TUGAS BESAR
MATA KULIAH DRAINASE DAN AIR LIMBAH
“PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DAN AIR
LIMBAH PADA PERUMAHAN RIVERA HILL”
Nama Anggota :
1. Giska Oriza (3114120034)
2. Muhamad Jaelani Dahlan (3114120037)
3. Muhammad Arief Dhaifullah (3114120048)
4. Naufan Dendy Pratama (3114120041)
Kelas :
3 SIPIL 2 SIANG
1
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
BAB I ...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
1.3 Permasalahan ..........................................................................................................2
1.4Pembatasan Masalah…......................................................................................3
BAB II .............................................................................................................................4
DASAR TEORI .............................................................................................................4
2.1 Pengertian Drainase............................................................................................ 4
2.2 Tujuan drainase .................................................................................................. 5
2.3 Jenis Drainase ..................................................................................................... 5
2.3.1 Klasifikasi Sistem Drainase Perkotaan ......................................................9
2.3.2 Green Infrastruktur...................................................................................10
2.3.3 Faktor Penting Perancangan Sistem.........................................................17
2.3.4 Siklus Hidrologi ......................................................................................17
2.3.5 Hujan .......................................................................................................19
2.4 Air Limbah ....................................................................................................... 41
2.5 Analisa Debit dan Dimensi Limbah ................................................................. 58
2.5.1 Analisa Debit ...........................................................................................58
2.5.2 Analisa Dimensi ............................................................................................ 58
2.5.3 Analisa Hilang Tinggi Tekan ......................................................................... 59
BAB III ..........................................................................................................................61
DATA .............................................................................................................................
61
BAB IV ...........................................................................................................................
63
ANALISA DAN PERENCANAAN ..............................................................................
63
DRAINASE & AIR LIMBAH .......................................................................................
63
4.1 Pembuatan Layout ................................................................................................ 63
4.2 Penomoran Titik Tujuan (Node) ........................................................................... 63
4.3 Pembagian Zona Tangkapan (Catchment Area) .............................................. 63
2
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
3
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Tugas Besar Drainase dan Pengolahan Limbah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tugas ini dimaksudkan untuk
memenuhi syarat nilai mata kuliah Drainase dan Pengolahan Limbah pada semester
VI, dimana tugas ini lebih di titik beratkan kepada penerapan teori dan
pengaplikasiannya di lapangan.
Laporan Tugas Besar ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang telah mendukung dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu
ucapan terima kasih ditujukan kepada:
1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material.
2. Bapak Ir. Drs. Jasuri Sa’at, M.T. selaku pembimbing.
3. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Besar ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan agar Laporan Tugas Besar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat menjadi pedoman nantinya di dunia kerja.
Penyusun
4
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
BAB I
PENDAHULUAN
Dampak yang nyata dari perubahan tata guna lahan tersebut adalah
meningkatnya aliran permukaan sekaligus menurunkan resapan air tanah.
Selanjutnya akibat yang timbul adalah distribusi air yang timpang antara musim
penghujan dengan musim kemarau. Debit banjir meningkat dan ancaman
kekeringan semakin nyata. Bencana banjir maupun kekeringan telah
menimbulkan kerugian yang sangat besar, bahkan juga memakan korban. Segala
permasalahan lingkungan tersebut merupakan tanggung jawab kita yang harus
diselesaikanbersama.
5
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
pembatasan gerak air, pencemaran lingkungan atau juga pengurangan jumlah air
yang meresap ke tanah. Namun, permasalahan saat ini adalah keterbatasan dalam
penyediaan jumlah air bersih. Hal ini disebabkan oleh air hujan yang turun ke
permukaan tanah, tidak diberi kesempatan untuk meresap ke dalam tanah sebagai
cadangan air tanah. Akibatnya tanah tidak memiliki cadangan air tanah sehingga
mengakibatkan kekeringan. Sementara itu, saat hujan turun jalan-jalan tergenang
oleh air hujan atau bahkan luapan air dari saluran drainase. Hal ini disebabkan
karena penyempitan dan pengurangan saluran drainase akibat meningkatnya
jumlah penduduk. Permasalahan drainase ini juga diperparah oleh banyaknya
sedimentasi tanah dan sampah di saluran drainase dan sungai. Oleh karena itu,
kami akan membahas mengenai prosedur mendesain drainase perkotaan dengan
sistem gravitasi khususnya di daerah Depok – Jawa Barat.
1.3 Permasalahan
Topik permasalahan yang akan dibahas dalam tugas perencanaan drainase
perkotaan ini adalah bagaimana cara menentukan aliran drainase berdasarkan
kontur yang ada dan menghitung dimensi saluran drainase berdasarkan curah
hujan dan catchment area yang telah ada.
6
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
7
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
BAB II
DASAR TEORI
1
Ir. Haryono Sukamto, MSi. Drainase Perkotaan, DPU 1999, Hal. 1
Menurut Konstruksi
a) Saluran Terbuka
yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan, namun pada umumnya
sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada
pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining
(lapisan pelindung). Akan tetapi, saluran terbuka di dalam kota harus
diberi lining dengan beton, mansory (pasangan batu).
b) Saluran Tertutup
yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan. Sistem drainase ini baik untuk diterapkan di daerah
perkotaan, terutama dengan tingkat penduduk yang tinggi.
3) Menurut Fungsi
b) Multi Purpose
yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.
1. Drainase Primer
2. Drainase Sekunder
Drainase sekunder adalah saluran drainase yang menghubungkan saluran
tersier dengan saluran primer (dibangun dari beton/plesteran semen)
3. Drainase Tersier
Drainase tersier adalah saluran drainase yang menghubungkan saluran
kuarter dengan saluran sekunder.
4. Drainase Kuarter
Drainase kuarter adalah saluran drainase untuk mengalirkan limbah
rumah tangga menuju saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.
3) Sistem Bioretensi
Merupakan struktur berupa cekungan pada suatu area seperti tempat
parkir, perumahan, dan lain-lain yang menerima limpasan air hujan dari
sekelilingnya. Air limpasan hujan mengalir menuju area bioretensi
mengalami penggenangan di permukaan tanah dan kemudian berangsur-
angsur menyerap ke dalam tanah.
4) Parit Infiltrasi
Merupakan struktur berupa parit yang diisi oleh agregat batu sehingga
memungkinkan penyerapan limpasan air hujan melalui dinding dan
dasar parit. Air limpasan hujan yang tertampung dalam parit ini
diharapkan berangsur-angsur akan menyerap ke dalam tanah.
6. Kualitas air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah dan jalan sudah
mengandung bahan pencemar
• Air di laut / lautan (1), oleh karena adanya pengaruh radiasi matahari
maka sebagian volume air itu akan menguap. Uap air tersebut dapat
terbawa angin yang semakin tinggi elevasinya akan dipengaruhi suhu
udara yang semakin menurun sehingga terkondensasi menjadi butirbutir
air dan terbentuk awan hujan. Butir-butir itu akan semakin besar,
akhirnya jatuh karena gravitasi bumi dan jadilah hujan (2).
• Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan menjadi aliran
permukaan (surface runoff) (3). Aliran permukaan sebagian akan
meresap ke dalam tanah menjadi aliran bawah permukaan melalui proses
infiltrasi (4), dan perkolasi (5), selebihnya akan terkumpul didalam
jaringan alur sungai, sebagai aliran sungai (river flow) (6). Apabila
kondisi tanah memungkinkan sebagian air infiltrasi akan mengalir
kembali kedalam sungai, atau genangan lainnya seperti waduk, danau
sebagai interflow (7). Sebagian dari air dalam tanah dapat muncul
kembali kepermukaan tanah sebagai air eksfiltrasi (8) dan dapat
terkumpul lagi kedalam alur sungai atau langsung menuju ke laut /
lautan. Aliran sungai tersebut sebagian akan mengalir kembali menuju
laut / lautan.
• Air hujan yang jatuh di bumi sebagian akan tertahan oleh vegetasi,
sebagian jatuh ke permukaan bumi dan sebagian lagi jatuh langsung ke
daerah genangan, ke laut, ke sungai, ke danau dan akan menguap kembali
ke atmosfer dan sebagian air hujan itu masuk ke dalam tanah menjadi air
bawah permukaan dan kembali ke atmosfer melalui proses penguapan
(evaporasi) (9), dan evapotranspirasi (10). Sebagian air hujan tersebut
masuk ke dalam akuifer menjadi aliran tanah (11) dan mengalir kembali
ke laut. 2
2.3.5 Hujan
Hujan (rain), adalah bentuk tetesan air yang mempunyai garis tengah
lebih dari 0,50 mm atau lebih kecil dan terhambur luas pada suatu kawasan.
Sedangkan curah hujan (rain fall), adalah banyaknya air yang jatuh ke
permukaan bumi, dalam hal ini permukaan bumi dianggap datar dan kedap,
tidak mengalami penguapan dan tersebar merata serta dinyatakan sebagai
ketebalan air (rain fall depth, mm, cm).3
Di dalam merencanakan pembuangan air hujan, yang perlu diketahui
adalah banyaknya air hujan yang jatuh atau debit curah hujan, dan air hujan
yang mengalir ke saluran-saluran pembuang atau debit pengaliran air hujan.4
Air hujan yang mengalir di permukaan tanah dan ditampung di
selokan-selokan pembuang, tidak sama dengan jumlah air hujan yang jatuh,
karena adanya air yang meresap (infiltrasi) ke dalam tanah, yang menguap
2
Desi Supriyan, Diktat Hidrologi, Teknik Sipil, PNJ, 2004, Hal. 3
3
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 177
4
Ir. Haryono Sukamto, MSi. Drainase Perkotaan, DPU 1999, Hal. 4
5
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 199
1. Rata-rata Arimatik
Data periode kosong dapat diperkirakan berbasis data
dari pos hujan A, B, dan C yang lokasinya berdekatan
dengan pos X. Bila semua pos hujan mempunyai
karakteristik sama dan curah hujan normal tahunan
dari pos A, B, dan C tidak lebih besar dari 10 %
bedanya dari pos X, data hujan dari pos X pada periode
kosong dapat dihitung dengan rumus :
Hx = ×(Ha + Hb + Hc)
6
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 199
7
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 202
Dalam hal ini Hx = besarnya curah hujan normal
tahunan di pos X sedangkan Ha, Hb, dan Hc = curah
hujan normal tahunan di pos A, B, dan C.
2. Perbandingan Normal
Bila curah hujan normal di pos A, B, dan C tersebut
berbeda lebih dari 10 % dari pos hujan X, maka
metode aritmatik tidak berlaku. Dan dapat digunakan
metode perbandingan normal yang dapat dirumuskan:
Hx = 13 NaNx Ha + NbNx
Hb + NxNc Hc
3. Kantor Cuaca
Metode ini memerlukan data dari 4 (empat) pos hujan
sebagai pos indeks (index station) yaitu misalnya pos
hujan A, B, C, dan D yang berlokasi disekeliling pos
hujan X yang diperlirakan data hujannya (lihat gambar
2). Bila pos indeks itu lokasinya berada disetiap
kuadran dari garis yang menghubungkan Utara –
Selatan dan Timur – Barat melalui titik pusat di pos
hujan X. Persamaannya adalah :
Hx = ∑ LiHi2
∑
Li12
hujan x.
2. Luas daerah.
3. Topografi.
4. Sifat hujan.
Data hujan yang terukur selalu dianggap mewakili
kondisi kawasan dari suatu DPS. Oleh karena itu semakin
sedikit jumlah pos hujan dan semakin luas DPS maka
anggapan tersebut akan semakin besar kesalahannya.
6
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 205
sebuah bangunan air yang dalam hal ini berupa saluran dengan
periode ulang tertentu, atau volume air rencana pada permukaan
tanah yang masuk kedalam saluran. Debit yang masuk berbanding
lurus dengan besarnya koefisien pengaliran, intensitas curah hujan,
dan luasan daerah tangkapan (catchment area).
Rumusnya adalah :7
Dimana :
Q : Debit maksimum (m3/det).
C : Koefisien pengaliran (run off coefficient ).
I : Intensitas curah hujan selama time of concentration
(mm/jam).
A : Luas daerah pengaliran (m2, km2).
7
Shirley L. Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Hal. 281
Xt = Xa + Yt −Yn ×Sx
Sn
Dimana :
Xt = Besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun.
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
20 2,9606
25 3,1935
50 3,9019
100 4,6001
No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.495 0.499 0.503 0.507 0.510 0.512 0.515 0.518 0.520 0.522
2 6 5 0 0 8 7 1 2 0
20 0.523 0.525 0.526 0.528 0.529 0.530 0.532 0.533 0.534 0.535
6 2 8 3 6 9 0 2 3 3
30 0.536 0.537 0.538 0.538 0.539 0.540 0.541 0.541 0.542 0.543
2 1 0 8 6 2 0 8 4 0
40 0.543 0.544 0.544 0.545 0.545 0.546 0.546 0.547 0.547 0.548
6 2 8 3 8 3 8 3 7 1
50 0.548 0.548 0.549 0.549 0.550 0.550 0.550 0.551 0.551 0.551
5 9 3 7 1 4 8 1 5 8
60 0.552 0.552 0.558 0.553 0.553 0.553 0.553 0.554 0.554 0.554
1 4 7 0 3 5 8 0 3 5
70 0.554 0.555 0.555 0.555 0.555 0.555 0.556 0.546 0.556 0.556
8 0 2 5 7 3 1 3 5 7
80 0.556 0.557 0.557 0.557 0.557 0.557 0.558 0.558 0.558 0.558
9 0 2 4 6 8 0 1 3 5
90 0.558 0.558 0.558 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559
6 7 9 1 2 3 5 6 8 9
Sumber : C.D. Soenarto, Hidrologi Teknik, Edisi 2
8
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 177
4. Periode Ulang
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu
mempunyai periode ulang tertentu, periode ulang ditentukan dengan
melihat klasifikasi jalan ataupun daerah yang direncanakan dibuat
saluran drainase, antara lain : pertumbuhan daerah, lokasi yang
direncanakan dilalui saluran, dll.
9
Desi Supriyan, Diktat Hidrologi, Teknik Sipil, PNJ, 2004, Hal. 48
a = [I ×Nt] [[II
22 ]]−−[[II ][×I]t][I]
2 b=
10
Ir. S. Hindarko, Drainase Perkotaan, Edisi Kedua, 2000, Hal. 23
11
C.D. Soenarto, Hidrologi Teknik, Jakarta, 1999, Hal. 14
I=tan
Dengan :
]
2 ]
− −[log[logt ×t][loglogIt]] [logt] n =
[logNI[(]log[logtt)
]2−]−N[log[logt]t[log×logt]I]
I=a
1 +b
Dengan :
a=
[I × Nt][[II ]]−−[[II ][×I] 1][I]
22 2
[ [×
b = [I] I N I
] [
1 ]−− [II ][×I] 1]N
2
2
24 t
Dimana :
Asphalt Institute : 12
P13F
12
Shirley L. Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Hal. 280
13
Tata Cara Permukaan Drainase Permukaan Jalan, SNI 03 – 3424 – 1994, Hal. 1
Rumusnya adalah :
Tc = t1 +t 2 t1 = (2/3×3,28×
Lo. nd )0,167
t2 = 60L .V
Keterangan :
Tc = Waktu konsentrasi (menit).
t1 = Waktu inlet (menit).
t2 = Waktu aliran (menit).
Lo = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m).
L = Panjang saluran (m).
nd = Koefisien hambatan (Tabel 5).
s = Kemiringan daerah pengaliran. v
= Kecepatan air rata-rata diselokan (m/det).
Hambatan
V = n× R 23 ×i 1 2
Dimana :
V = Kecepatan izin aliran (m/det) n =
Koefisiensi kekasaran Manning (Tabel 8)
R = Jari-jari Hidrolik
i = Kemiringan saluran yang diizinkan
14
Tata Cara Permukaan Drainase Permukaan Jalan, SNI 03 – 3424 – 1994, Hal. 25
6 Saluran beton pracetak dgn acuan kayu 0.015 0.016 0.016 0.018
h
c d
c
h
d
A=b×d A= a +b ×d
2
O=2d+b O=2c+b
Jari-jari hidrolis dapat dihitung dengan rumus:
R=A
O
Nilai koefisien kekasaran dinding saluran dapat dilihat dari tabel berikut:
Jenis Saluran K
Dasar saluran
∆h
i
Penentuan debit aliran dari air hujan yang jatuh pada lahan dapat
i =∆h L
digunakan rumus :
Q = 0,2785×C×I × A
Dimana :
Q = Debit (m3/det).
C = Koefisien aliran.
I = Intensitas hujan (mm/jam).
A = Luas area tangkapan air hujan (km2).
i. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan saluran ditentukan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan, antara lain:
1. Ukuran saluran.
2. Kecepatan pengaliran.
3. Arah dan lengkung (belokan) saluran.
4. Debit banjir.
5. Gelombang permukaan akibat tekanan aliran angin.
W = 0,5 ×d
Sedangkan untuk saluran lingkaran digunakan rumus:
W =D−d
D = Diameter Lingkaran
d = Tinggi saluran atau selokan yang tergenang air (m)
ii. Dimensi Saluran
Dimensi saluran ditentukan berdasarkan hasil perhitungan. Untuk
perbandingan dan pendekatan dimensi, berikut ini diberikan tabel
perbandingan antara lebar (b) dengan tinggi air (h) berdasarkan
debit yang mengalir pada saluran:
0 – 0.5 1
0.5 – 1.0 1.5
1.0 – 1.5 2
1.5 – 3.0 2.5
3.0 – 4.5 3.0
6.0 – 7.5 4
7.5 – 9.0 4.5
9.0 – 11.0 5
2.3.7 Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap pada umumnya berfungsi untuk mengantarkan aliran
air agar lebih baik tanpa mengurangi kondisi aliran air tersebut, seperti :
kecepatan, dimensi saluran dan debit aliran.
15
Tata Cara Permukaan Drainase Permukaan Jalan, SNI 03 – 3424 – 1994, Hal. 24
pasir dan tanah (sedimen) yang dibawa oleh aliran air yang juga berfungsi
sebagai main hole, yaitu suatu lubang ditutup dengan plat beton, yang
dapat dimasuki pekerja untuk keperluan pemerikasaan saluran.
Air limbah atau air kotor berasal dari air buangan rumah tangga,
rumah sakit, rumah makan, dan sebagainya yang disebut dengan limbah
domestic ( domestic waste water ), bisa pula dari air buangan pabrik /
industri, yang disebut limbah pabrik / industri ( industrial waste water ).
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang air limbah, maka perlu kiranya
untuk diketahui terlebih dahulu beberapa istilah yang sering dipergunakan
dalam pengolahan air limbah yaitu :
Unsur – unsur dari suatu sistem pengolahan air limbah yang modern
terdiri atas :
Gambar 2.14
Hubungan antara unsur-unsur fungsional dari sistem pengolahan air limbah
kota
1) Air limbah rumah tangga ( yang juga disebut saniter ), yaitu air
limbah dari daerah perumahan serta sarana – sarana
pertimbangan, institusional, dan yang serupa dengan itu.
2) Air limbah industri yaitu bila bahan – bahan buangan industri
merupakan bagian terbesar.
3) Air resapan / aliran masuk, yaitu air dari luar yang masuk ke
dalam sistem pembuangan dengan berbagai cara, serta air hujan
yang tercurah dari sumber-sumber talang dan drainase pondasi,
dan,
4) Air hujan hasil dari aliran curah hujan.
variasi antara 200 hingga lebih dari 500 % dari laju aliran rata – rata,
tergantung dari jumlah orang yang turut memakai.
Keterangan gambar :
1. Screening (saringan)
1a. Communator
1) Saringan
Saringan berfungsi membuang/mengurangi bahan pencemar padat
(solid particle ) yang akan berpengaruh terhadap pengolahan selanjutnya
dengan menghilangkan bahan padat tersebut, berarti akan mengurangi
beban hidrolis sekaligus beban biologis dari peralatan penanganan limbah
2) Comminution
4) Kolam Ekualisasi
Kolam ekualisasi digunakan untuk mengatasi adanya problem
operasional adanya variasi debit dan mengatasi adanya problem
penanganan kualitas si bagian hilir. Dengan adanya kolam ekualisasi
maka diharapkan diperoleh besar aliran ( debit ) yang mendekati atau
tetap normal.
nilai komulatif volume debit masuk diplot sejalan dengan waktu. Nilai
debit rerata juga diplotkan pada kertas grafik yang sama.
Pada in-line maupun off-line ekualisasi dalam tangki sering
ditambahkan pengadukan dan aerasi untuk menghindari adanya kotoran
yang terendapkan dan air limbah supaya tidak septik. Mengingatt terjadi
kehilangan tenaga akibat aliran dan adanya variasi tinggi muka air limbah,
kolam ekualisasi atau keduanya. Untuk menjamin agar air limbah keluar
dari kolam mengalir sesuai debit yang dipilih alat pengontrol debit.
6) Pengapungan
7) Pre Aeration
Aerasi air limbah bertujuan untuk :
4. Menghilangkan pasir
5. Membentuk flok/jonjot
6. Mendorong tersebarnya kotoran tersuspensi secara nmerata
7. Mengapungkan kotoran
8. Meningkatkan pengurangan BOD
8) Filtrasi
Proses filtrasi merupakan suatu proses pengolahan dengan cara
mengalirkan air limbah melewati suatu media filter yang tersusun dari
bahan butiran dengan diameter dan tebal tertentu. Dalam proses
penanganan limbah proses filtrasi merupakan bagian dari pengolahan
ketiga ( tertiary treatment ). Proses ini dilakukan bila akan dilakukan
pemanfaatan ulang ( reuse ) atau penghilangan nutrisi air limbah yang
dapat mengakibatkan enrichment sungai atau eutrophication.
Ketiga hal di atas secara bersama – sama membentuk struktur yang disebut
sistem drainase.
Air limbah rumah tangga berasal dari dapur, kamar mandi, WC, dan
tempat cuci pakaian. Disamping bahan-bahan mineral dan organik dari air
bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga, air limbah rumah
tangga ditambah lagi dengan kotoran manusia (human excrement) seperti
keringat, air kencing, ludah, dan sebagainya, seperti kertas pemebersih
(tissue), sabun, sampah, issa-sisa makanan (garbage) dan bahan – bahan
lainnya.
Pada sistem pembuangan air secara tecampur, air hujan yang jatuh
dari atap-atap rumah disalurkan ke dalam drainase rumah, sedangkan air
dari halaman dialirkan ke dalam saluran pembuang rumah.
Pada sistem pembuangan terpisah, air hujan dari atap rumah dan
halaman disalurkan melalui saluran drainase tersendiri dan dibuang ke
dalam saluran di tepi jalan atau langsung ke saluran pembuang air hujan.
Kesalahan di dalam menghubungkan saluran pembuang air limbah
dengan saluran pembuang air hujan akan menyebabkan tercampurbya air
hujan ke dalam saluran air limbah, atau sebaliknya masuknya air limbah
ke dalam saluran air hujan.
berupa air hujan. Aliran pertama dari air hujan akan menggerus dan
menyapu semua endapan padat, termasuk banyak bahan organik yang
membusuk.
Keterangan :
- Drainase rumah : dari pipa besi / cast iron, kemiringan ⅛” per ft atau
lebih.
- Pipa U : Untuk mencegah masuknya binatang dan bau dari saluran
pembuangan umum.
b. Debit Limbah
Air limbah yang dihasilkan tiap orang per detiknya adalah 0,01
– 0,02 l/s. Setelah debit tersebut dikalikan dengan jumlah
penduduk:
𝑄 = 𝑃𝑛 𝑥 𝑄 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
maka debit tersebut diplotkan ke dalam diagram maximal flow.
Debit maximumlah yang digunakan dalam menentukan
dimensi saluran.
Dimana:
D = diameter (m)
Q = debit limbah (m3/dtk)
Kst = Nilai Koefisien Kekasaran
S = kemiringan
Dimana:
atau
ℎ𝑙 = 𝑘 𝑥 0,051 𝑥 𝑉2 Dimana:
k = koefisien yang besarnya ditentukan oleh tipe sambungan dan atau sudut belokan
pipa, diambil
BAB III
DATA
Berikut ini data curah hujan untuk daerah Depok dari tahun 2006
sampai tahun 2015. (Tabel 3.1.) serta intensitas curah hujan yang terjadi di
wilayah tersebut (Tabel 3.4) setelah dihitung dengan metode Gumbel pada
Tugas Besar sebelumnya dan kurva IDF periode 10 tahun sebagai waktu
rencana proyek ini.
Data wilayah dan kontur berupa peta situasi daerah Depok, dan yang
digunakan sebagai wilayah tinjauan perhitungan adalah wilayah Perumahan
perumahan Rivera Hill Depok .
BAB IV
b. Penomoran pada tiap ujung-ujung saluran dan pada tiap kemiringan yang curam.
c. Pemberian nomor dilakukan dari node hulu ke node hilir
Analisis Frekuensi
(𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝑋𝑡 = 𝑋𝑎 + 𝑆𝑥
𝑆𝑛
�Σ(𝑋𝑖 − 𝑋𝑎)2
𝑆𝑥 =
(𝑛 − 1)
Dimana:
Yt = reduce variete
Sx = standar deviasi
n = 10 1393 198,10
Xi 1393
X = = = 139,3
n 10
( Xi − X ) 2 198,10
Sx = = = 4,692
n −1 9
n = 10 Yn = 0,4952
Sn = 0,949
Sx = 4,692 = 4,94
Sn 0,949
Tabel 4.2 Analisis Data Curah Hujan untuk Periode Berulang Tahunan (Metode
Gumbel)
2�
𝑅24 24 3
𝐼= � �
24 𝑡
dimana :
I = intensitas hujan (mm/jam)
Periode
Ulang T Ra
thn
20 151,49
30 153,36
40 154,59
50 156,14
Peri Waktu
ode
Ulan (menit)
gT 10 11 12 18 36 72
thn 5 10 15 20 25 30 40 45 50 60 70 80 90 0 0 0 0 0 0
20 275, 173, 132, 109, 94, 83, 68, 63, 59, 52, 47, 43, 40, 37, 35, 33, 25, 15, 10 ,
27 41 34 24 14 37 82 62 31 52 39 35 08 36 06 08 25 91 02
Yt = 2,9606
Yn = 0,4952
Sn = 0,9490
X = 139,3 = 156,14
mm
Yt −Yn
Xt= X + . Sx
Sn
2,9606 − 0,4952
x 4,6920
Contoh Perhitungan 0,949 Intensitas Curah
Hujan Metode Mononobe
i = 20 tahunan
2/3
R 24
I = 24
24 (t / 60)
2/3
= 151,4924 (524 /60)
= 275,27 mm/jam
5. Hitung waktu konsentrasi (tc) yang terjadi pada setiap daerah tangkapan.
6. Hitung intensitas curah hujan dengan memasukkan nilai waktu konsentrasi
(tc).
7. Hitung besarnya debit pada setiap saluran.
8. Hitung dimensi saluran
Lp = 99,245 m
S = 0,30
to = 5 (karena perumahan)
𝐿𝑝
𝑡𝑑 =
𝑉 𝑥 60
tc = to + td
tc =5 + 1,98
= 6,98 menit
2
R 24 24 �3
I= � �
24 tc
𝐼 = 220,276 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
𝑸 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟐𝟕𝟕𝟖 𝑪 𝑰 𝑨
Perhitungan debit banjir selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
23 6-5 T 1435 0,007175 0,7175 8,36 83,6 58,5 57,5 57,5 56,5 1 1 83,606 0,012 1,196 5 1,67 6,67 227,1085848 0,75 0,403 0,403
24 5-3 P 145,28 0,000726 0,07264 0,85 8,5 57,5 57,6 56,5 56,6 -0,1 0,1 8,501 0,012 1,176 5 0,17 5,17 269,204147 0,75 0,041 3,826
25 4-3 T 959,93 0,0048 0,479965 5,60 56 58 57,6 57 56,6 0,4 0,4 56,001 0,007 0,714 5 1,12 6,12 240,5694454 0,75 0,270 0,270
26 3-1 P 483,23 0,002416 0,241615 2,84 28,4 57,6 57,7 56,6 56,7 -0,1 0,1 28,400 0,004 0,352 5 0,57 5,57 256,2180761 0,75 0,136 4,232
27 2-1 T 744,73 0,003724 0,372365 4,35 43,5 57,9 57,7 56,9 56,7 0,2 0,2 43,500 0,005 0,460 5 0,87 5,87 247,3528464 0,75 0,209 0,209
28 1-TPA P 106,97 0,000535 0,053485 0,65 6,47 57,7 57 56,7 56 0,7 0,7 6,508 0,108 10,819 5 0,13 5,13 270,5966616 0,75 0,030 4,471
Tabel 4.5 Perhitungan Debit Banjir
Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah
70
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
Node 28 – 27
S = 0,30 n = 0,016
𝑄 0,598
𝐴= = = 0,054𝑚2
𝑉 0, 6
72
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
Dicek dengan persamaan Manning, apakah nilai V sudah memenuhi syarat, yaitu
0,6 m/det – 3 m/det
1 2 1
𝑉= 𝑥 𝑅 �3 𝑥 𝑆 �2
𝑛
1/2
b = (A/ 2 )
½
=(0,99 / 2)
= 0,7
h =2xb
= 2 x 0,7 = 0,15
b koreksi = a/h
= 0,99 / 1,5
Keliling basah
𝑙𝑢 = 𝑏 + 2ℎ�1 + 𝑚2
𝐴 1,242
𝑅= = = 0,303 𝑚
𝑙𝑢 4,09
73
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
74
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
Qp h=2b N
V b(m) b (m) A (mannin Lu R V Q
kumula A (ca) b(m) h=2b(m) m Kst (m)
m/s) koreksi pakai
tif pakai Aktual g) (m) (m) Aktual Salur
0,598 0,997352 0,70617 1,41234 0,665 0,700 1,5 1,242 4,099 0,303 4,904 6,092
0,440 0,733342 0,605534 1,211068 0,564 0,600 1,3 0,921 3,542 0,260 3,261 3,004
1,147 1,911539 0,977635 1,955269 0,956 1,000 2 2,393 5,570 0,430 3,464 8,288
0,177 0,29428 0,383588 0,767176 0,368 0,400 0,8 0,383 2,228 0,172 4,341 1,662
1,323 2,205819 1,050195 2,10039 1,003 1,100 2,2 2,895 6,127 0,472 11,385 32,95
1,323 2,205819 1,050195 2,10039 1,003 1,100 2,2 2,895 6,127 0,472 13,911 40,27
0,272 0,454085 0,47649 0,95298 0,454 0,500 1 0,598 2,785 0,215 4,338 2,595
1,728 2,880767 1,20016 2,400319 1,152 1,200 2,5 3,565 6,884 0,518 5,666 20,20
0,129 0,215178 0,328008 0,656016 0,307 0,400 0,7 0,343 2,028 0,169 7,093 2,431
1,919 3,19841 1,264597 2,529194 1,230 1,300 2,6 4,043 7,241 0,558 9,077 36,70
0,130 0,217207 0,329551 0,659101 0,310 0,400 0,7 0,343 2,028 0,169 5,394 1,849
0,217 0,361034 0,424873 0,849746 0,401 0,500 0,9 0,548 2,585 0,212 5,253 2,879
0,195 0,325159 0,403212 0,806424 0,361 0,400 0,9 0,423 2,428 0,174 6,252 2,643
0,6 0,378 0,630577 0,561506 1,123012 0,525 0,600 1,2 0,861 3,342 0,258 3,189 2,747
0,577 100 0,016
2,514 4,190022 1,447415 2,894831 1,445 1,500 2,9 5,233 8,155 0,642 11,447 59,90
0,191 0,318632 0,399144 0,798288 0,398 0,400 0,8 0,383 2,228 0,172 1,939 0,742
2,803 4,671744 1,528356 3,056712 1,507 1,600 3,1 5,965 8,712 0,685 7,638 45,56
0,201 0,334362 0,408878 0,817756 0,372 0,400 0,9 0,423 2,428 0,174 2,139 0,904
3,111 5,184187 1,609998 3,219996 1,571 1,600 3,3 6,285 9,112 0,690 4,641 29,17
0,166 0,276089 0,371544 0,743087 0,345 0,400 0,8 0,383 2,228 0,172 0,755 0,289
3,276 5,460277 1,652313 3,304626 1,606 1,700 3,4 6,914 9,469 0,730 2,294 15,86
3,382 5,636567 1,678774 3,357549 1,658 1,700 3,4 6,914 9,469 0,730 4,175 28,87
0,403 0,672417 0,579835 1,15967 0,560 0,600 1,2 0,861 3,342 0,258 2,768 2,384
3,826 6,37706 1,785646 3,571291 1,771 1,800 3,6 7,752 10,026 0,773 5,711 44,26
0,270 0,449807 0,47424 0,94848 0,450 0,500 1 0,598 2,785 0,215 1,894 1,133
4,232 7,053301 1,877938 3,755876 1,856 1,900 3,8 8,637 10,583 0,816 3,239 27,97
0,209 0,348968 0,417713 0,835426 0,388 0,400 0,9 0,423 2,428 0,174 1,322 0,559
4,471 7,452394 1,930336 3,860672 1,911 2,000 3,9 9,370 10,940 0,856 18,541 173,72
Tabel 4.6 Analisa Debit dan Dimensi
75
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
Node 28 - 27
n = 0,016
R = 0,303 m
1 2 1
𝑉= 𝑥 𝑅 �3 𝑥 𝑆 �2
𝑛
1�
1 2 ℎ𝑔𝑠 2
𝑉 = 𝑥 𝑅 �3 𝑥 � �
𝑛 𝐿
𝑉2
ℎ𝑔𝑠 = 𝑥𝐿
1 2 2�
�𝑛 � 𝑥 𝑅 3
76
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
77
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
7-5 6,914 9,469 0,730 4,175 0,1216 0,0243 0,1460 13,854
6-5 0,861 3,342 0,258 2,768 0,4050 0,0810 0,4860 13,514
5-3 7,752 10,026 0,773 5,711 0,0842 0,0168 0,1011 13,899
4-3 0,598 2,785 0,215 1,894 0,1435 0,0287 0,1721 13,828
3-1 8,637 10,583 0,816 3,239 0,0873 0,0175 0,1048 13,895
2-1 0,423 2,428 0,174 1,322 0,0624 0,0125 0,0748 13,925
1-TPA 9,370 10,940 0,856 18,541 0,6350 0,1270 0,7620 13,238
Pn = Po x ( 1 + r )n
Pn = 700 x ( 1+0,03)10
78
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
= 941 jiwa
Perhitungan Debit Maksimum
Data-data perencanaan :
Asumsi pengeluaran limbah = 0.01 - 0.02 Liter/detik/orang
79
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data perencanaan dan analisa perhitungan, dapat disimpulkan
data sebagai berikut:
d. Q fw pada pipa limbah yaitu 1,54 L/s. Q komulatif pada pipa terpanjang
28-27 . Sehingga pada pipa air limbah menggunakan pipa PVC
berdiameter 3 inch pada saluran tersier, 11 inch pada saluran sekunder.
Tekanan Sisa 9,9.
e. Total beda tinggi air limbah 10 m. Total hilang tinggi tekan saluran air
limbah pada saluran terpanjang = 0,86.
82
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
5.2 Saran
Agar saluran drainase berjalan dengan baik, kami memiliki beberapa
saran sebagai berikut:
1. Agar sistem drainase yang telah direncanakan tetap berjalan baik, maka
diperlukan pemeliharaan secara berkal. Pemeliharaan harus melibatkan
partisipasi masyarakat sekitar agar saluran dapat berjalan dengan baik.
83
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
DAFTAR PUSTAKA
84
LAMPIRAN