Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

DRAINASE PERKOTAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Drainase Perkotaan

Oleh :
Khinanti Puspita Sari (201222018153056)
Reza Rafi Saputra (191222018152115)
Fadila Rumra (201222018153191)

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Drainase Perkotaan

Oleh :
Khinanti Puspita Sari (201222018153056)
Reza Rafi Saputra (191222018152115)
Fadila Rumra (201222018153191)

Malang, 07 Desember 2022


Disetujui oleh :
Dosen Mata Kuliah Drainase Perkotaan

Ir. Riman, MT

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan.
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Drainase perkotaan di bawah bimbingan bapak Ir. Riman, MT pada Fakultas Teknik
UniversitasIWidyagama Malang. Serta sebagai motivasi penulis sehingga mampu memahami
segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan, sehingga pelaksanaan dan penulisan laporan ini dapat berjalan
dengan lancar.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran
yang membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan Laporan ini.
Sebagai manusia biasa saya merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena itu saya
mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya. Amin

Malang, 7 Desember 2022


Hormat kami

Penyusun.

ii
iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.....................................................................................................1
1.3 Identifikasi Masalah....................................................................................................1
1.4 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................2
2.1 Pengertian Drainase.....................................................................................................2
2.2. Analisis Hidrologi.......................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................12
DATA DAN ANALISA..........................................................................................................12
3.1 Analisa Hidrologi......................................................................................................12
3.2 Perhitungan Debit Hidrologi.....................................................................................15
3.3 Debit Existing............................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan bermacam
Aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus Ada
sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
Genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak Akan
menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas Masyarakat
tidak akan terganggu.

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang Sehat,
apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat
mengerti dan memahami sistem drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa
mengaplikasikannya di lapangan.
Tujuan dari tugas untuk memberikan persoalan kepada mahasiswa sedemikian
rupa sehingga mahasiswa tersebut dapat atau mampu untuk merancang sistem
penyaluran air hujan, dimana perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan
rancangan disesuaikan dengan kriteria disain (berdasarkan literature) dan
mempresentasikannya rancangan tersebut dalam bentuk gambar teknik yang
memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.
1.3 Identifikasi Masalah
Ruang lingkup dari tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis curah hujan.
 Menghitung hujan rata-rata da hujan maksimum tahunan.
 Menghitung intensitas hujan.
 Merencanakan drainase tambahan

1.4 Rumusan Masalah


Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat
mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
1. Debit air hujan yang masuk ke saluran ?
2. Bagaimana menganalisis drainase tambahan?

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Drainase
Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistim-sistim
yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun
dibawah permukaan tanah. Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan
atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah
atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk suplai air demi
pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik
pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya
dengan aspek kehidupan yang berada di dalam kawasan perkotaan.
2.1.1. Jenis-jenis drainase
1. Land dan smoothing
Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing
(Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin yang
berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase
permukaan. Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase
permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%,
dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa
dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu. Untuk
efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan
merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan
bantuan peralatan pengukuran tanah Pada tanah cekungan, air yang tak berguna
dialirkan secara sistematis melalui :
 Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow
random field drains).
 Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
 Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm Lebih
dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran Pembuangan
utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak Memungkinkan
harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa
2. Drainase acak (Random Field Drains)
Merupakan pengelolaan untuk mengatasi masalah cekungan dan lubang –
Lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan
dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar
mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat
beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi

2
lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif
datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang
– lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman Saluran drainase.
3. Drainase Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan
kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa digunakan. System
drainase ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel,
kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari
barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari
tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang
maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system
saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase.
Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah
populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel.
Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan
lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian
pada sistem bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem
bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan
dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding
tidak lebih dari 200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading
dan smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang
curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan
pengambilan dan pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase
pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran
paralel, 2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian
saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang
diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.

Gambar 1.1 pola jaringan Drainase Pararel


4. Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat Yang
konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus Menggali
tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang Disebut mol
yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada Kedalaman
dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat Expander yang
gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang Tidak semua daerah
terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan Memerlukan irigasi. Irigasi biasanya

3
diperlukan pada daerah-daerah pertanian Dimana terdapat satu atau kombinasi dari
keadaan-keadaan berikut :
 Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman Akan air.
 Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
 Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian
yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari
segi teknis, ekonomis maupun sosial. Jenis drainase dapat dikelompokan
berdasarkan cara terbentuknya, system pegalirannya, tujuan/sasaran
pembuatannyaa, tata letaknya, fungsinya, dan kontruksinya. Berikut ini
merupakan pejelasan jenis drainase berdsarkan pengelompokan tersebut.

1. berdasarkan cara terbentuknya :


a. Drainase alamiah (natural drainage), terbentuk melalui proses Alamiah
yang berlangsung lama.

Gambar 1.2 Terbentuknya drainase alamiah


b. Drainase buatan (artificial drainage), dibuat dengan maksud tertentu dan
merupakan hasil rekayasa berdasarkan hasil hitunganhitungan yang
dilakukan dalam upaya penyempurnaan atau melengkapi kekurangan
sisterm drainase alamiah.

Gambar 1.3 Drainase Buatan

4
2. Drainase berdasarkan sistem pengalirannya
a. Drainase dengan sistem jaringan, suatu system pengeringan atau Pengaliran air
pada suatu kawasan yang dilakukan dengan Mengalirkan air melalui system
tata saluran dengan bangunan pelengkapnya.

Gambar 1.4 Drainase dengan sistem jaringan


b. Drainase dengan sistem resapan, suatu system pengeringan air dengan jalan
meresapkan air kedaalam tanah.

Gambar 1.5 Drainase dengan sistem sumur resapan


3. Drainase bedasarkan tujuan atau sasaran pembuatannya:
a. Drainase perkotaan, adalah system drainase dalam wilayah Administrasi kota
dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi Untuk mengendalikan atau
mengeringkan kelebihan air permukaan Didaerah pemukiman yang bersal dari
hujan local.

Gambar 1.6 Sistem drainase perkotaan

5
b. Drainase daerah pertanian, pengeringan air didaerah pertanian seperti di
pesawahan yang bertujuan untuk mencegah kelebihan air agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman.

Gambar 1.7 Drainase daerah pertanian


c. Drainase jalan raya, pengeringan atau pengaliran air dipermukaan jalan raya
yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan jalan dan
menghindari kecelakaan lalu lintas.

Gambar 1.9 Drainase jalan raya

4. Drinase berdasarkan fungsinya :


 Drainase single purpose, drainase yang berfunsi mengalirkan satu jenis air
buangan misalnya air hujan atau limbah.
 Drainase multy purpose, drainase yang berfungsi mengalirkan lebih

 dari satu jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergntian misal
campuran air hujan dan air limbah.

5. Drainase berdasarkan kontruksinya:


 Drainase saluran terbuka, sistem saluran yang permukaan airnya terpengaruhi
udara luar (atmosfir).
 Drainase saluran tertutup, system saluran yang permukaan airnya tidak
terpengaruhi udara luar (atmosfir).

6
2.1.2. Tujuan Sistem Drainase
Secara umum tujuan system drainase yaitu sebagai berikut:
1. Secepat mungkin membuang air hujan yang sudah berbahaya atau
mengganggu lingkungan menuju badan air penerima tanpa mengakibatkan
erosi, endapan, atau penyebaran populasi.
2. Tidak terjadi genangan, banjir, terutama pada daerah yang selalu
mengalami banjir setiap musim hujan.
3. Sebagai konservasi sumber daya air permukaan atau air tanah

2.2. Analisis Hidrologi


2.2.1. Analisis Hujan
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat
berfariasi terhadap tempat (space), maka untk kawasan yang luas, satu alat penakar
hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. menurut Suripin
(2004:26-28), ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-
rata kawasan, yaitu:
1. Rata-rata al jabar
2. Ishoyet
3. Polygon thiessen
Cara ini sering dikenal juga sebagai cara rata-rata timbang (weighted mean).
diasumsikan bahwa variasi hujan antar pos yang satu dengan lainya adalah linier dan
bahwa sembarang pos dianggap dapat mewakili kawasan terdekat. Cara ini cocok
untuk daerah datar dengan luas 500-5.000 km2, jumlah pos penakar hujan terbatas
dibandingkan luasannya. Hujan rata-rata dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Dimana :
P1,P2,.....,Pn. = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,…,n
A1,A2,.....,An = luas areal polygon 1,2,….,n
N = banyaknya pos penakaran hujan
2.2.2. Analisis Frekuensi
Menurut Suripin (2004: 32), tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi
kejadian melalui penerapan distribusi kemungkinan. Frekuensi hujan adalah besarnya
kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kata-ulang
(return period) adalah wktu hipotetik dimana hujan dengan sustu besaran tertentu
akan disamai atau dilampaui.

7
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
penakaran hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Ada dua macam seri data
yang dipergunakan dalam analisis frekuensi, pertama yaitu data maksimum tahunan
dimana tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap berpengaruh
pada analisis selanjutnya. Kedua, seri parsial yaitu dengan menetapkan suatu besaran
tertentu sebagai batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari
batas bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis
seperti biasa.
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan yang
paling banyak digunakan dalam ilmu hidrologi yaitu: Distribusi Normal, distribusi
Log Normal, Distribusi Log-Pearson III, dan Distribusi Gumbel.
2.2.2.1. Distribusi Log-Pearson III
Salah satu disribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangka Pearson Yang
menjadi perhatian ahli sumber daya air adalah Log-Pearson Type III. Langkah
penggunaan distribusi Log-Pearson III yaitu sebagai berikut:
 Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X=logX
 Hitung harga rata-rata

LogXt = Logx + G.Sd


Dimana :
Xi = curah hujan rancangan
Log X = rata-rata logaritma dari hujan maksimum tahunan
Sd = simpangan baku
G = konstanta (dari tabel) dengan harga G diperoleh berdasarkan harga Cs dan
tingkat probabilitasnya.

8
 Curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu adalah Antilog Xt

2.2.2.2. Distribusi Gumble


Menurut GUMBEL (1941 ), persoalan tertua yang berhubungan dengan harga-harga
ekstrim adalah datang dari persoalan banjir. Tujuan dari statistic harga-harga ekstrim
adalah untuk menganalisa hasil pengamatan harga-harga ekstrim tersebut untuk
meramal harga-harga ekstrim berikutnya.
 Persamaan Metode E.J. Gumbel adalah sebagai berikut :

9
k = faktor ekivalensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dna tipe distribusi
frekuensi
Untuk menghitung frekuensi digunakan rumus :

Dimana :
K = faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe distribusi
frekuensi
Yn = Reduce variant sebagai fungsi dari banyaknya data n. Reduced Mean Yn
dapat dilihat pada tabel.
Sn = Reduce standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n. Reduced
Deviation Sn dapat dilihat pada Tabel.

Dengan substitusi ketiga persamaan diatas diperoleh persamaan :

10
2.2.2.3. Intensitas Hujan
Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan ( I ) didalam rumus rasional dapat
dihitung dengan rumus :

Dimana :
R24 : Curah hujan rancangan setempat dalam mm
Tc : lama waktu konsentrasi dalam jam
I : intensitas hujan dalam mm/jam
Dalam perhitungan nilai R didapat dari hasil akhir pengerjaan gumbel, dan untuk nilai
tc ditetapkan dengan nilai 6 jam.

11
BAB III

DATA DAN ANALISA


Perencanaan suatu pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi
yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diolah sehingga diketahui sifat dan
karakteristik yang ada, kemudian dilakukan analisa untuk pemecahan masalah dari
data tersebut.
Dalam perencanaan drainase perkotaan, terdapat 2 analisa yaitu analisa
hidrologi dan analisa hidrolika.
3.1 Analisa Hidrologi
Dalam merencanakan saluran air, analisis yang penting perlu ditinjau adalah
analisis hidrologi. Analisis hidrologi diperlukan untuk menentukan besarnya debit
rencana yang mana debit air rencana akan berpengaruh besar terhadap besarnya debit
maksimum maupun kestabilan kontrukdi yang akan dibangun.
Adapun langkah-langkah dalamanalisis hidrologi adalah sebagai berikut :
1. Tentukan peta wilayah yang akan dikerjakan
2. Tentukan DAS yang ditinjau di peta digital, hitung luas daerah tinjauan.
3. Plot posisi 3 stasiun hujan, buat polygon thiessen, hitung luasan pengaruh
masing-masing stasiun hujan, ubah dalam bentuk prosen (%).
4. Hitung hujan rata-rata daerah yang ditinjau sepanjang tahun, berdasarkan
prosentase luas pengaruh masing-masing stasiun hujan.
5. Tentukan maksimum hujan rata-rata daerah secara bulanan, dan pilih nilai
tertinggi tahunan (dari proses tersebut hanya menghasilkan 1 data).
6. Masukkan nilai yang didapat pada tabel data curah hujan rata-rata tahunan
yang lain yang telah diberikan, hitung curah hujan rancangan (dengan
Gumbel atau Log-Pearson III).
7. Hitung intensitas hujan (I).
3.1.1 Menentukan peta wilayah
Dalam tugas drainase perkotaan kami tepatnya dalam mengamati saluran
drainase di jalan raya, kami memilih jalan pattimura yang terletak di samping rumah
sakit saiful anwar.

12
3.1.2 Menentukan batasan DAS
Penentuan Daerah batasan DAS dilakukan dengan cara survei lapangan dan
menentukan titik tertinggi daerah tersebut.
3.1.3 Menghitung luas pengaruh stasiun hujan
Untuk mengetahui luasan pengaruh masing-masing stasiun hujan dihitung
dengan menggunakan metode Thiessen, dimana pada metode ini mempertimbangkan
daerah pengaruh tiap titik pengamatan. Penggunaan metode Thiessen karena kondisi
topografi dan jumlah stasiun hujan yang memenuhi syarat untuk digunakan metode
ini. Stasiun hujan yang berpengaruh pada DAS jln. Patimura yaitu stasiun hujan
Sukun, stasiun hujanLowokwaru, stasiun hujan Kedungkandang.
No Nama stasiun Luas (km2) Prosen (%)
1 Sukun 40828,6 13,28%
2 Lowokwaru 54630,6 17,78%
3 Kedungkandang 211873,3 68,94%
Jumlah 307332,5 100%

3.1.4 Menentukan hujan rata – rata sepanjang tahun


Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember MAKS
2007 53 42 70,16 42 33 24 5 - 18 27 42 45 70,16
2008 18 6 6 8 20 4 - 2 2152,49 6 66 73 2152,49
2009 23 36 12 7 8 3 1 3 40 2304,43 5 22 2304,43
2010 59 32 152 68 58 9 33 39 52 32 1886,59 45 1886,59
2011 936,97 75 78 52 68 5 1 - 2 26 53 52 936,97
2012 43 85 56 22 8 4 - 4 - 35 39 1671,34 1671,34
2013 46 33 64 31 2988,16 84 28 0 - 35 29 79 2988,16
2014 24 46 36 52 64 0 15 23 40 2279,11 13 21 2279,11
2015 31 40 35 19 26 26 19 26 38 37 3038,81 45 3038,81
2016 37 48 29 12 82 20 2760,25 0 0 0 19 28 2760,25
2017 54 31 9 32 41 19 14 2405,7 22 77 17 41 2405,72
2018 56 29 21 12 33 30 17 36 2481,69 13 36 21 2481,69
2019 17 38 51 16 10 7 42 33 24 1595,37 12 23 1595,37
2020 25 27 36 43 85 56 8 20 37 21 1721,99 36 1721,99
2021 38 16 12 46 33 64 7 8 30 23 18 3621,25 3621,25
2022 29 17 21 24 46 36 68 58 1899,26 45 27 38 1899,26

3.1.5 Menetukan hujan maksimum rata-rata

No Tahun Hujan Tahunan / Xi (mm)


1 2007 70,16
2 2008 55,22
3 2009 79,62
4 2010 80,28
5 2011 34,89
6 2012 150,25
7 2013 56,8
8 2014 114,55
9 2015 78,99
10 2016 62,5
11 2017 70,22

13
12 2018 70,39
13 2019 117,38
14 2020 72,59
15 2021 90,55
16 2022 78,74
Jumlah 1283,13

3.1.6 Hitung curah hujan rancangan (dengan Log – Person III atau Gumbel)
Tujuan pengukuran curah hujan rancangan adalah untuk mendapatkan curah
hujan periode ulang tertentu yang akan digunakan untuk mencari debit rancangan.Dari
perhitungan parameter pemilihan distribusi curah hujan, untuk menghitung curah
hujan rencana digunakan metode Distribusi Log Pearson Tipe III dan metode Gumbel.
a. Metode Log-Person III
No. Xi Log Xi Log Xi - Log X (Log Xi - Log X)² (Log Xi - Log X)³
1 70,16 1,846 1,846 3,408 6,2916
2 55,22 1,742 1,742 3,035 5,2871
3 79,62 1,901 1,901 3,614 6,8701
4 80,28 1,905 1,905 3,628 6,9090
5 34,89 1,543 1,543 2,380 3,6715
6 150,25 2,177 2,177 4,739 10,3149
7 56,80 1,754 1,754 3,078 5,3994
8 114,55 2,059 2,059 4,239 8,7290
9 78,99 1,898 1,898 3,601 6,8327
10 62,50 1,796 1,796 3,225 5,7920
11 70,22 1,846 1,846 3,409 6,2954
12 70,39 1,848 1,848 3,413 6,3061
13 117,38 2,070 2,070 4,283 8,8645
14 72,59 1,861 1,861 3,463 6,4440
15 90,55 1,957 1,957 3,829 7,4937
16 78,74 1,896 1,896 3,596 6,8179
Rata - rata 1,881 jumlah 56,940 108,3189
b. Metode Gumbel

No Periode Ulang Angka Reduce (Yr) Curah hujan (mm)


1 2th 0,3665 76,33
2 5th 1,4999 10572
3 10th 2,2504 125,19
4 15th 2,6738 136,17
5 20th 2,9702 143,86
6 25th 3,1955 14970

14
No Tahun Hujan tahunan / Xi (mm) Xi (xi-Xi)^2
1 2007 70,16 80,2 100,8016
2 2008 55,22 80,2 624,0004
3 2009 79,62 80,2 0,3364
4 2010 80,28 80,2 0,0064
5 2011 34,89 80,2 2052,9961
6 2012 150,25 80,2 4907,0025
7 2013 56,8 80,2 547,56
8 2014 114,55 80,2 1179,9225
9 2015 78,99 80,2 1,4641
10 2016 62,5 80,2 313,29
11 2017 70,22 80,2 99,6004
12 2018 70,39 80,2 96,2361
13 2019 117,38 80,2 1382,3524
14 2020 72,59 80,2 57,9121
15 2021 90,55 80,2 107,1225
16 2022 78,74 80,2 2,1316
Jumlah 1283,13 11472,7351
Rata-rata 80,865
Standar Deviasi (S) 28,627

3.1.7 Perhitungan intensitas hujan


Menurut Dr. Mononobe Intensitas hujan (I) didalam rumus rasional dapat
dihitung dengan rumus:

( )
2 /3
R 24 24
I=
24 tc
Dimana :
R24 : Curah hujan rancangan setempat dlaam mm = 105,72 mm
Tc : lama waktu konsentrasi dalam jam = 5 jam
I : intensitas hujan dalam mm/jam
Penyelesaian :

( )
2 /3
R 24 24
I=
24 tc

( )
2/ 3
105 ,72 24
I=
24 5
I =12 ,53 mm / jam
I =0,0000035 m/dtk
3.2 Perhitungan Debit Hidrologi
Langkah awal yang harus dilakukan yaitu menghitun debit hujan rancangan
dengan rumus :
Q=c.I.A

15
Keterangan :
Q : Debit saluran
c : Koefisien curah hujan
I : Intensitas curah hujan
A : Luasan penampang masing-masing saluran

Q c I (m/dtk) A Q=cIA
1 157,8 0,0000035 0,238 0,000131
2 157,79 0,0000035 0,21 0,000116
3 157,84 0,0000035 0,35 0,000193
4 157,72 0,0000035 0,127 7,01E-05
5 157,76 0,0000035 0,21 0,000116

3.3 Debit Existing


3.3.1 Perhitungan debit existing

Q B (m) H (m) n A (m²) P (m) R S V (m/det) Q (m³/s)


0,01 0,20
1 0,4 0,356 5 0,238 1,181 1 0,0005 0,549 0,1307
0,01
2 0,4 0,326 5 0,21 1,106 0,19 0,0005 0,528 0,1109
0,01 0,23
3 0,45 0,446 5 0,35 1,47 8 0,0005 0,614 0,2149
0,01 0,12
4 0,4 0,317 5 0,127 1,034 3 0,0005 0,394 0,05
0,01 0,15
5 0,5 0,419 5 0,21 1,338 7 0,0005 0,464 0,0974
Catatan : Q1 – Q3 merupakan saluran drainase trapesium
Q4 dan Q5 merupakan saluran drainase persegi panjang
3.3.2 Perbandingan debit existing dan debit hidrologi

Q existing Q hidrologi
Q Selisih Keterangan
(Q rencana) (Q Desain)
1 0,130662 0,00013145 0,13053 Cukup
2 0,11088 0,00011598 0,11076 Cukup
3 0,2149 0,00019335 0,21471 Cukup
4 0,050038 7,0108E-05 0,04997 Cukup
5 0,09744 0,00011595 0,09732 Cukup

16
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan :
a. Menghitung luas pengaruh masing-masing daerah :
No Nama stasiun Luas (km2) Prosen (%)
1 Sukun 40828,6 13,28%
2 Lowokwaru 54630,6 17,78%
3 Kedungkandang 211873,3 68,94%
Jumlah 307332,5 100%
b. Menentukan hujan rata rata sepanjag tahun dan hujan maksimal rata-rata dengan
menggunakan data curah hujan.
c. Menggunkan data hujan maksimal rata-rata untuk menghitung hujan rancangan
dengan metode Log person type III atau Gumbel
d. Menghitung intensitas hujan menggunkan data curah hujan rancangan dengan
periode ulang 5 tahun.
e. Menghitung debit hujan rancangan dengan rumus : Q = c . I . A

17
DAFTAR PUSTAKA

https://tsipilunikom.wordpress/2012/06/19/sistem-draiase/
http://mamanclasik.blogspot.com/2012/10/makalah-drainase-perkotaan.html
http://rafilahmujahidah.blogspot.com/2010/12/Drainase.html
http://sri utami setyowati.wordpress.com/2009/12/Analisis-hidrolika.html
http://kampustekniksipil.wordpress.com/2011/09/Analisa-hidrologi.html

18
LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai