KELOMPOK C3-1
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-nya kami dapat menyelesaikan tulisan ini
tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul “Drainase dan Permasalahannya”
ini dalam rangka Tugas 2 mata kuliah Drainase Lingkungan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa berterimakasih kepada Bapak Ir. Cokorda
Agung Yujana, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Drainase Lingkungan yang
telah membantu dalam penyelesaian tugas ini. Dan juga saya mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan masukan guna untuk
menyelesaikan tugas ini.
Akhirnya tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna untuk menyempurnakan Tugas Drainase Lingkungan ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Drainase adalah salah satu aspek penting dalam infrastruktur perkotaan. Fungsi
utamanya adalah mengalirkan air hujan dan air limbah dari permukaan tanah ke saluran
air utama, sehingga mencegah terjadinya genangan air dan banjir di perkotaan. Namun, di
banyak wilayah, sistem drainase menghadapi berbagai permasalahan yang mengancam
keberlanjutan lingkungan perkotaan.
Permasalahan drainase yang tidak tertangani dengan baik dapat memiliki dampak
serius. Banjir perkotaan dapat merusak infrastruktur, merugikan ekonomi, dan
mengancam keselamatan manusia. Genangan air yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penyebaran penyakit, kerusakan pada bangunan, dan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi penduduk perkotaan. Selain itu, sistem drainase yang tidak efektif
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama jika terjadi campur tangan antara
aliran air hujan dan air limbah.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami permasalahan drainase yang
ada dan mencari solusi yang efektif guna mengatasi tantangan ini. Dalam makalah ini,
akan dibahas berbagai permasalahan yang sering terjadi dalam sistem drainase perkotaan
dan solusi-solusi yang dapat diterapkan. Dengan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya drainase yang baik dan menerapkan tindakan yang tepat, kita dapat
menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih tahan terhadap masalah drainase dan lebih
berkelanjutan secara lingkungan.
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan permasalahan yang sering terjadi dalam sistem drainase perkotaan.
2. Memahami dampak negatif permasalahan drainase terhadap masyarakat dan
lingkungan.
3. Menganalisis faktor penyebab utama permasalahan drainase di perkotaan.
4. Menyajikan solusi-solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan
drainase.
5. Menjelaskan dampak positif yang dihasilkan dari penerapan solusi drainase yang
efektif.
6. Menyoroti peran penting perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi dalam
mencapai drainase yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk mengatasi banjir perkotaan, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
1. Perencanaan dan Desain yang Baik: Perlu dilakukan perencanaan yang baik
dalam pengembangan kota untuk memperhitungkan sistem drainase yang
memadai. Sistem drainase harus dirancang untuk menampung volume air yang
tinggi selama hujan lebat dan mengalirkannya dengan efisien menuju saluran air
utama.
2. Pemeliharaan Rutin: Pemeliharaan dan pembersihan saluran drainase secara rutin
sangat penting untuk mencegah penyumbatan dan memastikan aliran air yang
lancar. Pembersihan sampah, endapan lumpur, dan vegetasi yang tidak
diinginkan harus dilakukan secara teratur.
3. Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Air: Pemerintah dan lembaga terkait perlu
mengembangkan kebijakan yang mengatur pengelolaan air yang berkelanjutan
dan memadai. Hal ini melibatkan pengelolaan air hujan, pemeliharaan
infrastruktur drainase, pengendalian tata guna lahan, serta pengelolaan limbah
secara efektif.
4. Penggunaan Teknologi Inovatif: Penggunaan teknologi inovatif dalam sistem
drainase, seperti sistem penampung air sementara, pengelolaan air hujan
terdesentralisasi, dan pompa pengendali banjir, dapat membantu mengurangi
dampak banjir perkotaan.
1. Taman Hujan (Rain Gardens): Taman hujan adalah area yang dirancang
khusus untuk menampung dan menyerap air hujan. Mereka biasanya
ditanam dengan tanaman yang tahan terhadap kelebihan air dan mampu
menyimpan air dalam sistem akar mereka. Taman hujan membantu
mengurangi aliran air permukaan dengan menyimpan air hujan dan
memperlambat laju alirannya, sehingga memungkinkan air meresap ke
dalam tanah secara perlahan.
2. Atap Hijau (Green Roofs): Atap hijau adalah lapisan vegetasi yang
ditanam di atas atap bangunan. Tanaman di atap hijau dapat menyerap
dan menampung air hujan, mengurangi aliran air permukaan, dan
meningkatkan isolasi termal bangunan. Mereka juga membantu dalam
menyaring partikel-partikel polutan dari air hujan dan memperpanjang
umur atap dengan melindunginya dari sinar matahari dan suhu ekstrem.
3. Jalan Permeabel (Permeable Pavement): Jalan permeabel adalah jenis
permukaan jalan yang terdiri dari material yang memungkinkan air hujan
meresap ke dalam tanah di bawahnya. Bahan-bahan seperti batu kerikil,
paving blok berpori, atau aspal permeabel digunakan untuk
menggantikan permukaan jalan konvensional yang impermeabel. Jalan
permeabel membantu mengurangi genangan air, mengurangi aliran air
permukaan, dan memungkinkan infiltrasi air ke dalam tanah.
4. Saluran Hijau (Green Swales): Saluran hijau adalah saluran terbuka yang
dirancang untuk mengarahkan aliran air hujan dan memperlambat
alirannya. Mereka biasanya berbentuk landai dan dilapisi dengan vegetasi
yang mampu menyerap air. Saluran hijau membantu mengurangi banjir
dengan menahan air hujan dan membiarkannya meresap ke tanah secara
perlahan.
5. Kolam Retensi (Retention Ponds): Kolam retensi adalah kolam buatan
yang dirancang untuk menampung air hujan yang berlebihan. Mereka
berfungsi sebagai penampungan sementara dan memperlambat aliran air
hujan sebelum dilepaskan ke saluran drainase atau sungai. Kolam retensi
membantu mengurangi risiko banjir, mengendalikan erosi, dan
memungkinkan pengendalian kualitas air.
6. Ruang Terbuka Hijau (Green Open Spaces): Meningkatkan jumlah dan
luas ruang terbuka hijau di perkotaan juga merupakan bagian dari green
infrastructure. Taman, lapangan, dan area berumput tidak hanya
memberikan manfaat estetika, tetapi juga berperan dalam menyerap air
hujan, mengurangi aliran permukaan, dan meningkatkan infiltrasi air ke
tanah.
1. Tata Guna Lahan yang Sesuai: Memperhatikan tata guna lahan yang
sesuai dengan kondisi hidrologi dan drainase wilayah. Mengidentifikasi
daerah resapan air (infiltration areas) yang memungkinkan air hujan
meresap ke dalam tanah dengan baik, serta mengurangi pemadaman
lahan (impervious surfaces) seperti aspal atau beton yang menghambat
infiltrasi air.
2. Desain Permukaan yang Permeabel: Memperhatikan penggunaan
material permeabel atau teknik desain yang memungkinkan air hujan
meresap ke dalam tanah. Contohnya, menggunakan paving blok berpori,
permukaan tanah yang ditumbuhi rumput, atau material permeabel
lainnya yang menggantikan permukaan impermeabel seperti beton atau
aspal.
3. Pengaturan Aliran Air: Menggunakan teknik pengaturan aliran air yang
tepat, seperti saluran terbuka, saluran hijau, atau saluran terowongan
yang dirancang dengan baik untuk mengalirkan air hujan dengan aman
dan mengurangi risiko banjir. Memperhatikan perubahan topografi dan
aliran air alami untuk menciptakan pola aliran yang efisien.
4. Resapan Air: Memperhatikan desain resapan air (rainwater harvesting)
yang dapat mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk keperluan
non-potable, seperti irigasi taman, toilet, atau pembersihan jalan. Dengan
memanfaatkan air hujan secara efisien, beban drainase dapat dikurangi
dan penggunaan sumber daya air dapat dikelola dengan lebih baik.
Asmorowati, E. T., Rahmawati, A., Sarasanty, D., Kurniawan, A. A., Rudiyanto, M. A.,
Nadya, E., & Nugroho, M. W. (2021). Drainase Perkotaan. Perkumpulan Rumah
Cemerlang Indonesia.