Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PAPER 2

DRAINASE DAN PERMASALAHANNYA

KELOMPOK C3-1
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

RENNOLD MULYA PRATIKNO (202261121081)

AYU MIFFTAHUL HIDAYAH (202261121082)

I KOMANG ADHI SUTHA WIJAYA (202261121083)

I NYOMAN MERTANA (202261121084)

DESAK PUTU DIAH UTARI (202261121085)

I MADE YOGI SWARA BHAGAS S. (202261121086)

RAYMUNDUS PUTRA MAU MORI (202261121087)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2024
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-nya kami dapat menyelesaikan tulisan ini
tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul “Drainase dan Permasalahannya”
ini dalam rangka Tugas 2 mata kuliah Drainase Lingkungan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa berterimakasih kepada Bapak Ir. Cokorda
Agung Yujana, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Drainase Lingkungan yang
telah membantu dalam penyelesaian tugas ini. Dan juga saya mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan masukan guna untuk
menyelesaikan tugas ini.

Akhirnya tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna untuk menyempurnakan Tugas Drainase Lingkungan ini.

Untuk itu penulis mengucapkan sekian dan Terima Kasih

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, April 2024


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 4
1.3 TUJUAN ................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
2.1 PENGERTIAN DRAINASE PERKOTAAN ........................................................... 6
2.2 PERMASALAHAN DALAM SISTEM DRAINASE PERKOTAAN ..................... 6
2.3 DAMPAK PERMASALAHAN DRAINASE .......................................................... 7
2.3.1 Kerugian Ekonomi ............................................................................................. 7
2.3.2 Kerusakan Lingkungan ...................................................................................... 8
2.4 FAKTOR PENYEBAB PERMASALAHAN DRAINASE.................................... 10
2.4.1 Perubahan Iklim ............................................................................................... 10
2.4.2 Pertumbuhan Perkotaan Yang Cepat ............................................................... 11
2.4.3 Kurangnya Perencanaan dan Manajemen ........................................................ 12
2.5 SOLUSI PERMASALAHAN DRAINASE ............................................................ 12
2.5.1 Perbaikan Infrastruktur Drainase ..................................................................... 12
2.5.2 Pengelolaan air hujan berbasis alam (green infrastructure) ............................. 14
2.5.3 Perencanaan Perkotaan Yang Berkelanjutan ................................................... 15
2.6 DAMPAK POSITIF DARI SOLUSI DRAINASE YANG EFEKTIF ................... 16
2.7 PERAN PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN YANG TERINTEGRASI ... 17
2.7.1 Pentingnya perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi dalam mencapai
sistem drainase yang efektif. ..................................................................................... 17
2.7.2 Hubungan antara perencanaan tata ruang perkotaan, infrastruktur drainase, dan
pengelolaan air limbah. ............................................................................................. 18
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 20
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Drainase adalah salah satu aspek penting dalam infrastruktur perkotaan. Fungsi
utamanya adalah mengalirkan air hujan dan air limbah dari permukaan tanah ke saluran
air utama, sehingga mencegah terjadinya genangan air dan banjir di perkotaan. Namun, di
banyak wilayah, sistem drainase menghadapi berbagai permasalahan yang mengancam
keberlanjutan lingkungan perkotaan.

Perkembangan perkotaan yang pesat dan pertumbuhan populasi manusia telah


menyebabkan lahan terbangun menjadi semakin luas. Akibatnya, lahan yang sebelumnya
berfungsi sebagai resapan alami air hujan berubah menjadi permukaan yang tidak dapat
menyerap air dengan baik. Selain itu, perubahan iklim global juga berkontribusi pada
peningkatan intensitas hujan, yang memperburuk masalah drainase.

Permasalahan drainase yang tidak tertangani dengan baik dapat memiliki dampak
serius. Banjir perkotaan dapat merusak infrastruktur, merugikan ekonomi, dan
mengancam keselamatan manusia. Genangan air yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penyebaran penyakit, kerusakan pada bangunan, dan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi penduduk perkotaan. Selain itu, sistem drainase yang tidak efektif
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama jika terjadi campur tangan antara
aliran air hujan dan air limbah.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami permasalahan drainase yang
ada dan mencari solusi yang efektif guna mengatasi tantangan ini. Dalam makalah ini,
akan dibahas berbagai permasalahan yang sering terjadi dalam sistem drainase perkotaan
dan solusi-solusi yang dapat diterapkan. Dengan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya drainase yang baik dan menerapkan tindakan yang tepat, kita dapat
menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih tahan terhadap masalah drainase dan lebih
berkelanjutan secara lingkungan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja permasalahan yang sering terjadi dalam sistem drainase perkotaan?
2. Bagaimana dampak permasalahan drainase terhadap masyarakat dan lingkungan?
3. Apa faktor penyebab utama permasalahan drainase di perkotaan?
4. Apa solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan drainase?
5. Apa dampak positif yang dihasilkan dari penerapan solusi drainase yang efektif?
6. Apa peran perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi dalam mencapai
drainase yang efektif?

1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan permasalahan yang sering terjadi dalam sistem drainase perkotaan.
2. Memahami dampak negatif permasalahan drainase terhadap masyarakat dan
lingkungan.
3. Menganalisis faktor penyebab utama permasalahan drainase di perkotaan.
4. Menyajikan solusi-solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan
drainase.
5. Menjelaskan dampak positif yang dihasilkan dari penerapan solusi drainase yang
efektif.
6. Menyoroti peran penting perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi dalam
mencapai drainase yang efektif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DRAINASE PERKOTAAN


Kata drainase berasal dari Bahasa Inggris yaitu Drainage yang berarti sarana
pembuangan kelebihan air atau limbah. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, Drainase mempunyai arti pengatusan atau penyaluran air. Dalam ilmu teknik
sipil sendiri drainase didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air pada suatu Kawasan sehingga Kawasan tersebut dapat berfungsi dengan
baik. Kelebihan air tersebut dapat berasal dari hujan, rembesan maupun kelebihan air
irigasi. Cara pembuangan kelebihan air tersebut dapat berupa saluran di permukaan tanah
maupun saluraan dibawah permukaan tanah.

Drainase perkotaan merupakan suatu bidang ilmu yang mengkhususkan


pengkajian drainase pada Kawasan perkotaan. Saat ini sistem drainase perkotaan
merupakan salah satu infrastruktur penting bagi suatu Kawasan perkota-an. Sistem
drainase yang baik akan dapat menunjang peningkatan kualitas lingkungan karena
masyarakat akan terhindar dari kerugian akibat genangan.

2.2 PERMASALAHAN DALAM SISTEM DRAINASE PERKOTAAN


Dalam kondisi hujan lebat, sistem drainase yang tidak memadai dapat
menyebabkan banjir di perkotaan. Air hujan tidak dapat mengalir dengan baik ke saluran
air utama, sehingga membanjiri jalan, pemukiman, dan infrastruktur lainnya. Beberapa
faktor yang berkontribusi terhadap banjir perkotaan adalah:

1. Kapasitas Terbatas: Sistem drainase perkotaan yang tidak mampu menangani


volume air yang tinggi selama hujan lebat akan menyebabkan air hujan
menumpuk di permukaan. Saluran air yang terlalu kecil atau saluran yang
tersumbat oleh sampah, endapan lumpur, atau vegetasi dapat menghambat aliran
air dan menyebabkan banjir.
2. Tata Guna Lahan yang Tidak Sesuai: Perubahan tata guna lahan perkotaan,
seperti peningkatan permukaan yang terbangun, pengurangan area terbuka, atau
konversi lahan basah menjadi kawasan perkotaan, mengurangi kemampuan tanah
untuk menyerap air hujan. Sebagai akibatnya, aliran permukaan yang lebih tinggi
dan cepat akan menuju sistem drainase, meningkatkan risiko banjir.
3. Saluran Drainase: Sampah, limbah, dan material lain yang terbuang sembarangan
dapat menyumbat saluran drainase perkotaan. Pencemaran ini dapat mengurangi
kapasitas aliran air, memperlambat aliran, dan menyebabkan banjir. Sampah yang
dilemparkan secara sembarangan juga dapat menyumbat pintu air dan saluran
pengeluaran, menghambat aliran air keluar dari permukiman.
4. Perubahan Iklim: Perubahan iklim, termasuk peningkatan intensitas hujan dan
cuaca ekstrem, dapat meningkatkan risiko banjir perkotaan. Hujan lebat yang
lebih sering dan intens dapat mengatasi kapasitas sistem drainase yang ada,
menyebabkan banjir yang lebih sering dan parah.

Untuk mengatasi banjir perkotaan, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

1. Perencanaan dan Desain yang Baik: Perlu dilakukan perencanaan yang baik
dalam pengembangan kota untuk memperhitungkan sistem drainase yang
memadai. Sistem drainase harus dirancang untuk menampung volume air yang
tinggi selama hujan lebat dan mengalirkannya dengan efisien menuju saluran air
utama.
2. Pemeliharaan Rutin: Pemeliharaan dan pembersihan saluran drainase secara rutin
sangat penting untuk mencegah penyumbatan dan memastikan aliran air yang
lancar. Pembersihan sampah, endapan lumpur, dan vegetasi yang tidak
diinginkan harus dilakukan secara teratur.
3. Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Air: Pemerintah dan lembaga terkait perlu
mengembangkan kebijakan yang mengatur pengelolaan air yang berkelanjutan
dan memadai. Hal ini melibatkan pengelolaan air hujan, pemeliharaan
infrastruktur drainase, pengendalian tata guna lahan, serta pengelolaan limbah
secara efektif.
4. Penggunaan Teknologi Inovatif: Penggunaan teknologi inovatif dalam sistem
drainase, seperti sistem penampung air sementara, pengelolaan air hujan
terdesentralisasi, dan pompa pengendali banjir, dapat membantu mengurangi
dampak banjir perkotaan.

2.3 DAMPAK PERMASALAHAN DRAINASE


2.3.1 Kerugian Ekonomi
Banjir perkotaan dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur,
seperti jalan, bangunan, dan sistem listrik, yang memerlukan biaya besar untuk
perbaikan. Selain itu, aktivitas ekonomi dapat terganggu akibat banjir,
mengakibatkan kerugian bagi bisnis dan pengusaha. Berikut adalah beberapa
kerugian ekonomi yang biasanya terjadi akibat banjir perkotaan:

1. Kerusakan Infrastruktur: Banjir perkotaan dapat merusak infrastruktur


kritis seperti jalan, jembatan, saluran listrik, sistem drainase, dan
bangunan. Air banjir yang tinggi dan kuat dapat menghancurkan jalan
dan jembatan, menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan, dan
merusak peralatan listrik.
2. Kerugian Properti: Banjir perkotaan dapat menyebabkan kerusakan pada
properti seperti rumah, bangunan komersial, dan fasilitas publik.
Kerugian ini dapat meliputi kerusakan struktural, kerusakan barang-
barang dalam rumah atau gedung, dan kehilangan properti secara
keseluruhan. Selain itu, nilai properti biasanya akan menurun setelah
terkena banjir, yang dapat berdampak negatif pada pasar perumahan dan
investasi properti.
3. Biaya Evakuasi dan Penyelamatan: Banjir perkotaan sering kali
memerlukan upaya evakuasi dan penyelamatan yang melibatkan personel
dan peralatan khusus. Biaya operasional untuk melakukan evakuasi
penduduk yang terdampak dan menyelamatkan mereka dari bahaya
banjir dapat menjadi sangat tinggi. Selain itu, penyediaan tempat
penampungan sementara dan bantuan bagi korban banjir juga
memerlukan sumber daya finansial yang signifikan.
4. Dampak pada Pariwisata dan Sektor Jasa: Banjir perkotaan dapat
mengganggu sektor pariwisata dan jasa, yang sering kali menjadi sumber
pendapatan utama bagi banyak kota. Aktivitas pariwisata seperti
perhotelan, restoran, dan objek wisata sering kali terganggu selama
banjir. Selain itu, sektor jasa seperti transportasi, perdagangan ritel, dan
hiburan juga dapat mengalami penurunan aktivitas dan pendapatan
selama periode banjir.

2.3.2 Kerusakan Lingkungan


Pencemaran lingkungan akibat sistem drainase yang buruk dapat
merusak ekosistem perairan, mengurangi kualitas air, dan mengancam
keberlanjutan lingkungan. Berikut adalah beberapa dampak dari pencemaran
lingkungan akibat sistem drainase yang buruk:

1. Pencemaran Air: Sistem drainase yang buruk dapat mengakibatkan aliran


air hujan yang tercemar langsung ke perairan seperti sungai, danau, atau
laut tanpa melalui pemrosesan atau penyaringan yang memadai. Air
hujan tersebut dapat membawa limbah domestik, limbah industri, bahan
kimia, dan polutan lainnya, seperti logam berat, pestisida, dan nutrien
berlebih (misalnya fosfor dan nitrogen).
2. Kehilangan Keanekaragaman Hayati: Pencemaran lingkungan akibat
sistem drainase yang buruk dapat menyebabkan kerugian
keanekaragaman hayati di ekosistem perairan. Organisme hidup seperti
mikroorganisme, plankton, dan makroinvertebrata yang merupakan
bagian penting dari rantai makanan air dapat terancam atau mati akibat
paparan polutan berbahaya.
3. Efek Terhadap Kualitas Air Minum: Pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh sistem drainase yang buruk juga dapat berdampak pada
kualitas air minum. Jika air permukaan yang menjadi sumber air minum
tercemar, maka perlu dilakukan pemrosesan air yang lebih intensif untuk
menghilangkan kontaminan tersebut sebelum air dapat dikonsumsi
dengan aman.
4. Kerusakan Ekosistem Pesisir: Pencemaran air yang berasal dari sistem
drainase perkotaan yang buruk dapat mengalir ke ekosistem pesisir,
termasuk estuari, terumbu karang, dan hutan bakau. Pencemaran ini
dapat merusak ekosistem pesisir yang rentan dan mengancam kehidupan
organisme pesisir, seperti ikan, moluska, dan biota lainnya.
5. Gangguan pada Siklus Air: Sistem drainase yang buruk dapat
mengganggu siklus air alami. Aliran air hujan yang cepat dan langsung
menuju saluran drainase atau perairan dapat mengurangi infiltrasi air ke
dalam tanah, mengurangi recharge air tanah, dan mengganggu
keseimbangan hidrologi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan
ketersediaan air tanah, menurunkan tingkat air tanah, dan berpotensi
menyebabkan kekeringan pada daerah yang tergantung pada sumber daya
air tanah.

2.4 FAKTOR PENYEBAB PERMASALAHAN DRAINASE


2.4.1 Perubahan Iklim
Perubahan iklim global dapat menyebabkan peningkatan intensitas hujan
yang dapat menimbulkan tekanan lebih pada sistem drainase perkotaan. Berikut
adalah beberapa cara di mana perubahan iklim dapat mempengaruhi sistem
drainase:

1. Peningkatan Curah Hujan: Perubahan iklim global menyebabkan


peningkatan curah hujan di beberapa daerah. Intensitas hujan yang
lebih tinggi dalam periode waktu yang lebih singkat dapat
mengakibatkan aliran air yang lebih besar dan lebih cepat. Jika
sistem drainase tidak mampu menangani volume air yang lebih
tinggi, maka dapat terjadi genangan air dan banjir.
2. Perubahan Pola Hujan: Selain peningkatan curah hujan, perubahan
iklim juga dapat mengubah pola hujan. Kadang-kadang, curah hujan
yang lebih tinggi terjadi dalam musim hujan yang lebih pendek atau
di luar musim hujan yang biasa. Hal ini dapat menimbulkan
tantangan bagi sistem drainase yang biasanya dirancang berdasarkan
pola hujan historis.
3. Peningkatan Intensitas Hujan dalam Bentuk Badai: Perubahan iklim
juga telah dikaitkan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas
badai. Badai yang kuat sering kali disertai dengan hujan deras, angin
kencang, dan hujan es. Intensitas badai ini dapat menyebabkan
volume air yang tinggi tiba-tiba mengalir ke sistem drainase, yang
mungkin tidak siap menangani aliran air yang cepat.
4. Peningkatan Risiko Banjir Permukaan: Perubahan iklim global juga
dapat meningkatkan risiko banjir permukaan. Banjir permukaan
terjadi ketika air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah dengan
cepat karena tanah yang jenuh air atau lahan yang tidak dapat
menyerap air dengan baik. Hal ini menyebabkan air mengalir di
permukaan, membebani sistem drainase dan meningkatkan risiko
banjir di perkotaan.

2.4.2 Pertumbuhan Perkotaan Yang Cepat


Pertumbuhan perkotaan yang cepat menyebabkan transformasi lahan
yang semula berfungsi sebagai resapan air menjadi lahan terbangun.
Perkembangan kota yang pesat sering kali melibatkan konversi lahan pertanian,
hutan, atau area terbuka lainnya menjadi kawasan perkotaan yang padat.

Dampak dari transformasi tersebut adalah penurunan kemampuan


alamiah dalam mengelola aliran air. Lahan yang semula dapat menyerap air hujan
secara alami sekarang ditutupi oleh permukaan yang impermeabel, seperti beton,
aspal, atau bangunan. Akibatnya, air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah
dengan baik dan aliran permukaan menjadi meningkat.

Beberapa dampak negatif dari pertumbuhan perkotaan yang cepat


terhadap sistem drainase dan penanganan air meliputi:

1. Peningkatan Limbah Air Hujan: Dalam lingkungan perkotaan, air


hujan mengalir di permukaan tanah dan mengumpulkan limbah,
seperti polusi dari kendaraan, industri, atau limbah domestik. Ketika
air hujan mengalir dengan cepat, limpasan air hujan ini dapat
mencemari sumber air permukaan seperti sungai, danau, dan laut.
2. Banjir Permukaan yang Lebih Sering: Dengan lahan yang semakin
terbangun, air hujan tidak memiliki tempat yang cukup untuk
meresap ke dalam tanah. Sebagai akibatnya, aliran air permukaan
menjadi meningkat, yang meningkatkan risiko banjir permukaan di
kawasan perkotaan. Sistem drainase perkotaan sering kali tidak
mampu menangani volume air yang tinggi dengan cepat,
menyebabkan genangan air dan banjir.
3. Penurunan Kualitas Air Tanah: Dalam lingkungan perkotaan, aliran
air hujan yang tidak diserap ke dalam tanah dapat membawa polutan
ke dalam air tanah. Bahan kimia dari industri, limbah domestik, atau
pestisida pertanian dapat mencemari sumber air tanah yang
digunakan untuk pasokan air minum. Hal ini dapat mengancam
kualitas dan ketersediaan air bersih.
2.4.3 Kurangnya Perencanaan dan Manajemen
kurangnya perencanaan yang baik dalam pembangunan perkotaan dan
manajemen yang lemah terhadap sistem drainase dapat menyebabkan kelemahan
dalam infrastruktur dan pengoperasian sistem. Berikut adalah beberapa masalah
yang mungkin timbul akibat kurangnya perencanaan dan manajemen yang
efektif:

1. Kapasitas yang Tidak Memadai: Kurangnya perencanaan yang


mempertimbangkan pertumbuhan perkotaan yang cepat dapat
mengakibatkan infrastruktur drainase yang tidak memadai. Jika sistem
drainase tidak dirancang untuk menampung aliran air yang dihasilkan
oleh populasi dan penggunaan lahan yang meningkat, hal ini dapat
menyebabkan genangan air dan banjir.
2. Sistem Drainase yang Tua dan Rusak: Kurangnya perencanaan jangka
panjang dan investasi yang tepat dalam pemeliharaan infrastruktur
drainase dapat menyebabkan sistem yang tua dan rusak. Saluran drainase
yang tersumbat, pompa yang kurang berfungsi, atau saluran yang bocor
dapat mengurangi efisiensi sistem dan meningkatkan risiko banjir.
3. Kurangnya Koordinasi Antarinstansi: Manajemen yang lemah dapat
mengakibatkan kurangnya koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat
dalam pengelolaan sistem drainase, seperti pemerintah daerah, lembaga
pengelola air, dan pemangku kepentingan lainnya. Kurangnya koordinasi
ini dapat menghambat pengambilan keputusan yang efektif, pelaksanaan
tindakan perbaikan, dan pemantauan yang konsisten terhadap sistem
drainase.
4. Kurangnya Pemeliharaan dan Perawatan: Sistem drainase memerlukan
pemeliharaan dan perawatan rutin agar tetap berfungsi dengan baik.
Namun, kurangnya manajemen yang efektif dapat mengakibatkan
kurangnya pemeliharaan yang tepat dan perawatan yang berkala. Hal ini
dapat menyebabkan penurunan kinerja sistem drainase seiring waktu dan
peningkatan risiko banjir.

2.5 SOLUSI PERMASALAHAN DRAINASE


2.5.1 Perbaikan Infrastruktur Drainase
Perbaikan infrastruktur drainase yang rusak atau tidak memadai sangat
penting untuk meningkatkan kapasitas aliran air dan mengurangi risiko banjir.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam perbaikan dan
pemeliharaan sistem drainase:

1. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan terhadap kinerja


sistem drainase yang ada untuk mengidentifikasi masalah dan kelemahan
yang perlu diperbaiki. Ini dapat melibatkan pengamatan lapangan,
analisis data hidrologi, dan pemodelan sistem drainase.
2. Perencanaan Perbaikan: Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi,
mengembangkan rencana perbaikan yang mencakup langkah-langkah
konkret untuk memperbaiki infrastruktur drainase. Rencana ini harus
mempertimbangkan peningkatan kapasitas saluran, perbaikan pompa,
pemeliharaan saluran, dan langkah-langkah lain yang sesuai.
3. Pemeliharaan Rutin: Melakukan pemeliharaan rutin terhadap sistem
drainase untuk memastikan kinerjanya tetap optimal. Ini meliputi
pembersihan saluran dari endapan lumpur, daun, atau sampah lainnya
yang dapat menyumbat aliran air.
4. Perbaikan Struktural: Jika sistem drainase mengalami kerusakan
struktural yang signifikan, seperti keretakan atau kolaps saluran,
perbaikan struktural mungkin diperlukan. Hal ini melibatkan perbaikan
atau penggantian saluran yang rusak, perkuatan struktur bangunan, atau
perbaikan pompa yang tidak berfungsi dengan baik.
5. Peningkatan Kapasitas: Jika sistem drainase tidak mampu menangani
volume air yang cukup besar, diperlukan peningkatan kapasitas. Ini dapat
dilakukan dengan memperlebar saluran, memperbesar dimensi saluran,
atau mempertimbangkan alternatif desain seperti retensi air dan kolam
penampungan hujan.
6. Penerapan Teknologi Canggih: Memanfaatkan teknologi canggih seperti
sistem pengaturan aliran air yang otomatis, sensor pintar untuk
pemantauan kondisi drainase secara real-time, dan pemodelan hidrologi
yang canggih.
7. Koordinasi dengan Pihak Terkait: Perbaikan dan pemeliharaan sistem
drainase seringkali melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah,
lembaga pengelola air, kontraktor, dan pemilik lahan. Koordinasi yang
baik antara pihak-pihak ini diperlukan untuk memastikan perbaikan
dilaksanakan dengan efektif dan terkoordinasi.
8. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya perbaikan dan pemeliharaan sistem
drainase. Edukasi mengenai praktik pengelolaan air yang baik,
pengurangan limbah, dan pentingnya menjaga saluran drainase tetap
bebas dari sampah dapat membantu masyarakat memahami peran mereka
dalam menjaga kinerja sistem drainase.

2.5.2 Pengelolaan air hujan berbasis alam (green infrastructure)


Pengelolaan air hujan berbasis alam, juga dikenal sebagai green
infrastructure, melibatkan penerapan solusi alami dalam mengelola aliran air
hujan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi aliran air permukaan yang
berlebihan, mencegah erosi, memperbaiki kualitas air, dan meningkatkan
infiltrasi air ke dalam tanah. Berikut adalah beberapa contoh solusi green
infrastructure yang umum digunakan:

1. Taman Hujan (Rain Gardens): Taman hujan adalah area yang dirancang
khusus untuk menampung dan menyerap air hujan. Mereka biasanya
ditanam dengan tanaman yang tahan terhadap kelebihan air dan mampu
menyimpan air dalam sistem akar mereka. Taman hujan membantu
mengurangi aliran air permukaan dengan menyimpan air hujan dan
memperlambat laju alirannya, sehingga memungkinkan air meresap ke
dalam tanah secara perlahan.
2. Atap Hijau (Green Roofs): Atap hijau adalah lapisan vegetasi yang
ditanam di atas atap bangunan. Tanaman di atap hijau dapat menyerap
dan menampung air hujan, mengurangi aliran air permukaan, dan
meningkatkan isolasi termal bangunan. Mereka juga membantu dalam
menyaring partikel-partikel polutan dari air hujan dan memperpanjang
umur atap dengan melindunginya dari sinar matahari dan suhu ekstrem.
3. Jalan Permeabel (Permeable Pavement): Jalan permeabel adalah jenis
permukaan jalan yang terdiri dari material yang memungkinkan air hujan
meresap ke dalam tanah di bawahnya. Bahan-bahan seperti batu kerikil,
paving blok berpori, atau aspal permeabel digunakan untuk
menggantikan permukaan jalan konvensional yang impermeabel. Jalan
permeabel membantu mengurangi genangan air, mengurangi aliran air
permukaan, dan memungkinkan infiltrasi air ke dalam tanah.
4. Saluran Hijau (Green Swales): Saluran hijau adalah saluran terbuka yang
dirancang untuk mengarahkan aliran air hujan dan memperlambat
alirannya. Mereka biasanya berbentuk landai dan dilapisi dengan vegetasi
yang mampu menyerap air. Saluran hijau membantu mengurangi banjir
dengan menahan air hujan dan membiarkannya meresap ke tanah secara
perlahan.
5. Kolam Retensi (Retention Ponds): Kolam retensi adalah kolam buatan
yang dirancang untuk menampung air hujan yang berlebihan. Mereka
berfungsi sebagai penampungan sementara dan memperlambat aliran air
hujan sebelum dilepaskan ke saluran drainase atau sungai. Kolam retensi
membantu mengurangi risiko banjir, mengendalikan erosi, dan
memungkinkan pengendalian kualitas air.
6. Ruang Terbuka Hijau (Green Open Spaces): Meningkatkan jumlah dan
luas ruang terbuka hijau di perkotaan juga merupakan bagian dari green
infrastructure. Taman, lapangan, dan area berumput tidak hanya
memberikan manfaat estetika, tetapi juga berperan dalam menyerap air
hujan, mengurangi aliran permukaan, dan meningkatkan infiltrasi air ke
tanah.

2.5.3 Perencanaan Perkotaan Yang Berkelanjutan


Perencanaan perkotaan yang berkelanjutan memperhatikan aspek
drainase sebagai salah satu komponen penting. Dalam perencanaan perkotaan
yang berkelanjutan, beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatur
drainase yang baik adalah:

1. Tata Guna Lahan yang Sesuai: Memperhatikan tata guna lahan yang
sesuai dengan kondisi hidrologi dan drainase wilayah. Mengidentifikasi
daerah resapan air (infiltration areas) yang memungkinkan air hujan
meresap ke dalam tanah dengan baik, serta mengurangi pemadaman
lahan (impervious surfaces) seperti aspal atau beton yang menghambat
infiltrasi air.
2. Desain Permukaan yang Permeabel: Memperhatikan penggunaan
material permeabel atau teknik desain yang memungkinkan air hujan
meresap ke dalam tanah. Contohnya, menggunakan paving blok berpori,
permukaan tanah yang ditumbuhi rumput, atau material permeabel
lainnya yang menggantikan permukaan impermeabel seperti beton atau
aspal.
3. Pengaturan Aliran Air: Menggunakan teknik pengaturan aliran air yang
tepat, seperti saluran terbuka, saluran hijau, atau saluran terowongan
yang dirancang dengan baik untuk mengalirkan air hujan dengan aman
dan mengurangi risiko banjir. Memperhatikan perubahan topografi dan
aliran air alami untuk menciptakan pola aliran yang efisien.
4. Resapan Air: Memperhatikan desain resapan air (rainwater harvesting)
yang dapat mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk keperluan
non-potable, seperti irigasi taman, toilet, atau pembersihan jalan. Dengan
memanfaatkan air hujan secara efisien, beban drainase dapat dikurangi
dan penggunaan sumber daya air dapat dikelola dengan lebih baik.

2.6 DAMPAK POSITIF DARI SOLUSI DRAINASE YANG EFEKTIF


1. Pengurangan Risiko Banjir dan Genangan Air: Drainase yang efektif dapat
mengurangi risiko banjir dan genangan air di perkotaan. Dengan mengatur aliran
air hujan secara efisien, mengalirkan air ke saluran yang tepat, dan
mempertimbangkan tata guna lahan yang sesuai, kita dapat mengendalikan aliran
air hujan dan mengurangi kemungkinan terjadinya banjir dan genangan air. Ini
mengurangi kerugian ekonomi dan ancaman keselamatan yang terkait dengan
banjir.
2. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Perkotaan: Solusi drainase yang efektif dapat
membantu meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Dengan mengelola air
hujan dengan baik, kita dapat mengurangi pencemaran air yang disebabkan oleh
aliran permukaan yang membawa limbah dan polutan ke dalam sistem perairan.
Selain itu, desain yang memperhatikan elemen hijau dan vegetasi dapat merawat
ekosistem perairan, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan menyediakan
habitat bagi flora dan fauna.
3. Peningkatan Kesehatan Masyarakat: Solusi drainase yang efektif juga dapat
berdampak positif pada kesehatan masyarakat. Dengan mengurangi genangan air
dalam perkotaan, kita dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit yang terkait
dengan air tergenang, seperti penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti
nyamuk. Drainase yang baik membantu menjaga kebersihan permukaan
perkotaan dan mengurangi potensi berkembangnya lingkungan yang mendukung
pertumbuhan vektor penyakit.
4. Peningkatan Keberlanjutan Lingkungan Perkotaan: Solusi drainase yang efektif
juga dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan perkotaan. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip desain berkelanjutan dalam sistem drainase, seperti
pemanfaatan air hujan (rainwater harvesting), penggunaan material permeabel,
dan integrasi elemen hijau, kita dapat mengurangi ketergantungan pada sumber
daya air yang terbatas, mengoptimalkan penggunaan lahan, dan menciptakan
perkotaan yang lebih berkelanjutan secara ekologis.

2.7 PERAN PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN YANG TERINTEGRASI


2.7.1 Pentingnya perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi dalam
mencapai sistem drainase yang efektif.
Perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi sangat penting dalam
mencapai sistem drainase yang efektif. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
integrasi ini penting:

1. Kompleksitas Sistem Drainase: Sistem drainase perkotaan melibatkan


berbagai elemen seperti saluran air, saluran pembuangan, infrastruktur
tata guna lahan, dan lingkungan alami. Semua elemen ini saling terkait
dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam perencanaan dan pengelolaan
yang terintegrasi, berbagai aspek ini dapat dipertimbangkan secara
menyeluruh, sehingga memungkinkan pengembangan sistem drainase
yang lebih efektif.
2. Dampak Lintas Batas: Air hujan tidak mengenal batas administratif atau
properti individual. Aliran air melintasi batas wilayah dan mempengaruhi
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perencanaan dan pengelolaan
yang terintegrasi penting untuk mengatasi dampak lintas batas ini.
Kerjasama antara pihak berkepentingan yang terlibat, seperti pemerintah
daerah, pengembang, pemilik tanah, dan masyarakat, diperlukan untuk
mengkoordinasikan upaya dalam mencapai sistem drainase yang
komprehensif dan efektif.
3. Penanganan Masalah Kompleks: Masalah drainase perkotaan sering kali
kompleks dan melibatkan berbagai masalah seperti banjir, pencemaran
air, erosi tanah, dan penurunan kualitas lingkungan. Penanganan masalah
ini membutuhkan pendekatan yang terintegrasi, di mana aspek-aspek
yang berbeda dapat dipertimbangkan bersama-sama. Perencanaan dan
pengelolaan yang terintegrasi memungkinkan identifikasi solusi yang
holistik, mengoptimalkan keuntungan yang dihasilkan, dan mengurangi
konflik antara berbagai kepentingan.
4. Penggunaan Sumber Daya yang Efisien: Dalam perencanaan dan
pengelolaan yang terintegrasi, sumber daya seperti lahan, air, energi, dan
anggaran dapat digunakan dengan lebih efisien. Misalnya, dengan
mengintegrasikan resapan air dan pengelolaan air hujan dalam desain
perkotaan, kita dapat mengurangi kebutuhan akan infrastruktur drainase
konvensional yang mahal. Integrasi juga memungkinkan penggunaan
lahan yang lebih efisien dengan menggabungkan fungsi drainase dengan
fungsi lain seperti ruang terbuka hijau atau infrastruktur transportasi.
5. Keberlanjutan Jangka Panjang: Perencanaan dan pengelolaan yang
terintegrasi membantu menciptakan sistem drainase yang berkelanjutan
dalam jangka panjang. Dengan mempertimbangkan aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan secara holistik, solusi yang dihasilkan dapat
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa
depan. Integrasi juga memungkinkan adaptasi terhadap perubahan iklim,
pertumbuhan perkotaan, dan perkembangan teknologi yang terjadi
seiring waktu.

2.7.2 Hubungan antara perencanaan tata ruang perkotaan, infrastruktur


drainase, dan pengelolaan air limbah.
Perencanaan tata ruang perkotaan, infrastruktur drainase, dan
pengelolaan air limbah saling terkait dan memiliki hubungan yang erat. Berikut
adalah beberapa poin yang menjelaskan hubungan antara ketiga aspek tersebut:

1. Penempatan Infrastruktur Drainase: Perencanaan tata ruang perkotaan


memainkan peran penting dalam menentukan lokasi infrastruktur
drainase. Dalam perencanaan perkotaan yang baik, lokasi saluran air,
saluran pembuangan, dan fasilitas drainase lainnya harus
dipertimbangkan dengan cermat. Infrastruktur drainase yang ditempatkan
secara strategis dapat membantu mengendalikan aliran air hujan dan
meminimalkan risiko banjir dan genangan air di daerah perkotaan.
2. Integrasi Pengelolaan Air Limbah: Perencanaan tata ruang perkotaan
juga harus mempertimbangkan pengelolaan air limbah secara
terintegrasi. Pengelolaan air limbah mencakup pengumpulan,
pengolahan, dan pembuangan air limbah domestik dan komersial.
Infrastruktur drainase perkotaan harus dirancang untuk mengintegrasikan
sistem saluran air limbah dengan sistem drainase permukaan, sehingga
air limbah dapat dialirkan dengan aman dan efisien ke instalasi
pengolahan air limbah.
3. Pengaruh Tata Guna Lahan: Perencanaan tata ruang perkotaan juga
memiliki dampak langsung pada aliran air permukaan dan kualitas air
limbah. Pemilihan tata guna lahan yang tepat, seperti kawasan hijau, area
resapan air, atau daerah perlindungan aliran sungai, dapat membantu
mengurangi aliran air hujan yang langsung masuk ke saluran drainase.
4. Pengelolaan Air Terpadu: Hubungan antara perencanaan tata ruang
perkotaan, infrastruktur drainase, dan pengelolaan air limbah semakin
diperkuat dengan pendekatan pengelolaan air terpadu. Pendekatan ini
melibatkan upaya untuk mengintegrasikan semua aspek pengelolaan air,
termasuk air permukaan, air bawah tanah, dan air limbah, dalam
kerangka perencanaan yang holistik. Dengan pendekatan ini, sistem
drainase tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan aliran air hujan,
tetapi juga untuk mengelola sumber daya air secara efisien dan
melindungi kualitas air.
5. Dampak Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat: Hubungan antara
perencanaan tata ruang perkotaan, infrastruktur drainase, dan pengelolaan
air limbah juga memiliki dampak signifikan pada lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Perencanaan yang baik dapat mengurangi risiko
banjir, melindungi kualitas lingkungan air, dan meminimalkan paparan
masyarakat terhadap air tercemar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perencanaan tata ruang perkotaan, infrastruktur drainase, dan pengelolaan air
limbah saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai pengelolaan
yang efektif dan berkelanjutan, penting untuk meningkatkan koordinasi antara berbagai
pihak terkait dalam perencanaan dan pengelolaan sistem drainase. Langkah-langkah
seperti identifikasi pihak terkait, pembentukan forum kolaboratif, komunikasi dan
pertukaran informasi, penyusunan peraturan dan kerangka kerja bersama, kolaborasi
dalam perencanaan, penyediaan sumber daya yang memadai, dan evaluasi berkala dapat
membantu meningkatkan koordinasi tersebut. Dengan adanya koordinasi yang baik,
efisiensi dalam pengelolaan sistem drainase dapat ditingkatkan, risiko banjir dapat
dikurangi, lingkungan dapat dilindungi, dan kualitas hidup masyarakat perkotaan dapat
ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Erna Tri Asmorowati, Anita Rahmawati, Diah Sarasanty, Aptu Andy Kurniawan, M.
Adik Rudiyanto, Edna Nadya, Meriana Wahyu Nugroho, dan Findia. 2021.
DRAINASE PERKOTAAN.

Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2014 ‘Peraturan Menteri Pekerjaan


Umum RepublikIndonesia Nomor 12/PRT/M/2014’, Tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan, pp. 208–331.

Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2011 tentang Drainase Perkotaan

Saidah, Humairo, et al. "Drainase Perkotaan." Yayasan Kita Menulis (2021).

Asmorowati, E. T., Rahmawati, A., Sarasanty, D., Kurniawan, A. A., Rudiyanto, M. A.,
Nadya, E., & Nugroho, M. W. (2021). Drainase Perkotaan. Perkumpulan Rumah
Cemerlang Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai