Anda di halaman 1dari 27

TAHAPAN PELAKSANAAN PERSIAPAN DAN SURVEY LAPANGAN

Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Estimasi Biaya Pekerjaan
Irigasi yang diampu oleh Drs. Sukadi., M.T.

disusun oleh :

Rosilawati Tiara Alifya F 1800613


Zulhelza Syahbaniar 1801030
Ade Turino Aji 180xxxx
Dewi Nurul Fadhilah 1804941
M. Fardomuan Siregar 180xxxx

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata
kuliah Estimasi Biaya Pekerjaan Irigasi. Makalah ini disusun untuk menambah
wawasan mahasiswa mengenai “Tahapan Pelaksanaan Persiapan dan Survey
Lapangan”.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan makalah ini masih jauh


dari kata sempurna, sehingga penyusun meminta maaf apabila terdapat banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Dan untuk kesempurnaan di masa datang
penulis mengharapkan pendapat, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun. Dan mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bandung, September 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Untuk pelaksanaan suatu proyek
akronim SIDLACOM untuk mengidentifikasi berbagai tahap proyek, akronim ini
menunjukkan urutah tahap yang masing-masing terdiri dari kegiatan yang
berlainan.
Di dalam perencanaan irigasi tahapan yang harus dikerjakan/dianalisis dan di
evaluasi meliputi; lokasi dan perkiraan daerah irigasi, garis besar rencana
pertanian; sumber daya air; prasarana insfrastruktur; skala prioritas
pengembangan; syarat pengembangan pengairan; dampak sosek dan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah
yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan bangunan irigasi?
2. Apa yang dimaksud dengan tahapan persiapan dan survei lapangan?
3. Apa tujuan dan fungsi dari tahapan persiapan dan survei lapangan?
4. Apa saja kegiatan yang termasuk ke dalam tahapan persiapan dan survei
lapangan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan ini, sebagai berikut :
1. Mengetahui maksud dari bangunan irigasi.
2. Mengetahui maksud dari tahapan persiapan dan survei lapangan.
3. Mengetahui tujuan dan fungsi dari tahapan persiapan dan survei lapangan.
4. Mengetahui kegiatan yang termasuk ke dalam tahapan persiapan dan survei
lapangan.

1.4 Sistematika Penulisan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi teori yang berkaitan dengan topik utama pembahasan mengenai
persiapan dan survei lapangan.
BAB III KESIMPULAN
Berisi kesimpulan yang diambil dari pembahasan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bangunan Irigasi


Berdasarkan PP No. 20 tahun 2006 tentang irigasi. Irigasi adalah usaha
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Adapun menurut Standar
Perencanaan Irigasi KP-01, irigasi merupaan sistem pemberian air ke tanah-
tanah pertanian guna mencukupi kebutuhan tanaman agar tanaman tersebut
tumbuh dengan baik.
Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang
pengambilan dan pengatur air irigasi.
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk
membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk
keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang
berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu
atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan)
kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan – bangunan
pelengkap. Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori,
bergantung kepada perencanaannya.
a. Bendung
Bendung didefinisikan sebagai bangunan yang berada melintang sungai
yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran air. Konstruksi bendung
bertujuan untuk menaikkan dan mengontrol tinggi air dalam sungai secara
signifikan sehingga elevasi muka air cukup untuk dialihkan ke dalam
intake. Konstruksi bendung dilengkapi dengan bangunan pengambilan
intake yang berfungsi mengarahkan air dari sungai masuk ke dalam saluran
pembawa .

Gambar 1. Bendung
b. Bangunan pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi
muka air di sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di
sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang
dibelokkan harus dapat dijamin cukup.
c. Bangunan pengambilan dari waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu
terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi
kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran
sungai.Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi
seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali
banjir, perikanan dsb. Waduk yang berukuran lebih kecil hanya dipakai
untuk keperluan irigasi.
Gambar 2. Bangunan Pengambilan (Intake)

d. Stasiun Pompa
lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara
gravitasi temyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.
Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya
eksploitasinya mahal.

Gambar 3. Stasiun Pompa


2.2 Pekerjaan Persiapan
Dasar Hukum dari penyelengaraan Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi adalah sebagai berikut:
a) Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
b) Undang-Undang No. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
c) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Jalan.
d) Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan
e) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi, beserta peraturan perubahannya.
f) Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah, beserta peraturan perubahannya
g) Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 Tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
h) Peraturan Menteri PUPR No. 15/ PRT/ M/ 2015 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja kementerian PUPR
i) Peraturan Menteri PUPR Nomor 06/ PRT/ M/ 2008 tentang Pedoman
Pengawasan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
j) Peraturan Menteri PUPR Nomor 24/ PRT/ M/ 2014 tentang Pedoman
Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Jasa Konstruksi
k) Peraturan Menteri PAN Nomor PER/ 03.1/ M.PAN/ 3/ 2007 tentang
Kebijakan Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Nasional Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2007.

2.2.1 Persiapan Penandatanganan Kontrak / Pre Award Meeting (PAM)


Rapat persiapan penunjukan penyedia jasa (Pre Award Meeting)
dilaksanakan sebelum penerbitan SPPBJ (Surat Penunjukan Penyedia
Barang Jasa), yang dihadiri oleh PPK, pengguna jasa, penyedia jasa,
Pokja ULP. Hasil rapat dituangkan dalam berita acara yang
merupakan bagian dari Dokumen Kontrak. Rapat persiapan
penunjukan penyedia jasa (Pre Award Meeting) membahas antara
lain ketentuan mengenai bentuk, nilai, masa berlaku, batas waktu
penyerahan jaminan pelaksanaan serta hal-hal lain yang perlu diklarifikasi
dari penyedia. Dengan demikian PPK memperoleh keyakinan yang
cukup atas kompetensi penyedia.
Pre Award Meeting dilakukan untuk membahas beberapa konsep,
yaitu:
a) Konsep dokumen kontrak (surat perjanjian, SSUK, SSKK);
b) Ketentuan mengenai bentuk, isi, nilai, masa berlaku,
penerbit, dan batas waktu penyerahan jaminan pelaksanaan
dan jaminan uang muka;
c) Rencana penandatangan kontrak;
d) Jenis asuransi yang harus disiapkan sebelum pelaksanaan
kontrak;
e) Harga satuan timpang;
f) Ketentuan perhitungan eskalasi (bila ada);
g) Hal –hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada
waktu evaluasi penawaran;
h) Hal –hal lain yang dianggap perlu.
i) Hasil rapat dituangkan dalam berita acara yang merupakan
bagian dari dokumen kontrak.
Unsur pendukung PPK dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
a) Unsur pendukung PPK terdiri dari:
1) Direksi pekerjaan
2) Direksi teknis
3) Wakil sah pengguna jasa
4) Wakil sah penyedia jasa
b) Panitia peneliti, terdiri dari unsur:
1) Perencanaan teknis
2) Pelaksanaan lapangan
3) Pengawasan lapangan
4) Administrasi kontrak
5) Terkait lainnya
6) Keuangan
7) Pengujian
8) PA/ KPA
c) PPHP dibentuk oleh KPA, terdiri dari unsur:
1) PA/ KPA
2) PPK
3) Direksi teknis
4) Tim uji coba (bila diperlukan)

2.2.2 Kontrak Konstruksi


Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa dilakukan setelah
DIPA/ DPA ditetapkan. Sebelum penandatanganan kontrak PPK wajib
memastikan Isian Kualifikasi masih berlaku/ valid. Apabila terdapat
data isian kualifikasi tidak valid, maka kontrak tidak ditandatangani.
Penandatanganan kontrak dilakukan paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja setelah diterbitkan SPPBJ dan setelah penyedia menyerahkan
Jaminan Pelaksanaan, dengan ketentuan:
a) nilai Jaminan Pelaksanaan untuk harga penawaran terkoreksi antara
80% (delapan puluh perseratus) sampaidengan 100% (seratus
perseratus) nilai total HPS adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari
nilai Kontrak;
b) nilai Jaminan Pelaksanaan untuk harga penawaran terkoreksi
dibawah 80% (delapan puluh perseratus) nilai total HPS adalah
sebesar 5% (lima perseratus)dari nilai total HPS.
Kontrak dalam Surat Perjanjian, dengan maksud apabila terjadi
pertentangan ketentuan antara bagian satu dengan bagian yang lain,
maka berlaku urutan sebagai berikut:
a) adendum Surat Perjanjian (apabila ada);
b) pokok perjanjian;
c) surat penawaran berikut daftar kuantitas dan harga;
d) syarat-syarat khusus kontrak;
e) syarat-syarat umum kontrak;
f) spesifikasi khusus;
g) spesifikasi umum;
h) gambar-gambar; dan
i) dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP, BAPP.
Banyaknya rangkap kontrak dibuat sesuai kebutuhan, yaitu:
a) Sekurang-kurangnya 2 (dua) Kontrak asli, terdiri dari:
1) kontrak asli pertama untuk PPK dibubuhi materai pada
bagian yang ditandatangani oleh penyedia; dan
2) kontrak asli kedua untuk penyedia dibubuhi materai pada
bagian yang ditandatangani oleh PPK;
b) Rangkap kontrak lainnya (apabila diperlukan) tanpa dibubuhi
materai. Penandatanganan Kontrak bernilai diatas Rp.
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah
memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak. Pihak yang
berwenang menandatangani kontrak atas nama penyedia adalah
Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/
Anggaran Dasar, yang telah didaftarkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

2.2.3 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/ Commencement Of Work


(COW) dan Penyerahan Lapangan (SITE HAND OVER)
Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan
bangunan yang dibutuhkan oleh Pemilik proyek dan sudah
dirancang oleh Konsultan Perencana dalam batasan biaya dan
waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang telah
disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua
operasional di lapangan.Perencanaan dan pengendalian proyek secara
umum meliputi:
a) Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan.
b) Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.
c) Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja.
d) Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material.
Sedangkan koordinasi seluruh operasi di lapangan meliputi:
a) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan, baik untuk
bangunan sementara maupun bangunan permanen, serta
semua fasilitas dan perlengkapan yang terpasang.
b) Mengkoordinasikan para Sub-Kontraktor.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan awal
persiapan pelaksanaan konstruksi adalah sebagai berikut:
a) Pada awal kontrak, kontraktor harus diberi tahu dengan
tegas, bahwa kontraktor tidak boleh mulai dengan suatu
pekerjaan apapun tanpa sebelumnya ada ijin dari direksi/
pengawaslapangan.
b) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) atau Commercement of
Work (COW) diterbitkan oleh Kasatker/ PPK selambat-
lambatnya 60 hari sejak penandatanganan kontrak
pekerjaan konstruksi, didahului dengan penandatanganan
Berita Acara Site Hand Over (serah terima lapangan) dari
pihak Pengguna Jasa (Kasatker/ PPK) kepada Penyedia
Jasa (Kontraktor Pelaksana) pekerjaankonstruksi.
c) Serah terima lapangan tersebut diselenggarakan setelah
seluruh permasalahan yang terkait dengan pemerintah
atau masyarakat setempat (misalnya pembebasan
tanah)terselesaikan.
d) Tanggal penerbitan SPMK merupakan saat awal periode
konstruksi (construction period) atau dapat juga disebut
sebagai awal dari pelaksanaan kontrak (contractperiod).
e) Jika construction period dimulai sejak diterbitkan SPMK/
COW dan berakhir pada PHO (Provisional Hand Over),
maka contract period dimulai sejak diterbitkan SPMK/
COW dan berakhir pada FHO (Final HandOver)
1) SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) diterbitkan oleh
Kasatker/ PPK yang disampaikan kepada kontraktor
pelaksana, selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari
sejak tanggal penandatanganan Kontrak.
2) Tanggal terbit SPMK, merupakan saat Awal periode
Pelaksanaan Konstruksi (ConstructionPeriod).
3) Dalam hal SPMK diterbitkan sebelum Kontrak
ditandatangani, maka Kasatker/ PPK harus terlebih
dahulu memperoleh izin khusus dari Menteri untuk
menerbitkan SPMKtersebut.
4) B.A. Serah Terima Lapangan (Site Hand Over),
ditandatangani PPK bersama Kontraktor setelah tanggal
penandatangan Kontrak dan setelah semua permasalahan
dengan Pemda/ masyarakat setempat telah terselesaikan,
misalnya setelah tidak ada lagi masalah mengenai
pembebasantanah.
5) Setelah menerima penyerahan lapangan, maka Pihak
Kedua (Kontraktor Pelaksana) bertanggung jawab
atasseluruh asset Pihak Kesatu di lapangan untuk
dimanfaatkan, dijaga dan dipelihara.
6) Kontraktor pelaksana wajib membuat Surat
Pemberitahuan Mulai Kerja yang ditujukan ke PA/ KPA
dengan tembusan kepada:
(a) PPK
(b) Bupati/ Walikota, Kepala Dinas bidang PU (Bina
Marga, SDA, Cipta Karya) Kab/ Kota, Camat,
Kadessetempat.
f) Dalam spesifikasi dinyatakan bahwa kontraktor akan
memberitahukan “tanggal mulai bekerja”, dalam jangka
waktu tidak kurang dari 7 hari sebelum setiap pekerjaan
dimulai, agar pengawas lapangan dapat:
1) Mengatur tugas para pengawas dilapangan,
2) Mengukur elevasi-elevasi permukaan yang ada,
3) Mengukur dimensi-dimensi bangunan yangada,
4) Memastikan bahwa uitzet sudah dilakukan denganbaik,
5) Mengaktifkan semua usaha/ peraturan/ alat untuk
pemeriksaan mutu yangdiperlukan.
g) Pemberitahuan mulai kerja ini berlaku juga bagi
pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh subkontraktor.
h) Harus diadakan persetujuan/ disepakati tentang prosedur
dengan menggunakan formpermohonan dari kontraktor
kepada direksi untuk mulai suatu pekerjaan.

2.2.4 Rapat Persiapan Pelaksanaan (PCM = PRECONSTRUCTION


MEETING)
Tujuan penyelenggaraan Pre Construction Meeting (PCM) adalah
menyatukan pengertian terhadap seluruh isi Dokumen Kontrak dan
membuat kesepakatan-kesepakatan terhadap hal-hal penting yang
belum terdapat di dalam Dokumen Kontrak serta membahas jalan
keluar terhadap kendala-kendala yang mungkin terjadi selama
pelaksanaankonstruksi.
a) PCM dilaksanakan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
terhitung sejak diterbitkanSPMK.
b) PCM mencerminkan tindakan awal pengendalian Kasatker/
PPK terhadap persiapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
c) Hasil Pertemuan pada saat PCM antara Kasatker/ PPK sebagai
unsur Pengendali, Direksi Pekerjaan/ Lapangan atau
Konsultan Supervisi sebagai Pengawas dan Kontraktor sebagai
Pelaksana Pekerjaan, akan dijadikan pegangan dalam menyusun
Kerangka Kerja dan Rencana Pelaksanaan Pekerjaan selanjutnya.
d) Pertemuan Pra Konstruksi (PCM) dilakukan untuk mengecek
kesiapan penyedia jasa menyelenggarakan pekerjaan
konstruksi mencakup struktur organisasi, nama personil yang
akan ditugaskan di lapangan, rencana mutu, dan jadwal
pelaksanaan pekerjaan, kajian terhadap desain dan
penyelesaian masalah.
Masalah-Masalah yang Dibahas Bersama dan Disepakati Bersama
Dalam Pelaksanaan PCM
a) Pengorganisasian Pelaksanaan Pekerjaan:
1) Organisasi Kerja
2) Prosedur Kerja, Standar Pekerjaan, Daftar Inspeksi/
Pemeriksaan dan Syarat Test yang harus dipenuhi
3) Tata Cara Pengaturan PelaksanaanPekerjaan
4) SOP K3 (Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan)
TempatKerja
5) Tata Lingkungan Setempat dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
6) Pendekatan kepada masyarakat dan Pemda. Setempat
berkaitan dengan pelaksanaan dan perijinan (misalnya masalah
ijin Quary dan jalan akses keQuary).
b) Review dan penyempurnaan terhadap Program & Sub Program
Kerja, yang sesuai dengan target Volume, Waktu dan Mutu:
1) Metode Pelaksanaan dan MetodeKerja.
2) Time Schedule (Jadwal Waktu Pelaksanaan) dan
RencanaKerja.
3) Material Schedule (Jadwal Pengadaan/ Penyediaan Bahan).
4) Equipment Schedule (Jadwal Penyediaan/ Penggunaan
Peralatan).
5) Man Power Schedule (Jadwal Penyediaan Tenaga
Kerja), dan pengecheckan Jumlah & Kualifikasi
TenagaKerja.
6) Cash Flow Schedule (Jadwal/ Rencana Penerimaan &
Penggunaan Dana) atau Rencana Arus Kas (RAK) dan
Rencana Penggunaan Uang Muka serta Rencana Anggaran
Pelaksanaan(RAP).
c) Penentuan Site Plan (Denah Situasi Lapangan), untuk lokasi
sumber bahan/ material (Quarry/ Borrow Area), Stock Material,
Access Road (Jalan Masuk), Base Camp (Barak Tenaga kerja)
dimana terdapat:
1) Kantor lapangan, kantor konsultan, kantorkontraktor
2) Rumah staf dan karyawan untuk pengguna jasa,
konsultan dankontraktor
3) Bengkel, gudang, dan sebagainya yang disebut dalam
spesifikasi umumkontrak
4) Estimasi kuantitas bahan baku (pasir, tanah, batu) di
Quarry
5) Rencana pemeriksaan mutu bahan baku yang akan
digunakan
6) Rencana Kendali Mutu:
(a) Rencana Mutu Unit Kerja (RMU) atau
Rencana Mutu Pelaksanaan(RMP)
(b) RMK (Rencana MutuKontrak)
d) Rencana Survey Lapangan dalam rangka pemeriksaan bersama
(Mutual Check) dan Review terhadap desain yang ada.Substansi
pokok yang dibahas dalam Pre Construction Meeting (PCM)
adalah sebagai berikut:
a) Aplikasi pasal-pasal penting dalam dokumen kontrak tentang:
1) Pekerjaan tambahkurang.
2) Termination atauforfeiture.
3) Mobilisasi.
4) Insurance ofworks.
5) Organisasi kerja.
b) Prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan, antara lain:
1) Request and approval dalam rangka Examination of
Works.
2) Extension time for completionworks.
3) Gambar kerja dan kelengkapannya.
4) Pengajuan MC (Monthly Certificate).
5) PHO danFHO.
6) Pembuatan Addendum Kontrak.
7) Jadwal pengadaan bahan, penggunaan peralatan dan
personel.
8) Review dan penyempurnaan terhadap jadwal
kerja yang harus sesuai dengan target volume, mutu
dan waktu.
9) Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan
bersama kondisi lapangan (mutual
check)sehubungan dengan Review design terhadap
design yang ada dalam dokumen kontrak.
c) Tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan, antara
lain:
1) Pelaksanaankonstruksi.
2) Pelaksanaan produksi agregat untukbeton.
3) Menentukan lokasi sumber bahan material
(Quarry), estimate kuantitas bahan serta rencana
pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
4) Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemerintah
Daerah setempat mengenai rencana kerja yang ada
kaitannya dengan masyarakat dan Pemerintah Daerah
setempat, misalnya keadaan musim tanam atau masalah
akses jalan ke Quary/ angkutan bahan.

2.2.5 Penyusunan Program Mutu


1. Prinsip Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mewujudkan
salah satu dari tiga sasaran utama manajemen proyek yaitu tepat
mutu, tepatbiayadan tepat waktu.Pengendalian mutu didefinisikan
sebagai upaya pengawasan dan tindak turun tangan terhadap
pelaksanaan pekerjaan konstruksi agar memenuhi persyaratan
teknis yang telah ditetapkan di dalam Dokumen kontrak. Prinsip
dasar pengendalian mutu suatu pekerjaan mencakup 2 (dua) hal
yaitu:
a) Dimensi (panjang, lebar, tinggi, tebal, kemiringan,
lengkung dsb)
b) Kualitas (kepadatan, kuat tekan, daya dukung tanah,
kekerasan dsb)
Uji mutu kualitas hasil pekerjaan sesuai spesifikasi teknis
dalam Dokumen Kontrak, pengertian pengendalian hasil pekerjaan
adalah mutu jenis pekerjaan menurut pay item dalam dokumen
kontrak yang dilaksanakan oleh kontraktor.Terdapat tiga jenis
pengendalian yang harus dilakukan,yaitu:
a) Pengendalian mutu bahan baku (seperti: tanah, batu,
semen)
b) Pengendalian mutu bahan olahan (misalnya; batu pecah
hasil stone crasher, adukan aspal semen, adukan beton K-
350, dll)
c) Pengendalian mutu hasil pekerjaan (misalnya timbunan
tanah, beton strukturdll).
d) Untuk setiap obyek yang akan diperiksa ada 5 data yang
harus dicatat:
e) Nama pemeriksaan, misalnya kepadatanlapangan
f) Metode pemeriksaan, misalnya sand cone method/
AASHTO T-191
g) Frekuensi pemeriksaan, misalnya 1 titik tiap 200 m
h) hSpesifikasi/ persyaratan mutu, misalnya kepadatan 100%
i) Toleransi hasil misalnya 0%
Pengendalian mutu harus dilakukan terhadap pelaksanaan
dari seluruh pay item, secara bertahap dilakukan mulai dari
komponen bahan baku, bahan olahan dan hasil pekerjaan,
Kualitas harus sesuai sebagaimana dipersyaratkan dalam
spesifikasi teknis.
Gambar 4. Diagram Prinsip Pengendalian Mutu (terhadap suatu pay item)

2. Prosedur Pengendalian Mutu


Keberhasilan pelaksanaan pembangunan konstruksi,
haruslah dinilai dari beberapa aspek, yaitu penyelesaian pekerjaan
tepat waktunya sesuai kontrak, ukuran-ukuran sesuai dengan
desain kualitasnya memenuhi spesifikasi teknik, biayanya tidak
melebihi anggaran yang telah ditetapkan dan selama
pelaksanaan pekerjaan haruslah dijamin keselamatan dan
keamanan pekerja ataupun pihak lain. Untuk mencapai maksud
tersebut haruslah dilakukan pengendalian yang seksama selama
proses pelaksanaan konstruksi, meliputi pengendalian biaya,
mutu dan waktu.

Gambar 5. Kerangka Pengendalian Mutu

3. Metode Pengawasan Kualitas Pekerjaan Konstruksi


Pengawasan kualitas pekerjaan konstruksi tersebut terbagi
dalam tahapan, yaitu:
a) Tahap Studi dan Analisis
Tahap ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
1) Mengadakan studi dan pemeriksaan terhadap bahan-
bahan yang akan digunakan dan memilih yangsesuai.
2) Mengadakan percobaan-percobaan terhadap bahan
yang telahdipilih apakah memenuhi standar
kualitas yang telah ditetapkan dalam spesifikasi
Teknik
3) Menyusun metode kerja yaitu tata cara pelaksanaan
dan penggunaan peralatan dan fasilitas.
b) Tahap pelaksanaan pengawasan dan pengambilan sampel.
Tahap pelaksanaan terdiri dari dua kegiatan,yaitu:
1) Memberi penjelasan dan latihan kepada semua unsur
yangterkait dengan pelaksanaan tentang tata
carapelaksanaan.
2) Mengawasi jalannya pelaksanaan sesuai dengantata
carapelaksanaan yang telah ditetapkan, mengambil
benda-bendauji/ sample untukpemeriksaan. Membuat
laporan jalannya pelaksanaan, hasil pengujian
lapangan dan benda-benda uji yang akan dikirim
kelaboratorium
c) Tahap pemeriksaan
Tahap pemeriksaan yaitu memeriksa laporan, hasil-hasil
pengujian lapangan dan hasil pengujian laboratorium, serta
membuat kesimpulan-kesimpulan dari hasil pemeriksaan.
d) Tahap tindak lanjut
Tahap ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu:
1) Bila hasil pemeriksaan berkesimpulan bahwa kualitas
sudah sesuai dengan spesifikasi teknik, harus dibuat
rekomendasi agar pekerjaan dilanjutkan berdasarkan
tata cara pelaksanaan yang sudah ditetapkan.
2) Bila hasil pemeriksaan berkesimpulan tidak sesuai
(tidak baik), haruslah dilakukan survai/ penelitian apa
penyebab dari ketidak sesuaian tersebut. Penyebab
ketidak sesuaian pekerjaan tersebut ada beberapa
kemungkinan:
(a) Tata cara pelaksanaan tidak dilaksanakand engan
baik, maka pekerjaan harus dibongkar dan di
kerjakan ulang mengikuti tata cara pelaksanaan
yang telahditetapkan.
(b) Tata cara pelaksanaan itu sendiri tidak cocok
untuk pekerjaan tersebut, maka tata cara
pelaksanaan harus diperbaiki/ dirubah dan
pekerjaan diperbaiki menurut cara baru.

2.2.6 Penerapan Standar


a) Standar kualitas
Standar kualitas sesuai dengan spesifikasi teknik yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
b) Standar Pengujian
Pengujian dilakukan berdasarkan standar-standar yang
berlaku.
c) Standar Pelaksanaan
Standar pelaksanaan ialah prosedur untuk menjamin tercapainya
kualitas pekerjaan yang dikehendaki. Standar pelaksanaan
mencakup beberapa aspek seperti pemilihan bahan, percobaan-
percobaan, tata cara pelaksanaan (mengolah/ meramu,mengangkut
dan merekayasa)
d) Standar PengawasanStandar pengawsan yaitu pengawasan
yang harus dilakukan untuk mencapai kualitas yang
dikehendaki. Bagan alur pengawasan kualitas seperti terlihat
pada bagan berikut ini :
Gambar 6. Bagan Alir Pengawasan Kualitas

2.2.7 Pemeriksaan
1. Batasan
Pemeriksaan yang dimaksud ialah pengawasan sifat-sifat bahan
(material quality characterstics) agar sesuai dengan spesifikasi
teknik, yang disebut pengawasan sifat-sifat (characteristics
control)
2. Sifat-sifat yang Diawasi
Sifat-sifat bahan yang diawasi dipilih dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Dapat diawasi selama prosespelaksanaan.
b) Cocok dengan sifat yang dikehendaki dalam
spesifikasiteknik.
c) Mudahdiperiksa.
d) Mudah mengambil tindak lanjut yang diperlukan
berdasarkan hasil pemeriksaan.
3. Hubungan Sifat Bahan, Cuaca dan Kualitas
Pekerjaan Sifat bahan dapat dipengaruhi oleh cuaca, terutama
kadar air tanah dan kadar air permukaan agregat. Sedangkan
kualitas pekerjaan dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan.
4. Pengujian Sifat-sifat Bahan)
a) Jenis-jenis Bahan dan Nama Pengujian Semua sifat-sifat
bahan yang mempengaruhi mutu pekerjaan, haruslah
diperiksa dengan cara pengujian dilaboratorium.
b) Hubungan antara sifat-sifat bahan, standar pengujian, standar
mutu, cara pengawasan dan pengambilan tindak lanjut.

Pada tahap persiapan lapangan, aktifitas-aktifitas konstruksi antara lain


meliputi hal-hal dibawah ini:
1. Fasilitas Lapangan Konstruksi
a. Kantor Kontraktor
Fasilitas lapangan kontraktor biasanya ditempatkan dekat dengan
lokasi pekerjaan dengan konstruksi semi permanen. Kantor Kontraktor
harus lengkap termasuk peralatan administrasi, peralatan gambar,
computer, ruang rapat dll. Fasilitas listrik / genset, air bersih, system
komunikasi dll
b. Laboratorium
Biasanya kontraktor harus menyediakan peralatan lab untuk
tanah dan beton. Semua perlatan harus dikalibrasi secara rutin
c. Gudang
Untuk melindungi material seperti Portland semen atau bahan
lain yang sensistif terhadap air dan sinar matahari, gudang yang cukup
aman harus dibuat termasuk rak dari kayu agar bahan tidak langsung
bersinggungan dengan tanah.
d. Fasilitas-fasilitas lain seperti batching plant, workshop, labour camp,
parkir mobil dan motor, musholla dll.
2. Mobilisasi
Bersamaan dengan pembuatan fasilitas lapangan, peralatan berat harus
mulai dimobilisasikan. Program mobilisasi harus dibuatt detail dan
diawasi ketat karena sering sekali keterlambatan mobilisasi
menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.
3. Access Road
Penentuan access road yang dipakai penttingg karena mobilisasi dan
dislokasi peralatan berat dan pendatangan bahan / material proyek
harus tidak boleh terlambat. Access road harus dirawat dan diperbaiki
selama masa pelaksanaan konstruksi.
4. Mutual Check
Pekerjaan surveying harus segera dilaksanakan dan biasanyaa terdiri dari
longitudinal crossection survey. Hasil dari mutual check 0% harus
diselesaikan dulu dari pengawas pekerjaan, sebelum datanya dijadikan
pedoman pembuatan shop drawing
5. Test Material
Semua test material harus dilaksanakan di laboratorium dan disaksikan
atau disetujui oleh konsultan supervise.
6. Job Mix Formula (JMF)
Setelah test material, segera dilaksanakan pembuatan job mix formula
terutama untuk pekerjaan beton.
2.3 Survey Lapangan

Anda mungkin juga menyukai