Anda di halaman 1dari 18

PENGUKURAN HUJAN

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hidrologi


yang diampu oleh: Drs. Sukadi, M.Pd.,M.T

Disusun oleh :
Ayu Putri Hapsari (1802419)
Dilivio Raymans Ramadahan (1804630)
Nurfaisa Salsabila (1804632)
Eragilang Mukhtar (1807558)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasul Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hidrologi. Laporan ini diselesaikan dengan maksimal berkat kerja
sama dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan
penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk masa
mendatang .

Bandung, 17 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ............................................................................. 1
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.5 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengukuran Hujan ............................................................. 3
2.2 Alat Pengukuran Hujan .................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengukur Hujan Manual ................................................................. 5
3.2 Pengukur Hujan Otomatis ............................................................... 6
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan ............................................................................................ 13
4.2 Implikasi ........................................................................................... 13
4.3 Rekomendasi .................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Penakar Hujan Tipe Hellman..……………………………………… 7


Gambar 3.2 Bagian-bagian Penakar Hujan Tipe Hellman……………………….. 7
Gambar 3.3 Penakar Hujan Tipe Bendix……………………………………… 9
Gambar 3.4 Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon……………………………… 10
Gambar 3.5 Bagian-bagian Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon………………. 10
Gambar 3.6 Penakar Hujan Tipping Bucket ………………………………… 11
Gambar 3.7 Bagian-bagian Penakar Hujan Tipping Bucket…………………… 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seringkali kita terlambat dalam mengatasi masalah banjir dan tanah
longsor, kita baru menyadari dan sibuk melakukan upaya penanggulangan ketika
musibah itu sudah terjadi. Terjadinya musibah tersebut merupakan peringatan
bagi kita semua tentang arti pentingnya pengelolaan lingkungan serta
memperhatikan hal-hal yang terkait serta mempengaruhi kejadian tersebut.
Salah satu faktor alam yang berpengaruh besar terhadap terjadinya
bencana banjir dan longsor, adalah intensitas curah hujan. Tingginya curah hujan
yang tidak disertai daya dukung lingkungan yang memadai, menyebabkan
derasnya curah hujan tidak mampu lagi ditahan oleh lapisan tanah, dan akibatnya
seluruh permukaan tanah digerus oleh air hujan yang kemudian membawa
material yang dilaluinya menuju wilayah yang lebih rendah. Demikian juga lahan-
lahan kritis akan cenderung menyebkan kondisi tanah menjadi labil, sehingga
ketika datang hujan deras, peluang terjadinya longsor menjadi sangat besar.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang kompleks yang
berkaitan antara satu dengan yang lain. Beberapa masalah tersebut dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya informasi mengenai pengukuran curah hujan
2. Kurang optimalnya penggunaan alat pengukuran curah hujan.

1.3 Batasan Masalah


Supaya pembahasan makalah ini lebih terarah maka penulis membatasi
masalah dalam bagaimana cara kerja dari alat pengukur hujan supaya penggunaan
alat tersebut dapat secara optimal untuk mendapatkan data curah hujan yang
akurat.

1
2

1.4 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimana konsep pengukuran hujan manual? Apa saja macam-
macamnya? Serta bagaimana cara kerja alat tersebut?
2. Bagaimana konsep pengukuran hujan otomatis? Apa saja macam-
macamnya? Serta bagaimana cara kerja alat tersebut?

1.5 Tujuan Penulisan


Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui konsep pengukuran hujan manual dan macam-macamnya
serta cara kerja dari alat tersebut.
2. Mengetahui konsep pengukuran hujan secara otomatis dan macam-
macamnya serta cara kerja dari alat tersebut.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika yang diuraikan dalam penulisan makalah ini terdiri dari empat
bab.
BAB I Pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi masalah,
pemabatasan masalah, rumusan masalah dan sistematika.
BAB II Kajian Pustaka, berisi teori-teori yang menjadi dasar
pembahasan dalam penulisan makalah ini.
BAB III Hasil dan Pembahasan, pada bab ini diuraikan materi-materi
yang akan dibahas yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya.
BAB IV Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi. Berisi penafsiran
dan pemaknaan penulis terhadap hasil resume sekaligus mengajukan
rekomendasi untuk penulisan resume selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Pengukuran Hujan


Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas
dan disepakati.
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm). Hujan
juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir (Suroso 2006).
Jadi, pengukuran hujan adalah penentuan kapasitas atau jumlah volume air
yang terkumpul di permukaan bidang datar dalam suatu periode tertentu (harian,
mingguan, bulanan, atau tahunan) yang diukur dengan satuan tinggi millimeter
(mm).

2.2 Alat Pengukuran Hujan


Penakar hujan merupakan alat pengukur jumlah curah hujan yang turun ke
atas permukaan tanah per satuan luas. Penakar hujan yang umumnya digunakan
bernama ombrometer.
Prinsip alat ini adalah mengukur tinggi jumlah air yang masuk ke alat
tersebut. Sebagai contoh: Di satu lokasi pengamatan memiliki curah hujan 20 mm,
artinya lokasi tersebut digenangi oleh air hujan setinggi 20 mm (millimeter).
Berdasarkan mekanismenya, ombrometer dibedakan menjadi dua yaitu
ombrometer manual dan ombrometer otomatis (perekam). Ombrometer manual
dibedakan lagi menjadi dua, yaitu ombrometer biasa dan ombrometer
observatorium. Sedangkan untuk ombrometer otomatis (perekam) dibedakan
menjadi 7, diantaranya:
1. Penakar Hujan Tipe Hellman
2. Penakar Hujan Tipe Bendix

3
4

3. Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon


4. Penakar Hujan Tipping Bucket
5. Penakar Hujan Tipe Floating Bucket
6. Penakar Hujan Tipe Weighing Bucket
7. Penakar Hujan Tipe Optical
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengukur Hujan Manual


Alat penakar hujan manual biasanya berupa ember atau suatu tempat yang
sudah diketahui diameternya. Pengukuran hujan secara manual dilakukan dengan
mengukur volume air hujan yang ditampung dalam tempat penampungan, volume
air hujan diukur secara periodik dengan interval waktu tertentu. Dengan cara
tersebut didapatkan data curah hujan dengan periode waktu tertentu. Ombrometer
manual terdiri dari dua jenis, yaitu:
3.1.1 Penakar Hujan Ombrometer Biasa
Alat ini masih sangat sederhana yang terbuat dari plat seng dengan tinggi
60 cm. Ada juga yang terbuat dari pipa paralon dengan tinggi 100 cm. Prinsip
kerja ombrometer jenis ini yaitu pembagian volume air hujan yang ditampung
dengan luas mulut penakar.
Parameter yang harus dihitung yaitu luas mulut penakar serta volume air
hujan yang tertampung dalam penampung. Alat ini biasa diletakkan di ketinggian
120-150 cm, namun alat ini belum bisa melakukan pencatatan secara otomatis.
Cara kerjanya :
1. Melakukan pengamatan dengan mengukur jumlah volume air.
2. Volume air digunakan untuk mencari curah hujan pada jam tertentu
ditempat pengamatan.
3. Perhitungan curah hujan dilakukan berdasar menikus dengan syarat curah
hujan jika angka memiliki koma maka di genapkan dengan angka terdekat
dan jika di angka berada antara, misalnya 13,5 maka di tetapkan menjadi
angka ganjilnya.
4. Misal 15,5 menjadi 15 dan 28,5 menjadi 29.

3.1.2 Penakar Hujan Ombrometer Observatorium


Penakar hujan tipe observatorium merupakan salah satu alat penakar hujan
manual, pengukurannya menggunakan gelas ukur untuk mengukur hujan. Penakar

5
6

hujan ini merupakan penakar hujan standar di Indonesia dan banyak digunakan di
Indonesia.
Kelebihan alat ini adalah pengoperasiannya yang mudah, pemasangan
mudah, serta pemeliharaan yang relatif mudah. Namun alat ini juga memiliki
kekurangan yaitu data yang terbatas karena hanya dapat digunakan untuk curah
hujan dengan periode 24 jam saja. Pembacaan hasil dari posisi yang berbeda pun
dapat menjadi kesalahan dari alat ini karena menyebabkan hasil akhir yang
berbeda.
Prinsip kerja alat ini adalah:
1. Saat terjadi hujan, air masuk ke dalam corong penakar.
2. Air yang masuk ke dalam penakar dialirkan dan terkumpul di dalam
tabung penampung.
3. Pada jam-jam pengamatan air hujan yang tertampung diukur dengan
menggunakan gelas ukur.
4. Apabila jumlah curah hujan yang tertampung melebihi kapasitas gelas
ukur, maka pengukuran dilakukan beberapa kali hingga air hujan yang
tertampung dapat terukur semua.

3.2 Pengukur Hujan Otomatis


Ombrometer otomatis adalah alat pengukur curah hujan yang
pencatatannya dilakukan secara otomatis, sehingga lebih efisien jika dibandingkan
dengan alat penakar hujan manual.
Alat ini bisa mengukur curah hujan tinggi maupun rendah. Besarnya
intensitas hujan dapat ditentukan karena pencatatan juga dilakukan untuk selang
waktu tertentu. Beberapa jenis ombrometer otomatis, diantaranya:

3.2.1 Penakar Hujan Tipe Hellman


Merupakan alat yang sering di pakai di BMKG yaitu rain feus dari jerman.
Ada juga penakar hujan jenis ini dari dalam negeri.
7

Gambar 3.1 Penakar Hujan Tipe Hellman

Gambar 3.2 Bagian-bagian Penakar Hujan Tipe Hellman

Penakar hujan jenis hellman beserta bagian-bagiannya keterangan gambar:


1.Bibir atau mulut corong
2. Lebar corong
3.Tempat kunci atau gembok
4.Tangki pelampung
5.Silinder jam tempat meletakkan pias
6.Tangki pena
7.Tabung tempat pelampung
8

8. Pelampung
9. Pintu penakar hujan
10. Alat penyimpan data
11.Alat pengatur tinggi rendah selang gelas (siphon)
12.selang gelas
13.Tempat kunci atau gembok
14.Panci pengumpul air hujan bervolume

Cara Kerja Alat


1. Hujan masuk lewat corong dan akan terkumpul di tabung.
2. Tabung tersebut terdapat pelampung yang akan naik keatas karena air
hujan.
3. Di pelampung terdapat tongkat pena yang mengikuti gerakan pelampung.
4. Pena akan mencatat gerakannya di pias dan akan mencapai pias teratas
saat tabung hampir penuh.
5. Saat air berada selang gelas maka air akan otomatis keluar sampai
ketinggian ujung selang dan tabung. hal ini berdasarkan sistem siphon.
6. Keluarnya air membuat pelampung dan pena turun dan akan menggores
garis vertikal.
7. Garis vertikal inilah yang akan di hitung untuk menentukan besar curah
hujan.

3.2.2 Penakar Hujan Tipe Bendix


Berbentuk seperti tiang bendera dan memiliki cara kerja yang sederhana. Cara
kerja penakar hujan tipe bendix ini adalah:
1. Penakar hujan tipe bekerja dengan cara menimbang air hujan
2. Air hujan ditampung dalam timbangan yang sudah disediakan.
3. Melalui cara mekanis hasil dari timbangan ini ditransfer melalui jarum
petunjuk berpena.
4. Maka akan diketahui curah hujan melalui penimbangan air yang
ditransferkan dari jarum petunjuk ke dalam kertas pias.
9

Gambar 3.3 Penakar Hujan Tipe Bendix

3.2.3 Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon


Merupakan penakar hujan otomatis menggunakan prinsip menampung air
hujan dalam tabung penampung. Bila penampung penuh, tabung menjadi miring
dan siphon mulai bekerja megeluarkan air dari dalam tabung. Setiap pergerakan
air dalam tabung penampung tercatat pada pias sama seperti alat penakar hujan
otomatis lainnya.
Cara kerja alat pengukur curah hujan ini adalah :
1. Air hujan akan ditampung ke penampuangan dan saat penampuan penuh
maka tabung akan menjadi miring.
2. Saat penampuang penuh penakar siphon akan mengeluarkan air dari
penampungan dan pergerakan air di dalam tabung akan tercatat di pias
untuk mengetahui curah hujan yang ada.
3. Pengukuran dilakuan 24 jam dan tidak di waktu yang sama.
10

Gambar 3.4 Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon

Gambar 3.5 Bagian-bagian Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon

3.2.4 Penakar Hujan Tipping Bucket


Pengukuran yang dilakukan dengan tipping bucket cocok untuk akumulasi
hujan yang berjumlah di atas 200 mm/jam atau lebih. Prinsip kerjanya sederhana,
yaitu:
1. Air hujan akan masuk melalui corong penakar, dan kemudian mengalir
untuk mengisi bucket.
2. Setiap jumlah air hujan yang masuk sebanyak 0.5 mm atau sejumlah 20 ml
maka bucket akan berjungkit dimana bucket yang satunya akan dan siap
untuk menerima air hujan yang masuk berikutnya.
11

3. Pada saat bucket berjungkit inilah pena akan menggores pias 0.5 skala (0.5
mm).
4. Pena akan menggores pias dengan gerakan naik dan turun.
5. Dari goresan pena pada skala pias dapat diketahui jumlah curah hujannya.

Gambar 3.6 Penakar Hujan Tipping Bucket

Gambar 3.7 Bagian-bagian Penakar Hujan Tipping Bucket

3.2.5 Penakar Hujan Tipe Floating Bucket


Merupakan fasilitas penakar hujan jarak jauh. Cara kerja alat pengukur
hujan ini adalah:
1. Hujan dikumpulkan ke dalam wadah persegi panjang melalui corong.
2. Data hujan akan di rekam dengan sistem pena perekam yang
memanfaatkan gerakan naiknya pelampung dalam tabung karena hujan.
3. Pena akan kembali pada posisi dasar saat bejana penuh karena air akan
dikeluarkan dari penerimaan.
12

3.2.6 Penakar Hujan Tipe Weighing Bucket


Jenis alat penakar hujan ini terdiri dari corong penangkap air hujan yang
ditempatkan dia atas ember penampung air yang terletak di atas timbangan yang
dilengkapi dengan alat pencatat otomatis.
Cara kerja alat ini adalah:
1. Alat pencatat otomatis pada timbangan dihubungkan ke permukaan kertas
grafik yang tergulung pada sebuah kaleng silinder.
2. Dengan demikian setiap terjadi hujan, air hujan tertampung oleh corong
akan dialirkan ke dalam ember yang terletak di atas timbangan.
3. Setiap ada penambahan air hujan ke dalam ember dapat tercatat pada
kertas grafik.
4. Setiap periode waktu tertentu gulungan kertas dilepaskan untuk dianalisis.

3.2.7 Penakar Hujan Tipe Optikal


Penakar hujan tipe optical memiliki sensor untuk menangkap curah hujan
sehigga disebut juga sebagai optical sensor. Penakar hujan ini bekerja dengan
sensor lokal karena baru terekam ketika hujan mengenai sensor yang terpasang.
Cara kerja dari penakar hujan tipe optical adalah:
1. Penakar hujan tipe ini memiliki beberapa saluran.
2. Di setiap saluran terdapat diode laser dan photoresistor detector untuk
mendeteksi gambar yang terekam oleh sensor.
3. Saat air telah terkumpul untuk membuat single drop lalu jatuh ke batang
laser.
4. Sensor diatur di angle yang tepat sehingga laser bisa langsung mendeteksi
seperti lampu flash.
5. Flash dari photodeterctor ini bisa dibaca dan dikirim ke recorder
BAB IV
SIMPULAN , IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan:

1. Pengukuran hujan adalah penentuan kapasitas atau jumlah volume air yang
terkumpul di permukaan bidang datar dalam suatu periode tertentu (harian,
mingguan, bulanan, atau tahunan) yang diukur dengan satuan tinggi
millimeter (mm). Berdasarkan mekanismenya, pengukur hujan atau
ombrometer dibedakan menjadi dua yaitu ombrometer manual dan
ombrometer otomatis (perekam).
2. Pengukuran hujan secara manual dilakukan dengan mengukur volume air
hujan yang ditampung dalam tempat penampungan, volume air hujan
diukur secara periodik dengan interval waktu tertentu.Sedangkan,
ombrometer otomatis pencatatannya dilakukan secara otomatis, sehingga
lebih efisien jika dibandingkan dengan alat penakar hujan manual.
Macam-macam ombrometer otomatis diantaranya: Ombrometer Tipe
Hellman, Tipe Bendix, Tipe Tilting Siphon, Tipping Bucket, Tipe Floating
Bucket, Tipe Weighing Bucket, serta Ombrometer Tipe Optikal.

4.2 Implikasi
Hasil dari makalah ini digunakan sebagai bahan literasi bagi mahasiswa
yang belajar tentang pengukuran hujan dalam hidrologi. Dengan selesainya
makalah ini diharapakan dapat menambah pemahaman sekaligus pengetahuan
tentang pengukuran hujan.

4.3 Rekomendasi
Sebagai rekomendasi, penulis menyarankan untuk memanfaatkan
informasi dan teknologi secara bijak dan optimal, tambahkan beberapa referensi
untuk menguatkan isi dari penulisan makalah seperti ini. Pelajari dengan baik
supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alwan Muhshi, Fauzan. (2019). Curah Hujan: Pengertian, Klasifikasi, Pengukuran, dan
Alat Ukur. Diakses dari : https://foresteract.com/curah-hujan/
ilmugeografi. (2016). 9 Alat Pengukur Curah Hujan dan Cara Kerjanya. Diakses dari:
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/alat-pengukur-curah-hujan
Kamus pengetahuan. (2011). Penakar Hujan Type Hellman. Diakses dari:
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2011/05/penakar-hujan-type-
hellman.html
Muhammad Taufiq, Fathan. (2015). Apa sih pentingnya prakiraan curah hujan?. Diakses
dari:
https://www.kompasiana.com/masfathan66/5535bd3f6ea834762eda42ce/apa-
sih-pentingnya-prakiraan-curah-hujan?page=2
Riadi, Muchlisin. (2018). Hujan dan Alat Pengukur Curah Hujan. Diakses dari:
https://www.kajianpustaka.com/2018/11/hujan-dan-alat-pengukur-curah-
hujan.html
tbt. (2017). Macam Alat Pengukur Curah Hujan dan Cara Kerjanya Beserta Gambar
Lengkap. Diakses dari: https://smkn1-tbt.blogspot.com/2017/10/macam-alat-
pengukur-curah-hujan-dan.html
Wikipedia. (2019). Pengukuran. Diakses dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran

14

Anda mungkin juga menyukai