

3.2 Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Qualty Assurance & Qualty Control

Uraian Singkat dari jabatan ini adalah mampu melaksanakan kegiatan Quality
Control dengan berpedoman pada rencana mutu dimulai dari kegiatan pemeriksaaan,
pengetesan, pengujian bahan/ material dan hasil pekerjaan sehingga sesuai dengan
spesifikasi teknis, dan standar praktis yang berlaku serta melaporkan seluruh kegiatan
beserta hasilnya kepada Quality Assurance Engineer.

Istilah Quality Assurance dan Quality Control di satu perusahaan? Bedanya


dimana? Perbedaan keduanya terletak di tugas dan tanggung jawabnya. Meski sama-sama
berada dalam satu departemen, Quality Assurance berperan dalam menjamin kualitas,
sementara Quality Control sebagai pengendali kualitas atas suatu produk yang dihasilkan
perusahaan. Karena setiap perusahaan memiliki standar keandalan, kegunaan, kinerja,
maupun standar kualitas lainnya yang sudah ditetapkan untuk setiap produk ataupun
layanan.

a. QUALITY ASSURANCE (QA)


Bertanggung jawab untuk memastikan sebuah produk yang akan dilepas ke pasaran
sudah memenuhi semua standar kualitas untuk setiap komponennya. Untuk itu,
seorang staf QA akan secara aktif melakukan monitoring dan serangkaian uji
dalam upaya memberi jaminan kualitas pada pembeli.
Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Terperinci Quality Assurance :
 Merancang sampel prosedur dan petunjuk untuk mencatat dan melaporkan data
berkualitas.
 Merencanakan prosedur jaminan kualitas terhadap suatu produk atau jasa.
 Memastikan kepatuhan berkelanjutan dengann persyaratan peraturan kualitas
dan industry yang ditetapkan perusahaan.
 Mengembangkan, merekomendasikan dan memantau tindakan perbaikan dan
pencegahan.
 Mengelola dan memeriksa kegiatan manajemen risiko.
 Mengumpulkan dan menyusun data kualitas statistik.
 Menyelidiki keluhan pelanggan dan masalah ketidaksesuaian.
 Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan mengatur intervensi pelatihan untuk
standar kualitas.
 Bertanggung jawab untuk sistem manajemen dokumen.
 Menafsirkan dan menerapkan standar jaminan kualitas.
 Mengevauasi kecukupan standar jaminan kualitas.
 Mendokumentasikan serta meninjau pelaksanaan pada efisiensi kualitas serta
inspeksi pada sistem agar sistem dapat berjalan sesuai dengan rencana
perusahaan.
 Memantau dan melaksanakan pengujian, inspeksi bahan dan produk guna
memastikan kualitas dari produk jadi.
 Audit internal dan kegiatan jaminan kualitas lainnya.
 Menganalisis data untuk mengidentifikasi area untuk perbaikan dalam sistem
mutu.
 Menyiapkan laporan hasil dari kegiatan kualitas.
 Mengkoordinasikan dukungan pada audit yang dilakukan oleh penyedia audit
eksternal.
 Mengevaluasi temuan audit dan menerapkan Tindakan koreksi yang tepat.

b. QUALITY CONTROL (QC)


Bertanggung jawab untuk memeriksa produk sebelum, selama, ataupun setelah
proses produksi untuk mendapatkan standar kualitas yang diperlukan. Staf QC
punya hak untuk menerima atau menolak produk yang bakal dipasarkan. Jadi,
sekali ditemukan produk yang cacat, maka akan dikembalikan ke bagian produksi.
Peran dan Tanggung Jawab
 Memantau, menganalisis, meneliti dan menguji perkembangan seluruh produk
yang diproduksi.
 Melakukan monitoring proses pembuatan produk.
 Melakukan verifikasi kualitas produk.
 Memastikan barang yang diproduksi memiliki kualitas yang memenuhi standar
perusahaan.
 Merekomendasikan untuk melakukan pengolahan ulang pada produk dengan
kualitas rendah.
 Mendokumentasi inspeksi dan juga tes pada produk perusahaan.
 Membuat analisis atau catatan sejarah dan dokumentasi produk yang dapat
digunakan untuk referensi mendatang.
 Membuat pembukuan personal QC / QCA

3.3 PENARAPAN ISO PADA PELAKSANAAN BANGUNAN AIR

Perkembangan jasa konstruksi di bidang pengelolaan sumber daya air di Indonesia


tidak lepas dari meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian. Pola
perubahan cuaca di Indonesia yang tidak mendukung produksi pertanian selama setahun
menuntut pengelolaan jaringan irigasi yang lebih kompleks untuk meningkatkan debit aliran
air sehingga dapat mengairi lahan pertanian selama setahun penuh. Pengelolaan sumber daya
air yang baik dan berkelanjutan ini tentu hanya dapat tercapai melalui bangunan jaringan
irigasi yang bermutu yang dimulai dari tahap perencanaan sampai pendayagunaan sumber air
tersebut.

Kebijakan Mutu dalam upaya menjamin ketersediaan infrastruktur yang handal bagi
masyarakat dengan prinsip efisien dan efektif serta melakukan peningkatan mutu kegiatan
secara berkelanjutan. Secara umum, aspek mutu terdiri dari tiga bagian yaitu perencanaan
mutu, jaminan mutu dan pengendalian mutu. Konsep perencanaan mutu dan jaminan mutu
relatif sudah baik dengan banyaknya berbagai kebijakan yang ada. Justru penerapan
pengendalian mutu yang sering menyebabkan timbulnya kendala/isu mutu dalam konstruksi.

Mutu suatu pekerjaan pada proyek-proyek pemerintah lebih banyak dilihat dari hasil
akhir pekerjaan atau fungsi bangunan itu sendiri. Tidak tercapainya mutu produk akhir dan
tidak terpenuhinya fungsi bangunan berimplikasi pada hukum. Penyimpangan prosedur
pekerjaan dan pembengkakan biaya & waktu seringkali diabaikan oleh pengguna jasa
maupun penyedia jasa dengan harapan mutu akhir produk dapat tercapai.

Mutu seringkali digunakan dalam memberikan penilaian yang terbaik pada sesuatu
produk pada kehidupan sehari-hari. Mutu tidak hanya terbatas pada penilaian tersebut, Mutu
adalah tingkat dimana satu set karakteristik yang melekat memenuhi kebutuhan atau harapan
yang dinyatakan, umumnya tersirat atau wajib (Hoyle : 2007), Mutu didefenisikan sebagai
gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang/jasa yang menunjukkan kemampuannya
dalam pemenuhan persyaratan yang ditentukan atau yang tersirat.
Penerapan Sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance) – Bidang Pengairan di
lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air adalah untuk meyakinkan bahwa apa yang
dikerjakan baik berupa pembangunan prasarana dan sarana dasar – bidang pengairan maupun
pelayanan jasa penyediaan Air bagi masyarakat, benarbenar telah sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dan disepakati. Tujuannya adalah untuk menunjang program kerja Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air dalam mengupayakan peningkatan mutu pekerjaan pembangunan
Bidang Pengairan dapat terpenuhi kebutuhan sesuai dengan yang disyaratkan dan dijanjikan.
Guna menunjang pelaksanaan program tersebut diatas maka telah diterbitkan surat keputusan
sebagai berikut :

a. Surat keputusan Direktur Jenderal Pengembangan Pedesaan No.


06/KPTS/A/2000, tanggal 28 Maret 2000, tentang pengaturan kembali
pedomanpedoman dalam rangka pelaksanaan Quality Assurance Bidang
pengairan.
b. Surat keputusan Direktur Jenderal Pengairan No.30/KPTS/A/1999 tertanggal 28
Mei 2000 tentang : Pedoman-pedoman dalam rangka pelaksanaan Quality
Assurance Bidang Pengairan.
c. Surat keputusan Direktorat Jenderal Pengembangan Pedesaan kepada para kepala
Dinas PU Pengairan/Dinas PU propinsi No. PR 01.01 Dd/262 tanggal 9
Nopember 2000 perihal program penerapan sistem Jaminan Mutu (Quality
Assurance) Bidang pengairan Direktorat Jenderal Pengembangan Pedesaan.
d. Surat Direktur Jenderal Pengembangan Pedesaan kepada para kepala Dinas PU
Pengairan/Dinas PU Propinsi No. PR 01.01-Ds/25 tanggal 8 Februari 2001
perihal Program Penerapan Sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance)-Bidang
Pengairan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Penjelasan teknis).
e. Surat keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air No. 177/KPTS/D/2003
tanggal 25 maret 2003 tentang penyempurnaan pedoman pelaksanaan penerapan
jaminan mutu bidang pengairan.
f. Kep.Men Kimpraswil Nomor : 362/KPTS/M/2004 tentang sistem manajemen
mutu konstruksi

Beberapa manfaat dari Manajemen Mutu (Quality Management) yang


aplikasinya adalah menerapkan dan memelihara sistem mutu agar tetap efektif dan
efisien, antara lain sebgai berikut :
a. Meningkatkan efisiensi melalui perampingan operasional perusahaan.
Menerapkan do it right first time akan menghemat biaya pelaksanaan, sehingga
cost saving akan meningkat karena rendahnya cost of non – conformity.
b. Sebagai salah satu cara dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan yang
sistematis dan berkesinambungan.
c. Keyakinan pelanggan akan terpenuhinya keinginan – keinginannya oleh penyedia
jasa mendorong untuk pelanggan untuk meminta penyedia jasa tersebut untuk
mengerjakan proyek yang lainnya lagi, dan bahkan mendapatkan pelanggan baru
karena prestasinya.
d. Moral yang tinggi dari seluruh jajaran diperusahaan (ditandai dengan
didapatkannya sertifikat dari badan sertifikasi) akan meningkatkan citra
perusahaan.

Pengembangan penerapan Sistem Manajemen Mutu Seri Standar ISO 9000 adalah
Standard Internasional yang diterbitkan oleh The International Organization for Standard,
yang berkedudukan di Geneva–Switzerland sebagai Pedoman Umum yang mengatur secara
sistematis pencapaian Mutu yang diinginkan dari produk-produk yang akan dihasilkan
(Barang ataupun Jasa/pelayanan) melalui proses Quality Management dan Quality Assurance
System. Ada pun penerapan ISO pada pelaksanaan Bangunan Air yaitu meliputi ;

1. Pengendalian Sistem Kualitas, yang meliputi :


a. Tanggung Jawab Manajemen Perusahaan bertekad untuk memastikan mutu
hasil kerjanya. Tekad ini tercermin dari kebijakan mutu perusahaan yang
merupakan sasaran jangka panjang dan sasaran mutu perusahaan yang
merupakan sasaran jangka pendek. Kebijakan mutu dilaksanakan diseluruh
jajaran perusahaan secara konsisten. Pencapaian sasaran dipantau secara
berjenjang dan berkala didalam kegiatan tinjauan manajemen berupa rapat
tinjauan manajemen. Untuk memastikan tercapainya kedua sasaran tersebut
diatas, menyusun organisasi perusahaan dan membagi tanggung jawab serta
kewenangan kegiatan pemastian mutu. Salah seorang pejabat di perusahaan
ditunjuk sebagai wakil manajemen yang memikul tanggung jawab dan
berwenang penuh atas terpeliharanya sistem manajemen mutu. Secara rutin
dan berjenjang, kegiatan pemastian mutu dan hasilnya ditinjau oleh
manajemen perusahaan untuk menjamin bahwa sistem berjalan dengan lancar
dan efektif. Dalam kegiatan tinjauan oleh manajemen ini. Kesulitankesulitan
yang dialami akan dievaluasi dan ditindak lanjuti.
b. Sistem Kualitas Perusahaan telah mengembangkan sistem manajemen mutu,
pengaturan tentang sistem manajemen mutu ini dituangkan dalam
dokumentasi sistem manajemen mutu. Dokumentasi sistem manajemen mutu
terdiri dari tiga tingkatan, yaitu manual dibidang mutu, prosedur-prosedur dan
instruksiinstruksi kerja. Manual dibidang mutu memuat garis kebijakan
perusahaan dalam upaya pemastian mutu. Prosedur-prosedur adalah
penjabaran kebijakan yang tersurat didalam manual dibidang mutu, yang
kemudian dikembangkan untuk mengatur kegiatan dalam sistem manajemen
mutu diproyek dan dikantor pusat. Bila diperlukan rincian penjabaran ini
dilengkapi lagi dengan prosedur-prosedur dalam instruksi-instruksi kerja.
Sebelum pelaksanaan proyek, sejalan dengan pembuatan perencanaan
konstruksi dibuat rencana mutu yang menguraikan langkah dan tindakan yang
harus dilakukan, agar perencanaan dasar dan spesifikasi yang disepakati
bersama didalam kontrak dapat dipenuhi dilapangan. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa dengan perencanaan yang matang dan pengembangan
kegiatan-kegiatan yang bersifat pencegahan, akan lebih efisien daripada harus
melakukan pekerjaan perbaikan terhadap hasil kerja.
c. Pengendalian Dokumen Dokumen dan data adalah bagian yang utama dari
sistem manajemen mutu, kegiatan-kegiatan yang dibakukan dalam rangka
pemastian mutu hasil pekerjaan perusahaan dituangkan dalam berbagai
dokumen sistem manajemen mutu. Selain itu berbagai data lainnya juga
menjadi tulang pungung upaya pemastian mutu. Mengingat pentingnya peran
dokumen dan data ini, maka perusahaan membakukan prosedur untuk
mengendalikan peredarannya.
d. Tindakan Korektif Dan Pencegahan Dalam pelaksanaan pekerjaan walaupun
telah diupayakan berbagai kegiatan pencegahan masih ada kemungkinan
bahwa pengguna jasa tidak puas dan mengeluh terhadap hasil pekerjaan.
Keluhan pengguna jasa ini tentunya harus ditangani dengan meneliti kembali
hal yang dikeluhkan tersebut. Bila ternyata keluhan pengguna jasa tersebut
beralasan, maka wajib menindak lanjutinya agar dapat kembali memenuhi
persyaratan kontrak. Mengingat pentingnya tindak lanjut terhadap keluhan ini,
perusahaan akan mencatat dan memantau sejauh mana keluhan ini telah
diselesaikan dengan baik. Selain keluhan pengguna jasa, perusahaan juga akan
memantau pencapaian mutu hasil kerjanya dalam rapat tinjauan manajemen
yang dilakukan diproyek secara berkala ataupun sewaktu-waktu diperlukan.
e. Audit Kualitas Internal Perusahaan menyadari pentingnya pemantauan secara
berkesinambungan pelaksanaan sistem manajemen mutu diseluruh perusahaan
untuk mengetahui sejauh mana sistem ini diikuti dan efektif mencapai hasil
yang diharapkan.
1. Secara periodik, setengah tahun sekali, akan melaksanakan audit mutu
internal yang dilakukan oleh petugas yang tidak terikat tanggung jawab
pada bidang yang diaudit, dan telah dilatih pengauditan terlebih dahulu.
2. Hasil audit ini selain memicu langkah perbaikan langsung dilapangan
laporannya juga dihimpun untuk ditinjau oleh manajemen.
3. Seluruh pelaksanaan audit mutu internal akan dicatat dan laporan yang
dihasilkan akan diarsipkan.
4. Laporan dan catatan audit mutu internal akan menjadi acuan untuk
membuat rencana audit mutu internal periode berikutnya.

2. Proses Operasional
a. Tinjau Ulang Kontrak/Dokumen Tender Sebelum mengikuti lelang atau
menerima pekerjaan, perusahaan menyadari perlunya meyakinkan diri bahwa
proyek yang ditawarkan dapat dilaksanakan dengan memenuhi harapan dan
spesifikasi pengguna jasa. Berdasarkan informasi yang diterima, perusahaan
memutuskan ikut/tidaknya lelang suatu proyek. Bila diputuskan mengikuti
lelang, sebelum mengajukan penawaran, berupaya memahami secara seksama
serta mengevaluasi secara rinci dokumen lelang, melakukan peninjauan
lapangan, dan berperan aktif dalam rapat penjelasan lelang untuk menyamakan
persepsi antara pengguna jasa dan peserta lelang. Dengan demikian bila
proyek dapat dimenangkan perusahaan benar-benar siap untuk mengikat
perjanjian dengan pengguna jasa.
b. Pengendalian desain Menyadari pentingnya pengendalian Desain yang dalam
hal ini mengendalikan setiap gambar yang terkait mutu pekerjaan, maka
prosedur ini menjamin gambar disahkan oleh yang berwenang, gambar yang
digunakan adalah edisi terbaru, penggandaan dan pengarsipan gambar hanya
oleh petugas yang berwenang.
c. Pengendalian produk yang dipasok pelanggan Menyadari pentingnya
memastikan mutu bahan/produk yang dipasok oleh pengguna jasa, sebagai
salah satu upaya awal untuk menjamin mutu hasil pekerjaannya. Oleh karena
itu perusahaan membakukan beberapa prosedur untuk menjamin mutu
bahan/produk yang diterima sesuai dengan spesifikasi dan untuk menjamin
bahwa mutu bahan/produk tidak menurun selama penyimpanan. Perusahaan
memastikan penyimpanan seluruh bahan/produk yang dipasok pengguna jasa
dilakukan terpisah dari bahan/produk yang dibeli dari pemasok.
d. Pengendalian Proses Dalam rangka memastikan hasil pekerjaan, perusahaan
berupaya mengendalikan proses pelaksanaan pekerjaan dengan terlebih dahulu
membuat rencana pelaksanaan yang meliputi : rencana site facilities, metode
konstruksi, rencana waktu pelaksanaan, rencana penyediaan tenaga, bahan dan
alat, anggaran pelaksanaan pekerjaan dan mutu. Dalam proses pelaksanaan
pekerjaan perusahaan juga menyiapkan perangkat lunak yang sesuai untuk
menunjang konsistensi mutu produknya seperti gambar kerja, instruksi kerja,
atau modifikasi instruksi kerja khusus untuk jenis pekerjaan baru. Perangkat
lunak yang dipersiapkan ini, dimintakan persetujuannya dari pengguna jasa
apabila dipersyaratkan dalam kontrak. Dalam hal peralatan penunjang,
perusahaan menyadari pentingnya perawatan peralatan untuk memastikan
kondisi operasi yang sesuai, sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak
terganggu oleh alat yang rusak.
e. Inspeksi Dan Pengujian Inspeksi dan pengujian adalah upaya verifikasi dalam
usaha pemastian mutu bahan/produk, proses pelaksanaan dan hasil pekerjaan,
sebelum diserahkan kepada pengguna jasa. Inspeksi dan pengujian dilakukan
bertahap, mulai dari tahap penerimaan bahan/produk selama proses
pelaksanaan dan pada tahap akhir yaitu sebelum produk yang dihasilkan
diserahterimakan kepada pengguna jasa. Mengingat pentingnya kegiatan
inspeksi dan pengujian ini, maka dengan mengacu pada dokumen kontrak dan
rencana mutu yang telah dibuat diawal proyek, disusun rencana inspeksi dan
pengujian. Rencana ini menjadi acuan pelaksanaan inspeksi dan pengujian
sehari-hari. Pelaksanaan pekerjaan tidak dapat dilanjutkan bila inspeksi dan
pengujian belum dilaksanakan. Bila ditemukan hasil pekerjaan yang tidak
sesuai maka akan diberi tanda status berdasarkan prosedur status inspeksi dan
pengujian serta ditindaklanjuti sesuai prosedur pengendalian produk yang
tidak sesuai.
f. Status Inspeksi Dan Pengujian Suatu elemen pekerjaan yang tekah
diselesaikan sebelum dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya, akan diinspeksi
dan di tes terlebih dahulu. Untuk mencegah pekerjaan diteruskan sebelum
inspeksi dan pengujian yang diperlukan selesai dilaksanakan, bahan/produk
yang telah dilakukan inspeksi dan pengujian diberi tanda status inspeksi dan
pengujian. Tanda status inspeksi dan pengujian ini terdiri dari tanda status
“menunggu”, tanda status “diterima” dan tanda status “ tidak sesuai”.
g. Pengendalian Produk Non Konformans Selama pelaksanaan proyek, walaupun
telah diupayakan berbagai kegiatan pencegahan masih dapat terjadi adanya
hasil pekerjaan yang tidak sesuai. Ketidaksesuaian ini akan ditemukan melalui
inspeksi dan pengujian. Produk yang tidak sesuai ini harus tidak
terpasang/terpakai tanpa sengaja dan diupayakan tindak lanjutnya, sehingga
dapat mendukung hasil pekerjaan perusahaan kepada pengguna jasa. Bila
ditemukan hasil pekerjaan yang tidak sesuai, kepala proyek memerintahkan
petugasnya melakukan penyelidikan dan melaporkan hasilnya disertai usulan
tindak lanjut yang akan diambil. Tindak lanjut tersebut dapat berupa perbaikan
produk, penggunaan untuk keperluan lain, atau dibongkar atau tetap diterima
dengan seijin pengguna jasa bila ketidaksesuaian tersebut tidak mempengaruhi
kekuatan struktur atau mutu. Bila disyaratkan dalam kontrak hasil
penyelidikan serta usulan tindak lanjut tersebut disampaikan kepada pengguna
jasa untuk dapat persetujuan.
h. Penanganan, Penyimpanan, Pengepakan, Dan Penyerahan Penanganan,
penyimpanan dan perlindungan yang tepat terhadap bahan/produk dapat
mengurangi kemungkinan kerusakan atau penurunan mutu. Untuk itu
dikembangkan pengaturan tentang penanganan, penyimpanan dan
perlindungan bahan/produk. penyimpanan dan pengadministrasian masuk dan
keluarnya bahan/produk dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk
mencegah penurunan mutu, karena cara penyimpanan yang tidak tepat atau
kadaluwarsa dapat mengakibatkan penurunan mutu bahan/produk tersebut.
i. Untuk menjaga hubungan baik yang telah terjalin, perusahaan tetap
menanggapi keluhan pengguna jasa meskipun hubungan kontrak telah
berakhir. Atas keluhan yang disampaikan perusahaan akan menyelidiki
masalah yang menjadi sumber keluhan tersebut dan menyampaikan hasilnya
kepada pengguna jasa dengan disertai saran pemecahannya.

3. Aktivitas Pendukung
a. Pembelian mutu hasil pekerjaan perusahaan juga dipengaruhi oleh mutu
bahan/produk yang diperoleh dari pemasok. Untuk itu perusahaan berupaya
memastikan bahan/produk yang dipasok selalu sesuai dengan spesifikasinya.
Selain melalui upaya inspeksi dan pengujian perusahaan juga mengusahakan
secara terus-menerus menilai kinerja para pemasoknya termasuk penilaian
sistem pemastian mutunya. Penilaian kinerja ini akan membantu perusahaan
untuk menilai pemasok-pemasok yang dapat mendukung upaya perusahaan
menjaga stabilitas mutu hasil pekerjaannya. Pemasok-pemasok yang kurang
dapat mendukung pencapaian mutu ini dengan sendirinya akan dikeluarkan
dari daftar rekanan perusahaan. Demikian pula bila ada pemasok baru yang
menawarkan jasanya, perusahaan akan menilai sejauh mana pemasok ini dapat
mendukung upaya pemastian mutu.
b. Pengendalian Dari Inspeksi, Pengukuran Dan Peralatan Uji Salah satu segi
dalam upaya pemastian mutu adalah menjamin bahwa alat yang dipakai untuk
inspeksi, pengukuran dan peralatan uji dapat memberikan hasil yang tepat.
Untuk itu semua peralatan inspeksi, pengukuran dan peralatan uji yang dipakai
dicatat dalam daftar peralatan inspeksi, pengukuran dan peralatan uji. Selain
itu masing-masing peralatan juga dilengkapi dengan kartu riwayat alat yang
mencatat tentang perbaikan alat, kalibrasi yang dilakukan dan juga masa
berlakunya kalibrasi. Untuk peralatan–peralatan yang berketelitian tinggi,
perusahaan akan mengkalibrasi peralatan tersebut pada instansi yang sudah
dikenal dan diakui pemerintah.
c. Pelatihan Mutu sangat ditentukan oleh pengetahuan dan ketrampilan
petugasnya. Untuk itu perusahaan memastikan bahwa petugas yang menangani
pekerjaan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan cara
melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan dan menyediakan pelatihan untuk
semua kegiatan yang mempengaruhi mutu. pelatihan itu antara lain : program
pembinaan mandor borong, dimulai dari evaluasi kemampuan sebelum
ditunjuk, penjelasan pelaksanaan pekerjaan dan pembinaan selama proses
pelaksanaan .
d. Identifikasi Dan Kemampuan Penelusuran Produk Penyimpangan mutu dapat
terjadi akibat kekhilafan petugas dilapangan. Salah satunya adalah kesalahan
penggunaan bahan/produk, untuk mencegah kejadian seperti ini perusahaan
berupaya memberikan identifikasi pada bahan baku atau komponen yang
dibeli untuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan kecuali apabila
bahan/produk tersebut, berdasarkan letak atau bentuknya sendiri, telah dapat
diidentifikasi dengan jelas tanpa perlu tanda identifikasi yang lain. Selain
memberi identifikasi pada bahan/produk, kadang-kadang diperlukan pula
catatan-catatan yang terkait untuk memperjelas identifikasi tersebut.
Perusahaan juga akan berupaya mengumpulkan semua catatan-catatan terkait
yang memungkinkan penelusuran kembali informasi-informasi bila hal ini
dipersyaratkan dalam kontrak. Sebagai contoh informasi tentang pengecoran
beton, dihimpun dan diusahakan untuk mampu telusur. Tujuan penghimpunan
dan pemeliharaan catatan-catatan pengecoran beton ini adalah untuk
memungkinkan tindakan perbaikan apabila ternyata beton yang dihasilkan
tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi.
e. Pengendalian Catatan Kualitas Untuk memastikan bahwa kualitas yang
disyaratkan dicapai dan sistem mutu diterapkan secara efektif, maka catatan
kualitas selalu dihimpun dan dipelihara sebagai bukti pencapaian mutu
dilapangan. Catatan mutu ini juga bermanfaat sebagai sumber informasi
tentang kinerja proyek dalam hal mutu. Pengidentifikasi, pengumpulan,
pengindekan, penyiapan, penyimpanan, penggunaan, pemeliharaan dan
pemusnahan catatan kualitas diatur dengan prosedur pengendalian catatan
mutu.
f. Teknik Statistika Untuk menentukan/menilai tingkat mutu suatu bahan/produk
dan kemampuan proses, kadang-kadang diperlukan teknik statistika. Apabila
hal ini disyaratkan dalam kontrak, maka perusahaan akan menentukan dan
menggunakan teknik statistika yang sesuai.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Proses pengendalian kualitas bisa dilakukan dengan proses Plan, Do, Check, Action
atau disingkat PDCA. Proses tersebut biasanya digunakan untuk menguji dan
menerapkan perubahan guna membenahi kinerja produk serta sistem di masa
mendatang.
2. QA, Bertanggung jawab untuk memastikan sebuah produk yang akan dilepas ke
pasaran sudah memenuhi semua standar kualitas untuk setiap komponennya. QC,
Bertanggung jawab untuk memeriksa produk sebelum, selama, ataupun setelah proses
produksi untuk mendapatkan standar kualitas yang diperlukan.
3. Kerusakan-kerusakan pada bangunan air banyak di sebabkan oleh kurangnya
penerapan ISO, sehingga Penerapan ISO pada Bangunan Air khususnya pada jaringan
irigasi, sangatlah diperlukan untuk menunjang program pemerintah menuju
swasembada pangan.
4.2 Saran

Diharapkan agar instansi terkait lebih memperhatikan masalah QC Pengairan secara


menyeluruh pada setiap saluran terutama masalah sedimentasi agar semua sistim jaringan
irigasi dapat berfungsi secara baik untuk meningkatkan hasil produksi tanaman bagi
masyarakat. 

Anda mungkin juga menyukai