Dosen Pembimbing:
Aulia Rohendi S.T.,M.Sc.
Disusun oleh:
Alfandy Sayang :(150702018)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Perencanaan Drainase
Perkotaan di Kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah
Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata saya berharap semoga tugas tentang Perencanaan Drainase Perkotaan di Kota
Nanga Bulik Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Daftar Isi :
Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
R 24 = Curah Hujan Maksimum Harian dalam 24 jam (mm/jam)
tc = Waktu Konsentrasi (jam)
Waktu konsentrasi
Waktu Konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir dari suatu titik
yang paling jauh ke suatu titik tertentu yang ditinjau pada suatu daerah pengaliran. Untuk
menghitung Waktu Konsentrasi dipakai persamaan Kirpich (Subarkah, 1980:50):
0,0195 L 0,77
.t c = [ ]
60 √S
Dengan:
L = Panjang Saluran (m)
S = Kemiringan Rata-rata Saluran
Perhitungan Debit Air Kotor
Debit Air Kotor adalah debit yang berasal dari buangan rumah tangga, bangunan gedung,
instansi dan sebagainya. Besarnya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah penduduk dan kebutuhan
air rata-rata penduduk.
Adapun besarnya kebutuhan air penduduk rata-rata adalah 150 liter/orang/hari. Sedangkan
debit air kotor yang harus dibuang di dalam saluran adalah 70% dari kebutuhan air bersih sehingga
besarnya air buangan adalah (Suhardjono, 1984:39): 150 x 70% = 105 liter/orang/hari = 0,00121
liter/dtk/orang.
Dengan demikian jumlah air kotor yang dibuang pada suatu daerah setiap km2 adalah
pnxq Pnx 0,00121
Qak = →X1 =
A A
dengan:
Qak = Debit Air Kotor
Pn = Jumlah Penduduk (jiwa)
q = Jumlah Air Buangan (ltr/dtk/orang)
A = Luas Daerah (km2)
Perhitungan Pertumbuhan
Penduduk Jumlah Penduduk saat perencanaan dimulai dan pada tahun yang akan datang
harus diperhitungkan untuk menghitung kebutuhan air tiap penduduk. Sehingga dapat diketahui
jumlah air kotor (buangan) rumah tangga.
Proyeksi jumlah penduduk pada tahun-tahun yang akan datang dapat digunakan cara
perhitungan laju pertumbuhan Geometri dan pertumbuhan Eksponensial atau cara Aritmatika.
8/3
dg .𝐼 −1/2
, Qg = 0,375. 𝐹. SN. nN
dengan:
Qg = Debit yang mengalir di saluran pembawa (m3/dt)
F = Faktor akibat bentuk saluran pembawa (0.8 bila trotoar tidak tegak lurus, 0.9 bila tegak
lurus)
dg = Kedalaman Aliran tertinggi (m)
Data hujan harian untuk pengolahan hidrologi diperoleh dari stasiun hujan Nanga Bulik yang
terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dimana data hujan stasiun dan analisa curah hujan
ditampilkan pada lampiran
Tabel 2. Data Hujan Harian Max Rerata
- Maka tidak ada data yang perlu dihilangkan. Sumber : Hasil Perhitungan
Dari hasil analisa pada tabel di atas nantinya akan digunakan dalam perhitungan curah
hujan rancangan dengan menggunakan metode Log Pearson Tipe III. Tabel dibawah ini
merupakan hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan menggunakan metode Log Pearson
Tipe III.
Tabel 5. Log Pearson Tipe III
= 185,54 liter/detik/km2
= 0,186 m3/dtk/km2
Debit air kotor pada saluran Jalan Bukit Hibul 1 adalah:
Qak = Qak rata-rata x Luas daerah pemukiman = 0,186 x 0,2409 = 0,0447 m3/dtk
Untuk perhitungan air buangan penduduk tiap saluran disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 14. Perhitungan debit air buangan penduduk kawasan Lamandau
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan kapasitas saluran drainase eksisting bertujuan untuk mengetahui kemampuan
saluran drainase dalam menampung debit yang ada, sekaligus untuk mengetahui volume limpasan
yang tereduksi oleh saluran drainase. Saluran drainase di Jl. Bukit Hibul 1 mempunyai bentuk
saluran trapesium dengan tipe konstruksi plesteran.
Saluran di lokasi studi mempunyai lebar bawah (b1) 2 m, lebar atas (b2) 2,55 m, tinggi (h)
0,75 m, kemiringan talud (m) 0,085 m dan slope saluran sebesar 0,005. Gambaran dimensi saluran
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Dimensi Saluran Lokasi Studi
Sumber: Dinas PU Lamandau
Dari data saluran yang ada bisa dihitung besaran debit saluran (Qsal) yakni:
Qsal = A × V = 1,55 m² × 1,64 m/dt = 2,54 m3/dt
Evaluasi kapasitas saluran drainase dilakukan untuk mengetahui kemampuan saluran
drainase yang ada terhadap besarnya debit rancangan dari hasil perhitungan. Apabila kapasitas
saluran drainase yang ada lebih besar dari debit rancangan maka saluran drainase tersebut masih
sesuai dan tidak diperlukan perubahan dimensi saluran. Sebaliknya apabila saluran drainase yang
ada lebih kecil dari debit rancangan hasil perhitungan, maka saluran drainase tersebut harus
direhabilitasi atau diperbaiki dimensinya karena sudah tidak menampung lagi.
Tabel 15. Evaluasi Kapasitas Saluran Eksisting Terhadap Debit Rancangan
5. Alternatif penyelesaian masalah genangan di Lokasi Studi ini yang disebabkan tidak
mampunya saluran drainase menampung debit yang ada, Saluran juga putus tidak
menyambung satu sama lain dan permasalahan inlet. Dengan normalisasi saluran drainase
pada ruas jalan dan pendimensien ulang serta penentuan jarak penempatan posisi inlet
yang paling efektif mereduksi genangan. Selain memperhatikan efektifitas saluran
penangkap terhadap aliran air di badan jalan, tipe saluran penangkap juga harus
memperhatikan kenyamanan pengguna jalan.
Saran
Agar tidak terjadi genangan pada musim hujan seharusnya memperhatikan pentingnya
saluran drainase. Sebelum merencanakan saluran hendaknya memperhitungkan debit yang akan
masuk saluran drainase tersebut.
Memperhatikan kondisi saluran yang ada agar merawat dan menjaga saluran yang ada
dengan tidak membuang sampah pada saluran.
Memperhatikan keberadaan saluran penangkap (inlet) yang ada dengan tidak menutupi
dengan sampah. Dan Pentingnya pemeliharaan kondisi saluran dengan tidak membuang sampah
dan rutin melakukan penggalian saluran dan saluran penangkap (inlet).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. SK SNI 03-3424-1994
Puslitbang Jalan. Balitbang PU: Jakarta
Anonim. 2013. Materi Bidang Drainase I. Deseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP
2013 PU Cipta Karya: Jakarta
Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka, Jakarta: Erlangga.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi, Jakarta: Erlangga.
Linsley, Ray K., Kohler, Max A. & Paulus, Joseph L.H. 1983. Hydrology for Engineers Third
Edition. Tokyo: Mc Graw Hill
Muliakusuma, S. (2000). Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Montarcih. 2009. Hidrologi Teknik Sumberdaya Air, Malang: Citra.
Nasruddin, Fauzi. 2001. Model Simulasi Rancangan Geometrik Permukaan Jalan Raya Perkotaan
yang Bebas Genangan. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Teknik Jurusan Pengairan Universitas
Brawijaya Malang.
Pilgrim, D.H, Et al., 1991. Australia Rainfall and Runoff (A Guide to Flood Estimation) Vol. 1.
Barton: The Institution Of Engineers, Australia.
Ranthy, Nova Eka. 2005. Studi Evaluasi Jaringan Drainase dan Inlet di Kawasan JL. Kawi
Kelurahan Bareng Kecamatan Kojen Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Teknik
Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Malang.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analiasa Data Jilid I, Bandung: Nova.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analiasa Data Jilid II, Bandung: Nova.
Sosrodarsono, S., Takeda, K., 2003. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air.
Suhardjono, 1984. Drainase. Universitas Brawijaya
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.