Anda di halaman 1dari 31

TUGAS BESAR

INFRASTRUKTUR WILAYAH DAN KOTA

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Mirtha Firmansyah S.T.,


M.T.

Disusun Oleh Kelompok 5


Nama Anggota :
Priska Dwi Marcella 171910501017
Khorina Dwi Disti Amalia 171910501020
Aurelia Zara adella 171910501028
Wulida Putri Romadona 171910501041
Cantya Khansa Harmadi 171910501055

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa, tugas besar mata kuliah ”Infrastruktur Wilayah dan Kota” ini dapat
terselesaikan. Tujuan dibuatnya tugas ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan Dosen pengajar pada program studi Perencanaan Wilayah Kota
Universitas Jember”
Dalam penyelesaian penulisan ini, penulis banyak menerima bantuan,
bimbingan, serta dorongan yang sangat berharga dan bermanfaat dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan
terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu menyusun makalah ini,
yaitu diantaranya : kepada Bapak Mirtha Firmansyah S.T., M.T selaku Dosen
Mata Kuliah Infrastruktur Wilayah dan Kota, orang tua dan keluarga yang telah
memberi dukungan baik materil/non materil serta rekan-rekan yang telah
memberikan dukungan dan aspirasi demi terciptanya Makalah ini.
Tugas ini masih belum sempurna disebabkan karena terbatasnya
kemampuan pengetahuan baik teori maupun praktek. Dengan demikian kelompok
ini mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna
memperbaiki dan menyempurnakan penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan kelompok ini guna
tercapainya sebuah makalah yang baik. Kiranya Yang Maha Esa tetap menyertai
kita sekalian, dengan harapan pula agar karya ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkannya.

Jember, 20 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR .............................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.1 Hirarki Susunan Saluran .............................................................................. 14
Gambar 2.2 Jaringan drainase siku .................................................................................. 14
Gambar 2.3Jaringan drainase paralel ............................................................................... 15
Gambar 2.4 Jaringan drainase grid iron ........................................................................... 15
Gambar 2.5 Jaringan drainase alamiah ............................................................................. 15
Gambar 2.6 Jaringan drainase radial ................................................................................ 16
Gambar 2.7 Pola drainase jaring-jaring ............................................................................ 17
Gamar 3.1Peta guna lahan Jl. Parangtritis ........................................................................ 18
Gambar 3.2 Peta topografi Jl. Parangtritis ........................................................................ 19
Gambar 3.3 Kondisi jalan ................................................................................................ 20
Gambar 3.4 Kondisi drainase Jl. Parangtritis .................................................................. 22
Gambar 3.5 Jenis drainase Jl. Parangtritis ........................................................................ 23
Gambar 3.6 Volume air drainase ..................................................................................... 25
Gambar 3.7 Peta jaringan drainase ................................................................................... 29
BAB I ................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 6
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 6
1.4 Ruang Lingkup ....................................................................................................... 6
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ...................................Error! Bookmark not defined.
1.5 Sistematika Laporan ............................................................................................... 7
BAB II ................................................................................................................................. 8
TINJAUAN TEORI DAN STANDAR NASIONAL .......................................................... 8
2.1 Standar Nasional Indonesia 02-2406-1991Tentang Tata Cara Perencanaan
Umum Drainase Perkotaan ................................................................................................ 8
Standar Nasional Indonesia 03-3424-1994 Tentang Tata Tata cara perencanaan
drainase permukaan jalan .................................................................................................. 9
2.2 Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 Tentang Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan................................................................................. 9

3
2.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan ........................... 10
2.4 Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya 2012 ............................... 10
2.5 Peratuan Menteri Dalam Negeri No. 32 tahun 2006 .............................................. 11
BAB III .............................................................................................................................. 17
GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN ................................................... 18
3.1 Aspek Fisik Dasar dan Tata Guna Lahan ................................................................... 18
3.2 Aspek Drainase ......................................................................................................... 22
BAB IV .............................................................................................................................. 29
EVALUASI PENYEDIAAN AIR BERSIH ..................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 31

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring bertambahnya tahun, kehidupan di dunia ini semakin


berkembang pesat. Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang
cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk
kebutuhan perumahan kawasan jasa/industry yang selanjutnya menjadi
kawasan terbangun. Kualitas akan kebutuhan hidup semakin tinggi
menunjukkan grafik yang meningkat sehingga di butuhkan pembangunan
tempat tinggal yang banyak guna memenuhui kebutuhan hidup. Maka
pada setiap pembangunan membutuhkan adanya saluran drainase sebagai
syarat tempat tinggal guna memenuhi kebutuhan masyarakat, dan juga
salah satu komponen penting infrastuktur perkotaan yang menangani
masalah banjir dan genangan air (Pania, 2013).
Drainase merupakan sebuah sistem yang di buat untuk menangani
persoalan kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah maupun yang
berada dibawah permukaan tanah terutama untuk menyalurkan air hujan.
Sistem ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan
lingkungan yang sehat, apalagi daerah yang berpenduduk padat seperti di
perkotaan. Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang
dirancang sebagai system guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan
infrstruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Kelebihan air biasanya disebabkan
karena adanya intensitas hujan yang tinggi atau akibat hujan yang tidak
kunjung berhenti. Jaringan drainase semestinya dirancang untuk
menampung debiat aliran air yang normal, terutama pada saat musim
hujan. Artinya kapasitas saluran drainase sudah diperhitungkan untuk

5
dapat menanmpung air yang terjadi sehingga kawasan yang di maksud
tidak mengalami genangan atau banjir.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Kondisi Drainase di JL. Parangtritis?
b. Apa saja permasalahan yang dialami drainase dikoridor JL. Parangtritis?
c. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang dialami drainase dikoridor
JL. Parangtritis?
d. Apa saja faktor yang mempengaruhi munculnya masalah yang dialami
drainase dikoridor JL. Parangtritis?
e. Apa saja potensi yang terletak pada drainase dikoridor JL. Parangtritis?

1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk mengerti dan
memahami sistem drainase. Terutama engetahui keadaan saluran drainase
(pembuangan) pada koridor Jl.Parangtritis kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember dan memetakannya.

1.4 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah studi yang kami bahas di dalam makalah ini yaitu


sepanjang Jl. Parangtritis. Jalan Parangtritis lokasinya berada pada
Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember, letaknya
tidak terlalu jauh dari pusat kota.

6
1.5 Sistematika Laporan
Penulisan laporan ini di dalamnya terdapat sistematika penulisan yang terdiri
dari 4 bab. Sistematika penulisannya sebagai berikut:
 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan sistematika
penulisan.
 BAB II Tinjauan Teori
Bab ini mencakup Teori dan Standar Nasional
 BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN
Bab ini mencakup aspek fisik dasar tata guna lahan, aspek jaringan jalan, dan
aspek bangunan.
 BAB IV Evaluasi Penyediaan Air Bersih
Bab ini mencakup evaluasi tentang

7
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN STANDAR NASIONAL

2.1 Standar Nasional Indonesia 02-2406-1991Tentang Tata Cara


Perencanaan Umum Drainase Perkotaan

Standar ini berisi acuan tata cara perencanaan umum Drainase


Perkotaan yang dapat digunakan untuk memperoleh hasil perencanaan
drainase perkotaan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan teknik-teknik
perencanaan. Dalam SNI ini, dijabarkan mengenai pengertian Drainase,
antara lain:
1. Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengallirkan air permukaan
ke badan air dan atau ke bangunan resapan buatan
2. Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi
mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu
masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan hidup manusia
3. Sistem drainase utama adalah sistem drainase perkotaan yang
melayani kepentingan sebagian kecil warga masyarakat
4. Sistem drainase lokal adalah sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat
5. Sistem drainase terpisah adalah sistem drainase yang mempunyai
jaringan saluran pembuanngan yang terpisah untuk permukaan air atau
limbah
Landasan perencanaan didasarkan pada konsep kelestarian
lingkungan konservasi sumber daya air, yaitu pengendalian air hujan agar
lebih banyak meresap ke dalam tanah dan mengurangi aliran permukaan.
Jika mengacu pada standar, tahapan pertama yang harus dilakukan adalah
dengan membuat rencana induk, studi kelayakan, perencanaan detail yang
diasarkan pada pertimbangan teknik, sosial ekonomi, finansial, dan
lingkungan.

8
2. 2 Standar Nasional Indonesia 03-3424-1994 Tentang Tata Tata cara
perencanaan drainase permukaan jalan

Dalam Standar Nasional Indonesia 03-3424-1994 Tentang Tata


Tata cara perencanaan drainase permukaan jalan, tercantum persyaratan-
persyaratan pembuatan drainase, antara lain:

1. Perencanaan drainase harus sedemikian rupa, sehingga fungsi


fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi, dan
pembuangan air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil
guna.
2. Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus
mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor keamanan
3. Perencanan drainase harus dipertimbangkan pula segi
kemudahan dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem
drainase tersebut
4. Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-
sungai pengumpul drainase
5. Perencanaan dainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase
areal, tetapi harus diperhatikan dalam perencanaan terutama
untuk tempat air keluar.

2.3 Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 Tentang Perencanaan


Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Dalam SNI 03-1733-2004, dijelaskan bahwa lingkungan


perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan yang telah berlaku. Dalam
SNI tersebut juga dijelaskan bahawa lingkungan permukiman harus
dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a) septik tank;
b) bidang resapan;
c) jaringan pemipaan air limbah.

Persyaratan, kriteria dan kebutuhan Lingkungan perumahan harus


dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang memenuhi
ketentuan perencanaan plambing yang berlaku. Apabila kemungkinan
membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus

9
dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus
dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan
cara pengolahan lain. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat
bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan
bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

2.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor


12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan

Permen PU No. 12/PRT/M/2014 menjelaskan bahwa dalam rangka


mengalirkan kelebihan air yang berasal dari air hujan agar tidak terjadi
genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu, perlu dibuat suatu
sistem pengeringan dan pengaliran air yang baik. Penyelenggaraan sistem
drainase menganut sistem pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan
pengumpul air limbah pada wilayah perkotaan.
Sistem Drainase perkotaan terdiri atas:
a. Sistem Teknis
b. Sistem Non-Teknis

Sistem teknis drainase merupakan jaringan drainase yang terdiri


dair saluran induk atau primer, saluran sekunder, tersier, lokasl, bangunan
resapan, bangunan tampungan, serta sarana pelengkap yang berhubungan
secara sistematis antara satu dengan yang lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan sistem non teknis adalah, dukungan terhadap sistem teknis
drainase seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sistem non teknis
terkait dengan pembiayaan, peran masyarkat, peraturan perundang-
undangan, institusi, sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan
lingkungan permukiman.

2.5 Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan


Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya 2012

Konsep pendekatan pembangunan drainase perkotaan didasari pada


masalah yang muncul akibat berkurangnya daerah resapan air, sehingga
berdampak pada rendahnya kemampuan drainase perkotaan dan kapasitas
sarana serta prasarana pengendali banjir. Sehingga munculan konsep
pembangunan drainase berwawasan lingkungan.
Adapun konsep drainase berwawasan lingkungan terdiri atas:

a. Drainase Pengatusan
Pada setiap proyek drainase, dilakukan upaya untuk
membuat alur-alur saluran pembuang dari titik genangan ke arah
sungai dengan kemiringan yang cukup untuk membuang sesegera

10
mungkin air genangan tersebut. Drainase pengatusan semacam ini
adalah drainase yang lahir sebelum pola pikir komprehensif
berkembang, dimana masalah genangan, banjir, kekeringan dan
kerusakan lingkungan masih dipandang sebagai masalah lokal dan
sektoral yang bisa diselesaikan secara lokal dan sektoral pula tanpa
melihat kondisi sumber daya air dan lingkungan di hulu, tengah
dan hilir secara komprehensif.

b. Drainase Ramah Lingkungan (Eko-Drainase)


Dengan adanya konsep pembangunan berkelanjutan, maka
dibutuhkan adanya perubahan konsep drainase menuju konsep
drainase ramah lingkungan, yang mendukung program
berkelanjuran. Drainase ramah lingkungan merupakan suatu upaya
untuk mengelola air hujan yang berlebih dengan berbagai cara agar
nantinya air tersebut dapat digunakan kembali. Dengan konsep
drainase ramah lingkungan, maka kelabihan air hujan tidak akan
langsung terbuang ke drainase alami seperti sungai, namun akan
ditampung ke dalam suatu wadah, dan air tersebut dapat digunakan
pada musim berikutnya.

c. Drainase Ramah Lingkungan dan Perubahan Iklim


Perubahan iklim merupakan sesuatu yang harus dihindari.
Dampak perubahan iklim dapat diatasi dengan pembangunan
drainase yang berwawasan lingkungan. Sama seperti konsep
sebelumnya, drainase yang sesuai untuk menangani permasalahan
perubahan iklim adalah drainase ramah lingkungan, untuk menjaga
sumber daya agar dapat digunakan secara berkelanjutan.

2.6 Peratuan Menteri Dalam Negeri No. 32 tahun 2006

Dalam Pemendagri No. 32 Tahun 2006 berisi tentang Petunjuk


Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang
Berdiri Sendiri. Pasal 97, 98, 99 dan 1000 pada paragraf kedua,
menjelaskan tentang prasarana drainase di Kasiba.
 Pasal 97 berbunyi:
“Jaringan primer dan sekunder drainase harus mempunyai
kapasitas tampung yang cukup untuk menampung air yang
mengalir dari area Kasiba dan kawasan sekitarnya.”
 Pasal 98:
Saluran pembuangan air hujan dapat dibangun secara
terbuka dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dasar saluran terbuka ½ lingkaran dengan diameter
minimum 20 cm atau berbentuk bulat telur ukuran
minimum 20/30 cm;

11
b. Bahan saluran terbuat dari tanah liat, beton, pasangan
batu bata dan atau bahan lain;
c. Kemiringan saluran minimum 2 %;
d. Tidak boleh melebihi peil banjir di daerah tersebut;
e. Kedalaman saluran minimum 30 cm;
f. Apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap
perubahan arah harus dilengkapi dengan lubang
kontrol dan pada bagian saluran yang lurus lubang
kontrol harus ditempatkan pada jarak maksimum 50
(lima puluh) meter;
g. Saluran tertutup dapat terbuat dari PVC, beton, tanah
liat dan bahan-bahan lain; h. untuk mengatasi
terhambatnya saluran air karena endapan pasir/tanah
pada drainase terbuka dan tertutup perlu bak kontrol
dengan jarak kurang lebih 50 M dengan dimensi
(0,40x 0,40x 0,40) M3;
i. Setiap Kasiba perlu melestarikan dan menyediakan
kolam-kolam retensi dan sumur resapan pada titik-
titik terendah;
j. Penggunaan pompa drainase merupakan upaya
tambahan apabila ditemui kesulitan untuk mengalirkan
air secara gravitasi dan dapat juga digunakan untuk
membantu agar pengaliran air dalam saluran mengalir
lebih cepat.

2.7 Pedoman Perencanaan Siste Drainase Jalan Departemen Pekerjaan


Umum tahun 2006
Sistem drainase adalah serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan ke
badan air atau tempat resapan buatan. Bangunan sistem drainase dapat
terdiri dari saluran penerima, saluran pembawa air berlebih, saluran
pengumpul, dan badan penerima.
Perencanaan sistem drainase jalan didasarkan pada keberadaan air
permukaan dan bawah permukaan, sehingga perencanaan drainase jalan
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Drainase Permukaan
b. Drainase Bawah Permukaan
Perencanaan sistem drainase dimulai dengan memplot rute jalan
yang akan ditinjau di peta topografi, dan akan menentukan baatas-batas
daerah maupun data lain untuk mengetahui kapasitas kebutuhan. Sistem
drainase juga harus memperhatikan aliran air yang berada dibawah
maupun diatas permukaan.

12
Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan
limpasan air hujan di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar
tidak merusak konstruksi yang diakibatkan oleh volume air yang berlebih
dan menyebabkan erosi. Suatu sistem drainase jalan terdiri dari
kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan, saluran samping jalan,
drainase lereng, dan gorong-gorong.

2.8 Teori Drainase


Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks
pemanfaatan tertentu. Drainase perkotaan adalah ilmu yang diterapkan
mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan sosial yang ada di kawasan kota. Drainase perkotaan/terapan
merupakan sistem pengiringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang
meliputi :
1. Pemukiman
2. Kawasan Industri
3. Kampus dan Sekolah
4. Rumah Sakit & Fasilitas Umum
5. Lapangan Olahraga
6. Lapangan Parkir
7. Pelabuhan Udara
Drainase memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman.
2. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman,
lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian
lingkungan.
3. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang
menyebabkan bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit
lain, seperti: demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang
disebabkan kurang sehatnya lingkungan permukiman.
4. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain
jalan, kawasan permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan
serta gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.

2.8.1 Jenis Drainase Menurut Cara Terbentuknnya

13
a. Drainase Alamiah (Natural Drainage) Terbentuk secara alami,
tidak ada unsur campur tangan manusia serta tidak terdapat
bangunan-bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-
gorong dan lain-lain.
b. Drainase Buatan (Artificial Drainage) Dibentuk berdasarkan
analisis ilmu drainasi, untuk menentukan debit akibat hujan,
kecepatan resapan air dalam tanah dan dimensi saluran serta
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

2.8.2 Jenis Drainase Menurut Fungsi


a.Single Purpose Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja, misalnya air hujan atau jenis air buangan lain
seperti air limbah domestik, air limbah industry dan lain-lain.
b.Multy Purpose Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.

2.8.3 Drainase Menurut Konstruksi/ Jenisnya


a. Saluran Terbuka Saluran untuk air hujan yang terletak diarea
yang cukup luas.Juga untuk saluran air non hujan yang tidak
mengganggu kesehatan lingkungan.
b. Saluran Tertutup Saluran air untuk air kotor yang
mengganggukesehatan lingkungan. Juga untuk saluran dalam
kota.

2.8.4 Klasifikasi Saluran Drainase


Bila ditinjau deri segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem
drainase perkotaan diklassifikasikan atas saluran primer, sekunder,
tersier dan seterusnya.
1. Saluran Primer Saluran yang memanfaatkan sungai
dan anak sungai. Saluran primer adalah saluran utama
yang menerima aliran dari saluran sekunder.
2. Saluran Sekunder Saluran yang menghubungkan
saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan
beton/ plesteran semen).

14
3. Saluran Tersier Saluran untuk mengalirkan limbah
rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran,
pipa dan tanah.
4. Saluran Kwarter Saluran kolektor jaringan drainase
lokal.

Gambar2.1: Hirarki Susunan Saluran


Keterangan :
a = Saluran primer
b = Saluran sekunder
c = Saluran tersier
d = Saluran kwarter
2.8.5 Pola Drainase
1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah
kota. (Sidharta Karmawan, 1997)

Gambar 2.2: Jaringan Drainase Siku

15
2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang.Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila
terjadi perkembangan kot, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan
diri. (Sidharta Karmawan, 1997)

Gambar: Jaringan Drainase Paralel

3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terleteak di pinggir kota, sehingga
saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.
(Sidharta Karmawan, 1997)

Gambar 2.3: Jaringan Drainase Grid Iron

4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya sungai pada pola alamiah lebih besar.
(Sidharta Karmawan, 1997)

Gambar 2.4: Jaringan Drainase Alamiah

16
5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
(Sidharta Karmawan, 1997)

Gambar: Jaringan Drainase Radial

6. Jaring-Jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan
cocok untuk daerah dengan topografi datar. (Sidharta Karmawan, 1997)

1. Saluran Cabang adalah saluran yang berfungsi sebagai


pengumpul debit yang diperolah dari saluran drainase yang lebih
kecil dan akhirnya dibuang ke saluran utama.
2. Saluran Utama adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa
air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus
membahayakan daerah yang dilaluinya.

Gambar 2.5: Pola Drainase Jaring-Jaring

17
BAB III

GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN

3.1 Aspek Fisik Dasar dan Tata Guna Lahan


Aspek fisik dasar merupakan aspek yang ada pada suatu
kawasan yang kaitannya dengan keadaan geologi, topografi,
vegetasi , hidrologi dan klimatologi. Sedangkan pola tata guna
lahan meliputi pengaturan penggunaan tanah dan ruang. Kepastian
penggunaan tata guna lahan merupakan faktor keteraturan struktur
kota baik fisik maupun non-fisik.

3.1.1 Tata Guna Lahan (Jenis, Penggunaan Lahan)


Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-
sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan
geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil
kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat
tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang
berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan
masa yang akan datang. (FAO dalam Sitorus, 2004).
Karakteristik penggunaan lahan sepanjang koridor
Jl.Parangtritis yang berada di Kelurahan Antirogo, Kecamatan
Sumbersari, Kabupaten Jember, didominasi oleh lahan pertanian
dan ruang terbuka hijau yang alami. Hal ini karena koridor tidak
berada di pusat kota sehingga penggunaan lahannya digunakan
permukiman dan pertanian.

18
Gambar 3.1: Peta Guna Lahan Jl. Parangtritis
Sumber: Survey Primer

3.1.2 Topografi (Peta)


Peta topografi merupakan peta khusus yang memberikan
informasi mengenai kenampakan alam atau tinggi rendahnya
bentuk permukaan bumi. Peta topografi merupakan peta yang tidak
kaya warna, karena informasi yang diberikan hanya sebatas
kenampakan alam.
Kabupaten Jember berada pada ketinggian 0-3.300 meter
diatas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian daerah perkotaan
kurang lebih 87 meter diatas permukaan laut. Sebagian besar
wilayah berada pada ketinggian antara 100-500 meter di atas
permukaan laut, yaitu 37,75%.

19
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jember skala 1:100.000
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung Tahun
1992) kondisi geologi jenis tanah di Kecamatan Balung adalah tuf/
vulkanis. Jenis tanah ini mudah meresap air, tetapi daya
menahan air sangat kurang sehingga mudah tererosi. Dengan
kondisi dataran yang rendah (kemiringan rata-rata muka tanah (0o –
2o) dengan ketinggian rata-rata 23 meter di atas permukaan laut
(mdpl).
Menurut Wekipedia Tuf atau batu putih, adalah jenis
batuan piroklastik yang mengandung debu vulkanik yang
dikeluarkan selama letusan gunung berapi. Dapat diartikan tanah
yang mengandung tanah vulkanik yang berasal dari muntahan
gunung adalah tanah yang sangat subur, sehingga cocok dijadikan
sebagai tempat perkebunan maupun pertanian, batuannya dapat
digunakan sebagai fondasi sebuah bangunan. Dengan begitu
masyarakat di desa balung banyak bermata pencarian sebagai
petani. (Berdasarkan Peta Geologi Kabupaten Jember).
Sedangkan ketinggian di daerah deliniasi yang berada di
kecamatan Sumbersari, berkisar antara 100-200 meter diatas
permukaan laut.

Gambar 3.2: Peta Topografi Jl. Parangtritis


Sumber: BPS Kabupaten Jember

20
3.1.3 Kondisi Jalan

Daerah penelitian berada di koridor Jl. Parangtritis,


Antirogo, yang terletak di Sumbersari, Jember. Jl. Parangtritis
merupakan jalan desa dengan panjang 1.2 km, dan luas 9.48 m.

Gambar 3.3: Kondisi Jl. Parangtirtis


Sumber: Survey Primer
Seperti yang terlihat di gambar diatas, kondisi jalan di
daerah penelitian dalam kondisi cukup baik. Jalan ini cukup luas
untuk dilewati kendaraan roda dua, dan roda empat, namun tidak
untuk kendaraan berkapasitas besar karena lebar jalannya tidak
memenuhi. Guna lahan di kanan dan kiri jalan di dominasi oleh
permukiman dan lahan pertanian. Selain itu, jalan ini juga
melewati dua aliran sungai kecil.

21
3.2 Aspek Drainase

3.2.1 Kondisi Drainase

Di daerah survey kami yang terletak di jalan. Parangtritis kelurahan


antirogo kecamatan sumbersari kabupaten jember provinsi jawa timur,
disepanjang jalan parangtritis terdapat saluran drainase, menurut pendapat
kami kondisi drainase di koridor jalan parangtritis sangat kurang baik dari
penggunaannya maupun dalam bentuk fisiknya. Jaringan drainasenya tidak
jelas, tidak merata dan tidak terawat sehingga mengakibatkan drainase di
kawasan tersebut tidak terbaca. Selain itu Drainase di kawasan parangtritis
berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah, bukan sebagai saluran air.

Drainase di koridor jalan parangtritis banyak yang tidak bisa digunakan


seperti halnya terdapat banyak sekali disepanjang drainase tertutup oleh
sampah dan tanah-tanah sehingga membuat aliran airnya menjadi tersumbat
dan mengakibatkan air didalam drainase tersebut tersumbat. Selain itu banyak
rumah yang membangun jembatan kecil diatas drainase, bahkan banyak yang
tidak memiliki drainase. disana juga terdapat sungai kecil yang
menghubungkan dengan drainasenya meskipun air dalam sungai tersebut
sedikit.

Gambar 3.4: Kondisi Drainase JL.Parangtritis

Sumber : Survey Primer

22
Gambar 3.5 : Kondisi Drainase JL.Parangtritis

Sumber : Survey Primer

3.2.2 Dimensi Drainase (PxLxT)

Di daerah survey kami yang terletak di jalan parangtritis terbilang kecil,


dikarenakan drainase paling lebar hanya berkisar 90cm, dengan ketinggian
sekitar 60cm. Mayoritas drainase di sepanjang jalan Parangtritis memiliki
panjang kurang lebih 7-13 meter. Drainase di sekotar jalan parangtritis di
dominasi oleh drainase terbuka, dan irigasi pertanian. Banyak dari drainase
tertutup di sekitar jalan parangtritis yang berupa penghubung antar rumah
warga dengan jalan, sehingga penutup drainase lebih bersungsi sebagai
jembatan.

23
Dimensi Drainase Sisi Kanan
Jenis Drainase Panjang Lebar Tinggi Kedalaman Air
Terbuka 108,6 m 70cm 20 cm X
Terbuka 9,8 m 70 cm 20 cm X
Terbuka 9,4 m 55cm 55 cm X
Tertutup 3,6 m - - X
Tertutup 2,3 m - - X
Tertutup 1,6 m - - X

Dimensi Drainase Sisi Kiri


Jenis Drainase Panjang Lebar Tinggi Kedalaman Air
Terbuka 22,3 m 70 cm 20 cm X
Terbuka 22,3 70 cm 20 cm 4
Terbuka 54,3 70 cm 20 cm X
Terbuka 7,3 m 70 cm 20 cm X
Terbuka 13,5 m 10,1 m X
(sungai)
Terbuka 15,5 m 90 cm 60 cm X
Terbuka 21,7 m 140 cm 60 cm X
Terbuka 38,40 m 140 cm 60 cm X
Terbuka 15 m 140 cm 60 cm X
Terbuka 4,1 m 140 cm 60 cm X
Tertutup 3,40 m - - X
Tertutup 4,5 m - - X
Tertutup 4m - - X
Tertutup 3,8 m - - X
Tabel 3.1: Data Drainase

Sumber: Survey Primer

3.2.3 Cakupan Drainase ( Jenis Drainase )

Di daerah survey kami yang terletak pada jalan parangtritis menggunakan


dua jenis drainase yaitu drainase terbuka dan drainase tertutup. Untuk drainase
terbuka, terlihat banyak sekali drainase yang tertutupi dengan sampah dan
tanah-tanah sehingga membuat drainase tersebut tersendat dan membuat air
yang seharusnya mengalir ke arah sungai menjaid tergenang. Selain itu,
terdapat dua aliran sungai yang melewati jalan ppranagtritis. Sungai tersebut
tergolong kecil dan lebih terlihat sebagai penampung sampah dibanding
penampung air. Untuk drainase tertutup di daerah tersebut terdapat pada depan

24
rumah warga sehingga jenis drainase tertutup disana digunakan sebagai area
masuk ke perumahan yang berada di belakang drainase .

Gambar 3.6: Jenis Drainase Jl. Parangtritis

Sumber: Survey Primer

25
3.2.4 Debit Drainase (volume)

Ketika survey di lakukan, tidak terlihat adanya volume air yang cukup
untuk dapat menghitung debit ait, hal ini dikarenakan kurangnya curah hujan.
Selain itu, banyak terdapat drainase yang tidak berfungsi sebagai penampung
air, melainkan penampung sampah. Mayoritas drainase yang diteliti sedang
dalam kondisi kering, tidak terdapat air sama sekali. Sekalipun ada, air yang
ditampung drainase memiliki kedalaman sekitar 1-2 cm.

Gambar 3.7: Volume Air Drainase

Sumber: Survey Primer

26
3.2.5 Masalah / Saran dan Kritik

Di koridor jalan parangtritis untuk drainasenya cukup kurang baik


dikrenakan tidak sesuai dengan SNI 02-2406-1991, tata cara perencanaan
umum drainase perkotaan, Disana juga banyak sekali sampah yang ada
didalam drainase sehingga menyebabkan saluran drainase menjadi tersumbat,
kemudian selain sampah juga banyak sekali tanah-tanah sampai menutupi
drainase tersebut, selain itu ukuran drainase yang kecil juga mempengaruhi
aliran air disana sehingga air tidak mengalir dengan baik, kemudian air yang
terdapat didalam drainase tersebut keruh dan cukup bau.bahkan untuk sekitar
area drainase di sana kotor.

Karena buruknya jaringan drainase di sekitar koridor penelitian,


masyarakat sekitar mengatakan bahwa sering terjadi banjir ketika musim
hujan dating. Hal ini terjadi karena jaringan drainase yang seharusnya
mengalirkan air, tersumbat akibat dari banyaknya masyarakat yang membuang
sampah di drainase. Ketika melakukan survey primer, kami menemukan
adanya masyarkat yang sedang membersihkan pekarangan rumah, dan sampah
yang telah dikumpulkan langsung dibuang ke dalam drainase di depan rumah.

Seharusnya diberikan penyuluhan kepada warga sekitar untuk berhenti


membuang sampah di drainase. Perilaku masyarakat yang membuang sampah
di drainase bisa jadi disebabkan oleh tidak adanya sistem pembuangan sampah
yang baik. Saat melakukan pengamatan, banyak masyarakat yang penasaran
dan menganggap bahwa drainase di daerah mereka akan dibangun. Hal ini
tentu menunjukkan antusiasme masyarakat, karena banjir yang selalu ada
setiap hujan lebat mengganggu.

Selain itu, sungai yang melewati Jl. Parangtritis sering digunakan oleh
masyarakat sekitar untuk kegiatan MCK (Mandi, cuci, kakus). Hal ini dapat
menyebabkan penyakit bagi masyarakat karena kondisi sungai yang dipenuhi
dengan sampah. Masyarakat terpaksa melakukan kegiatan tersebut di sungai
karena sulitnya air bersih. Dengan adanya sistem drainase yang mengusung
konsep ramah lingkungan dan berkelanjutan, tentu akhan mengurangi dampak
air yang berlebih saat musim hujan dan menyebabkan banjir.

27
Saat musim hujan tiba, masyarakat dapat menampung air hujan dan di
simpan untuk digunakan pada saat musim kemarau. Hal ini tentu akan
membantu irigasi sawah yang berlokasi di sekitar Jl. Parangtritis.

3.2.6 Peta Jaringan Drainase

Gambar 3.8: Peta Jaringan Drainase Jl. Parangtritis

28
Sumber: Survey Primer
Jaringan drainase di koridor Jl. Parangtriris memiliki pola siku. Dimana pola ini
digunakan pada daerah dengan topografi yang lebih tinggi daripada sungai.
Drainase di Jl. Parangtritis dilewati oleh dua sungai kecil.

29
BAB IV

EVALUASI PENYEDIAAN AIR BERSIH


Pengevaluasiaan drainase yang terdapat di kawasan jalan parangtritis mengacu
pada SNI 02-2406-1991, tata cara perencanaan umum drainase perkotaan. Di
dalam SNI terdapat bagian – bagian dari drainase sebagai berikut.

Sarana Prasarana
Badan Penerima Air Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)
Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah
akifer)
Bangunan Pelengkap Gorong – gorong
Perteman saluran
Bangunan Terjunan
Jembatan
Steet inlet
Pompa
Pintu Air
Tabel 4.1: Bagian drainase
Drainase di kawasan jalan parangtritis kecamatan sumbersari kurang memenuhi
SNI 02-2406-1991, tata cara perencanaan umum drainase perkotaan. Disana
bangunan pelengkap untuk drainase hanya terdapat gorong – gorong, street inlet,
pertemuan saluran akan tetapi untuk bangunan terjunan, jembatan, pompa, dan
pintu air tidak tersedia di kawasan jalan parangtritis karena drainasenya tergolong
drainase yang kecil dan kondisinya sangat kotor bahkan ada salah satu drainase
yang tergenang dan juga kondisi air pada drainase warnanya hitam dan sedikit bau
serta voleme airnya kecil. Dijalan parangtritis badan penerima airnya yaitu sumber
air permukaan tanah berupa sungai.

30
DAFAR PUSTAKA

http://distarum.jambikota.go.id/wp-content/uploads/2013/12/SNI-03-1733-2004-
Tata-cara-perencanaan-lingkungan.pdf
http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/buku_jilid_1_tata_cara_perencana
an_drainase.pdf

Standar Nasional Indonesia 02-2406-1991Tentang Tata Cara Perencanaan Umum


Drainase Perkotaan

Standar Nasional Indonesia 03-3424-1994 Tentang Tata Tata cara perencanaan


drainase permukaan jalan

Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 Tentang Perencanaan Lingkungan


Perumahan di Perkotaan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12/PRT/M/2014


Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan

Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Kementrian


Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya 2012

Peratuan Menteri Dalam Negeri No. 32 tahun 2006

Pedoman Perencanaan Siste Drainase Jalan Departemen Pekerjaan Umum tahun


2006

31

Anda mungkin juga menyukai