Anda di halaman 1dari 56

TUGAS BESAR

IRIGASI BANGUNAN AIR


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Irigasi Bangunan Air

Dosen Pengampu :

Ir.Prasoni Agung, MT.

Disusun Oleh :

Hagi Riski Nuggraha 2112191003


Dewi Warlina 2112191109
Shilvia Citra Adinda 2112191106
Revi Sekar Asih 2112191032

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
BANDUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS BESAR IRIGASI BANGUNAN AIR
Disusun Oleh :

Kelompok 9

Hagi Riski Nuggraha 2112191003


Dewi Warlina 2112191109
Shilvia Citra Adinda 2112191106
Revi Sekar Asih 2112191032

Laporan ini di periksa dan di setujui sebagai pelengkap syarat kelulusan, guna
meyelesaikan mata kuliah Irigasi Bangunan Air pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sangga Buana YPKP Bandung.

Mengetahui,

Dosen Pengampu

Ir.Prasoni Agung, MT.

Meneyetujui dan Mengesahkan

Ketua Program Studi Teknik Sipil

Chandra Afriade Siregar, ST., MT


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Tugas Besar Irigasi
Bangunan Air” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Irigasi Bangunan Air. Selain itu, laporan Tugas
Besar ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang aplikasi secara model dalam
bidang Teknik Sipil bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Prasoni Agung, MT. selaku
Dosen Pembimbing dan juga Bapak Budi Rahmat, BE selaku Asisten Dosen Pembimbing
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi Teknik Sipil. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari tugas yang kami buat masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
butuhkan demi kesempurnaan laporan Tugas Besar ini.

Dengan demikian petunjuk Tugas Besar ini agar dapat lebih bermanfaat sekaligus
menunjang studi dilingkungan Teknik Sipil pada khususnya mata kuliah
Irigasi Bangunan Air.

Bandung, Juli 2022

Penyusun Kelompok 9

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Irigasi pada umumnya adalah usaha mendatangkan air dengan membuat
bangunan dan saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi
ke sawah atau ladang dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak di
perlukan lagi, setelah air itu digunakan dengan sebaik – baiknya. Oleh karena itu
ilmu irigasi sangat penting untuk membuat petani atau rakyat sekitarnya dapat
memanfaatkan sumber air yang ada, sehingga petani dapat meningkatkkan
kesejahteraannya.
Dengan adanya irigasi ini, tanah yang semula tidak produktif akan menjadi
produktif. Bila produktivitas lahan ini tinggi maka akan mengakibatkan
terjadinya produktivitas di bidang lainnya, tentu saja perkembangan daerah ini
semakin baik.
Dari sini menurut perencanaan, terutama Civil Engineering harus
merencanakan irigasi khususnya jaringan irigasi dengan baik dan efisien,
sehingga menguntungkan semua pihak. Untuk pencapaian hal tersebut maka para
calon perencanaan mulai sejak dini (Mahasiswa) harus mengetahui ilmunya, dan
untuk aplikasinya maka mahasiswa diberikan Tugas Besar Perencanaan Desain
Jaringan Irigasi daerah Batu Merah.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan Tugas Besar Irigasi Bangunan
Air ini adalah :
1. Sebagai penerapan teori yang diberikan dalam perkuliahan.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memahami segala prosedur yang
harus dilaksanakan dalam perencanaan dan pemahaman Desain Jaringan
Irigasi Daerah Batu Merah.

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


3. Sebagai pedoman mahasiswa dalam merencanakan dan membua jaringan
Irigasi sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang telah diberikan terkait
dengan teori yang ada.

1.3 Batasan Masalah


Agar Tugas Besar ini tidak menyimpang dari tujuan, maka diberikan batasan
anatara lain :
1. Perencanaan Layout Jaringan Irigasi dari rencana lokasi bendung Batu
Merah
2. Pembuatan skema Jaringan Irigasi dan sekama Bangunan
3. Pecerencanaan Dimensi Saluran Dengan Kebutuhan Air Irigasi NFR = 1,10
l/dt/ha dengan efisiensi 0,65
4. Perencanaan Profil Memanjang saluran (Long Section ) Satu Sampai dua
ruas saluran
5. Perencanaan Profil Melintang Saluran (Cross Sectio)
6. Pembuatan Bangunan Bagi/ sadap dan juga bangunan pelengkap Irigasi

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan Uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan masalah
yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana Layout Jaringan Irigasi dari rencana lokasi bendung Batu
Merah?
2. Bagaimana Skema Untuk Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan Jika Layout
dari Jaringan Irigasi telah dibuat?
3. Bagimana Pehitungan dari dimensi saluran dengan kebutuhan air irigasi jika
NFR = 1,10 l/dt/ha dengan Memiliki Efisiensi sebesar 0,65?
4. Bagaimana pembuatan profil memanjang saluran (Long Section) jika sampai
satu sampai dua ruas saluran?
5. Bagaimana pembuatan profil melintang saluran (Cross Section)?
6. Bagaimana Pembuatan Banguan bagi/sadap dan juga bangunan pelengkap
Irigasi lainnya yang ada di daerah Sungai Batu Merah?

1.5 Sistematika Pelaporan


Penulisan Laporan ini disusun dengan sistematika yang akan diuraikan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang Tugas Besar, Maksud dan
Tujuan Tugas Besar, Batasan Masalah dari pembuatan Tugas Besar, Rumusan
Masalah Tugas Besar, hingga sistematika penulisan laporan Tugas Besar.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan landasan teori mengenai Pengertian Irigasi, Klasifikasi
Irigasi, Manfaat irigasi, Sifat – Sifat Irigasi, Kriteria persyaratan bangunan
irigasi, Kriteria persyaratan Petak, Bangunan Pelengkap Irigasi.
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas mengenai Analisa dan pembahasan pada setiap
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran pada laporan Tugas
Besar Irigasi Bangunan Air.

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


BAB II

PERENCANAAN IRIGASI

2.1 Pengertian Irigasi


Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan usaha tani dalam
arti luas. Sejalan dengan era reformasi dan otonomi daerah, maka saat ini telah
ada pengaturan baru yang mengatur tentang irigasi, yaitu pengelolaan diserahkan
kepada petani. Namun demikian pemerintah tetap berkewajiban untuk membantu
petani terutama dalam bimbingan teknis dan keuangan sampai mampu
mengelolanya secara mandiri. Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian
air, baik secara alamiah ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk
memberi kelembaban yang berguna bagi pertumbuhan tana Sistem dapat
menjamin sepenuhnya persediaan air untuk tanaman.
Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu: Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk
membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam
tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. Tujuan Tidak Langsung, yaitu
irigasi mempunyai tujuan yang meliputi: mengatur suhu dari tanah, mencuci
tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran
air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah
dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan
lain sebagainya. (Ardi, 2013)
Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah
adalah upaya rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam
menunjang proses produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang
memerlukan serta
mendistribusikan secara teknis dan sistematis.
Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :
1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi
sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun
musim penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur & zat – zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut,
sehingga tanah menjadi subur.
4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan
pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi (Rachmad, 2009).
Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran
pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke
dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah.
Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh
pemerintah. Ciri-ciri irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur sampai dengan
saluran tersier serta bangunan permanennya. Lahan sawah yang memperoleh
pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-
jaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh
masyarakat. Kadar air tanah yang lebih rendah pada tanah sawah yang diolah
sempurna disebabkan oleh porositas tanah lebih tinggi, sehingga kehilangan air
lebih banyak (Notohadiprawiro, 1992).
Pengaruh air irigasi pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral,
implementer, memperkaya ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral yaitu
didapatkan pada tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang berasal dan
memlalui daerah aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan tanah yang

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada tanah yang telah kehilangan unsur-unsur
hara akibat pencucian dan mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air irigasi. Air
irigasi bersifat memperkaya tanah apabila kandungan unsur hara akibat dari
pengairan lebih besar jumlahnya daripada unsure hara yang hilang karena paen,
drainase atau pengairan. Pencucian unsur hara dari permukaan kompleks
adsorpsi dan larutan tanah oleh air irigasi bersifat memiskinkan tanah ( Suyana,
1999).

2.2 Definisi Daerah Irigasi


a. Daerah studi.
Daerah studi adalah daerah proyek ditambah dengan seluruh daerah aliran
sungai (DAS).

b. Daerah proyek
Daerah proyek adalah daerah dimana pelaksanaan pekerjaan dipertimbangkan
atau diusulkan.

c. Daerah irigasi total.


Daerah proyek dikurangi dengan perkampungan dan tanah-tanah yang
didirikan untuk bangunan daerah yang tidak dialiri.

d. Daerah irigasi netto


Daerah yang bisa diairi di kurangi dengan saluran-saluran irigasi dan
pembuang, jalan inspeksi, jalan setapak, tanggul dan sawah.

e. Daerah potensial.
Daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan.

f. Daerah fungsional.
Daerah potensial yang telah memilki jaringan irigasi yang telah
dikembangkan.
2.3 Jaringan Irigasi
2.3.1 Pengertian Jaringan Irigasi
Air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian.
Oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam
rangka penyediaan air untuk pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk
berbagai keperluan usaha tani, maka air harus diberikan dalam jumlah, waktu,
dan mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu
pertumbuhannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian
(Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan dengan
perencanaan dan pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi air ke
bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan
yang tidak diperlukan lagi.Sebagai suatu ilmu pengetahuan, irigasi tidak saja
membicarakan dan menjelaskan metode-metode dan usaha yang berhubungan
dengan pengambilan air dari bermacam-macam sumber, menampungnya
dalam suatu waduk atau menaikkan elevasi permukaannya, dengan
menyalurkan serta membagi-bagikannya ke bidang-bidang tanah yang akan
diolah, tapi juga mencakup masalah-masalah pengendalian banjir sungai dan
segala usaha yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pengamanan sungai
untuk keperluan pertanian (Wirawan, 1991).
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi.Kebutuhan air
tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada
suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air
nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air
yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan
dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian (Sudjarwadi, 1990).
Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk merancang
sistem irigasi serta mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS.
Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air
permukaan yang ada. Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan
pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga kategori (Gordon et al, 1993):
1. Pengukuran volume air sungai.
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan
menentukan luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang
dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method)

Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang
dimulai setelah bangunan intake/pompa sampai lahan yang diairi (PP No. 20
tahun 2006). Saluran irigasi terbagi atas 3 jenis yaitu:
a. Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama
ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak
tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki
memiliki luas kurang lebih 8ha s.d. 15ha. Sedangkan petak tersier
memiliki luas antara 50ha s.d. 150ha.
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran
primer ke petak petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
c. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap
tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter. Saluran
kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke petak-petak sawah (Herliyani, 2012).
Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran
pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air
ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan
mudah.Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang
terdiri dari saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan
dipelihara oleh pemerintah. Ciri-ciri irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur
sampai dengan saluran tersier serta bangunan permanennya. Lahan sawah
yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap
dan jaringan jaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun
dikelola sendiri oleh masyarakat. Kadar air tanah yang lebih rendah pada
tanah sawah yang diolah sempurna disebabkan oleh porositas tanah lebih
tinggi, sehingga kehilangan air lebih banyak (Notohadiprawiro, 1992).
Pengaruh air irigasi pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral,
implementer, memperkaya ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral
yaitu didapatkan pada tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang
berasal dan melalui daerah aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan
tanah yang dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada tanah yang telah
kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian dan mendapatkan unsur-unsur
hara lain dari air irigasi. Air irigasi bersifat memperkaya tanah apabila
kandungan unsur hara akibat dari pengairan lebih besar jumlahnya daripada
unsur hara yang hilang karena paen, drainase atau pengairan.Pencucian unsur
hara dari permukaan kompleks adsorpsi dan larutan tanah oleh air irigasi
bersifat memiskinkan tanah (Suyana, 1999).
Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir
(downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana
dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, saluran primer dan sekunder,
kotak bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat
usaha tani (TUT). Terganggunya atau rusaknya salah satu bangunan-bangunan
irigasi akanmempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga mengakibatkan
efisiensi dan efektifitas irigasi menjadi menurun. Apabila kondisi ini dibiarkan
terus dan tidak segera diatasi, maka akan berdampak terhadap penurunan
produksi pertanian yang diharapkan, dan berimplikasi negatif terhadap kondisi
pendapatan petani dan keadaan sosial, ekonomi disekitar lokasi (Direktorat
Pengelolaan Air, 2010).

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


Irigasi sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyedian
cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Penggunaan air
dalam hal ini meliputi:
1. Menambah air kedalam tanah untuk keperluan tanaman,
2. Menyediakan jaminan panen, mengurangi bahaya pembekuan,
3. Untuk mencuci atau mengurangi kadar garam dalam tanah,
4. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah,
5. Untuk melunakkan pembajakan dari gumpalan tanah (Hansen, 1986).

2.3.2 Pengelolaan Irigasi


Pengelolaan irigasi sebagai usaha pendayagunaan air irigasi yang meliputi
operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi, dan peningkatan
irigasi.Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan
kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani
pemakai air sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam
pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung jawabnya (Hansen, 1986).
Sektor sumber daya air dan irigasi menghadapi permasalahan investasi
jangka panjang dan pengelolaan / manajemen yang semakin komplek dan
menantang. Oleh karenanya tanpa penanganan yang efektif, hal-hal tersebut
akan menjadi kendala bagi pengembangan perekonomian dan tercapainya
ketahanan pangan nasional. Kerusakan jaringan irigasi di samping oleh faktor-
faktor umur bangunan dan bencana alam, juga disebabkan oleh minimnya
penyediaan dana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Selain itu bisa
juga dipengaruhi oleh kuantitas dan kontinuitas pembagian air irigasi, karena
saluran tidak terlewati air dapat terjadi kerusakan.Timbulnya kerusakan
jaringan irigasi juga disebabkan adanya faktor perilaku para pengelola irigasi
dan masyarakat pengguna air (Hansen, 1986).
Menurut (UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air dan PP nomor 20
tahun 2006) tentang irigasi menjelaskan tentang pembagian kewenangan
pengelolaan jaringan irigasi berdasarkan luasan areal persawahan yang
dilayani oleh jaringan irigasi tersebut, yaitu ; luas areal sampai dengan 1000
Ha merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten, luas areal 1000 – 3000 Ha
merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi, luas areal diatas 3000 Ha
merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. Undang-Undang nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pelaksanaan
desentralisasi diberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah dengan prinsip pendekatan pelayanan kepada masyarakat
diberbagai bidang termasuk irigasi (Hansen, 1986).

2.3.3 Jenis Jenis Irigasi


Seperti yang telah dijelaskan diatas irigasi adalah suatu tindakan
memindahkan air dari sumbernya ke lahan-lahan pertanian, adapun
pemberiannya dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan bantuan pompa
air.Pada prakteknya ada 4 jenis irigasi ditinjau dari cara pemberian airnya
(Hansen, 1986):
1. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi
untuk mengalirkan air dari sumber ke tempat yang membutuhkan, pada
umumnya irigasi ini banyak digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi
menjadi: irigasi genangan liar, irigasi genangan dari saluran, irigasi alur
dan gelombang.
2. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang menyuplai air langsung ke
daerah perakaran tanaman yang membutuhkannya melalui aliran air
tanah.Dengan demikian tanaman yang diberi air lewat permukaan tetapi
dari bawah permukaan dengan mengatur muka air tanah.
3. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


Irigasi siraman adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meniru air
hujan dimana penyiramannya dilakukan dengan cara pengaliran air lewat
pipa dengan tekanan (4 –6 Atm) sehingga dapat membasahi areal yang
cukup luas. Pemberian air dengan cara ini dapat menghemat dalam segi
pengelolaan tanah karena dengan pengairan ini tidak diperlukan
permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan ini dapat mengurangi
kehilangan air disaluran karena air dikirim melalui saluran tertutup.
4. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
Irigasi tetesan adalah irigasi yang prinsipnya mirip dengan irigasi
siraman tetapi pipa tersiernya dibuat melalui jalur pohon dan tekanannya
lebih kecil karena hanya menetes saja. Keuntungan sistem ini yaitu tidak
ada aliran permukaan.

2.3.4 Klasifikasi Jaringan Irigasi


Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya
fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu (Dumairy,
1992):
1. Irigasi sederhana (Non Teknis)
2. Irigasi semi teknis
3. Irigasi teknis
Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur
fungsional pokok yaitu:
1. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk.
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan
kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam
petak tersier.
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

2.4 Sistem Irigasi


Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air,
sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 adalah sebagai berikut :

2.4.1 Sistem Irigasi Permukaan (Surface Irigation System)


Irigasi permukaan merupakan metode pemberian air yang paling awal
dikembangkan. Irigasi permukaan merupakan irigasi yang terluas cakupannya
di seluruh dunia terutama di Asia. Sistem irigasi permukaan terjadi dengan
menyebarkan air ke permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi)
ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik
dengan atau lining maupun melalui pipa dengan head rendah. Investasi yang
diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil
daripada irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan
lahan, seperti untuk membuat teras.
Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur
(Furrow irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija, karena
penggunaan air oleh tanaman lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah
pemberian air di atas lahan melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau
pipa kecil dan megalirkannya sepanjang alur daalam lahan.
Untuk menyusun suatu rancangan irigasi harus diadakan terlkebih dahulu
survei mengenai kondisi daerah yang bersangkutanserta penjelasannya,
penyelidikan jenis-jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan
diirigasi dan lain-lain untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air
tanamannya.

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


Suatu daerah irigasi permukaan terdiri dari susunan tanah yang akan diairi
secara teratur dan terdiri dari susunan jaringan saluran air dan bangunan lain
untuk mengatur pembagian, pemberian, penyaluran, dan pembuangan
kelebihan air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui saluran primer lalu
dibagi-bagikan ke saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan bangunan
bagi dan atau sadap terser ke petak sawah dalam satuan petak tersier. Petak
tersier merupakan petak-petak pengairan/pengambilan dari saluran irigasi
yang terdiri dari gabungan petak sawah. Bentuk dan luas masingmasing petak
tersier tergantung pada topografi dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan
tidak terlalu banyak berbeda. Apabila terlalu besar akan menyulitkan
pembagian air tetapi apabila terlalu kecil akan membutuhkan bangunan sadap.
Ukuran petak tersier diantaranya adalah, di tanah datar : 200-300 ha, di tanah
agak miring : 100-200 ha dan di tanah perbukitan : 50-100 ha.
Terdapat beberapa keuntungan menggunakan irigasi furrow.
Keuntungannya sesuai untuk semua kondisi lahan, besarnya air yang mengalir
dalam lahan akan meresap ke dalam tanah untuk dipergunakan oleh tanaman
secara efektif, efisien pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan sistem
irigasi genangan (basin) dan irigasi galengan (border).
Untuk menyusun suatu rancangan irigasi terlebih dahulu dilakukan survey
mengenai kondisi daerah yang bersangkutan serta penjelasannya, penyelidikan
jenis-jenis tanaman pertaniannya, bagian-bagian yang diairi dan lain-lain
untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya.
Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan
penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling
sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam hal. ini air
diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri
atau kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah
sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah
karena penggunaan air tidak terkontrol. Gambar dibawah ini memberi ilustrasi
mengenai sistem irigasi dengan peluapandan penggenangan bebas.
Sistem irigasi permukaan lainnya adalah peluapan dan penggenangan
secara terkendali. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan
menggunakan bangunan penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, dan
peluapan ke dalam petakpetak lahan beririgasi. Jenis bangunan penangkap
bermacam-macam, diantaranya adalah (1) bendung, (2) intake, dan (3) stasiun
pompa.

2.4.2 Sistem Iriasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irigation System)


Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air
ke dalam tanah di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka
ataupun dengan menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya
kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman.

2.4.3 Sistem Irigasi Dengan Pancaran (Sprinkle Irrigation)


Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk
membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula
digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan
pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui
jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral
yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler).
Sistem irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah
memiliki posisi yang tepat),serta continius system (alat pencurah dapat
dipindah-pindahkan). Pada set system termasuk ; hand move, wheel line
lateral, perforated pipe, sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun
sprinkle. Sprinkle jenis ini ada yang dipindahkan secara periodic dan ada yang
disebut fixed system atau tetap (main line lateral dan nozel tetap tidak

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


dipindah-pindahkan). Yang termasuk continius move system adalah center
pivot, linear moving lateral dan traveling sprinkle.
Ada tiga jenis penyiraman yang umum digunakan yaitu nozel tetap yang
dipasang pada pipa, pipa yang dilubangi (perforated sprinkle) dan penyiraman
berputar. Sesuai dengan kapasitas dan luas lahan yang diairi serta kondisi
topografi, tata letak system irigasi curah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
a. Farm system, system dirancang untuk suatu luas lahan dan merupakan
satu-satunya fasilitas pemberian air irigasi
b. Field system, system dirancang untuk dipasang di beberapa laha pertanian
dan biasanya dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan pada letak
persemaian,
c. Incomplete farm system, system dirancang untuk dapat diubah dari farm
system menjadi fiekd system atau sebaliknya.
Berapa kelebihan sistem irigasi curah dibanding desain konvensional atau
irigasi gravitasi antara lain :
a. Sesuai untuk daerah-daerah dengan keadaan topografi yang kurang teratur
dan profil tanah yang relative dangkal.
b. Tidak memerlukan jaringan saluran sehingga secara tidak langsung akan
menambah luas lahan produktif serta terhindar dari gulma air
c. Sesuai untuk lahan berlereng tampa menimbulkan masalah erosi yang
dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah.

Sedangkan kelemahan sistem irigasi curah adalah:


a. Memerlukan biaya investasi dan operasional yang cukup tinggi, antara
lain untuk operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil.
b. Memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh
tingkat efisiensi yang tinggi.
Efisiensi irigasi curah dapat diukur berdasarkan keseragaman penyebaran
air dari sprinkle. Apabila penyebaran air tidak seragam maka dikatakan
efisiensi irigasi curah rendah. Parameter yang umum digunakan untuk
mengevaluasi keseragaman penyebaran air adalah coefficient of uniformity
(CU). Efisiensi irigasi curah yang tergolong tinggi adalah bila nilai CU lebih
besar dari 85%.
Berdasarkan penyusunan alat penyemprot, irigasi curah dapat dibedakan;
(1) system berputar (rotaring hed system) terdiri dari satu atau dua buah
nozzle miring yang berputar dengan sumbu vertical akibat adanya gerakan
memukul dari alat pemukul (hammer blade). Sprinkle ini umumnya
disambung dengan suatu pipa peninggi (riser) berdiameter 25 mm yang
disambungkan dengan pipa lateral, (2) system pipa berlubang (perforated pipe
system), terdiri dari pipa berlubang-lubang, biasa dirancang untuk tekanan
rendah antara 0,5-2,5 kg/cm2, hingga sumber tekanan cukup diperoleh dari
tangkai air yang ditempatkan pada ketinggian tertentu.
Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari (a) pompa dengan tenaga
penggerak sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa
peninggi (riser) dan (e) kepala sprinkle (head sprinkle). Sumber tenaga
penggerak pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar. Pipa utama
adalah pipa yang mengalirkan air ke pipa lateral. Pipa lateral adalah pipa yang
mengalirkan air dari pipa utama ke sprinkle. Kepala sprinkle adalah
alat/bagian sprinkle yang menyemprotkan air ke tanah.

2.4.4 Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation)


Irigasi tetes adalah suatu sistem pemberian air melalui pipa/ selang
berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu, dimana air yang keluar
berupa tetesan-tetesan langsung pada daerah perakaran tanaman. Tujuan dari
irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus
membasahi keseluruhan lahan, sehingga mereduksi kehilangan air akibat
penguapan yang berlebihan, pewmakaian air lebih efisien, mengurangi
limpasan, serta menekan/mengurangi pertumbuhan gulma. Ciri- ciri irigasi
tetes adalah debit air kecil selama periode waktu tertentu, interval

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


(selang)yang sering, atau frekuensi pemberian air yang tinggi , air diberikan
pada daerah perakaran tanaman, aliran air bertekanan dan efisiensi serta
keseragaman pemberian air lebih baik (Sudjarwadi, 1990).
Unsur-unsur utama pada irigasi tetes yang perlu diperhatikan sebelum
mengoperasikan peralatan irigasi tetes adalah :
a. Sumber air, dapat berupa sumber air permanen (sungai, danu, dan lain-
lain), atau sumber air buatan (sumur, embung dan lain-lain)
b. Sumber daya, sumber tenaga yang digunakan untuk mengalirkan air dapat
dari gaya gravitasi (bila sumber air lebih tinggi daripada lahan
pertanaman), dan untuk sumber air yang sejajar atau lebih rendah dari
pada lahan pertanaman maka diperlukan bantuan pompa. Untuk lahan
yang mempunyai sumber air yang dalam, maka diperlukan pompa
penghisap pompa air sumur dalam.
c. Saringan, untuk mencegah terjadinya penyumbatan meke diperlukan
beberapa alat penyaring, yaitu saringan utama (primary filter) yang
dipasang dekat sumber air, saringan kedua (secondary filter) diletakkan
antara saringan utama dengan jaringan pipa utama.
Dewasa ini keberhasilan tumbuh tanaman cendana di lahan kritis
savana kering NTT dirasakan masih rendah (kurang dari 20%). Hal ini
disebabkan pada awal penanaman di lapangan cendana belum beradaptasi
dengan baik karena masalah kondisi tanahnya marginal dan kekurangan air.
Masalah kekurangan air akibat curah hujan yang rendah,waktunya pendek dan
turunnya tidak teratur adalah salah satu masalah krusial yang dihadapi setiap
tahun. Untuk menangani masalah ini maka teknik pengairan secara
konvensional dengan irigasi tetes perlu diterapkan agar tanaman cepat
beradaptasi dengan lingkungan sehingga pertumbuhannya meningkat.
Pemanfaatan irigasi tetes dengan menggunakan wadah yang murah dan
mudah didapat di lokasi penanaman seperti bambu, botol air mineral dan pot
tanah serta pemanfaatan air embung,mata air,sungai dan pemanenan air hujan
perlu mendapatkan pertimbangan.
Irigasi tetes adalah teknik penambahan kekurangan air pada tanah
yang dilakukan secara terbatas dengan menggunakan tube (wadah) sebagai
alat penampung air yang disertai lubang tetes di bawahnya. Air akan keluar
secara perlahan -lahan dalam bentuk tetesan ke tanah yang secara terbatas
membasahi tanah. Lubang tetes air dapat diatur sedemikian rupa sehingga air
cukup hanya membasahi tanah di sekitar perakaran
Kegunaan dari irigasi tetes adalah :
a. Untuk menghemat penggunaan air tanaman.
b. Mengurangi kehilangan air yang begitu cepat akibat penguapan dan
infiltrasi.
c. Membantu memenuhi kebutuhan air tanaman pada awal penanaman
sehingga juga akan meningkatkan pemanfaatan unsur hara tanah oleh
tanaman.
d. Mengurangi stresing atau mempercepat adaptabilitas bibit sehingga
meningkatkan keberhasilan tumbuh tanaman.
e. Melakukan pemanenan air hujan lewat wadah irigasi tetes secara terbatas
sehingga dapat digunakan tanaman.
Sistem irigasi tetes memang konsep pemanfaatan air tanaman yang belum
populer Namun, sistem ini telah membumi di belahan bumi lain. Orang asing
telah menginsyafi seberapa banyak porsi air minum yang bisa mengobati
dahaga yang dirasakan tanaman. Tanaman diberi “minum” secukupnya. “Jika
kelebihan air, nutrisi yang mesti diserap tanaman bisa hanyut. Andai
kebanyakan air pun batang tanaman bisa membusuk. Jadi, jangan menyiram
tanaman sampai tampak seperti kebanjiran,” Konsep taman kota maupun
taman keluarga dianjurkan memakai sistem ini. Tanaman cukup ditetesi air
sesuai porsi yang diperlukannya. Cara ini bukan hanya membantu tanaman tak
sampai kelebihan mengonsumsi air.
Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada
tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


tanah. Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa
yang tidak begitu besar.

2.4.5 Sumber Air Irigasi


Sumber air dalam irigasi dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :
1. Mata Air, yaitu air yang terdapat di dalam tanah, seperti sumur, air artesis,
dan air tanah. Air tersebut banyak mengandung zat terlarut sehingga
mineral bahan makan tanaman sangat kurang dan pada umumnya konstan.
2. Air Sungai, yaitu air yang terdapat di atas permukaan tanah. Air tersebut
banyak mengandung lumpur yang mengandung mineral sebagai bahan
makan makanan, sehingga sangat baik untuk pemupukan dan juga
suhunya lebih rendah daripada suhu atmosfer. Air sungai ini berasal dari
dua macam sungai, yaitu sungai kecil yang debit airnya berubah-ubah dan
sungai besar
3. Air Waduk, yaitu air yang terdapat di permukaan tanah, seperti pada
sungai. Tetapi air waduk sedikit mengandung lumpur, sedangkan zat
terlarutnya sama banyaknya dengan air sungai. Air waduk di sini dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu waduk alami dan waduk buatan
manusia. Air waduk juga dibedakan menjadi dua macam menurut
keuntungan yang diperoleh, yaitu waduk multi purpose atau waduk
dengan keuntungan yang diperoleh lebih dari satu. Misalnya air waduk
selain untuk pertanian juga untuk perikanan, penanggulangan banjir,
pembangkit listrik dan pariwisata. Tetapi ada juga waduk yang hanya
digunakan untuk pertanian saja.

2.5 Saluran Irigasi


2.5.1 Pengertian Saluran Irigasi
Saluran irigasi atau jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan
bangunan pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Menurut pengelolaannya saluran irigasi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Jaringan Irigasi Utama/Primer Gambar
Saluran irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagi-sadap dan bangunan pelengkapnya.
Saluran irigasi primer merupakan saluran irigasi utama yang membawa air
masuk kedalam saluran sekunder. Air yang sudah masuk kedalam irigasi
sekunder akan diteruskan ke saluran irigasi tersier. Bangunan saluran
irigasi primer umumnya bersifat permanen yang sudah dibangun oleh
pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum atau daerah setempat
(Wirawan, 1991). Saluran irigasi primer meliputi bangunan bendung,
saluran-saluran primer dan sekunder termasuk bangunan bangunan utama
dan pelengkap saluran pembawa dan saluran pembuang. Bangunan ini
merupakan bangunan yang mutlak diperlukan bagi eksploit, meliputi
bangunan pembendung, bangunan pembagi dan bangunan pengukur.
Bangunan bendung berfungsi agar permukaan air sungai dapat naik
dengan demikian memungkinkan untuk disalurkan melalui pintu
pemasukan ke saluran pembawa. Bangunan pembagi berfungsi agar air
pengairan dapat di distribusikan di sepanjang saluran pembawa (saluran
primer) ke lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran
tersier. Terdiri pula bangunan ukur yang berfungsi mengukur debit air
yang masuk ke saluran. Dengan demikian distribusi air pengairan ke
lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran tersier dapat
terkontrol dengan baik, sesuai dengan pola pendistribusian air pengairan
yang telah dirancang (Wirawan, 1991).

b. Jaringan Irigasi Sekunder


Saluran irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. Saluran yang
membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan
sadap terakhir. Fungsi dari saluran irigasi sekunder ini adalah membawa
air yang berasal dari saluran irigasi primer dan diteruskan ke saluran
irigasi tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran
pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya
(Wirawan, 1991).

c. Jaringan Irigasi Tersier


Saluran irigasi tersier merupakan saluran air pengairan di petak tersier,
mulai air luar dari bangunan ukur tersier, terdiri dari beberapa petak
kuarter dan tersier termasuk bangunan pembagi tersier dan kuarter, serta
bangunan pelengkap lainnya yang terdapat di petak. Beberapa petak
kuarter, masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar.
Petak tersier. yang sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran
sekunder atau saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier
yang terletak tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi
utama, karena akan memerlukan saluran muka tersier yang mebatasi
petak-petak tersier lainnya (Wirawan, 1991).

2.5.2 Saluran Irigasi


a. Saluran Pembawa
Saluran pembawa merupakan prasarana jaringan irigasi untuk
mengalirkan air irigasi. Terdiri dari saluran induk dan saluran sekunder.
Dalam perencanaan saluran pembawa, beberapa kriteria yang digunakan
yaitu:
 Saluran induk umumnya terletak pada garis tinggi, sedangkan saluran
sekunder berupa saluran garis punggung.
 Untuk saluran yang merupakan saluran punggung agar diusahakan untuk
dapat mengikuti medan lapanganan dengan memperhatikan batas
kecepatan yang diijinkan.
 Agar efisien, dimensi daluran pembawa ditentukan berdasarkan kapasitas
penampang saluran yang ideal sesuai dengan kebutuhan areal yang diairi.
Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan saluran
pembawa meliputi :
1) Bentuk Penampang
Bentuk penampang saluran yang umum dapat dipilih adalah penampang
persegi empat, bulat, setengah lingkaran, trapesium dan penampang lain
sesuai kebutuhan. Pertimbangan umum pemilihan bentuk penampang
meliputi segi teknik dan ekonomis baik dalam pelaksanaan konstruksi
maupun operasinya. Agar efisiensi saluran relatif tinggi, saluran
berpenampang trapesium dengan pasangan batu kali adalah bentuk saluran
yang paling optimal untuk mengalirkan air irigasi di DI Tolinggula dan DI
Didingga.
2) Kriteri Hidrolis
Dua faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran yaitu
perbandingan kedalaman air dalam lebar dasar saluran dan kemiringan
memanjang.
Beberapa kriteria hidrolis untuk perencanaan saluran dengan diantaranya:
 Sedimentasi : kecepatan minimum yang disarankan adalah kecepatan
terendah yang tidak akan menyebabkan pengendapan partikel dengan
diameter yang diijinkan (0,006 – 0,070 mm). Untuk perencanaan
saluran irigasi yang mengangkut sedimen, aturan perencanaan yuang
terbaik adalah menjaga kapasitas angkutan sedimen persatuan debit
masing-masing ruas saluran disebelah hilir setidak-tidaknya konstan.
 Erosi : kecepatan maksimum yang diijinkan adalah kecepatan aliran
(rata-rata) maksimum yang tidak akan menimbulkan erosi di
permukaan saluran baik di dasar maupung di lereng saluran.

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


 Kemiringan memanjang : Keadaan topografi merupakan faktor utama
dalam menentukan kemiringan memanjang saluran dan akan
sebanyak mungkin mengikuti garis muka tanah pada trase yang
dipilih. Usaha pencegahan terjadinya sedimentasi memerlukan
kemiringan memanjang yang minimum, sedangkan untuk menjaga
terjadinya erosi kecepatan maksimum aliran harus dibatasi.
 Tinggi jagaan : tinggi jagaan berfungsi untuk menaikkan muka air di
atas tinggi muka air maksimum dan mencegah kerusakan tanggul
saluran. Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah
direncanakan bisa disebabkan oleh penutupan pintu secara tiba-tiba
disebelah hilir, variasi ini akan bertambah dengan mebesarnya debit.
Meningginya muka air dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air
buangan ke dalam saluran. Tinggi jagaan minimum pada saluran
untuk saluran primer dan sekunder didasarkan pada besarnya debit
pada masing-masing saluran seperti tercantum dalam Tabel 2.1 di
bawah ini.

Tabel 2.1 Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran


Debit (m3/det) Jagaan (m)

< 0,50 0,40

0,50 – 1,50 0,50

1,50 – 5,00 0,60

5,00 – 10,00 0,75

10,00 – 15,00 0,85

> 15,00 1,00


 Lebar tanggul : untuk keperluan eksploitasi, pemeliharaan dan
inspeksi, maka diperlukan tanggul sepanjang saluran dengan lebar
minimum seperti yang tercantum dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Lebar Minimum Tanggul


Lebar Tanggul (m)
No. Debit (m3/det)
Tanpa jalan Dengan jalan
1 Q < 1,00 1,00 3,00
2 1,00 < Q < 5,00 1,50 5,00
3 5,00 < Q < 10,00 2,00 5,00
4 10,00 < Q < 15,00 3,50 5,00
5 Q > 15,00 3,50 5,00

Jalan inspeksi terletak ditepi saluran petak yang diairi agar bangunan
sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit
dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah 5,00 m atau lebih
dengan lebar perkerasan minimum 3,00 m.

b. Saluran Pembuang
Saluran pembuang ini berfungsi membuang kelebihan air di lokasi sawah
akibat tingginya curah hujan yang dapat menyebabkan genangan pada sawah
dan meyebabkan kerusakan tanaman. Aliran buangan ditampung di saluran
terbuka yang mengalir secara paralel di sebelah atas saluran irigasi (saluran
gendong). Saluran-saluran ini membawa air buangan ke bangunan pembuang
silang atau jika debit relatif kecil dibandingkan dengan aliran air irigasi,
dimasukkan ke dalam saluran irigasi melalui lubang pemasukan.
Air irigasi yang tidak dipakai lagi akan dibuang ke tempat pembuangan
melalui saluran pembuang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan saluran pembuang adalah:

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


a. Dibuat pada tempat yang terendah, sehingga pembuangan dapat berjalan
dengan lancar.

b. Saluran pembuang dapat dibuat secara sejajar atau tegak lurus dengan
garis tinggi yang terletak di lembah. Saluran pembuang hendaknya
berdekatan dengan pembuang alam (sungai).

Tahapan-tahapan untuk perencanaan saluran pembuang sama dengan


dipakai dalam perencanaan saluran pembawa. Tetapi untuk menentukan
dimensi saluran pembuang debit rencana yang dipakai adalah debit pembuang
atau modulus pembuang/drainase. Jumlah kelebihan air permukaanyang harus
dikeringkan per petak disebut modulus drainase atau modulus pembuang.
Besarnya modulus ini tergantung pada: (a) curah hujan selama periode
tertentu, (b) pemberian air irigasi pada waktu itu, (c) kebutuhan air tanaman,
(d) perkolasi tanah, (e) tampungan di sawah selama atau pada akhir periode
yang bersangkutan, (f) luas daerah, (g) sumber kelebihan air yang lain

2.5.3 Bangunan Utama


Bangunan utama sebagai jumlah bangunan yang direncanakan dan
dibangun di sepanjang sungai atau aliran air. Bangunan utama dapat berupa :
 Bendung atau bendung gerak.
 Pengambilan bebas.
 Pengambilan dari waduk.
 Stasiun pompa.

2.5.4 Bangunan Bagi/ Sadap


Bangunan bagi/sadap yang berfungsi sebagai bangunan
pembagi/penyadapan air dilengkapi dengan pintu pengatur dan bangunan
pengukur debit. Agar pengelolaan air efektif, debit harus diatur dan diukur
pada hulu saluran.
 Bangunan bagi. Terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
 Bangunan sadap tersier. Berfungsi mengalirkan air dari saluran primer
atau sekunder kesaluran tersier primer.
 Box tersier. Berfungsi membagi aliran untuk dua saluran tersier atau
kuarter atau lebih.
Secara spesifik, pertimbangan pemilihan pembangunan bangunan ukur
didasarkan pada faktor-faktor:
 Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit
 Ketelitian pengukuran di lapangan
 Konstruksi yang kokoh sederhana dan ekonomis
 Eksploitasi dan pemeliharaan yang sederhana dan murah
 Cocok dengan kondisi setempat dan mudah dioperasikan oleh petani

2.5.5 Bangunan Pengukur atau Pengatur


a) Bangunan pengukur
Berfungsi mengukur aliran dibagian hulu saluran primer, dicabang saluran
jaringan primer dan pada bangunan sadap sekunder atau tersier. Alat – alat
yang dapat digunakan adalah :

 Ambang lebar

- Alat ukur parshal


- Alat ukur Cipoletti
- Alat ukur Romijn
- Alat ukur Crump de gruyter
- Bangunan sadap pipa sederhana
- Constan Head Orifice (CHO)

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


 Pemakaian alat ukur

- Di bagian hulu saluran primer


- Di bagian bagi/sadap sekunder
- Di bangunan sadap sekunder

2.6 Layout Saluran dan Bangunan


Peta yang menggambarkan lay-out saluran dan bangunan adalah peta yang
menggambarkan dan menunjukkan lokasi dan arah saluran, lokasi bangunan-
bangunan baik bangunan utama, bangunan pembagi maupun bangunan
pelengkap, lokasi jalan batas petak irigasi, daerah yang dapat diairi maupun
tidak, serta seluruh jaringan drainase.
Perencanaan peta petak biasanya menggunakan peta situasi skala 1 : 5.000,
dibuat petak-petak yang terdiri dari:

a. Petak Tersier, yaitu kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi
dari saluran tersier yang disadap dari saluran induk/sekunder di satu tempat
pengambilan. Hal ini dibuat untuk memp okasi seluruh daerah yang diairi
dengan membuat batas-batas daerah dan garis-garis kontir secara lengkap.
Luas satu petak tersier sedapat mungkin merata antara 50 – 100 ha dan tidak
boleh lebih dari 150 ha, juga jarak sawah terjauh dari bangunan sadap tidak
boleh lebih dari 3 km. Hal ini untuk memudahkan pengelolaan air oleh
petugas dari para petani pemakai air.
b. Petak Sekunder, yaitu suatu petak yang terdiri dari kumpulan dari beberapa
petak tersier yang dapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Setiap petak
sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi yang terletak
di saluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu
harus mendapatkan air irigasi suplesi dari saluran lain.
c. Petak Primer, yaitu suatu petak gabungan dari beberapa petak tersier yang
dapat air langsung dari saluran induk dan beberapa petak sekunder. Setiap
petak primer sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung agar
tidak terlalu panjang dalam membuat saluran induknya.
d. Nomenklatur, ialah nama petunjuk (indeks) yang jelas dan singkat dari suatu
obyek, baik petak, saluran, bangunan bagi/sadap, bangunan pelengkap,
bangunan silang dan sebagainya, sehingga akan memudahkan dalam
pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari tiap-tiap bagian jaringan
irigasi. Syarat dalam menentukan pemberian nama antara lain, yaitu:
 Sebaiknya terdiri dari satu huruf untuk menyatakan petak, saluran atau
bangunan.
 Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama
kampung terdekat.
 Begitu pula untuk bangunannya, baik bangunan utama, pembagi/sadap
maupun bangunan pelengkap lainnya diberi nama sesuai dengan nama
saluran di hulunya dan diberi indeks 1, 2, 3 dan seterusnya.
 Di dalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar
1,5 cm.
 Saluran irigasi primer diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayani.
 Saluran irigasi sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang
terletak di petak sekunder.
 Warna biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk pembawa yang ada
dan garis putus-putus untuk jaringan yang direncanakan.
 Warna merah untuk sungai dan jaringan pembuang, garis penuh untuk
jaringan pembuang yang ada, garis putus-putus untuk jaringan pembuang
yang sedang direncanakan.
 Warna coklat untuk jaringan jalan.
 Warna kuning untuk daerah yang tidak diairi (daerah tinggi atau rawa-
rawa).
 Warna hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan, desa atau kampung.
 Warna hitam untuk jalan kereta api,

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


 Warna bayangan dipakai untuk batas-batas petak sekunder, petak tersier
diberi warna yang lebih muda dan diberi arsir.
Di dalam kotak diberi kode dari saluran mana kotak tesebut mendapat air
irigasi, arah salurannya (kiri atau kanan) dilihat dari arah aliran. Kotak ini dibagi
dua bagian, atas untuk nama petak tersier yang bersangkuran, sedangkan bagian
bawahnya dibagi dua pula, yaitu sebelah kiri untuk luas areal sawah yang diairi
(ha) dan sebelah kanannya untuk menunjukkan besarnya debit yang diperlukan
(l/det). Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

BBB 1 kn

36,348 ha 86,25m3/det

Gambar 2.1 Nomenklatur Petak Tersier

Dimana:

Ss = nama petak tersier

1 = nomor bangunan

Kn = arah petak tersier sebelah kanan

36,348 ha = luas petak sawah yang diairi

86,25m3/det = besar debit yang dibutuhkan.

2.7 Dimensi Saluran


Dalam perencanaan, semua saluran baik saluran induk, sekunder maupun
tersier direncanakan dengan konstruksi tanah atau dengan perkataan lain
salurannya adalah saluran tanah.

a. Bentuk hidraulis dan kriteria


1) Penampang saluran berbentuk trapesium.

2) Kecepatan minimum (V) = 0,25 m/det.

3) Lebar dasar minimum (b) = 0,30 m.

4) Perbandingan antara b; h; v; dan kemiringan talud (m) tergantung dari


debit.

Hal tersebut dapat dilihat hubungannya pada tabel berikut.

Kecepatan air Kemiringan talud


Q b/h
V(m/det) (m)
0,00 – 0,15 1 0,25 – 0,30 1:1
0,15 – 0,30 1 0,30 – 0,35 1:1

0,30 – 0,40 1,5 0,35 – 0,40 1:1

0,40 – 0,50 1,5 0,40 – 0,45 1:1

0,50 – 0,75 2 0,45 – 0,50 1:1

0,75 – 1,50 2 0,50 – 0,55 1:1

1,50 – 3,00 2,5 0,55 – 0,60 1:1½

3,00 – 4,50 3 0,60 – 0,65 1:1½

4,50 – 6,00 3,5 0,65 – 0,70 1:1½

6,00 – 7,50 4 0,70 1:1½

7,50 – 9,00 4,5 0,70 1:1½

5) Free board (W), tergantung pada debit.

Q F

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


(m3/det) (m)
0,00 – 0,30 0,30
0,30 – 0,50 0,40
0,50 – 1,50 0,50
1,50 – 15,0 0,60

6) Lebar tanggul (b)

Saluran W (m)
Induk 2,00
Sekunder 1,50
Tersier 0,50

7) Jari-jari belokan pada as saluran 3-7 kali lebar muka air

8) Kapasitas saluran ditentukan oleh luas areal (A), angka pemberian air dan
koefisien lengkung tegal.

b. Rumus saluran terbuka dengan penampang trapesium.

Q = F.V

F = (b + mh)h

√ m2+1
O = b + 2h

R = F/O

2/3
Rumus Strickler : V = K.R .I1/2

Dimana :
Q = Debit saluran (m3/det)
F = Luas penampang basah saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/det)
O = Keliling basah saluran (m)
R = Jari-jari hidraulis (m)
K = Koefisien kekasaran strickle

Untuk nilai debit tertentu nilai K dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Saluran K
Saluran Induk dan Sekunder Q > 10 m3/det 50
Saluran Induk dan Sekunder 5 ≤ Q ≤ 10 m3/det 47,50
Saluran Induk dan Sekunder Q < 5 m3/det 45
Saluran muka 40,50
Saluran tersier 40

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


BAB III

ANALISIS PERHITUNGAN

3.1 Perencanaan Dimensi Saluran

Dasar perhitungan diambil dari buku pedoman Kriteria Perencanaan dengan


mengambil data-data yang diperlukan dalam mendimensi saluran maka dapat
diperhitungkan dimensi saluran dengan mencoba-coba ukuran b dan h.

Prosedur pengerjaan, h0 dengan cara coba-coba antara lain :

1. Andaikan kedalaman air h = h0

2. Menghitung kecepatan yang sesuai V0

V0 = k . [h0 . ( n + m ) / (n + 2 .  1 + m2 )]2/3 . Ia0,5

3. Hitung luas basah yang diperlukan A0

A0 = Q / V 0

4. Hitung kedalaman air yang baru h1

h1 = √ A0
n+ m

5. Bandingkan h1 dan h0

Jika I h1 – h0 I < 0,005, maka h1 = h rencana

Jika I h1 – h0 I > 0,005, maka h1 sebagai andaian baru dan perhitungan lagi sampai
dengan I h1 – h0 I < 0,005.

6. Hitung lebar dasar saluran b

b = n . hrencana
7. Selesai

3.1 Perencanaan Saluran Hidrolisis

Data yang diperlukan pada perencanaan saluran hidrolisis adalah :

a) Elevasi sawah tertinggi


Elevasi sawah tertinggi dicari untuk mendapatkan elevasi muka banjir.

b) Panjang saluran yang akan dicari


Panjang saluran digunakan untuk mendapat beda ketinggian antara bangunan
di hulu dan di hilir.

3.2 Perencanaan Saluran Pembawa

a) Elevasi Muka Air Rencana


Elevasi muka air yang diinginkan dalam jaringan irigasi utama
didasarkan pada elevasi muka air yang dibutuhkan pada sawah yang diairi.
Prosedurnya adalah pertama-tama menghitung tinggi muka air yang
diperlukan dibangunan sadap tersier, kemudian seluruh kehilangan di saluran
kwarter dan tesier serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi muka air di
sawah yang diperlukan dalam petak tersier. Elevasi tersebut perlu ditambah
lagi dengan kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier dan persediaan
untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada muka air parsial.
Secara matematis uraian tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

P = A + a + b + c + d + e + f + g + ∆h + z

Dimana:

P = elevasi muka air di saluran sekunder

A = elevasi sawah tertingi

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


a = kedalaman air di sawah (0,10 m)

b = kehilangan tinggi energi di saluran kwarter ke sawah


(0,05 m)

c = kehilangan tinggi energi di saluran tersier (0,10 m)

d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran


irigasi (L x I)

e = kehilangan tinggi energi di bok bagi tersier (0,10 m)

f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (0,05 m),


kalau ada

∆h = variasi tinggi muka air (0,18*h)

z = kehilangan tinggi energi dibangunan tersier lainnya.

b) Debit Rencana
Debit rencana saluran pembawa tergantung dari luas petak tersier dan
kebutuhan air per hektar untuk jenis pola tanam yang direncanakan. Karena
adanya perkolasi, penguapan dan faktor-faktor lainnya, maka tidak semua air
yang berasal dari sungai sampat ke petak tersier. Untuk menghindari
kekurangan air akibat faktor-faktor tersebut, maka dipergunakan efisiensi di
saluran-saluran. Adapun besar efisiensi saluran adalah sebagai berikut:

¤ Saluran primer = 0,90

¤ Saluran sekunder = 0,90

¤ Saluran tersier = 0,80

Sehingga besar debit rencana yang melalui saluran adalah:


a . Lp
Qr =
e p . e s . e t . 1000

dimana:

Qr = debit rencana saluran (m3/det)

a = kebutuhan air (lt/det/ha)

ep = efisiensi saluran primer = 0,90

es = efisiensi saluran sekunder = 0,90

et = efisiensi saluran tersier = 0,80

Macam-macam bangunan pengukur debit:


Bangunan ukur debit adalah suatu bangunan atau suatu alat yang berfungsi
untuk mengkur debit yang masuk ke dalam saluran, dimana air itu akan
digunakan. Sifat alirannya dapat dibedakan menjadi dua macam yakni aliran
bebas dan aliran tertekan. Aliran bebas terdiri dari alat ukur ambang lebar
(tetap, romijn, dan parshal) dan alat ukur ambang tajam. Aliran tertekan antara
lain Crump de Gruijter dan Orifice.

Di Indonesia telah digunakan berbagai tipe alat ukur, tetapi


masing-masing tipe mempunyai keuntungan dan kerugiannya. Syarat-syarat
yang dituntut oleh alat ukur debit antara lain :

¤ Dapat digunakan bahan setempat yang mudah


¤ Pembuatannya sedapat mungkin mudah
¤ Ketelitian pengukuran cukup baik
¤ Mudah dioperasikan oleh petugas dengan taraf pendidikan
rendah

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


¤ Dalam suatu sistem jaringan irigasi sedapat mungkin digunakan
satu tipe alat ukur, kalau tidak mungkin dapat digunakan dua
tipe
¤ Biaya pemeliharaan tidak tinggi
¤ Semua debit harus dapat di alirkan lewat alat ukur dan
pengukuran dapat dilaksanakan dengan seksama, artinya bila di
buat kesalahan, kesalahan ini masih dalam batas-batas tertentu
(10% masih dapat di terima)
¤ Alat pembaca harus menunjukan debit atau tinggi air yang
tepat
¤ Kehilangan tekanan pada debit kecil harus sekecil mungkin
¤ Alat ukur harus moduler, artinya besar debit tidak dapat di
pengaruhi oleh tinggi muka air belakang, selama air ini tidak
melampau batas tertentu
¤ Rumus pengaliran harus sederhana dengan tidak banyak
variabelnya. Koefisien kontraksinya konstan

3.4 Bangunan pengukur debit

yang lazim disebut alat ukur debit merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mengukur debit yang masuk ke saluran. Terdapat dua macam alat ukur debit, pertama
alat ukur untuk mengukur aliran bebas, dan kedua adalah alat ukur untuk mengukur
aliran tertekan.
Cipoletty, suatu alat ukur yang mempunyai ambang tajam, yang berbentuk trapezium,
berambang tajam.

Rumus: Q = 1,86 bh3/2

h
b
Thomson= V notch, alat ukur berbentuk segitiga, berambang tajam

Rumus : Q = 1,39 h5/2

Rechbock, suatu alat ukur berbentuk persegi panjang, ambang tajam

Rumus: Q = Ck. bh3/2

Ck = 1,78 + 0,24 h/d

Ck = koefisien kontraksi

h
b

Ambang tetap, bangunan ukur terbuat dari pasangan batu kali dengan ambang lebar
dan tetap.

Rumus: Bentuk segi empat

Q = Cd.Cv. 2/3. √ 2/3. g. bc. h13/2

Cd = 0,93 + 0,10 h1/L, untuk 0,1 < h1/L< 1,0

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


Rumus: Bentuk trapezium

Q = Cd (bc yc + m.yc2)( 2g (h1 – yc)1/2

papan duga
2-3 H1 maks
H1 maks

sal. hilir
1:6
3
h1 1
p1 H1 maks
peralihan pelebaran
1:3 leher
peralihan
sal. hulu penyempitan
alur pengarah
pemasukan
Gbr. Alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat

Alat ukur Romijn, adalah alat ukur yang terbuat dari plat baja yang dapat digerakkan
ke atas dan ke bawah, alat ini dapat mengukur maksimum 900 l/det. Ada tiga jenis
alat ukur Romijn ini:

(1) Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan hulu.

(2) Bentuk mercu miring ke atas dan lingkaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan

(3) Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan.

Rumus : Q = 1,71 bh3/2

Atau : Q = Cd.Cv. 2/3. √ 2/3. g. bc. h13/2


1,33 H maks
0,5 H maks 0,5 H maks L = H maks
R= 0,2 L L R= 0,2 L
1 : 25 1 : 25

R2 = 10 Muka hilir
Pelat pengaku
vertikal
Pelat pengaku
R1 = 100

Alat Ukur Crump de Gruijter, bangunan ini dibuat dari pasangan batu kali dan
daun pintunya dari kayu, dapat mengukur debit > 900 l/det.Ketelitian pengukuran
maksimum 1: 6

Rumus :

Q maks = 1,594 bh3/2

 = z/H

y maks = 0,62 H ………………… y maks > z

k = Y/H

y min > 0,02 m

Atau : Q = Cd.b.w. √ 2g (h1 – w)

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


pintu dpt
disetel

h1 z
y h2
w
1 p1
p2

2p1 - 3p1 L

Peraliha Leher
n
penyem
pitan

Alat ukur Parschall, terbuat dari pasangan batu kali atau beton terdiri dari
sebuah bagian peralihan penyempitan ddengan lantai datar, leher lantai miring ke
bawah, dan peralihan perlebaran dengan miring ke atas. Alat ukur ini terdiri dari
10 tipe. Rumus umum: Q = k. Hau

Alat ukur Orifis, suatu bangunan dari batu kali/beton yang mempunyai tinggi
yang tetap (constant head orifis = CHO) yang dikembangkan oleh USBR

Rumus umum: Q = C.A. √ 2g.z

L 150. 100. 10
A
0,30

1,00 0,50 L 0,30

Detail A

Gambar. Alat Ukur Cipoletty


Untuk mencegah terjadinya rembesan yang berlebihan, saluran pembawa
dilapisi (lining) dengan pasangan batu kali. Untuk merencanakan potongan saluran
pembuang, aliran dianggap sebagai aliran tetap (steady flow) dan untuk itu diterapkan
rumus Strickler (Manning) berikut:
v = k . R2 /3 . I1 /2

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


dimana:

v =Q/A=kecepatan aliran (m/det)

Q = debit rencana (m3/det)

A = luas penampang basah (m2)

R = jari-jari hidraulis (m)

K = koefisien kekasaran Strickler (m1/3/det)

I = kemiringan rencana saluran

Untuk saluran berbentuk trapesium:


A = bh + mh2

P = b + 2h√1 + m2

R = A/P

dimana:

m = kemirinan talud

n = b/h

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


Untuk mendapatkan lebar dasar saluran dan kedalaman air (h) digunakan
dengan cara coba-coba (trial and error) dengan langkah-langkah seperti terlihat dalam
diagram alir berikut ini:

Mulai

Input Q, k,
I, m, n, ho

h = ho

b = n*h; P =
b+2*h*(1+m2)
R = A/P

v=k*R2/3*I1/2

A = Q/v

h1=(A/(n+m))1/2

No h=h1
Abs(h1-h0)<0,005

Yes

Print
Q,k,I,m,n,b,h,v

Selesai
Gambar 3.3 Bagan Alir Perhitungan Dimensi Saluran

Tipikal penampang melintang saluran primer dan saluran sekunder yang


direncanakan dapat dipilih pada Gambar 3.4, berikut ini.

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


1,50 1,0 0 3 ,0 0 1,0 0

El. Tanah as li El. Tanah as li


h

Gambar 3.4a Tipikal Penampang Saluran Primer

1,0 0 1,0 0 3 ,0 0 1,0 0

El. Tanah as li El. Tanah as li


h

Gambar 3.4b Tipikal Penampang Saluran Sekunder


BAB IV

PENUTUP

Irigasi adalah pemanfaatan air dalam pertanian, yang fungsinya mengairi


tanaman dari masa tanam sampai masa panen. Pada daerah yang beriklim tropis,
daerah irigasi sangatlah bergantung pada curah hujan setempat. Biasanya yang
menjadi kendala adalah distribusi air yang tidak mencukupi dan curah hujan yang
terikat oleh pergantian musim, sehingga sawah tidak dapat diairi setiap saat. Maka
untuk mendapatkan pasokan air yang cukup maka digunakan sistem pemanfaatan
air atau sistem jaringan irigasi.

Dalam laporan ini penyusun merencanakan dimensi saluran dan saluran


hidrolisis sebuah daerah irigasi. Dari hasil perhitungan didapat semakin besar
debit air maka elevasi saluran (I0) akan semakin landai sesuai dengan grafik
manning. Dan semakin besar debit air maka dimensi salurannya akan semakin

Tugas Besar Bangunan Irigasi Air (TA 2021-2022)


besar hal ini dikarenakan untuk mengurangi kecepatan air. Apabila kecepatan air
tidak direncanakan maka energi yang dihasilkan oleh air akan merusak saluran itu
sendiri atau lebih parahnya adalah rusaknya lahan pertanian. Daerah irigasi
Ciujung ini mengairi tiga buah desa yaitu Desa Sedeng, Desa Mampang dan Desa
Gama, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penduduk desa tersebut dalam
meningkatkan hasil pertanian mereka.

Anda mungkin juga menyukai