Anda di halaman 1dari 20

GUIDENCE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PABRIK KERTAS

Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Disusun oleh :
Julian Denny Irawan (190331100090)
Artika Rahma Pujining Tyas (190331100091)
Jihan Shafira Wardhani (190331100092)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Kasih dan Anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan Petunjuk Pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Pabrik Kertas. Pedomanini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta sebagai
upaya untuk memberikan acuan dalam meningkatkan dan memantau kesehatan
dan keselamatan kerja para pekerja untuk meningkatkan mutu Pabrik Kertas
menjadi lebih baik lagi. Perkenankan kami menyampaikan terima kasih dan
apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Petunjuk
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Pabrik Kertas. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Terkait halitu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga dapat bermanfaat dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Penulis
DAFTAR ISI

Topik 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara Umum


A. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
B. Definisi Kecelakaan Kerja
C. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
D. Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Topik 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Kertas
A. Bahan Kimia dan Material Industri
B. Bahaya Timbulnya Kecelakaan Kerja
Topik 3. Standarisasi K3 Kelistrikan di Industri Kertas
A. Penetapan Lingkungan Kerja yang Aman
B. Aspek Medis Terhadap Bahaya Kelistrikan
Topik 4. Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)
A. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)
B. Persyaratan Alat Pelindung Diri (APD)
C. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)
A. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) didefinisikan sebagai ilmu dan
penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Dengan memberikan perlindungan K3 diharapkan pekerja
dapat bekerja dengan aman, sehat, dan produktif (Kani, 2013). Keselamatan
dan kesehatan kerja secara praktis merupakan suatu upaya perlindungan agar
tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan
pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja
maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam
pemakaiannya (Kemenakertrans, 2015).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki lambang dan makna
yang tercantum dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987. Lambang K3 tersebut
berbentuk roda bergigi, berwarna hijau, dan berwarna dasar putih.

Gambar 1. Lambang K3
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan, proses pengolahannya, dan landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sasaran mengenai
keselamatan kerja berada pada lingkungan kerja dan bersifat teknik.
Sedangkan kesehatan kerja digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental,
dan sosial juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dan pekerjaannya.
A. Definisi Kecelakaan Kerja
Menurut Sumamur (1967), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi
menyebabkan cedera atau luka, sedangkan risiko adalah kemungkinan
kecelakaan akan terjadi dan dapat mengakibatkan kerusakan. Kecelakaan
dapat terjadi akibat kelalaian dari perusahaan, pekerja, maupun keduanya,
dan akibat yang ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi kedua pihak.
Bagi pekerja, cedera akibat kecelakaan dapat berpengaruh terhadap
kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, dan kualitas hidup pekerja tersebut
(Ridley, 2008).
Adanya kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan sering kali tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian
baik waktu, harta benda, bahkan korban jiwa yang terjadi dalam suatu proses
kerja industri atau yang berkaitan. Pada pelaksanaannya, kecelakaan kerja di
industri dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu kategori kecelakaan
industri (industrial accident) dan kategori kecelakaan di dalam perjalanan
(community accident) (Tarwaka, 2014). Oleh karena itu, keselamatan kerja
dimaksudkan untuk memberi perlindungan kepada tenaga kerja agar tenaga
kerja secara aman dapat melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil
kerja dan produktivitas kerja agar memperoleh perlindungan keselamatan dan
kesehatannya dalam setiap pelaksanaan pekerjaannya sehari-hari (Fridayati,
2016).

B. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan dari keselamatan dan kesehatan sebagai berikut :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
tersebut.
c. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan
efisien.

C. Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fungsi dari keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya
kesehatan di tempat kerja.
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan
praktik kerja termasuk desain tempat kerja.
c. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan
kerja dan APD.
d. Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi.
f. Mengelola P3K dan tindakan darurat.
Industri kertas merupakan salah satu industri yang mengolah bahan
hasil hutan berbahan dasar kayu menjadi kertas untuk keperluan tulis dan
cetak, industri seperti kertas kemasan, dan food packaging. Berdasarkan data
PT. Jamsostek, angka kecelakaan kerja paling tinggi berada di lingkungan
industri yang menyebabkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung
bagi perusahaan. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian terhadap aspek K3.
Industri kertas seringkali berhubungan dengan adanya penggunaan bahan
kimia dan material industri lainnya.
A. Bahan Kimia dan Material Industri
Bahan kimia maupun material industri yang digunakan dalam proses industri
merupakan bahan berbahaya dengan tingkat risiko yang berbeda. Mulai
tingkat risiko yang ringan hingga yang menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan karena bahan kimia maupun material industri memiliki sifat
merusak kesehatan, mudah meledak (eksplosif), beracun (toksik), dan mudah
terbakar. Adapun tanda-tanda bahaya tersebut antara lain :
1. Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
a. Explosive (mudah meledak)

Gambar 2. Simbol Explosive


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive” tidak
boleh kena benturan, gesekan pemanasan, api, dan sumber nyala lain.
Contohnya asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan
beberapa solven seperti aseton, etanol, dan lain-lain.
a. Oxidizing (pengoksidasi)

Gambar 3. Simbol Oxidizing


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing”
biasanya tidak mudah terbakar. Contoh bahan tersebut adalah asam nitrat
pekat.
b. Extremly flammable (amat sangat mudah terbakar)

Gambar 4. Simbol Extremly flammable


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely
flammable” adalah bahan yang memiliki titik nyala sangat rendah (di
bawah 0oC) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah 35 oC).
Contohnya yaitu dietil eter (cairan) dan propane (gas).
c. Highly flammable (sangat mudah terbakar)

Gambar 5. Simbol Highly flammable


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “highly
flammable” adalah Beberapa bahan yang sangat mudah terbakar dibawah
pengaruh kelembaban. Contohnya yakni aseton dan logam natrium.
d. Flammable (mudah terbakar)
Notasi bahaya “flammble” tidak memerlukan simbol. Bahan dan formulasi
licuid yang memiliki titik nyala antara 21oC dan 55oC dikategorikan sebagai
bahan mudah terbakar.

1. Bahan-bahan berbahaya bagi Kesehatan


a. Very toxic (sangat beracun)

Gambar 6. Simbol Very toxic


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic”
dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan
kematian. Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah kalium sianida.
b. Toxic (beracun)

Gambar 7. Simbol Toxic


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “toxic” dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan
kematian. Contohnya solven dan benzene.
c. Harmful (berbahaya)

Gambar 8. Simbol Harmful


Bahan dan formula yang ditandai dengan notasi bahaya “harmful” memiliki
risiko merusak kesehatan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, mulut, atau
kontak dengan kulit.
2. Bahan-bahan yang merusak jaringan
a. Corrosive (korosif)

Gambar 9. Simbol Corrosive


Bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “corrosive” adalah merusak
jaringan hidup. Contohnya adalah asam mineral seperti HCl dan H2SO4
maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).
b. Irritant (menyebabkan iritasi)

Gambar 10. Simbol Irritant


Bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “irritant” tidak korosif tetapi
dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.
Contohnya kalsium klorida dan asam/basa encer.
c. Bahan berbahaya bagi lingkungan

Gambar 11. Simbol Dangerous for Environment


Bahan dan formulasi dengan notasi bahaya “dangerous for environment”
dapat menyebabkan gangguan ekologi. Contohnya tributil timah kloroda,
hidrokarbon seperti pentana dan bensin.

A. Bahaya Timbulnya Kecelakaan Kerja


Menurut Nuzuliyah (2004) berdasarkan hasil wawancara mendalam,
terdapat 3 pekerjaan pada Bagian Paper Machine yang dianggap berbahaya, yaitu
pekerjaan penyambungan kertas putus, pembersihan head box, dan pembersihan
drum dryer.
Hasil identifikasi bahaya menggunakan metode JSA pada pekerjaan
penyambungan kertas yaitu :
Aktivitas Kerja Potensi Bahaya Tingkat Risiko
Memutar panel nozzle Posisi arah putar salah, lantai Rendah
cutter ke arah ON basah, getaran, tergores
Mendorong nozzle Posisi arah putar salah, lantai Rendah
cutter basah, getaran, tergores

Memasukkan sheet ke Tersayat mesin, lantai basah, Ekstrim


mesin press kebisingan, terjepit mesin rol
Memasukkan sheet ke Tersayat mesin, lantai licin, Ekstrim
mesin dryer radiasi panas, kebisingan,
kontak dengan permukaan
bersuhu ekstrim (panas),
terjepit mesin
Memasukkan sheet ke Tersayat mesin, lantai licin, Ekstrim
mesin calender lantai berantakan (selang jet
shower), kebisingan, terjepit
mesin rol
Memasukkan sheet ke Tersayat mesin, lantai licin, Rendah
pope reel kebisingan, terbentur
gulungan kertas
Menarik nozzle cutter Lantai basah, getaran, Rendah
ke posisi semula tergores papan wire
Memutar panel nozzle Posisi & arah putar salah, Rendah
cutter ke arah OFF lantai basah, getaran,
tergores

Hasil identifikasi dan penilaian bahaya pada pekerjaan pembersihan head


box sebagai berikut :
Aktivitas Kerja Potensi Bahaya Tingkat Risiko
Membuka pintu Terjepit, kejatuhan/ Sedang
(manhole) head box tertimpa, pijakan basah,
terjatuh
Penyemprotan bagian Pijakan basah, terjatuh, air Sedang
dalam head box dengan terciprat ke mata
jet shower
Pekerja masuk ke dalam Pijakan basah dan licin, Ekstrim
head box melalui terjatuh, bahaya confined
manhole space, mesin menyala
Pembersihan dinding Lantai licin, bahaya confined Ekstrim
dalam head box dan space, bahaya ergonomis,
evener roll mesin menyala

Pekerja keluar dari head Pijakan basah dan licin, Sedang


box melalui manhole terjatuh, terbentur, tersayat
Mengangkat dan Terjepit, kejatuhan atau Sedang
menutup pintu tertimpa, pijakan basah,
(manhole) head box terjatuh

Hasil identifiksi dan penilaian bahaya pada pekerjaan pembersihan dum


dryer sebagai berikut :
Aktivitas Kerja Potensi Bahaya Tingkat Risiko
Membuka pintu Terjepit, kejatuhan/ tertimpa Sedang
(manhole) drum dryer
Pekerja masuk ke Bahaya confined space, suhu Tinggi
dalam drum dryer panas, lantai berair
melalui manhole
Pembersihan Bahaya confined space, suhu Ekstrim
patahan besi yang panas, lantai berair, tergores
korosif di dalam drum patahan besi, bahaya
dryer ergonomis
Pengurasan air Bahaya confined space, suhu Ekstrim
kondensasi dalam panas, lantai berair, bahaya
drum dryer ergonomis
Pekerja keluar Pijakan basah, terbentur Sedang
melalui manhole
Mengangkat dan Terjepit, kejatuhan/ tertimpa Sedang
menutup manhole
A. Penetapan Lingkungan Kerja yang Aman
Dalam lingkungan kerja di industry kertas tentu banyak peralatan yang
menggunakan sumber listrik dengan kapasitas besar. Untuk itu pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu diperhatikan dan dilaksanakan, jika
pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diabaikan akan sangat
berbahaya bagi para pekerja, perusahaan dan lingkungan disekitar tempat
kerja.
Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi para pekerja dan pengusaha tetapi juga dapat
menganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang
akan berdampak pada masyarakat luas. Proteksi untuk keselamatan menjadi
syarat penting untuk melindungi manusia dan peralatan yang ada ditempat
kerja. Proteksi tersebut diantaranya (Ismara, 2016) :
1. Proteksi dari kejut listrik
2. Proteksi dari efek termal
3. Proteksi dari arus lebih
4. Proteksi dari tegangan lebih khususnya akibat petir
5. Proteksi dari tegangan kurang
6. Pemisahan dan penyakelaran

B. Aspek Medis Terhadap Bahaya Kelistrikan


Menurut Ismara (2016), sengatan listrik menjadi bahaya yang sering
terjadi akibat kelalaian manusia. Tersengat listrik dapat terjadi karena tubuh
manusia merupakan konduktor yang baik. Tersengat listrik dapat
membahayakan tubuh manusia karena arus listrik yang mengalir dalam tubuh
akan menghasilkan panas yang dapat membakar jaringan dan menyebabkan
gangguan fungsi organ tubuh terutama jantung, otot dan otak. Aliran listrik
yang mengalir pada tubuh dapat menyebabkan 3 cedera diantaranya :
a. Henti jantung yang terjadi akibat efek listrik terhadap jantung
b. Perusakan otot, saraf dan jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh
c. Luka bakar termal akibat kontak dengan arus listrik
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan efek
sengatan listrik yang diantaranya yaitu :
1. Ukuran fisik bidang kontak
Semakin besar dan luas bidang kontak antara tubuh dan listrik maka semakin
rendah hambatan instalasinya.
2. Kondisi tubuh
Kondisi tubuh yang dimaksud yaitu kondisi tubuh korban. Apabila yang terkena
sengatan listrik tersebut dalam keadaan sakit tentu akibatnya akan lebih parah
daripada korban yang dalam keadaan sehat.
3. Ketahanan tubuh
Ketika kulit manusia dalam kondisi kering, ketahanan tubuh menjadi tinggi dan
dapat melindungi bahaya sengatan listrik. Akan tetapi kondisi kulit kering
sangat jarang dijumpai, karena setiap orang akan mengeluarkan keringat
walaupun hanya sedikit.
4. Jumlah miliampere
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan wajib yang digunakan
saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan
tenaga kerja maupun orang lain di tempat kerja.
A. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)
- Helm harus berstandar SNI/ANSI - Seragam baju lengan panjang
- Dilengkapi dengan tali dagu dan celana panjang
- Tidak mudah pecah atau rusak - Menggunakan sarung tangan

- Bercelana panjang rapih


- Sepatu keselamatan harus
berstandar SNI/ANSI

Rompi reflektif dan


kartu identitas
Menggunakan penutup telinga Menggunakan masker
sesuai dengan potensi
kontaminasi

A. Persyaratan Alat Pelindung Diri


1. Pelindung Kepala
a. Penggunaan helm proyek harus berstandar ANSI Z.89.1-2014
atau minimal berstandar SNI atau MSA Import.
b. Penggunaan model helm adalah V-Guard dengan dilengkapi tali
dagu dan model otomatis guna mengencangkan suspensi helm.
c. Helm dilarang untuk dicat (hal ini dilarang karena akan
bersenyawa dengan dengan cat serta dilarang juga ditulis
dengan spidol).
d. Melakukan pencatatan terkait tanggal pembelian helm pada
bagian dalam helm dan di buku catatan.
e. Melakukan pengecekan pada kondisi helm setiap 2 minggu
sekali, apabila terdapat helm yang rusak atau terkena dampak
(kejatuhan benda) harus diganti.
f. Masa pemakaian helm paling lama adalah 5 tahun dan setelah itu
wajib diganti dengan yang baru.
2. Pelindung Kaki
a. Penggunaan sepatu keselamatan harus berstandar ANSI Z.41-
1999 atau minimal berstandar SNI 7079-2009 dan SNI 0111-2009
b. Penggunaan sepatu bagi pekerja konstruksi bisa memakai sepatu
dengan pelindung jari yang terbuat dari baja serta memiliki
kemampuan anti tergelincir.
c. melakukan pengecekan sepatu minimal 2 minggu sekali, dan
melakukan pengantian apabila terdapat cacat atau rusak.
d. Masa pemakaian sepatu paling lama adalah 3 tahun dan setelah
itu wajib diganti dengan yang baru.
3. Pelindung Mata
a. Penggunaan pelindung mata diharuskan kepada semua
pekerjadan orang yang memasuki proyek.
b. Penggunaan pelindung mata standar adalah kacamata pengaman
Kings KY1151 sesuai standar ANSI Z.87.1-2010.
4. Pelindung Tangan
a. Penggunaan sarung tangan bagi semua pekerja harus sesuai
standar SNI-06-0652-2015.
b. Penggunaan sarung tangan bagi pekerja pada umumnya adalah
sarung tangan katun.
c. Penggunaan sarung tangan bagi pekerja bagian pemotongan
adalah sarung tangan kulit.
d. Penggunaan sarung tangan bagi pekerjaan dengan bahan kimia
dan beracun adalah sarung tangan tahan bahan kimia yang
berbahan vynil, PVC, nitril, dan lain-lain.
e. Penggunaan sarung tangan bagi teknisi listrik adalah sarung
tangan tahan listrik minimal 5KV.
f. Pemeriksaan kondisi sarung tangan dilakukan setiap kali akan
digunakan dan akan diganti apabila cacat atau rusak.
5. Pelindung Pendengaran
a. Penggunaan pelindung pendengaran ini yaitu apabila bekerja
pada level bising diatas 85 dB untuk pemajanan selama 8 jam
harus menggunakan pelindung berupa sumbat telinga atau
penutup telinga.
b. Sumbat telinga adalah sumbat yang dimasukkan ke liang telinga.
Sumbat telinga harus terbuat dari bahan karet atau plastik lunak
dan harus mampu mereduksi bising X-85dB (X merupakan
intensitas bising yang diterima oleh pekerja).
c. Penutup telinga merupakan penutup seluruh telinga yang dapat
mereduksi bising sebesar 35-45 Db.
d. Melakukan pemeriksaan sumbat telinga atau penutptelinga
sebelum digunakan dan memastikannya dalam kondisi bersih
serta disimpan kembali ke dalam kotak setelah dibersihkan.
6. Pakaian Pelindung
Penggunaan pakaian pelindung berupa baju lengan panjang dan
celana panjang yang baik tidak robek atau bolong-bolong diwajibkan
bagi para pekerja dan orang yang memasuki proyek.
7. Pelindung Pernapasan
Menggunakan masker yang sesuai dengan potensi kontaminasi atau
gangguan pernapasan, seperti pelindung debu dapat menggunakan
masker sekali pakai.
8. Seragam Kerja dan Kartu Identitas
a. Semua pekerja harus menggunakan seragam kerja yang rapi dan
rompi reflektif.
b. Penggunaan seragam harus memantulkan cahaya atau reflektif,
apabila menggunakan kaos lengan panjang wajib dilengkapi
dengan rompi reflektif.
c. Pemakaian kartu identitas selama berada dalam proyek.
d. Kartu identitas harus ditanda tangani pejabat proyek dan
diberikan setelah lulus induksi keselamatan.

B. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri


1. Meletakkan APD pada tempatnya setelah selesai digunakan
2. Melakukan pembersihan secara berkala
3. Melakukan pemeriksaan APD sebelum digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya kerusakan
4. Memastikan APD yang digunakan sesuai dengan standar keamanan
DAFTAR PUSTAKA

Ismara I K. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan


(Electrical Safety). Solo: CV Adicandra Media Grafika
Redjeki, S. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
Suma'mur P. K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.
Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Anda mungkin juga menyukai