Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

DRAINASE PERKOTAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Drainase Perkotaan

Oleh :

Ardi Pati Prawirayuda Sunbanu 211222018153385


Shella Risky Meilani 211222018153508
Hendri Tri Saputra 211222018153505
Manuel Freitas 211222018253700
Ariyanto Marselius Bria 211222018153643
Alexandro Eltari Bere 191222018152480

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Drainase Perkotaan

Oleh :

Ardi Pati Prawirayuda Sunbanu 211222018153385


Shella Risky Meilani 211222018153508
Hendri Tri Saputra 211222018153505
Manuel Freitas 211222018253700
Ariyanto Marselius Bria 211222018153643
Alexandro Eltari Bere 191222018152480

Malang, 10 November 2023

Disetujui oleh :
Dosen Mata Kuliah Drainase Perkotaan

Ir. Riman, MT

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan.
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Drainase perkotaan di bawah bimbingan bapak Ir. Riman, MT pada Fakultas Teknik
Universitas Widyagama Malang. Serta sebagai motivasi penulis sehingga mampu memahami
segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, sehingga pelaksanaan dan penulisan laporan ini dapat berjalan dengan
lancar.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan Laporan ini.
Sebagai manusia biasa saya merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena itu saya
mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya. Amin

Malang, 10 November 2023

Hormat kami

Penyusun.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 1
1.3 Identifikasi Masalah .................................................................................................... 1
1.4 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Drainase..................................................................................................... 2
2.2. Analisis Hidrologi ....................................................................................................... 7
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ................................................................. 12
3.1 Analisis Debit Existing.............................................................................................. 12
3.2 Analisis Debit Hidrologi ........................................................................................... 14
3.3 Pebandingan Debit Existing dan Hidrologi ............................................................... 18
3.4 Perhitungan debit tambahan ...................................................................................... 18
BAB IV .................................................................................................................................... 20
PENUTUP................................................................................................................................ 20
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
Aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus Ada
sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut Genangan
air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak Akan menimbulkan
dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas Masyarakat tidak akan
terganggu.

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang Sehat,
apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat
mengerti dan memahami sistem drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa
mengaplikasikannya di lapangan.
Tujuan dari tugas untuk memberikan persoalan kepada mahasiswa sedemikian
rupa sehingga mahasiswa tersebut dapat atau mampu untuk merancang sistem
penyaluran air hujan, dimana perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan
rancangan disesuaikan dengan kriteria disain (berdasarkan literature) dan
mempresentasikannya rancangan tersebut dalam bentuk gambar teknik yang memenuhi
kaidah-kaidah perencanaan.
1.3 Identifikasi Masalah
Ruang lingkup dari tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis curah hujan.
• Menghitung hujan rata-rata da hujan maksimum tahunan.
• Menghitung intensitas hujan.
• Merencanakan drainase tambahan

1.4 Rumusan Masalah


Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat
mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
1. Debit air hujan yang masuk ke saluran ?
2. Bagaimana menganalisis drainase tambahan?

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Drainase
Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistim-sistim
yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah
permukaan tanah.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah,
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah
atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk suplai air demi
pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik
pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya
dengan aspek kehidupan yang berada di dalam kawasan perkotaan.
2.1.1. Jenis-jenis drainase
1. Land dan smoothing
Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing
(Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin yang
berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase
permukaan. Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran
drainase permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%,
dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa
dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu. Untuk
efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan
merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan
bantuan peralatan pengukuran tanah Pada tanah cekungan, air yang tak berguna
dialirkan secara sistematis melalui :
• Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal
(shallow random field drains).
• Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
• Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm Lebih
dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran Pembuangan
utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak
Memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa
2. Drainase acak (Random Field Drains)
Merupakan pengelolaan untuk mengatasi masalah cekungan dan lubang – Lubang
tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan
kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal
ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa

2
merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas,
biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas
penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk
mengurangi kedalaman Saluran drainase.
3. Drainase Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan
kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa digunakan. System drainase
ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang
kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran
drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus
dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum
kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system saluran
drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan
dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman
pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila
dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit.
Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem
bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena
jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar
bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m.
Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada
tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah
1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa,
bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel,
2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran
diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan
pada saat pemeliharaan saluran.

4. Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat Yang
konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus Menggali
tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang Disebut mol
yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada Kedalaman dangkal.
Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat Expander yang gunanya untuk
memperbesar dan memperkuat bentuk lubang Tidak semua daerah terdapat usaha-

3
usaha pertanian atau perkebunan Memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada
daerah-daerah pertanian Dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan
berikut :

• Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman Akan air.
• Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
• Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian
yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari
segi teknis, ekonomis maupun sosial. Jenis drainase dapat dikelompokan
berdasarkan cara terbentuknya, system pegalirannya, tujuan/sasaran
pembuatannyaa, tata letaknya, fungsinya, dan kontruksinya. Berikut ini
merupakan pejelasan jenis drainase berdsarkan pengelompokan tersebut.

1. berdasarkan cara terbentuknya :


a. Drainase alamiah (natural drainage), terbentuk melalui proses Alamiah yang
berlangsung lama.

b. Drainase buatan (artificial drainage), dibuat dengan maksud tertentu dan


merupakan hasil rekayasa berdasarkan hasil hitunganhitungan yang
dilakukan dalam upaya penyempurnaan atau melengkapi kekurangan
sisterm drainase alamiah.

4
2. Drainase berdasarkan sistem pengalirannya
a. Drainase dengan sistem jaringan, suatu system pengeringan atau Pengaliran air
pada suatu kawasan yang dilakukan dengan Mengalirkan air melalui system tata
saluran dengan bangunan pelengkapnya.

b. Drainase dengan sistem resapan, suatu system pengeringan air dengan jalan
meresapkan air kedaalam tanah.

3. Drainase bedasarkan tujuan atau sasaran pembuatannya:


a. Drainase perkotaan, adalah system drainase dalam wilayah Administrasi kota
dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi Untuk mengendalikan atau
mengeringkan kelebihan air permukaan Didaerah pemukiman yang bersal dari
hujan local.

5
b. Drainase daerah pertanian, pengeringan air didaerah pertanian seperti di
pesawahan yang bertujuan untuk mencegah kelebihan air agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman.

c. Drainase jalan raya, pengeringan atau pengaliran air dipermukaan jalan raya
yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan jalan dan menghindari
kecelakaan lalu lintas.

4. Drinase berdasarkan fungsinya :


• Drainase single purpose, drainase yang berfunsi mengalirkan satu jenis air
buangan misalnya air hujan atau limbah.
• Drainase multy purpose, drainase yang berfungsi mengalirkan lebih

• dari satu jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergntian misal
campuran air hujan dan air limbah.

5. Drainase berdasarkan kontruksinya:


• Drainase saluran terbuka, sistem saluran yang permukaan airnya terpengaruhi
udara luar (atmosfir).
• Drainase saluran tertutup, system saluran yang permukaan airnya tidak
terpengaruhi udara luar (atmosfir).

6
2.1.2. Tujuan Sistem Drainase
Secara umum tujuan system drainase yaitu sebagai berikut:
1. Secepat mungkin membuang air hujan yang sudah berbahaya atau
mengganggu lingkungan menuju badan air penerima tanpa mengakibatkan
erosi, endapan, atau penyebaran populasi.
2. Tidak terjadi genangan, banjir, terutama pada daerah yang selalu mengalami
banjir setiap musim hujan.
3. Sebagai konservasi sumber daya air permukaan atau air tanah

2.2. Analisis Hidrologi


2.2.1. Analisis Hujan
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi
hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat
berfariasi terhadap tempat (space), maka untk kawasan yang luas, satu alat
penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. menurut
Suripin (2004:26-28), ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam
menghitung hujan rata-rata kawasan, yaitu:
1. Rata-rata al jabar
2. Ishoyet
3. Polygon thiessen
Cara ini sering dikenal juga sebagai cara rata-rata timbang (weighted mean).
diasumsikan bahwa variasi hujan antar pos yang satu dengan lainya adalah
linier dan bahwa sembarang pos dianggap dapat mewakili kawasan terdekat.
Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500-5.000 km2, jumlah pos
penakar hujan terbatas dibandingkan luasannya. Hujan rata-rata dapat dihitung
dengan persamaan berikut:

Dimana :
P1,P2,.....,Pn. = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,…,n
A1,A2,. ... ,An = luas areal polygon 1,2,….,n
N = banyaknya pos penakaran hujan
2.2.2. Analisis Frekuensi
Menurut Suripin (2004: 32), tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi
kejadian melalui penerapan distribusi kemungkinan. Frekuensi hujan adalah besarnya
kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kata-ulang
(return period) adalah wktu hipotetik dimana hujan dengan sustu besaran tertentu akan
disamai atau dilampaui.

7
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakaran
hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Ada dua macam seri data yang
dipergunakan dalam analisis frekuensi, pertama yaitu data maksimum tahunan dimana
tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap berpengaruh pada
analisis selanjutnya. Kedua, seri parsial yaitu dengan menetapkan suatu besaran tertentu
sebagai batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah
tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan yang
paling banyak digunakan dalam ilmu hidrologi yaitu: Distribusi Normal, distribusi Log
Normal, Distribusi Log-Pearson III, dan Distribusi Gumbel.
2.2.2.1. Distribusi Log-Pearson III

Salah satu disribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangka Pearson Yang
menjadi perhatian ahli sumber daya air adalah Log-Pearson Type III. Langkah
penggunaan distribusi Log-Pearson III yaitu sebagai berikut:
• Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X=logX
• Hitung harga rata-rata

LogXt = Logx + G.Sd


Dimana :
Xi = curah hujan rancangan
Log X = rata-rata logaritma dari hujan maksimum tahunan
Sd = simpangan baku
G = konstanta (dari tabel) dengan harga G diperoleh berdasarkan harga Cs dan
tingkat probabilitasnya.

8
• Curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu adalah Antilog Xt

2.2.2.2. Distribusi Gumble

Menurut GUMBEL (1941 ), persoalan tertua yang berhubungan dengan harga-harga


ekstrim adalah datang dari persoalan banjir. Tujuan dari statistic harga-harga ekstrim
adalah untuk menganalisa hasil pengamatan harga-harga ekstrim tersebut untuk
meramal harga-harga ekstrim berikutnya.
• Persamaan Metode E.J. Gumbel adalah sebagai berikut :

9
k = faktor ekivalensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dna tipe distribusi
frekuensi
Untuk menghitung frekuensi digunakan rumus :

Dimana :
K = faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe distribusi
frekuensi
Yn = Reduce variant sebagai fungsi dari banyaknya data n. Reduced Mean Yn
dapat dilihat pada tabel.
Sn = Reduce standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n. Reduced
Deviation Sn dapat dilihat pada Tabel.
Dengan substitusi ketiga persamaan diatas diperoleh persamaan :

10
2.2.2.3. Intensitas Hujan

Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan ( I ) didalam rumus rasional dapat dihitung
dengan rumus :

Dimana :
R24 : Curah hujan rancangan setempat dalam mm
Tc : lama waktu konsentrasi dalam jam
I : intensitas hujan dalam mm/jam
Dalam perhitungan nilai R didapat dari hasil akhir pengerjaan gumbel, dan untuk nilai
tc ditetapkan dengan nilai 6 jam.

11
BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Perencanaan suatu pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi yang
jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diolah sehingga diketahui sifat dan
karakteristik yang ada, kemudian dilakukan analisa untuk pemecahan masalah dari data
tersebut.
Berikut adalah lokasi survei yaitu pada Jalan Taman Borobudur Indah No 1
Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.

3.1 Analisis Debit Existing


3.1.1 Data Debit Existing
3.1.1.1 Q1 adalah debit pertama atau saluran pertama
0

60

Saluran 1
3.1.1.2 Q2 adalah debit kedua atau saluran kedua

60 00 60

Saluran 2
12
3.1.1.3 Q3 adalah debit ketiga atau saluran ketiga

70
9

Saluran 3 (Q3)
3.1.1.4 Q4 adalah debit keempat atau saluran keempat

Saluran 4
00

(Q4)
70

3.1.1.5 Q5 adalah debit kelima atau saluran kelima

70

Saluran 5
00

(Q5)

13
3.1.2 Perhitungan Debit Existing

if = 2%
Q B H n A R Q ( cm3/s) Q (m3/s)
1 60 50 0,013 3000 18,8 232596,8091 0,232596809
2 60 60 0,107 3600 20 35409,82806 0,035409828
3 95 70 0,013 6650 28,3 679310,4969 0,679310497
4 60 80 0,015 4800 21,8 357004,2687 0,357004269
5 70 100 0,015 7000 25,9 584418,2152 0,584418215

3.2 Analisis Debit Hidrologi

3.1.2 Data Hujan Harian Maksimum


Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember MAKS
2012 53 42 70 42 33 24 5 - 18 27 42 45 70
2013 18 6 6 8 20 4 - 2 3 6 66 73 73
2014 23 36 12 7 8 3 1 3 2 n.a 5 22 36
2015 59 32 152 68 58 9 33 39 52 32 131 45 152
2016 50 75 78 52 68 5 1 - 2 26 53 52 78
2017 43 85 56 22 8 4 - 4 - 35 39 98 98
2018 46 33 64 31 29 84 28 0 - 35 29 79 84
2019 24 46 36 52 64 0 44 0 0 0 19 28 64
2020 31 40 35 19 26 26 14 56 22 77 17 41 77
2021 37 48 29 12 82 20 17 36 10 13 36 21 82

14
3.1.3 Rata-rata Hujan dalam Tahun
Tujuan pengukuran curah hujan rancangan adalah untuk mendapatkan curah
hujan periode ulang tertentu yang akan digunakan untuk mencari debit rancangan.Dari
perhitungan parameter pemilihan distribusi curah hujan, untuk menghitung curah
hujan rencana digunakan metode Distribusi Log Pearson Tipe III dan metode Gumbel
a. Metode Log-Person III

No. Xi Log Xi Log Xi - Log Xi (Log Xi - Log Xi)² (Log Xi - Log Xi)³
1 70,00 1,845 1,845 3,404 6,2814
2 73,00 1,863 1,863 3,472 6,4694
3 36,00 1,556 1,556 2,422 3,7695
4 152,00 2,182 2,182 4,760 10,3865
5 78,00 1,892 1,892 3,580 6,7737
6 98,00 1,991 1,991 3,965 7,8952
7 84,00 1,924 1,924 3,703 7,1253
8 64,00 1,806 1,806 3,262 5,8923
9 77,00 1,886 1,886 3,559 6,7137
10 82,00 1,914 1,914 3,663 7,0097
Rata - rata 1,886 jumlah 35,791 68,3168

b. Metode Gumbel

No Tahun Curah Hujan (xi-x)^2


1 2012 70 9
2 2013 73 1369
3 2014 36 13456
4 2015 152 5476
5 2016 78 400
6 2017 98 196
7 2018 84 400
8 2019 64 169
9 2020 77 25
10 2021 82 535824
Jumlah 814 557324
Rata-rata 82,667
Standar Deviasi (S) 199,522

3.1.4 Perhitungan Intensitas Hujan


Menurut Dr. Mononobe Intensitas hujan (I) didalam rumus rasional dapat
dihitung dengan rumus
𝑅24 24 2/3
𝐼= ( )
24 𝑡𝑐
Dimana :
R24 : Curah hujan rancangan setempat dlaam mm = 105,72 mm
Tc : lama waktu konsentrasi dalam jam = 0,053 jam

15
I : intensitas hujan dalam mm/jam

Diketahui:
Data pada Perhitungan:
X = 82,667
S = 199,522
Data pada kala ulang 2 tahun
Yt = 0,367
Yn = 0,495
Sn = 0,9496

R24 = X + Sx (Yt-Yn)
Sn
= 82,667 + 199,522 0,367 - 0,495
0,9496
= 55,77

tc = 0,0195 (L) ^0,77 (S) ^-0,385


= 0,0195 104,86 ^0,77 2% ^-0,385
= 3,16233 menit
= 0,053 jam

I = 55,77 24 ^0,67
24 0,053
= 139,86

3.1.5 Luasan Debit Pengaruh

16
3.1.6 Koefisien Limpasan

17
3.3 Pebandingan Debit Existing dan Hidrologi
Q.Existing Q. Hidrologi Status
Q Selisih
(Q. Rencana) (Q. Desain)

Q1 0,2303353 0,0859533 0,144382 Cukup

Q2 0,2206591 0,04942873 0,17123037 Cukup

Q3 0,6717832 0,17285819 0,49892501 Cukup

Q4 0,3533545 0,16092185 0,19243265 Cukup

3.4 Perhitungan debit tambahan

18
Keterangan
B=46
H=80
N=0.015

(𝐵 𝑥 𝑚ℎ)ℎ
R=
𝐵+2 ℎ√𝑚³+1

(46 𝑥 20,25𝑥80)80
=
46 + 2 𝑥80√20,253 + 1
= 407,5784 cm
1
Q= 𝐴 (𝑅)2/3(𝑖𝑓)1/2
𝑛
1
= 5961600 (407,5784)0,67(3%)0,5
0,015

= 3860767990 cm3/dtk
= 3860,768 m3/dtk

Debit Tambahan Area Koef


Gedung 6851.21 m2 0.7
Paving 4240.49 m2 0.5
Taman 4640.96 m2 0.1
Total 15732.66m 2

C tambahan = 0.469099822

Q = 0.44281128

19
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan :
a. Menghitung luas pengaruh masing-masing daerah :

b. Menentukan hujan rata rata sepanjag tahun dan hujan maksimal rata-rata dengan
menggunakan data curah hujan.
c. Menggunkan data hujan maksimal rata-rata untuk menghitung hujan rancangan
dengan metode Log person type III atau Gumbel
d. Menghitung intensitas hujan menggunkan data curah hujan rancangan dengan
periode ulang 2 tahun.
e. Menghitung debit hujan rancangan dengan rumus : Q = c . I . A

20

Anda mungkin juga menyukai