DRAINASE PERKOTAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Drainase Perkotaan
Oleh :
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Drainase Perkotaan
Oleh :
Disetujui oleh :
Dosen Mata Kuliah Drainase Perkotaan
Ir. Riman, MT
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan.
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Drainase perkotaan di bawah bimbingan bapak Ir. Riman, MT pada Fakultas Teknik
Universitas Widyagama Malang. Serta sebagai motivasi penulis sehingga mampu memahami
segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, sehingga pelaksanaan dan penulisan laporan ini dapat berjalan dengan
lancar.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan Laporan ini.
Sebagai manusia biasa saya merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena itu saya
mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya. Amin
Hormat kami
Penyusun.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
Aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus Ada
sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut Genangan
air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak Akan menimbulkan
dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas Masyarakat tidak akan
terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang Sehat,
apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Drainase
Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistim-sistim
yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah
permukaan tanah.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah,
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah
atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk suplai air demi
pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik
pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya
dengan aspek kehidupan yang berada di dalam kawasan perkotaan.
2.1.1. Jenis-jenis drainase
1. Land dan smoothing
Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing
(Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin yang
berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase
permukaan. Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran
drainase permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%,
dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa
dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu. Untuk
efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan
merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan
bantuan peralatan pengukuran tanah Pada tanah cekungan, air yang tak berguna
dialirkan secara sistematis melalui :
• Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal
(shallow random field drains).
• Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
• Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm Lebih
dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran Pembuangan
utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak
Memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa
2. Drainase acak (Random Field Drains)
Merupakan pengelolaan untuk mengatasi masalah cekungan dan lubang – Lubang
tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan
kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal
ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa
2
merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas,
biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas
penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk
mengurangi kedalaman Saluran drainase.
3. Drainase Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan
kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa digunakan. System drainase
ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang
kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran
drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus
dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum
kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system saluran
drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan
dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman
pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila
dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit.
Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem
bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena
jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar
bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m.
Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada
tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah
1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa,
bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel,
2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran
diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan
pada saat pemeliharaan saluran.
4. Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat Yang
konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus Menggali
tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang Disebut mol
yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada Kedalaman dangkal.
Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat Expander yang gunanya untuk
memperbesar dan memperkuat bentuk lubang Tidak semua daerah terdapat usaha-
3
usaha pertanian atau perkebunan Memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada
daerah-daerah pertanian Dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan
berikut :
• Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman Akan air.
• Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
• Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian
yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari
segi teknis, ekonomis maupun sosial. Jenis drainase dapat dikelompokan
berdasarkan cara terbentuknya, system pegalirannya, tujuan/sasaran
pembuatannyaa, tata letaknya, fungsinya, dan kontruksinya. Berikut ini
merupakan pejelasan jenis drainase berdsarkan pengelompokan tersebut.
4
2. Drainase berdasarkan sistem pengalirannya
a. Drainase dengan sistem jaringan, suatu system pengeringan atau Pengaliran air
pada suatu kawasan yang dilakukan dengan Mengalirkan air melalui system tata
saluran dengan bangunan pelengkapnya.
b. Drainase dengan sistem resapan, suatu system pengeringan air dengan jalan
meresapkan air kedaalam tanah.
5
b. Drainase daerah pertanian, pengeringan air didaerah pertanian seperti di
pesawahan yang bertujuan untuk mencegah kelebihan air agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman.
c. Drainase jalan raya, pengeringan atau pengaliran air dipermukaan jalan raya
yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan jalan dan menghindari
kecelakaan lalu lintas.
6
2.1.2. Tujuan Sistem Drainase
Secara umum tujuan system drainase yaitu sebagai berikut:
1. Secepat mungkin membuang air hujan yang sudah berbahaya atau
mengganggu lingkungan menuju badan air penerima tanpa mengakibatkan
erosi, endapan, atau penyebaran populasi.
2. Tidak terjadi genangan, banjir, terutama pada daerah yang selalu mengalami
banjir setiap musim hujan.
3. Sebagai konservasi sumber daya air permukaan atau air tanah
Dimana :
P1,P2,.....,Pn. = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,…,n
A1,A2,. ... ,An = luas areal polygon 1,2,….,n
N = banyaknya pos penakaran hujan
2.2.2. Analisis Frekuensi
Menurut Suripin (2004: 32), tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi
kejadian melalui penerapan distribusi kemungkinan. Frekuensi hujan adalah besarnya
kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kata-ulang
(return period) adalah wktu hipotetik dimana hujan dengan sustu besaran tertentu akan
disamai atau dilampaui.
7
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakaran
hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Ada dua macam seri data yang
dipergunakan dalam analisis frekuensi, pertama yaitu data maksimum tahunan dimana
tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap berpengaruh pada
analisis selanjutnya. Kedua, seri parsial yaitu dengan menetapkan suatu besaran tertentu
sebagai batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah
tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan yang
paling banyak digunakan dalam ilmu hidrologi yaitu: Distribusi Normal, distribusi Log
Normal, Distribusi Log-Pearson III, dan Distribusi Gumbel.
2.2.2.1. Distribusi Log-Pearson III
Salah satu disribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangka Pearson Yang
menjadi perhatian ahli sumber daya air adalah Log-Pearson Type III. Langkah
penggunaan distribusi Log-Pearson III yaitu sebagai berikut:
• Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X=logX
• Hitung harga rata-rata
8
• Curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu adalah Antilog Xt
9
k = faktor ekivalensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dna tipe distribusi
frekuensi
Untuk menghitung frekuensi digunakan rumus :
Dimana :
K = faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe distribusi
frekuensi
Yn = Reduce variant sebagai fungsi dari banyaknya data n. Reduced Mean Yn
dapat dilihat pada tabel.
Sn = Reduce standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n. Reduced
Deviation Sn dapat dilihat pada Tabel.
Dengan substitusi ketiga persamaan diatas diperoleh persamaan :
10
2.2.2.3. Intensitas Hujan
Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan ( I ) didalam rumus rasional dapat dihitung
dengan rumus :
Dimana :
R24 : Curah hujan rancangan setempat dalam mm
Tc : lama waktu konsentrasi dalam jam
I : intensitas hujan dalam mm/jam
Dalam perhitungan nilai R didapat dari hasil akhir pengerjaan gumbel, dan untuk nilai
tc ditetapkan dengan nilai 6 jam.
11
BAB III
60
Saluran 1
3.1.1.2 Q2 adalah debit kedua atau saluran kedua
60 00 60
Saluran 2
12
3.1.1.3 Q3 adalah debit ketiga atau saluran ketiga
70
9
Saluran 3 (Q3)
3.1.1.4 Q4 adalah debit keempat atau saluran keempat
Saluran 4
00
(Q4)
70
70
Saluran 5
00
(Q5)
13
3.1.2 Perhitungan Debit Existing
if = 2%
Q B H n A R Q ( cm3/s) Q (m3/s)
1 60 50 0,013 3000 18,8 232596,8091 0,232596809
2 60 60 0,107 3600 20 35409,82806 0,035409828
3 95 70 0,013 6650 28,3 679310,4969 0,679310497
4 60 80 0,015 4800 21,8 357004,2687 0,357004269
5 70 100 0,015 7000 25,9 584418,2152 0,584418215
14
3.1.3 Rata-rata Hujan dalam Tahun
Tujuan pengukuran curah hujan rancangan adalah untuk mendapatkan curah
hujan periode ulang tertentu yang akan digunakan untuk mencari debit rancangan.Dari
perhitungan parameter pemilihan distribusi curah hujan, untuk menghitung curah
hujan rencana digunakan metode Distribusi Log Pearson Tipe III dan metode Gumbel
a. Metode Log-Person III
No. Xi Log Xi Log Xi - Log Xi (Log Xi - Log Xi)² (Log Xi - Log Xi)³
1 70,00 1,845 1,845 3,404 6,2814
2 73,00 1,863 1,863 3,472 6,4694
3 36,00 1,556 1,556 2,422 3,7695
4 152,00 2,182 2,182 4,760 10,3865
5 78,00 1,892 1,892 3,580 6,7737
6 98,00 1,991 1,991 3,965 7,8952
7 84,00 1,924 1,924 3,703 7,1253
8 64,00 1,806 1,806 3,262 5,8923
9 77,00 1,886 1,886 3,559 6,7137
10 82,00 1,914 1,914 3,663 7,0097
Rata - rata 1,886 jumlah 35,791 68,3168
b. Metode Gumbel
15
I : intensitas hujan dalam mm/jam
Diketahui:
Data pada Perhitungan:
X = 82,667
S = 199,522
Data pada kala ulang 2 tahun
Yt = 0,367
Yn = 0,495
Sn = 0,9496
R24 = X + Sx (Yt-Yn)
Sn
= 82,667 + 199,522 0,367 - 0,495
0,9496
= 55,77
I = 55,77 24 ^0,67
24 0,053
= 139,86
16
3.1.6 Koefisien Limpasan
17
3.3 Pebandingan Debit Existing dan Hidrologi
Q.Existing Q. Hidrologi Status
Q Selisih
(Q. Rencana) (Q. Desain)
18
Keterangan
B=46
H=80
N=0.015
(𝐵 𝑥 𝑚ℎ)ℎ
R=
𝐵+2 ℎ√𝑚³+1
(46 𝑥 20,25𝑥80)80
=
46 + 2 𝑥80√20,253 + 1
= 407,5784 cm
1
Q= 𝐴 (𝑅)2/3(𝑖𝑓)1/2
𝑛
1
= 5961600 (407,5784)0,67(3%)0,5
0,015
= 3860767990 cm3/dtk
= 3860,768 m3/dtk
C tambahan = 0.469099822
Q = 0.44281128
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan :
a. Menghitung luas pengaruh masing-masing daerah :
b. Menentukan hujan rata rata sepanjag tahun dan hujan maksimal rata-rata dengan
menggunakan data curah hujan.
c. Menggunkan data hujan maksimal rata-rata untuk menghitung hujan rancangan
dengan metode Log person type III atau Gumbel
d. Menghitung intensitas hujan menggunkan data curah hujan rancangan dengan
periode ulang 2 tahun.
e. Menghitung debit hujan rancangan dengan rumus : Q = c . I . A
20