Anda di halaman 1dari 95

TUGAS BESAR DRAINASE

KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

TUGAS BESAR
MATA KULIAH DRAINASE DAN AIR LIMBAH
“PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DAN AIR
LIMBAH PADA PERUMAHAN RIVERA HILL”

Nama Anggota :
1. Giska Oriza (3114120034)
2. Muhamad Jaelani Dahlan (3114120037)
3. Muhammad Arief Dhaifullah (3114120048)
4. Naufan Dendy Pratama (3114120041)
Kelas :
3 SIPIL 2 SIANG

1
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
BAB I ...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
1.3 Permasalahan ..........................................................................................................2
1.4Pembatasan Masalah…......................................................................................3
BAB II .............................................................................................................................4
DASAR TEORI .............................................................................................................4
2.1 Pengertian Drainase............................................................................................ 4
2.2 Tujuan drainase .................................................................................................. 5
2.3 Jenis Drainase ..................................................................................................... 5
2.3.1 Klasifikasi Sistem Drainase Perkotaan ......................................................9
2.3.2 Green Infrastruktur...................................................................................10
2.3.3 Faktor Penting Perancangan Sistem.........................................................17
2.3.4 Siklus Hidrologi ......................................................................................17
2.3.5 Hujan .......................................................................................................19
2.4 Air Limbah ....................................................................................................... 41
2.5 Analisa Debit dan Dimensi Limbah ................................................................. 58
2.5.1 Analisa Debit ...........................................................................................58
2.5.2 Analisa Dimensi ............................................................................................ 58
2.5.3 Analisa Hilang Tinggi Tekan ......................................................................... 59
BAB III ..........................................................................................................................61
DATA .............................................................................................................................
61
BAB IV ...........................................................................................................................
63
ANALISA DAN PERENCANAAN ..............................................................................
63
DRAINASE & AIR LIMBAH .......................................................................................
63
4.1 Pembuatan Layout ................................................................................................ 63
4.2 Penomoran Titik Tujuan (Node) ........................................................................... 63
4.3 Pembagian Zona Tangkapan (Catchment Area) .............................................. 63

2
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

4.4 Analisis Perhitungan Drainase ......................................................................... 63


4.4.1 Perhitungan Data Curah Hujan ......................................................................... 63
4.4.3 Perhitungan Debit Banjir ...............................................................................68
4.4.4 Perhitungan Dimensi Saluran ................................................................... 72
4.5 Analisis Perhitungan Limbah ..................................................................... 77
4.5.1 Perhitungan Penduduk dan Kebutuhan Air............................................... 77
BAB V ........................................................................................................................ 85
PENUTUP .................................................................................................................. 85
5.1 Kesimpulan............................................................................................................ 85
5.2 Saran ..................................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 87

3
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Tugas Besar Drainase dan Pengolahan Limbah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tugas ini dimaksudkan untuk
memenuhi syarat nilai mata kuliah Drainase dan Pengolahan Limbah pada semester
VI, dimana tugas ini lebih di titik beratkan kepada penerapan teori dan
pengaplikasiannya di lapangan.

Laporan Tugas Besar ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang telah mendukung dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu
ucapan terima kasih ditujukan kepada:

1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material.
2. Bapak Ir. Drs. Jasuri Sa’at, M.T. selaku pembimbing.

3. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Besar ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan agar Laporan Tugas Besar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat menjadi pedoman nantinya di dunia kerja.

Depok, 13 Juni 2017

Penyusun

4
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah sumber kehidupan manusia yang harus dijaga kelestariannya.
Namun, Permasalahan air adalah permasalahan yang tidak kunjung usai. Segala
bentuk permasalahannya serta sistemnya patut dijadikan permasalahan utama
dalam kehidupan perkotaan, khususnya sistem drainase perkotaan. Banyak yang
menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem drainase perkotaan. Mulai dari
sampah, sungai tercemar, pembuangan limbah di saluran drainase, hingga banjir.
Selain itu faktor pertambahan penduduk juga ikut memberikan kontribusi dalam
permasalahan sistem drainase di perkotaan. Pertumbuhan penduduk dan
pembangunan yang begitu cepat menyebabkan perubahan tata guna lahan. Banyak
lahan yang awalnya berupa daerah resapan, kini telah berubah menjadi kawasan
pemukiman, industri, perkantoran dan perdagangan.

Dampak yang nyata dari perubahan tata guna lahan tersebut adalah
meningkatnya aliran permukaan sekaligus menurunkan resapan air tanah.
Selanjutnya akibat yang timbul adalah distribusi air yang timpang antara musim
penghujan dengan musim kemarau. Debit banjir meningkat dan ancaman
kekeringan semakin nyata. Bencana banjir maupun kekeringan telah
menimbulkan kerugian yang sangat besar, bahkan juga memakan korban. Segala
permasalahan lingkungan tersebut merupakan tanggung jawab kita yang harus
diselesaikanbersama.

Berdasarkan siklus air, air hujan turun ke bumi kemudian meresap di


dalam tanah. Air yang meresap ke dalam tanah ini akan mengalir menuju hilir.
Sedangkan air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah, melimpas, menjadi
genangan di permukaan atau mengalir ke sungai. Air sungai mengalir menuju hilir
atau bermuara di lautan. Siklus ini akan terus berulang hingga air dari penguapan
laut turun kembali sebagai hujan. Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan
permasalahan ketika air tidak ”diganggu” alirannya. Gangguan ini dapat berupa

5
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

pembatasan gerak air, pencemaran lingkungan atau juga pengurangan jumlah air
yang meresap ke tanah. Namun, permasalahan saat ini adalah keterbatasan dalam
penyediaan jumlah air bersih. Hal ini disebabkan oleh air hujan yang turun ke
permukaan tanah, tidak diberi kesempatan untuk meresap ke dalam tanah sebagai
cadangan air tanah. Akibatnya tanah tidak memiliki cadangan air tanah sehingga
mengakibatkan kekeringan. Sementara itu, saat hujan turun jalan-jalan tergenang
oleh air hujan atau bahkan luapan air dari saluran drainase. Hal ini disebabkan
karena penyempitan dan pengurangan saluran drainase akibat meningkatnya
jumlah penduduk. Permasalahan drainase ini juga diperparah oleh banyaknya
sedimentasi tanah dan sampah di saluran drainase dan sungai. Oleh karena itu,
kami akan membahas mengenai prosedur mendesain drainase perkotaan dengan
sistem gravitasi khususnya di daerah Depok – Jawa Barat.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan makalah ini diantaranya adalah :
1) Sebagai salah satu tugas dari mata kuliah “ Drainase dan Pengolahan Air
Limbah” pada Semester VI.

2) Dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam merencanakan drainase sistem


gravitasi.

3) Dapat menganalisa dan melakukan perhitungan dalam menentukan tipe


dan dimensi saluran drainase.

1.3 Permasalahan
Topik permasalahan yang akan dibahas dalam tugas perencanaan drainase
perkotaan ini adalah bagaimana cara menentukan aliran drainase berdasarkan
kontur yang ada dan menghitung dimensi saluran drainase berdasarkan curah
hujan dan catchment area yang telah ada.

6
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

1.4 Pembatasan Masalah


Dalam tugas ini, masalah yang akan kami bahas tidak menyeluruh mengenai
system drainase perkotaan, melainkan kami batasi hanya pada drainase sistem
gravitasi dengan saluran drainase terbuka dan berbentuk persegi

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I berisi tentang pendahuluan dan gambaran tentang isi dari
penulisan. BAB II berisi tentang dasar teori yang digunakan. BAB
III berisi tentang data-data yang dibutuhkan untuk menganalisa.
BAB IV
berisi tentang Analisa Perhitungan Data. BAB
V

berisi tentang kesimpulan dan saran


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

7
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Drainase


Drainase adalah suatu ilmu tentang pengeringan tanah (to drain =
mengosongkan air) 1 . Tanah perlu dikeringkan untuk beberapa keperluan,
antara lain pertanian, bangunan, kesehatan, dan landscape. Di dalam usaha
mengeringkan tanah, perlu diperhatikan agar tanah/lahan yang sudah kering
tidak dimasuki/digenangi lagi oleh air dari sekitarnya, baik dari air
permukaan maupun air yang ada di bawah permukaan tanah.

Dengan demikian ada dua macam drainase :


1. Drainase permukaan (surface drainage), untuk mengalirkan air yang ada
di atas tanah ke luar daerah yang akan dikeringkan.

2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage), untuk


mengalirkan air yang masuk ke dalam tanah.

Air yang dibuang ke luar daerah yang akan dikeringkan adalah :


- air hujan
- air kotor / air limbah rumah tangga
- air dari lingkungan sekitar
- air limbah dari pabrik / industri
- air pembilas (penggelontor)

Pembuangan air atau drainase merupakan usaha preventif (pencegahan)


untuk mencegah terjadinya banjir atau genangan air, serta timbulnya
penyakit. Prinsip dasar pembuangan air (drainase) adalah bahwa air harus
secepat mungkin dibuang dan secara terus-menerus (continue), serta

1
Ir. Haryono Sukamto, MSi. Drainase Perkotaan, DPU 1999, Hal. 1

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


8
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

dilakukan seekonomis mungkin. Drainase perkotaan merupakan usaha untuk


mengatasi masalah genangan air di kota-kota besar maupun kecil.

Drainase kota mayoritas menangani limpasan permukaan yang disebut


drainase permukaan (surface drainage). Adapun limpasan permukaan,
mayoritas bersumber dari limpasan air hujan, juga ada yang bersumber dari
buangan air limbah [air limbah domestic yang umumnya buangan air cucian
domestik (grey water), bahkan ada yang dari air (black water) dan dari air
buangan industri]. Keadaan drainase semacam ini disebut sistem drainase
campuran. Oleh karena debit aliran air limbah yang masih dimasukkan
kedalam saluran drainase itu relatif sangat kecil jika dibanding dengan debit
puncak limpasan air hujannya, maka setiap perencanaan drainase
permukaan, hanya mengacu pada karakteristik limpasan air hujan yang
terjadi.

2.2 Tujuan drainase


1. Mengalirkan air permukaan maupun air bawah permukaan agar tidak
menggenangi permukaan yang diberi sistem drainase.

2. Mencegah agar air dari luar daerah tidak memasuki permukaan.


3. Pengendalian daya erosi air permukaan.

2.3 Jenis Drainase


Jenis – jenis Drainase sangat beragam, diantaranya :
1) Berdasarkan Letak Saluran
(a) Drainase Permukaan Tanah yaitu saluran drainase yang berada di
atas permukaan tanah, yang berfungsi untuk mengalirkan air
limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa
openchannel flow.

(b) Drainase Bawah Permukaan yaitu saluran drainase yang


bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di
bawah permukaan tanah karena alasan-alasan tertentu. Alasan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


9
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

tersebut antara lain karena tuntutan fungsi permukaan tanah yang


tidak memperbolehkan adanya saluran di permukaan tanah, seperti
lapangan sepak bola, taman, dan lapangan terbang.

2) Menurut Sejarah Terbentuknya


(a) Drainase Alamiah
Drainase Alamiah, yaitu sistem drainase yang terbentuk secara
alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia. Pada daerah
yang belum berkembang, drainase terjadi secara alamiah sebagai
bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak
secara statis, melainkan terus berubah secara konstan menurut
keadaan fisik lingkungan sekitar.

(b) Drainase Buatan yaitu saluran drainase yang dibentuk


berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk mentukan debit akibat
hujan, dan dimensi saluran.

Drainase buatan dibagi menjadi 3 berdasarkan tempatnya, yaitu :


i. Drainase Jalan Raya
Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya
adalah melindungi jalan dari permukaan air dan air tanah.
Genangan air di permukaan jalan memperlambat laju
kendaraan dan memberikan andil terjadinya kecelakaan
akibat permukaan jalan yang licin. Berdasarkan fungsinya
drainase jalan dibedakan menjadi drainase permukaan dan
drainase bawah permukaan. (Suripin, 2004).

i.1) Drainase permukaan


Drainase permukaan ditujukan untuk
menghilangkan air hujan dari permukaan jalan sehingga lalu
lintas dapat melaju dengan aman dan efisien, serta untuk

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


10
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

menampung air tanah dan air permukaan yang menuju jalan.


Fungsi yang lain adalah untuk membawa air menyeberang
alinement jalan secara terkendali. Fungsi drainase ini
memerlukan bangunan drainase melintang, seperti gorong-
gorong dan jembatan. Disamping itu juga untuk minimalkan
penetrasi air hujan ke dalam struktur jalan.

i.2) Drainase bawah permukaan


Drainase bawah permukaan ditujukan untuk
mencegah masuknya air kedalam struktur jalan dan
mengeluarkan air dari struktur jalan, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan pada jalan.

ii. Drainase lapangan terbang


Sistem drainase yang memadai untuk membuang air
permukaaan dan air dari bawah permukaan pada lapangan
terbang merupakan komponen vital untuk keselamatan
pesawat dan umur perkerasan. Drainase yang tidak memadai
mengakibatkan terbentuknya gelombang pada perkerasan
yang membahayakan pesawat pada saat tinggal landas
maupun mendarat. Drainase yang tidak baik juga dapat
mempercepat kerusakan perkerasan. Drainase lapangan
terbang berfungsi untuk membuang air permukaan dan air
bawah tanah dari lapangan terbang. Selain itu, juga berfungsi
untuk intersepsi dan mengalirkan air permukaan dan air tanah
yang berasal dari lapangan terbang.(Suripin,2004)

Berdasarkan fungsinya, drainase lapangan terbang terdiri


dari dua bagian, yaitu drainase permukaan dan drainase
bawah permukaan.(Suripin,2004). ii.1) Drainase
permukaan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


11
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Drainase permukaan berfungsi untuk menangani air


permukaan, khususnya air yang berasal dari air hujan.

ii.2) Drainase bawah permukaan


Drainase bawah permukaan berfungsi untuk
membuang air dari base course dan air bawah
permukaan, serta menerima dan membuang air dari l
lapisan tembus air.

iii. Drainase lapangan olahraga


Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan
infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan tanah, dan tidak
boleh terjadi genangan air. Batas antara keliling lapangan
sepakbola dengan jalur atletik harus memiliki collector drain.

Menurut Konstruksi
a) Saluran Terbuka
yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan, namun pada umumnya
sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada
pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining
(lapisan pelindung). Akan tetapi, saluran terbuka di dalam kota harus
diberi lining dengan beton, mansory (pasangan batu).

b) Saluran Tertutup
yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan. Sistem drainase ini baik untuk diterapkan di daerah
perkotaan, terutama dengan tingkat penduduk yang tinggi.

3) Menurut Fungsi

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


12
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

a) Single Purpose yaitu saluran yang berfungsi untuk


mengalirkan satu jenis air
buangan saja.

b) Multi Purpose
yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.

2.3.1 Klasifikasi Sistem Drainase Perkotaan


Sistem drainase perkotaan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu

1. Drainase Primer

Drainase primer adalah saluran drainase yang menghubungkan antara


drainase sekunder dengan sungai

2. Drainase Sekunder
Drainase sekunder adalah saluran drainase yang menghubungkan saluran
tersier dengan saluran primer (dibangun dari beton/plesteran semen)

3. Drainase Tersier
Drainase tersier adalah saluran drainase yang menghubungkan saluran
kuarter dengan saluran sekunder.

4. Drainase Kuarter
Drainase kuarter adalah saluran drainase untuk mengalirkan limbah
rumah tangga menuju saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.

2.3.2 Green Infrastruktur


Merupakan konsep/strategi perencanaan yang tetap mempertahankan proses
alamiah ekologi kawasan, konservasi udara, dan sumber air tanpa

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


13
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

menimbulkan degradasi sumber sumber alam dalam jangka panjang dan


memberikan kontribusi pada kesehatan dan tingkat kesejahteraan
masyarakat/pemukim. Konsep Green Infrastruktur dapat diaplikasikan
melalui beberapa infrastruktur drainase yang berbeda dengan infrastruktur
konvensional, antara lain :

1.Saluran drainase standar & swales


2.Kolam retensi
3.Sistem bioretensi
4.Parit infiltrasi

1) Saluran Standar dan Swales


(a) Saluran Standar tanpa perkerasan

Gbr 2.1 Saluran Tanpa Perkerasan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


14
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

(b) Saluran Standar dengan perkerasan

Gbr 2.2 Saluran Standar dengan Perkerasan

Gbr 2.3 Saluran Standar dengan Perkerasan berbentuk persegi

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


15
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Gbr 2.4 Saluran Standar dengan Perkerasan berbentuk segitiga

Gbr 2.5 Saluran Standar dengan Perkerasan berbentuk setengah


lingkaran
(c) Dry Swale
Struktur berupa saluran yang diberi vegetasi serta lapisan filter di
dasar saluran untuk mencegah lapisan tanah terbawa oleh aliran air.
Karena kondisinya yang hampir selalu kering, struktur ini baik untuk
digunakan di daerah permukiman.

(d) Wet Swale

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


16
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Gbr 2.6 Dry Swale

Struktur berupa saluran dengan vegetasi pada daerah rawa atau


daerah yang memiliki elevasi muka air tanah yang tinggi. Jika mika
air tinggi, struktur ini tergenang oleh air, sedangkan jika muka air
rendah struktur ini kering.

Gbr 2.7 Wet Swale


2) Kolam Retensi
Kolam Retensi (retention basin) dikenal juga dengan istilah wet pond atau
wet pool, adalah kolam yang digunakan untuk mereduksi kadar

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


17
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

polutan yang terbawa oleh air hujan.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


18
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Gbr 2.8 Kolam Retensi

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


19
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

3) Sistem Bioretensi
Merupakan struktur berupa cekungan pada suatu area seperti tempat
parkir, perumahan, dan lain-lain yang menerima limpasan air hujan dari
sekelilingnya. Air limpasan hujan mengalir menuju area bioretensi
mengalami penggenangan di permukaan tanah dan kemudian berangsur-
angsur menyerap ke dalam tanah.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


20
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Gambar 2.9 Sistem Bio Retensi

4) Parit Infiltrasi
Merupakan struktur berupa parit yang diisi oleh agregat batu sehingga
memungkinkan penyerapan limpasan air hujan melalui dinding dan
dasar parit. Air limpasan hujan yang tertampung dalam parit ini
diharapkan berangsur-angsur akan menyerap ke dalam tanah.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


21
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Gambar 2.10 Sistem Parit Infiltrasi


2.3.3 Faktor Penting Perancangan Sistem Sistem
Pengumpul Air Hujan
1. Kuantitas air yang akan dialirkan tergantung luas daerah dan curah hujan
2. Air hujan tergantung intensitas hujan, jenis daerah yang akan dilayani
3. Pembagian daerah pelayanan berdasarkan jenis penggunaannya
4. Prinsip alam dalam infiltrasi air hujan masih diharapkan terjadi sehingga
ukuran saluran tidak terlalu besar

5. Jenis bahan penutup permukaan tanah menentukan banyaknya air yang


mengalir dan masuk ke dalam tanah

6. Kualitas air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah dan jalan sudah
mengandung bahan pencemar

2.3.4 Siklus Hidrologi


Keberadaan air di alam hampir tidak pernah tetap tinggal berada di
suatu tempat, tetapi akan berpindah dari suatu tempat ke tempat lain
menjalani suatu gerakan / siklus dan pada suatu keadaan tertentu mengalami
perubahan bentuk. Keadaan ini sering disebut dengan istilah siklus hidrologi.
Siklus hidrologi terjadi akibat sifat air yang dapat mengalami perubahan
secara fisika menjadi uap, embun, salju, dan es oleh pengaruh perubahan
suhu dan bergerak dari satu tempat ke tempat lain karena perbedaan tekanan
udara, atau dengan kata lain selalu mengikuti pergerakan udara. Pergerakan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


22
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

air dalam menjalani siklusnya menunjukkan adanya suatu mekanisme yang


tidak tetap dari waktu ke waktu dimana air berada. Bahkan mungkin untuk
suatu daerah yang berdekatanpun mempunyai siklus hidrologi yang berbeda.

Secara sederhana siklus hidrologi dapat diterangkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.11 Skema sederhana Siklus Hidrologi

• Air di laut / lautan (1), oleh karena adanya pengaruh radiasi matahari
maka sebagian volume air itu akan menguap. Uap air tersebut dapat
terbawa angin yang semakin tinggi elevasinya akan dipengaruhi suhu
udara yang semakin menurun sehingga terkondensasi menjadi butirbutir
air dan terbentuk awan hujan. Butir-butir itu akan semakin besar,
akhirnya jatuh karena gravitasi bumi dan jadilah hujan (2).
• Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan menjadi aliran
permukaan (surface runoff) (3). Aliran permukaan sebagian akan
meresap ke dalam tanah menjadi aliran bawah permukaan melalui proses
infiltrasi (4), dan perkolasi (5), selebihnya akan terkumpul didalam
jaringan alur sungai, sebagai aliran sungai (river flow) (6). Apabila
kondisi tanah memungkinkan sebagian air infiltrasi akan mengalir
kembali kedalam sungai, atau genangan lainnya seperti waduk, danau

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


23
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

sebagai interflow (7). Sebagian dari air dalam tanah dapat muncul
kembali kepermukaan tanah sebagai air eksfiltrasi (8) dan dapat
terkumpul lagi kedalam alur sungai atau langsung menuju ke laut /
lautan. Aliran sungai tersebut sebagian akan mengalir kembali menuju
laut / lautan.

• Air hujan yang jatuh di bumi sebagian akan tertahan oleh vegetasi,
sebagian jatuh ke permukaan bumi dan sebagian lagi jatuh langsung ke
daerah genangan, ke laut, ke sungai, ke danau dan akan menguap kembali
ke atmosfer dan sebagian air hujan itu masuk ke dalam tanah menjadi air
bawah permukaan dan kembali ke atmosfer melalui proses penguapan
(evaporasi) (9), dan evapotranspirasi (10). Sebagian air hujan tersebut
masuk ke dalam akuifer menjadi aliran tanah (11) dan mengalir kembali
ke laut. 2

2.3.5 Hujan
Hujan (rain), adalah bentuk tetesan air yang mempunyai garis tengah
lebih dari 0,50 mm atau lebih kecil dan terhambur luas pada suatu kawasan.
Sedangkan curah hujan (rain fall), adalah banyaknya air yang jatuh ke
permukaan bumi, dalam hal ini permukaan bumi dianggap datar dan kedap,
tidak mengalami penguapan dan tersebar merata serta dinyatakan sebagai
ketebalan air (rain fall depth, mm, cm).3
Di dalam merencanakan pembuangan air hujan, yang perlu diketahui
adalah banyaknya air hujan yang jatuh atau debit curah hujan, dan air hujan
yang mengalir ke saluran-saluran pembuang atau debit pengaliran air hujan.4
Air hujan yang mengalir di permukaan tanah dan ditampung di
selokan-selokan pembuang, tidak sama dengan jumlah air hujan yang jatuh,
karena adanya air yang meresap (infiltrasi) ke dalam tanah, yang menguap

2
Desi Supriyan, Diktat Hidrologi, Teknik Sipil, PNJ, 2004, Hal. 3
3
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 177
4
Ir. Haryono Sukamto, MSi. Drainase Perkotaan, DPU 1999, Hal. 4

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


24
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

(evaporasi), dan sebagainya. Jadi perlu dilakukan pengukuran hujan dan


penentuan koefisien pengaliran dari tanah permukaan.

2.3.5.2 Analisis Data Hujan


Membangun pos hujan mempunyai banyak tujuan, antara lain :
(1) Mendapatkan sampel data hujan dari suatu jaringan hidrologi,
(2) Menentukan karakteristik hujan suatu DPS, seperti curah hujan,
intensitas, frekuensi, atau periode ulang hujan. Untuk
mendapatkan karakteristik hujan diperlukan analisis seperti :5

1. Pengecekan Kualitas Data Hujan


Data yang diperlukan harus tidak mengandung kesalahan
dan harus dicek sebelum digunakan untuk dianalisis
hidrologi lebih lanjut, oleh karena itu harus dilakukan
pengecekan kualitas data dengan uji konsistensi. Data
hujan yang disebut konsisten berarti data yang terukur
dan dihitung adalah benar dan teliti sesuai dengan
fenomena saat huajan itu terjadi.

Beberapa hal yang menyebabkan data hujan tidak


konsisten, antara lain karena :6
1. Penggantian jenis alat dan atau spesifikasi alat.
2. Perkembangan lingkungan sekitar pos hujan, misal
dari kawasan persawahan menjadi perkantoran dengan
gedung-gedung tinggi sehingga hujan tidak dapat
terukur seperti semula.

3. Pemindahan lokasi pos hujan atau perubahan elevasi


pos hujan.

4. Perubahan alam, misal perubahan iklim.

5
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 199

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


25
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

2. Pengisian Data Hujan yang Hilang (kosong) Seringkali


ditemukan data hujan tidak komplit (incomplete record).
Data hujan yang tidak komplit dapat disebabkan oleh
faktor manusia atau oleh alat. Misal kesengajaan
pengamat tidak mencatat data ataupun bila mencatat data
yang diukur salah dalam pengukurannya. Beberapa cara
untuk memperkirakan data hujan yang hilang atau tidak
tercatat untuk runtut waktu tertentu, diantaranya :7

1. Rata-rata Arimatik
Data periode kosong dapat diperkirakan berbasis data
dari pos hujan A, B, dan C yang lokasinya berdekatan
dengan pos X. Bila semua pos hujan mempunyai
karakteristik sama dan curah hujan normal tahunan
dari pos A, B, dan C tidak lebih besar dari 10 %
bedanya dari pos X, data hujan dari pos X pada periode
kosong dapat dihitung dengan rumus :

Hx = ×(Ha + Hb + Hc)

6
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 199
7
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 202
Dalam hal ini Hx = besarnya curah hujan normal
tahunan di pos X sedangkan Ha, Hb, dan Hc = curah
hujan normal tahunan di pos A, B, dan C.

2. Perbandingan Normal
Bila curah hujan normal di pos A, B, dan C tersebut
berbeda lebih dari 10 % dari pos hujan X, maka
metode aritmatik tidak berlaku. Dan dapat digunakan
metode perbandingan normal yang dapat dirumuskan:

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


26
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Hx = 13 NaNx Ha + NbNx
Hb + NxNc Hc

Dalam hal ini Hx = besarnya curah hujan normal


tahunan di pos X sedangkan Ha, Hb, dan Hc = curah
hujan normal tahunan di pos A, B, dan C. Na, Nb, dan
Nc menunjukkan nilai curah hujan normal tahunan di
pos A, B, dan C.

3. Kantor Cuaca
Metode ini memerlukan data dari 4 (empat) pos hujan
sebagai pos indeks (index station) yaitu misalnya pos
hujan A, B, C, dan D yang berlokasi disekeliling pos
hujan X yang diperlirakan data hujannya (lihat gambar
2). Bila pos indeks itu lokasinya berada disetiap
kuadran dari garis yang menghubungkan Utara –
Selatan dan Timur – Barat melalui titik pusat di pos
hujan X. Persamaannya adalah :

Hx = ∑ LiHi2


Li12

Hx = besarnya CH dipos X yang akan diperkirakan Hi


= besarnya curah hujan di pos A, B, C,dan D.
Li = jarak pos hujan A, B, C, dan D terhadap pos

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


27
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

hujan x.

Gambar 2.12 Metode Kantor Cuaca

3. Tebal Hujan Rata-Rata DPS


Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang
luas atau terjadi hanya bersifat setempat. Sejauh mana
curah hujan yang diukur dari suatu pos hujan dapat
mewakili karakteristik hujan untuk daerah yang luas, hal
itu bergantung dari beberapa fungsi, antara lain adalah :6
1. Jarak pos hujan itu sampai titik tengah kawasan yang
dihitung curah hujannya.

2. Luas daerah.
3. Topografi.
4. Sifat hujan.
Data hujan yang terukur selalu dianggap mewakili
kondisi kawasan dari suatu DPS. Oleh karena itu semakin
sedikit jumlah pos hujan dan semakin luas DPS maka
anggapan tersebut akan semakin besar kesalahannya.

i. Perhitungan Debit Banjir Rencana Debit


banjir rencana adalah besarnya debit yang direncanakan melewati

6
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 205

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


28
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

sebuah bangunan air yang dalam hal ini berupa saluran dengan
periode ulang tertentu, atau volume air rencana pada permukaan
tanah yang masuk kedalam saluran. Debit yang masuk berbanding
lurus dengan besarnya koefisien pengaliran, intensitas curah hujan,
dan luasan daerah tangkapan (catchment area).

Rumusnya adalah :7

Q = C×3I,6 × A atau Q = 0,2785×C × I × A

Dimana :
Q : Debit maksimum (m3/det).
C : Koefisien pengaliran (run off coefficient ).
I : Intensitas curah hujan selama time of concentration
(mm/jam).
A : Luas daerah pengaliran (m2, km2).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan debit rencana


adalah:

1. Data Curah Hujan

Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun.


Data curah hujan ini diperoleh dari Lembaga Meteorologi dan
Geofisika atau langsung ke Dinas Pekerjaan Umum yang
dekat dengan lokasi drainase. Jumlah data curah hujan yang
dibutuhkan ialah minimum curah hujan periode 10 tahun.

Untuk menghitung curah hujan daerah pada umumnya


digunakan standar luas daerah sebagai berikut :

1. Daerah dengan luas 250 ha yang mempunyai variasi


topografi yang kecil, dapat diwakili oleh sebuah alat ukur
curah hujan.

7
Shirley L. Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Hal. 281

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


29
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

2. Untuk daerah antara 250-50.000 ha dengan 2 atau 3 titik


pengamatan dapat digunakan dengan cara rata-rata.

3. Untuk daerah antara 120.000 – 500.000 ha yang


mempunyai titik–titik pengamatan yang tersebar cukup
merata dan dimana curah hujannya tidak terlalu di
pengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara
aljabar rata-rata. Jika titik–titik pengamatan tersebut tidak
tersebar merata maka digunakan cara Thiessen.

4. Untuk daerah lebih besar dari 500.000 ha, dapat digunakan


cara Isohiet atau cara potongan antara ( intersection
method ).

Metode yang dipergunakan untuk memperkirakan kejadian


berulang ini yaitu :
Metode Gumbel ( cara analitis )

Rumus yang digunakan adalah :

Xt = Xa + Yt −Yn ×Sx
Sn
Dimana :
Xt = Besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap t tahun.

Xa = Curah hujan rata-rata dari suatu catchment area


(mm).

Yt = Reduce Variate ( Tabel 1).


Yn = Reduce Mean (Tabel 2).
Sn = Reduce Standart Deviation (Tabel 3).
Sx = Standart Deviasi.

Tabel 2.1 Return Period a Function of Reduced

Return Period Reduced Variate

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


30
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
20 2,9606
25 3,1935
50 3,9019
100 4,6001

Sumber : C.D. Soenarto, Hidrologi Teknik, Edisi 2

Tabel 2.2 Reduced Mean (Yn)


Reduced Mean (Yn)

No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0.495 0.499 0.503 0.507 0.510 0.512 0.515 0.518 0.520 0.522
2 6 5 0 0 8 7 1 2 0
20 0.523 0.525 0.526 0.528 0.529 0.530 0.532 0.533 0.534 0.535
6 2 8 3 6 9 0 2 3 3
30 0.536 0.537 0.538 0.538 0.539 0.540 0.541 0.541 0.542 0.543
2 1 0 8 6 2 0 8 4 0
40 0.543 0.544 0.544 0.545 0.545 0.546 0.546 0.547 0.547 0.548
6 2 8 3 8 3 8 3 7 1
50 0.548 0.548 0.549 0.549 0.550 0.550 0.550 0.551 0.551 0.551
5 9 3 7 1 4 8 1 5 8
60 0.552 0.552 0.558 0.553 0.553 0.553 0.553 0.554 0.554 0.554
1 4 7 0 3 5 8 0 3 5
70 0.554 0.555 0.555 0.555 0.555 0.555 0.556 0.546 0.556 0.556
8 0 2 5 7 3 1 3 5 7

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


31
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

80 0.556 0.557 0.557 0.557 0.557 0.557 0.558 0.558 0.558 0.558
9 0 2 4 6 8 0 1 3 5
90 0.558 0.558 0.558 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559
6 7 9 1 2 3 5 6 8 9
Sumber : C.D. Soenarto, Hidrologi Teknik, Edisi 2

Tabel 2.3 Reduced Standart Deviation (Sn)

Reduced Standard Deviation (Sn)


No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.949 0.967 0.983 0.997 1.009 1.020 1.031 1.041 1.049 1.056
10
6 6 3 1 5 6 6 1 3 5
1.062 1.069 1.075 1.081 1.086 1.091 1.096 1.100 1.104 1.108
20
8 6 4 1 4 5 1 4 7 6
1.112 1.115 1.119 1.122 1.125 1.128 1.131 1.133 1.136 1.138
30
4 9 3 6 5 5 3 9 3 8
1.141 1.143 1.145 1.144 1.161 1.153 1.155 1.157 1.159
40 1.148
3 6 8 9 9 8 7 4 0
1.607 1.162 1.163 1.165 1.166 1.168 1.169 1.170 1.172 1.173
50
0 3 8 8 7 1 6 8 1 4
1.747 1.175 1.177 1.178 1.179 1.180 1.181 1.182 1.183 1.184
60
0 9 0 2 3 3 4 4 4 4
1.185 1.186 1.187 1.188 1.189 1.189 1.190 1.191 1.192 1.193
70
4 3 3 1 1 8 6 5 3 0
1.193 1.194 1.195 1.195 1.196 1.197 1.198 1.198 1.199 1.200
80
8 5 3 9 7 3 0 7 4 1
1.200 1.201 1.202 1.202 1.203 1.203 1.204 1.204 1.205 1.206
90
7 3 0 6 7 8 4 9 5 0
Sumber : C.D. Soenarto, Hidrologi Teknik, Edisi 2

2. Daerah Tangkapan (Catchment Area)


Adalah luas areal dengan curah hujan yang tebalnya dianggap
sama dan dinyatakan sebagai satuan luas (ha, km2). 8 Dari
daerah tangkapan (catchment area) ini akan dianalisis arah

8
Soewarno, Hidrologi Operasional, Jilid Kesatu, Bandung, 2000, Hal. 177

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


32
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

aliran, panjang aliran terjauh, panjang saluran terjauh, luas,


koefisien pengaliran, dan lain-lain.

Langkah-langkah penentuan pembagian daerah tangkapan


(catchment area) :

1. Setelah mengetahui letak daerah titik terjauh, peta dibagi


menjadi beberapa catchment area sesuai dengan arah
konsentrasi air.

2. Berdasarkan kontur atau elevasi yang ada, analisis


kemungkinan air mengalir dan gambarkan aliran airnya.

3. Hitung luas catchment area dengan cara pendekatan


menjadi bentuk kotak-kotak atau bentuk bangunan lain
untuk mempermudah perhitungan atau gunakan
planimetri.

4. Hitung kemiringan saluran dari permukaan limpasan yang


diprediksi.

4. Periode Ulang
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu
mempunyai periode ulang tertentu, periode ulang ditentukan dengan
melihat klasifikasi jalan ataupun daerah yang direncanakan dibuat
saluran drainase, antara lain : pertumbuhan daerah, lokasi yang
direncanakan dilalui saluran, dll.

5. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada
9
suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Analisa
intensitas curah hujan ini diproses dari data curah hujan yang telah

9
Desi Supriyan, Diktat Hidrologi, Teknik Sipil, PNJ, 2004, Hal. 48

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


33
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

terjadi pada masa lampau. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan


huruf atau dengan satuan mm/jam, yang artinya tinggi curah hujan
yang terjadi sekian mm dalam kurun waktu per jam. Intensitas curah
hujan yang dinyatakan dalam mm/jam dihubungkan dengan durasi
(lamanya hujan) yang dinyatakan dalam menit digambarkan dalam
Kurva Intensitas Hujan atau biasa disebut Intensitas Duration
Frequency (IDF). Maka diperlukan data curah hujan dengan durasi 5,
10, 15, 30, 60, 120, menit sampai 24 jam. 10 Beberapa rumusan dalam
perhitungan intensitas curah hujan berdasarkan cara empiris yang
sering digunakan untuk penentuan debit (banjir) pada persiapan
perencanaan teknis bangunan air, diantaranya :11

1. Formula Prof. Talbot (1881)


I=a t +b
Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam). t = Lamanya
curah hujan (jam). a dan b = Konstanta yang tergantung
pada lamnya curah hujan yang terjadi di daerah aliran.

a = [I ×Nt] [[II

22 ]]−−[[II ][×I]t][I]
2 b=

[I][NI ×[I t2]]−−N[I[]I[I2]×t]

2. Formula Prof. Sherman (1905)

10
Ir. S. Hindarko, Drainase Perkotaan, Edisi Kedua, 2000, Hal. 23
11
C.D. Soenarto, Hidrologi Teknik, Jakarta, 1999, Hal. 14

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


34
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

I=tan

Dengan :

loga = [logI]N [(log[(logt)t )


2

]
2 ]
− −[log[logt ×t][loglogIt]] [logt] n =

[logNI[(]log[logtt)

]2−]−N[log[logt]t[log×logt]I]

3. Formula Dr. Ishiguro (1953)

I=a
1 +b
Dengan :

a=
[I × Nt][[II ]]−−[[II ][×I] 1][I]
22 2
[ [×
b = [I] I N I

] [
1 ]−− [II ][×I] 1]N
2
2

4. Formula Dr. Mononobe


Jika data curah hujan yang tersedia berupa curah hujan harian,
maka perhitungan intensitas curah hujan dapat menggunakan
2
rumus Dr. Mononobe : I= R24 × 24 3

24 t
Dimana :

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


35
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

I = Intensitas curah hujan (mm/jam). t


= Lamanya curah hujan (jam).

R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Intensitas hujan (I) didapatkan dari grafik lengkung IDF dengan


cara mengeplotkan waktu konsentrasi (tc) memotong lengkung
IDF dengan periode ulang tertentu.

Gambar 2.13 Contoh Grafik Lengkung IDF

6. Koefisien Pengaliran (Run Of Coefficient)


Koefisien pengaliran adalah angka reduksi dari intensitas curah
hujan, yang besarnya disesuaikan dengan kondisi permukaan, dan
kemiringan / kelandaian, jenis tanah dan durasi hujan. Koefisien ini

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


36
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

tidak berdimensi. Koefisien pengaliran tergantung dari karakteristik


daerah pengaliran. Nilai C akan bertambah besar jika daerah kedap
air. Umumnya daerah permukiman mempunyai nilai C yang cukup
besar namun tetap dibawah 1. Jika daerah pengaliran mempunyai tata
guna lahan yang bervariatif, maka nilai pengalirannya dapat dihitung
berdasarkan persamaan menurut The

Asphalt Institute : 12
P13F

Cw = A1.C1+ A2.C2 +...+ An.Cn


A1+ A2 +...+ An Dimana
:
C1,C2,Cn : Koefisien pengaliran untuk setiap sub catchment
area.

A1,A2,An : Luas daerah pengaliran dengan karakterisrik


permukaan tanah yang sama.

Cw : C rata-rata pada daerah pengaliran yang dihitung.

Tabel 2.4 Standar Koefisien Limpasan Berdasarkan Kondisi Permukaan


Tanah

Kondisi Permukaan Tanah C

Jalur lalu - jalan asapal - 0,70 – 0,95


lintas jalan kerikil 0,30 – 0,70

Bahu jalan dan - tanah berbutir halus - 0,40 – 0,65


lereng tanah berbutir kasar 0,10 – 0,30
0,70 – 0,85
- lapisan batuan keras
0,50 – 0,75
- lapisan batuan lunak

12
Shirley L. Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Hal. 280

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


37
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Tanah pasiran kelandaian 0 – 2% 0,05 – 0,10


tertutup rumput 2 – 7% 0,10 – 0,15
> 7% 0,15 – 0,20

Tanah kohesif kelandaian 0 – 2% 0,13 – 0,17


tertutup rumput 2 – 7% 0,18 – 0,22
> 7% 0,22 – 0,35

Atap 0,75 – 0,95


Tanah lapangan 0,20 – 0,40
Tanah dipenuhi rumput dan pepohonan 0,10 – 0,25
Daerah pegunungan datar 0,30
Daerah pegunungan curam 0,50
Sawah 0,70 – 0,80
Ladang / huma 0,10 – 0,30

Sumber : Shirley L. Hendarsin, ”Perencanaan Teknik Jalan Raya”

i. Waktu Konsentrasi (Time Of Concentration) Time Of


Concentration (tc) adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air
untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke
titik pembuangan.13 Pada saat menyentuh permukaan daerah aliran
sungai yang paling jauh lokasinya dari muara, waktu konsentrasi
mulai dihitung. Untuk saluran di daerah perkotaan, tc adalah waktu
yang diperlukan oleh air untuk mengalir diatas permukaan tanah
sampai ke saluran terdekat (to) ditambah waktu pengaliran di dalam
saluran (td) sampai ke titik yang ditinjau.

13
Tata Cara Permukaan Drainase Permukaan Jalan, SNI 03 – 3424 – 1994, Hal. 1

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


38
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Besarnya waktu limpasan permukaan dipengaruhi oleh beberapa hal,


yaitu:
1. Kekasaran permukaan tanah.
2. Kemiringan tanah.
3. Ukuran luas daerah aliran dan jarak dan street inlet.
4. Adanya lekukan pada tanah.
5. Banyaknya bangunan yang mempengaruhi jumlah air yang
meresap.

Rumusnya adalah :

Tc = t1 +t 2 t1 = (2/3×3,28×

Lo. nd )0,167

t2 = 60L .V

Keterangan :
Tc = Waktu konsentrasi (menit).
t1 = Waktu inlet (menit).
t2 = Waktu aliran (menit).
Lo = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m).
L = Panjang saluran (m).
nd = Koefisien hambatan (Tabel 5).
s = Kemiringan daerah pengaliran. v
= Kecepatan air rata-rata diselokan (m/det).

Tabel 2.5 Hubungan Kondisi Permukaan Dengan Koefisien

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


39
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Hambatan

Kondisi Lapis Permukaan nd

1. Lapisan semen dan aspal beton 0,013


2. Permukaan licin dan kedap air 0,020
3. Permukaan licin dan kokoh 0,10
4. Tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan permukaan sedikit 0,20
kasar
0,40
5. Padang rumput dan rerumputan
0,60
6. Hutan gundul
0,80
7. Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan hamparan rumput
jarang sampai rapat

ii. Kecepatan Pengaliran Dalam Saluran


Kecepatan aliran merupakan jarak yang ditempuh aliran tiap satuan
waktu. Kecepatan aliran harus cukup besar untuk mencegah
pengendapan atau sedimentasi, tetapi tidak boleh terlalu besar
sehingga menimbulkan erosi. Tidaklah mudah untuk menetapkan
kecepatan rencana atau kecepatan rata-rata yang akan digunakan
dalam desain, sebab kecepatan minimum yang diizinkan sebagian
bergantung pada banyaknya butiran tanah yang diangkut air dari
daerah sekitarnya. Sedangkan kecepatan maksimum bergantung
pada jenis lapisan pelindung saluran. Kecepatan air didalam saluran
tidak boleh terlalu kecil karena akan menyebabkan pengendapan
lumpur dan mendangkalnya saluran. Jadi, kecepatan terbatas antara
:

1. Tidak boleh melebihi kecepatan erosi.


2. Tidak boleh kurang dari kecepatan angkut.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


40
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Kecepatan aliran yang diizinkan di dalam saluran beton adalah antara


0,6-3 m3/detik. Daftar kecepatan izin aliran berdasarkan jenis
material dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 2.6 Kecepatan Izin Berdasarkan Jenis Material


No. Material Kecepatan (m/det)
1 Beton 0,6 – 3
2 Aspal 0,6 – 1,5
3 Pasangan batu / blok beton 0,6 – 1,8
4 Kerikil / tanah liat sangat padat 0,6 – 1,0
5 Pasir berbutiran kasar atau padat berpasir yang
0,3 – 0,6
berkerikil
6 Pasir atau tanah berpasir dengan kandungan
0,2 – 0,3
tanah liat yang sangat banyak
7 Tanah berpasir dengan butiran halus atau lanau 0,1 – 0,2
Sumber : M.Eng. Wangsadipura Muljana

Tabel 2.7 Kecepatan Izin Aliran Air Berdasarkan Jenis Material

Jenis Bahan Kec. Aliran air yg diizinkan


(m/det)

Pasir Halus 0.45


Lempung Kepasiran 0.50
Lanau Aluvial 0.60
Kerikil Halus 0.75
Lempung Kokoh 0.75
Lempung Padat 1.10
Kerikil Kasar 1.20
Batu-batu Besar 1.50
Pasangan Batu 1.50
Beton 1.50

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


41
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Beton bertulang 1.50


Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, SK SNI, Tata Cara Perencanaan
Umum Drainase Perkotaan

Kecepatan minimum adalah kecepatan terkecil yang masih belum


menimbulkan sedimentasi (pengendapan) maupun tumbuhnya
tanaman / tumbuhan air, sedangkan kecepatan maksimum adalah
kecepatan pengaliran terbesar yang tidak akan menyebabkan erosi
dipermukaan saluran. Untuk nilai kecepatan rata-rata beton
digunakan 0,6 - 0,3 m/det sehingga apabila kecepatan aliran melebihi
kecepatan tersebut maka diperlukan bangunan pematah arus untuk
mengurangi kecepatan aliran tersebut yang diatur dalam SK SNI Tata
cara Drainase Perkotaan.

Untuk menghitung kecepatan saluran air digunakan rumus:14

V = n× R 23 ×i 1 2
Dimana :
V = Kecepatan izin aliran (m/det) n =
Koefisiensi kekasaran Manning (Tabel 8)

R = Jari-jari Hidrolik
i = Kemiringan saluran yang diizinkan

Tabel 2.8 Harga n untuk Rumus Manning

No Type Saluran Baik Sekali Baik Sedang Jelek

1 Saluran pas batu, tanpa penyelesaian 0.025 0.030 0.033 0.035

14
Tata Cara Permukaan Drainase Permukaan Jalan, SNI 03 – 3424 – 1994, Hal. 25

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


42
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

2 Seperti No. 1, tetapi 0.017 0.020 0.025 0.030


dengan
penyelesaian
3 Saluran beton 0.014 0.016 0.019 0.021
4 Saluran beton halus dan rata 0.010 0.011 0.012 0.013
5 Saluran beton pracetak dengan acuan 0.013 0.014 0.014 0.015
baja

6 Saluran beton pracetak dgn acuan kayu 0.015 0.016 0.016 0.018

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, SK SNI,


Tata cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan
2.3.6 Pemilihan Bentuk Saluran
Type dalam saluran drainase terbagi atas:
1. Saluran Beton Pra-cetak berbentuk segi empat persegi panjang.
Tipe saluran ini banyak dijumpai pada kawasan penduduk yang
padat penduduknya. Karena dindingnya tegak, sehingga
menghemat lahan.

2. Saluran tanah berbentuk trapesium yang cocok untuk pinggiran


kawasan perkotaan, dimana lahan masih luas.

3. Saluran pasangan batu kali berbentuk empat persegi panjang atau


trapesium, cocok untuk daerah perkotaan yang tidak begitu padat.

4. Saluran Pipa Beton Pra-cetak berbentuk bulat atau lonjong.


Banyak dijumpai pada kawasan perkotaan yang padat
penduduknya.

Dalam menentukan bentuk atau pofil saluran perlu diperhatikan aspek


ekonomi atau kehematan dengan luas penampang tertentu (A).
Macam-macam atau bentuk profil yang ada, antara lain: trapesium,
empat persegi panjang, segitiga, lingkaran, dll.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


43
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

1. Penampang Basah Saluran


Penampang basah saluran dihitung berdasarkan:
Saluran basah yang paling ekonomis, untuk menampung debit
maksimum yaitu:
1. Saluran bentuk trapesium.
2. Saluran bentuk segi empat.
3. Saluran bentuk segitiga.
4. Saluran bentuk setengah lingkaran.
5. Saluran berbentuk lingkaran atau gorong-gorong.
Luas tampang basah adalah luas penampang air pada saluran.

a.) Bentuk segiempat b.) Bentuk trapesium


a

h
c d
c

h
d

Gambar 2.14 Penampang Saluran

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


44
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Rumus untuk mencari luas dan keliling basahnya yaitu:


a.) Bentuk segiempat b.) Bentuk trapesium

A=b×d A= a +b ×d
2
O=2d+b O=2c+b
Jari-jari hidrolis dapat dihitung dengan rumus:

R=A
O
Nilai koefisien kekasaran dinding saluran dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.9 Nilai Koefisien Kekasaran Dinding Saluran Terbuka

Jenis Saluran K

Saluran Drainase Alam 40


Saluran Pasangan Batu Kosong 50
Saluran Pasangan Batu Belah 60
Saluran Beton 70
Saluran Yang Diplester Halus 90
Saluran Baja Gelombang 67
Saluran Pipa Baja 100
Saluran Pipa PVC 110

Kemiringan dasar saluran (i) adalah perbedaan tinggi awal dan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


45
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

akhir saluran (∆h) dibagi dengan panjang saluran (L)

Dasar saluran

∆h
i

Penentuan debit aliran dari air hujan yang jatuh pada lahan dapat
i =∆h L

digunakan rumus :
Q = 0,2785×C×I × A
Dimana :
Q = Debit (m3/det).
C = Koefisien aliran.
I = Intensitas hujan (mm/jam).
A = Luas area tangkapan air hujan (km2).

i. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan saluran ditentukan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan, antara lain:
1. Ukuran saluran.
2. Kecepatan pengaliran.
3. Arah dan lengkung (belokan) saluran.
4. Debit banjir.
5. Gelombang permukaan akibat tekanan aliran angin.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


46
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Mencari tinggi jagaan untuk saluran bentuk trapesium, segiempat,


dan setengah lingkaran dapat digunakan rumus:15

W = 0,5 ×d
Sedangkan untuk saluran lingkaran digunakan rumus:
W =D−d
D = Diameter Lingkaran
d = Tinggi saluran atau selokan yang tergenang air (m)
ii. Dimensi Saluran
Dimensi saluran ditentukan berdasarkan hasil perhitungan. Untuk
perbandingan dan pendekatan dimensi, berikut ini diberikan tabel
perbandingan antara lebar (b) dengan tinggi air (h) berdasarkan
debit yang mengalir pada saluran:

Tabel 2.10 Perbandingan dimensi saluran

Debit Q (m /dtk) b:h

0 – 0.5 1
0.5 – 1.0 1.5
1.0 – 1.5 2
1.5 – 3.0 2.5
3.0 – 4.5 3.0
6.0 – 7.5 4
7.5 – 9.0 4.5
9.0 – 11.0 5
2.3.7 Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap pada umumnya berfungsi untuk mengantarkan aliran
air agar lebih baik tanpa mengurangi kondisi aliran air tersebut, seperti :
kecepatan, dimensi saluran dan debit aliran.

Bangunan pelengkap yang digunakan dalam perencanaan sistem


drainase ini adalah bak kontrol yang berfungsi untuk mengendapakan

15
Tata Cara Permukaan Drainase Permukaan Jalan, SNI 03 – 3424 – 1994, Hal. 24

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


47
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

pasir dan tanah (sedimen) yang dibawa oleh aliran air yang juga berfungsi
sebagai main hole, yaitu suatu lubang ditutup dengan plat beton, yang
dapat dimasuki pekerja untuk keperluan pemerikasaan saluran.

2.4 Air Limbah


Air Limbah yaitu air dari suatu permukiman, industri, perkantoran,
yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan
dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik.

Air limbah atau air kotor berasal dari air buangan rumah tangga,
rumah sakit, rumah makan, dan sebagainya yang disebut dengan limbah
domestic ( domestic waste water ), bisa pula dari air buangan pabrik /
industri, yang disebut limbah pabrik / industri ( industrial waste water ).

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang air limbah, maka perlu kiranya
untuk diketahui terlebih dahulu beberapa istilah yang sering dipergunakan
dalam pengolahan air limbah yaitu :

1. Air Limbah ( waste water ) adalah kotoran dari masyarakat dan


rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air
permukaan serta buangan lainnya.

2. Bangunan air limbah ( sewage treatment plant ) adalah bangunan


yang dipergunakan untuk mengolah / memproses air limbah
menjadi bahan – bahan yang berguna lainnya, serta tidak
berbahaya bagi lingkungan sekelilingnya.
3. Saluran tercampur ( combined water ) adalah saluran air limbah
yang dipergunakan untuk mengalirkan air limbah, baik yang
berasal dari daerah industri, air hujan dan air permukaan.

4. Saluran air limbah ( sewer ) adalah perlengkapan pengolahan air


limbah, bisa berupa pipa ataupun selokan yang dipergunakan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


48
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

untuk membawa air buangan dari sumbernya sampai ke tempat


pengolahan atau pembuangan.

5. BOD ( Biochemical Oxygen Demand ) adalah banyaknya oksigen


dalam ppm atau milligram / liter ( mg / l ) yang diperlukan untuk
menguraikan benda organik oleh bakteri, sehingga limbah
tersebut menjadi jernih kembali.

6. COD ( Chemical Oxygen Demand ) adalah banyaknya oksigen


dalam ppm atau milligram / liter ( mg / l ) yang diperlukan dalam
kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi.

7. Oksigen terlarut ( Dissolved Oxygen = DO ) adalah jumlah


oksigen yang diproduksi air limbah dalam satuan waktu tertentu
dengan satuan milligram / liter ( mg / l ).

Unsur – unsur dari suatu sistem pengolahan air limbah yang modern
terdiri atas :

1. Masing – masing sumber air limbah


2. Sarana pemrosesan setempat
3. Sarana pengumpul
4. Sarana penyaluran
5. Sarana pengolahan, dan
6. Sarana pembuangan
Hubungan antara unsur – unsur ini digambarkan secara grafis pada
gambar 2.4. Seperti dalam sistem penyaluran air bersih, ada dua faktor
yang penting yang harus diperhatikan dalam sistem pengolahan air limbah
adalah jumlah dan mutu.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


49
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Gambar 2.14
Hubungan antara unsur-unsur fungsional dari sistem pengolahan air limbah
kota

a. Macam – macam Sistem Pengolahan Air Limbah


1) Metode pengolahan fisik

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


50
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Metode pengolahan fisik berfungsi untuk mengurangi kandungan


bahan padat, warna, bau, dan suhunya.

2) Metode pengolahan kimiawi


Metode pengolahan fisik berfungsi untuk mengurangi kadar
Ammonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik,
dan fosfor anorganik.
3) Metode pengolahan biologis
4) Metode pengolahan biologis berfungsi untuk menstabilkan bahan
organik sebelum dibuang.

b. Kualitas Air Limbah


Air limbah yang harus dibuang dari suatu daerah permukiman terdiri atas
:

1) Air limbah rumah tangga ( yang juga disebut saniter ), yaitu air
limbah dari daerah perumahan serta sarana – sarana
pertimbangan, institusional, dan yang serupa dengan itu.
2) Air limbah industri yaitu bila bahan – bahan buangan industri
merupakan bagian terbesar.

3) Air resapan / aliran masuk, yaitu air dari luar yang masuk ke
dalam sistem pembuangan dengan berbagai cara, serta air hujan
yang tercurah dari sumber-sumber talang dan drainase pondasi,
dan,
4) Air hujan hasil dari aliran curah hujan.

c. Variasi Laju Aliran Air Limbah


Aliran air limbah rumah tangga dan industri bervariasi sepanjang
hari maupun sepanjang tahun. Puncak harian dari suatu daerah
perumahan yang kecil biasanya terjadi dipertengahan pagi hari, dengan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


51
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

variasi antara 200 hingga lebih dari 500 % dari laju aliran rata – rata,
tergantung dari jumlah orang yang turut memakai.

Air limbah dari sumber komersial dan industri disalurkan secara


lebih seragam dalam sehari, dengan aliran puncak bervariasi diantara
150 dan 250 % dari laju aliran rata – rata. Karena adanya penimbunan
dan adanya kehilangan waktu di dalam selokan, maka aliran puncak
dinyatakan sebagai persentase dari aliran rata – rata yang akan
berkurang apabila ukuran luas DAS anak sungai yang yang
bersangkutan bertambah. Aliran puncak pada suatu instalasi pengolahan
kota biasanya berkisar antara 150 dan 250 % dari aliran rata – rata.
Aliran minimum jarang sekali turun dibawah 40 % dari aliran rata – rata.

Faktor puncak untuk sarana – sarana komersial dan industri harus


didasarkan pada pengukuran aliran selokan. Kalau industrinya belum
ada, data dari kegiatan yang serupa pada daerah permukaan lain dapat
dipergunakan.

d. Pengolahan Air Limbah

Sistem pengolahan air limbah terpadu ( off-site treatment ) terdiri


dari kombinasi beberapa unit operasi atau unit proses, yang dirancang
untuk dapat menurunkan kadar kotornya air limbah sampai pada baku
mutu yang disyaratkan.

Pengolahan air limbah konvensional (conventional waste-water


treatment) pada sistem off-site mengenal prinsip jenis pengolahan mulai
dari pengolahan pendahuluan ( preliminary treatment ), pengolahan
awal ( primary treatment ), pengolahan kedua (secondary tretment) dan
pengolahan ketiga / lanjutan (tertiary treatment).

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


52
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Pada umumnya pengolahan limbah domestik telah dapat dipandang


cukup ( mencapai target baku mutu efluen limbah ) hanya dengan
melakukan pengolahan pendahuluan, pengolahan awal dan pengolahan
kedua. Berikut penjelasan dari masing-masing unit proses pada
pengolahan yang dimaksud dan penempatan susunan unit operasi
bangunan pengolah limbah konvensional disajikan dalam gambar 2.

Air limbah mengandung banyak kotoran dengan bermacam bentuk,


ukuran dan berat jenis. Efektivitas pengurangan kotoran ini
membutuhkan kombinasi unit operasi antara lain seperti saringan (
screening ), penghancuran bahan kasar ( communition ). Bersamaan
dengan itu agar supaya proses pengolahan berjalan dengan baik
diperlukan alat pengatur atau pengukur debit. Unit operasi dengan bak
ekualisasi untuk mengatur debit limbah ( flow equalization ) dan
kualitas, juga dikelompokkan dalam bagian dari preliminary treatment.

Gambar 2.15 Lokasi penempatan unit operasi fisik penanganan limbah

Keterangan gambar :

1. Screening (saringan)
1a. Communator

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


53
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

2. Sump weel (kotak limbah)


3. Pompa (hisap)
4. Bak Penenang
5. Grit Chamber
6. Farshal Flume
7. Bak Pengendap I
8. Proses Biologis
9. Compressor (memberikan udara)
10. Bak Pengendap II (dimasukkan AlSO4 dan HCl)
11. Desinfektan
12. Pembubuk Kaporit (memasukkan kaporit)
13. Slude Chichener (tangki endapan panas) (tempat pemindahan limbah
dari no.7)

14. Proses Biologis


15. Tangki Gas Metan
16. Organik

Unit-unit operasi pada pengolahan pendahuluan pada penganan


limbah domestic adalah 1) screening, 2) communition, 3) grit chamber,
4) flow equalitazion. Unit proses fisik lainnya pada pengolahan
pendahuluan yang banyak pula digunakan untuk penanganan limbah
dalam kasus-kasus tertentu adalah kombinasi dari 1) screening, 2)
communition, 3) grit chamber, 4) flow equalitazion, 5) mixing, 6)
flocculation. Bentuk kombinasi unit operasi pengolahan yang digunakan
dapat diatur sesuai dengan kondisi limbah dan pertimbangan lainnya.

1) Saringan
Saringan berfungsi membuang/mengurangi bahan pencemar padat
(solid particle ) yang akan berpengaruh terhadap pengolahan selanjutnya
dengan menghilangkan bahan padat tersebut, berarti akan mengurangi
beban hidrolis sekaligus beban biologis dari peralatan penanganan limbah

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


54
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

lainnya ( IPAL ). Peralatan yang dimaksud antara lain pompa, katup –


katup, pipa penyalur, alat – alat pengaduk limbah dan lain – lain.

Pada jenis lain penghilangan sampah / kotoran kasar, dapat


dilengkapi / dilakukan dengan alat penghancur / penggiling yang disebut
communior. Biasanya alat ini dilengkapi dengan mekanisme otomatis
untuk mebuang bahan – bahan yang telah dihancurkan.

Terdapat beberapa jenis saringan kasar / screening yaitu :

a. Saringan kasar, bukan kisi 19-102 mm, dapat bekerja otomatis


maupun manual

b. Saringan halus, sebagai sarana peningkatan efisiensi IPAL, bukan kisi


< 0,5 inchi

2) Comminution

Agar supaya air limbah lebih mudah ditangani di bagian hilirnya,


kotoran dalam air yang mempunyai banyak variasi ukuran perlu di potong-
potong ( dicacah ) dalam ukuran yang lebih kecil dan sama besarnya. Alat
communitor diproduksi oleh pabrik. Communitor sering pula diletakkan
dekat rumah pompa agar pompa terhindar dari bahaya macet akibat
gangguan kotoran di air limbah. Dalam penanganan limbah domestik,
communitor digunakan untuk limbah dari kota dengan skope kecil. Bila
debit limbah melebihi aliran reratanya sering dilakukan bypass terhadap
communitor ini. Gambar potongan dari alat

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


55
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

ini disajikan berikut ini :

Gambar 2.16 Communitor tampak atas (Metcalf & Eddy, 1979)

Gambar 2.17 Communitor tampak samping (Metcalf & Eddy, 1979)

3) Grit Chamber (Kantong Pasir)


Limbah domestik dari sebuah kota atau permukiman sering
membawa kotoran inorganic seperti pasir, kerikil, kulit telur, kaca,
lempengan metal, dls. Kotoran lain semacam biji, kopi, the, remukan
tulang juga terbawa. Semua ini dikategorikan sebagai grit pada konsep
penaganan limbah. Grit perlu dihilangkan karena sifatnya yang abrasive
dan mengganggu kerja pompa serta menulitkan dalam kerja peralatan
pengolah lumpur ( sludge handling ). Tumpukan grit pada pipa, bak
kontrol dan bak clarifier akan cenderung menyerap lemak dan akan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


56
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

menggumpal. Karena merupakan material yang sulit teruraikan /


degradable, kotoran ini memakan ruang / tempat pada sludge digester.
Oleh karenanya perlu memisahkan grit ini dari komponen suspended
solids.

4) Kolam Ekualisasi
Kolam ekualisasi digunakan untuk mengatasi adanya problem
operasional adanya variasi debit dan mengatasi adanya problem
penanganan kualitas si bagian hilir. Dengan adanya kolam ekualisasi
maka diharapkan diperoleh besar aliran ( debit ) yang mendekati atau
tetap normal.

Dikenal ada 2 jenis cara menempatkan kolam ekualisasi yaitu :


a. In-line ekualisasi
b. Off-line ekualisasi

Pada in-line ekualisasi semua aliran limbah menuju kolam


ekualisasi. Sedangkan pada off-line hanya debit yang melebihi nilai debit
rencana harian yang dibelokkan menuju kolam ekualisasi.

Beberapa keuntungan lain diperoleh dengan pemakaian kolam ekualisasi


antara lain :

a. Memperbaiki treatibility air limbah.


b. Shock loading berkurang sehingga pengolahan secara biologis
membaik.

c. Terjadi solids loading yang konstan pada sedimentasi kedua


sehingga efluen dan unjuk kerja sedimentasi kedua ini bertambah.

Perhitungan memperoleh ukuran kebutuhan volume kolam


ekualisasi didasarkan pada penggunaan inflow mass diagram, dimana

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


57
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

nilai komulatif volume debit masuk diplot sejalan dengan waktu. Nilai
debit rerata juga diplotkan pada kertas grafik yang sama.
Pada in-line maupun off-line ekualisasi dalam tangki sering
ditambahkan pengadukan dan aerasi untuk menghindari adanya kotoran
yang terendapkan dan air limbah supaya tidak septik. Mengingatt terjadi
kehilangan tenaga akibat aliran dan adanya variasi tinggi muka air limbah,
kolam ekualisasi atau keduanya. Untuk menjamin agar air limbah keluar
dari kolam mengalir sesuai debit yang dipilih alat pengontrol debit.

5) Adukan dan Flokulasi (Mixing & Flocculation)


Flokulasi pada air limbah akan membentuk flok atau jonjot dari
kotoran halus di air limbah. Walaupun tidak jamak dipakai untuk
penanganan limbah, psoses flokulasi air limbah dilakukan dengan tujuan
:

1. Memperbesar penghilangan kotoran terlarut ( suspended solid ) dan


BOD dalam pengendapan awal.

2. Memperbaiki perlakuan ( conditioning ) air limbah yang


mengandung limbah industri.

3. Memperbesar unjuk kerja/efisiensi tangki pengendapan kedua (


secondary settling tank ) khususnya pada kolam lumpur aktif.

Proses flokulasi dapat dilakukan pada 1) tangki terpisah atau 2)


secara in-line pada saluran atau pipa air limbah yang menuju proses
berikutnya, 3) pada kombinasi tangki flokulasi dan pembersih (clarifier).
Adukan secara mekanis atau dengan semprotan udara dilakukan untuk
terjadinya flok / jonjot.

6) Pengapungan

Unit operasi lain yang dapat dimasukkan termasuk dalam kelompok


preliminary treatment adalah floatation / skimming, preaeration.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


58
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Selanjutnya efluen dari pengolahan pendahuluan ini akan menuju ke


pengolahan awal ( primary treatment ) yang berupa kolam tangki
pengendapan awal ( sedimentation tank ).
Pengapungan bertujuan untuk memisahkan partikel tersuspensi dari
airnya. Kotoran yang dimaksud berupa minyak, lemak dan bahan
terapung lainnya.

Dalam penanganan limbah, pengapungan akan menghilangkan


kotoran yang ringan yang terapung di atas permukaan air seperti minyak,
lemak, busa, sabun, serpihan kayu dan lainnya. Proses pengapungan dapat
dilakukan terpisah / bergabung dengan tangki proses sedimentasi
tergantung dari kondisi air limbah dan model penanganan yang akan
dilakukan. Dan biasanya pula pada tangki sedimentasi dilengkapi dengan
alat pengumpul bahan terapung ( skimmer ). Pengapungan memberikan
keuntungan akan berkurangnya kotoran kecil dan ringan secara lebih
cepat.

Penanganan limbah dengan pengapungan dapat dilakukan dengan cara :


1. Dissolved air floatation
2. Air floatation
3. Vacuum floatation

Bahan kimia kadang diberikan pada air limbah untuk membantu


proses pengapungan dengan maksud memperbesar struktur dan
permukaan partikel kotoran sehingga mudah menyerap udara atau
terperangkap dalam gelembung udara.

7) Pre Aeration
Aerasi air limbah bertujuan untuk :

1. Untuk memperbesar kemungkinan pengolahannya ( treatability )


2. Memisahkan lemka dari air
3. Menghilangkan bau

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


59
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

4. Menghilangkan pasir
5. Membentuk flok/jonjot
6. Mendorong tersebarnya kotoran tersuspensi secara nmerata
7. Mengapungkan kotoran
8. Meningkatkan pengurangan BOD

8) Filtrasi
Proses filtrasi merupakan suatu proses pengolahan dengan cara
mengalirkan air limbah melewati suatu media filter yang tersusun dari
bahan butiran dengan diameter dan tebal tertentu. Dalam proses
penanganan limbah proses filtrasi merupakan bagian dari pengolahan
ketiga ( tertiary treatment ). Proses ini dilakukan bila akan dilakukan
pemanfaatan ulang ( reuse ) atau penghilangan nutrisi air limbah yang
dapat mengakibatkan enrichment sungai atau eutrophication.

Dikenal beberapa macam filter yaitu :

1. Saringan pasir cepat


2. Saringan pasir lambat
3. Saringan pasir bertekanan

e. Sistem Pembuangan Air Limbah


Sistem pembuangan air limbah umumnya terdiri dari : -
Pengumpulan air limbah ( collection works )

- Pengolahan air limbah ( treatment works )


- Pembuangan air limbah ( outfall or disposal works )

Ketiga hal di atas secara bersama – sama membentuk struktur yang disebut
sistem drainase.

Sistem drainase pembuangan air dapat dilakukan secara :

1. Tercampur (pembuangan air hujan dan air limbah menjadi satu).

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


60
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

2. Terpisah (pembuangan air hujan dan air limbah masing – masing


dalam sistem drainase tersendiri).
Air limbah rumah tangga (domestic waste water) dan air limbah
industri / pabrik (industrial waste water), keduanya disebut air limbah
perkotaan (municipal waste water). Air limbah ini harus dibuang secara
berkala dengan cara, seperti :

- Digunakan kembali (rause).


- Dibuang ke air permukaan / badan - badan air (sungai, danau, dan
sebagainya).

- Dimasukkan / diinjeksikan atau diperkolasikan ke dalam air tanah.

- Dibiarkan menguap ke udara / atmosfir.


Pada hampir samua cara, air limbah harus dilolah terlebih dahulu
untuk membuang bahan – bahan pencemar ( contaminants ), baik karena
kepentingan teknik (engineering necessity) ataupun untuk memnuhi
syarat / ketentuan / peraturan lingkungan dari pemerintah.

Untuk menetapkan tingkat / derajat pengolahan air limbah yang


dibutuhkan, perlu dipertimbangkan pengaruh dari berbagai polutan
(bahan pencemar) terhadap lingkungan tempat air limbah tadi akan
dibuang, serta persyaratan berdasarkan peraturan yang telah ada.

f. Sistem Pembuangan Rumah Tangga ( on site sanitation )

Air limbah rumah tangga berasal dari dapur, kamar mandi, WC, dan
tempat cuci pakaian. Disamping bahan-bahan mineral dan organik dari air
bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga, air limbah rumah
tangga ditambah lagi dengan kotoran manusia (human excrement) seperti
keringat, air kencing, ludah, dan sebagainya, seperti kertas pemebersih
(tissue), sabun, sampah, issa-sisa makanan (garbage) dan bahan – bahan
lainnya.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


61
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Sebagian dari benda – benda ini tetap mengambang, sebagian lagi


larut dalam air, dan yang lainnya terpisah serta mempunyai sifat partikel
koloidal (menyebar dalam butiran – butiran yang sangat kecil /
ultramicroscopic). Banyak dari bahan limbah ini organik dan berguna bagi
mikroorganisme saprofik, yaitu bakteri pembusukan.

Air limbah domestik tidak stabil, dapat mengalami penurunan hidup


(biodegradable), atau mengalami pembusukan (putrescible), dan dapat
menimbulkan bau yang menyengat. Harus dianggap, bahwa air limbah
rumah tangga mengandung organisme yang membahayakan kesehatan.

Sistem drainase rumah tangga dibagi dalam 2 bagian, yaitu :

1. Drainase rumah (house drains), ada di dalam rumah.


2. Saluran pembuangan rumah (house sewers), yang berada di luar
rumah.

Pada sistem pembuangan air secara tecampur, air hujan yang jatuh
dari atap-atap rumah disalurkan ke dalam drainase rumah, sedangkan air
dari halaman dialirkan ke dalam saluran pembuang rumah.

Pada sistem pembuangan terpisah, air hujan dari atap rumah dan
halaman disalurkan melalui saluran drainase tersendiri dan dibuang ke
dalam saluran di tepi jalan atau langsung ke saluran pembuang air hujan.
Kesalahan di dalam menghubungkan saluran pembuang air limbah
dengan saluran pembuang air hujan akan menyebabkan tercampurbya air
hujan ke dalam saluran air limbah, atau sebaliknya masuknya air limbah
ke dalam saluran air hujan.

Pada saluran pembuangan yang tercampur, aliran yang terjadi


selama musim kering / kemarau, terutama berupa aliran air buangan /
limbah dan air tanah. Sedangkan pada musim hujan, aliran sebgaian besar

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


62
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

berupa air hujan. Aliran pertama dari air hujan akan menggerus dan
menyapu semua endapan padat, termasuk banyak bahan organik yang
membusuk.

Keterangan :

- Saluran pembuangan rumah : Ø > 4” ( lebih baik jika Ø > 6” ),


kemiringan ¼” per ft.

- Drainase rumah : dari pipa besi / cast iron, kemiringan ⅛” per ft atau
lebih.
- Pipa U : Untuk mencegah masuknya binatang dan bau dari saluran
pembuangan umum.

g. Sistem Pembuangan Kota (off site sanitation)


Faktor – faktor yang menentukan pola sistem pengumpulan air buangan
adalah :

1. Jenis / macam dari sistem (tercampur atau terpisah).


2. Jalur jalan (street lines) atau Daerah Milik Jalan (Right of Way).
3. Topografi, hidrologi, dan geologi dari daerah pengeringan
(drainase).

4. Batas – batas wilayah administrasi / politik.


5. Lokasi dan sifat pengolahan serta pekerjaan pembuangan air
limbah.

Ada 5 pola sistem pembuangan air :

1. Pola Tegak Lurus (Perpendicular Pattern).


Untuk saluran pembuang air hujan atau saluran pembuanga
tercampur (combined sewerage). Air hujan harus dibuang secepatnya

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


63
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

melalui jarak terpendek ke saluran induk pembuang atau ke sungai.


Sistem pembuagan air secara tercampur dari jenis atau pola ini sudah
jarang. Air limbah akan mencemari air dan menyulitkan usaha
pengolahan air buangan.

2. Pola Pencegat (Intercepter Pattern).


Untuk melindungi badan air, sering aliran air buangan dicegat
(intercepted) sebelum masuk ke badan air (sungai, dan sebgainya).

Jika daerah pengaruh aliran (tributary area) luas, kapasitas


pencegat (intercepter) harus ditapkan berdasarkan keipatan yang
sesuai dari debit rata – rata aliran pada musim kering, atau debit rata
– rata musim kering ditambah debit aliran air hujan yang pertama,
yang sudah tentu terpolusi paling berat. Di sini intensitas air hujan
dan lama waktu hujan merupakan factor – faktor yang menentukan.

Intensitas surah hujan yang sanat tinggi, seperti di Amerika


Utara, membuat limpasan air buangan tidak dapat dikurangi dengan
menigkatkan kapasitas dari intercepters, bahkan sampai sepuluh kali
adri debit musim kering. Batas yang dianggap ekonomis adalah tidak
lebih dari debit musim kering maksimum.

3. Pola Pencegat (Zone Pattern).


Untuk pembuangan air secara tercampur. Pemompaan
(biasanya dihubungkan dengan ontercepters di tepi sungai), ukuran (
diameter ) pipa dan kesulitan pembangunan di tanah rendah yang
kondisinya sering jelek, kadang – kadang dapat dikurangi dengan
membagi daerah drainase ke dalam satu seri atau lebih daerah –
daerah yang kira – kira sejajar, yang berbeda elevasi (ketinggian) dan
mempunyai pencegatan (interception) masing – masing yang
terpisah.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


64
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Pola ini disebut pola wilayah (zone pattern), yang sering


berguna pula untuk saluran kesehatan (sanitary sewers).
a. High – level intercepter.
b. Intermediate – level intercepter.
c. Low – level intercepter.

4. Pola Kipas (Zone Pattern).


Untuk saluran kesehatan. Pola ini memusatkan aliran air ke
dalam, dari daerah pinggiran permukiman dan menuju ke satu tempat
pengeluaran (single outfall). Meskipun demikian aliran air terbesar
sangat mungkin melintasi wilayah / distrik yang paling padat
penduduknya, dan sulit untuk meningkatkan kapasitas dari sitem,
misalnya dengan membangun asluran tambahan / penolong bila
daerah seburan bertumbuh / berkembang dan debir air buangan
bertambah.

5. Pola Radial (Radial Pattern).


Untuk saluran kesehatan atau saluran pembuang tercampur.
Pada pola radial, kebalikan dari pola kipas, di sini aliran menuju ke
luar, dari jantung kota mengikuti arah jari – jari roda. Jalur saluran
efektif relatif kecil dan pendek, tetapi jumlah tempat pengolahan
dapat berlipat ganda.

2.5 Analisa Debit dan Dimensi Limbah


2.5.1 Analisa Debit
a. Prediksi Jumlah Penduduk Tahun Mendatang Jumlah
penduduk dapat diprediksi dengan rumus:

𝑃𝑛 = 𝑃(1 + 𝑟)𝑛 Dimana:

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


65
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Pn = Jumlah Penduduk Tahun ke-n (jiwa) Po =


Jumlah Penduduk Sekarang (jiwa) r = persentase
peningkatan penduduk tiap tahun (%) n = tahun
rencana (tahun)

b. Debit Limbah
Air limbah yang dihasilkan tiap orang per detiknya adalah 0,01
– 0,02 l/s. Setelah debit tersebut dikalikan dengan jumlah
penduduk:

𝑄 = 𝑃𝑛 𝑥 𝑄 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
maka debit tersebut diplotkan ke dalam diagram maximal flow.
Debit maximumlah yang digunakan dalam menentukan
dimensi saluran.

2.5.2 Analisa Dimensi


Rumus mendapatkan diameter saluran pipa:

Dimana:
D = diameter (m)
Q = debit limbah (m3/dtk)
Kst = Nilai Koefisien Kekasaran
S = kemiringan

2.5.3 Analisa Hilang Tinggi Tekan


a. Kehilangan Energi (tekanan) akibat gesekan sepanjang pipa
berdasarkan:

Penelitian Hazen William dan Chezy

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


66
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Dimana:

Hgs = kehilangan tinggi tekan (m)

L = Panjang Pipa (m)


C = Koefisien kekasaran Pipa dari Hazen dan William

D = Diameter pipa (m)

Q = Debit air (m3/detik)

Hgs dapat juga didekati dengan rumus:

Tabel.2.11 Koefisien Kekasaran Pipa dari Hazen Willliam

b. Kehilangan tinggi tekan (energi) akibat sambungansambungan


pipa dan belokan pipa berdasarkan: Penelitian Darcy –
Weisbach

atau

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


67
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

ℎ𝑙 = 𝑘 𝑥 0,051 𝑥 𝑉2 Dimana:

Hl = kehilangan tinggi tekan (m)


V = Kecepatan aliran (m/dtk) g =
Gravitasi 9,81 m/detik2

k = koefisien yang besarnya ditentukan oleh tipe sambungan dan atau sudut belokan
pipa, diambil

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


68
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

BAB III

DATA

3.1 Data Curah Hujan

Berikut ini data curah hujan untuk daerah Depok dari tahun 2006
sampai tahun 2015. (Tabel 3.1.) serta intensitas curah hujan yang terjadi di
wilayah tersebut (Tabel 3.4) setelah dihitung dengan metode Gumbel pada
Tugas Besar sebelumnya dan kurva IDF periode 10 tahun sebagai waktu
rencana proyek ini.

Tabel 3.1 Data Curah Hujan Depok

Data wilayah dan kontur berupa peta situasi daerah Depok, dan yang
digunakan sebagai wilayah tinjauan perhitungan adalah wilayah Perumahan
perumahan Rivera Hill Depok .

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


60
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Sumber perolehan peta adalah searching dengan menggunakan media internet.


Lihat (gambar 3.1)

Gambar 3.1 Peta Situasi Wilayah Perumahan Perumahan Rivera Hill


Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah
61
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

BAB IV

ANALISA DAN PERENCANAAN

DRAINASE & AIR LIMBAH

4.1 Pembuatan Layout

a. Pembuatan Layout ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pembuatan titik


tujuan (node)

b. Pembuatan layout dilakukan sesuai dengan kondisi peta perumahan.

4.2 Penomoran Titik Tujuan (Node)

a. Penomoran node ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam menganalisis


perhitungan.

b. Penomoran pada tiap ujung-ujung saluran dan pada tiap kemiringan yang curam.
c. Pemberian nomor dilakukan dari node hulu ke node hilir

4.3 Pembagian Zona Tangkapan (Catchment Area)


a. Pembagian zona tangkapan pada analisis perhitungan ini berdasarkan pengamatan
dari kemiringan kontur tanah di lapangan yang menuju ke saluran

b. Dalam setiap wilayah tersebut sudah memperhitungkan jenis permukaan.


4.4 Analisis Perhitungan Drainase
4.4.1 Perhitungan Data Curah Hujan

Analisis Frekuensi

Perhitungan analisis frekuensi menggunakan metode Gumbel.

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


62
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

(𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝑋𝑡 = 𝑋𝑎 + 𝑆𝑥
𝑆𝑛

�Σ(𝑋𝑖 − 𝑋𝑎)2
𝑆𝑥 =
(𝑛 − 1)

Dimana:

Xt = besarnya curah hujan yang diharapkan berulang setiap


t tahun

Xa = curah hujan rata-rata dari suatu catchment area

Yt = reduce variete

Sn = reduce standart deviation

Sx = standar deviasi

Xi = curah hujan rata-rata pada tahun ke-i

Tabel 4.1 Analisis Data Curah Hujan Daerah Depok

No. Tahun CH Max X Xi-X (Xi-X)2


1 2006 149,00 9,7 94,09
2 2007 135,00 -4,3 18,49
3 2008 141,00 1,7 2,89
4 2009 138,00 139,3 -1,3 1,69
5 2010 135,00 -4,3 18,49
6 2011 142,00 2,7 7,29
7 2012 133,00 -6,3 39,69

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


63
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
8 2013 143,00 3,7 13,69
9 2014 138,00 -1,3 1,69
10 2015 139,00 -0,3 0,09

n = 10 1393 198,10

Perhitungan Analisis Data Curah Hujan

Xi 1393
X = = = 139,3
n 10

( Xi − X ) 2 198,10
Sx = = = 4,692
n −1 9

n = 10 Yn = 0,4952

Sn = 0,949

Sx = 4,692 = 4,94
Sn 0,949

Tabel 4.2 Analisis Data Curah Hujan untuk Periode Berulang Tahunan (Metode
Gumbel)

CH untuk periode tahun berulang cara Gumbel


Periode (n) Yt Yn Sn Sx Xt
20 2,9606 0,4952 0,949 4,692 151,49
30 3,3392 0,4952 0,949 4,692 153,36
40 3,5881 0,4952 0,949 4,692 154,59
50 3,902 0,4952 0,949 4,692 156,14

4. 4.2 Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


64
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
Persamaan yang dapat digunakan menghitung intensitas Curah Hujan adalah Persamaan Mononobe
sebagai berikut:

2�
𝑅24 24 3
𝐼= � �
24 𝑡

dimana :
I = intensitas hujan (mm/jam)

t = durasi/lamanya hujan (jam)

R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)

Tabel 4.3 Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Metode Gumbel

Periode
Ulang T Ra
thn
20 151,49
30 153,36
40 154,59
50 156,14

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode Mononobe

Peri Waktu
ode
Ulan (menit)
gT 10 11 12 18 36 72
thn 5 10 15 20 25 30 40 45 50 60 70 80 90 0 0 0 0 0 0
20 275, 173, 132, 109, 94, 83, 68, 63, 59, 52, 47, 43, 40, 37, 35, 33, 25, 15, 10 ,
27 41 34 24 14 37 82 62 31 52 39 35 08 36 06 08 25 91 02

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


65
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
30 278, 175, 133, 110, 95, 84, 69, 64, 60, 53, 47, 43, 40, 37, 35, 33, 25, 16, 10 ,
67 55 97 59 31 40 67 41 04 17 97 89 57 82 49 49 56 10 14
40 280, 176, 135, 111, 96, 85, 70, 64, 60, 53, 48, 44, 40, 38, 35, 33, 25, 16, 10 ,
91 96 05 48 07 07 23 92 52 59 36 24 90 13 78 76 77 23 22
50 283, 178, 136, 112, 97, 85, 70, 65, 61, 54, 48, 44, 41, 38, 36, 34, 26, 16, 10,
73 74 40 60 03 93 93 58 13 13 84 68 31 51 14 10 02 39 33

Contoh Perhitungan Intensitas Curah Hujan pada Periode 20 Tahunan

Periode (n) = 20 tahun

Yt = 2,9606

Yn = 0,4952

Sn = 0,9490

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


66
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
Sx = 4,6920 = 139,3+

X = 139,3 = 156,14
mm

Yt −Yn
Xt= X + . Sx
Sn

2,9606 − 0,4952
x 4,6920
Contoh Perhitungan 0,949 Intensitas Curah
Hujan Metode Mononobe

i = 20 tahunan

durasi (t) = 5 menit

Xt (20 tahunan) = 151,49 mm

2/3
R 24
I = 24
24 (t / 60)

2/3
= 151,4924 (524 /60)

= 275,27 mm/jam

4.4.3 Perhitungan Debit Banjir

Dalam menghitung debit banjir langkah-langkah yang harus dilakukan adalah


:

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


67
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
1. Tentukan luas catchment area setiap saluran.
2. Tentukan panjang saluran (Ls) pada setiap daerah tangkapan.
3. Tentukan panjang limpasan permukaan (Lo) dan kemiringan medan limpasan
(So) untuk menghitung waktu konsentrasi (tc) pada setiap daerah tangkapan.
4. Tentukan nilai koefisien pengaliran (C)

5. Hitung waktu konsentrasi (tc) yang terjadi pada setiap daerah tangkapan.
6. Hitung intensitas curah hujan dengan memasukkan nilai waktu konsentrasi
(tc).
7. Hitung besarnya debit pada setiap saluran.
8. Hitung dimensi saluran

Penentuan Koefisien Pengaliran ( C )

Penentuan nilai koefisien pengaliran ini ditentukan berdasarkan :

1. Kondisi permukaaan masing –masing area.


2. Penentuan nilai Pengaliran (C) berdasarkan karakteristik daeran dan
kemiringannya.’
Contoh Perhitungan Debit

Zone A1 Node 28 - 27 (Saluran Tersier)

Diketahui data pendukunglainnya:

Lp = 99,245 m

S = 0,30

V lapangan = 0,6 m/dt

to = 5 (karena perumahan)

𝐿𝑝
𝑡𝑑 =
𝑉 𝑥 60

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


68
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

tc = to + td

tc =5 + 1,98

= 6,98 menit

Waktu konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan


periode ulang 20 tahun berdasarkan rumus Mononobe.

Dimana, R24 pada periode ulang 10 tahun adalah 166,02 mm/jam.

2
R 24 24 �3
I= � �
24 tc

𝐼 = 220,276 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚

Maka, dapat dihitung besar debit dengan rumus sebagai berikut :

𝑸 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟐𝟕𝟕𝟖 𝑪 𝑰 𝑨

𝑸 = 0,002778 𝑥 0,75 𝑥 269,204 𝑥 0,01064 = 0,598 m3/det

Perhitungan debit banjir selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah


69
Tanah Saluran

TITIK Tipe A (dari V to td tc Qp


Lh Lh h1 h2 h1 h2 Lp
NO. Node Saluran AutoCad A (km2) A (ha) ∆h l∆Hl S S (%) (m/s) (menit) (menit) (menit) I(mm/jam) C I max Qp kumulati
) (Peta) (real) (m) (m) (m) (m) (m)
f
1 28-27 T 2128,44 0,010642 1,06422 9,92 99,2 70 67 69 66 3 3 99,245 0,030 3,024 5 1,98 6,98 220,2769287 0,75 0,598 0,598
2 26-25 T 1565,02 0,007825 0,78251 7,32 73,2 68 66,8 67 65,8 1,2 1,2 73,210 0,016 1,639 5 1,46 6,46 231,952856 0,75 0,440 0,440
3 27-25 S 385,94 0,00193 0,19297 2,11 21,1 67 66,8 66 65,8 0,2 0,2 21,101 0,009 0,948 5 0,42 5,42 260,7966923 0,75 0,109 1,147
4 24-23 T 628,02 0,00314 0,31401 2,97 29,7 65 63,5 64 62,5 1,5 1,5 29,738 0,051 5,051 5 0,59 5,59 255,4006175 0,75 0,177 0,177
5 25-23 S 665,26 0,003326 0,33263 3,66 36,6 66,8 63,5 65,8 62,5 3,3 3,3 36,748 0,090 9,016 5 0,73 5,73 251,2206668 0,75 0,187 1,323
6 23-21 S 467,48 0,002337 0,23374 2,60 26 63,5 60 62,5 59 3,5 3,5 26,235 0,135 13,462 5 0,52 5,52 257,5554854 0,75 0,131 1,323
7 22-21 T 969,06 0,004845 0,48453 5,34 53,4 62 60 61 59 2 2 53,437 0,037 3,745 5 1,07 6,07 241,9227213 0,75 0,272 0,272
8 21-19 S 471,34 0,002357 0,23567 2,53 25,3 60 59,5 59 58,5 0,5 0,5 25,305 0,020 1,976 5 0,51 5,51 258,1349244 0,75 0,133 1,728
9 20-19 T 459,21 0,002296 0,229605 2,54 25,4 63 59,5 62 58,5 3,5 3,5 25,640 0,138 13,780 5 0,51 5,51 257,9256897 0,75 0,129 0,129
10 19-16 S 218,67 0,001093 0,109335 1,09 10,9 59,5 59 58,5 58 0,5 0,5 10,911 0,046 4,587 5 0,22 5,22 267,5432495 0,75 0,061 1,919
11 18-17 T 463,54 0,002318 0,23177 2,51 25,1 62 60 61 59 2 2 25,180 0,080 7,968 5 0,50 5,50 258,2133309 0,75 0,130 0,130
0,6 269,2041
12 17-16 T 306,94 0,001535 0,15347 1,79 17,9 60 59 59 58 1 1 17,928 0,056 5,587 5 0,36 5,36 262,8517044 0,75 0,086 0,217
13 15-14 T 693,92 0,00347 0,34696 3,79 37,9 62,5 58,6 61,5 57,6 3,9 3,9 38,100 0,103 10,290 5 0,76 5,76 250,4342933 0,75 0,195 0,195
14 14-13 S 651,79 0,003259 0,325895 3,78 37,8 58,6 58 57,6 57 0,6 0,6 37,805 0,016 1,587 5 0,76 5,76 250,6056086 0,75 0,183 0,378
15 16-13 S 281,93 0,00141 0,140965 1,65 16,5 59 58 58 57 1 1 16,530 0,061 6,061 5 0,33 5,33 263,7698006 0,75 0,079 2,514
16 12-11 T 679,99 0,0034 0,339995 3,97 39,7 57,9 57,5 56,9 56,5 0,4 0,4 39,702 0,010 1,008 5 0,79 5,79 249,5102697 0,75 0,191 0,191
17 13-11 S 348,05 0,00174 0,174025 2,02 20,2 58 57,5 57 56,5 0,5 0,5 20,206 0,025 2,475 5 0,40 5,40 261,3721097 0,75 0,098 2,803
18 10-9 T 713,56 0,003568 0,35678 4,15 41,5 57,8 57,3 56,8 56,3 0,5 0,5 41,503 0,012 1,205 5 0,83 5,83 248,4815068 0,75 0,201 0,201
19 11-9 S 380,04 0,0019 0,19002 2,21 22,1 57,5 57,3 56,5 56,3 0,2 0,2 22,101 0,009 0,905 5 0,44 5,44 260,1573572 0,75 0,107 3,111
20 8-7 T 589,2 0,002946 0,2946 3,27 32,7 57,4 57,35 56,4 56,35 0,05 0,05 32,700 0,002 0,153 5 0,65 5,65 253,6133971 0,75 0,166 0,166
21 9-7 S 419,24 0,002096 0,20962 2,44 24,4 57,3 57,35 56,3 56,35 -0,05 0,05 24,400 0,002 0,205 5 0,49 5,49 258,702114 0,75 0,118 3,276
22 7-5 P 376,22 0,001881 0,18811 2,21 22,1 57,35 57,5 56,35 56,5 -0,15 0,15 22,101 0,007 0,679 5 0,44 5,44 260,1576095 0,75 0,106 3,382
TUGAS BESAR DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

23 6-5 T 1435 0,007175 0,7175 8,36 83,6 58,5 57,5 57,5 56,5 1 1 83,606 0,012 1,196 5 1,67 6,67 227,1085848 0,75 0,403 0,403
24 5-3 P 145,28 0,000726 0,07264 0,85 8,5 57,5 57,6 56,5 56,6 -0,1 0,1 8,501 0,012 1,176 5 0,17 5,17 269,204147 0,75 0,041 3,826
25 4-3 T 959,93 0,0048 0,479965 5,60 56 58 57,6 57 56,6 0,4 0,4 56,001 0,007 0,714 5 1,12 6,12 240,5694454 0,75 0,270 0,270
26 3-1 P 483,23 0,002416 0,241615 2,84 28,4 57,6 57,7 56,6 56,7 -0,1 0,1 28,400 0,004 0,352 5 0,57 5,57 256,2180761 0,75 0,136 4,232
27 2-1 T 744,73 0,003724 0,372365 4,35 43,5 57,9 57,7 56,9 56,7 0,2 0,2 43,500 0,005 0,460 5 0,87 5,87 247,3528464 0,75 0,209 0,209
28 1-TPA P 106,97 0,000535 0,053485 0,65 6,47 57,7 57 56,7 56 0,7 0,7 6,508 0,108 10,819 5 0,13 5,13 270,5966616 0,75 0,030 4,471
Tabel 4.5 Perhitungan Debit Banjir
Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah
70
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

4.4.4 Perhitungan Dimensi Saluran

Dalam perhitungan dimensi saluran, saluran yang dihitung ulang merupakan


saluran terbuka yang memakai dua bentuk saluran, yaitu saluran kombinasi (saluran
setengah lingkaran dan saluran persegi panjang) dan saluran persegi panjang.

Contoh Perhitungan Dimensi Saluran

1. Direncanakan penampang saluran berbentuk persegi

Node 28 – 27

V asumsi = 0.6 m/det

S = 0,30 n = 0,016

Q komulatif = 0,598 m3/det

𝑄 0,598
𝐴= = = 0,054𝑚2
𝑉 0, 6

Dimisalkan, h = 0,1 m dan m = 0,577

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah

72
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Dicek dengan persamaan Manning, apakah nilai V sudah memenuhi syarat, yaitu
0,6 m/det – 3 m/det

1 2 1
𝑉= 𝑥 𝑅 �3 𝑥 𝑆 �2
𝑛

Qsaluran = A x V = 1,24 x 1,54 = 1,9 m3/det

Maka digunakan h =0,1 m

1/2
b = (A/ 2 )

½
=(0,99 / 2)

= 0,7

h =2xb

= 2 x 0,7 = 0,15
b koreksi = a/h

= 0,99 / 1,5

Keliling basah

𝑙𝑢 = 𝑏 + 2ℎ�1 + 𝑚2

𝑙𝑢 = 0,7 + 2(1,5)�1 + (0,57)2 = 4,09 𝑚

𝐴 1,242
𝑅= = = 0,303 𝑚
𝑙𝑢 4,09

Tinggi jagaan (freeboard)U

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah

73
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

𝑤 = �0,5 𝑥 ℎ = �0,5 𝑥 0,1 = 0,707 𝑚

H = h + w = 0,1+ 0,707 = 1,707 m

 Analisa berikutnya lihat pada lampiran( tabel 1 hal 104)

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah

74
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Qp h=2b N
V b(m) b (m) A (mannin Lu R V Q
kumula A (ca) b(m) h=2b(m) m Kst (m)
m/s) koreksi pakai
tif pakai Aktual g) (m) (m) Aktual Salur
0,598 0,997352 0,70617 1,41234 0,665 0,700 1,5 1,242 4,099 0,303 4,904 6,092
0,440 0,733342 0,605534 1,211068 0,564 0,600 1,3 0,921 3,542 0,260 3,261 3,004
1,147 1,911539 0,977635 1,955269 0,956 1,000 2 2,393 5,570 0,430 3,464 8,288
0,177 0,29428 0,383588 0,767176 0,368 0,400 0,8 0,383 2,228 0,172 4,341 1,662
1,323 2,205819 1,050195 2,10039 1,003 1,100 2,2 2,895 6,127 0,472 11,385 32,95
1,323 2,205819 1,050195 2,10039 1,003 1,100 2,2 2,895 6,127 0,472 13,911 40,27
0,272 0,454085 0,47649 0,95298 0,454 0,500 1 0,598 2,785 0,215 4,338 2,595
1,728 2,880767 1,20016 2,400319 1,152 1,200 2,5 3,565 6,884 0,518 5,666 20,20
0,129 0,215178 0,328008 0,656016 0,307 0,400 0,7 0,343 2,028 0,169 7,093 2,431
1,919 3,19841 1,264597 2,529194 1,230 1,300 2,6 4,043 7,241 0,558 9,077 36,70
0,130 0,217207 0,329551 0,659101 0,310 0,400 0,7 0,343 2,028 0,169 5,394 1,849
0,217 0,361034 0,424873 0,849746 0,401 0,500 0,9 0,548 2,585 0,212 5,253 2,879
0,195 0,325159 0,403212 0,806424 0,361 0,400 0,9 0,423 2,428 0,174 6,252 2,643
0,6 0,378 0,630577 0,561506 1,123012 0,525 0,600 1,2 0,861 3,342 0,258 3,189 2,747
0,577 100 0,016
2,514 4,190022 1,447415 2,894831 1,445 1,500 2,9 5,233 8,155 0,642 11,447 59,90
0,191 0,318632 0,399144 0,798288 0,398 0,400 0,8 0,383 2,228 0,172 1,939 0,742
2,803 4,671744 1,528356 3,056712 1,507 1,600 3,1 5,965 8,712 0,685 7,638 45,56
0,201 0,334362 0,408878 0,817756 0,372 0,400 0,9 0,423 2,428 0,174 2,139 0,904
3,111 5,184187 1,609998 3,219996 1,571 1,600 3,3 6,285 9,112 0,690 4,641 29,17
0,166 0,276089 0,371544 0,743087 0,345 0,400 0,8 0,383 2,228 0,172 0,755 0,289
3,276 5,460277 1,652313 3,304626 1,606 1,700 3,4 6,914 9,469 0,730 2,294 15,86
3,382 5,636567 1,678774 3,357549 1,658 1,700 3,4 6,914 9,469 0,730 4,175 28,87
0,403 0,672417 0,579835 1,15967 0,560 0,600 1,2 0,861 3,342 0,258 2,768 2,384
3,826 6,37706 1,785646 3,571291 1,771 1,800 3,6 7,752 10,026 0,773 5,711 44,26
0,270 0,449807 0,47424 0,94848 0,450 0,500 1 0,598 2,785 0,215 1,894 1,133
4,232 7,053301 1,877938 3,755876 1,856 1,900 3,8 8,637 10,583 0,816 3,239 27,97
0,209 0,348968 0,417713 0,835426 0,388 0,400 0,9 0,423 2,428 0,174 1,322 0,559
4,471 7,452394 1,930336 3,860672 1,911 2,000 3,9 9,370 10,940 0,856 18,541 173,72
Tabel 4.6 Analisa Debit dan Dimensi

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah

75
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Perhitungan Hilang Tinggi Tekan Akibat Gesekan (Hgs) U

Node 28 - 27

Diketahui : V = 0,774 m/dt

n = 0,016

R = 0,303 m

L = ,245 m (tabel 3.2)

1 2 1
𝑉= 𝑥 𝑅 �3 𝑥 𝑆 �2
𝑛

1�
1 2 ℎ𝑔𝑠 2
𝑉 = 𝑥 𝑅 �3 𝑥 � �
𝑛 𝐿

𝑉2
ℎ𝑔𝑠 = 𝑥𝐿
1 2 2�
�𝑛 � 𝑥 𝑅 3

 Analisa berikutnya lihat pada lampiran( tabel 3.8 hal 93)

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah

76
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

abel 4.8 Analisis Hilang Tinggi Tekanan Perumahan Rivera Hil


A V
TITIK Mjr Mnr Total Tekanan
Kst saluran Lu (m) R (m) saluran
Node Losses Losses Losses Sisa
aktual aktual
28-27 1,242 4,099 0,303 4,904 1,3542 0,2708 1,6251 12,375
26-25 0,921 3,542 0,260 3,261 0,4890 0,0978 0,5868 13,413
27-25 2,393 5,570 0,430 3,464 0,1139 0,0228 0,1366 13,863
24-23 0,383 2,228 0,172 4,341 0,4642 0,0928 0,5570 13,443
25-23 2,895 6,127 0,472 11,385 2,0100 0,4020 2,4120 11,588
23-21 2,895 6,127 0,472 13,911 2,1424 0,4285 2,5708 11,429
22-21 0,598 2,785 0,215 4,338 0,7178 0,1436 0,8613 13,139
21-19 3,565 6,884 0,518 5,666 0,3225 0,0645 0,3870 13,613
20-19 0,343 2,028 0,169 7,093 1,0801 0,2160 1,2961 12,704
19-16 4,043 7,241 0,558 9,077 0,3394 0,0679 0,4073 13,593
18-17 100 0,343 2,028 0,169 5,394 0,6134 0,1227 0,7360 13,264
17-16 0,548 2,585 0,212 5,253 0,3561 0,0712 0,4274 13,573
15-14 0,423 2,428 0,174 6,252 1,2226 0,2445 1,4671 12,533
14-13 0,861 3,342 0,258 3,189 0,2430 0,0486 0,2916 13,708
16-13 5,233 8,155 0,642 11,447 0,7453 0,1491 0,8944 13,106
12-11 0,383 2,228 0,172 1,939 0,1236 0,0247 0,1484 13,852
13-11 5,965 8,712 0,685 7,638 0,3885 0,0777 0,4662 13,534
10-9 0,423 2,428 0,174 2,139 0,1559 0,0312 0,1871 13,813
11-9 6,285 9,112 0,690 4,641 0,1561 0,0312 0,1874 13,813
8-7 0,383 2,228 0,172 0,755 0,0155 0,0031 0,0185 13,981
9-7 6,914 9,469 0,730 2,294 0,0405 0,0081 0,0487 13,951

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah

77
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
7-5 6,914 9,469 0,730 4,175 0,1216 0,0243 0,1460 13,854
6-5 0,861 3,342 0,258 2,768 0,4050 0,0810 0,4860 13,514
5-3 7,752 10,026 0,773 5,711 0,0842 0,0168 0,1011 13,899
4-3 0,598 2,785 0,215 1,894 0,1435 0,0287 0,1721 13,828
3-1 8,637 10,583 0,816 3,239 0,0873 0,0175 0,1048 13,895
2-1 0,423 2,428 0,174 1,322 0,0624 0,0125 0,0748 13,925
1-TPA 9,370 10,940 0,856 18,541 0,6350 0,1270 0,7620 13,238

4.5 Analisis Perhitungan Limbah

4.5.1 Perhitungan Penduduk dan Kebutuhan Air


Diketahui :

Jumlah Rumah = 140


rumah
Pertumbuhan penduduk =3%

Umur Rencana = 10 tahun

Asumsi Per Rumah diisi oleh = 5 orang


Contoh perhitungan:
Jumlah Penduduk = Jumlah Rumah x Asumsi Penduduk
= 140 rumah x 5 orang
= 700 orang
Jumlah penduduk pada umur rencana :

Pn = Po x ( 1 + r )n

Pn = 700 x ( 1+0,03)10

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah

78
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG
= 941 jiwa
Perhitungan Debit Maksimum
Data-data perencanaan :
Asumsi pengeluaran limbah = 0.01 - 0.02 Liter/detik/orang

= 0.01 liter/detik/orang Qfw


tersebut di plot kan ke grafik plumbing ficture

Maka didapatkan Qmaks sebesar = 0.005 mᶟ/detik

Tugas Besar Perencanaan Drainase & Air Limbah

79
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Tabel 4.7. Perhitungan Dimensi Pipa Saluran Limbah


Tipe Jumlah Po Pn Q Q Q Ø pipa Ø pipa Ø A TL Tekanan
Saluran Rumah (orang) (orang) Keb Qfw Qkum aliran aliran Q total h1 h2 ∆H l∆Hl Lh aktual aktual pipa pipa V (Total Sisa
Node (l/det) (L/dt) (L/dt) Max Max Lp(m) S slope Nilai C R HL ML
(m3/dt) (m) (m) (m) (m) (real) (m) (inch) pakai (m2) Aktual Loses)
(L/dt) (m3/dt)
(inch)
28-27 T 23,000 115,000 154,550 1,546 1,546 1,546 5,000 0,005 0,005 68,500 65,500 3,000 3,000 99,200 99,245 0,030 0,040 140,000 0,064 2,526 3,000 0,006 0,774 0,085 0,081 0,008 0,090 9,910
26-25 T 15,000 75,000 100,794 1,008 1,008 1,008 5,000 0,005 0,005 66,500 65,300 1,200 1,200 73,200 73,210 0,016 0,020 140,000 0,074 2,912 3,000 0,009 0,582 0,113 0,023 0,002 0,026 9,974
27-25 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 2,553 5,000 0,005 0,015 65,500 65,300 0,200 0,200 21,100 21,101 0,009 0,010 140,000 0,129 5,098 6,000 0,026 0,570 0,173 0,004 0,000 0,004 9,996
24-23 T 7,000 35,000 47,037 0,470 0,470 0,470 5,000 0,005 0,005 63,500 62,000 1,500 1,500 29,700 29,738 0,051 0,060 140,000 0,059 2,324 3,000 0,005 0,914 0,072 0,042 0,004 0,047 9,953
25-23 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 3,024 5,000 0,005 0,020 65,300 62,000 3,300 3,300 36,600 36,748 0,090 0,100 140,000 0,090 3,545 4,000 0,013 1,572 0,125 0,074 0,007 0,081 9,919
23-21 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 3,024 5,000 0,005 0,020 62,000 58,500 3,500 3,500 26,000 26,235 0,135 0,140 140,000 0,084 3,308 4,000 0,011 1,804 0,109 0,084 0,008 0,092 9,908
22-21 T 11,000 55,000 73,915 0,739 0,739 0,739 5,000 0,005 0,005 60,500 58,500 2,000 2,000 53,400 53,437 0,037 0,040 140,000 0,064 2,526 3,000 0,006 0,774 0,085 0,044 0,004 0,048 9,952
21-19 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 3,763 5,000 0,005 0,030 58,500 58,000 0,500 0,500 25,300 25,305 0,020 0,020 140,000 0,146 5,755 6,000 0,034 0,894 0,220 0,008 0,001 0,009 9,991
20-19 T 7,000 35,000 47,037 0,470 0,470 0,470 5,000 0,005 0,005 61,500 58,000 3,500 3,500 25,400 25,640 0,138 0,140 140,000 0,050 1,953 2,000 0,004 1,295 0,076 0,068 0,007 0,075 9,925
19-16 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 4,233 5,000 0,005 0,040 58,000 57,500 0,500 0,500 10,900 10,911 0,046 0,050 140,000 0,135 5,319 6,000 0,029 1,396 0,188 0,010 0,001 0,011 9,989
18-17 T 3,000 15,000 20,159 0,202 0,202 0,202 5,000 0,005 0,005 60,500 58,500 2,000 2,000 25,100 25,180 0,080 0,080 140,000 0,056 2,191 3,000 0,005 1,029 0,064 0,053 0,005 0,059 9,941
17-16 T 3,000 15,000 20,159 0,202 0,202 0,403 5,000 0,005 0,010 58,500 57,500 1,000 1,000 17,900 17,928 0,056 0,060 140,000 0,077 3,025 4,000 0,009 1,079 0,091 0,026 0,003 0,029 9,971
15-14 T 4,000 20,000 26,878 0,269 0,269 0,269 5,000 0,005 0,005 61,000 57,100 3,900 3,900 37,900 38,100 0,103 0,110 140,000 0,052 2,052 3,000 0,004 1,172 0,056 0,125 0,012 0,137 9,863
14-13 S 3,000 15,000 20,159 0,202 0,202 0,470 5,000 0,005 0,010 57,100 56,500 0,600 0,600 37,800 37,805 0,016 0,020 140,000 0,096 3,790 4,000 0,015 0,687 0,143 0,012 0,001 0,013 9,987
16-13 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 5,107 5,000 0,005 0,060 57,500 56,500 1,000 1,000 16,500 16,530 0,061 0,070 140,000 0,147 5,791 6,000 0,034 1,766 0,223 0,019 0,002 0,021 9,979
12-11 T 9,000 45,000 60,476 0,605 0,605 0,605 5,000 0,005 0,005 56,400 56,000 0,400 0,400 39,700 39,702 0,010 0,020 140,000 0,074 2,912 3,000 0,009 0,582 0,113 0,013 0,001 0,014 9,986
13-11 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 5,712 5,000 0,005 0,070 56,500 56,000 0,500 0,500 20,200 20,206 0,025 0,030 140,000 0,186 7,308 8,000 0,054 1,294 0,266 0,010 0,001 0,011 9,989
10-9 T 10,000 50,000 67,196 0,672 0,672 0,672 5,000 0,005 0,005 56,300 55,800 0,500 0,500 41,500 41,503 0,012 0,020 140,000 0,074 2,912 3,000 0,009 0,582 0,113 0,013 0,001 0,015 9,985
11-9 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 6,384 5,000 0,005 0,080 56,000 55,800 0,200 0,200 22,100 22,101 0,009 0,010 140,000 0,245 9,634 10,000 0,094 0,851 0,370 0,003 0,000 0,003 9,997
8-7 T 7,000 35,000 47,037 0,470 0,470 0,470 5,000 0,005 0,005 55,900 55,850 0,050 0,050 32,700 32,700 0,002 0,010 140,000 0,085 3,357 4,000 0,011 0,438 0,112 0,006 0,001 0,006 9,994
9-7 S 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 6,854 5,000 0,005 0,085 55,800 55,850 -0,050 0,050 24,400 24,400 0,002 0,010 140,000 0,250 9,859 10,000 0,098 0,863 0,388 0,003 0,000 0,004 9,996
7-5 P 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 6,854 5,000 0,005 0,090 55,850 56,000 -0,150 0,150 22,100 22,101 0,007 0,010 140,000 0,256 10,075 11,000 0,103 0,875 0,368 0,003 0,000 0,004 9,996
6-5 T 18,000 90,000 120,952 1,210 1,210 1,210 5,000 0,005 0,005 57,000 56,000 1,000 1,000 83,600 83,606 0,012 0,020 140,000 0,074 2,912 3,000 0,009 0,582 0,113 0,027 0,003 0,029 9,971
5-3 P 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 8,063 5,000 0,005 0,100 56,000 56,100 -0,100 0,100 8,500 8,501 0,012 0,020 140,000 0,231 9,096 10,000 0,084 1,193 0,330 0,003 0,000 0,003 9,997
4-3 T 11,000 55,000 73,915 0,739 0,739 0,739 5,000 0,005 0,005 56,500 56,100 0,400 0,400 56,000 56,001 0,007 0,010 140,000 0,085 3,357 4,000 0,011 0,438 0,112 0,010 0,001 0,011 9,989
3-1 P 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 8,803 5,000 0,005 0,110 56,100 56,200 -0,100 0,100 28,400 28,400 0,004 0,010 140,000 0,276 10,874 11,000 0,120 0,918 0,429 0,004 0,000 0,004 9,996
2-1 T 9,000 115,000 154,550 1,546 1,546 1,546 5,000 0,005 0,005 56,400 56,200 0,200 0,200 43,500 43,500 0,005 0,010 140,000 0,085 3,357 4,000 0,011 0,438 0,112 0,008 0,001 0,009 9,991
1- P 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 10,348 5,000 0,005 0,120 56,200 55,500 0,700 0,700 24,140 24,150 0,029 0,030 140,000 0,228 8,970 9,000 0,082 1,472 0,357 0,011 0,001 0,012 9,988
BPAK
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

Tabel. 4.8 elevasi Pip


Elevasi Pipa
Node ket pipa Ø Ø Panjang Pipa Lebar Dalam Galian Luas (m²) Vol. (m3) Elevasi Pipa Elevas i Tanah
(meter) (inchi) (m) Galian I II I II
28-27 T 0,064 2,526 99,25 0,10 0,13 0,01 1,23 68,500 65,50 70 67
26-25 T 0,074 2,912 73,21 0,11 0,15 0,02 1,20 66,500 65,30 68 66 , 8
27-25 S 0,129 5,098 21,10 0,19 0,26 0,05 1,06 65,500 65,30 67 66 , 8
24-23 T 0,059 2,324 29,74 0,09 0,12 0,01 0,31 63,500 62,00 65 63 , 5
25-23 S 0,090 3,545 36,75 0,14 0,18 0,02 0,89 65,300 62,00 66,8 63 , 5
23-21 S 0,084 3,308 26,23 0,13 0,17 0,02 0,56 62,000 58,50 63,5 60
22-21 T 0,064 2,526 53,44 0,10 0,13 0,01 0,66 60,500 58,50 62 60
21-19 S 0,146 5,755 25,30 0,22 0,29 0,06 1,62 58,500 58,00 60 59 , 5
20-19 T 0,050 1,953 25,64 0,07 0,10 0,01 0,19 61,500 58,00 63 59 , 5
19-16 S 0,135 5,319 10,91 0,20 0,27 0,05 0,60 58,000 57,50 59,5 59
18-17 T 0,056 2,191 25,18 0,08 0,11 0,01 0,23 60,500 58,50 62 60
17-16 T 0,077 3,025 17,93 0,12 0,15 0,02 0,32 58,500 57,50 60 59
15-14 T 0,052 2,052 38,10 0,08 0,10 0,01 0,31 61,000 57,10 62,5 58 , 6
14-13 S 0,096 3,790 37,80 0,14 0,19 0,03 1,05 57,100 56,50 58,6 58
16-13 S 0,147 5,791 16,53 0,22 0,29 0,06 1,07 57,500 56,50 59 58
12-11 T 0,074 2,912 39,70 0,11 0,15 0,02 0,65 56,400 56,00 57,9 57 , 5
13-11 S 0,186 7,308 20,21 0,28 0,37 0,10 2,09 56,500 56,00 58 57 , 5
10-9 T 0,074 2,912 41,50 0,11 0,15 0,02 0,68 56,300 55,80 57,8 57 , 3
11-9 S 0,245 9,634 22,10 0,37 0,49 0,18 3,97 56,000 55,80 57,5 57 , 3
8-7 T 0,085 3,357 32,70 0,13 0,17 0,02 0,71 55,900 55,85 57,4 57 , 35
9-7 S 0,250 9,859 24,40 0,38 0,50 0,19 4,59 55,800 55,85 57,3 57 , 35
7-5 P 0,256 10,075 22,10 0,38 0,51 0,20 4,34 55,850 56,00 57,35 57 , 5
6-5 T 0,074 2,912 83,61 0,11 0,15 0,02 1,37 57,000 56,00 58,5 57 , 5
5-3 P 0,231 9,096 8,50 0,35 0,46 0,16 1,36 56,000 56,10 57,5 57 , 6
4-3 T 0,085 3,357 56,00 0,13 0,17 0,02 1,22 56,500 56,10 58 57 , 6
3-1 P 0,276 10,874 28,40 0,41 0,55 0,23 6,50 56,100 56,20 57,6 57 , 7
2-1 T 0,085 3,357 43,50 0,13 0,17 0,02 0,95 56,400 56,20 57,9 57 , 7
1-BPAK P 0,228 8,970 24,15 0,34 0,46 0,16 3,76 56,200 55,50 57,70 57 , 80
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data perencanaan dan analisa perhitungan, dapat disimpulkan
data sebagai berikut:

1. Debit maksimum drainase dari hasil perhitungan adalah 0,59 m3/dt.


Sehingga di dapat dimensi saluran drainase Perumahan Rivera Hill
adalah penampang persegi dengan lebar h= 1,5 m, b= 0,7 m pada
saluran tersier. Sedangkan pada saluran sekunder lebar penampang 0,6
m dan tinggi 1,3 m.

b. Total beda tinggi saluran drainase pada saluran terpanjang = 14 m. Total


hilang tinggi tekan saluran drainase pada saluran terpanjang = 0,48 m.
Total hilang tinggi tekan saluran terpanjang drainase lebih kecil dari
total beda tinggi sehingga aman dan air dapat mengalir.

c. Dimensi bangunan pengendap drainase terbesar adalah panjang 0.6 m,


lebar 0,3 m.

d. Q fw pada pipa limbah yaitu 1,54 L/s. Q komulatif pada pipa terpanjang
28-27 . Sehingga pada pipa air limbah menggunakan pipa PVC
berdiameter 3 inch pada saluran tersier, 11 inch pada saluran sekunder.
Tekanan Sisa 9,9.

e. Total beda tinggi air limbah 10 m. Total hilang tinggi tekan saluran air
limbah pada saluran terpanjang = 0,86.

82
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

5.2 Saran
Agar saluran drainase berjalan dengan baik, kami memiliki beberapa
saran sebagai berikut:

1. Agar sistem drainase yang telah direncanakan tetap berjalan baik, maka
diperlukan pemeliharaan secara berkal. Pemeliharaan harus melibatkan
partisipasi masyarakat sekitar agar saluran dapat berjalan dengan baik.

2. dibuat bangunan pengendap pada setiap jarak 60 m -300 m saluran


drainase agar tidak mengakibatkan penyumbatan pada saluran akibat
kotoran atau endapan yang terbawa aliran air.

3. Untuk menghindari pengecilan luas basah, maka masyarakat diharapkan


tidak membuang sampah sembarangan.

4. Dibuat sistem Trap apabila kecepatan kurang dari 0,6.

83
TUGAS BESAR
DRAINASE
KELAS 3 SIPIL 2 SIANG

DAFTAR PUSTAKA

Supriyan, Desi. Diktat Hidrologi. 2004. Politeknik Negeri Jakarta:


Depok. Soewarno. Hidrologi Operasional. Jilid 1. 2000. Bandung.
Sukamto, Ir. Haryono. Drainase Perkotaan.
1999. DPU. C.D Sunarto. Hidrologi Teknik.
1999. Jakarta.
Ir. Sanjoyo, Hartoyo. Sistem Drainase. Yogyakarta 1999 Ir.
S. Hindarko. Drainase Perkotaan Edisi Kedua. 2000.

84
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai