Anda di halaman 1dari 40

TUGAS

PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL KEAIRAN

Dosen Pembimbing : Harmiyati ST, M.Si

Nama Kelompok :

1. FAIZ IKBAR 153110445


2. MUHAMAD IRVAN ARDIAN 153110276
3. SITI KHOZIDAH 153110766
4. ZHELLA INDAH SAVIRI 153110220

Kelas VII C

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah swt, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada
penulis sehingga dapat menyusun laporan tugas perancangan bangunan sipil
keairan.
Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Perancangan Bangunan Sipil Keairan.
Adapun penulisan dalam laporan ini, disusun secara sistematis dan
berdasarkan metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami
sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.
Dalam penulisan, penulis menyadari sepenuhnya adanya kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari para pembaca
agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN TABEL ............................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ........................................................................ v
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................... 2
1.4 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI .............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Drainase ..................................................................................... 3
2.2 Jenis Drainase............................................................................................... 3
2.2.1. Fungsi Drainase ..................................................................................... 6
2.2.2. Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase ...................................... 6
2.3 Metode Analisa Data Hidrologi .................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................. 12
ANALISA PERHITUNGAN ................................................................................ 12
3.1 Kompilasi Data................................................................................................ 12
3.1.1. Permasalahan....................................................................................... 12
3.1.2 Propertis dan Kondisi Saluran.............................................................. 13
3.2. Analisa Kemiringan Dasar Saluran ............................................................ 14
3.3. Analisa Curah Hujan .................................................................................. 15
3.3.1. Distribusi log person type III .............................................................. 15
3.3.2. Logaritma curah hujan rencana ........................................................... 17
3.4. Analisa Debit Aliran .................................................................................. 17
3.4.1. Waktu Konsentrasi (tc) ....................................................................... 17
3.4.2. Intensitas Curah Hujan ........................................................................ 19
3.4.3. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area) ...................................... 19
3.4.4. Debit Aliran Akibat Air Hujan ............................................................ 20
3.4.5. Debit Air Limbah Domestik (Q domestik) ............................................. 21
3.5. Analisa Kapasitas Debit Saluran ................................................................ 22

ii
BAB IV ................................................................................................................. 24
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 24
4.2 Saran ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
LAMPIRAN TABEL ............................................................................................ 26
LAMPIRAN GAMBAR ....................................................................................... 34

iii
DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Tabel 1. Data Hidrologi Tahun 2006 sampai 2015


Tabel 2. Nilai K Distribusi Log Person Type III
Tabel 3. Nilai Koefisien Manning (n)
Tabel 4. Hubungan Jenis Bahan dengan Kecepatan Aliran Air
Tabel 5. Koefisien Run Off (𝛼)
Tabel 6. Koefisen Penyebaran Hujan (𝛽)
Tabel 7. Asumsi Pemakaian Air Dalam Satu Hari

iv
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi (google maps)


Gambar 2. Denah Lokasi
Gambar 3. Potongan I - I
Gambar 4. Detail Penampang Saluran
Gambar 5. Skema aliran
Gambar 6. Daerah Tangkapan Hujan
Gambar 7. Potongan A - A
Gambar 8. Potongan B - B

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan majunya perkembangan zaman dan kebutuhan akan tempat tinggal,
banyak bangunan berdiri pada masa ini. Mulai dari bangunan satu lantai hingga
ratusan lantai (pencakar langit). Banyaknya bangunan-bangunan berdiri, membuat
manusia membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana
yang dibutuhkan salah satunya adalah jalan. Akibat adanya pembangunan
bangunan dan jalan raya dapat menyebabkan berkurangnya daerah resapan hujan
yang tertutup oleh plesteran beton atau aspal. Dibutuhkan suatu perencanaan
sistem drainase yang mampu mengalihkan air limpasan hujan dari permukaan
jalan menuju saluran pembuang (outlet).
Drainase mempunyai arti mengalirkan atau mengalihkan air umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-
cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Ketika sarana dan prasarana terpenuhi, timbul masalah-masalah baru.
Dimana terdapat genangan air dalam jangka waktu yang singkat dan juga panjang.
Dengan hal ini, dibutuhkan pengevaluasian terhadap sistem lingkungan sekitar.
Tempat yang dievaluasi memiliki sistem pembuangan langsung ke drainase, akan
tetapi di berberapa areal drainase tertutup oleh bahu jalan yang di betonkan.
Genangan yang terjadi pada areal ini memiliki jangka waktu yang tidak terlalu
panjang. Akan tetapi, jika terjadi hujan yang memiliki intensitas tinggi, air
langsung naik dengan cepat. Beberapa penyebab terjadinya genangan adalah
banyaknya tumpukan sampah, aliran air yang tidak mengalir secara efektif,
banyaknya endapan pasir, dimensi yang tidak sesuai dengan tampungan.
Masyarakat merasakan ketidaknyamanan ketika melalui jalan yang memiliki
genangan air yang tinggi. Dari ketidaknyamanan ini, perlu pengevaluasian untuk
mencari solusi. Dengan melakukan perhitungan, pertimbangan dan menggunakan

1
beberapa metode yang telah ada, maka akan diketahui letak permasalahan pada
areal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penyebab utama sehingga terjadinya genangan?


2. Apakah diperlukan perubahan dimensi pada drainase?
3. Bagaimana perencanaan drainase yang sudah ada?
4. Bagaimana lingkungan mempengaruhi terjadinya genangan tersebut?
5. Mampukah drainase yang sudah ada menampung air keluaran?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Laporan ini dibuat dengan tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi permasalahan drainase pada jalan garuda sakti,
Kecamatan Tampan
2. Mengevaluasi saluran drainase jalan garuda sakti agar dapat berfungsi
secara maksimal
3. Memahami dan mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi pada
areal

1.4 Lokasi Penelitian


Lokasi terletak di jalan garuda sakti, berada di Kelurahan Simpang Baru,
Kecamatan Tampan. Denah lokasi tedapat di lampiran gambar 1 dan 2

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Drainase


Menurut Suripin (2004 : 7) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Menurut Suhardjono (1948 : 1) drainase juga diartikan sebagai usaha
untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan
pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan
oleh kelebihan air tersebut.

2.2 Jenis Drainase


Dari pengertian drainase pada subbab diatas drainase juga dibedakan
berdasarkan jenisnya yaitu sebagai berikut :
1. Drainase Alamiah
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton,
gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air
yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air
yang permanen seperti sungai.

Gambar 2.1. Drainase Ilmiah (Sumber : www.google.com)

3
2. Drainase Buatan
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan lain sebagainya.

Gambar 2.2. Drainase Buatan (Sumber : www.google.com)

a. Menurut Letak Bangunan


Menurut letak bangunan, drainase terbagi sebgai berikut :
1. Drainase Permukaan Tanah
Saluran drainase yang berada diatas permukaan tanah yang
berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan.

Gambar 2.3. Drainase Permukaan Tanah (Sumber : www.google.com)

4
2. Drainase Bawah Permukaan Tanah
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan
permukaan melalui permukaan dibawah permukaan tanah
(pipa-pipa) dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu
antara lain : Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah
yang tidak membolehkan adanya saluran dipermukaan tanah
seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-
lain.

Gambar 2.4. Drainase Ilmiah (Sumber : www.google.com)

b. Menurut Fungsi
Berikut ini adalah jenis drainase berdasarkan fungsinya :
1. Single Purpose
yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau air jenis buangan yang
lain seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain-lain.
2. Multi Puspose
yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

c. Menurut Konstruksi
Jenis drainase menurut konstruksi terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Saluran Terbuka
yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang
terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun

5
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan
kesehatan / mengganggu lingkugan.
2. Saluran Tertutup
yaitu saluran yang pada umunya sering dipakai untuk aliran air
kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak ditengah kota.

2.2.1. Fungsi Drainase


Secara prinsip, drainase berguna untuk membuang air dari suatu
tempat ke tempat lainnya. Metode yang diterapkan untuk membuang air
tersebut bisa berupa pengaliran, pengurasan, pembuangan, ataupun
pengalihan. adapun funsgi lain dari drainase adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,


sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal.
2. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air/banjir.
3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi
bencana banjir.

2.2.2. Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase


Untuk membangun drainase memerlukan prinsip-prinsip
umum,yaitu :
1. Daya guna dan hasil guna (efektif dan efisien)
Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi
fasilitas drainase sebagai enampung, pembagi dan pembuang air
dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna.
2. Ekonomis dan aman
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah
mempertimbangkan faktor ekonomis dan faktor keamanan.

6
3. Pemeliharan
Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi
kemudahan dan nilai ekonomis dari pemilihan sistem drainase
tersebut.

2.3 Metode Analisa Data Hidrologi


Data hidrologi merupakan data yang menjadi dasar dari perencanaan
kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti
perencanaan bangunan irigasi, bangunan air, pengelolaan sungai, pengendalian
banjir dan lain-lain. Oleh karena itu, data hidrologi perlu dikelola ke dalam suatu
sistem hidrologi agar tersedia informasi SDA yang akurat, benar dan tepat waktu
bagi semua pihak yang berkepentingan. Analisis hidrologi merupakan parameter
yang dominan dan memerlukan penanganan yang sangat cermat. Ketepatan dan
kecermatan analisis mensyaratkan keakuratan data hidrologi itu sendiri. Terdapat
beberapa metode untuk menganalisis data hidrologi, yaitu :

1) Analisa Frekuensi Curah Hujan


Menurut Harto (1993) hujan merupakan komponen masukan yang paling
penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan tersebut
yang akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan
permukaan, aliran antara, maupun sebagai aliran air tanah. Untuk
mendapatkan perkiraan besar hujan yang terjadi di seluruh DAS, diperlukan
data kedalaman hujan dari banyaknya stasiun hujan yang tersebar di seluruh
DAS. Kerapatan data hujan dan jumlah stasiun pencatat hujan dalam suatu
DAS akan memberikan perbedaan dalam besaran hujan yang didapatkan.
Terdapat beberapa cara untuk menganalisa frekuensi curah hujan, yaitu :

a. Koefisien kemencengan
Metode koefisien kemencengan atau kemiringan ini mempunyai rumus :
𝑁 Σ( 𝑋𝑖−𝑋)3
Cs =
(𝑁−1)(𝑁−2)𝑆 3

Dimana:
N = jumlah data
X = Curah hujan
S = Standar deviasi

7
b. Koefisien kepuncakan
Metode koefisien kepuncakan ini mempunyai rumus :
𝑁 2 Σ( 𝑋𝑖−𝑋)4
Ck =
(𝑁−1)(𝑁−2)(𝑁−3)𝑆 4

Dimana:
N = jumlah data
X = Curah hujan
S = Standar deviasi
Untuk menentukan distribusi frekuensi terdapat beberapa syarat.
Syarat-syarat penentuan distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1. Syarat Distribusi Frekuensi
Distribusi Frekuensi Ck Cs
Gumbel 5,403 1,139
Log Normal 3,00 0
Log Person Type III Bebas Bebas

2) Distribusi Log Person Type III


Langkah-langkah dalam perhitungan curah hujan rencana berdasarkan
Log Person type III adalah sebagai berikut:
1. Data curah hujan diubah menjadi bentuk logaritma
X = Log X
2. Hitung rata-rata logaritma dengan rumus:
∑𝑛
𝑖=1 𝐿𝑜𝑔 𝑋1
𝐿𝑜𝑔 𝑋 =
𝑛

3. Selanjutnya hitung simpangan baku / standar deviasi dengan rumus:


∑𝑛
𝑖=1(log 𝑋1 −log 𝑋)
2
𝑆= √
𝑛−1

4. Hitung koefisien kepencengan dengan rumus:


𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(log 𝑋1 −log 𝑋)
3
𝐶𝑠 = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑆 3

8
5. Hitung logaritma curah hujan rencana dengan periode ulang
tertentu:
log 𝑋Τ = log 𝑋 + 𝐾 + 𝑆
Dengan,
Log X = logaritma hujan harian maksimum (mm/24jam)
Log 𝑋 = rata-rata logaritma data
n = banyak data
S = Standar deviasi data
Cs = Koefisien kepencengan
K = Faktor curve factor

3) Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang
dinyatakan dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah
hujan dan frekuensi kejadiannya. Untuk perhitungan intensitas curah hujan
digunakan rumus sebagai berikut :

2⁄
𝑅24 24 3
𝐼=( )𝑥 [ ]
24 𝑡𝑐
Dimana,
I = Intensitas curah hujan selama konsentrasi (mm/jam)
tc = Lama waktu konsentrasi (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian (mm)

4) Waktu Konsentrasi (tc)


Waktu konsentrasi dibagi atas dua bagian, yaitu:
a. Iniet time (to) yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
diatas permukaan tanah menuju saluran drainase
b. Conduit time (td) yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
disepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan dibagian hilir
suatu saluran (Suripin, 2004) :

9
t c = to + t d
2 𝑛
dengan : 𝑡𝑜 = [3 𝑥3,28𝑥 𝐿 𝑥 ] menit
√𝑆

𝐿𝑠
𝑡𝑑 = menit
60.𝑉

Dimana :n = Angka kekasaran Manning


S = kemiringan lahan
L = Panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = Panjang lintasan aliran di dalam saluran/ sungai (m)
V = Kecepatan aliran di dalam saluran (m/det)

5) Debit Aliran
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per
waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran
Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik
(m3/s).
a) Debit aliran akibat air hujan
Rumus debit aliran akibat air hujan adalah sebagai berikut :
𝑄 = 0,278 . 𝛼. 𝐶𝑠. 𝛽. 𝐼 . 𝐴 𝑥 10−6
Dimana : Q = Debit aliran (m3/det)
𝛼 = koefisien run off
𝛽 = koefisien penyebaran hujan
A= Luas daerah tangkapan (Km2)
I = Intensitas curah hujan (m/det)
Cs = Koefisien penampungan. Dimana mencari Cs sebagai
berikut :
2 𝑡𝑐
𝐶𝑠 =
2𝑡𝑐+𝑡𝑑

10
6) Kecepatan Aliran
Menurut Manning, rumus kecepatan aliran di suatu saluran adalah :
1 2⁄ 1⁄
𝑉= 𝑥𝑅 3 𝑥𝑆 2
𝑛

Dimana:
V = kecepatan aliran (m/dt)
S = kemiringan dasar saluran
n = koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis
Dimana:
𝐴 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑚2 )
𝑅= =
𝑃 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ (𝑚)

Jadi dapat dihitung pula besarnya debit aliran (Q) :


Q=AxV
Dimana:
Q = debit aliran (m3)
V = kecepatan aliran (m/dt)

11
BAB III
ANALISA PERHITUNGAN

3.1 Kompilasi Data


3.1.1. Permasalahan
Lokasi ini terjadi genangan yang diakibatkan oleh intensitas air
hujan yang tinggi dan drainase tidak bekerja dengan baik, berikut
dokumentasi genangan yang terjadi.

Gambar 3.1. Genangan di jalan garuda sakti (Sumber : Dokumentasi penulis)

Gambar 3.2. Genangan di jalan garuda sakti (Sumber : Dokumentasi penulis)

12
Gambar 3.3. Genangan di jalan garuda sakti (Sumber : Dokumentasi penulis)

3.1.2 Propertis dan Kondisi Saluran


 Ukuran penampang saluran 75 cm x 150 cm
 Tinggi Muka air 60 cm dari dasar saluran, detail penampang saluran
lihat Lampiran gambar 4, Didasar saluran juga terdapat endapan
pasir dan sampah.

Gambar 3.4. Kondisi saluran yang ditinjau (Sumber : Dokumentasi penulis)

 Kedua sisi dinding saluran terbuat dari beton


 Skema aliran drainase dan panjang saluran yang ditinjau dapat dilihat
Lampiran gambar

13
3.2. Analisa Kemiringan Dasar Saluran
Pengukuran pengukuran dilakukan dengan 3 tahap.
1. Saluran Kanan
Panjang saluran (L = 400 m)
 Bentang awal 5 m
Tinggi muka air (H1) = 0,8 m
Tinggi muka air (H1) = 0,79 m
𝐻1−𝐻2 0,8−0,79
Kemiringan saluran = = = 0,002
𝐿 5
 Bentang tenganh 5 m
Tinggi muka air (H2) = 0,78 m
Tinggi muka air (H3) = 0,76 m
𝐻2−𝐻3 0,78−0,76
Kemiringan saluran = = = 0,004
𝐿 5
 Bentang akhir 5 m
Tinggi muka air (H3) = 0,75 m
Tinggi muka air (H3) = 0,7 m
𝐻2−𝐻3 0,75−0,7
Kemiringan saluran = = = 0,01
𝐿 5
0,002+0,004+0,01
Kemiringan saluran rata-rata (I) = = 0,0053
3
2. Saluran Kiri
Panjang saluran (L = 400 m)
 Bentang awal 5 m
Tinggi muka air (H1) = 0,73 m
Tinggi muka air (H2) = 0,7 m
𝐻1−𝐻2 0,73−0,7
Kemiringan saluran = = = 0,006
𝐿 5
 Bentang tenganh 5 m
Tinggi muka air (H2) = 0,7 m
Tinggi muka air (H3) = 0,7 m
𝐻2−𝐻3 0,7−0,7
Kemiringan saluran = = = 0
𝐿 5
 Bentang akhir 5 m
Tinggi muka air (H3) = 0,7 m
Tinggi muka air (H4) = 0,69 m
𝐻2−𝐻3 0,7−0,69
Kemiringan saluran = 𝐿
= 5
= 0,002
0,006+0+0,002
Kemiringan saluran rata-rata (I) = = 0,0027
3

14
3.3. Analisa Curah Hujan
3.3.1. Distribusi log person type III
Tahap perhitungan dari analisa frekuensi curah hujan tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Mencari curah hujan maksimum tahunan bekisar / selama 10 tahun dimulai


tahun 2007 hingga tahun 2016. Data curah hujan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 3.1. Data Curah Hujan Maksimum Tahunan.


Tahun Curah Hujan Maksimum
2007 107,5

2008 97

2009 130

2010 60,7

2011 58,1

2012 108,6

2013 57

2014 82

2015 79

2016 94

𝛴 873,9
̅
𝑿 87,39

a. Data curah hujan bentuk logaritma


log X = log (107,5) = 2,031
b. Mencari nilai curah hujan rata-rata Logaritma (log X )
∑𝑛𝑖=1 𝑙𝑜𝑔𝑋1 19,256
log X = = = 1,926
𝑛 10
c. Hasil analisa diperoleh.

(log Xi - log X ) = 2,031– 1,926 = 0,1058

(log Xi - log X )2 = (2,031– 1,926)2 = 0,011200

15
(log Xi - log X )3 = (2,031– 1,926)3 = 0,001185

d. Hasil analisa standar deviasi (S)

∑𝑛 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑿)
S= √
𝑛−1

5399,189
S=√ = 24,493 mm
10−1

e. Hasil analisa koefisien asimetri (Cs)


𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑙𝑜𝑔𝑥𝑖 − 𝑙𝑜𝑔 X )3
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑠 3

10 (−0.002456)
𝐶𝑠 = = −0.175
(10 − 1)(10 − 2)0.1253
Hasil perhitungan frekuensi curah hujan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Frekuensi Curah Hujan

Tahun X log x ̅ ) (𝐥𝐨𝐠𝑿 − 𝒍𝒐𝒈 𝑿


(𝐥𝐨𝐠 𝑿 − 𝒍𝒐𝒈 𝑿 ̅ )𝟐 (𝐥𝐨𝐠𝑿 − 𝒍𝒐𝒈 𝑿
̅ )𝟑

2007 107,5 2,031 0,1058 0,011200 0,001185

2008 97 1,987 0,0612 0,003745 0,000229

2009 130 2,114 0,1884 0,035482 0,006684

2010 60,7 1,783 -0,1424 0,020274 -0,002887

2011 58,1 1,764 -0,1614 0,026050 -0,004204

2012 108,6 2,036 0,1103 0,012156 0,001340

2013 57 1,756 -0,1697 0,028799 -0,004887

2014 82 1,914 -0,0118 0,000138 -0,000002

2015 79 1,898 -0,0279 0,000781 -0,000022

2016 94 1,973 0,0476 0,002261 0,000108

𝛴 873,9 19,256 0,0000 0,140887 -0,002456


̅
𝑿 87,39 1,926

16
3.3.2. Logaritma curah hujan rencana
Untuk nilai K (skew curve faktor), dengan nilai Cs = −0.2237 dan periode
ulang 10 tahun, menggunakan tabel nilai K (Lampiran Tabel 2) untuk distribusi
log-person III dengan interpolasi sebagai berikut :
𝐾−1,231 −0,2237 –(−0,4)
=
1,258−1,231 −0,2−(−0,4)
𝐾−1,231 0,1763
=
0,027 0,2
𝐾−1,231
= 0,8815
0,027
𝐾 − 1,231 = 0,025
𝐾 = 1,256

𝑙𝑜𝑔𝑋𝑇 = log ̅
X+K×S
𝑙𝑜𝑔𝑋𝑇 = 1,928 + 1,256 × 0,1264 = 2,087
𝑋𝑇 = 102,087 = 122,18𝑚𝑚
Jadi, digunakan curah hujan maksimum R24 = 130 mm
3.4. Analisa Debit Aliran
3.4.1. Waktu Konsentrasi (tc)

Pada analisa debit aliran, diperlukan untuk mengtahui daerah tangkapan


hujan. Untuk mencari daerah tangkapan hujan, leih dulu dicari panjang dari
lintasan run off nya. Panjang lintasan daerah tangkapan hujan bisa dilihat pada
gambar dibawah.

Aspal Daerah luar jalan


3m Drainase 20 m
1,5 m
Bahu Jalan
1m

Gambar 3.5. Sketsa daerah tangkapan hujan saluran Kanan

17
Daerah luar jalan Drainase Aspal
20 m 1,5 m 3m
Bahu Jalan
1m

Gambar 3.6. Sketsa daerah tangkapan hujan saluran Kiri

𝑡𝑐 = 𝑡𝑜 + 𝑡𝑑
2 𝑛 𝐿𝑠
𝑡𝑜 = [ 𝑥 3.28 𝑥 𝐿 𝑥 ] , 𝑡𝑑 =
3 √𝑠 60 . 𝑉
Dimana :
n = 0,015 (aspal/beton), 0,022(tanah)
S = 1% = 0,01
L = 20 m (daerah luar jalan), 3 m (Jalan), 1m (bahu jalan)
LS = 400 meter
V = 1,5 m/det (kanan, jenis bahan beton), 0,5 m/det (kiri,
saluran tanah lempung kepasiran)
Maka,
 Saluran Kanan
2 0.015
𝑡𝑜 (𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛) = [ 𝑥 3.28 𝑥 20 𝑥 ] = 6,5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √0,01
2 0.015
𝑡𝑜 (𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛) = [ 𝑥 3.28 𝑥 3 𝑥 ] = 0,71 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √0,02
2 0.022
𝑡𝑜 (𝑏𝑎ℎ𝑢 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛) = [ 𝑥 3.28 𝑥 1 𝑥 ] = 0,48 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √0,01
400
𝑡𝑑 = = 4,44 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60 . 1,5
𝑡𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (6,5 + 0,71 + 0,48) = 7,69 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ; 𝑡𝑑 = 4,44 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡𝑐 = 7,69 + 4,44 = 12,13 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

 Saluran Kiri
2 0.015
𝑡𝑜 (𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛) = [ 𝑥 3.28 𝑥 20 𝑥 ] = 6,5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √0,01
2 0.015
𝑡𝑜 (𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛) = [ 𝑥 3.28 𝑥 3 𝑥 ] = 0,71 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √0,02

18
2 0.022
𝑡𝑜 (𝑏𝑎ℎ𝑢 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛) = [ 𝑥 3.28 𝑥 1 𝑥 ] = 0,48 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √0,01
400
𝑡𝑑 = = 13,33 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60 . 0,5
𝑡𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (6,5 + 0,71 + 0,48) = 7,69 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ; 𝑡𝑑 = 13,33 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡𝑐 = 7,69 + 13,33 = 21,02 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

3.4.2. Intensitas Curah Hujan


2⁄
𝑅24 24 3
𝐼 = ( )𝑥( )
24 𝑡𝑐

Dimana,

R24 = 130 mm

Maka,
Saluran Kanan
12,13
𝑡𝑐 = = 0,202 𝑗𝑎𝑚
60
2⁄
130 24 3
𝐼=( )𝑥( ) = 130,92 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
24 0,202
Saluran Kiri
21,02
𝑡𝑐 = = 0,35 𝑗𝑎𝑚
60
2⁄
130 24 3
𝐼=( )𝑥( ) = 90,75 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
24 0,35

3.4.3. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)


Berdasarkan lokasi yang ditinjau, diperoleh luasan sebagai berikut :
 Saluran Kanan
 Luas (A) = panjang x lebar
 Aspal = 400 x 3 = 1200 m2
 Bahu jalan = 1 x 400 = 400 m2
 Luar jalan = (200+160)20/2 + (90+50)20/2 + (110+70)20/2
= 6.800 m2
 Catchment Area Kanan = 8.400 m2

19
 Saluran Kiri
• Luas (A) = panjang x lebar
• Aspal = 400 x 3 = 1200 m2
• Bahu jalan = 1 x 400 = 400 m2
• Luar jalan = (360+400)x20/2 = 7600 m2
• Catchment Area Kanan = 9200 m2
3.4.4. Debit Aliran Akibat Air Hujan

𝑄 = 0.278 . 𝛼 . 𝐶𝑠 . 𝛽 . 𝐼 . 𝐴 . 10−6
Dimana ,
Q = Debit aliran (m3/det)
𝛼 = 0.9 (untuk perkerasan aspal)
𝛽 = 1 (luas area A < 4 km2)
A = 8400 m2 (kanan), 9400 m2 (kiri)
I = 130,92 mm/jam (kanan), 90,75 (kiri)
Cs = Koefisien penampungan
 Saluran Kanan
2𝑡𝑐 2 . 12,13
𝐶𝑠 = = = 0,759
2𝑡𝑐 + 𝑡𝑜 2 . 12,13 + 7,69
 Saluran kiri
2𝑡𝑐 2 .21,02
𝐶𝑠 = = = 0,845
2𝑡𝑐 + 𝑡𝑜 2 .21,02 + 7,69
Maka,
 Untuk saluran kanan

𝑄 = 0.278 . (0,9) . (0,759) . (1) . (130,92) . 8400 . 10−6

𝑄 = 0,209 𝑚3 /𝑑𝑡
 Untuk saluran kiri

𝑄 = 0.278 . (0,9) . (0,845) . (1) . (90,75) . 9200 . 10−6

𝑄 = 0,177 𝑚3 /𝑑𝑡

20
3.4.5. Debit Air Limbah Domestik (Q domestik)
Besarnya kebutuhan air penduduk menurut Direktorat Teknik
Penyehatan, Dirjen Cipta Karya DPU dibagi sesuai dengan jenis Keperluan
sebagai berikut :
a. Jumlah bangunan sebelah kanan = 42 toko
b. Jumlah bangunan sebelah kiri = 37 toko
Dari jumlah pemakaian ai tersebut dapat diperkirakan besarnya air
buangan yang harus ditampung dan di alirkan yaitu sebesar 80% dari
kebutuhan air yang ditetapkan. Berikut contoh perhitungan debit air limbah
domestik :
Toko sebelah kanan = ∑bangunan x jenis keperluan x kebutuhan air
= 42 x 1 x 80%
33,6
= 33,6 m3/hari = (24∗3600) = 0,00039 m3/det

Toko sebelah kiri = ∑bangunan x jenis keperluan x kebutuhan air


= 37 x 1 x 80%
33,6
= 33,6 m3/hari = (24∗3600) = 0,00034 m3/det

3.4.6. Analisa Debit Kiriman Saluran Anak

Debit kiriman adalah air yang mengalir ke saluran utama yang berasal dari
saluran anak. Debit kiriman perlu dihitung karena sangat berpengaruh terhadap
kapasitas saluran utama. Analisa debit kiriman saluran anak, diperhitungkan pada
kemungkinan saluran anak penuh atau maksimal. Sehinga memberi angka aman
terhadap saluran utama.
Qkiriman = (Asaluran anak x Vsaluran anak) x 80%
Dimana,
Asaluran anak = 0,3x0,3 = 0,09 m2
Vsaluran anak = 1,5 m/det
Qkiriman = (0,09 x 1,5) x 80% = 0,108 m/det
Total ada 4 saluran anak dengan ukuran yang sama, maka;
Qkiriman total = Qkiriman x 4 = 0,108 x 4 = 0,432 m/det
Total debit saluran kanan = 0,209 +0,00039 +0,432 = 0,64139 m3/det
Total debit saluran kiri = 0,177 + 0,00034 = 0,17734 m3/det

21
3.5. Analisa Kapasitas Debit Saluran
Dengan menggunakan rumus Manning.

1 2 1
𝑉= 𝑥 𝑅 ⁄3 𝑥 𝑆 ⁄2
𝑛

Dimana,

V = kecepatan aliran (m/dt)

S = 0,0027 (kiri), 0,0053 (kanan)

n = 0,02 (kanan, untuk saluran beton di kedua sisi), 0,022 (kiri, untuk
saluran tanah)

R = A = (0,7 x 1,5) ; P = (2x0,6 + 1,5)

𝐴 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑚2 ) 0,7 𝑥 1,5


𝑅= = = = 0,262
𝑃 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ (𝑚) (2𝑥0,6 + 1,5)

Maka,
 Saluran kanan
1 2 1
𝑉= 𝑥 0,262 ⁄3 𝑥 0,0053 ⁄2 = 1,49 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,02
 Saluran kiri
1 2 1
𝑉= 𝑥 0,262 ⁄3 𝑥 0,0027 ⁄2 = 0,967 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,022
Maka besarnya kapasitas debit saluran (Qs) :
 Saluran Kanan
3
𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = 𝐴 𝑥 𝑉 = (0,75 𝑥 1,5) 𝑥 1,49 = 1,1175 𝑚 ⁄𝑑𝑡

 Saluran Kiri
3
𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = 𝐴 𝑥 𝑉 = (0,75 𝑥 1,5) 𝑥 0,967 = 0,17734 𝑚 ⁄𝑑𝑡

22
Bandingkan hasil debit saluran (Qsaluran) dengan debit aliran (Qaliran),
 Saluran Kanan
3 3
𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = 1,1175 𝑚 ⁄𝑑𝑡 𝑄𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 = 0,64139 𝑚 ⁄𝑑𝑡

 Saluran Kiri
3 3
𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = 1,0879 𝑚 ⁄𝑑𝑡 𝑄𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 = 0,19634 𝑚 ⁄𝑑𝑡

𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 > 𝑄𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛

Maka tidak perlu dilakukan perancangan ulang pada dimensi


drainase, saluran pada lokasi tersebut sudah mampu mengalirkan kapasitas
debit aliran yang ada.

23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Jadi dari segi kapasitas dimensia saluran drainase yang sudah ada,
dapat mengaliran air hujan dan air limbahan yang ada karena Qsaluran >
Qaliran, maka tidak diperlukan perubahan dimensi pada drainase.
Namun, tetap terjadi genangan, hal ini disebabkan kondisi saluran
drainase yang tidak terawat, karena pada dasar saluran terdapat endapan
pasir dan sampah, sehingga drainase tidak berfungsi secara optimal.
Ditambah lagi sebagian saluran drainase yang tertutup tidak ada
lubang pengaliran ke dalamnya, sehingga limpasan air menjadi tergenang
cukup lama.
4.2 Saran
7) Sebaiknya masyarakat bergotong-royong untuk menjaga kondisi
saluran drainase di daerahnya, seperti membersihkan endapan di dasar
saluran.
8) Sebaiknya di bagian drainase yang tertutup diberi lubang pengaliran
untuk masuk ke dalam saluran, agar genangan meresap dalam waktu
yang singkat

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2008, Bahan Referensi Drainase, http://bahan-


referensi.blogspot.co.id/2010/05/drainase.html , diakses tanggal: 16 Desember
2017
Azwaruddin, 2008, Pemahaman Umum Drainase,
http://azwaruddin.blogspot.co.id/2008/05/pemahaman-umum-drainase.html ,
diakses tanggal: 19 Desember 2017
Anonymous, 2017, Pengertian Drainase,
http://eprints.polsri.ac.id/1241/3/BAB%20II.pdf , diakses tanggal: 16 Desember
2017
Anonymous, 2017, Jenis-jenis Drainase Perkotaan, http://teknik-sipil-
referensi.blogspot.co.id/2017/02/jenis-jenis-drainase-perkotaan.html , diakses
tanggal: 16 Desember 2017
Anonymous, 2017, Langkah-langkah Perencanaan Drainase,
http://www.kumpulengineer.com/2014/03/langkah-langkah-perencanaan-
drainase.html , diakses tanggal: 16 Desember 2017

25
LAMPIRAN TABEL
LAMPIRAN
Tabel 1. Data Hidrologi Tahun 2006 sampai 2015
LAMPIRAN
Tabel 2. Nilai K Distribusi Log Person Type III
Interval kejadian (Recurrence Interval), tahun (periode ulang)
1,0101 1,2500 2 5 10 25 50 100
Koef,G Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded)
Cs 99 80 50 20 10 4 2 1
3,0 -0,667 -0,636 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051
2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973
2,6 -0,769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 3,889
2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800
2,2 -0,905 -0,752 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705
2,0 -0,990 -0,777 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,192 3,605
1,8 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499
1,6 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388
1.4 -1,318 -0,832 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271
1.2 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149
1,0 -1,588 -0,852 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022
0,8 -1,733 -0,856 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891
0,6 -1,880 -0,857 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,4 -2,029 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,2 -2,178 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472
0,0 -2,326 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326
-0,2 -2,472 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178
-0,4 -2,615 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029
-0,6 -2,755 -0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880
-0,8 -2,891 -0,780 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733
-1,0 -3,022 -0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588
-1,2 -2,149 -0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449
-1,4 -2,271 -0,705 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318
-1,6 -2,388 -0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197
-1,8 -3,499 -0,643 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087
-2,0 -3,605 -0,609 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990
-2,2 -3,705 -0,574 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905
-2,4 -3,800 -0,537 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832
-2,6 -3,889 -0,490 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769
-2,8 -3,973 -0,469 0,384 0,666 0,702 0,712 0,714 0,714
-3,0 -7,051 -0,420 0,396 0,636 0,660 0,666 0,666 0,667
Sumber: Suripin, 2004
LAMPIRAN
Tabel 3. Nilai Koefisien Manning (n)
No Jenis Saluran N
1 Saluran galian
- Saluran tanah 0,022
- Saluran pada batuan, digali merata 0,035
2 Saluran dengan lapisan perkerasan
- Lapisan beton seluruhnya 0,015
- Lapisan beton pada kedua sisi saluran 0,020
- Lapisan blok beton pracetak 0,017
- Pasangam batu, diplester 0,020
- Pasangan batu, diplester pada kedua sisi 0,022
saluran
- Pasangan batu, disiar 0,025
- Pasangan batu kosong 0,030
3 Saluran alam
- Berumput 0,027
- Semak-semak 0,050
- Tidak beraturan banyak pohon, batang pohon 0,015
banyak jatuh kesaluran
LAMPIRAN
Tabel 4. Hubungan Jenis Bahan dengan Kecepatan Aliran Air
Kecepatan aliran air yang diizinkan
Jenis bahan
(m/detik)
Pasir halus 0,45
Lempung kepasiran 0,50
Lanau aluvial 0,60
Kerikil halus 0,75
Lempung kokoh 0,75
Lempung padat 1,10
Kerikil kasar 1,20
Jalan aspal 0,90
Batu-batu besar 1,50
Pasangan batu 1,50
Beton 1,50
Beton bertulang 1,50
Sumber : Hadihardjaja,1997
LAMPIRAN
Tabel 5. Koefisien Run Off (𝛼)

Tipe Area Koefisien Run Off

Pegunungan yang curam 0,75 - 0,90

Tanah yang bergelombang dan hutan 0,50 – 0,75

Dataran yang ditanami 0,45 – 0,60

Atap yang tidak tembus air 0,75 – 0,90

Perkerasan aspal, beton 0,80 – 0,90

Taman / lapangan terbuka 0,05 – 0,25

Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah/ Ha) 0,25 – 0,40

Perumahan kerapatan sedang ( 21-60 rumah/Ha) 0,40 – 0,70

Perumahan padat ( 60-160 rumah/Ha) 0,70 – 0,80

Daerah rekreasi 0,20 – 0,30

Daerah industri 0,80 – 0,90

Daerah perniagaan 0,90 – 0,95

Sumber : Hasmar,2003
LAMPIRAN
Tabel 6. Koefisen Penyebaran Hujan (𝛽)

Luas Area (Km2) Koefisien Penyebaran Hujan

≤4 1

5 0,995

10 0,980

15 0,955

20 0,920

25 0,875

30 0,820

50 0,500

Sumber : Hasmar,2003
LAMPIRAN
Tabel 7. Asumsi Pemakaian Air Dalam Satu Hari
No Jenis Bangunan Asumsi Kebutuhan Air Keterangan

1 Daerah perumahan 170 Ltr/org/hari

2 Bangunan umum

a. sekolah 20 Ltr/org/hari

b. kantor 30 Ltr/org/hari

c. rumah ibadah 3 m3/bangunan/hari

d. rumah sakit 400 Ltr/tempat


tidur/hari

3 Bangunan komersil

a. toko 1 m3/ toko/hari

b. hotel 300 Ltr/tempat


tidur/hari

c. pasar 25 m3/ gedung/hari

d. bioskop 5 m3/gedung/hari

4 Bangunan industri 10 m3/industri/hari


LAMPIRAN GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai