Anda di halaman 1dari 15

REVIEW BUKU

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah K3

oleh:

Kelompok 14

Ayu Putri Hapsari


1802419
Dilivio Raymans Ramadhan
1804463
Taufiq Hafiyyan
1804584

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2018
Judul Buku : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Penerbit : Pusdik SDM Kesehatan

Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

Penulis : Dra. Sri Redjeki, M. Si.

Pengembang Desain Instruksional : Drs. Warsito, M. Pd.

Kover dan Ilustrasi : Aris Suryana

Tata Letak : Adang Sutisna

Tanggal Cetak : Desember 2016

Jumlah Halaman : 235


BAB VI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI

1. Pendahuluan

Pokok bahasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri merupakan salah


satu bagian dari serangkaian ilmu keselamatan dan kesehatan kerja yang wajib
dibahas karena industri termasuk tempat kerja yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan seperti kebakaran, ledakan, keracunan, dan iritasi. Di samping itu,
penerapan program K3 belum dipandang sebagai investasi bahkan masih dinilai
sebagai beban biaya tambahan bagi perusahaan sehingga penerapannya belum
dilakukan secara optimal.
Pembahasan ini dibagi menjadi dua topik. Topik pertama membahas bahan
kimia dan material industri, identifikasi bahan kimia dan penanganan bahan kimia.
Sedangkan topik kedua membahas mengenai ketentuan alat pelindung diri, jenis jenis
alat pelindung diri, penggunaan, dan perawatan alat pelindung diri.

2. Ringkasan

TOPIK 1

Bahan Kimia dan Material Industri Berpotensi Bahaya

A. Bahan Kimia dan Material Industri


Bahan Kimia merupakan senyawa dari beberapa unsur. Sedangkan material
industri adalah produk dari campuran maupun reaksi dari beberapa senyawa. Kedua
hal itu mempunyai tingkat bahaya yang berbeda. Pada umumnya bahan kimia lebih
berbahaya daripada material industri, meskipun banyak material industri yang juga
berbahaya.
Bahan kimia yang digunakan dalam lingkungan kerja dapat dibagi menjadi 3
kelompok besar yaitu:

a. Industri kimia (industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia


diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat,
detergen,dan lain-lain)
b. Industri pengguna bahan kimia (industri yang menggunakan bahan kimia
sebagai bahan pembantu proses, di antaranya industri tekstil, kulit, kertas,
pelapisan listrik,pengolahan logam, obat-obatan, dan lain-lain)
c. Laboratorium (tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian, dan pengembangan
serta pendidikan).

B. Identifikasi Bahan Kimia


Bahan kimia maupun material industri yang digunakan dalam proses industri
merupakan bahan berbahaya dengan tingkat risiko yang berbeda. Mulai tingkat risiko
yang ringan hingga yang menyebabkan kematian. Bahkan hampir semua bahan kimia
bersifat reaktif. Dengan demikian, bekerja dengan bahan kimia dan material industri
memerlukan konsentrasi penuh, kewaspadaan, dan ketelitian.

Berikut ini panduan identifikasi bahan berbahaya serta penanganan khusus.

1. Periksa bahan berbahaya serta prosedur penanganan khusus yaitu dengan


mengamati label kemasan/keterangan lainnya dan wilayah kerja yang
berpotensi bahaya.
2. Identifikasi bahan-bahan yaitu dengan mencatat nama bahan, data
keselamatan, penomoran, spesifikasi teknis, sifat fisik, dan sifat kimianya
serta keterangan lain yang diperlukan.
3. Identifikasi wilayah berbahaya yaitu dengan mencatat nama wilayah
berbahaya dan amati kemungkinan apa saja yang dapat terjadi dan
penyebabnya.
4. Identifikasi prosedur penanganan khusus yaitu dengan mencatat nama
prosedur penanganan khusus, mengamati, dan mencatat kekurangannya serta
menyusun laporannya.

Rincian data teknis dan sifat-sifat yang dimiliki bahan kimia harus jelas
sehingga tidak akan terjadi kontradiksi dalam penggunaannya antara bahan
perlengkapan dengan bahan kimianya. Misalnya dalam label kemasan terdapat
informasi yang perlu kita ketahui, diantaranya:
1. Sifat-sifat bahaya, antara lain terhadap kesehatan, kebakaran, ledakan, dan
reaktivitas.
2. Sifat-sifat fisika seperti berat jenis, titik didih, titik bakar tekanan uap dan sifat
kelarutan
3. Label bahaya dengan ranking dan tanda warna sebagai aspek bahaya yang
telah distandarkan
4. Keterangan bahan seperti nama, jenis, wujud bahan cair/padat/gas, dan
keterangan lainnya yang berhubungan dengan unsur-unsurnya.

Label yang menempel pada kemasan bahan kimia memberikan informasi penting
mengenai identitas bahan kimia di dalamnya termasuk jenis bahaya, prosedur darurat,
alat pelindung diri, serta nama, alamat, nomor telepon pembuatnya serta informasi
mengenai bahaya utama dari bahan kimia tersebut. Tanda-tanda bahaya yang
dimaksud antara lain:Tanda-tanda bahaya yang dimaksud antara lain:
1. Inflammable substances (bahan mudah terbakar) yang meliputi Explosive
(mudah meledak, tidak boleh terkena benturan, gesekan pemanasan, api, dan
sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik
2. Oxidizing (pengoksidasi)

3. Extremly flammable (amat sangat mudah terbakar, memiliki titik nyala sangat
rendah di bawah 0oC dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah
35oC)
4. Highly flammable (sangat mudah terbakar, contoh bahan ini yaitu aseton dan
logam natrium)

5. Flammable (mudah terbakar) memiliki titik nyala antara 21oC dan 55oC.

Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan, diantaranya:

1. Very toxic (sangat beracun), dapat menyebabkan kerusakan kesehatan


akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika
masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut atau kontak dengan kulit. Contoh
bahan dengan sifat tersebut adalah kalium sianida,

2. Toxic (beracun) yang dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau


kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke
tubuh melalui inhalasi, mulut atau kontak dengan kulit. Contoh bahan
dengan sifat tersebut misalnya solven dan benzene

3. Harmful (berbahaya), memiliki risiko merusak kesehatan jika masuk ke


tubuh melalui inhalasi, mulut, atau kontak dengan kulit. Contoh bahan
yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau
etilenglikol dan diklorometan (karsinogenik).

Sedangkan, untuk bahan-bahan yang merusak jaringan, diantaranya

1. Corrosive (korosif) yang dapat merusak jaringan hidup.


2. Irritant (menyebabkan iritasi) tidak korosif tetapi dapat menyebabkan
inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
3. Bahan berbahaya bagi lingkungan,dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau
dalam sela waktu tertentu pada suatu kompartemen lingkungan atau lebih (air,
tanah, udara, tanaman, mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi.
Aspek keselamatan yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dalam Material Safety Data Sheets (MSDS) melibatkan 3 komponen yang
saling berkaitan yaitu manusia, prosedur/metode kerja, dan peralatan/bahan. Sebelum
bahan kimia diterima, disimpan dan digunakan maka keterangan (meliputi
identifikasi bahan, label bahaya, informasi bahan singkat, sifat-sifat bahaya, sifat
fisika, keselamatan dan penanganan, serta informasi lingkungan) yang ada dalam
MSDS harus dipahami.

C. Bahaya Bahan Kimia

Dalam proses produksi industri kimia, sebagian besar masih menggunakan


bahan kimia berbahaya. Risiko kecelakaan terlepasnya zat kimia akan menjadi lebih
besar sesuai dengan jumlah at-zat baru yang dihasilkannya. Risiko ini dikarenakan
produksi, penyimpanan, transportasi, dan penggunaan zat-zat yang mudah terbakar
atau yang mudah meledak. Bencana kimia dapat berupa kebakaran, ledakan,
kebocoran bahan kimia, tumpahan bahan kimia cair, semburan partikel kimia, dan
sebagainya.

D. Standarisasi K3 Penanganan Bahan Kimia Berbahaya

Langkah awal yang dilakukan yaitu proses pengadaan bahan kimia berbahaya
sesuai petunjuk pelaksanaan K3, dilanjutkan dengan bongkar muat bahan kimia
berbahaya sesuai petunjuk pelaksanaan K3, sebelum melaksanakan kegiatan bongkar
muat, pengawas setempat harus menyiapkan kelengkapan administratif seperti daftar
bahan yang akan dibongkar, prosedur kerja, perizinan, dan daftar kerja serta
penanggung jawab.
TOPIK 2

Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja
sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu
sendiri maupun orang lain di tempat kerja.

A. Jenis – Jenis Alat Pelindung Diri (APD)


4. Alat Pelindung Kepala/Helmet

Tujuan dari pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk mencegah rambut
pekerja terjerat oleh mesin yang berputar, melindungi kepala dari bahaya terbentur
oleh benda tajam atau keras yang dapat menyebabkan luka gores, potong atau tusuk,
bahaya kejatuhan benda-benda atau terpukul oleh benda-benda yang melayang atau
meluncur di udara, panas radiasi, api dan percikan bahan-bahan kimia korosif.

5. Alat Pelindung Mata dan Muka

Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan korosif,


radiasi, gelombang elektromagnetik dan benturan/pukulan benda-benda keras atau
tajam. Alat ini juga untuk mencegah masuknya debu-debu ke dalam mata serta
mencegah iritasi mata akibat pemaparan gas atau uap.

6. Alat Pelindung Pendengaran

Sumbat telinga (ear plug) Sumbat telinga yang baik adalah sumbat telinga
yang dapat menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi pembicaraan tidak
terganggu. Ear plug dapat dibuat dari kapas, malam (wax), plastik, karet alami dan
sintetik

7. Alat Perlindungan Pernapasan

Respirator berfungsi membersihkan udara dengan cara adsorbsi atau absorpsi.


Adsorpsi adalah suatu proses ketika kontaminan melekat pada permukaan zat padat.
8. Alat Pelindung Tangan
9. Alat Pelindung Kaki

Sepatu keselamatan kerja (safety shoes) berfungsi untuk melindungi kaki dari
bahaya kejatuhan benda-benda berat, terpercik bahan kimia korosif, dan tertusuk
benda-benda tajam.

10. Alat Pelindung Tubuh

Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan
pendek, tidak longgar pada dada atau punggung, tidak terdapat lipatan-lipatan.
Pakaian kerja wanita sebaiknya memakai celana panjang, tutup kepala dan tidak
memakai perhiasan.

11. Rompi Nyala

Rompi nyala merupakan rompi yang menggunakan bahan yang dapat menyala
jika terkena cahaya. Sangat bermanfaat jika digunakan pada kondisi gelap atau
malam hari karena dapat bercahaya dengan cara memantulkan dari sumber cahaya
sehingga pekerja yang menggunakan rompi ini dapat dengan mudah ditemukan.

B. Perawatan APD
Alat pelindung diri harus mendapat perawatan secara teratur. Artinya semua APD
tersebut harus dipelihara agar tahan lama karena akan digunakan secara terus menerus
selama bekerja atau berada di lingkungan kerja. Misalnya pakaian kerja, harus
dipelihara dengan sering dicuci bersih agar terhindar dari kelapukan karena keringat
dapat mempercepat using atau kelapukan bahan pakaian yang terbuat dari katun.
Perlengkapan lainnya yang perlu dijaga bersih adalah kacamata, masker permanen,
dan pelindung telinga. Perlengkapan tersebut harus dijaga (steril) setelah digunakan
yaitu dicuci dengan alkohol.

Anda mungkin juga menyukai