Anda di halaman 1dari 25

Tugas .....

“PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN DI KOTA NANGA BULIK KABUPATEN


LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH”

Dosen Pembimbing:
Aulia Rohendi S.T.,M.Sc.

Disusun oleh:
Alfandy Sayang :(150702018)

Program Study Teknik Lingkungan


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh
2017
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Perencanaan Drainase
Perkotaan di Kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah
Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata saya berharap semoga tugas tentang Perencanaan Drainase Perkotaan di Kota
Nanga Bulik Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Daftar Isi :

Kata Penganantar : .................................................................................................... i


Daftar Isi :................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN : .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang : ...................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA : ............................................................................2
BAB III METODE PENELITIAN :.........................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAB : ..................................................................6
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN :..................................................................18
DAFTAR PUSTAKA : .............................................................................................22
PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN DI KOTA NANGA BULIK KABUPATEN
LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
I. PENDAHULUAN
Drainase kota merupakan salah satu prasarana vital bagi kawasan perkotaan yang berfungsi
mengalirkan air permukaan ke badan air (sungai) atau ke bangunan resapan buatan. Dimana sistem
drainase yang tidak dirancang dengan baik akan mengakibatkan degradasi lingkungan, kerugian
ekonomi dan menurunnya kualitas hunian antara lain terjadinya genangan air, banjir, rusaknya
infrastruktur yang ada. Hal tersebut mengakibatkan terganggunya fungsi kota, terhambatnya
mobilitas manusia serta timbulnya berbagai penyakit.
Pertumbuhan Kota dan perkembangan sektor pembangunan menimbulkan dampak yang cukup
signifikan terhadap perubahan nilai limpasan permukaan, yang dampak lanjutnya berpengaruh
pada sistem drainase. Bertambahnya kawasan hunian berikut fasilitasnya menyebabkan
pemanfaatan lahan yang semula terbuka dan bersifat lolos air yang berfungsi sebagai daerah
resapan, berubah menjadi kawasan yang tertutup perkerasan dan bersifat kedap air sehingga
mengurangi fungsinya sebagai daerah resapan. Disamping itu perubahan peruntukan lahan juga
menyebabkan kekritisan lahan, sehingga lahan yang ada akan mudah tererosi.
Perubahan peruntukan lahan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dapat meningkatkan
limpasan air permukaan yang sekaligus menyebabkan terjadinya proses erosi, sehingga
memperbesar debit puncak banjir di musim hujan dan sebaliknya akan memperkecil aliran sungai
di musim kemarau karena mengecilnya air yang meresap. Disamping itu saat musim hujan bahan-
bahan erosi juga akan ikut terbawa debit limpasan tersebut.
Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan semakin berkembangnya Kota Nanga Bulik
sebagai ibukota Kabupaten Lamandau, yakni berdampak pada fungsi drainase kota yang tidak
memadai, sehingga setiap datang musim hujan, sebagian wilayahnya tergenang atau mengalami
banjir yang disertai dengan terbawanya pasir, lumpur dan sampah. Kondisi ini dirasa kurang baik
bagi masyarakat kota dan terkesan membuat image Kota Nanga Bulik menjadi kurang sehat. Oleh
karena itu perlu direncanakan suatu sistem untuk mengatasi genangan air yang terjadi, yaitu
dengan membuat sistem drainase yang sesuai serta berwawasan lingkungan. Sedangkan konsep
perencanaan drainase yang ada saat ini seringkali bertentangan dengan konsep pelestarian
lingkungan hidup karena berfilosofi bahwa kawasan harus secepatnya bebas dari genangan air
dengan menariknya ke sistem jaringan dan mengalirkan ke sungai selanjutnya ke laut tanpa
memperhatikan kelestarian lingkungan.
Kondisi saat ini Kota Nanga Bulik memiliki 6 (enam) saluran alam yang belum sepenuhnya
dimanfaatkan sebagai saluran pengeringan kota. Kondisi saluran pada umumnya relatif dangkal
dengan kedalaman ± 0,5 meter dan lebar penampangnya juga relatif kecil yaitu 0,5-1 meter.
Dalam perencanaan tersebut belum tergambarkan secara rinci drainase baik rencana arah aliran
air, dimensi saluran, pola sistem drainase yang digunakan, dan lain sebagainya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam
bidang teknik pengairan, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis
untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air
irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat
juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Drainase perkotaan mencakup pengelolaan pengaliran air limpasan (run off) yang berasal dari
hujan yang jatuh pada daerah perkotaan kedalam sistem pembuang/drainase alamiah seperti
sungai, danau, dan laut.
Analisa hidrologi
Analisa hidrologi yaitu penjelasan tentang pengolahan data-data hidrologi yang tersedia
sehingga didapat debit perencanaan yang diperlukan. Data hidrologi sangat penting dalam
merencanakan saluran drainase. Data hidrologi salah satunya adalah data curah hujan untuk
menganalisis jumlah debit yang ada. Data curah hujan diambil dari dua stasiun hujan. Data
kemudian diurutkan menurut fungsi waktu sehingga merupakan data deret berkala. Data deret
berkala tersebut kemudian dilakukan pengetesan/pengujian tentang (Soewarno, 1995:23): 1.
Konsistensi, dan 2. Kesamaan jenis (homogenitas)
Curah Hujan dan Rancangan
Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar yang mungkin terjadi pada suatu daerah
tertentu pada periode ulang tertentu, yang dipakai sebagai dasar perhitungan dalam perencanaan
suatu dimensi bangunan air. Ada beberapa teknik analisis frekuensi yang digunakan dalam
pengolahan data hidrologi, namun yang banyak digunakan adalah Log Pearson Tipe III dengan
pertimbangan, bahwa metode ini lebih luwes dan dapat dipakai untuk semua macam sebaran data.
Debit Air Hujan
Metode Rasional adalah Metode untuk menghitung debit banjir maksimum dari curah hujan.
Metode ini dapat menggambarkan hubungan antara debit limpasan dengan besar curah hujan
secara praktis berlaku untuk luas DAS hingga 300 Ha. Untuk itu, digunakan Metode Rasional
Modifikasi yang merupakan pengembangan dari Metode Rasional untuk intensitas curah hujan
yang lebih lama dari waktu konsentrasi. Metode ini telah dikembangkan sehingga konsep Metode
Rasional Modifikasi ini dapat menghasilkan Hidrograf untuk memperhitungkan Koefisien
Limpasan, Koefisien Tampungan, Intensitas Hujan dan Luas Daerah Aliran dalam menghitung
Debit Limpasan. Rumus yang digunakan:
Qp = 0,278.C. I.A

Ceq = Koefisien Ekuivalen


Dimana :
 C1,C2,C3,....Cn = Koefisien Limpasan masing-masing Sub-DPSal
 A1,A2,A3,..An = Luas Sub-DPSal dalam (km2)
 Q = Debit Puncak (m3/dtk)
 I = Intensitas Hujan Selama Waktu Tiba Banjir (mm/jam)
 A = Luas Daerah Tangkapan (km2)
 0,278 = Faktor Konversi
Koefesien Pengaliran
Koefisien Pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air yang mengalir disuatu daerah
akibat turunnya hujan dengan jumlah air hujan yang turun di daerah tersebut. Besarnya koefisien
pengaliran berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan pengaruh pemanfaatan lahan dan aliran
sungai. Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor penting (Subarkah,
1980:51).
Tabel 1. Koefisien Pengaliran untuk Berbagai Permukaan dan Periode Ulang

Sumber : (Buku materi bidang drainase I PU,2013;272)


Intensitas Hujan Rancangan
Intensitas Hujan Rancangan adalah Tinggi hujan yang jatuh pada suatu kurun waktu
dimana air tersebut terkonsentrasi, dan dihitung sesuai periode ulang banjir. Untuk mendapatkan
Intensitas Hujan selama waktu konsentrasi digunakan rumus Mononobe (Subarkah, 1980:20):
R24 24 2/3
.I = [ tc ]
24

Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
R 24 = Curah Hujan Maksimum Harian dalam 24 jam (mm/jam)
tc = Waktu Konsentrasi (jam)
Waktu konsentrasi
Waktu Konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir dari suatu titik
yang paling jauh ke suatu titik tertentu yang ditinjau pada suatu daerah pengaliran. Untuk
menghitung Waktu Konsentrasi dipakai persamaan Kirpich (Subarkah, 1980:50):
0,0195 L 0,77
.t c = [ ]
60 √S

Dengan:
L = Panjang Saluran (m)
S = Kemiringan Rata-rata Saluran
Perhitungan Debit Air Kotor
Debit Air Kotor adalah debit yang berasal dari buangan rumah tangga, bangunan gedung,
instansi dan sebagainya. Besarnya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah penduduk dan kebutuhan
air rata-rata penduduk.
Adapun besarnya kebutuhan air penduduk rata-rata adalah 150 liter/orang/hari. Sedangkan
debit air kotor yang harus dibuang di dalam saluran adalah 70% dari kebutuhan air bersih sehingga
besarnya air buangan adalah (Suhardjono, 1984:39): 150 x 70% = 105 liter/orang/hari = 0,00121
liter/dtk/orang.
Dengan demikian jumlah air kotor yang dibuang pada suatu daerah setiap km2 adalah
pnxq Pnx 0,00121
Qak = →X1 =
A A

dengan:
Qak = Debit Air Kotor
Pn = Jumlah Penduduk (jiwa)
q = Jumlah Air Buangan (ltr/dtk/orang)
A = Luas Daerah (km2)
Perhitungan Pertumbuhan
Penduduk Jumlah Penduduk saat perencanaan dimulai dan pada tahun yang akan datang
harus diperhitungkan untuk menghitung kebutuhan air tiap penduduk. Sehingga dapat diketahui
jumlah air kotor (buangan) rumah tangga.
Proyeksi jumlah penduduk pada tahun-tahun yang akan datang dapat digunakan cara
perhitungan laju pertumbuhan Geometri dan pertumbuhan Eksponensial atau cara Aritmatika.
8/3
dg .𝐼 −1/2
, Qg = 0,375. 𝐹. SN. nN

dengan:
Qg = Debit yang mengalir di saluran pembawa (m3/dt)

F = Faktor akibat bentuk saluran pembawa (0.8 bila trotoar tidak tegak lurus, 0.9 bila tegak
lurus)
dg = Kedalaman Aliran tertinggi (m)

I = Kemiringan Memanjang ruas jalan


sN = Kemiringan Melintang, badan atau bahu jalan
nN = Kekasaran Manning, tergantung bahan
III. METODE PENELITIAN
Lokasi Studi
Kabupaten Lamandau merupakan sebuah kabupaten pemekaran dari Kabupaten
Kotawaringin Barat yang berada di Propinsi Kalimantan Tengah yang terletak di daerah
khatulistiwa sehingga beriklim tropis. Kabupaten Lamandau terdiri dari 8 (delapan) kecamatan
yaitu Kecamatan Bulik, Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu
Jaya, Kecamatan Lamandau, Kecamatan Belantikan Raya, Kecamatan Batang Kawa, dan
Kecamatan Delang dengan total luas wilayah 6.414 kilometer persegi dan jumlah penduduk pada
akhir tahun 2007 sebanyak 56.935 jiwa.

(Sumber : Dinas PU Provinsi Kalimantan Tengah)


Data yang Diperlukan
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu data keruangan
(spasial) dan non spasial. Berikut data yang digunakan :
1. Peta topografi.
2. Skema jaringan drainase.
3. Data curah hujan.
4. Data tinggi limpasan di saluran.
5. Data saluran drainase eksisting.
6. Data penduduk
Tahapan pengerjaan studi
Tahapan pengerjaan studi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mencari curah hujan harian maksimum tahunan dari tahun 2002 – 2012 pada stasiun hujan
Nanga Bulik.
2. Menghitung curah hujan rancangan dengan metode Log pearson tipe III.
3. Menguji kebenaran distribusi frequensi dengan metode Smirnov Kolmogorov dan uji Chi-
square.
4. Menentukan intensitas curah hujan dengan rumus Mononobe.
5. Menentukan luas daerah pengaliran.
6. Menentukan koefisien pengaliran (C) berdasarkan lahan yang ada di sekitar jalan yang ada
di Nanga Bulik.
7. Menghitung debit rancangan kala ulang 2, 5 dan 10 tahun.
8. Menentukan kapasitas saluran drainase eksisting.
9. Mengevaluasi kemampuan kapasitas saluran drainase eksisting dengan debit banjir kala
ulang5 tahun, Evaluasi penyebab dan Penanggulangan genangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hujan harian untuk pengolahan hidrologi diperoleh dari stasiun hujan Nanga Bulik yang
terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dimana data hujan stasiun dan analisa curah hujan
ditampilkan pada lampiran
Tabel 2. Data Hujan Harian Max Rerata

Sumber : Hasil Perhitungan


Sedangkan Uji Konsisitensi diperlukan untuk menguji kebenaran data lapangan yang tidak
dipengaruhi oleh kesalahan pada saat pengiriman atau saat pengukuran, data tersebut harus
betulbetul menggambarkan fenomena hidrologi seperti keadaan sebenarnya di lapangan (Harto,
1993:59)
Tabel 3. Uji Homogenitas Curah Hujan

Sumber : Hasil Perhitungan


Uji Outlier adalah data yang menyimpang cukup jauh dari trend kelompoknya. Keberadaan
outlier biasanya dianggap mengganggu pemilihan jenis distribusi suatu sampel data, sehingga
outlier ini perlu dibuang.
Tabel 4. Uji Outlier Stasiun

- Maka tidak ada data yang perlu dihilangkan. Sumber : Hasil Perhitungan
Dari hasil analisa pada tabel di atas nantinya akan digunakan dalam perhitungan curah
hujan rancangan dengan menggunakan metode Log Pearson Tipe III. Tabel dibawah ini
merupakan hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan menggunakan metode Log Pearson
Tipe III.
Tabel 5. Log Pearson Tipe III

Sumber : Hasil Perhitungan


Tabel 6. Log Pearson Tipe III satu harian

Sumber : Hasil Perhitungan


Tabel 7. Distribusi Hujan Jam-jaman

Sumber : Hasil Perhitungan


Tabel 8. Rasio Sebaran Hujan

Sumber : Hasil Perhitungan


Tabel 9. Curah Hujan Netto Jam-jaman

Sumber : Hasil Perhitungan


Tabel 10. Sebaran Hujan Jam-jaman

Sumber : Hasil Perhitungan


Tabel 11. Distribusi Hujan Netto Jam-jaman

Sumber : Hasil Perhitungan


Metode rasional mem-perkirakan debit limpasan dengan pen-dekatan koefisien pengaliran,
yang me-rupakan perbandingan antara debit puncak (debit maksimum) yang dihasilkan dengan
intensitas hujan.
Rumus yang digunakan adalah:
Q = 0,00278 .C.I.A

Ceq = Koefisien Ekuivalen


Dimana :
 C1,C2,C3,....Cn = Koefisien Limpasan masing-masing Sub-DPSal
 A1,A2,A3,..An = Luas Sub-DPSal dalam (km2)
 Q = Debit Puncak (m3/dtk)
 I = Intensitas Hujan Selama Waktu Tiba Banjir (mm/jam)
 A = Luas Daerah Tangkapan (km2)
 0,278 = Faktor Konversi
Luasan untuk layanan daerah tangkapan air saluran drainase Jalan Danau Bukit Hibul 1
penggunaan tata guna lahan dan perhitungan debit limpasan lahan dengan kala ulang 5 tahun:
Dengan luas total = 0,6265 km2
 Semak belukar = 0,25 x 0,2909 km2 = 0,0727
 Perkantoran pusat kota = 0,7 x 0,0617 km2 = 0,0432
 Bangunan Bersambung = 0,60 x 0,2409 km2 = 0,1204
 Jalan Raya Beraspal = 0,70 x 0,0330 km2 = 0,0231
 ∑ = 0,2595
 Ceq=∑ [ luas daerah (A) * Koefisien (C) ] / ∑ [luas daerah (A) ] = 0,2595/0,6265 =
0,4142
 Dengan nilai intensitas (I) pada kala ulang 5 tahun = 82,38
 Menghitung curah hujan rancangan metode rasional dengan persamaan
Q = 0,278.C. I.A (Semak belukar) = 0,278 x 0,4142 x 82,38 x 0,2909 = 2,758 m3/detik
Q = 0,278.C. I.A (Perkantoran) = 0,278 x 0,4142 x 82,38 x 0,0617 = 0,585 m3/detik
Q = 0,278.C.I.A(Bangunan Bersambung) = 0,278 x 0,4142 x 82,38 x 0,2409 = 2,285 m3/detik
Q = 0,278.C. I.A (Jalan Raya Beraspal) = 0,278 x 0,4142 x 82,38 x 0,0330 = 0,313 m3/detik
Total jumlah debit pada saluran jln. Bukit Hibul 1 adalah:
Q = 2,758 + 0,585 + 2,285 + 0,313 = 5,9419
Perhitungan Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 12. Rekap Debit di Kab. Lamandau dengan menggunakan kala ulang 5 thn pada Masing-
masing Saluran Drainase
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan Uji kesesuaian metode proyeksi yaitu dengan menggunakan angka koefisien
korelasi. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi pada metode Geometri, Aritmatik, Ekponensial
tersebut, diperoleh hasil bahwa metode Geometrik memiliki koefisien korelasi yang terbesar dan
mendekati +1. Dengan demikian metode yang dipilih untuk proyeksi jumlah penduduk pada
Kabupaten Lamandau hingga tahun 2022 adalah Metode Geometri karena metode ini mendekati
perkembangan penduduk sesungguhnya

Tabel 13. Uji Kesesuaian Metode Proyeksi


∑ Geometri Eksponensial Aritmatik
R 0,987 0,962 0,958
Sumber : Hasil Perhitungan
Pada perhitungan debit air buangan penduduk pertumbuhan jumlah penduduk yang
digunakan adalah pertumbuhan penduduk Geometri dengan rasio pertumbuhan penduduk
Lamandau + 2% sesuai dengan standar perhitungan yang digunakan Biro Pusat Statistik. Debit air
kotor rata-rata
Pnx 95.653 x 0,001215278
= =
A 0,6265

= 185,54 liter/detik/km2
= 0,186 m3/dtk/km2
Debit air kotor pada saluran Jalan Bukit Hibul 1 adalah:
Qak = Qak rata-rata x Luas daerah pemukiman = 0,186 x 0,2409 = 0,0447 m3/dtk
Untuk perhitungan air buangan penduduk tiap saluran disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 14. Perhitungan debit air buangan penduduk kawasan Lamandau
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan kapasitas saluran drainase eksisting bertujuan untuk mengetahui kemampuan
saluran drainase dalam menampung debit yang ada, sekaligus untuk mengetahui volume limpasan
yang tereduksi oleh saluran drainase. Saluran drainase di Jl. Bukit Hibul 1 mempunyai bentuk
saluran trapesium dengan tipe konstruksi plesteran.
Saluran di lokasi studi mempunyai lebar bawah (b1) 2 m, lebar atas (b2) 2,55 m, tinggi (h)
0,75 m, kemiringan talud (m) 0,085 m dan slope saluran sebesar 0,005. Gambaran dimensi saluran
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Dimensi Saluran Lokasi Studi
Sumber: Dinas PU Lamandau
Dari data saluran yang ada bisa dihitung besaran debit saluran (Qsal) yakni:
Qsal = A × V = 1,55 m² × 1,64 m/dt = 2,54 m3/dt
Evaluasi kapasitas saluran drainase dilakukan untuk mengetahui kemampuan saluran
drainase yang ada terhadap besarnya debit rancangan dari hasil perhitungan. Apabila kapasitas
saluran drainase yang ada lebih besar dari debit rancangan maka saluran drainase tersebut masih
sesuai dan tidak diperlukan perubahan dimensi saluran. Sebaliknya apabila saluran drainase yang
ada lebih kecil dari debit rancangan hasil perhitungan, maka saluran drainase tersebut harus
direhabilitasi atau diperbaiki dimensinya karena sudah tidak menampung lagi.
Tabel 15. Evaluasi Kapasitas Saluran Eksisting Terhadap Debit Rancangan

Sumber : Hasil Perhitungan


Rekomendasi Perbaikan Saluran Drainase. Pada studi ini perbaikan saluran drainase
dilakukan dengan menambah lebar dasar saluran drainase eksisting. Dari tabel 14, diketahui bahwa
Q eksisting saluran Bukit Hibul1 adalah sebesar 2,54 m3/dt. Sedangkan Q rancangan (dari
perhitungan pada tabel 15) = 5,987 m3/dt. Dengan menggunakan bantuan goal seek yang
merupakan perangkat iterasi excel untuk mendapatkan nilai yang diinginkan. Maka, didapatkan
lebar dasar saluran 2,691 m dan dalam saluran 1,333 m yang sesuai dengan debit rancangan.
Selanjutnya dapat dilakukan hal yang sama pada setiap saluran yang perlu diperbaiki, seperti yang
terlampir pada Tabel 16 berikut.
Tabel 16. Dimensi Rencana Saluran
Sumber : Hasil Perhitungan
Evaluasi Penyebab dan Penanggulangan Genangan Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya genangan pada lokasi studi yakni, dimensi saluran drainase yang terdapat
di lokasi studi kecil, kondisi saluran yang terputus, sehingga tidak dapat menampung air limpasan
yang mengakibatkan genangan yang besar, kemudian banyaknya sedimen dan sampah yang
mengakibatkan tersumbatnya saluran drainase sehingga air limpasan tidak dapat tertampung.
Dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya genangan di lokasi maka perlu dilakukan
tindakan yakni memperbesar dimensi saluran agar dapat menampung air limpasan hujan dan perlu
adanya normalisasi saluran akibat sedimen dan sampah agar saluran drainase dapat berfungsi
maksimal.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi dan perhitungan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Debit banjir rancangan maksimum dengan kala ulang 5 tahun pada daerah studi yaitu
sebesar :
2. Dari hasil evaluasi pada saluran drainase perkotaan di Kota Nanga Bulik Kabupaten
Lamandau diperoleh kapasitas saluran drainase maksimum eksisting yaitu :
3. Dari hasil evaluasi kapasitas saluran drainase eksisting terhadap debit banjir rancangan
dengan kala ulang 5 tahun, saluran drainase eksisting tidak mampu lagi menampung debit
yang ada sehingga air meluap.
4. Hasil dari perencanaan Inlet sesuai dengan syarat batas genangan jalan raya yang ada.

5. Alternatif penyelesaian masalah genangan di Lokasi Studi ini yang disebabkan tidak
mampunya saluran drainase menampung debit yang ada, Saluran juga putus tidak
menyambung satu sama lain dan permasalahan inlet. Dengan normalisasi saluran drainase
pada ruas jalan dan pendimensien ulang serta penentuan jarak penempatan posisi inlet
yang paling efektif mereduksi genangan. Selain memperhatikan efektifitas saluran
penangkap terhadap aliran air di badan jalan, tipe saluran penangkap juga harus
memperhatikan kenyamanan pengguna jalan.
Saran
Agar tidak terjadi genangan pada musim hujan seharusnya memperhatikan pentingnya
saluran drainase. Sebelum merencanakan saluran hendaknya memperhitungkan debit yang akan
masuk saluran drainase tersebut.
Memperhatikan kondisi saluran yang ada agar merawat dan menjaga saluran yang ada
dengan tidak membuang sampah pada saluran.
Memperhatikan keberadaan saluran penangkap (inlet) yang ada dengan tidak menutupi
dengan sampah. Dan Pentingnya pemeliharaan kondisi saluran dengan tidak membuang sampah
dan rutin melakukan penggalian saluran dan saluran penangkap (inlet).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. SK SNI 03-3424-1994
Puslitbang Jalan. Balitbang PU: Jakarta
Anonim. 2013. Materi Bidang Drainase I. Deseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP
2013 PU Cipta Karya: Jakarta
Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka, Jakarta: Erlangga.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi, Jakarta: Erlangga.
Linsley, Ray K., Kohler, Max A. & Paulus, Joseph L.H. 1983. Hydrology for Engineers Third
Edition. Tokyo: Mc Graw Hill
Muliakusuma, S. (2000). Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Montarcih. 2009. Hidrologi Teknik Sumberdaya Air, Malang: Citra.
Nasruddin, Fauzi. 2001. Model Simulasi Rancangan Geometrik Permukaan Jalan Raya Perkotaan
yang Bebas Genangan. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Teknik Jurusan Pengairan Universitas
Brawijaya Malang.
Pilgrim, D.H, Et al., 1991. Australia Rainfall and Runoff (A Guide to Flood Estimation) Vol. 1.
Barton: The Institution Of Engineers, Australia.
Ranthy, Nova Eka. 2005. Studi Evaluasi Jaringan Drainase dan Inlet di Kawasan JL. Kawi
Kelurahan Bareng Kecamatan Kojen Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Teknik
Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Malang.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analiasa Data Jilid I, Bandung: Nova.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analiasa Data Jilid II, Bandung: Nova.
Sosrodarsono, S., Takeda, K., 2003. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air.
Suhardjono, 1984. Drainase. Universitas Brawijaya
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai