DRAINASE
PERKOTAAN
Achmad Abdul Aziz Bakhtiar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II DASAR TEORI .................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Drainase ............................................................................................ 4
2.2 Fungsi Drainase .................................................................................................. 5
2.3 Jenis-Jenis Drainase ........................................................................................... 5
2.4 Sistem Buangan Drainase ................................................................................... 6
2.5 Sistem Jaringan Drainase ................................................................................... 8
2.6 Pengklasfikasian Saluran Drainase ..................................................................... 9
2.7 Pola Jaringan Drainase ..................................................................................... 10
2.8 Bentuk Saluran ................................................................................................. 12
2.9 Bangunan Sistem Drainase Dan Pelengkapnya ................................................ 13
2.10 Perencanaan Saluran Jaringan Drainase Perkotaan........................................... 15
BAB III ANALISIS ........................................................................................................ 36
3.1 Flow Chart........................................................................................................ 36
3.2 Pemilihan Data Hujan ...................................................................................... 37
3.3 Data Hujan Hilang ............................................................................................ 38
3.4 Uji Konsistensi ................................................................................................. 38
3.5 Curah Hujan Daerah ......................................................................................... 49
3.6 Pemilihan Distribusi Hujan Rancangan ............................................................ 48
3.7 Pengujian Simpangan Vertikal dan Horizontal ................................................. 57
3.8 Debit Banjir Rancangan ................................................................................... 67
3.9 Interpolasi Kontur ............................................................................................ 62
3.10 Batas Daerah Aliran Sungai (DAS) .................................................................. 74
3.11 Debit Banjir Rancangan ................................................................................... 74
3.12 Debit Air Limbah ............................................................................................. 66
3.13 Debit Air Limpasan dari wilayah lain yang mengalir ke Saluran ..............Error!
Bookmark not defined.
3.14 Perencanaan Dimensi dan Elevasi .................................................................... 82
Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada masa
tertentu akan mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat mengganggu kehidupan
manusia. Selain itu, semakin kompleksnya kegiatan manusia dapat menghasilkan
limbah berupa air buangan yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya, dan
dengan adanya keinginan untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan
hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur lingkungannya dengan cara
melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan.
Masalah genangan dan luapan inipun yang terjadi di sekitar Jln. Brigjen
Slamet Riyadi, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen. Masalah ini lebih
didominasi oleh faktor penyebab yang alamiah, meskipun demikian kontribusi
aktivitas masyarakat juga ikut mempengaruhi seperti adanya kegiatan pemukiman,
pembuangan sampah yang bermuara di dalam saluran drainase dan lain-lain.
Selain itu, genangan dan luapan yang terjadi disana juga bisa disebabkan
karena mungkin belum terciptanya sistem drainase yang tertata dengan baik atau
desain drainase yang ada dan yang tidak lagi sesuai dengan kondisi dan potensi
luapan dan genangan yang terjadi (volume air genangan dan luapan sudah lebih
besar dibandingkan dengan kapasitas saluran drainase).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah yang di atas adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui jumlah limpasan air di kawasan Jl. Mayjend Panjaitan
Dalam, Kec. Klojen, Kel. Penanggungan, Kota Malang.
2. Untuk mengetahui kapasitas saluran-saluran drainase yang ada di kawasan
Jl. Mayjend Panjaitan Dalam, Kec. Klojen, Kel. Penanggungan, Kota
Malang.
Keuntungan:
a. Sistem saluran mempunyai dimensi yang kecil sehingga
memudahkan pembuatan dan operasinya.
b. Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan
masyarakat.
c. Pada instalasi pengolahan air buangan, tidak ada tambahan beban
kapasitas karena penambahan air hujan.
d. Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa direncanakan
pembilasan sendiri, baik pada musim kemarau maupun pada musim
hujan.
Kerugian:
Harus membuat dua sistem saluran sehingga memerlukan tempat
yang luas dan biaya yang cukup besar.
Keuntungan :
a. Hanya diperlukan sat sistem penyaluran air sehingga dalam
pemilihannya lebih ekonomis.
b. Terjadi pengenceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi
air buangan menjadi menurun.
Kerugian :
Diperlukan areal yang luas untuk menempatkan instalasi tambahan
utuk penanggulangan di saat-saat tertentu.
3. Gridiron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota,
sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran
pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala
arah.
6. Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya
dan cocok untuk daerah dengan topografi datar. Pola jaring-jaring terbagi
lagi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Pola perpendicular
Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat digunakan
untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan
banyak bangunan pengolahan.
b. Pola interceptor dan pola zone
Adalah pola jaringan yang digunakan untuk sistem tercampur.
c. Pola fan
Adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran /cabang yang
dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke satu bangunan
pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
d. Pola radial
Adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah
dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan
banyak bangunan pengolahan.
4. Segiempat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan
dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi
kecil.
6. Setengah lingkaran
Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang
kecil. Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran-saluran ruah
penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.
Bangunan yang ada di dalam jaringan drainase ada dua macam yaitu:
1. Bangunan-bangunan Sistem Saluran Drainase
Bangunan-bangunan dalam system drainase terbagi menjadi
bangunan struktur dan bangunan non-struktur.
a. Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan
perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur
adalah:
- Bangunan rumah pompa
- Bangunan tembok penahan tanah
- Bangunan terjunan yang cukup tinggi
- Jembatan
b. Bangunan Non-struktur
Bangunan non-struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa
pasangan, tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan
tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non-
struktur adalah:
- Pasangan (saluran cecil tertutup, tembok talud saluran, mahole/bak
control ususran cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan : Saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
c. Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan
ujung gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari
longsor dan erosi.
d. Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilaangan dengan sungai. Shipon
dibangun di bawah dari penampang sungai, karena tertanam di dalam
tanah maka pada waktu pembuatannya harus dibuat secara kuat
sehingga tidak terjadi keretakan ataupun kerusakan konstruksi.
Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan perencanaan
dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya
lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya yang
dibuat secara terbuka atau gorong-gorong.
e. Bangunan terjun
f. Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistemsaluran drainase tertutup di setiap
saluran diberi manhole pertemuan, perunahan dimensi, perubahan
bentuk selokan pada setiap jarak 10-25 meter. Lubang mahole dibuat
sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup, dan dapat dimasuki oleh
orang dewasa. Biasanya lubang manhole berdiameter 60 cm dengan
tutup dari besi tulang.
h. Gorong-gorong
Yaitu saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan
raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
Data curah hujan diperoleh dari data pengamatan Dinas Pekerjaan Umum
Kota Malang Bidang Pengairan.
Namun akan bisa saja terjadi kehilangan data karena ketersediaan alat yang
ada di lapangan sehingga untuk mencari data curah hujan (d) yang hilang dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
1 𝑑𝑖
dx = ∑ × 𝐴𝑛𝑥
𝑛 𝐴𝑛𝑖
Setelah didapatkan data curah hujan rata-rata di setiap tanggal dan setiap
tahun maka dicari data terbesar dari masing-masing tahun yang akan digunakan
pada perhitungan distribusi curah hujan.
𝑛. 𝛴(𝑙𝑜𝑔 𝑋 − ̅̅̅̅̅
𝑙𝑜𝑔𝑋̅)3
5. Hitung koefisien kepencengan/skewness log d ; Cs =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆 3
6. Tentukan kala ulang (TR) yang dikehendaki (sesuai soal)
7. Cari nilai G dari table berdasarkan nilai CS dan TR
8. Buat persamaan log drancangan = ̅̅̅̅̅̅
log 𝑑 + (G.S)
9. Hitung nilai log drancangan untuk TR yang dikehendaki
𝑄 =𝐶 ×𝐼 ×𝐴
Q = Debit banjir (m3/det)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (m2, km2, ha)
1. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah saluran drainase yang berada di bawah permukaan
tanah. Gorong-gorong diperlukan jika saluran drainase melintas jalan, bangunan lain
atau ketika tidak dimungkinkan untuk membuat saluran drainase yang terbuka karena
berbagai pertimbangan (misalnya estetika, keamanan dsb.)
α y
r D = diameter gorong-gorong yang dijual
β
d = tinggi basah
r r
Sehingga dari data di atas dapat diketahui diameter gorong-gorong dari luasan
permukaan gorong-gorong.
𝑄
A=𝑉
A = luas permukaan gorong-gorong (m2)
Q = debit air (m3/detik)
V = kecepatan aliran air (m/detik)
Dari luasan yang didapat, bisa dihitung untuk diameter gorong-gorongnya
dengan persamaan :
4𝐴
D=√𝜋
D = diameter gorong-gorong (m)
A = luas permukaan gorong-gorong (m2)
Lalu dapat diasumsikan tinggi air yang mengalir pada gorong-gorong dengan
persamaan :
d=⅔D
d = tinggi basah air (m) ; asumsi
D = diameter gorong-gorong (m)
Dari nilai d yang sudah diketahui maka dapat ditentukan nilai y dengan
persamaan :
y = d – (½D)
Dari nilai y yang diketahui, dapat diketahui nilai x dengan menggunakan
persamaan trigonometri sebagai berikut :
Dari nilai sudut α dapat diketahui sudut β sehingga bisa mengetahui luas juring
dari tinggi air yang masuk ke dalam gorong-gorong dengan menggunakan persamaan
Β = 360 – α
Sehingga bisa diketahui luas air basah dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
A = L. juring lingkaran + L segitiga
= ((β/360) × (0.25 × π × (D2))) + (2 x (0.5 × y × x))
Dan bisa diketahui untuk keliling hidrolis gorong-gorong dengan
menggunakan persamaan keliling juring lingkaran yaitu :
P = Kll. Juring lingkaran
= (β/360) × (π × D)
Lalu bisa diketahui nilai jari-jari hidrolis (R) dengan menggunakan persamaan
R=A/P
R = jari-jari hidrolis (m)
A = luas basah (m2)
P = keliling hidrolis (m)
Sehingga bisa diperoleh nilai kecepatan arus (V) dari data yang sudah
diperoleh dengan menggunakan rumus Manning sebagai berikut :
V = 1/n x R2/3 x S1/2
V = kecepatan aliran (m/detik)
n = koefisien kekasaran saluran berdasarkan bahan dasar saluran
R = jari-jari hidrolis (m)
S = slope / kemiringan
Kemudian didapatkan nilai kapasitas saluran (Q) dengan rumus sebagai
berikut:
Q=AxV
Q = debit air (m3/detik)
A = luas basah (m2)
V = kecepatan aliran (m/detik)
Inlet adalah jalan masuknya air dari permukaan jalan ke dalam saluran.
A D
C
b
Dalam penentuan dimensi inlet, terlebih dahulu harus mengetahui Q banjir
rancangan dari jalan pada tiap saluran. Dari nilai Q banjir rancangan yang sudah
diperhitungkan lalu mengasumsikan waktu hujan yang berlangsung sehingga
menghasilkan nilai Q total pada daerah pengaliran air hujan tersebut dengan
menggunakan persamaan :
Dari data yang ada, dapat diperhitungkan nilai D-E dengan menggunakan
persamaan kesebangunan atau ke-kongruenan :
Dan dalam menentukan Q yang masuk pada inlet haruslah mengikuti luasan
trapesium di atas inlet (L. ABED) dengan menggunakan persamaan :
A inlet = b × yair
pinlet = b + (2 × yair)
R=A/P
S = slope / kemiringan
L = 0.94 × V × yair0.5
Kemudian bisa ditentukan debit yang mengalir pada inlet (Q inlet) dengan
menggunakan persamaan :
Q=AxV
Untuk memperhitungkan jumlah inlet yang ada pada ruas jalan tersebut
maka digunakan persamaan sebagai berikut :
n = Ld/L
Dengan mengetahui jumlah inlet yang ada pada ruas jalan tersebut maka
dapat diketahui jarak tiap inlet dengan menggunakan persamaan :
d = Ld/n
Data curah hujan asli ditambah dua (+2) pada tahun 2009. Berikut data
curah hujan setelah penambahan pada Stasiun Purwantara tahun 2009 sebagai
berikut:
STASIUN PURWANTORO 2009
BULAN (mm)
TANGGAL
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 2 2 8 2 2 2 2 2 2 2 2 6
2 2 2 23 29 2 2 2 2 2 2 2 5
3 2 2 2 19 2 2 2 12 2 2 2 12
4 25 5 7 17 8 2 2 2 2 2 2 5
5 7 2 56 36 2 8 2 2 2 2 7 2
6 2 2 7 3 2 2 3 2 2 2 2 2
7 14 2 28 2 2 12 3 2 2 2 3 3
8 2 14 43 2 2 2 2 2 2 2 2 14
9 2 54 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
10 2 7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6
11 2 9 2 2 2 2 6 2 2 2 2 15
12 15 24 25 14 2 2 2 2 2 2 2 6
13 57 94 15 6 2 2 2 2 2 16 2 28
14 2 27 12 21 2 2 2 2 2 2 2 2
15 2 2 2 12 2 2 2 2 2 2 2 33
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 15
17 37 45 2 2 2 2 17.5 2 2 14 2 11
18 64 28 42 38 2 2 2 2 2 7 9 20
19 15 2 2 2 2 14 2 2 2 11 10 34
20 2 2 38 2 2 39 2 2 2 14 33 2
21 7 2 4 2 2 6 2 2 6 2 178 19
22 2 67 2 2 2 2 2 2 2 2 2 72
23 2 43 9 2 2 38 2 2 26 37 21 46
24 2 7 2 2 2 11 2 2 2 4 41 20
25 14 2 32 5.5 2 2 2 2 2 7 22 121
26 2 2 2 2 2 2 2 2 3 8 2 84
27 2 2 135 2 2 6 2 2 2 2 2 9
28 48 2 6 2 2 2 2 2 4 2 5 2
29 32 3 2 2 2 2 2 3 2 2 17
30 65 2 2 2 2 2 2 2 4 2 6
31 2 2 2 2 2 2 5
sama
Sta. x
Nilai curah hujan di stasiun Dinoyo kosong pada tahun 2010, bulan Januari-
Februari tanggal 1-3. Untuk itu data diperbaiki dengan metode rasio Normal,
Sebagai contoh, berikut perhitungan data hilang pada tanggal 1 Januari
1
dD’11 = 2 . (dC’11/AC . AD + dP’11/AP . AD)
1
= 2 . (0 / 4,9 . 6,67 + 13 / 9,3 . 6,67)
= 18,83
Oleh karena ada penambahan nilai curah hujan maksimum yang baru, maka rata-
rata curah hujan maksimum pada stasiun Dinoyo sebesara 7,68
Konsistensi data hujan dari ketiga stasiun pengamatan yang ada dapat
diselidiki dengan teknik garis masa ganda. Dengan demikian dapat diketahui
koreksinya. Caranya adalah dengan membandingkan curah hujan tahunan rata-
rata dari suatu stasiun dengan nilai kumulatifnya. Dari hasil analisa diperoleh
nilai regresi yang sudah mendekati satu, dengan demikian curah hujan harian
maksimum, dianggap konsisten dan tidak memerlukan koreksi. Berikut disajikan
tabel perhitungan dan grafik uji konsistensi data hujan di wilayah perencanaan.
Kemudian dari grafik dapat diketahui nilai f ( faktor koreksi). Nilai f ini
di cari apabila ternyata grafik curah hujan tidak konsisten, yaitu R 2 tidak sama
dengan satu.
Tahun X Y X.Y X2
konsistensi :
Tahun X Y X.Y X2
konsistensi :
2
Tahun X Y X.Y X
a. Distribusi Binominal
b. Distribusi Poison
c. Distribusi Gamma berparameter dua
d. Distribusi Gumbel tipe 1
e. Distribusi Gumbel tipe 2
f. Distribusi Groodich
g. Distribusi Frechet
h. Distribusi Normal
i. Distribusi Log Normal
j. Distribusi Log Pearson type III
k. Distribusi Hazen
′ 3
S = √∑(𝑋−𝑋
𝑛−1
)
S = 29,2161
Cs = 0,1389
Ck = 0,19841
𝑆
𝑑𝑟𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑑̅ + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛). 𝑆
𝑛
Dimana
Yt = Reduced Variete
𝑇𝑅−1
𝑌𝑡 = − ln([− ln ]
𝑇𝑅
1
TR= Kala Ulang Hujan = 𝑃
𝑚
P = 𝑛+1
n = jumlah data
̅̅̅−𝑋̅)2
∑(𝑋𝑖
𝑆=√
𝑛+1
= 2,250
- n = 2, sehingga
Sn = 0,9496 (tabel)
Yn = 0,495 (tabel)
- s = 28,495
29,216
= 77,9 + (2,25 − 0,495). 0,945
= 138
n = 5 Yn = 0.495 Sn = 0.9496
Persamaan
d rancangan = d' + ( Yt - Yn ) . S/Sn
= 76.8 + ( Yt - 0.4952 ) . 34.4
d rancangan = 111
n = 5 Yn = 0.495 Sn = 0.9496
Persamaan
d rancangan = d' + ( Yt - Yn ) . S/Sn
= 76.8 + ( Yt - 0.4952 ) . 34.4
d rancangan = 111
n = 25 Yn = 0.495 Sn = 0.9496
Persamaan
d rancangan = d' + ( Yt - Yn ) . S/Sn
= 76.8 + ( Yt - 0.4952 ) . 34.4
d rancangan = 170
Dari Gambar 1 pada Lampiran 1, didapat P teoritis dari bacaan tabel uji
simpangan sebagai berikut:
Kemudian, Hitung ΔP
ΔP = P empiris – P teoritis
Nilai Do menurut tabel adalah sebesar 41% (0,41) dengan keyakinan 5 %.
Tabel 3.13Uji Simpangan Horizontal
Didapat nilai X2hit sebesar 11,521. Nilai ini lebih kecil dari x2tabel sebesar 14,067.
Dari uji simpangan horizontal dan vertikal, data yang dihitung sesuai untuk data
hujan yang ada.
SAL 1 SAL 2
150 cm 25 cm
430cm 33,5 cm
b= 430 cm b= 33.5 cm
H= 150 cm H= 25 cm
A= 43000 cm2 A= 558.333 cm2
h= 100 cm h= 16.6667 cm
A= 4.3 m2 A= 0.05583 m2
Ld = 880 Ld = 494.65
S= 0.00511 S= 0.0091
R= 68.254 cm2 R= 8.35411 cm2
0.68254 m2 0.08354 m2
V 0.7403 V 0.01479
Q 3.183 Q 0.001
150
cm
430 cm
2 2
• Tinggi muka air rencana : H = x 150 cm = 100 cm
3 3
1
v= . 0,68252/3. 0,00511/2
0,015
v = 0,7403 m/dt
Q = A. v
2. Saluran 2
Berikut urutan perhitungan dalam menentukan kapasitas pada saluran 2.
a. Dimensi Saluran
25 cm
33,5 cm
2 2
• Tinggi muka air rencana : H = x 25 cm = 16,666 cm
3 3
dengan data:
• Panjang saluran(Ld) = 494,65 meter.
∆ℎ 46
• Kemiringan(S) = = = 0,091 ~ 9,1%
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 494,65
𝐴
• Radius hidrolik (R) =
𝑃
558,333
R= = 8,354 cm ~ 0,084 m
2(16,666)+33,5
1
v= . 0,0842/3. 0,0921/2
0,015
v = 0,0147 m/dt
Q = A. v
1. Menggambarkan alur saluran drainase pada gambar denah yang telah dilengkapi
kontur. Sesuaikan dengan system drainase yang dirancang dan karakteristik lokasi.
2. Menentukan elevasi di tiap titik simpul saluran dengan cara interpolasi garis
kontur.
3. Menentukan arah aliran berdasarkan titik elevasi dengan berpedoman pada pola
aliran alam, yaitu mengarah ke saluran pembuang terdekat.
4. Tempatkan gorong-gorong pada saluran melintas jalan atau bangunan lainnya.
Usahakan memilih jalur aliran yang terpendek
5. Tentukan saluran yang merupakan saluran penangkap, pengumpul, dan pembawa.
Bedakan jenis saluran dengan tebal garis yang berbeda.
6. Untuk memudahkan perhitungan selanjutnya, beri nomor tiap titik simpul.
Penomoran dimulai dari angka kecil di bagian hulu dan angka terbesar di ujung
hilir saluran pembawa
Perhitungan elevasi di tiap titik simpul saluran dengan cara interpolasi garis kontur.
Berikut adalah contoh perhitungan elevasi titik simpul dengan menggunakan cara
interpolasi garis kontur.
Gambar 3.5.2 elevasi garis kontur dan dimensi titik simpul nomor 1
a. Titik Simpul 1
𝐴𝐵
Elevasi titik 1 = 462 + × (462 − 461)
𝐴𝐶
4,85
= 462 + × (462 − 461)
10,77
= 461,55 m
NO X1 X2 Y1 Y2 Y
1 462 461 4.85 10.77 461.55
2 447.00 447 1 1 447.00
3 461 459 4.158 18.698 460.56
4 459 458 5.2 76.4 458.93
5 459 458 12.02 22.333 458.46
6 458 457 11.51 13.61 457.15
7 456 454 9.7 19.1 454.98
8 447 447 55.61 61.44 447.00
2 𝑛 0,167
𝑡0 = [ x 3,28 x 𝐿0 x ]
3 √𝑠
2 0,05 0,167
𝑡0 = [ x 3,28 x 1,5 x ]
3 0,0051
t0 = 0,917 menit
𝐿𝑑 196,177
td = = = 4,424 menit.
60𝑉 60 𝑥 0,739
c. Intensitas Hujan
Untuk mendapatkan distribusi hujan jam-jaman, perlu diperhitungkan
intensitas curah hujan. Metode yang digunakan adalah metode Mononobe. Nilai tc
didapat dari perhitungan waktu konsentrasi. Berikut perhitungan intensitas hujan
pada saluran 4-1:
Q = 0,002778.C.I.A
Dimana :
C = 0,7
I = 193,912 mm/hari
A = 692,298 m2 = 0,069
Maka, Q = 0,002778.C.I.A
= 0,002778 x 0,7 x 193,912 x 0,069
= 0,0259 m3 /dt.
Catatan: Seluruh hasil perhitungan debit banjir rancangan dan debit air kotor, dapat
dilihat di Tabel 4 pada Lampiran 1.
Dalam perencanaan elevasi muka air harus diperhatikan bahwa tinggi muka
air yang direncanakan harus berada di bawah muka tanah asli. Sehingga untuk
menentukan elevasi muka air digunakan persamaan (Contoh Saluran R4) :
• Elevasi Muka Air Akhir = Elevasi Muka Air Awal – (Panjang Saluran x Slope
Rencana)
= 461,550 – (159.1 x 0.192)
= 461,415 m
Jika pada suatu titik terdapat pertemuan antara dua saluran atau lebih yang
memiliki elevasi muka air yang berbeda, maka digunakan elevasi muka air yang
terendah untuk di hilirnya.
Dan untuk perencanaan elevasi dasar saluran digunakan persamaan (Contoh
Saluran R4) :
Kontrol muka air terhadap tanah awal = Elevasi Muka Air – Elevasi Tanah Asli
= 447,215 – 461,550
= -14,335 m
Kontrol muka air terhadap tanah akhir = Elevasi Muka Air – Elevasi Tanah Asli
= 446,825 – 447,0
= -0,175 m
Lebih jelasnya sebagi berikut:
Sumur Resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman
tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah
atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.
Dimensi untuk bentuk lingkaran s adalah diambil terlebih dahulu debit rencana air
yang mengalir di permukiman dan jalan yang sudah dihitung dalam Perencanaan debit
banjir. Volume andil banjir atau volume air yang akan diresapkan digunakan Rumus :
Qp = 5.5 x R x K x H
Dimana;
Qp adalah Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan (M3)
R tadah adalah Diameter sumur resapan.
H tadah adalah Tinggi sumur resapan
K adalah Koefisien Permabilitas Tanah.
= 0,013 m3/dt
Debit air terlimpas = Maka Debit Air dari jalan dan pemukiman – Qp
= 0,020 – 0,013
= 0,007
Q
Q terlimpas
BLOK Sal. AwalSal. Akhir 5.5 R K H Qp Jalan+Perkampungan
(m3/s)
(m3/s)
A D
C
B n 0.013
= 0.026 × 3600
= 94,062 m3
Kemudian mencari ketinggian air banjir hujan yang akan direncanakan dengan
menggunakan persamaan (contoh saluran R4) :
= 94,062 / 692,28
= 0.136 m
x = yair / 0.03
= 0.136 / 0.03
= 4,529 m
Dari data yang ada, dapat diperhitungkan nilai D-E dengan menggunakan
persamaan kesebangunan atau ke-kongruenan (contoh saluran R4) :
= 0.136× (4,529-0.500)/4,529
= 0.121 m
Dan dalam menentukan Q yang masuk pada inlet haruslah mengikuti luasan
trapesium di atas inlet (L. ABED) dengan menggunakan persamaan (contoh saluran R4) :
Kemudian menentukan luasan inlet yang akan dilalui alir dengan menggunakan
persamaan (contoh saluran B-A):
A inlet = b × yair
= 0.500 × 0.136
= 0.068 m2
Dan bisa diketahui untuk keliling hidrolis inlet dengan menggunakan persamaan
yaitu (contoh saluran R4):
pinlet = b + (2 × yair)
= 0.500 + (2 × 0.136)
= 0.772 m
Sehingga bisa didapatkan nilai jari-jari hidrolis (R) dengan menggunakan rumus
(contoh saluran R4) :
R =A/p
= 0.068 / 0.772
= 0.088 m
Dengan menggunakan nilai kemiringan saluran dari tanah asli dan bisa diperoleh
nilai kecepatan arus (V) dari data yang sudah diperoleh dengan menggunakan rumus
Manning sebagai berikut (contoh saluran R4) :
= 6.666 m/detik
L = 0.94 × V × yair0.5
= 2,31 m
Kemudian bisa ditentukan debit yang mengalir pada inlet (Q inlet) dengan
menggunakan persamaan (contoh saluran R4) :
Q =AxV
= 0.068 x 6,666
= 0.428 m3/detik
Untuk memperhitungkan jumlah inlet yang ada pada ruas jalan tersebut maka
digunakan persamaan sebagai berikut (contoh saluran R4):
n = Ld/L
= 196,177 / 2,31
Dengan mengetahui jumlah inlet yang ada pada ruas jalan tersebut maka dapat
diketahui jarak tiap inlet dengan menggunakan persamaan:
d = Ld/n
= 196,177 / 85
= 2,31 m
1. Jumlah limpasan air di Jl. Tapak Siring, Kec. Klojen, Kel. Samaan, Kota
Malang berdasarkan data debit banjir rancangan, debit limbah pemukiman,
debit DAS yang sudah diperhitungkan adalah sebagai berikut :
5. Dari debit limpasan air yang mengalir pada Jl. Mayjend Panjaitan Dalam,
Kec. Klojen, Kel. Penanggungan, Kota Malang bila dibandingkan dengan
kapasitas saluran eksisting yang ada maka seharusnya direncanakan re-
design dimensi-dimensi saluran drainasenya dengan dimensi awal b = 0.5
m dan h = 0.9 m dan hasil re-design sebagai berikut :
a. Saluran 1-2; b = 0.35 m, h = 0.75 m, Q = 0.394 m3/detik