Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Laporan ini di periksa dan di setujui sebagai pelengkap syarat kelulusan, guna
meyelesaikan mata kuliah Irigasi Bangunan Air pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sangga Buana YPKP Bandung.
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Tugas Besar Irigasi
Bangunan Air” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Irigasi Bangunan Air. Selain itu, laporan Tugas
Besar ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang aplikasi secara model dalam
bidang Teknik Sipil bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Prasoni Agung, MT. selaku
Dosen Pembimbing dan juga Bapak Budi Rahmat, BE selaku Asisten Dosen Pembimbing
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi Teknik Sipil. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari tugas yang kami buat masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
butuhkan demi kesempurnaan laporan Tugas Besar ini.
Dengan demikian petunjuk Tugas Besar ini agar dapat lebih bermanfaat sekaligus
menunjang studi dilingkungan Teknik Sipil pada khususnya mata kuliah
Irigasi Bangunan Air.
Penyusun Kelompok 9
PENDAHULUAN
PERENCANAAN IRIGASI
b. Daerah proyek
Daerah proyek adalah daerah dimana pelaksanaan pekerjaan dipertimbangkan
atau diusulkan.
e. Daerah potensial.
Daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan.
f. Daerah fungsional.
Daerah potensial yang telah memilki jaringan irigasi yang telah
dikembangkan.
2.3 Jaringan Irigasi
2.3.1 Pengertian Jaringan Irigasi
Air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian.
Oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam
rangka penyediaan air untuk pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk
berbagai keperluan usaha tani, maka air harus diberikan dalam jumlah, waktu,
dan mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu
pertumbuhannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian
(Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan dengan
perencanaan dan pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi air ke
bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan
yang tidak diperlukan lagi.Sebagai suatu ilmu pengetahuan, irigasi tidak saja
membicarakan dan menjelaskan metode-metode dan usaha yang berhubungan
dengan pengambilan air dari bermacam-macam sumber, menampungnya
dalam suatu waduk atau menaikkan elevasi permukaannya, dengan
menyalurkan serta membagi-bagikannya ke bidang-bidang tanah yang akan
diolah, tapi juga mencakup masalah-masalah pengendalian banjir sungai dan
segala usaha yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pengamanan sungai
untuk keperluan pertanian (Wirawan, 1991).
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi.Kebutuhan air
tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada
suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air
nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air
yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan
dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian (Sudjarwadi, 1990).
Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk merancang
sistem irigasi serta mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS.
Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi
Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang
dimulai setelah bangunan intake/pompa sampai lahan yang diairi (PP No. 20
tahun 2006). Saluran irigasi terbagi atas 3 jenis yaitu:
a. Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama
ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak
tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki
memiliki luas kurang lebih 8ha s.d. 15ha. Sedangkan petak tersier
memiliki luas antara 50ha s.d. 150ha.
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran
primer ke petak petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
c. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap
tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter. Saluran
kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke petak-petak sawah (Herliyani, 2012).
Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran
pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air
ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan
mudah.Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang
terdiri dari saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan
dipelihara oleh pemerintah. Ciri-ciri irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur
sampai dengan saluran tersier serta bangunan permanennya. Lahan sawah
yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap
dan jaringan jaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun
dikelola sendiri oleh masyarakat. Kadar air tanah yang lebih rendah pada
tanah sawah yang diolah sempurna disebabkan oleh porositas tanah lebih
tinggi, sehingga kehilangan air lebih banyak (Notohadiprawiro, 1992).
Pengaruh air irigasi pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral,
implementer, memperkaya ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral
yaitu didapatkan pada tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang
berasal dan melalui daerah aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan
tanah yang dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada tanah yang telah
kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian dan mendapatkan unsur-unsur
hara lain dari air irigasi. Air irigasi bersifat memperkaya tanah apabila
kandungan unsur hara akibat dari pengairan lebih besar jumlahnya daripada
unsur hara yang hilang karena paen, drainase atau pengairan.Pencucian unsur
hara dari permukaan kompleks adsorpsi dan larutan tanah oleh air irigasi
bersifat memiskinkan tanah (Suyana, 1999).
Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir
(downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana
dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, saluran primer dan sekunder,
kotak bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat
usaha tani (TUT). Terganggunya atau rusaknya salah satu bangunan-bangunan
irigasi akanmempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga mengakibatkan
efisiensi dan efektifitas irigasi menjadi menurun. Apabila kondisi ini dibiarkan
terus dan tidak segera diatasi, maka akan berdampak terhadap penurunan
produksi pertanian yang diharapkan, dan berimplikasi negatif terhadap kondisi
pendapatan petani dan keadaan sosial, ekonomi disekitar lokasi (Direktorat
Pengelolaan Air, 2010).
Jalan inspeksi terletak ditepi saluran petak yang diairi agar bangunan
sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit
dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah 5,00 m atau lebih
dengan lebar perkerasan minimum 3,00 m.
b. Saluran Pembuang
Saluran pembuang ini berfungsi membuang kelebihan air di lokasi sawah
akibat tingginya curah hujan yang dapat menyebabkan genangan pada sawah
dan meyebabkan kerusakan tanaman. Aliran buangan ditampung di saluran
terbuka yang mengalir secara paralel di sebelah atas saluran irigasi (saluran
gendong). Saluran-saluran ini membawa air buangan ke bangunan pembuang
silang atau jika debit relatif kecil dibandingkan dengan aliran air irigasi,
dimasukkan ke dalam saluran irigasi melalui lubang pemasukan.
Air irigasi yang tidak dipakai lagi akan dibuang ke tempat pembuangan
melalui saluran pembuang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan saluran pembuang adalah:
b. Saluran pembuang dapat dibuat secara sejajar atau tegak lurus dengan
garis tinggi yang terletak di lembah. Saluran pembuang hendaknya
berdekatan dengan pembuang alam (sungai).
Ambang lebar
a. Petak Tersier, yaitu kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi
dari saluran tersier yang disadap dari saluran induk/sekunder di satu tempat
pengambilan. Hal ini dibuat untuk memp okasi seluruh daerah yang diairi
dengan membuat batas-batas daerah dan garis-garis kontir secara lengkap.
Luas satu petak tersier sedapat mungkin merata antara 50 – 100 ha dan tidak
boleh lebih dari 150 ha, juga jarak sawah terjauh dari bangunan sadap tidak
boleh lebih dari 3 km. Hal ini untuk memudahkan pengelolaan air oleh
petugas dari para petani pemakai air.
b. Petak Sekunder, yaitu suatu petak yang terdiri dari kumpulan dari beberapa
petak tersier yang dapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Setiap petak
sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi yang terletak
di saluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu
harus mendapatkan air irigasi suplesi dari saluran lain.
c. Petak Primer, yaitu suatu petak gabungan dari beberapa petak tersier yang
dapat air langsung dari saluran induk dan beberapa petak sekunder. Setiap
petak primer sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung agar
tidak terlalu panjang dalam membuat saluran induknya.
d. Nomenklatur, ialah nama petunjuk (indeks) yang jelas dan singkat dari suatu
obyek, baik petak, saluran, bangunan bagi/sadap, bangunan pelengkap,
bangunan silang dan sebagainya, sehingga akan memudahkan dalam
pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari tiap-tiap bagian jaringan
irigasi. Syarat dalam menentukan pemberian nama antara lain, yaitu:
Sebaiknya terdiri dari satu huruf untuk menyatakan petak, saluran atau
bangunan.
Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama
kampung terdekat.
Begitu pula untuk bangunannya, baik bangunan utama, pembagi/sadap
maupun bangunan pelengkap lainnya diberi nama sesuai dengan nama
saluran di hulunya dan diberi indeks 1, 2, 3 dan seterusnya.
Di dalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar
1,5 cm.
Saluran irigasi primer diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayani.
Saluran irigasi sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang
terletak di petak sekunder.
Warna biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk pembawa yang ada
dan garis putus-putus untuk jaringan yang direncanakan.
Warna merah untuk sungai dan jaringan pembuang, garis penuh untuk
jaringan pembuang yang ada, garis putus-putus untuk jaringan pembuang
yang sedang direncanakan.
Warna coklat untuk jaringan jalan.
Warna kuning untuk daerah yang tidak diairi (daerah tinggi atau rawa-
rawa).
Warna hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan, desa atau kampung.
Warna hitam untuk jalan kereta api,
BBB 1 kn
36,348 ha 86,25m3/det
Dimana:
1 = nomor bangunan
Q F
Saluran W (m)
Induk 2,00
Sekunder 1,50
Tersier 0,50
8) Kapasitas saluran ditentukan oleh luas areal (A), angka pemberian air dan
koefisien lengkung tegal.
Q = F.V
F = (b + mh)h
√ m2+1
O = b + 2h
R = F/O
2/3
Rumus Strickler : V = K.R .I1/2
Dimana :
Q = Debit saluran (m3/det)
F = Luas penampang basah saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/det)
O = Keliling basah saluran (m)
R = Jari-jari hidraulis (m)
K = Koefisien kekasaran strickle
Untuk nilai debit tertentu nilai K dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Saluran K
Saluran Induk dan Sekunder Q > 10 m3/det 50
Saluran Induk dan Sekunder 5 ≤ Q ≤ 10 m3/det 47,50
Saluran Induk dan Sekunder Q < 5 m3/det 45
Saluran muka 40,50
Saluran tersier 40
ANALISIS PERHITUNGAN
A0 = Q / V 0
h1 = √ A0
n+ m
5. Bandingkan h1 dan h0
Jika I h1 – h0 I > 0,005, maka h1 sebagai andaian baru dan perhitungan lagi sampai
dengan I h1 – h0 I < 0,005.
b = n . hrencana
7. Selesai
P = A + a + b + c + d + e + f + g + ∆h + z
Dimana:
b) Debit Rencana
Debit rencana saluran pembawa tergantung dari luas petak tersier dan
kebutuhan air per hektar untuk jenis pola tanam yang direncanakan. Karena
adanya perkolasi, penguapan dan faktor-faktor lainnya, maka tidak semua air
yang berasal dari sungai sampat ke petak tersier. Untuk menghindari
kekurangan air akibat faktor-faktor tersebut, maka dipergunakan efisiensi di
saluran-saluran. Adapun besar efisiensi saluran adalah sebagai berikut:
dimana:
yang lazim disebut alat ukur debit merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mengukur debit yang masuk ke saluran. Terdapat dua macam alat ukur debit, pertama
alat ukur untuk mengukur aliran bebas, dan kedua adalah alat ukur untuk mengukur
aliran tertekan.
Cipoletty, suatu alat ukur yang mempunyai ambang tajam, yang berbentuk trapezium,
berambang tajam.
h
b
Thomson= V notch, alat ukur berbentuk segitiga, berambang tajam
Ck = koefisien kontraksi
h
b
Ambang tetap, bangunan ukur terbuat dari pasangan batu kali dengan ambang lebar
dan tetap.
papan duga
2-3 H1 maks
H1 maks
sal. hilir
1:6
3
h1 1
p1 H1 maks
peralihan pelebaran
1:3 leher
peralihan
sal. hulu penyempitan
alur pengarah
pemasukan
Gbr. Alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat
Alat ukur Romijn, adalah alat ukur yang terbuat dari plat baja yang dapat digerakkan
ke atas dan ke bawah, alat ini dapat mengukur maksimum 900 l/det. Ada tiga jenis
alat ukur Romijn ini:
(1) Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan hulu.
(2) Bentuk mercu miring ke atas dan lingkaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan
(3) Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan.
R2 = 10 Muka hilir
Pelat pengaku
vertikal
Pelat pengaku
R1 = 100
Alat Ukur Crump de Gruijter, bangunan ini dibuat dari pasangan batu kali dan
daun pintunya dari kayu, dapat mengukur debit > 900 l/det.Ketelitian pengukuran
maksimum 1: 6
Rumus :
= z/H
k = Y/H
h1 z
y h2
w
1 p1
p2
2p1 - 3p1 L
Peraliha Leher
n
penyem
pitan
Alat ukur Parschall, terbuat dari pasangan batu kali atau beton terdiri dari
sebuah bagian peralihan penyempitan ddengan lantai datar, leher lantai miring ke
bawah, dan peralihan perlebaran dengan miring ke atas. Alat ukur ini terdiri dari
10 tipe. Rumus umum: Q = k. Hau
Alat ukur Orifis, suatu bangunan dari batu kali/beton yang mempunyai tinggi
yang tetap (constant head orifis = CHO) yang dikembangkan oleh USBR
L 150. 100. 10
A
0,30
Detail A
P = b + 2h√1 + m2
R = A/P
dimana:
m = kemirinan talud
n = b/h
Mulai
Input Q, k,
I, m, n, ho
h = ho
b = n*h; P =
b+2*h*(1+m2)
R = A/P
v=k*R2/3*I1/2
A = Q/v
h1=(A/(n+m))1/2
No h=h1
Abs(h1-h0)<0,005
Yes
Print
Q,k,I,m,n,b,h,v
Selesai
Gambar 3.3 Bagan Alir Perhitungan Dimensi Saluran
PENUTUP